Anda di halaman 1dari 31

Tinjauan Kepustakaan

Patofisiologi dan
Penatalaksanaan Obesitas
dr. Putu Pangestu Cendra Natha
dr. Made Pande Dwipayana, SpPD-KEMD
Pendahuluan
Pendahuluan
 Obesitas  akumulasi jaringan lemak yang berlebihan sehingga dapat
mengganggu kesehatan
 Indeks massa tubuh (IMT)  indikator yang paling sering digunakan dan
praktis
 Menurut WHO, obesitas didefinisikan sebagai IMT ≥ 30 (global) atau ≥ 25
(Asia-Pasifik)
Pendahuluan
 Prevalensi obesitas terus meningkat dari waktu ke waktu.
 Mulai tahun 1980 peningkatan terjadi secara cepat
 2008: 500 juta orang dewasa mengalami obesitas di seluruh dunia
 2014: 600 juta, atau sekitar 13% dari populasi orang dewasa diseluruh
dunia
 Pola yang sama juga diamati pada anak-anak dan remaja
Pendahuluan
Prevalenssi di Indonesia:
 Koja, Jakarta Utara (1982): 4,2%
 Kayu Putih, Jakarta Pusat (1992): 17,1%
 Bali (2007): 16,4%
 Bali (2013): 24,2%
Pendahuluan
 Obesitas memiliki dampak negatif yang besar terhadap kesehatan
 Peningkatan 50-100% risiko kematian dari semua penyebab
 Penyakit kardiovaskular  penyebab kematian utama
 Angka kematian meningkat seiring dengan peningkatan angka kejadian
obesitas, terutama ketika obesitas berhubungan dengan peningkatan masa
lemak intraabdomen
 Peningkatan risiko resistensi insulin, DM tipe 2, gangguan reproduksi,
gangguan pernapasan, penyakit hepatobilier, serta penyakit dan kelainan
pada tulang, persendian, dan kulit
Pendahuluan
 Obesitas  interaksi faktor lingkungan dan faktor predisposisi genetik
 Dalam melakukan penatalaksanaan, pemahaman yang baik akan besarnya
masalah yang ditimbulkan dan konsekuensi patologis dari obesitas
sangatlah penting
 Peningkatan kembali berat badan sering terjadi ketika tatalaksana obesitas
dihentikan
 Pengaturan pola makan dan olahraga seringkali gagal dalam jangka
panjang sehingga penggunaan farmakoterapi kadang dibutuhkan
DISREGULASI
HOMEOSTASIS
ENERGI
 Kelebihan asupan kalori disimpan dalam bentuk lemak
 Obesitas  konsumsi > penggunaan kalori
 Jumlah jaringan adiposa diregulasi secara ketat oleh sinyal neural maupun
humoral yang ditransmisikan ke otak
 Kegagalan dari sel-sel lemak mengirimkan sinyal yang adekuat atau
gagalnya otak memberikan respon terhadap sinyal tersebut menyebabkan
obesitas
Leptin
 Leptin  hormon peptida, disekresikan oleh jaringan adiposa.
 menyediakan sinyal ke otak tentang jumlah cadangan lemak tubuh.
 bekerja pada jaringan saraf dari otak yang terlibat dalam mengontrol
asupan makanan dan pengeluaran energi, mengurangi asupan makanan dan
menurunkan berat badan
 meregulasi metabolisme lipid dengan cara menstimulasi lipolysis dan
menghambat lipogenesis
Asupan makanan dipengaruhi oleh:
 indera penciuman dan pengecapan, distensi gastrointestinal
 pelepasan hormon-hormon (insulin, cholesistokinin (CCK) dan gastrin-
releasing peptide)
 aktivasi termogenik komponen eferen sistem saraf simpatis

Hormon terpenting yang terkait dengan obesitas adalah insulin dan


cholesistokinin.
 Tingkat insulin dalam serum sebanding dengan massa jaringan adiposa.
 Insulin merangsang sekresi leptin dari sel-sel lemak dan bekerja secara
sentral menurunkan asupan makanan dengan cara mempengaruhi CCK dan
NPY.
 CCK  disekresikan oleh duodenum ketika terdapat makanan pada
saluran pencernaan.
 reseptor CCK-A  CCK mengurangi ambilan makanan oleh usus.
 reseptor CCK-B  CCK berfungsi sebagai faktor kenyang
 Pengeluaran energi ditentukan oleh aktivitas fisik, tingkat metabolisme
dan thermogenesis.
 Aktivitas fisik meningkatkan pengeluaran energi oleh otot rangka. SNS
mempengaruhi tidak hanya otot rangka dan sistem kardiovaskular, tetapi
juga termogenesis
EFEK
ANATOMI DAN
METABOLIK
MANFAAT
PENURUNAN
BERAT BADAN
Moderate weight loss  5-10%
 perbaikan fungsi sel beta pankreas
 perbaikan sensitivitas sel-sel hati dan otot terhadap insulin
 memperbaiki gangguan-gangguan yang terjadi pada jaringan adiposa
 penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik, kadar trigliserida, dan
HbA1c
 penurunan risiko dan “remisi” DM tipe 2
 penurunan risiko kematian
TATALAKSANA
OBESITAS
Intervensi Diet dan Gaya Hidup
 Tujuan: mengurangi asupan energi dan meningkatkan pengeluaran energi
 Pilihan pertama  biaya kecil, risiko komplikasi rendah
 ↓ 0,5kg/minggu = mengurangi asupan makanan ~ defisit energi 3.500
kkal/minggu atau 500 kkal/hari
 Aktivitas fisik moderat  aktivitas fisik yang meningkatkan laju jantung
menjadi 55-70% dari laju jantung maksimal menurut usia (220 dikurangi
usia)
 Aktivitas fisik moderat selama 225-300 menit/minggu dibagi kedalam 5
sesi olah raga masing-masing 45-60 menit
 Konseling untuk mencegah peningkatan kembali berat badan
Terapi Medikamentosa
 Diberikan sebagai tambahan pada intervensi diet dan olahraga dalam
penatalaksanaan obesitas jangka panjang
 dipertimbangkan pada pasien dengan IMT ≥30 atau IMT ≥27 dengan
setidaknya satu komorbid
 Rata-rata menurunkan berat badan setidaknya 5% dalam 52 minggu 
moderate weight loss dapat dicapai
 beberapa obat-obatan ↑ denyut jantung dan tekanan darah,  pengobatan
dihentikan jika gagal mencapai penurunan berat badan sebesar minimal 5%
setelah 12-16 minggu
 Peningkatan berat badan kembali terjadi setelah obat dihentikan 
pengobatan jangka panjang seringkali dibutuhkan
Operasi Bariatrik
 Indikasi: pada pasien dengan IMT ≥35, memiliki komorbid berat yang
diharapkan membaik setelah berat badan turun seperti imobilisasi berat,
artritis, dan diabetes mellitus tipe 2, serta tidak mendapatkan hasil yang
memuaskan setelah menjalani program penurunan berat badan yang
lain.
 penurunan kelebihan berat badan sebesar 52,5-77% 10 tahun pasca
pembedahan.
 Teknik-teknik: laparoscopic banding, biliopancreatic diversion, dan Roux-
en-Y gastric bypass
Operasi Bariatrik
 ↓ angka kematian 29-40% dalam 7-10 tahun pasca operasi
 Angka kematian karena penyakit kardiovaskular 50% lebih rendah
 angka kematian karena kanker 60% lebih rendah
 remisi diabetes pada 73% pasien dalam sebuah RCT yang melibatkan 60
pasien yang baru saja didiagnosis dengan DM tipe 2 (<2 tahun sejak
terdiagnosis)
 HbA1c turun sebesar rata-rata 2,1%
 mengurangi kemungkinan hipertrigliseridaemia dan kolesterol HDL
rendah
 perbaikan steatosis, steatohepatitis dan fibrosis
Operasi Bariatrik
Prediktor efikasi: Prediktor kematian:
 usia yang muda  usia diatas 45 tahun
 IMT yang lebih rendah  IMT ≥50
 jenis kelamin laki-laki  Hipertensi
 tidak adanya diabetes  memiliki risiko tinggi untuk
 Operator bedah yang terjadi tromboemboli
berpengalaman
Operasi Bariatrik
Efek samping dan komplikasi:
 Angka kematian yang lebih tinggi 90 hari setelah operasi (0,25% vs 0,1%)
 Komplikasi pembedahan: perdarahan, tromboemboli, komplikasi luka,
infeksi, abses
 Defisiensi vitamin dan mineral: kalsium, vitamin D, zat besi, seng, dan
tembaga  suplementasi harian termasuk suplemen multivitamin dan
mineral (masing-masing mengandung zat besi, asam folat, dan tiamin),
1200-1500 mg kalsium, setidaknya 3000 IU vitamin D, dan vitamin B12
sesuai kebutuhan
 Harus menjalani skrining tahunan untuk kekurangan vitamin dan mineral
spesifik, termasuk vit B12
RINGKASAN
Ringkasan
 Obesitas  akumulasi jaringan lemak yang berlebihan
 Obesitas dikaitkan dengan peningkatan mortalitas, dengan 50-100% peningkatan
risiko kematian dari semua penyebab dibandingkan dengan orang yang tidak
mengalami obesitas
 Obesitas  gangguan multifaktorial, disebabkan karena adanya ketidakseimbangan
regulasi pengambilan dan pengeluaran energi
 Kelebihan adiposa memberikan pengaruh buruk bagi kesehatan melalui dampak
anatomi maupun metabolik
 Penurunan berat badan  berkurangnya risiko penyakit dan kondisi-kondisi yang
terkait dengan obesitas.
 Sejumlah pilihan terapi baik itu medis dan bedah tersedia untuk mengobati obesitas
selain kombinasi antara diet, olahraga, dan modifikasi perilaku lainnya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai