Anda di halaman 1dari 77

HUBUNGAN KETERAMPILAN MOTORIK DENGAN

HASIL MENENDANG BOLA KE ARAH GAWANG


PADA SISWA LEMBAGA PENDIDIKAN SEPAK
BOLA (LPSB) UNDIP SEMARANG

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Di susun Oleh
Nama : Anton Madi Wiryanto
NIM : 6301401048
Jurusan : Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas : Ilmu Keolahragaa

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2005
SARI

Anton Madi Wiryanto, (2005). Hubungan Keterampilan Motorik Dengan Hasil


Menendang Bola Ke Arah Gawang Pada Siswa Lembaga Pendidikan Sepak Bola
(LPSB) UNDIP Semarang, skripsi UNNES.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui : 1) Apakah ada hubungan antara


kecepatan dengan hasil menendang bola ke arah gawang, 2) Apakah ada hubungan
antara daya ledak dengan hasil menendang bola ke arah gawang, dan 3) Apakah ada
hubungan antara kelincahan dengan hasil menendang bola ke arah gawang, dan 4)
Apakah ada hubungan antara ketiga keterampilan motorik tersebut dengan hasil
menendang bola ke arah gawang, 5) Seberapa besar sumbangan yang diberikan
aspek-aspek keterampilan motorik terhadap hasil menendang bola ke arah gawang.
Metode penelitian menggunakan survei dengan teknik tes. Hipotesis peneliti-
an adalah : 1) Ada hubungan antara kecepatan lari dengan hasil menendang bola ke
arah gawang, 2) Ada hubungan antara daya ledak dengan hasil menendang bola ke
arah gawang, 3) Ada hubungan antara kelincahan dengan hasil menendang bola ke
arah gawang, 4) Ada hubungan antara ketiga keterampilan motorik tersebut dengan
hasil menendang bola ke arah gawang, 5) Ketiga keterampilan motorik tersebut
memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap hasil menendang bola ke arah
gawang. Variabel penelitian meliputi variabel bebas (prediktor) terdiri dari 1)
Kecepatan (X1), 2) Daya ledak (X2), 3) Kelincahan (X3), dan variabel terikat
(kriterium) atau Y adalah Hasil menendang bola ke arah gawang. Populasi penelitian
sebanyak 30 orang, dengan menggunakan teknik total sampling diperoleh sampel
sebanyak 30 orang. Data kemampuan penelitian diolah menggunakan teknik regresi
tunggal dan regresi ganda menggunakan program SPSS versi 11, menggunakan taraf
signifikansi 5 %.
Hasil analisis data penelitian dengan uji F untuk rX1-Y = 42,727 atau
signifikansi 0,000; uji F untuk rX2-Y = 91,854 atau signifikansi 0,000 ; uji F untuk
rX3-Y = 58,005 atau signifikansi 0,000; dan rX123-Y = 29,405 atau signifikansi
0,000. Berdasar kemampuan uji F tersebut dapat disimpulkan 1) Ada hubungan
antara kecepatan dengan hasil menendang bola ke arah gawang, 2) Ada hubungan
antara daya ledak dengan hasil menendang bola ke arah gawang, 3) Ada hubungan
antara kelincahan dengan hasil menendang bola ke arah gawang dan 4) Ada
hubungan antara kecepatan, daya ledak, dan kelincahan dengan hasil menendang
bola ke arah gawang.
Berdasar pada simpulan kemampuan penelitian ini, disarankan kepada para
pelatih sepakbola LPSB UNDIP, bahwa dalam pelatihan menendang bola ke arah
gawang aspek kecepatan, daya ledak, dan kelincahan, dapat dijadikan sebagai materi
pendukung didalam penyusunan program pelatihan pada siswa LPSB UNDIP, agar
proses pelatihan menendang bola ke arah gawang yang dilakukan dapat berhasil guna
dan berdaya guna.

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui untuk diajukan ke panitia penguji Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang

Menyetujui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. M. Nasution, M. Kes Drs.Kriswantoro.


NIP.13876219 NIP. 131671212

Mengetahui :

Ketua Jurusan PKLO FIK UNNES

Drs. Wahadi, M. Pd.


NIP . 131571551

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu


Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, pada :
Hari :
Tanggal :
Jam :
Tempat :

Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Drs. Sutardji, MS. Drs. Wahadi, M. Pd.


NIP. 130937114 NIP. 131571551

1. Drs. Wahadi, M. Pd
NIP. 131571551

2. Drs. M. Nasution, M. Kes.


NIP. 131876219

3. Drs. Kriswantoro.
NIP. 131671212

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

“…ALLAH mengangkat orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat… “.

(QS AL mujaadilah:11)

PERSEMBAHAN :

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Ayahanda dan Ibunda Sutiyono Tercinta

Kakakku Wiryo dan Novi serta Adikku Arum Tercinta.

Sahabat-sahabatku seperjuangan Jurusan PKLO FIK UNNES

Almamaterku UNNES

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ Hubungan Keterampilan Motorik Dengan Hasil Menendang Bola ke Arah

Gawang Pada LPSB UNDIP Semarang .“

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi sebagian syarat, guna

menyelesaikan studi S 1 pada Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri

Semarang (UNNES) Semarang.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya

bantuan dan bimbingan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melanjutkan studi di Jurusan Pendidikan Kepelatihan

Olahraga.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES, yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi Jurusan Pendidikan

Kepelatihan Olahraga.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga yang telah memberikan

dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan

Kepelatihan Olahraga.

vi
4. Drs. M. Nasution M. Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan

petunjuk dan bimbingan yang baik dalam menyelesaikan penyusunan skripsi

ini.

5. Drs. Kriswantoro selaku pembimbing II yang telah memberikan petunjuk dan

bimbingan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Sumardi Widodo S. P.d selaku pelatih LPSB UNDIP Semarang yang telah

memberikan ijin untuk mempergunakan siswa LPSB UNDIP sebagai sample

dalam penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen FIK UNNES Semarang yang telah membimbing saya

selama kuliah.

8. Teman-teman Jurusan Kepelatihan Olahraga FIK UNNES, dan semua pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada pada diri

penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari semua pihak.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada semua pihak.

Semarang, Agustus 2005


Penulis,

vii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i


SARI …………………………………………………………………….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………... v
KATA PENGANTAR …………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xii
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang ........................……................……………. 1
1.2. Permasalahan ...………………………………………….... 10
1.3. Pembatasan Masalah............................................................ 11
1.4. Penegasan Istilah ...………………………………………... 11
1.5. Tujuan Penelitian .......…………………………………….. 14
BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS …………………… 15
2.1. Landasan Teori .…………………………………………... 15
2.1.1. Teknik Dasar Sepak Bola ...…….……….……........ 15
2.1.2. Teknik Menendang............................……………..... 15
2.1.3. Menendang Bola Dengan Kura-Kura Kaki Penuh .... 19
2.1.4. Keterampilan Motorik ............................................... 21
2.1.5 Kecepatan ................................................................... 23
2.1.6 Daya Ledak ................................................................. 27
2.1.7 Kelincahan .................................................................. 29
2.2. Hipotesis…………………………………………………… 31

viii
BAB III. METODE PENELITIAN ........…………………………….. 34
3.1. Populasi dan Sampel ..………................................................ 34
3.2. Variabel Penelitian.................................................................. 34
3.3 Metode Pengumpulan Data ................…................................. 35
3.4. Metode dan Desain Penelitian ...…..…………....................... 36
3.5. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 37
3.6. Analisis Data........................................................................... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …................. 41


4.1. Hasil Penelitian …………………………………………….. 41
4.1.1. Diskripsi Data …………………………………..……. 41
4.1.2. Analisis Data…………………………………….……. 42
4.2. Uji Hipotesis ....…………………………………………….. 46
4.3. Pembahasan ……..………………………………………..... 49
4.4. Keterbatasan Penelitian ......................................................... 53
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 55
5.1. Simpulan ……………………………………………….…. 55
5.2. Saran............……………………………………………….. 55
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………………… 60

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Diskripsi Data Variabel Penelitian ......................................................... 42


2. Rangkuman Uji Normalitas Distribusi Data …………………………... 43
3. Rangkuman Uji Homogenitas Varians Data …………........................... 44
4. Rangkuman Uji Linieritas Variabel Data Penelitian Menggunakan
Anava ....................................................................................................... 45
5. Rangkuman Uji Keberartian Model Variabel Data Penelitian Meng-
gunakan uji t ............................................................................................ 46
6. Ringkasan Hasil Analisis Regresi antara Kecepatan, Daya Ledak, dan
Kelincahan dengan Hasil Menendang Bola ke Arah
Gawang..................................................................................................... 47

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagian Kaki Untuk Menendang.............................................................. 16


2. Menendang Dengan Kaki Kura-Kura Penuh.......................................... 19
3. Urutan Gerakan Menendang Bola (kaki kanan)...................................... 20
4. Perkenaan Kaki Pada Bagian Tengah Bola............................................. 20
5. Perkenaan Kaki Pada Bagian Bawah Bola.............................................. 21
6. Desain Penelitian..................................................................................... 36
7. Sikap start berdiri pada tes lari 50 yard………………………………... 70
8. Papan ukuran 30x150cm………………………………………………. 71
9. Sikap awal pada loncat tegak………………………………………….. 72
10. Sikap awal pada Tes Loncat Tegak……………………………………. 73
11. Skap meloncat pada Tes Loncat Tegak………………………………... 73
12. Sikap pada saat pelaksanaan Tes Shutle Run………………………….. 74
13. Diagram Lapangan Tes Menembak Bola ke sasaran………………….. 76

xi
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Nama Sampel dan Hasil Pelaksanaan Tes .............……………… 61


2. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Data Penelitian ........................... 62
3. Analisis Data Penelitian ............……………..………………………... 63
4. Instrumen Tes Yang Digunakan Dalam Penelitian................................. 71
5. SK Pembimbing Skripsi ......................................................................... 78
6. Surat Keterangan Penelitian ………………………………………....... 79
7. SK Hasil Pengujian................................................................................. 81
8. Foto Anggota Sampel Penelitian ……………………………………… 83

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Olahraga telah menjadi gejala sosial yang telah tersebar di seluruh dunia.

Olahraga telah menjadi sarana rekreasi, pendidikan, prestasi, dan kesehatan.

Olahraga sebagai sarana rekreasi yaitu olaraga yang dilakukan hanya untuk

mengisi waktu luang atau senggang, dan dilakukan dengan penuh kegembiraan.

Jadi segalanya dilakukan dengan santai dan tidak formal, baik itu tempat, sarana,

maupun peraturannya.

Sedangkan kegiatan olahraga untuk tujuan pendidikan seperti anak-anak

sekolah yang diasuh oleh guru pendidikan jasmani. Kegiatan olahraga yang

dilakukan adalah bersifat formal, dan tujuannya sangat jelas guna memenuhi

sasaran pendidikan nasional melalui kegiatan olahraga yang telah disusun melalui

kurikulum tertentu dan disampaikan dengan Tujuan Instruksional Umum (TIU)

dan Tujuan Instruksioal Khusus (TIK) yang jelas.

Olahraga juga dilakukan untuk tujuan mencapai tingkat kesegaran

jasmani tertentu. Dalam hal ini mulai dari berbagai bidang ilmu pengetahuan yang

ada kaitannya dengan manusia, seperti pengetahuan kedokteran, sosial, ekonomi,

lingkungan hidup dan lain-lain, diperhitungkan dan diperhatikan, dikerjakan

dengan formal, baik program, sarana maupun fasilitasnya di bawah asuhan

tenaga-tenaga profesional. Yang terakhir adalah kegiatan olahraga yang

peruntukkan mencapai sasaran suatu prestasi tertentu. Di dalam hal ini ilmu

1
2

pengetahuan yang terkait mengenai manusia sebagai objek yang akan diolah

prestasinya agar lebih baik, ditinjau secara lebih mendalam dan lebih terinci lagi

(M. Sajoto, 1990:10).

Olahraga dapat digunakan dan diarahkan untuk multi tujuan, sehingga

pengertian yang tegas mengenai olahraga belum ada kesatuan yang serasi, oleh

karena itu olahraga merupakan gerak manusia yang kompleks. Seiring dengan

majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap negara di dunia termasuk di

Indonesia menghadapi tantangan untuk meningkatkan dan memelihara kesegaran

jasmani warga negaranya. Bila kesegaran jasmani di Indonesia sudah baik, maka

prestasi olahraga disemua cabang olahraga tentunya akan lebih baik, termasuk

cabang permainan sepakbola.

Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan masing-masing oleh

sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Berbeda dengan

permainan bola volley atau bola basket dimana pemain selalu menggunakan kedua

tangan pada waktu bermain, maka sepakbola hampir seluruhnya menggunakan

kemahiran kaki, kecuali penjaga gawang yang bebas menggunakan anggota badan

manapun.

Lapangan yang rata berbentuk segi empat panjang diperlukan untuk

bermain dimana lebar dan panjang lapangan kurang lebih berbanding tiga dan dan

empat. Sebuah bola dari kulit dibutuhkan pula oleh kedua regu untuk main

bersama sedangkan permainnn dipimpin oleh seorang wasit, dan dibantu oleh dua

orang pengawas garis.


3

Tujuan daripada masing-masing regu ialah hendak memasukkan bola

kegawang sebanyak mungkin dengan pengertian pula berusaha sekuat tenaga agar

gawangnya terhindar dari kebobolan penyerang lawan. Permainan dilakukan

dalam dua babak, sedang diantara dua babak itu diberi waktu istirahat. Disamping

itu pada babak kedua diadakan pertukaran tempat. Mengenai kelengkapan pemain

dengan menggunakan sepatu bola serta kostum yang berbeda warna antara kedua

regu, demikian pula untuk masing-masing penjaga gawang menggunakan kostum

yang khusus dan berbeda dengan para pemain. Namun secara sederhana dapat

pula dimainkan tanpa sepatu (kaki ayam) dan tidak pula mengurangi gairah

kegembiraan pemainya.

Demikianlah kalau sepakbola itu tersebar luas mulai dari kanak-kanak

hingga orang dewasa, penggemarnya mulai dari pelosok desa sampai kalangan

mahasiswa di perguruan tinggi. Bahkan sekarang sepakbola digemari dan

dimainkan oleh kaum wanita. Dalam memasyarakatkan olahraga dan

mengolahragakan masyarakat, sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga

yang diprioritaskan untuk dibina. Maka untuk meningkatkan dan mencapai

prestasi, alangkah baiknya jika semenjak anak-anak telah mendapatkan

pendidikan olahraga dan khususnya olahraga sepakbola secara benar, teratur dan

terarah. Sehingga akan dapat menciptakan pemain-pemain yang potensial dan bisa

membawa nama harum bangsa.

Bicara sepakbola prestasi, maka akan banyak sekali yang akan dikupas

dan dibicarakan, yang pasti sulit sekali sekarang ini untuk memastikan negara

mana yang terkuat dan terbaik dalam sepakbola . Di bandingkan dengan benua-
4

benua lainnya, negara-negara Eropa selangkah lebih maju dalam hal pembinaan

dan sistem kompetisi yang maju dibandingkan dengan negara-negara dari benua

Amerika, Afrika dan Asia.

Permainan sepakbola modern menurut riwayat perkembangan sepakbola

dimulai dari perkunpulan-perkumpulan sekolah dan universitas. Pada tahun 1846

oleh Cambridge University dibuatlah peraturan sepakbola terdiri dari 11 pasal.

Peraturan ini dapat diterima oleh sekolah-sekolah dan universitas, terkenal dengan

nama “Cambridge Rules of Footboll,” yang kemudian dikenal dengan nama

permainan “Rugby.”

Di luar sekolah dan universitas sepakbola tumbuh dengan pesat tetapi

tidak mau menggunakan yang sudah ada. Pada tanggal 28 Oktober 1863 oleh

perkumpulan-perkumpulan si luar sekolah dan universitas didirikan sebuah badan

yang disebut “ The Footboll Association,” Pada tanggal 8 Desember 1863 lahirlah

peraturan permainan sepakbola modern yang disusun oleh badan tersebut, yang

dalam perkembangannya mengalami perubahan.

Pada tanggal 21 Mei 1904 berdirilah federasi sepakbola sengan nama

Feseration Internationale de Football Assosiation (FIFA) atas inisiatif Guerin

dari Perancis. Pada waktu FIFA berdiri baru beranggotakan tujuh anggota, yaitu

Spanyol, Perancis, Belgia, Belanda, Swiss, Denmark dan Swedia.

Pertandingan-pertandingan sepakbola internasional yang diselenggara-kan

oleh FIFA ada dua macam, yaitu : 1) Pertandingan sepakbola Olympiade, yang

termasuk dalam acara Olympiade dengan ketentuan peserta adalah pemain amatir.

Pertandingan sepakbola dalam Olympiade pertama kali diadakan pada tahun


5

1908 di London; 2) Pertandingan sepakbola piala dunia, dengan ketentuan tidak

terbatas pada pemain amatir saja tetapi pemain profesional dapat turut serta. Atas

inisiatif Jules Rimet pada tahun 1929 (waktu itu ketua FIFA) untuk mengadakan

kejuaraan dunia, tetapi baru tahun 1930 kejuaraan piala dunia dapat

diselenggarakan di Montevideo (Uruguai). Karena jasa-jasa Jules Rimet, maka

mulai tahun 1946 piala dunia itu disebut Jules Rimet Cup. Kejuaraan ini diadakan

tiap empat tahun sekali. Mulai dari tahun 1970 piala itu, menjadi milik Brazillia

setelah negara itu berhasil menjuarai kejuaraan itu sampai ketiga kalinya (Arma

Abduellah, 1981 ; 411).

Permainan sepakbola modern berkembang di Indonesia di mulai dari

sejak zaman penjajahan Belanda. Sedangkan perkumpulan sepakbola yang

didirikan oleh bangsa Indonesia disekitar tahun 1920-1930, dimana saat itu timbul

semangat perjuangan untuk mencapai kemersekaan Indonesia dengan mendirikan

organisasi-organisasi kebangsaan. Usaha untuk mendirikan organisasi sepakbola

itu dapat terwujud pada tanggal 19 April 1930 dalam konferensi bond-bond

sepakbola dari tujuh bonden, ialah : 1) Vortbal Bond Indonesische Jacarta

(VBIJ) sekarang PERSIJA; 2) Bandoengsche Indonesis-che Voetbal Bond (BIVB)

sekarang PERSIB; 3) Perserikatan Sepakbola Mataram (PSM) Yogyakarta,

sekarang PSIM; 4) Vorstenlandsche Voetbal Bond (VVB) Surakarta sekarang

PERSIS; 5) Persatuan Perkumpulan Sepakbola Magelang (PPSM); 6)

MadioenscheVoetbal Bond (MVB) Madiun, setelah merseka tidak muncul; 7)

Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) sekarang PESEBAYA (Arma

Abdoellah, 1981 ; 412).


6

Ketujuh Bond tersebut sepakat untuk membentuk suatu organisasi

persepakbolaan nasional yang konferensi pertama kalinya di Sosifet Proyo

Yogyakarta tanggal 19 April 1930. Pada tanggal itu juga lahirlah induk organisasi

olahraga nasional yang pertama di Indonesia yang bernama PSSI “Persatuan

Sepakbola Seluruh Indonesia” dengan ketua pertama Ir. Soeratin Sosrosoegondo

(A. Sarumpaet, dkk. 1991 ; 3).

Persepakbolaan Indonesia saat ini sudah mengalami perbaikan, walaupun

masih saja tertinggal dengan negara Asia Tenggara lainnya. Sebut saja Thailand

dan Vietnam sebagai penguasa Sepakbola Asia Tenggara. Hal yang menandai

bangkitnya sepakbola di Indonesia yaitu adanya pembibitan atau pembinaan usia

belia dimana pemain muda tersebut dilatih dalam suatu kepelatihan yang sekarang

di kenal dengan nama LPSB (Lembaga Pendidikan Sepakbola ), ditambah lagi

dengan adanya kompetisi dibawah senior yaitu U-12 tahun (Liga Milo), U-15

tahun (Bogasari), U-18 tahun (Piala Suratin), sehingga menambah minat dan

motivasi para pemain belia untuk mengembangkan bakatnya. Dijejang senior

adanya Kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia yang merupakan gabungan antara

kompetisi perserikatan dan kompetisi galatama, selain liga utama ada juga

kompetisi Divisi I Nasional dan Divisi II Nasional.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi seorang

pemain sepakbola adalah penguasaan teknik dasar permainan sepakbola yang baik

dan benar. Teknik dasar yaitu semua kegiatan yang mendasar, sehingga dengan

modal teknik dasar yang baik seorang pemain sepakbola akan dapat bermain

dengan baik di segala posisinya ( A. Sarumpaet, dkk. 1992 ; 17). Seorang pemain
7

sepakbola yang tidak menguasai teknik dasar dan keterampilan bermain sepakbola

tidak akan bisa menjadi pemain yang baik. Pemain sepakbola yang baik harus

memenuhi syarat, baik sebagai individu maupun sebagai tim kesebelasan, artinya

sebagai individu ialah ia harus memiliki kemampuan fisik dan teknik yang

sempurna, sedangkan sebagai anggota kesebelasan dengan kemampuannya ia

harus dapat bekerja sama dengan pemain lain membentuk suatu tim yang tangguh.

Menurut M. Sajoto (1992:2) untuk mendapatkan prestasi yang optimal

khususnya sepakbola, perlu memperhatikan faktor-faktor penentu prestasi itu

sendiri. Faktor-faktor itu diantaranya : (1) Faktor biologis, (2) psikologis, (3)

lingkungan, (4) faktor penunjang. Sedangkan menurut Sukatamsi (1988:11) untuk

meningkatkan dan mencapai prestasi yang tinggi dalam sepakbola seorang pemain

sepakbola harus memiliki empat kelengkapan pokok, yaitu : 1) Pembinaan teknik

(keterampilan), 2) Pembinaan fisik (kesegaran jasmani), 3) Pembinaan taktik

(mental, daya ingat dan kecerdasan), 4) Kematangan juara. Pengembangan ke

empat aspek tersebut merupakan suatu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan

satu dengan yang lain, sehingga diperlukan keseimbangan antara aspek dan sub

aspek masing-masing komponen.

Walaupun demikian dari keempat aspek tersebut yang paling mendasar

dan harus dikuasai oleh seorang pemain sepakbola adalah teknik dasar

keterampilan bermain, seperti menendang bola, menggiring bola, menghentikan

bola, menyundul bola, menangkap bola (bagi seorang penjaga gawang). Adapun

teknik dasar bermain sepakbola yang perlu dikuasai oleh para pemain menurut A.

Sarumpaet, dkk. (1992 ; 17) adalah : a) Menendang bola, b) Menggiring bola, c)


8

Menahan dan menghentikan bola, d) Menyundul bola, e) Melempar bola, f)

Merampas dan merebut bola.

Salah satu aspek yang paling penting dalam sepakbola adalah menendang

bola. Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindah-kan bola dari satu

tempat ke tempat lain dengan menggunakan kaki atau bagian kaki (A. Sarumpaet,

dkk. 1992;20). Untuk dapat menendang bola dengan baik, pemain harus

memperhatikan beberapa prinsip dasar menendang bola, antara lain : 1) Letak

kaki tumpu, 2) Kaki yang menendang, 3) Bagian bola yang ditendang, 4) Sikap

badan, dan 5) Pandangan mata (Sukatamsi, 1984;45). Pada dasarnya tendangan

dalam permainan sepakbola ada dua macam, yaitu tendangan lambung / jauh dan

tendangan menyusur tanah / ground pass.

Mencermati pelaksanaan menendang bola di dalam permainan sepakbola,

dibutuhkan kemampuan fisik atau kesegaran fisik (physical fitness) yang baik agar

dapat bermain secara optimal. Unsur-unsur kemampuan fisik secara umum

meliputi aspek-aspek : a) Kecepatan, b) Kekuatan, c) Daya ledak, d) Kelincahan,

e) Kelenturan. Unsur-unsur kemampuan fisik tersebut biasanya dikembangkan

dalam latihan sebelum melakukan latihan teknik secara khusus, sedangkan unsur-

unsur teknik secara khusus dalam sepakbola terdiri dari cara lari dan merubah

arah, cara melompat dan gerak tipu badan tanpa bola (Arma Abdoellah,

1981;416).

Kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan

berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dan waktu yang sesingkat-

singkatnya, seperti kecepatan lari, kecepatan bereaksi dan kecepatan bergerak (M.
9

Sajoto, 1988;58). Dengan demikian kecepatan maksimal dalam kaitannya dengan

penelitian ini adalah kemampuan gerak kaki yang secepat-cepatnya dalam waktu

yang singkat sehingga akan memberikan kekuatan explosive yang sangat berguna

untuk meningkatkan hasil tendangan ke arah gawang.

Daya ledak atau power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan

kekuatan maksimum, dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya (M. Sajoto, 1988;58). Adapun maksud daya ledak dalam

penelitian ini adalah kemampuan untuk menggunakan tenaga maksimal dalam

waktu relatif singkat bagian kaki pada saat menendang bola.

Kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah, dalam

posisi-posisi di arena tertentu. Seseorang yang mampu merubah satu posisi ke

suatu posisi yang berbeda, dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerak yang

baik, berarti kelincahannya cukup tinggi (M. Sajoto, 1988;58).

Pada penelitian ini peneliti ingin meneliti tentang hubungan keterampilan

motorik dengan hasil tendangan kura-kura penuh ke arah gawang. Keterampilan

motorik yang dimaksud peneliti di sini adalah motor fitness yang meliputi

kecepatan, kelincahan dan daya ledak (power), sedang-kan bagian kaki yang

digunakan untuk menendang bola kearah gawang adalah bagian kaki kura-kura

penuh, adapun alasan yang mendasari pelaksanaan penelitian ini adalah :

Kecepatan merupakan faktor penting untuk mencapai prestasi dalam

sepakbola, khususnya kecepatan gerak awalan yang diubah menjadi daya

mendorong pada ayunan kaki saat menendang kearah gawang (shooting).


10

Daya ledak sangat penting untuk menunjang prestasi dalam sepakbola,

sebab daya ledak sangat dibutuhkan untuk menghasilkan tendangan yang

keras dan akurat. Jadi sangat menunjang untuk keberhasilan menendang

bola ke arah gawang.

Kelincahan memiliki peran yang sangat besar untuk membantu

kemudahan dalam melakukan gerak langkah kaki saat mengambil awalan

dalam melakukan tendangan bola ke arah gawang.

1.2 Permasalahan

Sesuai dengan uraian mengenai alasan pemilihan judul, dengan

permasalahan yang ada, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

Apakah ada hubungan antara kecepatan dengan hasil menendang bola ke

arah gawang ?

Apakah ada hubungan antara daya ledak (power) dengan hasil menendang

bola ke arah gawang ?

Apakah ada hubungan antara kelincahan dengan hasil menendang bola ke

arah gawang ?

Apakah ada hubungan antara kecepatan, daya ledak, dan kelincahan

dengan hasil menendang bola ke arah gawang ?

Seberapa besar sumbangan dari ketiga aspek keterampilan motorik

tersebut terhadap hasil menendang bola kearah gawang ?


11

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam pembatasan masalah ini, peneliti membatasi masalah yang ada pada

keterampilan motorik yang diduga akan memberikan sumbangan terhadap

keterampilan menendang. Dari kelima aspek keterampilan motorik yang ada, yaitu

kecepatan, daya ledak, kelincahan, koordinasi, dan keseimbangan, peneliti hanya

melibatkan tiga aspek saja, yaitu :

1.3.1 Kecepatan dengan hasil menendang bola kearah gawang.

1.3.2 Daya ledak dengan hasil menendang bola kearah gawang.

1.3.3 Kelincahan dengan hasil menendang bola kearah gawang.

1.4 Penegasan Istilah

Agar tidak ada persepsi yang berbeda, yang berkaitan dengan penlisan ini

maka ada beberapa hal yang hendak penulis tegaskan, antar lain :

1.4.1 Hubungan

Hubungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah : 1)

Keadaan berhubungan atau dihubungkan, 2) sesuatu yang dipakai untuk

berhubungan atau menghubungkan, 3) pertalian, sangkut paut, kontal, ikatan

(Poerwadarminta, 1976;362). Berkaitan dengan judul penelitian, maka

hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara keterampilan motorik dan

tendangan kearah gawang.


12

1.4.2 Keterampilan Motorik

Keterampilan adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan

sesuatu dengan baik dan cermat (dengan keahlian) (Poerwadarminta,

1976;1008).

Maksud yang sesungguhnya disini adalah kesegaran motorik (motor

fitness) yang mempunyai lima komponen, tetapi peneliti hanya melibatkan

tiga komponen saja, yaitu yang terdiri dari hal-hal yang menyangkut

kecepatan, kelincahan, dan daya ledak (M. Sajoto, 1988;44).

1.4.3 Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang

sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau

kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu sesingkat-singkatnya

(Harsono, 1988:216).

Menurut M. Sajoto (1988:58) kecepatan adalah kemampuan seseorang

dalam melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dan

waktu yang sesingkat-singkatnya, seperti kecepatan lari, kecepatan bereaksi,

dan kecepatan bergerak.

1.4.4 Daya Ledak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia daya adalah : 1) kekuatan,

tenaga, 2) pengaruh, 3) akal, jalan untuk sesuatu, 4) muslihat, tipu

(Poerwadarminta, 1976;233). Yang dimaksud dengan daya dalam penelitian

ini adalah kemampuan untuk menggunakan tenaga dalam waktu relatif

singkat.
13

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ledak adalah : 1) pecah dan

mengadakan bunyi keras, meletus, 2) terbit perang, (Poerwa-darminta,

1976;577). Maksud ledak dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk

mengeluarkan letusan dalam waktu singkat.

Daya ledak ialah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk

mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu

gerakan yang utuh (Suharno HP, 1984:11).

1.4.5 Kelincahan

Kelincahan adalah kemampuan merubah arah dengan cepat dan tepat,

selagi tubuh bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Seseorang yang

mempu merubah satu posisi ke suatu posisi yang berbeda dengan kecepatan

tinggi dan koordinasi gerak yang baik, berarti kelincahannya cukup tinggi

(M. Sajoto, 1988;55).

1.4.6 Hasil Menendang Bola Ke Arah Gawang

Hasil menurut W.J.S. Poerwadarminta (1994;1483) hasil yaitu hal

perihal keberhasilan, dan hasil dari suatu proses. Tendangan kearah gawang

adalah suatu tendangan yang sering disebut dengan shooting. Sedangkan

shooting adalah tendangan bola untuk mencetak atau membuat gol (Arma

Abdoellah, 1981;456).

Gawang adalah dua tiang yang berpaling sebagai tujuan bola. Gawang

yang di maksud dalam penelitian ini adalah gawang yang dipergunakan

dalam permainan sepakbola . Tinggi 2,44 meter dari tanah sampai sisi

bawah palang gawang. Lebar gawang 7,32 meter dari sisi dalam kedua tiang
14

gawang. Tiang dan palang gawang dibuat dari kayu atau logam tebal

maksimum 12 cm di cat putih. Di belakang gawang dipasang jaring-jaring

pada tiang dan palang gawang dan tanah di belakang gawang yang harus

kuat dan tidak menggangu penjaga gawang dalam bergerak (Arma

Abdoellah, 1981;414).

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dikerjakan selalu mempunyai tujuan agar

memperoleh gambaran yang jelas serta bermanfaat bagi yang

menggunakannya. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

Mengetahui hubungan antara kecepatan dengan hasil menendang bola ke arah

gawang.

Mengetahui hubungan antara daya ledak dengan hasil menendang bola ke arah

gawang.

Mengetahui hubungan antara kelincahan dengan hasil menendang bola ke arah

gawang.

Mengetahui hubungan antara ketiga keterampilan motorik tersebut dengan

hasil menendang bola ke arah gawang.

Mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan aspek-aspek

keterampilan motorik terhadap hasil menendang bola ke arah gawang.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teknik Dasar Sepakbola

Sepakbola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu, masing-

masing regu sebelas orang pemain termasuk penjaga gawang. Untuk meningkatkan

prestasi sepakbola menurut Sukatamsi (1988 ; 33) teknik bermain sepakbola ada

dua teknik yang harus dikuasai oleh seorang pemain, yaitu semua gerakan-gerakan

tanpa bola dan gerakan-gerakan dengan bola yang diperlukan untuk bermain

sepakbola . Untuk lebih jelasnya dari kedua teknik tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut :

2.1.1.1 Teknik tanpa bola, adalah semua gerakan-gerakan tanpa bola yang terdiri

dari lari cepat dan merubah arah, melompat / meloncat, gerak tipu tanpa

bola yaitu gerak tipu dengan badan, dan gerak khusus penjaga gawang.

2.1.1.2 Teknik dengan bola, adalah semua gerakan-gerakan dengan bola yang

terdiri dari menendang bola, menerima bola, menggiring bola, menyundul

bola, melempar bola, gerak tipu dengan bola, merampas atau merebut bola,

dan teknik khusus penjaga gawang.

2.1.2 Teknik Menendang

Tendangan dalam sepakbola merupakan suatu usaha untuk memindahkan

bola dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan kaki atau bagian

15
16

kaki (A. Sarumpaet, dkk. 1992:20). Macam-macam tendangan menurut perkenaan

kaki dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu 1) Dengan kaki bagian

dalam, 2) Dengan kura-kura kaki bagian dalam, 3) Dengan kura-kura kaki bagian

luar, 4) Dengan kura-kura kaki penuh, 5) Dengan ujung jari, 6) Dengan tumit

(Sukatamsi, 1988:47).

Gambar 1. Bagian kaki untuk menendang bola

(Sukatamsi, 1988:47).

Macam tendangan menurut kegunaan dan fungsinya dibedakan menjadi : a)

Untuk memberi operan bola kepada teman, b) Untuk menembak bola kearah mulut

gawang, c) Untuk membersihkan atau menyapu bola dari daerah pertahanan, d)

Untuk melakukan bermacam-macam tendangan khusus yaitu untuk menendang

bebas, untuk tendangan sudut, tendangan hukuman pinalti.


17

Sedangkan tendangan menurut tinggi dan rendahnya lambungan bola adalah

1) Tendangan bola rendah, 2) Tendangan bola lambung lurus atau melengkung

sedang (lambungan bola antara setinggi lutut dan kepala), 3) Tendangan bola

melambung tinggi (paling rendah setinggi kepala) (Sukatamsi, 1988:48).

Untuk menghasilkan tendangan yang baik seorang pemain sepakbola harus

menguasai prinsip teknik dasar dalam sepakbola. Adapun prinsip-prinsip tersebut

adalah :

2.1.2.1 Pandangan mata

Pada waktu akan menendang bola pandangan mata kearah letak atau posisi

bola dan kearah sasaran kemana bola akan ditendang. Akan tetapi pada saat akan

menendang bola, mata harus melihat pada bola dan bagian bola yang akan

ditendang . Kemudian pandangan ke arah jalannya bola.

2.1.2.2 Kaki tumpu

Kaki tumpu adalah kaki yang menumpu pada tanah pada persiapan akan

menendang bola dan kaki tumpu merupakan letak titik berat badan. Posisi kaki atau

dimana harus meletakkan kaki tumpu terhadap bola, posisi kaki tumpu terhadap

letak bola akan menentukan arah lintasan bola dan tinggi-rendahnya lambungan

bola. Lutut kaki tumpu sedikit ditekuk dan pada waktu menendang lutut diluruskan.

Gerakan dari lutut ditekuk kemudian diluruskan merupakan kekuatan mendorong

ke depan.
18

2.1.2.3 Kaki yang menendang

Kaki yang menendang adalah kaki yang dipergunakan untuk menendang bola.

Pergelangan kaki hendaknya dikuatkan atau ditegangkan saat akan menendang

bola. Kemudian kaki yang akan digunakan untuk menendang diangkat ke belakang

lalu diayun ke depan hingga bagian kaki yang digunakan untuk menendang

mengenai bagian bola yang akan ditendang dan dilanjutkan dengan gerakan

lanjutan ke depan.

2.1.2.4 Bagian bola yang ditendang

Bagian bola yang ditendang merupakan bagian bola di sebelah mana yang

ditendang. Ini akan menentukan arah jalannya bola dan tinggi-rendahnya

lambungan bola.

2.1.2.5 Sikap badan

Sikap badan pada waktu menendang bola sangat dipengaruhi oleh posisi atau

letak kaki tumpu terhadap bola. Posisi kaki tumpu tepat disamping bola, maka pada

saat menendang bola badan berada tepat di atas bola dan sikap badan akan sedikit

condong ke depan, sikap badan ini untuk tendangan bola mengalir rendah atau

sedikit melambung sedang. Bila posisi kaki berada sedikit di belakang samping

bola, maka badan berada di atas belakang bola, hingga sikap badan condong ke

belakang, maka hasil tendangan melambung tinggi (Sukatamsi, 200:39).


19

2.1.3 Menendang Bola Dengan Kura-Kura Kaki Penuh

Tendangan dengan kaki kura-kura penuh ini biasanya menghasilkan

tendangan yang datar dan cukup keras, sehingga sangat cocok untuk digunakan

untuk melakukan tendangan ke arah gawang (shooting). Dalam melakukan

tendangan ini maka yang perlu diperhatikan adalah :

2.1.3.1 Letak kaki tumpu. 1) Diletakkan di samping bola dengan jarak kurang lebih

15 cm dari bola. 2) Arah kaki tumpu sejajar dengan arah sasaran. 3) Lutut

sedikit ditekuk sehingga lutut berada tegak lurus di atas ujung jari.

Gambar 2. menendang dengan kaki kura-kura penuh


(Sukatamsi, 1984)

2.1.3.2 Kaki yang menendang. 1) Kaki yang menendang di angkat ke belakang,

selanjutnya diayunkan ke depan arah bola. 2) Arah kaki lurus kedepan

searah dengan sasaran dan sejajar dengan arah kaki tumpu. 3) Kaki tendang

diteruskan dengan gerak lanjutan.


20

Gambar 3.

Urutan gerakan menedang kaki kura-kura penuh dengan kaki kanan


(Sukatamsi, 1984)

2.1.3.3 Sikap badan. 1) Karena kaki tumpu berada di samping bola, maka panggul

berada di atas bola. 2) Sikap badan sedikit condong ke depan.

2.1.3.4 Pandangan mata. 1) Pada waktu menendang bola, arah pandangan mata

pada bola kemudian pada sasaran. 2) Bagian bola yang ditendang. 3) Kura-

kura kaki penuh dari kaki yang menendang tepat mengenai tengah-tengah

bola, bola akan bergulir datar di atas tanah.

Gambar 4. perkenaan kaki pada bagian tengah bola


(Sukatamsi, 1984)
21

2.1.3.5 Kura-kura kaki penuh kaki yang digunakan untuk menendang tepat

mengenai di bawah tengah-tengah bola, bola akan naik atau melambung

rendah atau sedang keras lurus.

Gambar 5. Perkenaan kaki pada bagian bawah bola


(Sukatamsi, 1984)

2.1.3.6 Menendang bola dengan ancang-ancang. Bola dalam keadaan berhenti,

pemain berdiri lurus di belakang bola, hingga letak pemain, bola dan arah

sasaran merupakan satu garis lurus.

2.1.4 Keterampilan Motorik

Para ahli telah sepakat bahwa untuk membedakan antara komponen kesegaran

jasmani dan komponen-komponen kesegaran motorik (motor fitness), khususnya

ditujukan untuk anak-anak. Para ahli motor fitness memberi penjelasan bahwa

struktur motor fitness terdiri dari lima item. Struktur tersebut terdiri dari faktor-

faktor yang diteliti, yaitu faktor kontrol gerak keseimbangan, baik statis maupun

dinamis, faktor koordinasi baik koordinasi gerak motorik besar maupun koordinasi
22

mata tangan. Kemudian faktor kekuatan gerak, seperti kecepatan dan power serta

agility atau kelincahan. Rupa-rupanya faktor-faktor tersebut yang memiliki

kecenderungan cukup besar dalam mempengaruhi motor fitness (kesegaran

motorik). Terutama faktor-faktor kontrol gerak, keseimbangan dan koordinasi,

sangat penting bagi anak-anak usia muda. Anak-anak biasanya telah mampu

mengendalikan gerak-gerak dasar. Faktor lain seperti kecepatan (speed), kelincahan

(agility) dan daya ledak (power) dianggap lebih penting bila anak-anak mulai

mampu mengontrol gerak dasar dan mengenal gerak-gerak olahraga.

Yang perlu diperhatikan bahwa komponen kesegaran jasmani dengan

komponen gerak ketrampilan dan motor ability, saling berkaitan sangat erat (M.

Sajoto, 1988;51). Motor fitnes ini sangat berguna untuk mengukur keterampilan.

Sedangkan komponen motor fitnes, yaitu terdiri dari hal-hal yang menyangkut :

koordinasi, keseimbangan, kecepatan, kelincahan, daya ledak.

Bagi para olahragawan, lebih-lebih mereka yang berprestasi, maka seluruh

komponen baik itu kesegaran jasmani maupun komponen motor fitnes itu harus

diukurnya, ditambah lagi dengan pengukuran terhadap cabang olahraga masing-

masing (M. Sajoto, 1988:44). Sedangkan pada keterampilan motorik ini peneliti

hanya mengambil tiga komponen saja, yaitu kecepatan, kelincahan dan daya ledak.

Alasan peneliti hanya mengambil tiga komponen saja dalam keterampilan

motorik ini dikarenakan peneliti ingin mempermudah jalannya penelitian, sebab dua

dari kelima aspek keterampilan motorik tersebut peneliti cukup kesulitan dalam

mencari instrumen tesnya. Di samping itu pula permasalahan yang ditimbulkan juga
23

sudah terlalu banyak. Sedangkan menurut pendapat Marta Dinata (2003;22), bahwa

dalam menendang bola itu membutuhkan kekuatan dan kecepatan, jadi peneliti

mengambil keputusan untuk melibatkan tiga aspek keterampilan motorik saja yang

terdiri dari kecepatan, daya ledak, dan kelincahan.

2.1.5 Kecepatan

Dalam semua cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang

esensial. Kecepatan menjadi faktor penentu di dalam cabang-cabang olahraga

seperti nomor-nomor sprint, tinju, anggar, beberapa cabang olahraga permainan,

dan sebagainya. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan

yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, atau

kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya

(Harsono, 1988:216).

Menurut M. Sajoto (1988:58) kecepatan adalah kemempuan seseorang dalam

melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dan waktu yang

sesingkat-singkatnya, seperti kecepatan lari, kecepatan bereaksi dan kecepatan

bergerak.

Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat,

akan tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh dalam

waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam lari sprint, kecepatan larinya ditentukan

oleh gerakan berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara cepat.


24

Yang di maksud dengan kecepatan lari dalam sepakbola berbeda dengan lari

cepat ( sprint ) pada cabang olahraga atletik. Lari cepat dalam permainan sepakbola

dilakukan di dalam daerah yang luas, dilakukan selama permainan berlangsung,

tidak teratur terputus-putus sesuai dengan situasi permainan dan jarak yang

ditempuh pendek-pendek sekitar 10 m sampai dengan 30 m dengan adanya

rintangan atau hambatan pemain lawan. Sedang lari sprint dalam cabang olahraga

atltek dilakukan diatas lintasan untuk lari menuju satu arah, jarak lintasan ditempuh

dengan jarak tertentu dilakukan hanya sekali, tanpa adanya rintangan dari pemain

lawan. Untuk mengukur kecepatan lari ini dengan alat yang namanya stopwatch,

yaitu suatu alat untuk mengukur kecepatan.

Adapun prinsip-prinsip lari cepat dalam bermain sepakbola adalah :

2.1.5.1 Langkahnya pendek-pendek, paha diangkat tinggi, dilakukan dengan cepat

sehingga frekuensi langkahnya menjadi banyak.

2.1.5.2 Sikap badan atau togok tegak, dengan demikian agar mudah melihat

sekeliling lapangan sepakbola yang luas.

2.1.5.3 Sudut siku kedua lengan lebih lebar kurang lebih 90 derajad dan ayunan ke

dua lengan agak terbuka ke belakang, guna untuk menjaga keseimbangan

badan.

2.1.5.4 Titik berat badan harus dekat dengan permukaan tanah, untuk menjaga

kesetabilan dan keseimbangan badan (Sukatamsi, 2001:27).

Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna

memberikan akselerasi kepada objek-objek eksternal seperti sepakbola, softball,


25

tenis lapangan, cakram, bola voli dan sebagainya. Kecepatan tergantung dari

beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu strength atau kekuatan, waktu reaksi

(reaction time), dan fleksibilitas. Jadi kalau berlatih untuk mengembangkan

kecepatan, atlit harus pula dilatih kekuatan, fleksibilitas dan kecepatan reaksi, dan

tidak hanya semata-mata berlatih kecepatan saja (Harsono, 1988:216).

Waktu reaksi, yaitu waktu mulai mendengar aba-aba sampai gerak pertama

dilakukan, atau waktu gerak, yaitu waktu yang dilalui untuk menempuh jarak.

Waktu reaksi tergantung pada proses rangsang syaraf pendengaran dan syaraf

perintah. Waktu reaksi anak yang umurnya lebih tua, lebih cepat dibandingkan

dengan waktu reaksi anak-anak yang lebih muda. Hal ini terbukti bahwa waktu

reaksi anak-anak usia tiga sampai lima tahun dua kali lebih lambat, dibandingkan

anak-anak dewasa, walaupun setelah itu ada perbaikan waktu reaksi mereka.

Perbedaan perkembangan waktu reaksi ini barang kali karena kematangan susunan

syaraf dan kemampuan memproses suatu informasi.

Kemampuan gerak pada umumnya dapat di ukur melalui berbagai cara, antara

lain lari cepat. Kecepatan anak-anak biasanya makin membaik sampai pada usia 12

tahun, baik pada anak laki-laki maupun wanita. Tetapi setelah itu, biasanya anak-

anak wanita tidak menunjukkan kemajuan, sedangkan anak laki-laki cenderung

membaik sampai usia belasan tahun saja (M. Sajoto, 1988:54).

Agar dapat melakukan gerakan yang cepat dalam pertandingan, maka dalam

latihan juga harus berlatih kecepatan. Karena otot itu terdiri dari paling sedikit dua

macam serabut yang berbeda, yaitu serabut yang berkontraksi lambat dan serabut
26

yang berkontraksi cepat. Serabut yang berkontraksi lambat adalah untuk ketahanan

(endurence). Karena mereka kaya akan suplai darah, mereka terlihat merah bila

dilihat dibawah mikroskop. Serabut yang berkontraksi cepat adalah untuk kecepatan

dan kekuatan. Karena suplai darahnya terbatas, mereka terlihat putih di bawah

mikroskop.

Perbandingan antara serabut yang berkontraksi cepat dan lambat di dalam

sebuah otot telah ditentukan sebelum lahir. Tidak ada yang dapat dilakukan untuk

mengubah perbandingan ini. Atlet yang baik dalam olahraga yang memerlukan

ketahanan cenderung dikaruniai lebih banyak serabut yang berkontraksi lambat,

sedangkan juara-juara lari cepat jarak dekat cenderung dikaruniai lebih banyak

serabut yang berkontraksi cepat.

Tetapi daya guna serabut tersebut dapat dimaksimalkan melalui latihan.

Misalnya lari pelan-pelan mengemangkan serabut-serabut otot lambat, sedangkan

lari cepat mengembangkan serabut-serabut otot cepat (Sadoso Sumardjuno,

1984:31).

Yang dimaksud penulis kecepatan berlari adalah kecepatan gerakan kaki

dalam melangkah pada saat berlari. Kecepatan gerakan kaki inilah yang nantinya

yang akan dihubungkan dengan gerakan menendang bola. Dengan menggerakan

kaki secepat mungkin dalam suatu gerakan yang utuh tidak terputus-putus pada saat

mengayunkan kaki, maka akan menghasilkan tendangan yang keras kearah gawang

yang diinginkan.
27

2.1.6 Daya ledak

Daya ledak merupakan suatu unsur diantara unsur-unsur komponen kondisi

fisik yaitu kemampuan biomotorik manusia, yang dapat ditingkatkan sampai batas-

batas tertentu dengan melakukan latihan-latihan tertentu yang sesuai.

Daya ledak adalah suatu kemampuan seorang atlet untuk mengatasi suatu

hambatan dengan kecepatan kontraksi yang tinggi. Daya ledak ini diperlukan di

beberapa gerakan asiklis, misalnya pada atlet seperti melempar, tendangan tinggi

atau tendangan jauh (Harre,1982:16). Lebih lanjut dikatakan bahwa daya ledak

adalah kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan

kontraksi tinggi (Harre, 1982:102).

Daya ledak ialah kombinasi dari kecepatan maksimal dan kekuatan

maksimal. Daya ledak ini harus ditunjukkan oleh perpindahan tubuh (dalam

tendangan jauh) atau benda (peluru yang ditolakkan) melintasi udara, dimana otot-

otot harus mengeluarkan kekuatan dengan kecepatan yang tinggi, agar dapat

membawa tubuh atau obyek pada saat pelaksanaan gerak untuk dapat mencapai

suatu jarak (Janssen, 1983:167).

Daya ledak ialah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk

mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam satu gerakan

yang utuh (Suharno HP, 1984:11). Daya ledak atau explosive power adalah

kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan

maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya atau sesingkat-

singkatnya. Unjuk kerja kekuatan maksimal yang dilakukan dalam waktu singkat
28

ini tercermin seperti dalam aktivitas tendangan tinggi, tolak peluru, serta gerak lain

yang bersifat eksplosif.

Daya ledak merupakan hasil perpaduan dari kekuatan dan kecepatan pada

kontraksi otot (Bompa, 1983:231; Fox, 1988:144 ). Daya ledak merupakan salah

satu dari komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan aktivitas yang

sangat berat karena dapat menentukan seberapa kuat orang memukul, seberapa jauh

seseorang dapat melempar, seberapa cepat sesorang dapat berlari dan lainnya.

Radcliffe dan Farentinos (1985:1-33) menyatakan bahwa daya ledak adalah faktor

utama dalam pelaksanaan segala macam ketrampilan gerak dalam berbagai cabang

olahraga. Berdasar pada definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dua unsur

penting yang menentukan kualitas daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan.

Upaya dalam meningkatkan unsur daya ledak dapat dilakukan dengan

cara : a) meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau menitik

beratkan pada kekuatan; b) meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan

atau menitik beratkan pada kecepatan; c) meningkatkan kedua-duanya sekaligus,

kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan (Jessen, Schultz dan Bangertes,

1984:17).

Latihan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan merupakan latihan untuk

meningkatkan kualitas kondisi fisik dengan tujuan utama meningkatkan daya ledak.

Latihan tersebut memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap nilai dinamis jika

dibandingkan dengan latihan kekuatan saja. Adapun dalam mengembangkan daya


29

ledak, beban latihan tidak boleh terlalu berat sehingga gerakan yang dilakukan

dapat berlangsung cepat dan frekuensinya banyak (Pyke, 1980:75 ).

Daya ledak atau power adalah kemampuan melakukan gerakan secara

eksplosif. Tes power kaki biasanya mengukur kerja yang diperlukan untuk

mengangkat beban seberat badan sendiri. Alat yang digunakan untuk mengukur

daya ledak (power) disini adalah dengan menggunakan vertikal jump.

2.1.7 Kelincahan

Kelincahan adalah kemampuan merubah arah dengan cepat dan tepat, selagi

tubuh bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Seseorang yang mempu merubah

satu posisi ke suatu posisi yang berbeda dengan kecepatan tinggi dan koordinasi

gerak yang baik, berarti kelincahannya cukup tinggi (M. Sajoto, 1988;55).

Kelincahan sangat membantu foot work dalam permainan. Jadi kelincahan yang

dimiliki seseorang semakin baik, maka foot work-nya semakin baik pula. Tanpa

gerakan kaki yang lincah dan teratur, jangan mengharapkan atlit dapat bermain

dengan baik. Gerakan kaki yang lincah dan teratur berarti atlit dapat mengatur

langkah pada saat mengambil awalan pada saat akan menendang bola.

Jadi yang dimaksudkan disini adalah kelincahan dalam melangkah-kan kaki

dengan tujuan agar atlit dapat bergerak seefisien mungkin dalam melakukan awalan

dalam melakukan tendangan.

Tes yang digunakan untuk mengukur kelincahan pada umumnya adalah

shuttle run, dodging run dan tes kelincahan lainnya adalah Texas Test 1973, yang

disebut zig-zag run test, yaitu suatu tes untuk mengukur kelincahan teste merubah
30

arah dalam kecepatan tinggi. Alat yang di pakai adalah lapangan yang tidak licin,

stopwatch dan pencatat.

Kelincahan adalah kecepatan dalam mengubah arah atau posisi tubuh

(Harsono, 1988:171). Sedangkan Mckloy dan Young (Harsono, 1988:171),

menyebutkan bahwa kelincahan adalah gerakan merubah arah secara cepat tanpa

kehilangan keseimbangan atau posisi.

Berdasar pengertian tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa orang

dikatakan lincah adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mengubah arah

dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa

kehilangan keseimbangan dan kesadaran posisi tubuhnya.

Pada prinsipnya, unsur kelincahan tidak hanya menuntut adanya kecepatan,

akan tetapi juga fleksibilitas yang baik dari persendian anggota tubuh dan faktor

keseimbangan. Dengan demikian tanpa memiliki kecepatan, fleksibilitas, dan

keseimbangan yang baik seseorang tidak akan bisa bergerak secara lincah.

Sesuai dengan batasan kelincahan untuk mengembangkan tingkat

kelincahan diperlukan gerakan dengan cepat dan perubahan posisi atau arah secara

cepat pula. Pelaksanaan aktifitas tersebut tidak boleh kehilangan keseimbangan dan

harus sadar akan posisi tubuhnya. Gerakan-gerakan demikian sering diperlukan

dalam banyak cabang olahraga terutama dalam cabang olahraga seperti voli, basket,

sepakbola, hoki, softboll, dan sebagainya (Harsono, 1988:172).

Mencermati batasan tentang kelincahan dapat diambil suatu pengertian,

bahwa kelincahan adalah kombinasi dari kecepatan, kekuatan, kecepatan reaksi,


31

keseimbangan, kelentukan, dan koordinasi syaraf-syaraf otot. Selain untuk tubuh

secara keseluruhan kelincahan juga bisa diperuntukkan bagi anggota-anggota tubuh

tertentu, seperti lengan, tungkai (kaki). Koordinasi syaraf otot menggambarkan

kemampuan atlit melakukan gerakan-gerakan dalam cabang olahraga secara mulus

dan keseimbangan. Pada pelaksanaan menendang bola kelincahan sangat

diperlukan pada saat terjadinya perubahan gerak dari awalan, ayunan tungkai atau

kaki diayunkan sampai pada gerakan manandang.

2.2 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih dibuktikan kebenarannya

melalui suatu penelitian. Dan hipotesis terbentuk sebagai hubungan antara dua

variabel atau lebih. Jadi paling tidak harus memuat dua variabel. Tujuan

penyusunan variabel yaitu selain untuk memberi arah penelitian juga untuk

membatasi variabel yang digunakan.

Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan diatas penulis mengajukan

hipotesis sebagai berikut :

2.2.1 Ada hubungan antara kecepatan lari dengan hasil menendang bola ke arah

gawang.

2.2.2 Ada hubungan antara daya ledak dengan hasil menendang bola ke gawang.

2.2.3 Ada hubungan antara kelincahan dengan hasil menendang bola ke gawang.

2.2.4 Ada hubungan antara kecepatan lari, daya ledak, dan kelincahan dengan

hasil menendang bola ke gawang.


32

2.2.5 Kecepatan lari, daya ledak, dan kelincahan memberikan sumbangan yang

besar terhadap hasil menendang bola ke gawang.


BAB III

METODE PENELITIAN

Salah satu kegiatan yang paling penting dalam penelitian adalah menetapkan

metode penelitian. Banyak metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

seperti metode observasi, merode angket, metode interview, metode tes maupun

metode-metode lainnya, sangat membutuhkan ketelitian dalam dalam memilih

metode yang bersangkutan, sehingga akan memperoleh hasil yang sesuai dengan

yang diharapkan.

Baik buruknya suatu penelitian sebagian tergantung kepada teknik-teknik

pengambilan data. Pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah bermaksud

memperoleh bahan-bahan yang relevanakurat dan reliabel. Untuk memperoleh yang

dimaksud itu, suatu penelitian harus menggunakan teknik-teknik, alat-alat, prosedur-

prosedur serta kegiatan-kegiatan yang dapat dipertanggungjawabkan serta dapat

diandalkan.

Dalam penelitian akan diuraikan beberapa hal tentang metodologi penelitan

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki.

Populasi dibatasi sebagai jumlah penduduk atau individu yang paling sedikit

mempunyai sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1987 ; 220). Populasi dalam penelitian

34
35

adalah pemain sepakbola yang tergabung dalam LPSB UNDIP Semarang tahun

2004/2005 yang berumur 14-16 tahun, yang berjumlah 30 orang.

Sampel yaitu sebagian atau wakil populasi yang diteliti ( Suharsimi Arikunto,

1994 ; 140 ). Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan menggunakan

total sampling.

Menurut Suharsimi Arikunto ( 1994 ; 224 ) Apabila subjeknya kurang dari100

lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi.

3.2 Variabel Penelitian

Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi. Gejala

adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.2.1 Variabel bebas meliputi keterampilan motorik, yang terdiri dari : 1)

kecepatan; 2) daya ledak; 3) kelincahan.

3.2.2 Variabel terikat adalah : hasil tendangan ke gawang.

3.3 Metode Pengumpulan Data.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode survei, dengan Teknik tes dan pengukuran, yaitu :

3.3.1 Diadakan tes dan pengukuran keterampilan motorik ( kecepatan, daya

ledak, dan kelincahan) untuk semua sampel. Tes kecepatan yang

digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini adalah tes lari 50

yard (45,73 m); tes daya ledak menggunakan vertikal jump; dan tes
36

kelincahan mengunakan shattle-run. Instrumen secara lengkap dapat

dilihat pada lampiran 4 halaman 70.

3.3.2 Tes hasil menendang bola ke gawang. Hasil tes menendang bola ke

gawang dilakukan tiga kali pelaksanaan. Instrumen secara lengkap dapat

dilihat pada lampiran 4 halaman 75.

3.4 Metode dan Desain Penelitian

3.4.1 Metode Penelitian

Berdasar pada konsep yang tercantum pada definisi operasional

variabel, maka dilakukan pembagian variabel (peubah) yang menjadi pusat

perhatian pelaksanaan penelitian.

3.4.2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain korelasional (Correlational

Design). Adapun desain penelitian yang dimaksud terlihat pada gambar 6.

KECEPATAN
1 (r x1 – y)
Hasil Menendang
Bola Jarak Jauh
DAYA LEDAK 2 (r x2 – y)
3 (r x3 – y)

KELINCAHAN
4 (r x123 – y)

Gambar 6 : Desain Penelitian


37

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan pengambilan data penelitian dilakukan di lapangan sepakbola LPSB

UNDIP Semarang, selama 1 (satu) hari, terdiri dari empat tahapan yaitu tahapan

pertama untuk mengukur variabel prediktor yaitu kecepatan (X1), tahapan kedua

mengukur variabel predictor kedua, yaitu daya ledak (X2), tahapan ketiga mengukur

variable predictor kelincahan (X3), kemudian dilanjutkan tahapan keempat yaitu tes

dan pengukuran variabel kriterium (Y) yaitu hasil menendang bola ke arah gawang

bagi seluruh sampel penelitian.

3.6 Analisis Data

Analisis data atau pengolahan data merupakan satu langkah penting dalam

penelitian. Sutrisno Hadi ( 1987 ; 211 ) mengatakan, bahwa dalam suatu penelitian

seorang peneliti dapat menggunakan dua jenis analisis, yaitu analisis statistik dan non

statistik.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik yang

menurut Sutrisno Hadi, bahwa analisis statistik adalah cara-cara ilmiah yang

dipersiapkan untuk menyimpulkan, menyusun, menyajikan dan menganalisis data

penelitian yang berwujud angka-angka ( 1987 ; 221 ).

Data yang di analisis disini adalah data yang dihasilkan dari tes dan

pengukuran terhadap kecepatan lari, daya ledak (power) dan kelincahan serta tes hasil

menendang bola ke gawang, selanjutnya data yang dihasilkan / yang diperoleh diolah

dengan menggunakan perhitungan statistik.


38

3.6.1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya data

yang akan di analisis. Adapun uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov.

Kriteria uji jika signifikansi ≥ 0,05 , data dinyatakan normal, sebaliknya jika

signifikansi ≤ 0,05 data dinyatakan tidak normal.

3.6.2 Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians digunakan untuk mengetahui seragam tidaknya

variasi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama dalam penelitian.

Uji homogenitas varians dihitung dengan menggunakan uji Barlett. Langkah-

langkah uji Barlett adalah sebagai berikut :

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data

menggunakan analisis regresi tunggal dan regresi ganda antara X1, X2 dan X3

terhadap Y. Secara berurutan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

3.6.3 Langkah pertama menyelesaikan persamaan garis regresi :

Dengan rumus : y = a1 x1 + a2 x2 + a3 x3 + K

Untuk memperoleh harga koefisien a1, a2 dan a3 dapat dicari dengan

persamaan :

3.6.3.1 a1 Σx1y = a1 Σx12 + a2 Σx1x2 + a3 Σx1x3

3.6.3.2 a2 Σx2y = a1 Σx1x2 + a2 Σx22 + a3 Σx2x3

3.6.3.3 a3 Σx3y = a1 Σx1x3 + a2 Σx2x3 + a3 Σx3


39

3.6.4 Mencari regresi dan analisis varian untuk regresi :

Dengan rumus :

JKtotal = ∑y 2
( JK = Jumlah Kuadrat )

JKreg = a1 ∑ x1 y + a2 ∑x 2 y + a3 ∑x 3 y

JKres = JKtotal – JK reg

Dbreg = Derajad kebebasan / jumlah variable bebas

Dbres = N- m – 1

Hasil perhitungan yang diperoleh, selanjutnya dikonsultasikan dengan

tabel nilai F dengan taraf signifikan 5%.

3.6.5 Mencari koefisien korelasi ketiga prediktor, yaitu x1, x2, dan x3 dengan rumus

regresi sebagai berikut :

a1 X 1Y + X 2Y + X 3Y
∑ ∑ ∑
Ry(1,2,3) =
∑Y 2

Keterangan :

R = Koefisien Regresi

a = Bilangan Koefisien

x = Prediktor

y = Kriterium ( Sutrisno Hadi, 1995 ; 38 ).


40

3.6.6 Mencari sumbangan efektif masing-masing prediktor.

Selanjutnya untuk mencari SE % (Sumbangan Efektif) untuk mengetahui

seberapa besar efektifitas yang diberikan masing-masing prediktor terhadap kriterium

dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

JKreg = R2 (∑ Y )
2

SE%x1 = SR%x1 X R2

SR%x2 = SR%x2 X R2

SE%x3 = SR%x3 X R2

Keterangan :

JKreg = Jumlah kuadrat regresi

SE% = Sumbangan efektif dalam persen

R2 = Efektifitas regresi

Berdasar pada penggunaan rumus-rumus diatas, analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan program statistik SPSS Versi 11.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Diskripsi data

Data dari hasil tes dan pengukuran yaitu tes dan pengukuran

kecepatan, dengan satuan waktu (detik), daya ledak dengan satuan meter,

kelincahan dengan satuan waktu, serta hasil menendang ke arah gawang dengan

satuan angka. Karena masing-masing variabel penelitian memiliki satuan yang

berbeda, maka untuk pengolahan data terlebih dulu diubah menjadi skor T

dengan jalan nilai hasil dikurangi rata-rata per standar deviasi kali 10 ditambah

50. Untuk waktu karena satuan waktu yang lebih cepat lebih baik, maka

pengolahan skor T dengan jalan nilai hasil dikurangi rata-rata per standar

deviasi kali -10 ditambah 50.

Diskripsi data kecepatan, daya ledak, dan kelincahan dan hasil

menendang bola kearah gawang berdasar hasil skor T tersaji pada tabel berikut

ini :

41
42

Tabel 1
Deskripsi Data Variabel Penelitian

Variabel N Rata-rata SD Varians


Kecepatan 30 50.00 9.99 99.82
Daya ledak 30 50.00 9.99 99.88
Kelincahan 30 50.01 10.00 99.90
Hasil menendang bola ke
arah gawang 30 49.99 10.01 100.29

Tabel 1 menyajikan diskripsi data hasil pengukuran berdasar skor T hasil

pengukuran variabel kecepatan, dengan satuan detik, memiliki rata-rata sebesar 50.00

detik; SD sebesar 9.99; dan varians data sebesar 99.82. Daya ledak dengan satuan

centimeter, memiliki rata-rata sebesar 50.00cm; SD sebesar 9.99; dan varians data

sebesar 99.88. Kelincahan dengan satuan detik, memiliki rata-rata sebesar 50.01detik;

SD sebesar 10.00; dan varians data sebesar 99.90. Adapun hasil menendang bola ke

arah gawang dengan satuan angka memiliki rata-rata sebesar 49.99; SD sebesar

10.01; dan varians data sebesar 100.29.

4.1.2. Analisis Data

Agar memenuhi persyaratan analisis dalam menguji hipotesis penelitian, akan

dilakukan beberapa langkah uji persyaratan, meliputi : uji normalitas distribusi data,

uji homogenitas varians data, uji linieritas dan uji keberartian model garis regresi.

Adapun hasilnya dirangkum pada tabel-tabel di bawah ini.


43

4.1.2.1. Uji Persyaratan Normalitas Data

Uji normalitas distribusi data masing-masing variabel meliputi kecepatan,daya

ledak, kelincahan dan hasil menendang bola ke arah gawang, dengan anggota sampel

sejumlah 30 orang siswa berdasar pada hasil pengukuran atau tes, hasilnya seperti

tersaji pada tabel 2 di bawah ini sebagai berikut :

Tabel 2 : Rangkuman Uji Normalitas Distribusi Data dengan Kolmogorof-


Smirnof Z

Variabel Kol-Smir Z Sig. Keterangan

Kecepatan 0,491 0.478 Normal


Daya ledak 0,842 0,478 Normal
Kelincahan 1,297 0,795 Normal
Hasil menendang bola ke 0,795 0.553 Normal
arah gawang

Berdasar pada hasil analisis yang tercantum dalam tabel 2 terlihat bahwa data

masing-masing variabel yaitu variabel yaitu kecepatan, daya ledak, dan kelincahan

serta hasil menendang bola ke arah gawang, subyek penelitian penyebaran distribusi

datanya dalam keadaan normal sehingga dapat dilanjutkan dengan uji parametrik.

4.1.2.2. Uji Homogenitas Varians Data

Prasyarat berikutnya untuk memenuhi analisis yaitu melakukan uji homo-

genitas varians data. Uji homogenitas varians data untuk menguji kesamaan beberapa

buah populasi. Adapun hasil uji homogenitas penelitian menggunakan uji Chi

Kuadrat seperti tercantum pada Tabel 3.


44

Tabel 3
Rangkuman Uji Homogenitas Varians Data Menggunakan Uji Chi Kuadrat

Variabel χ 2 hitung Sig. Keterangan


Kecepatan 1,733 1,000 Homogen
Daya ledak 7,333 0,948 Homogen
Kelincahan 2,400 1,000 Homogen
Hasil menendang bola ke 14,667 0,101 Homogen
arah gawang

Berdasar pada hasil analisis yang menggunakan Chi Kuadrat seperti yang

tercantum pada tabel 3 terlihat bahwa varians data variabel penelitian dalam keadaan

homogen. Dengan demikian karena masing-masing variabel dalam keadaan

homogen, sehingga dapat dilanjutkan dengan uji parametrik.

4.1.2.3. Uji Linieritas

Uji kelinieran atau uji linieritas adalah uji untuk mengetahui apakah antara

prediktor (X1, X2 dan X3) memiliki hubungan yang linier atau tidak terhadap

kriterium. Uji dilakukan dengan teknik analisis varians. Kriteria uji dinyatakan linier,

jika hasil F hitung X1 , X2 dan X3 ≥ F tabel pada taraf signifikansi 5 %. Sebaliknya jika

hasil F hitung X1 , X2 dan X3 ≤ F tabel dinyatakan tidak linier. Hasil perhitungan dapat

dilihat pada tabel 4 berikut ini.


45

Tabel 4
Rangkuman Uji Linieritas Variabel Data Penelitian Menggunakan Anava

Variabel F hitung Sig. Keterangan


Kecepatan 42,727 0,000 Linier
Daya ledak 91,854 0,00 Linier
Kelincahan 58,005 0,000 Linier

Hasil uji linieritas antara X1 dengan Y diperoleh F hitung sebesar 42,727; X2

dengan Y diperoleh F hitung sebesar 91,854; antara X3 dengan Y diperoleh F hitung

sebesar 58,005. Berdasar hasil perhitungan, maka variabel prediktor penelitian yaitu

variabel kecepatan, daya ledak dan kelincahan dinyatakan linier.

4.1.2.4. Uji keberartian model

Uji keberartian model garis regresi dilakukan untuk mengetahui apakah

persamaan garis regresi yang diperoleh berarti (bermakna) atau tidak untuk

digunakan sebagai prediksi harga kriterium. Uji dilakukan dengan uji t. Kriteria uji

dinyatakan berarti, jika hasil t hitung X1, X2 dan X3 ≥ t tabel pada taraf signifikansi 5 %.

Sebaliknya jika hasil t hitung X1 X2 dan X3 ≤ t tabel dinyatakan tidak linier. Hasil analisis

regresi untuk keberartian model garis regresi hasil perhitungan tersaji pada tabel 5

sebagai berikut :
46

Tabel 5
Rangkuman Hasil Uji Keberartian Model Garis Regresi Variabel Penelitian
Menggunakan uji t

Variabel t hitung Sig. Keterangan


Kecepatan 6,537 0,000 Berarti
Daya ledak 9,584 0,000 Berarti
Kelincahan 7,616 0,000 Berarti

Hasil uji keberartian model garis regresi antara X1 dengan Y diperoleh t hitung

sebesar 6,537; X2 dengan Y diperoleh t hitung sebesar 9,584; serta X3 dengan Y

diperoleh t hitung sebesar 7,616. Berdasar hasil perhitungan, maka variabel prediktor

penelitian yaitu variabel kecepatan, daya ledak, dan kelincahan dinyatakan berarti dan

dapat digunakan untuk memprediksi keberhasilan pelaksanan menendang bola ke

arah gawang dalam olahraga permainan sepakbola.

4.2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian yang mengkaji hubungan antara kecepatan, daya

ledak, dan kelincahan dengan hasil menendang bola ke arah gawang dilakukan

dengan analisis hubungan menggunakan teknik regresi tunggal dan regresi ganda.

Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi

11. Adapun hasil perhitungan analisis data tersaji pada tabel 6 berikut ini.
47

Tabel 6 : Ringkasan Hasil Analisis Regresi antara Kecepatan, Daya Ledak dan
Kelincahan dengan Hasil Menendang Bola ke Arah Gawang

Sumber variasi R Square Sum of Squares df Mean Square F hitung Sig.


X1 dengan Y 0,604 2908,416 1 1757,001 42,727 0,000
X2 dengan Y 0,766 2908,416 1 2228,958 91,854 0,000
X3 dengan Y 0,674 2908,416 1 1961,550 58,005 0,000
X123 dengan Y 0,746 2908,416 3 748,778 29,405 0,000

Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian

4.2.1 Uji hipotesis ke 1 yaitu Ada hubungan antara kecepatan dengan hasil

menendang bola ke arah gawang (X1 dengan Y)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa F hitung ≥ F tabel (Signifikansi 0,000),

sehingga hipotesis nihil yang mengatakan “Tidak ada hubungan yang signifikan

antara kecepatan dengan hasil menendang bola ke arah gawang pada siswa LPSB

UNDIP Semarang, ditolak”. Berdasar pada hasil tersebut maka dapat dinyatakan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecepatan dengan hasil menendang bola

ke arah gawang pada siswa LPSB UNDIP Semarang tahun 2004/2005.

4.2.2 Uji hipotesis ke 2 yaitu Ada hubungan antara daya ledak dengan hasil

menendang bola ke arah gawang (X2 dengan Y)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa F hitung ≥ F tabel (Signifikansi

0,000), sehingga hipotesis nihil yang mengatakan “Tidak ada hubungan yang

signifikan antara daya ledak dengan hasil menendang bola ke arah gawang, ditolak”.

Berdasar pada hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang
48

signifikan antara daya ledak dengan hasil menendang bola ke arah gawang pada

siswa LPSB UNDIP Semarang tahun 2004/2005.

4.2.3 Uji hipotesis ke 3 yaitu Ada hubungan antara kelincahan dengan hasil

menendang bola ke arah gawang (X3 dengan Y)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa F hitung ≥ F tabel (Signifikansi

0,000), sehingga hipotesis nihil yang mengatakan “Tidak ada hubungan yang

signifikan antara kelincahan dengan hasil menendang bola ke arah gawang, ditolak”.

Berdasar pada hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kelincahan dengan hasil menendang bola ke arah gawang pada

siswa LPSB UNDIP Semarang tahun 2004/2005.

4.2.4 Uji hipotesis ke 4 yaitu Ada hubungan antara kecepatan, daya ledak, dan

kelincahan dengan menendang bola ke arah gawang (X123 dengan Y)

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa F hitung ≥ F tabel (Signifikansi

0,000), sehingga hipotesis nihil yang mengatakan “Tidak ada hubungan yang

signifikan antara kecepatan, daya ledak, dan kelincahan dengan menendang bola ke

arah gawang, ditolak”. Berdasar pada hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara kecepatan, daya ledak, dan kelincahan dengan

menendang bola ke arah gawang pada siswa LPSB UNDIP Semarang tahun

2004/2005.
49

4.3 Pembahasan

Merujuk pada hasil perhitungan dan analisis data penelitian, terlihat ada

hubungan yang berarti antara kecepatan, daya ledak, dan kelincahan dengan

menendang bola ke arah gawang menunjukkan adanya hubungan yang positif dan

berarti pada siswa LPSB UNDIP Semarang tahun 2004/2005. Berkaitan dengan hal

tersebut, selanjutnya akan dibahas hal-hal sebagai berikut :

4.3.1 Kecepatan dengan hasil menendang bola ke arah gawang

Kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting pula guna

memberikan akselerasi kepada objek-objek eksternal seperti sepakbola, softball, tenis

lapangan, cakram, bola voli dan sebagainya. Kecepatan tergantung dari beberapa

faktor yang mempengaruhi, yaitu strength atau kekuatan, waktu reaksi (reaction

time), dan fleksibilitas. Jadi kalau berlatih untuk mengembangkan kecepatan, atlet

harus pula dilatih kekuatan, fleksibilitas dan kecepatan reaksi, dan tidak hanya

semata-mata berlatih kecepatan saja (Harsono, 1988 ; 216).

Waktu reaksi, yaitu waktu mulai mendengar aba-aba sampai gerak pertama

dilakukan, atau waktu gerak, yaitu waktu yang dilalui untuk menempuh jarak. Waktu

reaksi tergantung pada proses rangsang syaraf pendengaran dan syaraf perintah.

Waktu reaksi anak yang umurnya lebih tua, lebih cepat dibandingkan dengan waktu

reaksi anak-anak yang lebih muda. Hal ini terbukti bahwa waktu reaksi anak-anak

usia tiga sampai lima tahun dua kali lebih lambat, dibandingkan anak-anak dewasa,

walaupun setelah itu ada perbaikan waktu reaksi mereka. Perbedaan perkembangan
50

waktu reaksi ini barang kali karena kematangan susunan syaraf dan kemampuan

memproses suatu informasi.

Agar dapat melakukan gerakan yang cepat dalam pertandingan, maka harus

berlatih dengan cepat. Karena otot itu terdiri dari paling sedikit dua macam serabut

yang berbeda, yaitu serabut yang berkontraksi lambat dan serabut yang berkontraksi

cepat. Serabut yang berkontraksi lambat adalah untuk ketahanan (endurence). Karena

mereka kaya akan suplai darah, mereka terlihat merah bila dilihat dibawah

mikroskop. Serabut yang berkontraksi cepat adalah untuk kecepatan dan kekuatan.

Karena suplai darahnya terbatas, mereka terlihat putih di bawah mikroskop.

Perbandingan antara serabut yang berkontraksi cepat dan lambat di dalam

sebuah otot telah ditentukan sebelum lahir. Tidak ada yang dapat dilakukan untuk

mengubah perbandingan ini. Atlit yang baik dalam olahraga yang memerlukan

ketahanan cenderung dikaruniai lebih banyak serabut yang berkontraksi lambat,

sedangkan juara-juara lari cepat jarak dekat cenderung dikaruniai lebih banyak

serabut yang berkontraksi cepat.

Berdasar pada hasil analisis data kecepatan memberikan sumbangan

keberhasilan sebesar 60,40 % terhadap keberhasilan menendang bola ke arah gawang

pada siswa LPSB UNDIP Semarang tahun 2004/2005. Berorientasi pada hasil

tersebut, keberhasilan menendang bola sebesar 39,60 % ditentukan oleh aspek lain

diluar komponen kecepatan.


51

4.3.2 Daya ledak dengan hasil menendang bola ke arah gawang

Daya ledak sebagai perpaduan antara kecepatan maksimal dan kekuatan

maksimal sangat diperlukan dalam hasil pelatihan tendangan ke arah gawang.

Pencapaian hasil pelatihan tendangan ke arah gawang. memerlukan unjuk kerja

kecepatan tinggi disertai lecutan tungkai, untuk mencapai hasil yang optimal.

Berdasar uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa daya ledak merupakan

kemampuan tubuh untuk dapat menggerakkan semua sistem dalam melawan beban,

jarak, dan waktu yang menghasilkan kerja mekanik dalam waktu sesingkat mungkin.

Daya ledak memegang peranan penting dalam cabang olahraga sepakbola.

Khususnya pada melompat, berlari, dan menendang daya ledak sangat diperlukan

karena satuan unjuk kerja harus dapat diselesaikan dengan sebaik mungkin dalam

waktu singkat.

Prinsip lain yang tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan tendangan jauh

adalah teknik yang benar dengan penempatan posisi kaki tumpu yang baik. Teknik

yang baik dan benar dalam pelaksanaan tendangan jauh ikut menentukan jauh

dekatnya hasil tendangan, sehingga harus dikuasai dengan baik oleh setiap pemain.

Kesalahan teknik dalam pelaksanaan tendangan jauh sangat merugikan para pemain,

karena hasil tendangan menjadi kurang kuat, kurang keras, dan jarak jatuhan bola

menjadi kurang optimal.

Berdasar pada hasil analisis data daya ledak memberikan sumbangan

keberhasilan sebesar 76,60 % terhadap keberhasilan menendang bola ke arah gawang

pada siswa LPSB UNDIP Semarang tahun 2004/2005. Berorientasi pada hasil
52

tersebut, keberhasilan menendang bola sebesar 23,40 % ditentukan oleh aspek lain

diluar komponen daya ledak.

4.3.3 Kelincahan dengan hasil menendang bola ke arah gawang

Kelincahan sangat membantu foot work dalam permainan. Jadi kelincahan yang

dimiliki seseorang semakin baik, maka foot work-nya semakin baik pula. Tanpa

gerakan kaki yang lincah dan teratur, jangan mengharapkan atlit dapat bermain

dengan baik. Gerakan kaki yang lincah dan teratur berarti atlet dapat mengatur

langkah pada saat mengambil awalan pada saat akan menendang bola.

Jadi yang dimaksudkan disini adalah kelincahan dalam melangkahkan kaki

dengan tujuan agar atlet dapat bergerak seefisien mungkin dalam melakukan awalan

dalam melakukan tendangan.

Berdasar pada hasil analisis data kelincahan memberikan sumbangan

keberhasilan sebesar 67,40 % terhadap keberhasilan menendang bola ke arah gawang

pada siswa LPSB UNDIP Semarang tahun 2004/2005. Berorientasi pada hasil

tersebut, keberhasilan menendang bola sebesar 32,60 % ditentukan oleh aspek lain

diluar komponen kelincahan.

4.3.4 Kecepatan, Daya ledak, dan Kelincahan dengan menendang bola ke arah

gawang

Berdasar pada hasil analisis regresi berganda masing-masing prediktor baik

kecepatan, daya ledak dan kelincahan dengan hasil menendang bola ke arah gawang

pada permainan sepakbola, jika dicermati lebih lanjut secara bersama-sama ketiga

prediktor memiliki hubungan dengan kriterium. Mencermati hal tersebut, kecepatan,


53

daya ledak dan kelincahan sebagai suatu komponen kondisi fisik merupakan

gabungan dari unsur komponen kondisi fisik yang lain yang saling mendukung dalam

suatu unjuk kerja.

Kecepatan yang baik akan berpengaruh pada daya ledak, dan dengan memiliki

daya ledak yang baik hasil menendang bola menjadi lebih optimal dibandingkan

dengan daya ledak yang kurang baik. Berdasar pada hasil analisis data, kecepatan,

daya ledak, dan kelincahan memberikan sumbangan keberhasilan secara bersama-

sama sebesar 77,20 % terhadap keberhasilan menendang bola ke arah gawang pada

siswa LPSB UNDIP Semarang tahun 2004/2005. Berorientasi pada hasil tersebut,

keberhasilan menendang bola sebesar 23,70 % ditentukan oleh aspek lain diluar

komponen kondisi fisik kecepatan, daya ledak, dan kelincahan.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan agar mendapat data yang akurat,

namun demikian karena adanya berbagai keketerbatasan yang bersifat teknis maupun

non teknis, maka perlu dikemukakan beberapa hal berkaitan dengan keterbatasan

yang muncul dalam penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut :

4.4.1 Subyek atau sampel penelitan adalah para murid yang relatif masih belajar

dan belum menguasai teknik gerakan-gerakan tendangan seperti pada atlet

dengan baik dan benar. Tendangan ke arah gawang merupakan salah satu

materi pada pelatihan sepakbola yang diberikan dengan sedikit tatap muka,

maka untuk penguasaan gerakan yang baik dan benar sangat sulit dicapai.
54

Penguasaan teknik menendang bola yang baik dan benar membutuhkan waktu

yang relatif lama dan frekuensi latihan yang memadai, serta konsentrasi yang

baik. Situasi demikian secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil

pengukuran, sehingga keberhasilannya dapat mempengaruhi hasil penelitian.

4.4.2 Tendangan ke arah gawang merupakan perpaduan gerak yang utuh dan

terpadu mulai dari permulaan (awalan) sampai kelanjutan gerak menendang,

memerlukan koordinasi gerak dan tingkat konsentrasi yang tinggi. Adapun

pelaksanaan tes untuk mengungkap masing-masing variabel dilakukan secara

terpisah atau perbagian, dengan demikian dimungkinkan terjadi kesenjangan

pola gerak. Hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil yang dicapai.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasar pada hasil pengolahan data penelitian dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

5.1.1. Ada hubungan yang signifikan antara kecepatan dengan hasil menendang bola

ke arah gawang pada siswa LPSB UNDIP Semarang tahun 2004/2005.

5.1.2. Ada hubungan yang signifikan antara daya ledak dengan hasil menendang

bola ke arah gawang pada siswa LPSB UNDIP Semarang tahun 2004/2005.

5.1.3. Ada hubungan yang signifikan antara kelincahan dengan hasil menendang

bola ke arah gawang pada siswa LPSB UNDIP Semarang tahun 2004/2005.

5.1.4. Ada hubungan yang signifikan antara kecepatan, daya ledak, dan kelincahan

dengan hasil menendang bola ke arah gawang pada siswa LPSB UNDIP

Semarang tahun 2004/2005.

5.1.5. Besarnya sumbangan yang dihasilkan kecepatan, daya ledak, dan kelincahan

dengan hasil menendang bola ke arah gawang pada siswa LPSB UNDIP

Semarang tahun 2004/2005 sebesar 77,20 %.

5.2 Saran

Berorientasi pada hasil analisis dan simpulan hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka perlu penulis ajukan beberapa saran kepada para pelatih sepakbola

55
56

dalam melatih cabang olahraga sepakbola khususnya menendang bola, sebagai

berikut :

5.2.1. Keberhasilan menendang bola ke arah gawang berkaitan erat dengan unsur

kondisi fisik yaitu kecepatan. Berkaitan dengan kecepatan tersebut, para

pelatih di dalam melatih tendangan ke gawang kepada para pemain hendaknya

diimbangi dengan peningkatan kecepatan sehingga pelatihan yang dilakukan

dapat berhasil guna dan berdaya guna dalam mewujudkan hasil secara

optimal.

5.2.2. Keberhasilan menendang bola ke arah gawang berkaitan erat dengan unsur

kondisi fisik yaitu daya ledak. Daya ledak sangat diperlukan dalam

menunjang keberhasilan seorang penendang, sehingga perlu dijadikan sebagai

bahan pelatihan menendang bola ke gawang. Oleh sebab itu faktor kondisi

fisik berupa daya ledak harus selalu diberikan dan ditumbuh-kembangkan

oleh para pelatih agar dalam proses pelatihan yang dilakukan dapat berhasil

guna dan berdaya guna.

5.2.3. Kelincahan sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan seorang

penendang bola. Oleh sebab itu faktor kelincahan hendaknya selalu

ditumbuhkembangkan dengan latihan-latihan yang terpadu, sehingga agar

pola pembinaan dan proses pelatihan yang dilakukan dapat berhasil guna dan

berdaya guna.

5.2.4. Peneliti menyarankan kepada peneliti yang akan datang untuk lebih

menyempurnakan penelitian ini dengan melengkapi dari tiga aspek


57

keterampilan motorik yang sudah digunakan menjadi lima aspek keterampilan

motorik yang ada, yaitu : koordinasi, keseimbangan, kecepatan kelincahan

dan daya ledak.


DAFTAR PUSTAKA

Aang Witarsa. 1984. Teknik Sepak Bola. Pusdiklat PSSI : Jakarta.

Arikunto Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT


Rineka Cipta : Jakarta.

-----. 2002. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.

A. Sarumpaet. Dkk. 1991. Permainan Besar. Depdikbud, Jakarta.

Budi Nurokhman, 2002. (Hubungan Kekuatan Otot Lengan, Power Otot Tungkai
Dan Kelincahan Terhadap Hasil Pukulan Smash Dalam Permainan Bulu
Tangkis) SKRIPSI UNNES, Semarang.

Bambang Priyono. 2002. Hubungan Kekuatan Otot Perut, Daya Ledak Otot
Lengan, dan Daya Ledak Otot Panggul, terhadap Neck Kip. Tesis.
Universitas Negeri Semarang.

Dumadi. 1990. Dasar-dasar Penelitian, Semarang, FPOK IKIP Semarang.

Engkos Kosasih. 1994. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Erlangga : Jakarta.

Gill Harvey. 2003. Passing and Shooting, (Alih Bahasa : Tim GMS), PT Gapuramitra
Sejati

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek Psikologi dalam Coaching. Dirjen Dikti :
Jakarta.

M. Sajoto. 1988. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik. Semarang : IKIP


Semarang

-----. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Depdikbud, Semarang.

Narbuko Cholid. Ahmadi Abu, 2002. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara, Jakarta.

Oktia Woro KH. 1981. Praktikum Pendidikan Jasmani. FPOK IKIP Semarang :
Semarang

58
59

Peace. C. Evelyn. 1987. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Gramedia :
Jakarta.

Radioputro. 1973. Kinesiologi dan Body Mechanies. Dirjen Pemuda dan Olahraga
Depdikbud : Jakarta

Sudjana. 1992. Metode Statistik. Bandung : Tarsito

Sukatamsi. 1984. Bahan Mengajar dan Melatih Sepak Bola : Semarang.

Sukintaka. 1982. Permainan dan Metodik. Depdikbud : Jakarta.

Sutrisno Hadi. 1987. Statistik. Andi Offset, Yogyakarta.

-----. 1980. Dasar Metodologi Riset Field Study Masalah Konsistensi Experimental
Design And Analisis. Universitas Airlangga : Surabaya.
Lampiran 4 71

INSTRUMEN TES YANG DIGUNAKAN DALAM PENELITIAN

A. INSTRUMEN TES LARI 50 yards (45,73 m)

Tujuan : untuk mengukur kecepatan lari .

Fasilitas dan alat : (1) lintasan lari, (2) meteran, (3) stopwatch, (4) balok start,

dan (5) pita finish.

Petugas : petugas yang diperlukan adalah pemberi aba-aba start, pengawas

lintsan, pengambil waktu dan pencatat skor.

Pelaksanaan : peserta tes berdiri di belakang garis start, pada aba-aba “

bersedia” peserta tes berjalan ke depan mengambil posisi start berdiri. Aba-

aba yang digunakan adalah “Bersedia”, “Siap”, dan “Ya” atau “Bunyi

Tembakan Pistol”. Peserta tes berlari secepat mungkin sampai melewati garis

finish.

Penilaian : skor waktu yang berhasil dicapai peserta tes selama menempuh

jarak 45,73 m. Pencatatan waktu dilakukan sejak aba-aba “Ya” atau “Bunyi

Tembakan Pistol” hingga dada peserta tes menyentuh pita garis finish.

Gambar 7. Sikap start berdiri pada tes lari 50 yard.


(Nurhasan, 2001)
Lanjutan Lampiran 4 72

B. TES LONCAT TEGAK

Tujuan :

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak atau power otot tungkai.

Alat atau fasilitas :

Alat atau fasilitas yang dibutuhkan dalam tes ini adalah :

1. Dinding yang rata dan lantai yang rata dan cukup luas.

2. Papan berwarna gelap berukuran 30 kali 150 cm, (lihat gambar) berskala

satuan ukuran sentimeter, yang digantung pada dinding, dengan ketinggian

jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada papan berskalaukuran 150.

Gambar 8. Papan ukuran 30x150cm.


(Nurhasan, 2001)

3. Serbuk kapur dan alat pnehapus.

4. Formulir pencatatan hasil tes dan alat tulis.

Pelaksanaan :

Teste berdiri tegak dengan dinding, bertumpu pada kesua kaki, dan papan

dinding berada di samping tangan kiri atau kanannya. Kemudian, tangan yang

berada dekat dinding diangkat lurus ke atas telapak tangan, ditempelkan pada
Lanjutan Lampiran 4 73

papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya. Kedua tangan

lurus berada di samping telinga. Kemudian, testee mengambil sikap awalan

dengan membengkokkan kedua lutut dan kemudian testee meloncat setinggi

mungkin sambil menepuk papan berskala dengan tangan yang terdekat dengan

dinding, sehingga meninggalkan bekas raihan loncatan testee tersebut. Testee

diberi kesempatan melakukan sebanyak tiga kali loncatan.

Untuk lebih jelas mengenai sikap awal dan gerakan loncatan pada tes loncat

tegak ini, anda dapat lihat pada gambar.

Skor :

Ambil tiga raihan yang tertinggi dari ketiga loncatan tersebut, sebagai hasil tes

loncat tegak. Hasil loncat tegak diperoleh dengan cara hasil raihan tertinggi

dari salah satu loncatan tersebut dikurangi tinggi raihan tanpa loncatan.

Gambar 9. Sikap awal pada loncat tegak


(Nurhasan, 2001)
Lanjutan Lampiran 4 74

Gambar 10. Sikap awal pada Tes Loncat Tegak


(Nurhasan, 2001)

Gambar 11. Skap meloncat pada Tes Loncat Tegak


(Nurhasan, 2001)
Lanjutan Lampiran 4 75

C. TES KELINCAHAN

Tujuan : untuk mengukur kelincahan dalam berlari dan merubah arah.

Fasilitas dan alat : 1) lintasan lari dengan panjang 9,14 m dan lebar 1,2 m. 2)

pita atau slirban, 3) stopwatch, dan 4) dua buah potongan kayu.

Petugas : petugs yang diperlukan adalah pemandu tes dan pencatatr skor.

Pelaksanaan : peserta tes berdiri di belakang garis start, pada aba-aba “Ya”,

peserta tes lari kearah garis finish smbil mengambil potongan kayu yang

berada di belakang garis finish dan berlari kembali ke arah garis start sambil

menaruh ( tidak dengan cara melemparkan) potongan kayu yang sama di

belakang garis start. Gerakan ini diulangai sekali lagi hingga kedua potongan

kayu berhasil dipindahkan dengan semp[urna. Stopwatch dihidupkan pada

saat aba-aba “Ya” hingga peserta tes melewati garis finish setelah

memindahkan kedua potongan kayu dengan sempurna. Dua kali kesempatan

diberikan.

Gambar 12. Sikap pada saat pelaksanaan Tes Shutle Run


(R. Suyono. 2001)
76

Lanjutan Lampiran 4

D. TES MENEMBAK/MENENDANG BOLA KE GAWANG (SHOOTING)

Tujuan :

Mengukur keterampilan menembak yang cepat dan tepat ke arah sasaran

gantung.

Alat yang digunakan :

1) Bola

2) Stopwatch

3) Gawang

4) Nomor-nomor

5) Tali

Petunjuk pelaksanaan :

1. Testee berdiri di belakang bola yang diletakkan pada sebuah titik berjarak

16,5 m di depan gawang/sasaran.

2. Tidak ada aba-aba dari tester.

3. Pada saat testee mulai menendang bola, maka stopwatch dijalakkna dan

berhenti saat bola mengenai sasaran.

4. Testee diberi (3) tiga kali kesempatan.

Gerakan tersebut dinyatakan gagal bila :

1. Bola keluar dari daerah sasaran.

2. Menempatkan bola tidak pada jarak 16,5 m dari sasaran.


77
Lanjutan Lampiran 4

Cara menskor :

1. Jumlah skor dan waktu yang ditempuh bola pada sasaran dalam tiga kali

kesempatan.

2. Bila bola hasil tendangan mengenai tali atau garis pemisah skor pada

sasaran, maka diambil skor terbesar dari kedua sasaran tersebut.

Gambar 13. Diagram Lapangan Tes Menembak Bola ke sasaran


(Nurhasan, 2001)

Anda mungkin juga menyukai