Daerah Istimewa - A.K. Wibawa
Daerah Istimewa - A.K. Wibawa
- A.K. Wibawa -
Atlantic City, New Jersey, kembali menorehkan sejarah dari sisi gelap
perjalanannya selama enam dasawarsa. Bertempat di the President Hotel, tengah
berlangsung suatu konferensi penting bagi orang-orang ternama di dunia bawah tanah
Amerika Serikat. Mereka adalah para tokoh mafia Amerika Serikat yang sudah
mengikatkan diri pada apa yang sering diisukan sebagai ”Sindikat Nasional”.
Suatu topik penting nampaknya harus diputuskan oleh para ”orang bijak”
tersebut, sehingga level yang dipilih oleh para penyelenggara pertemuan itu
dinyatakan sebagai Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Dengan demikian para peserta
yang akan hadir adalah para ”Boss” langsung dari masing-masing organisasi yang
menjadi anggota ”Sindikat Nasional”. Menurut kabar yang beredar, dipilihnya tempat
ini untuk penyelenggaraan konferensi, merujuk pada nilai bersejarahnya. Pada tahun
1929, Sindikat Nasional didirikan di sini atas dasar suatu perkembangan pemikiran
yang lebih strategis dari para ”founding fathers” tersebut agar tidak lagi menjalankan
2
aktifitas organisasi dengan prinsip homo homini lupus, dimana mereka saling hantam
dan berebut lahan bagaikan sekawanan serigala liar yang tidak pernah berpikir bahwa
mereka akan lebih berdaya luar biasa, bila mampu menyatukan kekuatan atas dasar
prinsip saling menguntungkan, saling menghormati dan saling berbagi secara
proporsional. Melalui sindikat ini, maka mafia berhasil menjadi suatu potensi
kekuatan, bahkan kehidupan tersendiri dalam masyarakat yang terorganisir dengan
baik, tangguh dan memiliki daya hidup yang sedemikian panjang.
nilai minimal sebesar sepuluh ribu dollar per delegasi. Jadi dengan demikian ini
menandakan bahwa kita semua berada di sini dengan maksud damai, tidak
menghendaki pertengkaran, melainkan untuk bicara baik-baik dengan pikiran waras
sebagai sesama keluarga besar.” urai Suchowsky.
Walau dinyatakan demikian oleh Suchowsky, namun pada dasarnya seluruh
delegasi yang hadir di situ sangat mengerti bahwa pertemuan ini justru menyimpan
bara yang sangat panas. Faktor kedisiplinan saja yang nampaknya bisa mengendalikan
emosi para peserta konferensi itu. Sudah bertahun-tahun, etika profesi mafia berhasil
membuat para anggotanya mampu menata perilaku pergaulan dan tata organisasi
menjadi lebih baik, bahkan sangat baik, sehingga mereka ini lebih sering berperilaku
menyerupai pengusaha papan atas, daripada selaku pimpinan organisasi kriminal.
Bara panas itu dipicu oleh lontaran kebijakan Kepala Komisi, Salvatore
Castellano, dua bulan sebelumnya. Ia menghendaki agar status pengelolaan Las
Vegas, yang selama ini dinyatakan sebagai ”Daerah Istimewa” bagi kelompok
Yahudi, dicabut. Pencabutan itu akan dilakukan efektif tahun depan, terhitung sejak
terpilihnya Kepala Komisi yang baru, menggantikan Castellano yang telah memegang
jabatan itu selama dua periode masa jabatan. Diyakini oleh kelompok Yahudi, bahwa
kebijakan ini merupakan muslihat dari Kelompok Tampa dan Kelompok New Orleans
yang menguasai wilayah selatan Amerika Serikat dan selama ini memendam iri
terhadap keistimewaan yang dimiliki oleh kelompok Yahudi atas pengelolaan Las
Vegas.
Memang sejak bulan Agustus 1947, telah ditetapkan melalui Akta Pengaturan
Operasi, yang dikeluarkan oleh Komisi, selaku badan pengelola eksekutif sindikat
bahwa Las Vegas merupakan tempat pengelolaan modal bersama seluruh anggota
sindikat di bidang perjudian terbesar di Pantai Barat Amerika Serikat, dan
diberlakukan sebagai ”Daerah Istimewa”, hal mana daerah tersebut harus dihindarkan
dari pertumpahan darah dan akan dikelola oleh kelompok sindikat Yahudi, yang
selama ini telah menunjukkan dedikasinya terhadap wilayah ini. Kelompok Yahudi
memang telah memulainya sedari dini, dipelopori oleh keberanian Benjamin ”Bugsy”
Siegel yang memutar modal sindikat dalam upaya menghidupkan wilayah tandus ini
sebagai oase bisnis yang tak ternilai. Dirintislah cikal bakal hotel kasino modern yang
dipadukan dengan pertunjukan model kabaret dengan ciri khas Las Vegas sebagai
”tempat hiburan sekali jalan”. Bahkan kelompok Yahudi pula yang berani
bertanggung jawab mengadili Siegel, tatkala menyelewengkan dana sindikat. Mereka
4
tidak canggung ketika harus menghabisi nyawanya sebagai hukuman atas penghinaan
terhadap martabat para pemegang saham dan pendiri sindikat. Lantas sesudah itu
mereka juga siap mengambil alih penggantian dana sindikat yang diselewengkan
Siegel. Karenanya sangat layak, ketika kehormatan untuk pengelolaan Las Vegas
ditetapkan sebagai hak istimewa bagi kelompok Yahudi.
Joseph Magadino yang telah berusia 92 tahun itu tidak merespon apa-apa, selain
menatap sayu kepada Rossen. Namun demikian seluruh anggota delegasi sangat
paham, bahwa otak orang ini masih sangat tajam dan belum pernah memiliki
kelemahan berpikir. Dialah satu-satunya ”Boss” di masa lalu yang memiliki rekam
jejak pendidikan formal paling gemilang, mengingat cuma dia yang pernah
mengenyam bangku pendidikan setingkat akademi sebelum dipecat dari
almamaternya karena terlibat aktifitas menentang Diktator Mussolini. Ia buru-buru
hengkang dari Itali, karena ancaman hendak dibunuh. Julukannya dalam organisasi
adalah ”Sang Konseptor”
Magadino saat ini hadir sebagai anggota kehormatan dan salah satu pemegang
suara istimewa dalam Komisi karena tinggal dia dan Suchowsky yang berstatus
sebagai Pendiri Sindikat. Namun demikian, di dalam Keluarga Magadino, ia tidak lagi
memegang pimpinan dan digantikan oleh anaknya, Santino Magadino, yang juga
hadir dalam konferensi tersebut.
Rossen melanjutkan, ”Jadi kami ingin tahu juga, apa yang mendasari diambilnya
kebijakan Kepala Komisi terhadap masalah Las Vegas ini. Kami bukan terlalu doyan
mengelola daratan basah ini. Namun tolong juga dipertimbangkan nilai sejarah yang
mendasari diberinya hak keistimewaan pengelolaan wilayah ini kepada kami, ”
sejenak ia berhenti seraya memandang tajam kepada Gaetano Tramponi, Kepala
Keluarga Tampa Florida, yang diyakininya berada di balik munculnya kebijakan
tersebut, bersama Louie Mastroiani, kepala Keluarga New Orleans.
”Kami mohon jangan sampai nilai-nilai keadilan berlalu dari pengelolaan
kebijakan dalam sindikat ini, apalagi bila itu hanya sekedar mengikuti pendapat
orang-orang yang berpikiran sempit dan subyektif dari segi ras dan golongan, well
terima kasih,” tutup Rossen.
6
Usai itu, Mastroiani sontak mengangkat tangannya meminta waktu untuk bicara,
namun Castellano memberi tanda bahwa ia yang akan bicara terlebih dahulu.
Nampaknya ia ingin segera menanggapi protes delegasi kelompok Yahudi.
Setelah menghela napas sejenak, Castellano angkat bicara, ”Semua ini saya yakin
berangkat dari rasa kebersamaan yang tinggi di antara kita selaku anggota sindikat.
Saya hanya ingin menegaskan, bahwa tidak ada sama sekali upaya menggeser nilai-
nilai keadilan dalam pengelolaan kebijakan sindikat. Di usia enam puluh tahun
sindikat kita, saya hanya ingin menghadirkan suatu kehidupan yang lebih demokratis
dalam organisasi kita. Tidak ada yang salah sama sekali atas kebenaran sejarah teman-
teman dari kelompok Yahudi. Namun menurut saya, sudah saatnya kita membagi
tanggung jawab terhadap Vegas, dengan mencoba untuk mengelolanya secara
bergiliran di antara anggota sindikat kita. Jika teman-teman Yahudi bisa merasakan
nilai lebih, dalam mengelola Vegas, saya pikir tidak ada salahnya jika anggota
keluarga yang lain juga bisa merasakan hal yang sama. Itulah demokrasi, yang mana
semua berjalan berdasarkan sama rasa, sama rata dan tidak menonjolkan
keistimewaan kelompok atau golongan.”
” Demokrasi...? Demokrasi macam apa, yang terhormat Kepala ?” Jonathan
”Jonah” Bernstein, tokoh terkemuka Las Vegas dan pengelola utama dari ”Desert
Inns” serta pelindung ” the Flamingo’s ” tidak sabar lagi untuk menyela. Segera ia
menyambung, ” Kami tidak asing dengan demokrasi dan selama ini kami selalu
mengikuti sistem sindikat dengan senang hati, walau kami hanya punya hak bicara
dengan bahasa isyarat, alias tanpa hak suara. Kami juga pernah menanggung biaya
terbesar saat sindikat berkeputusan memberi dukungan pada ”Presiden Flamboyan”
itu di Pesta Demokrasi Amerika Serikat 1960. Demokrasi yang nyaris membuat kita
terhempas dalam prahara, akibat kebijakannya menghantam kita. Saya hanya ingin
menegaskan...jangan sampai demokrasi tidak menghargai kesetiaan para pelakunya.
Mohon tidak melewati batas, tuan”
”Omong kosong, Jonah !!” sergah Louie Mastroiani seraya berdiri dan
menghantam meja. Nampaknya ia tidak tahan lagi mendengar gelombang demi
gelombang sanggahan dari Kelompok Yahudi yang seakan tidak bisa berhenti.
”Harap tertib, Louie, kita ini bukan di era ”Si Kepala Batu” Al Capone !”, seru
Kanselir Suchowsky, mengingatkan.
7
”Demi Tuhan, Kanselir, apa mereka itu tidak ingat bahwa kelompok Chicago,
Florida dan New Orleans yang akhirnya harus maju sebagai patriot untuk
melaksanakan hukuman terhadap Sang Presiden.
”Kami harus memilih para penembak jitu dan operator terbaik di antara anggota
kita yang ditanam dalam dinas intelijen negara dan sekaligus melenyapkannya usai
bisa saling pandang, tanpa bisa mengerti bagaimana harus bersikap. Tenggorokan
mereka terasa tersekat. Semua delegasi siap menunggu simpulan akhir yang lebih
tegas.
”Ini bukan panggung opera, teman-temanku sekalian,” sambung Suchowsky,
dengan tenang, seraya melepas kacamata myopinya. ” Berdasarkan perhitungan yang
ketat dan rinci dari para akuntan kita, maka sejak awal 1960, saya pernah menyatakan,
bahwa kita sudah lebih besar dari US Steel, itu artinya cabikan besar dari ”Kue
Amerika” telah menjadi milik kita. Roda perekonomian bawah tanah telah kita kuasai,
karena kita sangat paham budaya buruk bangsa ini yang mengutamakan pertumbuhan
ekonomi individualistis, di mana ceruk-ceruk kesenjangan kesejahteraan antar
masyarakat terbuka sangat lebar sehingga mampu kita jadikan pasar riil bagi distribusi
jasa dan barang kita. Segala bentuk praktik ilegal, tidak lebih merupakan lahan tidur,
yang banyak orang masih merasa malu menjalaninya, namun sebenarnya berdampak
ekonomi dahsyat. Yah...baiklah, setiap pesta selalu menyisakan piring-piring kotor,
dan senyatanya tiada satu lembaga sosial pun, baik negara maupun gereja yang
sanggup membersihkan itu semua tanpa campur tangan kita. Kita bukan lagi cabang
Naples, Palermo bahkan Sicilia, tapi kita adalah bagian penting dari Amerika Serikat.
Era daerah istimewa Vegas sudah berlalu, karena yang disebut keistimewaan itu
sendiri adalah... ”Kita”... Camkan itu,” pungkas Sang Kanselir dengan penuh
keyakinan, bagaikan seorang negarawan yang mengakhiri pidato politiknya.
Para delegasi Yahudi sontak bertepuk tangan keras-keras. ”Hidup
Demokrasi !!” ...Viva Sindikat !!” seru mereka tiada henti.
Sementara dari ballroom hotel, sayup-sayup terdengar alunan suara Sinatra yang
telah mengawali pertunjukkannya, ”Somewhere...beyond the sea..somewhere waiting
for me....”
10