Anda di halaman 1dari 22

MENGHITUNG ARAH QIBLAT DAN MENENTUKANNYA

Oleh : Ibnu Zahid Abdo el-Moeid


Homepage : http://moeidzahid.site90.net Email moeidzahid@telkom.net

Jika kesulitan membuka halaman ini anda bisa downlaod dalam bentuk PDF
Download makalah ini dalam format PDF Alternatif download 4Shared

ARAH QIBLAT

Qiblat berasal dari bahasa arab (‫ )القبلة‬yang artinya arah. Yang dimaksud dengan qiblat adalah arah
mata angin yang menuju ke Ka'bah di Makkah Al-Mukarraomah. Adapun yang dimaksud dengan
arah adalah arah dengan jarak terdekat, bukan arah sebaliknya (180°). Contoh : kota Jakarta arahnya
adalah sebelah barat kota Surabaya, kita tidak bisa mengatakan bahwa kota Jakarta adalah sebelah
timur kota Surabaya, walaupun jika kita naik pesawat dari Surabaya ke arah timur mengelilingi dunia
ini nantinya juga ketemu kota Jakarta, akan tetapi yang dimaksud arah adalah arah dengan jarak
terdekat.
Dimanapun kita berada ketika melaksanakan sholat, baik sholat sunnah maupun fardlu diharuskan
menghadap ke arah qiblat. Dari empat mazhab, Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali sepakat bahwa
salah satu syarat sahnya sholat adalah menghadap ke arah qiblat, yakni ke Ka'bah di Makkah Al-
Mukarromah dan tidak ke yang lainnya. Karena menghadap ke arah qiblat adalah menjadi syarat
syahnya sholat, maka hukum untuk mengetahui arah qiblat adalah wajib.
Selama di Madinah kurang lebih 16 bulan sejak hijrah, ketika sholat, Rosululloh SAW diperintahkan
menghadap ke Baitul Maqdis di Palestina. Hal ini mengakibatkan orang-orang Yahudi yang saat itu
mayoritas di Madinah seringakali mencemooh Rosululloh SAW, mereka berkata "Muhammad itu
ambivalen, tidak mau menerima agama kita(Yahudi)akan tetapi sholatnya menghadap ke tempat suci
agama kita". Karena sering mendapatkan serangan tersebut, setiap malam Rosululloh SAW.
bermunajat kepada Alloh SWT untuk meminta petunjuknya
Akhirnya keinginan Rosululloh SAW. Untuk kembali sholat menghadap ke ka'bah dikabulkan oleh
Alloh SWT dengan turunnya ayat ke 144 surat Al-Baqoroh pada hari Senin 17 Rojab tahun kedua
hijrah. Saat itu Rosululloh sholat di masjid Bani Salamah (Masjid Qiblatain).
Firman Alloh dalam Al-Qur'an :

‫ك‬َ ‫ه‬ َ ‫ج‬ْ ‫و‬ َ ‫ل‬ ّ ‫و‬َ ‫ف‬َ ‫ها‬َ ‫ضا‬َ ‫ة ت َْر‬ ً َ ‫قب ْل‬ِ ‫ك‬ َ ّ ‫ول ّي َن‬َ ُ ‫فل َن‬َ ‫ء‬ ِ ‫ما‬
َ ‫س‬ ّ ‫في ال‬ ِ ‫ك‬َ ‫ه‬
ِ ‫ج‬ ْ ‫و‬ َ ‫ب‬ َ ّ ‫قل‬
َ َ ‫قدْ ن ََرى ت‬ َ
‫ن‬ ِ ّ ‫ن ال‬
َ ‫ذي‬ ّ ِ ‫وإ‬َ ُ‫شطَْره‬ َ ‫م‬ ْ ُ ‫هك‬َ ‫جو‬ ُ ‫و‬ ُ ‫وّلوا‬ َ ‫ف‬ َ ‫م‬ ْ ُ ‫ما ك ُن ْت‬ َ ‫ث‬ ُ ْ ‫حي‬
َ ‫و‬ َ ِ ‫حَرام‬ َ ْ ‫د ال‬ ِ ‫ج‬ ِ ‫س‬ْ ‫م‬ َ ْ ‫شطَْر ال‬َ
َ ُ
َ ‫مُلو‬
‫ن‬ َ ‫ع‬ ْ َ ‫ما ي‬ّ ‫ع‬َ ‫ل‬ٍ ‫ف‬ ِ ‫غا‬َ ِ‫ه ب‬ُ ّ ‫ما الل‬ َ ‫و‬
َ ‫م‬ ْ ‫ه‬ ِ ّ ‫ن َرب‬ ْ ‫م‬ ِ ‫ق‬ّ ‫ح‬ َ ْ ‫ه ال‬ُ ّ ‫ن أن‬ َ ‫مو‬ُ َ ‫عل‬ْ َ ‫ب ل َي‬ َ ‫أوُتوا ال ْك َِتا‬
(144 ‫)البقرة‬
Artinya : Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke qiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di
mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi
dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil
Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan. (Al-Baqoroh 144)
Masjidil Aqsha Palestina Ka’bah Masjidil Haram

MENGHITUNG ARAH QIBLAT

Arah Ka'bah yang berada di kota Makkah dapat diketahui dari tempat manapun di permukaan bumi
ini dengan menggunakan ilmu ukur segitiga bola atau trigonometri bola (spherical trigonometri) yakni
ilmu ukur sudut bidang datar yang diaplikasikan pada permukaan berbentuk bola yaitu bumi yang kita
tempati. Untuk membayangkan arah qiblat, berikut ilustrasi segitiga bola arah qiblat dalam bola
dunia. Lihat gambar 3.0

Gambar 3.0

Untuk menghitung arah qiblat, data-data yang diperlukan hanya dua yaitu koordinat Ka’bah dan
koordinat lokasi perhitungan (markas).

1. Lintang Ka'bah (φ k). 2. Bujur Ka'bah (λ k).


3. Lintang markas (φ ). 4. Bujur markas (λ ).

Adapun posisi ka’bah berdasarkan GPS adalah: 21° 25' 25" lintang utara, 39° 49' 39" bujur timur, kita
tinggal mencari data bujur dan lintang tempat yang akan di hitung arah qiblatnya. Kita bisa
mendapatkannya dari buku buku geografi, seperti Atlas Indonesia dan Dunia, Taqwim Standar
Indonesia, Tabel Geografis Kota-kota Dunia dan lain-lainnya. Apabila kita kesulitan mencari data
lintang dan bujur tersebut, maka kita bisa mengukurnya dengan bantuan GPS (global position
system) alat navigasi berbasis satelit yang didesain untuk mengkalkulasi lintang dan bujur, serta
ketinggian suatu tempat di permukaan bumi ini. Bagi yang memakai komputer bisa menggunakan
Atlas Encarta dan jika ada koneksi ke internet akan lebih bagus menggunakan Google Earth. Contoh
menggunakan Encarta Word Atlas Lihat gambar 3.2. Contoh menggunakan Google Earth Lihat
gambar 3.3
Gambar 3.2 Gambar 3.3

data bujur dan lintang tempat yang akan kita hitung arah qiblatnya tersebut sudah ditemukan, maka
selanjutnya tinggal menghitungnya dengan rumus sebagai berikut:

Cotan B = Cotan b Sin a - Cos a Cotan c


Sin c

Algoritma :
Sisi a (a) = 90° – lintang markas
Sisi b (b) = 90° – lintang ka'bah
Sisi c (c) = bujur markas – bujur ka'bah
Aq = tan-1 (1/ tan b x sin a / sin c – cos a x 1/tan c)
Az = Jika c lebih kecil dari 0 maka Az = 90 + Aq
Jika c lebih besar dari 0 maka Az = 270 + Aq

Contoh perhitungan arah qiblat menggunakan formula Excel dengan markas perhitungan Masjid
Agung Surabaya

Data ka’bah : Lintang = 21° 25' 25" LU Bujur = 39° 49' 39" BT
Data lokasi : Lintang = 7° 20' 11,91" LS Bujur = 112° 42' 54,47" BT

Buka file "001_arah_qiblat", yang disertakan dalam makalah ini, lalu pilih sheet “Latihan Arah Qiblat”.
Apabila file tersebut tidak disertakan di dalam makalah ini, anda bisa download di link berikut ini
http://moeidzahid.site90.net/software/001_arah_qiblat.xls. Kemudian ikuti langkah-langkah berikut ini:

1. Memasukkan data lintang dan bujur.

a. Masukkan data lintang Ka’bah kedalam sel C4, D4, dan E4 (C4=derajat, D4=menit,
E4=detik).
b. Masukkan data bujur Ka’bah kedalam sel C5, D5, dan E5 (C5=derajat, D5=menit,
E5=detik).
c. Masukkan data lintang markas kedalam sel C6, D6, dan E6 (C6=derajat, D6=menit,
E6=detik). Jika lintang markas berada di sebelah selatan katulistiwa, maka setiap input
data lintang ditambahi dengan "-" (mines), contoh lintang 7° 20' 11,91" LS maka input
datanya = -7° -20' -11,91"
d. Masukkan data bujur markas kedalam sel C7, D7, dan E7. Jika bujur markas berada di
sebelah barat kota Greenwich, maka setiap input data bujur ditambahi dengan "-" (mines).
e. Perlu diketahuai bahwa data lintang dan bujur diatas masih dalam format derajat, ubahlah
menjadi desimal, karena di dalam Excel tidak mengenal pola perhitungan dalam format
derajat. Arahkan pointer kedalam sel F4 untuk merubah data lintang menjadi desimal
dengan formula berikut :
F4=C4+D4/60+E4/3600. = 21,42361111
» Lakukan hal yang sama terhadap data bujur Ka’bah, lintang tempat serta bujur
tempat, sehingga semua data lintang dan bujur menjadi desimal.

2. Karena fungsi trigonometri menggunakan satuan sudut radian, bukan derajat, maka dalam
setiap penggunaan sin, cos dan tan supaya mengkalikannya dengan PI()/180. Untuk
memudahkannya maka buatlah range name dari sebuah sel, dimana isi sel tersebut adalah
PI()/180. Arahkan pointer ke sel J4 lalu isi dengan PI()/180, kemudian klik Insert →Name
→Define →beri nama dengan dr, lalu klik OK.

3. Menghitung ketiga sisi dari segitiga bola arah qiblat, yakni sisi a, sisi b, dan sisi c.

a. Sisi a (a) = 90°–lintang markas. Arahkan pointer ke F9 lalu isi dengan formula
berikut : F9=90-F6 = 97,33664167
b. Sisi b (a) = 90°–lintang ka'bah (21,42361111). Arahkan pointer ke F10 lalu isi
dengan formula berikut : F10=90-21,42361111 =-111,4236111
c. Sisi c (c) = bujur markas – bujur ka'bah (39,8275). Arahkan pointer ke F11 lalu
isi dengan formula berikut : F11=F7-39,8275 =72,88763056

4. Menghitung arah qiblat (Aq) dengan rumus sebagai berikut:


tan-1(1/tan b x sin a / sin c – cos a x 1/tan c).
Arahkan pointer ke F13 lalu isi dengan formula berikut :
ATAN(1/TAN(F10*dr)*SIN(F9*dr)/SIN(F11*dr)-
COS(F9*dr)*1/TAN(F11*dr))*180/PI() =24,06079055

5. Mengkonversi arah qiblat kedalam azimut (Az). Lihat nilai sisi c (c),
Jika c lebih kecil dari 0 maka Az = 90 + Aq
Jika c lebih besar dari 0 maka Az = 270 + Aq
Arahkan pointer ke F14 lalu isi dengan formula berikut :
=IF(F11<0;F13+90;F13+270) =294,0607905
=294° 03' 39”

Kesimpulannya azimut arah qiblat Masjid Agung Surabaya adalah 294,0607905 (294° 03' 39”), yakni
24,0607905 (24° 03' 39”) dari arah barat ke utara

MENENTUKAN ARAH QIBLAT

Setelah azimut arah qiblat sudah kita ketahui, selanjutnya adalah mengukur dan menentukannya.
Yang dimaksud dengan mengukur dan menentukan azimut arah qiblat pada dasarnya adalah
menentukan arah utara sejati terlebih dahulu, baru kemudian mengkalibrasikannya ke arah qiblat
yang dimaksud. Ada banyak cara dan metode untuk menentukan arah utara sejati, mulai dari kompas
yang sederhana, tongkat istimewa sampai dengan alat survey dan navigasi yang berbasis satelit.

1. KOMPAS

Dari beberapa cara untuk menentukan arah utara sejati, kompas adalah pilihan yang paling
mudah dijangkau, khususnya bagi yang berkantong tipis dan juga mudah pengaplikasiannya bagi
yang masih amatiran di bidang hisab dan rukyat. Dari beberapa macam kompas, secara garis
besar dibagi menjadi dua, yang pertama adalah Kompas Magnetik dan yang kedua adalah
Kompas Digital.

A. KOMPAS MAGNETIK.
Ada banyak macam jenis kompas magnetik dijual di pasaran. Kompas magnetik bekerja
berdasarkan pengaruh medan magnet bumi yang membuat jarum magnet yang terdapat pada
kompas magnetik selalu menunjuk ke arah Utara dan Selatan. Dengan harga yang murah kita
sudah bisa memiliki kompas namun dengan ketelitian yang rendah pula. Kompas magnetik
yang memiliki ketelitian cukup tinggi harganya cukup mahal diantaranya jenis Suunto, Brunton,
Marine, Furuno dan lain lain.

Beberapa model Kompas Magnetik

Deviasi Magnetik
Deviasi adalah kesalahan baca jarum kompas yang disebabkan oleh pengaruh benda-benda
logam disekitar kompas, misalnya besi, mesin atau pengaruh alat-alat elektronik yang
mengandung medan magnet seperti Dinamo Listrik, Handy Talky, dan Handphone, terutama
saat transmit. Karena itu pada saat ini pengukuran arah qiblat dengan kompas magnetik
sangat tidak dianjurkan, karena karakter bangunan sekarang cenderung terbuat dari beton dan
lagi banyaknya medan listrik di sekitar kita, dimana akan sangat mempengaruhi penunjukan
jarum kompas. Kompas magnetik ini mungkin masih relevan jika digunakan untuk daerah yang
karakter bangunannya terbuat dari kayu dan jauh dari pabrik serta jaringan listrik. Deviasi
dapat diabaikan bila kita yakin benda-benda berpengaruh tersebut tidak ada di sekitar
kompas.

Variasi Magnetik
Banyak orang yang mengira bahwa ujung jarum kompas menunjukkan arah utara sejati (True
North), padahal tidaklah demikian. Jarum utara kompas menunjukkan arah utara magnetis
(Magnetic North). Jarum kompas selalu mengikuti arah medan magnet bumi, karena
kompleksnya pengaruh yang ada di permukaan bumi di setiap tempat, arus magnet bumi tidak
selalu menunjukkan arah utara sebenarnya. Sudut antara utara magnet (Magnetic North)
dengan utara sebenarnya (True North) dinamakan Variasi (Variation atau Deklinasi
Magnetis/Magnetic Declination). Nilai variasi ini selalu berbeda disetiap waktu dan tempat.
Lokasi magnet di Kutub Utara selalu bergeser dari masa ke masa.
Kutub utara magnet Bumi pertama kali ditemukan pada tahun 1831 dan ketika diukur kembali
pada tahun 1904, ternyata letaknya telah bergerak sejauh 50 kilometer. Penelitian terakhir
yang dilakukan oleh The Geological Survey of Canada melaporkan bahwa posisi magnet ini
bergerak kira-kira 40 km per tahun ke arah barat laut.

B. KOMPAS DIGITAL.
Perkembangan teknologi modern banyak memunculkan alat-alat yang membantu kita dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk diantaranya kompas digital. Kompas digital bekerja
berdasarkan informasi dari satelit GPS (Global Positioning Sistem) yang diolah dengan
perhitungan yang rumit sehingga menghasilkan data koordinat dan arah qiblat lokasi dengan
presisi. Kini telah banyak dibuat model kompas dengan menggunakan sistem digital. Bahkan
sekarang telepon mobile yang berkelaspun sudah banyak yang dilengkapi kompas digital
tersebut.

Beberapa model Kompas Digital

2. BAYANG BAYANG QIBLAT

A. QIBLAT DAY.
Menggunakan bayangan matahari pada saat Qiblat Day (hari penentuan arah qiblat), Yaumu
Roshdil Qiblah. Atau istilah lain Istiwaul A’dhom. Yakni ketika matahari berada tepat diatas
ka’bah. Dalam setahun, matahari tepat diatas ka’bah terjadi dua kali yaitu
pada tanggal 28 Mei pukul 16.18 WIB (12:18 waktu Saudi) dan pada tanggal 16 Juli pukul
16.27 WIB (12:27 waktu Saudi). Pada saat itu semua bayangan benda yang berdiri tegak lurus
akan menghadap ke arah ka’bah. Lihat gambar 5.0

Gambar 5.0

Seperti kita ketahui bahwa bayangan matahari terpendek bahkan tidak ada sama sekali
adalah ketika posisi matahari berada di titik zenit, sehingga bagi penduduk Makkah dan
sekitaranya, momen Qiblat Day ini hampir tidak bisa dijadikan patokan untuk mengetahui arah
qiblat. Pada saat Qiblat Day, matahari benar-benar diatas Ka’bah sehingga benda yang berdiri
tegak di sekitar Ka’bah (Makkah) tidak menimbulkan bayangan sama sekali. Semakin dekat
dengan Ka’bah semakin sulit menggunakan momen Qiblat Day ini.

Tidak semua wilayah bisa memanfaatkan fonemena Istiwaul A’dhom yang terjadi di kota
Makkah ini. Penentuan qiblat pada saat Qiblat Day ini hanya bisa digunakan oleh kaum
muslimin dari tiga benua yaitu Asia, Afrika dan Eropa, sementara Amerika dan Australia tidak
bisa memanfaatkan momen ini karena pada saat tersebut di Amerika matahari belum terbit
dan di Australia matahari sudah tenggelam di ufuk barat. Wilayah Indonesia juga bisa
memanfaatkan fonemena ini kecuali Indonesia bagian timur.

Secara umum negara-negara yang bisa memanfaatkan qiblat day ini hanya negara yang
perbedaan waktunya tidak lebih dari 5 jam dengan waktu Makkah, atau bujurnya tidak lebih
dari 90º dari Makkah ke barat mupun ke timur. Berikut peta negara-negara yang bisa
menggunakan Yaumu Roshdil Qiblah. Lihat gambar 5.1

Gambar 5.1

Fenomena Istiwa Utama (Istiwaul A’dhom) terjadi akibat gerakan semu matahari yang
disebut gerak tahunan matahari (musim). Matahari terlihat dari bumi mengalami pergeseran
23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS. Pada saat nilai azimuth matahari sama dengan nilai azimuth lintang
geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut terjadi Istiwa Utama yaitu melintasnya
matahari melewati zenith. Dalam bahasa sederhana Istiwa Utama adalah saat Dhuhur dimana
nilai deklinasi matahari sama dengan lintang tempat.

Dalam bahasa Jawa peristiwa ini disebut dengan Tumbuk. Tumbuk terjadi di wilayah Jawa
juga dua kali. Yang pertama antara tanggal 28 Februari sampai 4 Maret, sedangkan yang
kedua antara 9 Oktober sampai 14 Oktober. Pada saat tumbuk yang kedua matahari sangat
menyengat karena bertepatan pada musim kemarau.

B. BAYANGAN HARIAN MATAHARI.


Disamping pada saat Qiblat Day, setiap hari kita juga bisa menentukan arah qiblat
berdasarkan bayangan matahari. Bayangan benda yang berdiri tegak akan menghadap ke
arah qiblat ketika pada perjalanannya dari timur ke barat, matahari bersinggungan dengan
azimut qiblat setempat atau perlawanan azimut qiblat setempat (180°).

Pada perjalanan hariannya, matahari berjalan semu dari timur ke barat dan bergeser dari utara
ke selatan dan sebaliknya. Matahari bergeser ke utara maksimal 23,5° LU, dan kembali ke
selatan maksimal 23,5°, LS, sehingga mengakibatkan waktu bertemunya azimut matahari
dengan azimut qiblat setempat berubah setiap harinya.

Saat deklinasi matahari nilainya plus (antara Maret – September) maka bayang-bayang qiblat
terjadi sesudah waktu Dhuhur, jika deklinasi matahari nilainya mines (antara September –
Maret) maka bayang-bayang qiblat terjadi sebelum dhuhur. Jika bayangan qiblat terjadi
sebelum Dhuhur maka ujung bayangan menghadap qiblat akan tetapi jika terjadi setelah
Dhuhur maka ujung bayangannya membelakangi qiblat.

Berikut gambaran perjalanan semu matahari yang berjalan dari timur ke barat dan bergeser
sedikit demi sedikit dari utara ke selatan dan sebaliknya.
Gambar 6.0

RUMUS MENGHITUNG BAYANG-BAYANG QIBLAT.

φ = Lintang tempat λ = Bujur Tempat


φ k = Lintang Ka'bah λ k = Bujur Ka'bah
δ = Deklinasi matahari e = Equation of time
Tz = Time zone bwd = Tz x 15
Sb = tan-1 (1/ (1/ tan Aq x sin φ ))
BQ = (( cos-1 (1/ tan φ x tan δ x cos Sb)) + Sb )/ 15 + (12 –
e - ( λ - bwd ) /15)

Berikut contoh untuk menghitung bayang-bayang Arah Qiblat dengan Markas Masjid Agung
Surabaya (λ :112°42'54,47" φ :-7°20'11,91") pada tanggal 12 Desember 2009 M.
dengan memakai deklinasi dan equation of time matahari taqribi.

φ k (F26) = 21° 25' 25" = 21,42361111


λ k (F27) = 39° 49' 39" = 39,8275
φ (F29) = -7° 20' 11,91" = -7,336641667
λ (F30) = 112° 42' 54,47" = 112,7151306
Tz (F31) = 7
Bwd(F32) = Tz x 15 = 7 x 15 = 105
δ (F34) = -23° 03' 00" = -23,05
e (F35) = 06' 30" = 0,108333333
Sb (F37) = tan (1/ (1/ tan Aq x sin φ ))
-1

= ATAN (1/(1 /TAN(F13 * dr)*


SIN(F29 * dr)))* 180/PI() = -74,0395008
BQ (F38) = ((cos (1/tan φ x tan δ x cos Sb))
-1

+ Sb)/15+(12 – e -(λ - Bwd)/15)


= (((ACOS(1/TAN(F29*dr)*TAN(F34*dr)*COS(F37*dr))
*180/PI())+F37)/15+(12-F35-
(F30-F32)/15)) = 8,085899561
= 08:05:09 LT

Berdasarkan perhitungan pendekatan diatas, di Masjid Agung Surabaya pada tanggal 12


Desember 2009, bayang-bayang matahari menghadap qiblat pada pukul 08:05:09 WIB. Untuk
lebih akuratnya, setelah waktu bayang-bayang diketahui sebaiknya perhitungan ini diulang
kembali dengan deklinasi serta equation of time menggunakan rumus dengan acuan waktu
diatas, yakni tidak lagi menggunakan deklinasi dan equation of time taqribi. Rumus untuk
mencari deklinasi dan equation of time matahari akan diuraikan di akhir tulisan ini.

3. LINGKARAN BUSUR
Cara lain untuk menentukan arah qiblat yaitu dengan menggunakan busur lingkaran. Untuk
menentukan utara sejati (True North) busur, gunakan bayangan matahari sebagai penentu
azimut, dengan langkah sebagia berikut :

a. Siapkan petunjuk waktu / jam dan kalibrasikan dengan RRI, telkom, atau program Atom Time
dengan koneksi internet. Untuk keakurasiannya gunakan jam digital.
b. Buatlah garis lurus di pelataran yang benar-benar datar dengan menggunakan bayangan
matahari dengan cara menancapkan tongkat secara tegak lurus atau menggunakan benang
bandul. Amatilah dengan seksama bayangan matahari tersebut, kemudian berilah tanda titik di
antara dua ujungnya. Tandailah ujung bagian bawah bayangan dengan titik a dan titik lainnya
dengan titik b, catat waktu pada saat menandai titik-titik tersebut, lihat gambar.7.0

Gambar 7.0 dan Gambar 7.1

c. Buatlah lingkaran dengan titik b sebagai pusat lingkaran. Ukur panjang jari-jari antara titik a
dan titik b (misalnya 50cm) Lihar gambar 7.1
d. Selanjutnya hitung azimut matahari dengan acuan waktu yang telah dicatat pada saat
mengambil bayangan tadi dengan rumus yang diuraikan diakhir tulisan ini.
e. Setelah azimuth matahari pada saat itu diketahui maka selanjutnya kita tinggal menentukan
titik utara-selatan atau timur-barat dari busur lingkaran tersebut. Untuk memudahkan kalibrasi
maka dilihat dulu, nilai azimuth matahari pada saat itu lebih dekat ke arah timur atau barat?.
Kalau lebih dekat ke arah timur (90°) maka kita mengkalibrasikannya ke arah timur, jika lebih
dekat ke arah barat (270°) maka kita mengkalibrasikannya ke arah barat.
Misalnya: Setelah dihitung, azimut matahari bernilai 125° 22' 21" maka dengan demikian di
antara empat mata angin (90°,180°,270°,360°) yang paling dekat adalah kearah 90° yakni
arah timur, maka busur lingkaran kita kalibrasikan ke arah timur
Selanjutnya tarik garis dari titik a ke titik c (titik c adalah arah mata angin terdekat), tarik ke
kanan jika azimut lebih kecil dari titik c, dan tarik ke kiri jika azimut lebih besar dari titik c.
Hitung nilai panjang busur a dan c dengan rumus segitiga sama kaki sebagai berikut.

Buka file "001_arah_qiblat", lalu pilih sheet “Deklinasi”.

Sudut b (F72) = abs(arah terdekat – az )


= abs(90-125,3725119) =35,37251193
r (F73) = jari-jari lingkaran =50
Jarak a-c (F74)= r /sin ((180 - b) / 2 ) x sin b
= F33/SIN(((180-F72)/2)* dr)*
SIN(F72 *dr) = 30,3804529

Jadi jarak a-c = 30,3804529 cm, tarik garis lurus melewati lingkaran ke arah kiri sepanjang
30,3804529 cm, itulah titik timur sejati. Lihat gambar 7.2
Gambar 7.2

Untuk arah mata angin yang lainnya tinggal menariknya 90 derajat ke kiri maupun ke kanan
dengan rumus segitiga sama kaki yang telah diterangkan diatas. Untuk sudut 90° dengan jari-
jari lingkaran 50 cm maka jarak antara kaki a dan c =70,71067812 cm

Gambar 7.3

Untuk menentukan arah qiblatnya, tarik garis dari titik barat ke arah utara sejauh azimut qiblat
yang dihitung dari arah barat misalnya arah qiblat 294° 03' 39'' maka 24° 03' 39'', dengan cara
seperti yang telah kita lakukan dalam menentukan arah timur. Lihat Gambar 7.4

Gambar 7.4

4. THEODOLITE

Theodolite adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut horisontal (Horizontal
Angle = HA) dan sudut vertikal (Vertical Angle = VA). Alat ini banyak digunakan sebagai piranti
pemetaan pada survey geologi dan geodesi. Dengan berpedoman pada posisi dan pergerakan
benda-benda langit misalnya matahari sebagai acuan atau dengan bantuan satelit-satelit GPS
maka theodolite akan menjadi alat yang dapat mengetahui arah secara presisi hingga skala detik
busur.

Pada dasarnya alat ini merupakan sebuah teleskop yang ditempatkan pada sebuah piringan
pertama yang berbentuk bulat dan dapat diputar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga bisa
membaca sudut horisontal. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua yang dapat
diputar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga bisa membaca sudut vertikal. Kedua sudut
tersebut, baik vertikal maupun horisontal dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi.

Setelah theodolite analog kini banyak diproduksi theodolite dengan menggunakan teknologi digital
sehingga pembacaan skala jauh lebih mudah. Beberapa merk theodolite misalnya Nikon, Topcon,
Leica, Sokkia, dan lain-lainnya.

Theodolite Digital
Dengan theodolite digital kita bisa mengukur arah qiblat dengan lebih presisi dari pada dengan
media lainnya. Yang paling penting dalam penggunaan theodolite dalam pengukuran arah qiblat
adalah pointing arah utaranya terhadap titik utara sejati (True North). Pointing arah utara biasanya
menggunakan acuan matahari, dengan membidik matahari di saat tertentu kemudian menghitung
azimutnya, lalu mengkalibrasikannya dengan titik nol/utara theodolite. Didalam kondisi emergency
pointing arah utara juga bisa menggunakan kompas khusus yang dipasang diatas theodolite,
akan tetapi cara ini sangat tidak dianjurkan karena kompas bekerja berdasarkan pengaruh medan
magnet sehingga margin errornya tinggi, sangat disayangkan ketika kita menggunakan alat ukur
yang tingkat presisinya sangat tinggi (High Precision), tetapi kalibrasinya menggunakan alat yang
tingkat akurasinya rendah (Low Precision) seperti kompas.

Untuk menggunakan theodolite, berikut tahapan-tahapan yang perlu diketahui sehingga


penggunaannya maksimal. Sebagai contoh kita menggunakan Theodolite Nikon NE-102/NE-202
yang banyak digunakan oleh DEPAG dalam praktik rukyat awal bulan.
Agar bisa maksimal dalam menggunakan theodolite terlebih dahulu kita harus mempersiapkan
segala sesuatunya secara seksama agar akurasinya benar-benar bisa dipertanggung jawabkan.
SETTING WATERPAS

Langkah pertama untuk mempersiapkan theodolite adalah setting waterpas. Agar setting
waterpas berlangsung cepat dan akurat maka dalam prosedurnya sebagai berikut.

1. Tempatkan tripod (tiang theodolite) diatas tempat yang aman/kokoh sehingga tripod berdiri
dengan stabil, tidak mudah berubah. Kondisikan tripod base plate (bidang datar tempat
theodolite) sedatar mungkin, sehingga tidak miring ke kanan, kiri maupun ke depan.

2. Pasang/kaitkan benang bandul di tempatnya dengan benar, yakni dibawah tatakan tripod
(tripod base plate).
3. Pasang theodolite diatas tripod base plate dengan pola salah satu foot screws berada didepan
sedangkan dua lainnya dibelakang. Lihat Gambar 8.0.

Gambar 8.1
Gambar 8.0

4. Atur garis centre theodolite, sehingga simetris diantara dua foot screws B dan C untuk
memudahkan penyetelan waterpas. Lihat gambar 8,1

5. Tekan tombol Power untuk menghidupkan theodolite.

6. Putar 2 foot screws (B dan C) untuk mengatur waterpas, sehingga gelembung udara di dalam
plat level (waterpas batang) benar-benar centre/timbang.

7. Lalu putar theodolite secara horisontal ke posisi 90 dr, kemudian putar foot screws A (hanya A
saja dan biarkan screws B dan C) untuk mengatur kembali water pas, sehingga gelembung
udara didalam plate level (waterpas batang) benar-benar centre/timbang. Putar lagi theodolite
ke posisi 0 dr, lalu setting kembali foot screw B dan C, sampai waterpas benar timbang. Lihat
gambar 8.2.

Gambar 8.3
Gambar 8.2

8. Lihat circular level (waterpas bundar), Jika prosedurnya benar maka circular level akan centre
dengan sendirinya. Jika sudah benar-benar level maka, gelembung udara yang ada di dalam
plate level maupun circular level akan timbang/centre, kemanapun theodolite diarahkan. Jika
azimut theodolite dirubah/diputar kemudian waterpas tidak centre maka langkah 6 dan 7 perlu
diulang kembali sampai pada level kemanapun theodolite diarahkan, plate level maupun
circular level tetap centre. Lihat Gambar 8.3

SETTING AZIMUT / MENENTUKAN ARAH UTARA SEJATI

Ada dua cara untuk menentukan azimut theodolite yaitu dengan kompas atau matahari.
Jika menggunakan kompas maka margin errornya tinggi sehingga tingkat keakurasiannya rendah.
Khusus untuk lokasi-lokasi didalam gedung atau diatas konstruksi cor-coran beton sangat tidak
dianjurkan menggunakan kompas. Kompas bekerja berdasarkan medan magnit sehingga akan
sangat terpengaruh oleh kondisi tempat, semakin banyak logam disekitar tempat tersebut maka
semakin tinggi tingkat errornya.
Cara yang kedua adalah dengan acuan matahari, dengan menggunakan matahari, kita tidak
terganggu oleh kondisi tempat, walupun lokasinya disekitar pabrik yang banyak logam dan medan
listriknya. Yang akan diuraikan disini adalah menggunakan acuan matahari.

Untuk memudahkan dalam membidik matahari sebaiknya pengukuran dilakukan di pagi hari
sebelum jam 9 atau sore hari diatas jam 15 agar pengintaian matahari dengan theodolite tidak
mengalami kesulitan. Jika matahari terlalu tinggi, disamping kesulitan dalam pengintaian,
teleskop theodolite juga akan terhalang oleh bagian atas theodolite itu sendiri.

Sebelum melakukan kalibrasi azimut theodolite, pastikan waterpas theodolite benar-benar


timbang/centre. Kemudian ikuti langkah-langkah berikut ini.

1. Tutuplah objective lens/kaca depan teleskop theodolite dengan filter sehingga teleskop
theodolite tidak kontak langsung dengan matahari. Anda bisa membuat filter ini dengan
menggunakan bekas disket maupun negatif film

2. Buka kunci horisontal (horisontal clamp cnop) maupun vertikal (vertical clamp cnop), arahkan
theodolite ke posisi matahari berada, jika sudah mendekati obyek, kunci knop horisontal dan
vertikal. Atur vertikal maupun horisontal theodolite dengan menggunakan knop pengatur
horisontal (horisontal tangent screw) maupun vertikal (vertical tangent screw) sehingga
piringan matahari benar-benar di tengah-tengah frame target object, jika matahari terlihat
kabur, maka atur focus adjustman sampai matahari terlihat dengan jelas, Lihat Gambar 8.4

Pada saat piringan matahari benar-benar di tengah-tengah frame target object maka catat
waktunya, misalnya 17:01:24.

Gambar 8.4

3. Setelah piringan matahari benar-benar di tengah-tengah frame target Tekan tombol reset 3
detik kemudian hitung azimut matahari pada saat tersebut dengan menggunakan software-
software yang sudah ada, seperti Starry Night, Ascript, Moncal 6 dan lainnya, atau dengan
rumus yang akan diuraikan akhir tulisan ini.

4. Setelah ketemu nilai azimut matahari pada saat tersebut kemudian kurangkan dengan 360,
misal azimut matahari pada 17 Agustus 2007 jam 17:01:24 adalah 278° 12’ 14” maka = 360-
278° 12’ 14” = 81° 47’ 46”. Lalu arahkan theodolite ke posisi 81° 47’ 46” setelah benar-benar
pas kemudian tekan reset selama 3 detik.

Bulatkan nilai azimut ke dalam nilai 5" (detik derajat), karena Gradian vertikal maupun
horisontal theodolite jenis Nikon NE-102/202 adalah 5", misalnya nilainya 81° 47’ 46” maka
dibulatkan ke 81° 47’ 45”.

5. Jika prosedur diatas dilakukan dengan benar maka azimut theodolite kita sekarang sudah
terkalibrasi dengan arah utara sejati. Selanjtunya kita bisa menggunakan theodolite untuk
kepentingan hisab, baik menentukan arah kiblat maupun untuk kepentingan rukyat awal bulan.

CECKING AZIMUT THEODOLITE

Sebelum digunakan untuk mengukur qiblat maupun rukyat hilal, sebaiknya kita cek terlebih dahulu
theodolite yang telah kita kalibrasi tadi dengan membidik matahari lagi untuk memastikan bahwa
azimut theodolite sudah benar-benar adjust.
Hitung azimut dan altitude matahari 10 menit yang akan datang dari sekarang. Misalnya jam
sekarang 17:00, maka hitung azimut dan altitude matahari pada jam 17:10 dengan menggunakan
software-software yang sudah ada, seperti Starry Night, Ascript, Moncal 6 dan lainnya, atau
dengan rumus yang diuraikan dibagian akhir tulisan ini.

Selanjutnya arahkan vertikal dan horisontal theodolite sesuai dengan perhitungan azimut dan
altitude matahari pada jam tersebut (17:10). Kalau sudah pas, lalu tunggu sampai pukul 17:10 dan
pada saat tersebut lihatlah matahari melalui lup theodolite, jika pada saat tersebut piringan
matahari berada tepat di tengah-tengah target frame object, maka azimut theodolite sudah benar,
dan jika piringan matahari tidak tepat di tengah-tengah target frame object maka kalibrasi
theodolite perlu diulang kembali sampai azimut theodolite benar-benar tepat.

APLIKASI THEODOLITE DALAM PENENTUAN ARAH QIBLAT

Setelah kalibrasi azimut theodolite berjalan sukses, kita tinggal mengarahkan theodolite ke target
yang kita kehendaki sesuai dengan keperluannya. Untuk menentukan arah qiblat, ikuti langkah-
langkah sebagai berikut.

1. Buatlah tanda titik pertama atau paku di permukaan tanah atau lantai yang berada di bawah
bandul theodolite, beri nama titik tersebut dengan titik "A", Lihat Gambar 8.5.

2. Buka kunci knop horisontal (horisontal clamp cnop) lalu arahkan azimut theodolite dengan
tangan ke arah qiblat lokasi tersebut yang sudah dihitung sebelumnya, misalnya 294° 03'
39”. Eratkan kembali kunci horisontal jika azimut theodolite sudah mendekati nilai azimut
qiblat setempat, lalu putar pelan-pelan menggunakan knop horisontal (horisontal tangent
screw) sampai nilai horisontal theodolite benar-benar pas dengan nilai arah qiblat setempat.

Bulatkan nilai azimut qiblat setempat ke dalam nilai 5" (detik derajat), karena gradian
horisontal maupun vertikal theodolite jenis Nikon NE-102/202 adalah 5", misalnya nilai
qiblatnya 294° 03' 39” maka dibulatkan ke 294° 03' 40”

3. Buka kunci knop vertikal (vertical clamp cnop), lalu arahkan teleskop theodolite ke
permukaan tanah atau lantai dengan obyek target kira-kira 10 meter dari theodolite. Lihatlah
obyek melalui lup teleskop theodolite, atur focus adjutsman jika obyek terlihat buram atau
tidak fokus, sehingga obyek di permukaan tanah atau lantai terlihat dengan jelas bersama
garis silang frame target object. Semakin jauh obyek, pengukuran semakin presisi asalkan
obyek terlihat jelas dengan teleskop theodolite. Lihat Gambar 8.5.

4. Buatlah tanda titik kedua atau paku di permukaan tanah atau lantai yang bersinggungan/
bertepatan dengan garis silang dari frame target object, lalu beri nama titik tersebut dengan
titik "B". Lihat Gambar 8.5.

5. Tariklah benang atau tali dari titik A ke titik B. Dari titk A ke titik B itulah hasil pengukuran
arah qiblat yang barusan dilakukan. Lihat Gambar 8.5.
Gambar 8.5

KALKULASI KESALAHAN PENENTUAN ARAH QIBLAT

Kesalahan penentuan arah qiblat beberapa derajat dari arah yang sebenarnya untuk daerah yang
dekat dengan kota Makkah tidak terlalu mengkhawatirkan, berbeda dengan daerah yang jauh dari
kota Makkah, seperti Indonesia yang jaraknya mencapai ±8500 km.

Dalam menentukan arah qiblat kota Surabaya dengan kesalahan 2° ke utara dari arah sebenarnya,
mengakibatkan penyimpangan arah kiblat ±300 km dari ka'bah ke utara, ini masih bisa ditolerir
karena masih belum keluar dari wilayah Saudi Arabiyah.

Kesalahan tidak bisa ditolerir jika mencapai 5° lebih keutara, lebih-lebih kesalahanya 5° ke selatan,
karena akan mengakibatkan keluarnya arah qiblat dari wilayah Saudi Arabiyah.
Kesalahanya 5° dari Surabaya mengakibatkan penyimpangan arah kiblat ±750 km dari ka'bah.

Untuk mengetahui seberapa jauh penyimpangan arah qiblat dari ka'bah jika dalam penentuan arah
qiblatnya terjadi kesalahan beberapa derajat dari arah yang sebenarnya, maka kita bisa
menggunakan cara berikut ini.

Hitung terlebih dahulu jarak antara lokasi dengan ka'bah dengan rumus sebagai berikut :

λ = bujur tempat λ k = bujur ka'bah


φ = lintang tempat φ k = lintang ka'bah
E = λ - λ k
M = cos-1 ( sin φ x sin φ k + cos φ x cos φ k x cos E )
Km = M / 360 x 6,283185307 x 6378,388

Contoh perhitungan jarak antara Ka'bah dengan Masjid Akbar Surabaya ( λ : 112° 42'
54,47" φ : -7° 20' 11,91" )

Buka file "001_arah_qiblat", lalu pilih sheet “Latihan Arah Qiblat”.

E(F20) = λ - λ k
= F7-F5 = 72,88763056
M(F21) = cos-1 ( sin φ x sin φ k + cos φ x cos φ k x cos E )
= ACOS(SIN(F6*dr)*SIN(F4*dr)+COS(F6*dr)*COS(F4*dr)*
COS(F20*dr))*180/PI() = 76,99536459
Km(F22) = M /360 x 6.283185307 x 6378.388
= F21/360 * 6,283185307 * 6378,388 = 8571,422079km

Jika jarak dari ka'bah ke lokasi sudah ditemukan selanjutnya gunakan rumus berikut :

P = Km/SIN((180-S)/2)x SIN S

P = penyimpangan dari ka'bah dalam kilometer


Km = jarak antara ka'bah dengan lokasi dalam kilometer
S = sudut kesalahan dalam derajat

Km(F43) = F22 = 8571,422079km


S (F44) = 5° = 5°
P (F46) = Km/SIN((180-S)/2)x SIN S
= F43/SIN(((180-F44)/2)*dr)*SIN(F44*dr) = 747,7603598km

Jadi dengan kesalahan 5 derajat mengakibatkan penyimpangan arah qiblat dari ka'bah 747.7603598
kilometer.

MENGHITUNG TINGGI DAN AZIMUTH MATAHARI

Yang dimaksud azimuth adalah arah yang patokannya diukur dari Utara=0° kemudian berputar
searah jarum jam ke Timur=90° terus ke Selatan=180° lalu ke Barat=270° dan kembali ke
utara=360°/0°

Semua benda langit, baik bintang, matahari maupun bulan, pada saat yang dikehendaki dapat
dihitung berapa tinggi (altitude) maupun arah (azimuth) nya, jika data-data yang diperlukan diketahui.

Adapun data-data yang diperlukan untuk menghitung tinggi dan azimuth matahari adalah sebagai
berikut:

1. Lintang tempat. 2. Bujur tempat. 3. Time Zone.


4. Deklinasi matahari. 5. Equation of Time

Data bujur dan lintang tempat bisa kita dapatkan dari buku buku geografi, seperti Atlas Indonesia dan
Dunia, Taqwim Standar Indonesia, Tabel Geografis Kota-kota Dunia dan lain-lainnya. Apabila kita
kesulitan mencari data lintang dan bujur tersebut, maka kita bisa mengukurnya dengan bantuan GPS
(global position system) alat navigasi berbasis satelit yang didesain untuk mengkalkulasi lintang dan
bujur, serta ketinggian suatu tempat di permukaan bumi ini. Bagi yang memakai komputer bisa
menggunakan Atlas Encarta dan jika ada koneksi ke internet akan lebih bagus menggunakan Google
Earth.

DEKLINASI, EQUATION OF TIME DAN SEMI DIAMETER MATAHARI

Semua perhitungan yang berkenaan dengan matahari tidak bisa lepas dari apa yang disebut dengan
Deklinasi matahari, Equation of time maupun Semi diameter matahari.

DEKLINASI MATAHARI : Declination of the Sun, atau biasa disebut Mailusy Syamsi (‫)ميل الشمس‬
adalah jarak matahari dari Equator. Nilai deklinasi plus (+) jika matahari di utara Equator dan
mines (-) jika di selatan Equator. Pada tanggal 21 Juni matahari berada paling jauh di utara
equator dengan harga deklinasi 23° 27' dan pada tanggal 22 Desember matahari berada paling
jauh di selatan equator dengan nilai deklinasi -23° 27'. Pada tanggal 21 Maret dan 23 September
matahari berada persis di equator dengan harga deklinasi 0°. Di dalam rumus-rumus hisab,
deklinasi ini biasa disebut dengan symbol δ (delta)

EQUATION OF TIME : Daqiuqut Tafawwut, Ta’diluz Zaman, Ta’dilul Waqti, atau perata waktu,
adalah selisih antara waktu kulminasi matahari hakiki dengan waktu kulminasi rata-rata matahari.
Pada saat posisi bumi berada di posisi terdekat dengan matahari, pergerakannya pada lingkaran
ekliptika berlangsung lebih cepat daripada ketika posisi bumi jauh dari matahari. Akibatnya saat
kulminasi matahari setiap hari selalu berubah, kadang persis jam 12:00, kadang kurang dan
kadang lebih. Kelebihan dan kekurangannya dari pukul 12:00 inilah yang disebut dengan equation
of time. Di dalam rumus-rumus hisab, equation of time ini biasa disebut dengan simbol e° (huruf e
kecil).
SEMI DIAMETER MATAHARI : Nisfu Qothris Syamsi adalah lebar separo piringan matahari,
biasanya diperlukan dalam menghitung waktu maghrib dan terbit. Diameter matahari ± 32' jadi
nilai separo lingkaran matahari adalah ± 16' . Di dalam rumus-rumus hisab, Semi Diameter
Matahari ini bisa disebut dengan symbol sd

Untuk mendapatkan Deklinasi, Equation of time dan Semi diameter matahari yang presisi kita bisa
menghitungnya sendiri dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Langkah pertama untuk mendapatkan deklinasi, equation of time serta semi diameter matahari
adalah menghitung JD (Julian Date) dari tanggal yang dimaksud kemudian menghitung harokat-
harokat matahari dengan cara sebagai berikut :

1. Tentukan jam(Jm), menit dan detik dengan format jam (00:00:00 / 00° 00' 00") dalam waktu
gmt.
2. Tentukan tanggal(D), bulan(M) dan tahun(Y) yang dimaksud/
3. Jika yang dihitung bulan Januari(1) atau Februari(2) maka harga bulan ditambah 12 dan harga
tahun(Y) dikurangi 1. misal 17 Februari 2007 maka D=17, M=14 dan Y=2006

Misalnya menghitung deklinasi, equation of time serta semi diameter matahari pada tanggal 9 Januari
2010 pukul 17:49:82 WIB. dengan menggunakan Microsoft Excel 2003.

Buka file "001_arah_qiblat", yang disertakan dalam tulisan ini, lalu pilih sheet “Deklinasi”. Kemudian
ikuti langkah-langkah berikut ini:

TZ(F6) = 7 time zone


D (F8) = 9 tanggal
M (F9) = 1 bulan masehi
Y (F10) = 2010 tahun masehi

Kemudian rubahlah tanggal, bulan dan tahun tersebut kedalam waktu GMT / universal date
dengan menggunakan fungsi date

F13 = DATE(F10;F9;F8) + (F11-F6/24) = 09 Januari 2010


F14 = DAY(F13) = 9
F15 = MONTH(F13) = 1
F16 = YEAR(F13) = 2010
F17 = MOD(F13;1) UT(universal time) = 10:49:18

Jika bulan lebih kecil dari 3 maka bulan ditambah 12 dan tahun dikurangi 1

M (F19) = Jika M<3 maka M+12


= IF(F15<3;F15+12;F15) = 13
Y (F20) = Jika M<3 maka Y-1
= IF(F15<3;F16-1;F16) = 2009
B (F21) = 2-INT(Y/100)+INT(INT(Y/100)/4)
= 2-INT(F20/100)+INT(INT(F20/100)/4) = -13

JD(F22) = INT(365,25x(Y+4716))+INT(30,6001 x(M+1))


+ D + UT + B - 1524,5
= INT(365,25 *(F20+4716))+INT(30,6001 *(F19+1))
+F14+(F17) + F21 - 1524,5 = 2455205,951

T (F23) = (JD - 2451545)/36525


= (F22 - 2451545)/36525 = 0,100231373
S (F25) = FRAC((280,46645+36000,76983 x T)/360)x 360
= MOD((280,46645 + 36000,76983 * F23)/
360;1)*360 = 288,873043

M (F26) = FRAC((357,5291+35999,0503 x T)/360)x 360


= MOD((357,5291+35999,0503 * F23)/
360;1)*360 = 5,763342161

N (F27) = FRAC((125,04 -1934,136 x T)/360)x 360


= MOD((125,04-1934,136 *F23)/360;1)*360 = 291,1788929

Kemudian menghitung beberapa koreksi

Kr1 (F29) = (17,264/3600)* SIN N +(0,206/3600)x SIN(2 x N)


= (17,264 /3600)* SIN(F27* Dr)+(0,206
/3600) * SIN(2 *F27* Dr) =-0,004510203
Kr2 (F30)= (-1,264 / 3600) * SIN(2 x S)
= (-1,264 / 3600) * SIN(2 * F25* Dr) = 0,000214937
Kr3 (F31)= (9,23 /3600)x COS N -(0,09/3600)x COS(2 x N)
= (9,23 /3600)* COS(F27* Dr) -(0,09/3600)
* COS(2 * F27 * Dr) = 0,000944758
Kr4 (F32) = (0,548/3600) x COS(2 x S)
= (0,548/3600)* COS(2 * F25* Dr) =-0,000120367

Q' (F34) = 23,43929111 + Kr3 + Kr4 -(46,815/3600)x T


= 23,43929111+F31+F32-(46,815/3600)*F23 = 23,43881208

E (F35) = (6898,06/3600)x SIN M +(72,095/3600)x


SIN(2 x M)+(0,966 /3600)
= (6898,06/3600)*SIN(F26 * Dr)+(72,095/3600)
* SIN(2*F26*Dr)+(0,966 /3600) = 0,196498586

S' (F36) = S + E + Kr1 + Kr2 -(20,47/3600)


= F25 + F35 + F29 +F30 -(20,47/3600) = 289,0595602

δ (F37) = sin-1 ( sin S' x sin Q')


= ASIN(SIN(F36*Dr)*SIN(F34*Dr))*180/PI() =-22,08388262

Kemudian menghitung Matholik Mustaqimah / Panjatan Tegak(PT)


PT = tan-1 (tan S' x cos Q')
√ Jika S' antara 0-90 maka PT= PT
√ Jika S' antara 90-270 maka PT= PT + 180
√ Jika S' antara 270-360 maka PT= PT + 360

Logika diatas kalau di dalam excel formulanya sebagai berikut

Pta (F39)= ATAN(TAN(F36*Dr)*COS(F34*Dr))*180/PI() =-69,36549638

Ptb (F40)= IF(AND(F36 >= 0; F36<= 90);F39;0) = 0


Ptc (F41)= IF(AND(F36 >=90; F36<= 270);F39+180;0) = 0
Ptd (F42)= IF(AND(F36 >=270; F36<=360);F39+360;0) = 290,6345036

PT (F43) = SUM(F40:F42) = 290,6345036

e (F44) = (S - PT) / 15
= (F25 -F43) / 15 =-0,117430707

s.d (F45) = 0,267 /(1 - 0,017 x COS M)


= 0,267 /(1 - 0,017 * COS(F26* Dr)) = 0,271593755

Kesimpulan dari perhitungan tersebut pada tanggal 9 Januari 2010 pukul 17:49:18 WIB data-data
matahari sebagai berikut :
Deklinasi = -22,08388262 = -22° 05' 02”
Equation of time = -0,117430707 = -00° 07' 03”
Semi diameter = 0,271593755 = 00° 16' 18”
ALGORITMA AZIMUT DAN ALTITUDE MATAHARI

Sebelum menghitung ketinggian matahari maupun azimutnya kita harus menghitung lebih dahulu
sudut waktu ( t ) / Fadllud Dair matahari pada jam tersebut.

A. Rumus untuk menghitung sudut waktu matahari (t)

wh = wd + e – ( bwd – λ ) /15
t = (wh – 12 ) x 15

wh = singkatan dari waktu haqiqi (waktu Istiwak) yakni waktu yang didasarkan pada
peredaran matahari haqiqi, yakni ketika matahari di atas zenit dianggap jam 12.
wd = waktu yang dikehendaki (local time)
bwd = patokan bujur daerah misalnya WIB = 105°, WITA = 120° dan WIT = 135° untuk
mendapatkan nilai bwd maka time zone x 15

B. Rumus untuk menghitung tinggi matahari haqiqi

h = sin-1(sin φ x sin δ + cos φ x cos


δ x cos t)

Dip
Ketinggian diatas adalah tinggi matahari berdasarkan ufuk haqiqi yakni yang dianggap ufuk
adalah titik zenit ditarik vertikal ke kaki langit 90°. Apabila kita melihat/mengukur ketinggian
matahari dari ufuk mar'I yakni ufuk yang terlihat oleh mata maka perlu dikoreksi dengan Dip yakni
kerendahan ufuk yang disebabkan tingginya tempat, karena apabila kita melihat ufuk dari
ketinggian 1000 meter tentu sudutnya akan berbeda +-1° jika melihatnya dari nol meter.
Lihat gambar 9.0

Gambar 9.0
dip = (1.76 / 60 ) x tinggi

Refraksi
Apabila hasil perhitungan tinggi matahari mendekati ufuk seperti pagi hari atau sore hari maka
ketinggian matahari perlu dikoreksi dengan Refraksi yakni pembelokan cahaya karena posisi
matahari menjauhi titik zenit. Semakin dekat dengan ufuk maka semakin tinggi nilai refraksinya,
sehingga posisi matahari terlihat semakin tinggi dari posisi sebenarnya. Rumusnya sebagai
berikut :
p = 1010 mb (Standar tekanan udara)
tmp = 30° c (Standar suhu udara)
f = 0.28 x p / ( tmp +273)
r = 0.0167 / tan (h + 7.31 / ( h + 4.4))
ref = f x r

Jadi untuk menghitung tinggi matahari mar'I maka sebagai berikut:

h' = h + dip + ref

C. Rumus untuk menghitung azimuth matahari

az = tan-1(tan δ x cos φ / sin t – sin φ / tan t )


⇒ Lihat nilai wh, jika nilai wh lebih kecil dari 12 maka az = az + 90
⇒ Lihat nilai wh, jika nilai wh lebih besar dari 12 maka az = az + 270

CONTOH PERHITUNGAN

Menghitung Altitude dan Azimuth matahari pada tanggal 9 Januari 2010 pukul 17:01:18 WIB. dengan
markas Masjid Akbar Surabaya (λ :112°42'54,47" φ :-7° 20'11,91")
Buka file "001_arah_qiblat", yang disertakan dalam tulisan ini, lalu pilih sheet “Deklinasi”. Kemudian
ikuti langkah-langkah berikut ini:

Data-data yang diperlukan


1. Lintang (F52)= -7,336641667 = -7° 20' 11,91"
2. Bujur (F53)= 112,7151306 = 112° 42' 54,47"
3. Time zone (F54)= 7
4. Deklinasi (F59)= -22,08864056 = -22° 05' 19"
5. Eq of time (F60)= -0,11720102 = -0° 07' 02”

Menghitung sudut waktu matahari

Wh (F62) = wd + e – ( bwd – λ ) /15


= F57+F60-(F55-F53)/15 = 17,41880768
T (63) = (wh – 12 ) x 15
= (F62 - 12) * 15 = 81,28211526

Menghitung tinggi matahari haqiqi

H (F64) = sin-1(sin φ x sin δ + cos φ x cos δ x cos t)


= ASIN( SIN(F52*Dr)*SIN(F59*Dr)+COS(F52*Dr)
* COS(F59*Dr)*COS(F63*Dr))*180/PI() = 10,79612099

Menghitung azimuth matahari


Az (F65) = tan-1(tan δ x cos φ / sin t – sin φ / tan t )
= ATAN(TAN(F59*Dr)*COS(F52*Dr)/SIN(F63*Dr)-
SIN(F52*Dr)/TAN(F63*Dr))*180/PI() = -21,1877063
⇒ Lihat nilai wh, jika nilai wh lebih kecil dari 12 maka az = az + 90
⇒ Lihat nilai wh, jika nilai wh lebih besar dari 12 maka az = az + 270

Az (F66) = IF(F62<12;F65+90;F65+270) = 248,8122937


Kesimpulan data matahari pada tanggal 9 Januari 2010 pukul 17:01:18 WIB. dengan markas Masjid
Akbar Surabaya (λ :112°42'54,47" φ : -7° 20'11,91") Sebagai berikut :
Deklinasi : -22,08864056 -22° 05' 19" Eq of time : -0,11720102 -0° 07' 02”
Azimut : 248,8122937 248° 48' 44'' Altitude : 10,79612099 10° 47' 46''

Untuk pembanding dalam perhitungan arah qiblat, anda bisa membuka halaman Qiblat Kota-Kota di
Indonesia atau downloadnya dalam format Excel

Download makalah ini dalam format PDF Alternatif download 4Shared


Penulis adalah :
Anggota ICOP (Islamic Crescents' Observation Project); Pelaku Rukyat Lajnah Falakiyah PBNU
Staf Lajnah Falakiyah NU Kabupaten Gresik; Koordinator Rukyah Hilal Indonesia wilayah Gresik
Litbang Forum Kajian Falak Jawa Timur

Anda mungkin juga menyukai