ABSTRAK
Depresi adalah salah satu penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas dan juga
memiliki efek yang serius terhadap kualitas hidup. Penelitian klinis dan
farmakologis telah menunjukkan peranan dari brain-derived neurotropic factor
(BDNF) sebagai susceptibility locus untuk berkembangnya penyakit-penyakit
mental, termasuk depresi, gangguan bipolar, dan skizofrenia. Studi genetik yang
berdasarkan pada populasi telah meneliti hubungan antara BDNF dan depresi,
akan tetapi hasilnya belum jelas ditemukan peranan BDNF dalam perkembangan
gangguan yang kompleks tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menguji hubungan antara dua variasi genetik dalam BDNF, yaitu Val66Met
(rs6265) dan -270C>T, dengan depresi diukur pada dua sampel yang independen.
Dalam analisis ini kami sertakan 3.548 peserta dari British Women's Heart and
Health Study (BWHHS) dan 6.836 ibu dari Avon Longitudinal Study of Parent
and Children (ALSPAC) yang memiliki data lengkap tentang genotif dan
depression outcomes. Kami tidak menemukan bukti kuat tentang hubungan
antara salah satu dari kedua polimorfisme dengan depresi baik itu pada sampel
BWHHS atau sampel ALSPAC. Selanjutnya, kami melakukan systematic review
dan meta-analisis dari semua studi tentang hubungan kedua polimorfisme BDNF
dengan depresi. Dari hasil meta-analisis Val66Met pada depresi ditemukan OR =
1.06 (95% CI: 0,89-1,26, P ¼ 0,537) ketika membandingkan genotif MM dengan
genotif VV dan OR=0.97 (95% CI: 0,89-1,05, P ¼ 0,403) ketika membandingkan
genotif MV dengan genotif VV. Penemuan kami menunjukkan bahwa genotif
BDNF tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap berkembangnya depresi.
PENDAHULUAN
Depresi adalah masalah kesehatan yang penting. Pengobatan utama yang tersedia
untuk depresi adalah obat-obat antidepresi, dimana penggunaannya 10 tahun
belakangan meningkat dengan pesat. Depresi telah diketahui memiliki faktor
genetik, dimana depresi juga dialami oleh 40-50% kembaran pasien dalam suatu
penelitian. Karena itu penelitian-penelitian mengenai aspek genetik dari depresi
penting dilakukan untuk menemukan pengobatan yang lebih baik. Brain-derived
neurotropic factor (BDNF) telah diindikasikan sebagai kandidat target pengobatan
baru dari depresi. Penelitian klinis dan farmakologis telah menemukan peran
penting BDNF pada gangguan kesehatan mental, dimana ekspresi dari gen ini
ditemukan menurun pada pasien yang mengalami depresi dan meningkat dengan
pemberian obat anti depresi. Demikian juga dengan hasil MRI/PET scanning,
dimana ditemukan bahwa pasien dengan perubahan Valine menjadi Methionin
pada posisi 66 (Val66Met) di BDNF memiliki volume hipokampus yang lebih
kecil daripada varian normal. Fakta ini mengungkapkan hubungan antara BDNF
dengan mental disorders. Penelitian terbaru pada tikus juga menunjukkan bahwa
perubahan pada BDNF merupakan faktor yang berkontribusi pada
berkembangnya anxietas dan depresi.
Penelitian genetik pada populasi umum juga berusaha mengkonfirmasi
hubungan antara BDNF dan depresi, dimana ditemukan orang-orang dengan alel
Met66 mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terkena depresi. Ada juga suatu
varian BDNF yang lain, yaitu -270 C>T yang dulunya diteliti sebagai faktor
resiko untuk berkembangnya penyakit skizofrenia. Penelitian-penelitian yang
lebih baru mencoba menemukan hubungan antara -270 C>T dengan depresi, akan
tetapi tidak ada keterkaitan yang ditemukan, meskipun penelitian tersebut
menggunakan ukuran sampel yang kecil. Penelitian terbaru juga mengamati
hubungan antara BDNF dengan depresi mayor, akan tetapi depresi mayor ini
adalah kondisi yang sangat parah dan hanya merupakan sebagian kecil dari orang-
orang dengan depresi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati hubungan antara BDNF
dengan indikator-indikator dari baik itu depresi berat maupun depresi ringan-
sedang pada populasi umum. Untuk mencapai tujuan ini, telah dilakukan
genotyping dari dua variasi genetik dari BDNF, yaitu Val66Met dan -270 C>T,
suatu polimorfisme C/T yang terletak pada 270bp upstream dari translation start
codon dari BDNF pada dua penelitian kohort pada wanita dan mengamati
hubungannya dengan fenotip depresi. Dilakukan juga systematic review dari
penelitian lain yang mengamati hubungan antara kedua single nucleotide
polymorphisms (SNPs) ini dengan depresi untuk kemudian digabungkan dengan
penelitian ini dalam suatu meta-analisis.
Genotyping
DNA diekstraksi melalui metode salting out. Genotyping dilakukan oleh
KBioscience dengan menggunakan TaqmanTM untuk analisis SNPs.
Analisis Statistik
Analisis SNPs dilakukan dengan STATA 9.0. Hubungan antara gaya hidup
(lifestyle) peserta dengan genotifnya diuji dengan menggunakan one-way
ANOVA untuk continuous variables dan chi-square untuk dichotomous variables.
Hubungan antara SNPs dengan status depresi dinilai dengan menggunakan
metode regresi logistik. Haplotypes di bangun dengan menggunakan algoritma
EM dan analisis yang spesifik terhadap haplotype dilakukan dengan
menggunakan R package Haplo.stats. Penentuan label untuk masing-masing
haplotype yaitu: CV untuk haplotype dengan alel C pada lokus -270 C>T dan Val
pada Val66Met, CM untuk haplotype dengan alel C pada lokus -270 C>T dan
Met pada Val66Met, TV untuk haplotype dengan alel T pada lokus -270 C>T dan
Val pada Val66Met.
Etika Penelitian
Pengakuan dari Local Medical Research Ethics Committee telah diperoleh baik
untuk BWHHS maupun ALSPAC. Informed consent tentang pemeriksaan genetik
pada sampel darah telah dilakukan pada peserta dan peserta yang menolak tidak
diikutsertakan ke dalam penelitian.
HASIL
Pada BWHHS, 2.367 wanita tidak memiliki indikator depresi sama sekali, dan
1.181 sisanya memiliki paling tidak satu dari ketiga indikator tersebut. Pada
ALSPAC, 596 wanita dikatakan pernah mengalami depresi berat, sedangkan
sisanya 6.242 wanita tidak pernah. Asumsi keseimbangan Hardy-Weinberg diuji
pada wanita-wanita tanpa bukti depresi pada kedua kohort, menggunakan uji Chi-
square Pearson dan tidak ada SNPs yang menunjukkan bukti penyimpangan dari
kesetimbangan Hardy-Weinberg (-270 C>T: x2 = 0,77; P = 0,38 di ALSPAC; x2 =
0,034; P = 0,85 di BWHHS; Val66Met: x2 = 0,19; P = 0,66 di ALSPAC; x2 =
1,03; P = 0,31 di BWHHS). Frekuensi alel minor untuk -270 C>T adalah 0.05
pada BWHHS dan 0.06 pada ALSPAC, dan untuk Val66Met adalah 0.20 pada
BWHHS dan 0.19 pada ALSPAC. Uji hubungan disequilibrium antara kedua
SNPs pada wanita tanpa depresi menunjukkan D’=1; r2=0.01 baik itu pada
BWHHS maupun ALSPAC.
Distribusi alel dan genotif dari Val66Met dan -270 C>T tidak berbeda
pada wanita dengan depresi dan wanita tanpa depresi pada kedua kohort. Analisis
regresi logistik dari masing-masing SNP tidak memberikan bukti yang kuat
adanya hubungan antara depresi dengan BDNF baik itu pada BWHHS maupun
ALSPAC.
Dari analisis haplotype pada BWHHS didapat frekuensi dari CV haplotype
adalah 75% dan frekuensi dari CM dan TV haplotype masing-masing 20% dan
5%. Tidak ada hubungan yang kuat ditemukan antara haplotypes dengan ketiga
indikator depresi yang telah ditentukan. Hal yang sama ditemukan pada frekuensi
haplotypes pada ALSPAC, dimana frekuensi dari CV haplotype adalah 75% dan
frekuensi dari CM dan TV haplotype masing-masing 19% dan 6%. Tidak ada
hubungan yang kuat ditemukan antara haplotypes dengan depresi pada ALSPAC.
Dari systematic review diidentifikasi 9 artikel yang melaporkan adanya
hubungan genetis antara BDNF dan depresi, dan hanya satu dari artikel-artikel
tersebut yang memfokuskan pada -270 C>T polymorphism. Meta-analisis yang
dilakukan meliputi 3.879 kasus depresi dari artikel-artikel yang telah sebelumnya
dilakukan systematic review bersama dengan sampel pada BWHHS dan
ALSPAC. Diperoleh hasil pooled odds ratio=1.06 (95% CI: 0.89-1.25, P=0.537)
untuk MM vs VV, 0.97 (95% CI: 0.89-1.05, P=0.403) untuk MV vs VV dan 1.00
(95% CI: 0.94-1.07, P=0.918) untuk alel Met vs alel Val. Tidak ada bukti kuat
heterogenitas antar penelitian-penelitian tersebut (P-value 0.246 untuk MM vs
VV, P-value 0.810 untuk VM vs VV, P-value=0.172 untuk M vs V). Akan tetapi,
pada 3 penelitian lain yang dilakukan pada populasi yang lebih tua yang
membandingkan homozigot M dan V memang didapatkan odds ratio yang lebih
tinggi daripada penelitian yang dilakukan pada populasi paruh-baya.
DISKUSI
Berdasarkan penetilian epidemiologi klinis farmakologis, dan genetik belakangan
ini, kami membuat suatu hipotesis bahwa BDNF mungkin merupakan suatu lokus
yang suseptibel untuk prevalens terjadinya depresi mulai dari depresi ringan-
sedang hingga depresi berat. Bertentangan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan antara BDNF dengan depresi
berat dan kelainan mental berat lainnya, kami tidak menemukan adanya suatu
bukti yang kuat untuk mendukung hubungan antara BDNF dengan depresi dalam
2 penelitian pada wanita Inggris dan juga tidak ada bukti tentang adanya
hubungan yang kuat antara BDNF dengan depresi berdasarkan meta-analisis dari
penelitian-penelitian yang ada sampai saat ini.
Bersamaan dengan semakin maraknya publikasi dari literatur tentang
varian genetik dari gangguan psikiatri berat, penelitian kami dapat
mengindikasikan bahwa BDNF hanya berhubungan penyakit psikiatri dalam
spektrum yang lebih berat, yang kemungkinan disebabkan karena gangguan
perkembangan neuron. Untuk depresi ringan-sedang yang mungkin lebih banyak
melibatkan faktor lingkungan, pengaruh dari gen neurodevelopmental, seperti
BDNF, mungkin berkurang.
Di sisi lain kami mungkin memiliki keterbatasan dalam mendeteksi
hubungan yang sederhana tetapi penting. Meskipun meta-analisis kami
menggunakan 3.879 kasus dan perkiraan kami merupakan perkiraan yang paling
akurat saat ini, hal tersebut belum cukup dengan 95% confidence interval untuk
membandingkan MM vs VV yang membentang dari 0.89 sampai 1.25.
Sehubungan dengan bukti klinis dan biologis yang kuat untuk hubungan BDNF
dengan kelainan psikiatri seperti yang sudah dipaparkan pada pendahuluan artikel
ini, diperlukan adanya penelitian lanjutan yang lebih besar untuk lebih
meyakinkan hal tersebut.
Sebagai kesimpulan, pada penelitian ini kami tidak menemukan adanya
bukti yang kuat tentang hubungan antara BDNF dan depresi. Bersamaan dengan
literatur sebelumnya dalam bidang ini, penelitian kami dapat mengindikasikan
bahwa BDNF hanya berhubungan penyakit psikiatri dalam spektrum yang lebih
berat. Terlebih lagi meskipun kedua varian genetik ini tidak memiliki hubungan
dengan fenotif yang diteliti, hal tersebut tidak menyingkirkan kemungkinan
adanya variasi genetik dari BDNF yang lain yang memiliki hubungan dengan
depresi. Untuk dapat menyingkirkan kemungkinan adanya hubungan antara gen
ini dengan depresi diperlukan penelitian lanjutan yang lebih besar.