Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Astronomi islam praktis merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan islam yang
telah ada sejak peradaban agama islam dimuka bumi. Dalam Ilmu Astronomi islam praktis
permasalahan arah kiblat dapat diselesaikan dengan cara Theoritical Astronomy dan Practical
Astronomy yang dipelajari dan dikembangkan dengan memadukan technologi yang berkembang.
Penentuan arah kiblat (Ka'bah) sangat penting karena merupakan syarat untuk sahnya salat yang
dilakukan sebagaimana nabi Muhammad SAW dan para sahabat ketika salat, mereka
menghadap ke arah kiblat (Ka'bah). Allah SWT berfirman dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat
149 sebagai berikut :

Artinya :
Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. Dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Menurut Syafi'iyyah dan Hanabilah berpendapat bahwa orang yang melihat Ka'bah wajib
menghadap ke 'ainul Ka'bah, sedang orang yang tidak melihatnya, wajib niat dalam hatinya
menghadap ke 'ainul Ka'bah seraya menghadap ke arahnya. Arah kiblat (Ka'bah) selalu berubah
disetiap tempat di dunia hal ini seiring dengan perubahan pergeseran lempeng bumi karena
pengaruh aktivitas vulkanik. Di lokasi Yogyakarta Indonesia pergeseran arah kiblat sebesar 1
dapat merubah titik arah sekitar 100 km dari titik Ka'bah. Oleh karena itu,penentuan ini sangat
dianjurkan untuk setepat mungkin menentukan titik arah kiblat (Ka'bah). Seiring dengan itu
terdapat banyak metode yang dapat digunaakan untuk menentukan titik arah kiblat (Ka'bah)
dengan amat teliti salah satu metode tersebut yaitu dengan menggunakan sinar matahari. Untuk
itu, dilakukan percobaan penentuan arah kiblat sebagai salah satu syarat dan motivavasi untuk
terus semangat beribadah kepada Allah SWT.
B. Tujuan
1. Menentukan arah kiblat dengan metode teoritis menggunakan software LunaSolCal.
2. Menentukan arah kiblat dengan metode observasi menggunakan software akuratetime.
DASAR TEORI
Menghadap kiblat sebagai salah satu syarat sahnya salat tidak diperselisihkan lagi di
kalangan ulama. Berdasarkan landasan normatif dari ayat al-Quran (Q.s al-Baqarah 144,149 dan
150). Serta Sabda Rasulullah Saw:
) (


Artinya: Bila kamu hendak salat maka sempurnakanlah wudhu, lalu menghadap kiblat,
kemudian bertakbirlah (HR. Bukhari dan Muslim) (Bukhari, 2004: 110; Muslim : 11 ).

Berdasarkan ayat dan hadis tersebut di atas, kewajiban menghadap kiblat merupakan suatu
kemestian. Oleh karena itu dalam menentukan arah kiblat harus dilakukan dengan semaksimal
mungkin sebagaimana layaknya sebuah ijtihad. Atas dasar tersebut Imam asy-Syafii dalam
kitabnya ar-Risalah memberikan contoh salah satu aktifitas ijtihad adalah menentukan arah kiblat
(asy-Syafii, 1986: 233-240). Realisasi ijtihad dalam penentuan arah kiblat mengalami
perkembangan seiring dengan perjalanan waktu dari yang tradisional hingga yang modern dan dari
taqribi hingga yang tahqiqi.

Penentuan Arah Kiblat


Menentukan arah kiblat dengan metode sinar matahari telah diketahui berdasarkan firman Allah
SWT dalam Al Qur'an surat Al-Furqon ayat 45 sebagai berikut :

Artinya :
Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan
memendekkan) bayang-bayang; dan kalau dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap
bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu.
Secara astronomis dalam satu tahun dua kali bayangan matahri tepat melintas Kabah. Peristiwa
itu terjadi diperkirakan pada tanggal 28 Mei dan 16 Juli. Bayangan matahari pada tanggal tersebut
dapat dijadikan pedoman menetapkan arah kiblat untuk daerah yang berada jauh dari Mekkah. 51
Pengukuran bayangan matahari pada tanggal tersebut dilakukan setelah matahari tergelincir.
Penentuan dan pengukuran disesuaikan waktu Mekkah dengan waktu daerah. Contoh perbedaan
waktu Mekkah dengan Indonesia 4 jam 20 menit 40 detik karena Indonesia terletak sebelah Timur
kota Mekkah maka siang hari lebih cepat di Indonesia dari Mekkah. Kalau matahari tergelincir di
Mekkah Pukul 12.00 di tambah dengan beda waktu di Indonesia 4 20 40 berarti di Indonesia pukul
16 20 40. Jadi pengukuran di Indonesia dapat di lakukan pukul 16 20 40 pada itu di Mekkah
matahari baru trgelincir.Pengukuran arah Kiblat berdasarkan kepada bayangan matahari tanggal
28 Mei dan 16 Juli menurut penelitian astronomi di pandang sangat akurat dan mudah
pekerjaannya
Teori Segitiga Bola dalam Penentuan Arah Kiblat
Teori segitiga bola dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat. Pada dasarnya hal ini
menggunakan rumus-rumus segitiga bola untuk menentukan sudut yang dibentuk dari dua titik
yang berada di atas bumi. Keberadaan bumi yang mendekati bentuk bola membuat perhitungan ini
dapat digunakan. Walaupun sebenarnya bentuk bumi tidak sama persis berbentuk bola namun agak
pepat di kedua kutubnya, namun pepatan ini relative kecil. Sehingga bisa bumi masih bisa
diibaratkan sebagai bola sempurna, untuk memudahkan perhitungan penentuan arah atau jarak
sudut suatu tempat dihitung dari suatu tempat lain.
Dalam hal penentuan arah kiblat, titik koordinat yang digunakan adalah kota Mekah
(Kakbah), yang terletak pada 21o 25 21,07 LU dan 39o 49 34,37 BT, dan titik koordinat tempat
yang akan diukur arah kiblatnya. Tiap tempat mempunyai arah kiblat yang berbeda tergantung
pada posisi titik koordinatnya.
Gambar 8
Segitiga bola dalam penentuan arah kiblat
U
90o - M

90o - X

Gambar di atas menunjukkan arah kiblatS kota X, di mana M adalah kota Mekah dan X
adalah kota yang akan diukur arah kiblatnya. Arah kiblat kota X ditunjukkan oleh busur XM, yaitu
busur lingkaran besar yang melalui kedua tempat tersebut. Dengan menggambarkan lingkaran
bujur kota M dan X, maka terbentuklah segitiga bola XMU. Jika posisi kota X dinyatakan (X, X)
dan untuk kota Mekah dinyatakan (M, M), maka sisi MU = 90o M dan sisi XU = 90o X.
Sudut U juga dapat diketahui, yaitu (X M). Dengan catatan, bujur tempat-tempat di sebelah
timur Greenwich dinyatakan negatif, dan dinyatakan positif untuk tempat-tempat di sebelah
baratnya. Dengan demikian, sudut U berharga positif untuk tempat X yang terletak di sebelah barat
Mekah dan negatif untuk X berada di sebelah timur Mekah.
Dari persamaan (12), dapat diturunkan rumus sebagai berikut :

(14)
atau

(15)
Sehingga sudut X dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
ctg X = cos X . tg M sin X . cos (X M)
sin (X M) (16)
ctg X = cos X . tg M sin X . cos (X M)
sin (X M) sin (X M) (17)
Sehingga,
ctg X = cos X . tg M . cosec (X M) sin X . ctg (X M) (18)
Persamaan ini digunakan untuk mengetahui sudut kiblat kota X dihitung dari utara ke barat.
Dari persamaan ini dapat diketahui bahwa sudut X positif jika (X M) positif, yaitu untuk tempat-
tempat di sebelah barat Mekah dan sudut X negatif untuk tempat-tempat di sebelah timur Mekah.
Dengan mengambil batas daerah di permukaan Bumi antara bujur Kakbah dan bujur
sebaliknya yakni 140o 10 25,63 BB, maka berdasarkan pemakaian rumus pada persamaan (18),
tempat-tempat di sebelah timur Mekah akan memiliki sudut kiblat negatif dan tempat-tempat di
sebelah barat Mekah memiliki sudut kiblat positif. Hal ini juga menunjukkan bahwa arah kiblat
setiap tempat mengikuti arah jarak yang terpendek ke kota Mekah. atau

sehingga sudut B adalah


B = arctan(tan B) .
Azimuth arah kiblat ditunjukkan oleh sudut B. Azimuth 0 derajat menunjukkan arah utara (true
north). Arah sudut azimuth searah dengan jarum jam. Azimuth 90, 180 dan 270 derajat masing
masing menunjukkan arah timur, selatan dan barat. Nilai B disini tergantung dari pembilang dan
penyebut ruas kanan rumus tan(B). Dengan kata lain, nilai B bergantung pada nilai sin(Ba Bb)
dan nilai cos(Lb)*tan(La) sin(Lb)*cos(BaBb). Untuk mudahnya, tan(B) dapat ditulis sama
dengan y/x. Karena itu nilai sudut B yang sesuai bergantung pula dari positif atau negatifnya
nilai x dan y. Dalam MS Excel, B dapat ditentukan dengan format atan2(x, y).
Jika x positif dan y positif, tan(B) positif yang menghasilkan 0 < B < 90.
Jika x negatif dan y positif, tan(B) negatif yang menghasilkan 90 < B < 180.
Jika x negatif dan y negatif, tan(B) positif yang menghasilkan 180 < B < 270 atau 180 < B <
90.
Jika x positif dan y negatif, tan(B) negatif yang menghasilkan 270 < B < 360
atau 90 < B < 0. Untuk dua kasus terakhir diatas, jika B negatif, tambahkan dengan 360 derajat.
BAB II
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Software Accurate Times 5.3.7 1 buah
2. Software LunaSolCal 1 buah
3. Laptop 1 buah
4. Bandul 1 buah
5. Busur 1 buah
6. Penggaris 1 buah
7. Kompas 1 buah
8. Kamera 1 buah
9. Kalkulator 1 buah
10. Benang nilon secukupnya
11. Lakban secukupnya

B. Prosedur Kerja
1. Bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu.
a. Metode Teoritis
1. Kertas disiapkan pada suatu tempat terbuka.
2. Dengan menggunakan kompas, ditarik garis lurus pada kertas dari lokasi pengamatan (A) ke
arah utara (C).
3. Software LunaSolCal dibuka dan dilakukan update position untuk mengetahui dimana letak
bujur dan lintang lokasi pengamatan.
4. Dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus untuk menentukan sudut ke arah kiblat.
5. Setelah diketahui besar sudut, ditarik garis lurus dari lokasi pengamatan (A) ke kiblat (B)
sehingga membentuk sudut lancip.
b. Metode Observasi
1. Aplikasi Accurate Times 5.3.7 dibuka pada laptop.
2. Pengaturan tempat disetting di masjid Al hidayah Yogyakarta sesuai dengan bujur dan
lintangnya.
3. Dalam pengaturan dilihat kapan waktu yang tepat untuk melihat ketepatan arah kiblat.
4. Dalam melihat bayangan, digunakan tutup bolpoin. Apakah sesuai dengan gambar sebelumnya
atau tidak.
C. Metode Analisa Data
1. Menghitung dengan menggunakan Lunasolcal
Ba = 39,82616111 derajat
La = 21,42250833 derajat
2. Menghitung Manual Observasi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini berjudul penentuan arah kiblat dengan mengunakan metode
teoritis dengan aplikasi LunaSolCal dan dengan metode observasi dengan aplikasi Accurate Time.
Kedua metode tersebut mempunyai perbedaan dalam perhitungannya. Metode teoritis
menggunakan metode analisa data dengan perhitungan manual, sedangkan metode observasi
mengacu pada aplikasi untuk mengetahui waktu yang tepat matahari berada tepat di atas atau
mengacu pada bayangan benda yang bayangan tersebut merupakan garis lurus dari tempat
pengamatan ke arah Kabah. data yang diperoleh menggunakan metode teoritis adalah 77,97
sedangkan data yang diperoleh dari observasi yaitu 78,79.Dalam perhitungan teori diaplikasikan
dalam penentuan arah kiblat tidaklah cocok karena tidak dapat teraplikasikan dalam ibadah shalat.
Arah dalam perhitungan teori seperti ketika kita mau menuju ke suatu tempat dengan
menggunakan acuan peta, kita akan memilih jarak yang lurus yang terlihat dalam peta tersebut
agar dapat menuju sasaran dengan cepat. Ini didasarkan titik acuan yang digunakan bukanlah titik
pusat bumi. Sehingga bila menggunakan perhitungan teoritis menggunakan software LunaSolCal,
seseorang harus miring ketika berdiri dan melakukan berbagai gerakan dalam shalat. Dan hal
tersebut tidak mungkin dilakukan dalam ibadah shalat. Bumi yang berbentuk bulat dengan gaya
gravitasinya, menarik setiap benda yang ada di muka bumi ini sehingga tetap berada di atas bumi.
Gaya gravitasi tersebut menarik setiap benda ke pusat bumi. Demikian juga ketika seseorang
berdiri melakukan segala gerakan dalam shalat, posisi seseorang akan tertarik oleh gravitasi bumi,
sehingga titik acuan yang dijadikan dasar berpijak adalah titik pusat bumi. Gambar 1.

Posisi setiap orang yang berada di atas bumi tertarik oleh gravitas
Untuk dapat menghadap/menuju ke suatu titik di atas permukaan bumi dengan posisi
seseorang yang berdiri tegak sebagaimana dalam ibadah shalat, maka seseorang haruslah
menggunakan acuan berupa titik pusat bumi karena setiap orang yang berada di atas bumi tertarik
oleh gravitasi, sehingga titik acuannya adalah titik pusat bumi. Sebagaimana gambar berikut ini
:Gambar 2.Mushali berpijak pada titik pusat bumi
Lingkaran besar

Kabah

Khatulistiwa Titik Pusat Bumi

Gambaran di atas menjelaskan bahwa seseorang dapat menghadap ke Kabah berdiri tegak
dengan menggunakan acuan titik pusat bumi. Hal ini yang menjadi konsekwensi logis untuk harus
menggunakan acuan lingkaran besar (great circle)/ garis orthodrom. Lingkaran besar (great circle)
ini merupakan lingkaran bola bumi yang acuannya itu menggunakan titik pusat bumi dan
membagi bumi menjadi dua bagian yang sama besar.Sebagaimana gambar di atas menggunakan
software akuratetime, aplikasi teori inilah yang sebenarnya relevan dengan arah yang dimaksud
dalam menghadap kiblat yang mana acuan arah yang digunakan adalah lingkaran besar yang
dipakai dalam teori segitiga bola dari sinar matahari. Dengan menggunakan lingkaran besar
sebagai acuan dan bayangan cahaya matahari, secara otomatis setiap orang di atas permukaan bumi
ketika berdiri, ruku dan sebagainya mereka akan berdiri tegak berhimpit dengan titik pusat bumi
yang tidak lain pusat gravitasi. Dan inilah yang dapat diaplikasikan dalam ibadah shalat.Meskipun
demikian, perhitungan segitiga bola secara teori dan observasi masih terdapat selisih / perbedaan
sudut azimuth pada keduanya. Perbedaan ini didasarkan pada konsep bentuk bumi yang berbeda
dan navigasi dari aplikasi secara nyata. Teori segitiga bola mengasumsikan bumi dalam bentuk
bola bulat sedangkan teori navigasi mengasumsikan bumi dalam bentuk ellips (bentuk bumi yang
sebenarnya) dengan mempertimbangkan pergerakan lempeng bumi di kutub-kutubnya sehingga
akan terdapat perbedaan sudut.Di antara kedua teori ini, berdasarkan pada pendekatan bumi yang
secara nyata, maka teori navigasi ini lebih akurat dibandingkan dengan segitiga bola karena
memperhitungkan bentuk bumi yang sesungguhnya yakni ellipsoid yang tidak sekedar bulat bola.
Bumi pada dasarnya memang tidak berbentuk bulat bola sebagaimana yang digambarkan selama
ini. Bentuk bumi sebenarnya lebih menyerupai ellips dengan pepat di kutub-kutubnya. Akan tetapi
tidak benar-benar ellips, karena bentuk bumi ini tidak beraturan dengan benjolan-benjolan di
permukaannya. Bentuk bumi ini disebut dengan geoid. Namun karena bentuk ini tidak simetris
dan tidak dapat dihitung dengan pasti, sehingga bentuk bumi diibaratkan dengan pendekatan ellips
yang biasa disebut dengan ellipsoid (ellips yang berputar).
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dengan metode teoritis menggunakan aplikasi LunaSolCal diketahui bahwa arah kiblat
berada pada sudut 77,97
2. Dengan metode observasi menggunakan aplikasi Accurate Time diketahui bahwa arah kiblat
berada pada sudut 78,79

SARAN
Sebaiknya dalam melakukan penelitian ini disesuaikan dengan posisi matahari tepat diatas kiblat
agar arahnya dapat sesui dengan arah kabah.

DAFTAR PUSTAKA
Merkuri, Fitroh .2015. Laporan Praktikum Astronomi Islam Praktis. Yogyakarta : UIN sunan
kalijaga
Jurnal.2013.Penggunaan ilmu astronomi praktis (ilmu falak).yogyakarta : uin sunan kalijaga
Fathurohman, oman.2013. arah kiblat masjid di kota yogyakarta.yogyakarat : uin sunan kalijaga
LAMPIRAN
A.Metode Teoritis
Ba = 39,82616111 derajat
La = 21,42250833 derajat
Bb = 110 23' 46"E = 110,3961111 derajat
Lb = 746' 53"S = 7,8138889 derajat
sin (-70.569949989) = -0.9932928772
cos(7.8138889 )= 0.0400820
tan(21.42250833 )= 0.39234896
sin(7.8138889 )= 0.999196394
cos(39.826161111 -110.3961111)= -0.1156255

Tan B = 4.69335
B = arc tan 4.69335
B = 77,97
B. Metode Observasi
menghitung nilai
dik :
x = 15,4 cm
y = 6 cm
6
= tan = tan 15,4 = 21,28

2. menghitung nilai y
Dik :
X = 1286 cm = 12,86 m
= 21.28
y = x tan
= 12,86 tan (21.28)
= 12,86 * 0.389482
= 5.009
=78,71

Accurate time (minggu, 21 Oktober 2017 pukul 14.30 WIB)

Anda mungkin juga menyukai