Anda di halaman 1dari 2

Perokok Bukan Iblis

Judul : Nicotine War


Penulis : Wanda Hamilton
Penerbit : Insist Press
Tanggal terbit : Juni-2010
Jlh halaman : 137
Jenis cover : soft cover
Kategori : Non-Fiksi
Text Bahasa : Indonesia

Buku berjudul Nicotin War, dari Wanda Hamilton

Industri tembakau yang berbasis pada peggunaan nikotin hisap (dan dibakar), kini benar-benar
terpojok. Bisnis mereka seolah sama belaka dengan evil merchant (perdagangan Iblis). Tak kalah
jahat dari perdagangan obat bius atau praktek jual beli senjata illegal. Benarkah industri rokok,
bisnis tembakau, dan sekaligus para perkokok sejahat itu?

Buku ini jelas melawan arus. Di tengah kampanye global memerangi rokok, buku ini justru
melawan dengan keras, bahwa program kampanye anti rokok adalah gombal, alias rekayasa
perusahaan farmasi berskala besar.

Menggelontorkan berbagai dokumen, hasil riset, dan temuan-temuan akademik yang


membuktikan bahwa nikotin (dalam tembakau) tak benar-benar jahat, melainkan justru
menyimpan berbagai potensi. Singkat kata, sebagaimana perang seumumnya, cap jahat terhadap
rokok, perokok, dan industri rokok, adalah manipulasi kejam, baik secara medis, ilmiah, maupun
politik.

Paling menonjol, tak lain adalah kriminalisasi terhadap para perokok. Sekarang ini, perilaku
merokok dianggap sebagai wabah global dan pembunuh nomor satu. Padahal, tradisi merokok
sudah berlangsung berabad-abad lalu, dan hanya terkategori keburukan biasa. Lucunya,
masyarakat terlalu gampang menerima. Seolah, rokok jauh lebih jahat dari konflik sosial, depresi
ekonomi, kriminalitas berdarah, perang, atau hal lain yang lebih banyak membunuh manusia.
Buku ini bahkan menyebutkan bukan rokok penyebab utama penyakit jantung, melainkan
kemiskinan dan pengangguran.

Dulu, meski memang dalam beberapa hal buruk, para perokok tidak pernah mendapat cap sosial
seperti sekarang ini. Kini, di banyak tempat yang bisa ditemui, begitu banyak iklan, pariwara,
warta layanan sosial, ataupun pidato para dokter dan pejabat kesehatan publik, tak segan
menganggap bahwa “asap dari perokok” adalah pembunuh nomor satu. Kriminalisasi terhadap
rokok dan tembakau (serta industri dan bisnis tembakau) berlangsung begitu bebas. Karena
mendapat dukungan total dari WHO, industri farmasi global, organisasi-organisasi medis, dan
juga rezim pemerintahan di mana-mana.

Buku ini, yang merupakan kajian riset mendalam terhadap sumber-sumber kampanye global
untuk memerangi kepul tembakau, membeberkan fakta mencengangkan. Ditulis selama kurun 10
tahun oleh Wanda Hamilton, seorang peneliti independent dan pengajar di tiga universitas
terkemuka di Amerika Serikat. Buku berjudul lengkap Nicotin War, Perang Nikotin dan Para
Pedagang Obat ini membuktikan konsep berikut ini.
Pertama, kampanye bahwa nikotin (dalam tembakau) sebagai Iblis bagi kesehatan, adalah
publikasi sesat yang sengaja dirancang berbagai industri farmasi berskala raksasa. Kedua, bukan
hanya kampanye, tetapi industri farmasi berkolaborasi dengan WHO dan aparat Negara di mana-
mana, sengaja membunuh industri tembakau secara pelan tapi pasti —agar industri farmasi dapat
secara bebas memanfaatkan nikotin bagi obat-obatan. Ketiga, ujung dari perang besar terhadap
tembakau itu, tak lain adalah menjual obat-obatan anti rokok, dalam bentuk permen, koyo, cairan,
tablet, dan lain sebagainya.

Bagaimana perang antara perusahaan farmasi dengan perusahaan rokok ini berlangsung?
Ceritanya cukup panjang. Genderang perang dimulai sejak decade 80-an, tetapi kian gencar saat
berlangsung konferensi dunia tentang tembakau dan kesehatan publik, pada Tahun 1990, dan
sepakat bahwa komunitas kesehatan global harus terus mempromosikan dengan kegairahan penuh
dalam memasarkan obat-obatan anti rokok

Strategi “anti tembakau” juga menularkan atau tepatnya mengubah pola pikir masyarakat dunia,
bahwa merokok yang sebenarnya hanyalah berbentuk “kebiasaan” (habituating) menjadi
“ketagihan” (addicting) yang buruk. Artinya, secara terapis hal itu harus ditangani

Padahal, banyak penelitian membuktikan bahwa sesungguhnya nikotin memiliki potensi untuk
dimanfaatkan secara medis, terutama dalam merawat penyakit-penyakit tertentu. Para pakar
mengetahui bahwa nikotin meningkatkan konsentrasi dan kontrol syaraf motorik, meningkatkan
ambang batas rasa nyeri, dan dapat dipakai untuk penderita Alzheimer dan Parkinson

Masalahnya, nikkotin tak dapat dipatenkan (untuk dimonopoli), karena terkandung secara alami
dalam tembakau, tomat dan beberapa sayuran lain. Yang dapat dipatenkan hanyalah senyawa
pengantar nikotin (dan ini dipakai untuk industrialisasi obat-obatan anti merokok, dalam bentuk
permen, inhaler, pil, obat tetes, koyok, dan lain sebagainya).

Siasat anti tembakau juga bergerak dalam arena politik-ekonomi. Misalnya: (1) menaikkan pajak
tembakau setinggi langit; (2) melekatkan cap jahat terhadap industri tembakau, misalnya sebagai
evil merchant (perdagangan iblis) sebagaimana bisnis narkotika atau bisnis senjata illegal; dan (3)
mempromosikan terapi berhenti merokok sekaligus menjual sarana pengenti merokok.

Fakta terbalik, bahwa penyebab penyakit jantung paling utama bersumber dari tembakau sama
sekali tak sepadan dengan bukti lapangan. Kemiskinan, konflik, depresi, pengangguran, dan
perang, adalah jauh lebih banyak menjadi penyebab orang sakit jantung.

Fakta juga, di Indonesia industri tembakau memberi pajak jauh lebih besar daripada perusahaan
tambang, dan menghidupi 6 juta petani tembakau. Jika kampanye anti tembakau membunuh
penggunaan tembakau, maka akan lahir 10% pengangguran baru.

Anda mungkin juga menyukai