Anda di halaman 1dari 4

From 

:  "Pesantren Virtual" <pvisb@mail.comsats.net.pk>


Reply-To :  "Pesantren Virtual" <Konsultasi@pesantrenvirtual.com>
To :  <pesantren@yahoogroups.com>
Subject :  [pesantren] Tanya Jawab (333) : Antara Shalat Tarawih, Tahajud dan Witir
Date :  Tue, 5 Nov 2002 23:27:08 +0500
#############################################
Pesantren Virtual - "Pondok Pesantren era Digital"
Website: http://www.pesantrenvirtual.com
Informasi: info@pesantrenvirtual.com
Konsultasi: konsultasi@pesantrenvirtual.com
#############################################

Tanya Jawab (333) : Antara Shalat Taraweh, Tahajud dan Witir

-------
Tanya
-------

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Apakah perbedaan sholat tarawih dengan sholat tahajud ?


apakah jika sudah sholat tarawih tidak perlu sholat tahajud ?

wasalaikum
terima kasih

Hendriya Waskita

-------
Jawab
-------

Assalamu'alaikum wr. wb.

1. Shalat Tarawih

Pendapat yang populer dalam jumlah rakaat shalat malam yang dilakukan
Rasulullah adalah sebagai berikut :

1. 11 rokaat terdiri dari 4 rokaat x 2 + 3 rokaat witir. Ini sesuai


dengan
hadist A'isyah yang diriwayatkan Bukhari.

2. 11 rokaat terdiri dari 4 rokaat x 2 + 2 rokaat witir + 1 witir. Ini


sesuai dengan hadist Ai'syah riwayat Muslim.

3. 11 rokaat terdiri dari 2 rokaat x 4 & 2 rokaat witir + 1 witir. Ini


juga
diriwayatkan oleh Muslim.

4. Ada juga riwayat Ibnu Hibban yang mengatakan 8 rakaat + witir.

5. Ada juga riwayat yang mengatakan 13 rakaat termasuk witir.

Itu adalah diantara riwayat-riwayat yang sahih shalat malam yang


dilakukan
oleh Rasulullah.

Khusus untuk bulan Ramadhan Rasulullah pernah shalat berjamaah bersama


sahabat, kemudian hari berikutnya beliau tidak lagi melakukan hal yang
sama,
ketika ditanya alasannya, beliau menjawab karena khawatir diwajibkan.
Kemudian pada masa Umar bin Khattab, karena orang berbeda-beda, sebagian
ada
yang shalat dan ada yang tidak shalat, maka Umar ingin agar umat Islam
nampak seragam, lalu disuruhlah agar umat Islam berjamaah di masjid
dengan
shalat berjamah dengan imam Ubay bin Ka'b. Itulah yang kemudian populer
dengan sebutan shalat tarawih, artinya istirahat, karena mereka melakukan
istirahat setiap selasai melakukan shalat 4 rakaat.

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan perbedaan riwayat mengenai


jumlah
rakaat yang dilakukan pada saat itu : ada yang mengatakan 13 rakaat, ada
yang mengatakan 21 rakaat, ada yang mengatakan 23 rakaat.

Khusus rakaat shalat tarawih, ada juga yang mengatakan 36 rakaat plus 3
witir, ini diriwayatkan pada masa Umar bin Abdul Aziz. Ada juga yang
meriwayatkan 41 rakaat. Bahkan ada yang meriwayatkan 40 rakaat plus 7
rakaat
witir. Riwayat dari imam Malik beliau melaksanakan 36 rakaat plus 3
rakaat
witir.

Kebanyakan masyarakat Indonesia yang mayoritas bermadzhab Syafi'i


melaksanakan shalat Tarawih 20 rakaat atau 11 rakaat, termasuk witir.
Kedua
cara ini sama-sama mempunyai landasan dalil yang kuat.

Shalat tarawih bisa juga disebut shalat qiyamullail, yaitu shalat


yang tujuannya menghidupkan malam bulan Ramadhan. Penamaan shalat tarawih
tersebut belum muncul pada zaman Rasulullah s.a.w.

2. Shalat Tahajud

Salat tahajud itu artinya salat malam setelah tidur sejenak. Tahajud
berasal
dari bahasa Arab "tahajjud", dari kata dasar "hajada" yang berarti
"tidur" dan
juga berarti "salat di malam hari". Orang yang melakukan salat malam
disebut
"haajid". Jadi bertahajud artinya melakukan salat sunat di malam hari,
setelah tidur. Semua salat sunat yang dikerjakan di malam hari setelah
tidur, dengan demikian, disebut salat tahajud atau salat malam
(shalatullail).

Shalat tahjud hukumnya sunnah muakkadah bagi umat Islam. Bagi Rasulullah
hukumnya sunnah. Dalam riwayat Muslim dikatakan "Sebaik-baik shalat
setelah
shalat fardlu, adalah shalat pada malam hari". Jenisnya macam-macam, bisa
salat hajat, salat witir, salat tasbih, dan sunat mutlak, atau mungkin
juga
shalat tarawih.

Dalam melakukan tahajud disunatkan memulainya dengan salat sunat dua


rekaat
yang ringan (tidak panjang). Kata Nabi saw: "Jika salah satu di antara
kalian melakukan salat malam, hendaknya memulainya dengan dua rekaat yang
ringan".[Riwayat Muslim, Abu Daud, dan Ahmad].

Setelah itu silahkan melakukan salat sepuasnya, sekuatnya. Boleh berupa


salat hajat (salat hajat ini boleh juga dilakukan di siang hari), salat
tasbih, atau salat sunat mutlak (sunat mutlak ini maksudnya asal salat
saja
dua rekaat, niatnya salat sunat). Semua salat dilakukan dua rekaat-dua
rekaat. Kecuali salat witir yang boleh disambung menjadi 3 rekaat,
disertai
tahiyat awal pada rekaat kedua (sebelum berdiri menuju rekaat ketiga).

Salat tahajud hendaknya diakhiri dengan salat witir. Jadi urutannya,


witir
dilaksanakan paling akhir, sekiranya setelah itu tidak melakukan salat
lagi.

3. Shalat Witir

Diantara madzhab-madzhab fikih, hanya Abu Hanifah yang berpendapat


wajibnya
shalat witir. Sementara yang lain hanya menganggapnya sebagai sunnat
muakkad
[kesunaatan yang benar-benar dianjurkan]. Bahkan kedua murid Abu Hanifah
sebagai pemegang otoritas utama madzhab Hanafiyah juga beranggapan sama,
yakni hanya sunnat muakkad.

Shalat witir adalah "shalat ganjil", yang didasarkan pada hadits Nabi
Muhammad: "Sesungguhnya Allah adalah witr [ganjil] dan mincintai witr
[HR.
Abu Daud]. Shalat ini dimaksudkan sebagai pemungkas waktu malam untuk
"mengganjili" shalat-shalat yang genap. Karena itu, dianjurkan untuk
menjadikannya akhir shalat malam. Apabila seseorang berkehendak untuk
shalat
tahajjud pada malam hari, maka sebaiknya ia tidak menunaikan salat witir
menjelang tidur, tapi melaksanakannya setelah shalat tahajjud. Namun jika
ia
tidak bermaksud demikian, maka sebelum tidur, ia dianjurkan untuk
menunaikannya. Walhasil, shalat witir adalah shalat yang dilaksanakan
paling
akhir diantara shalat-shalat malam.

Nabi Muhammad SAW mengatakan: "Jadikanlah witir akhir shalat kalian di


waktu
malam". [HR. Bukhari]. "Barang siapa takut tidak bangun di akhir malam,
maka
witirlah pada awal malam, dan barang siapa berkeinginan untuk bangun di
akhir malam, maka witirlah di akhir malam, karena sesungguhnya shalat
pada
akhir malam masyhudah ("disaksikan") [HR. Muslim].

Adapun waktunya adalah setelah shalat 'Isya hingga fajar. Kata Nabi
Muhammad
SAW: "Sesungguhnya Allâh telah membantu kalian dengan shalat yang lebih
baik
daripada kekayaan rajakaya, yaitu shalat witir. Maka kemudian Allâh
menjadikannya untuk kalian [agar dilaksanakan] mulai dari 'Isya hingga
terbit fajar". [HR. lima sunan selain Annasâiy]
Sholat witir boleh dilaksanakan tiga rakaat langsung dengan sekali salam,
atau dua rakaat salam kemudian dilanjutkan dengan satu rakaat.

Dewan Asatidz Pesantren Virtual

NB. :

Boleh saja melaksanakan shalat tahajud, meskipun setelah shalat tarawih.


Sebaiknya dengan mengikuti shalat tarawih berjamaah, namun tidak
mengikuti
shalat witir, sebab yang lebih afdal menempatkan shalat witir di akhir
shalat malam. Usai tahajud baru melaksanakan shalat witir.

----------------------
Catatan: Ini adalah e-mail berlangganan. Anda mendapatkan materi ini
karena
telah mendaftar di mailing list pesantren@yahoogroups.com. Untuk
berhenti: kirim
email pesantren-unsubscribe@yahoogroups.com

[ www.PesantrenVirtual.com ]
Hak cipta © 1999-2001 PesantrenVirtual.com. Informasi:
info@pesantrenvirtual.com

Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/

Anda mungkin juga menyukai