Anda di halaman 1dari 3

“Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan

kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya


dan kesiapan beramal dan berkorban untuk mewujudkannya. Keempat rukun ini – iman, ikhlas,
semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya
dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keihlasan adalah hati yang bertaqwa,
dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Itu
semua tidak terdapat kecuali pada diri para pemuda” ( Hasan Al Banna ).

Pemuda dalam setiap zaman, merupakan pilar kebangkitan. Tidak heran jika pemuda merupakan
sosok yang menjadi harapan masadepan. Kepiawaian pemuda dalam mereformasi kehidupan
dalam setiap zaman telah tercatat dalam tinta emas sejarah peradaban dunia. Karena siapapun
percaya bahwa awal pergerakan menuju pembaharuan yang lebih baik akan selalu dipelopori
oleh gerakan-gerakan pemuda. Idealis, revolusioner, kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan
dan semangat yang masih membara merupakan potensi-potensi besar yang ada dalam diri
pemuda, oleh karenanya gerakan-gerakan pemuda selalu diharapkan masyarakat dapat
memperjuangkan mereka yang diinjak-injak oleh tirani peradaban.

Sepanjang sejarah, aksi-aksi para pemuda telah menjadi salah satu penentu perubahan social-
politik di berbagai belahan dunia. Dengan idealisme, kematangan intelektual, dan semangat yang
masih berkobar dalam diri, menjadikan pemuda sebagai sosok yang selalu berada di garda
terdepan gerbang perubahan. . Sukarni, Soekarno dan Hatta adalah contoh bagaimana
kemerdekaan dibayar dengan pikiran, waktu dan usaha para pemuda. Meski besar dalam
pemikiran dunia barat tidak menjadikan nasionalisme mereka luntur. Belum lepas pula dalam
ingatan kita bagaimana darah Arief Rahman Hakim menjadi awal kemenangan gerakan
mahasiswa 1966. Meski diwarnai kontroversi karena dianggap ditunggangi pihak lain tak
menjadikan alasan bagi kita untuk tak menghargai perjuangan mereka. Secara nyata Orde Lama
yang dipelopori Soekarno juga tumbang oleh pemuda. Naiknya Orde Baru yang dipimpin
Soeharto Tidak menjadikan sikap kritis dan peka atas penderitaan rakyat hilang. Bahkan ketika
krisis moneter muncul ke permukaan akibat KKN Soeharto dan para kroninya telah membawa
sebuah akhir yang tragis dengan diturunkan paksa oleh mahasiswa dan rakyat dengan Sidang
Istimewa MPR 1998.

Tidak hanya sejarah dunia yang mencatat kehebatan potensi yang ada dalam diri pemudanya,
bahkan dalam kitab suci al-quran pun, termaktub berbagai aksi-aksi kaum muda yang juga
menjadi pionir kejayaan islam. Sejak dahulu kala, bahkan jauh sebelum agama Islam muncul di
muka bumi, para nabi dan rasul telah diutus untuk menyampaikan wahyu Alloh SWT dan
syari’at-Nya kepada umat manusia. Para rasul itu adalah orang-orang terpilih dari kalangan
pemuda. Di antara mereka ada yang diberi kemampuan luar biasa dalam berargumen dan
berdebat, sebelum usianya genap delapan belas tahun.

Nabi Ibrahim a.s., misalnya, seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an, adalah pemuda yang sering
berdebat dengan kaumnya, menentang peribadatan kepada patung-patung yang tidak dapat
bicara, memberi manfaat dan mudharat (QS Al-Anbiya:60-67). Kita juga ingat kisah Ashabul
Kahfi – yang tergolong pengikut Nabi Isa a.s. Mereka adalah anak-anak muda yang menolak
kembali agama nenek moyang mereka, menolak menyembah selain Alloh SWT. Mereka
bermufakat mengasingkan diri dari masyarakat dan berlindung dalam suatu gua, karena jumlah
mereka relatif sedikit yakni tujuh orang di antara masyarakat penyembah berhala. Fakta sejarah
ini terekam jelas dalam Al-Qur’an surat Al Kahfi ayat 9-26, yang di antaranya :

“(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka
berdo’a : ‘Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan
sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)’.”(Q.S. Al-Kahfi : 10)

“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya


mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka (Sang Pencipta), dan
Kami tambahkan kepada mereka petunjuk”.(Q.S. Al-Kahfi : 13)

Benarlah apa yang dikatakan oleh Imam Syahid Hasan Al Banna, pendiri Ikhwanul muslimin
telah menulis ungkapan yang bergitu indah tentang sosok pemuda.”Generasi muda dalam setiap
kebangkitan adalah rahasia kekuatannya, dan dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-
panjinya”

Namun, begitu miris kita saksikan kondisi pemuda di Indonesia saat ini, ketika demokrasi
kapitalisme telah merampas setiap sendi-sendi kehidupan mereka bahkan memadamkan api
semangat perjuangannya. Ya. Berbicara soal realita, tidaklah salah jika para pemuda masa ini
diperbudak dan dibuat terlena oleh berbagai pengaruh-pengaruh yang membuat mereka
kehilangan jatidirinya sebagai seorang visioner masadepan.

Para pemuda yang seharusnya menyuarakan aspirasi masyarakat yang tersendat dalam
permainan birokrasi berbelit negeri ini, justru sibuk membeli gengsi agar diakui
keeksistensiannya sebagai seorang pemuda masa kini. Mereka tidak lagi berada di garda
terdepan dalam perjuangan pembaharuan, mereka tidak lagi meneriakkan suara-suara keadilan,
sehingga kini, mereka telah diperbudak oleh pola kehidupan zaman edan.

Begitu banyak karakter-karakter pemuda yang ideal yang saat ini luntur bahkan hilang.
Realitanya kini, gerakan-gerakan pemuda pembaharuan yang bermula dari identitas seorang
mahasiswa, semakin redup eksistensinya dikalangan muda. Mahasiswa-mahasiswa kini, telah
disibukkan dengan ambisi individu untuk memperoleh prestasi, dengan tujuan kemakmuran
pribadi tanpa memedulikan kepentingan masyarakat yang sebenarnya membutuhkan sosok-sosok
pembaharuan seperti mereka. Bahkan, banyak diantara para pemuda yang telah dikendalikan
pola kehidupannya dengan ideologi-ideologi liberal yang nyatanya saat ini menjadi salah satu
penyebab utama degradasi moral generasi emas masa depan. Pemuda yang sibuk dengan
kesenangan hidupnya, merokok, berfoya-foya, menghabiskan separuh waktunya untuk
bersenang-senang, terjebak pergaulan bebas, narkoba, dan berbagai sikap yang kini lumrah kita
temui dalam diri pemuda “mahasiswa” yang justru menjadi bumerang bagi kehancuran bangsa di
masa depan.

Jika karakter pemuda-pemudilah yang akan menentukan nasib bangsa ini, bagaimana jika dalam
20 tahun kedepan degradasi moral di negeri ini justru semakin menguasai? Akankah kedaulatan
Indonesia terbeli karena kaderisasi pemimpin yang lumpuh akibat tak ada lagi pemuda
negarawan religius yang dapat memegang kemudi arah bangsa ini?
Diantara berbagai pelik kebobrokan moral pemuda saat ini, tentu ‘masih’ ada segelintir pemuda
yang  ‘masih’ berani bermimpi untuk ‘kemerdekaan’ bangsanya kelak. ‘masih’ ada segelintir
orang-orang yang memperjuangkan hak-hak mereka yang telah dirampas, ‘masih’ ada pemuda
yang akan berjuang hingga titik darah penghabisan untuk mempertahankan kedaulatan bangsa
ini, menjunjung tinggi syariat islam yang merahmati seluruh alam. Karena sesungguhnya,
perjuangan ini tidak membutuhkan banyak orang yang hanya berniat setengah-setengah, namun
pemuda yang berazzam kepadaNya dan dengan rela ikut andil untuk berjuang menuju cita-cita
pembaharuanlah yang dinanti untuk bergabung dalam kereta dakwah untuk mewujudkan misi
perubahan, menuju masyarakat madani.

Sebuah kutipan perjuangan yang dikatakan oleh Soekarno, “Beri aku 1 pemuda, maka akan ku
ubah Indonesia, beri aku 10 pemuda, maka akan ku guncang dunia” membuktikan bahwa
pemuda merupakan pilar utama kebangkitan dan pembaharuan untuk membangun peradaban
yang diidamkan.  Aspek lain yang tak kalah penting namun seringkali dipandang sebelah mata
adalah, mencetak kader-kader penerus bangsa yang berkarakter religius, karena itulah yang
menjadi kriteria ideal seorang pemimpin masa depan. (Yanna)

https://lki.fisip.uns.ac.id/hello-world/

Anda mungkin juga menyukai