Kepmen Pedoman Manajemen Banjir
Kepmen Pedoman Manajemen Banjir
PEDOMAN TEKNIS
MENEJEMEN BANJIR
1. PENDAHULUAN
2. PENGERTIAN-PENGERTIAN
3. MENEJEMEN
3.1. Pengendalian Banjir
3.1.1. Prinsip Pengendalian Banjir
3.1.2. Strategi Pengendalian Banjir
3.2. Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Banjir(15)
3.2.1. Tahap sebelum terjadi banjir.(18)
3.2.2. Peramalan(22)
3.2.3. Komunikasi(22)
3.2.4. Pemberitaan (22)
3.2.5. Tingkat Siaga Banjir(23)
3.2.6. peralatan dan bahan banjiran(17)
3.3. Penanggulangan bencana banjir
3.3.1. Pencegahan Bencana Banjir(13)
3.3.2. Mitigasi Ancaman Bahaya Banjir (14)
3.3.3. Tanggap Darurat(15)
3.4. Pemulihan (16)
3.5. Pengawasan
4 KELEMBAGAN
4.1. Umum
4.2. Organisasi
4.3. Sumber Daya Pendukung
5. KOORDINASI
5.1. Lembaga Koordinasi
a. Tahap Sebelum Banjir
b. Tahap Saat Banjir
c. Tahap Setelah Banjir
5.2. Mekanis Koordinasi
5.3. Penyelesaian Perselisihan
6. SISTEM PELAPORAN
-1-
DRAFT FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering
mengakibatkan kerugian jiwa, harta dan benda. Kejadian banjir tidak dapat dicegah,
namun hanya dapa t dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya.
Karena datangnya relatif cepat, untuk mengurangi kerugian akibat bencana tersebut
perlu dipersiapkan penanganan secara cepat, tepat dan terpadu.
Sebagian tugas Dinas dan atau Badan Hukum ya ng mengelola Wilayah Sungai adalah
melaksanakan pengendalian banjir dan penanggulangan kekeringan. Untuk mendukung
pelaksanaan tugas tersebut diperlukan Pedoman Teknis Menejemen Banjir.
P edoman ini dimaksudkan sebagai acuan kerja Dinas dan atau Badan Hukum yang
mengelola wilayah sungai dan instansi lain dalam menyelenggarakan kegiatan
menejemen banjir agar dapat dilaksanakan secara cepat, tepat dan berhasil guna sesuai
dengan pola pengelolaan wilayah sungai. Pedoman ini digunakan bersama pedoman lain
yang terkait dengan maksud saling melengkapi.
Tujuan pedoman ini adalah terselenggaranya menejemen banjir yang menyeluruh dan
terpadu dalam sistem wilayah sungai sehingga korban jiwa, kerusakan atau kerugian
harta benda dan atau kerusakan lingkungan sebagai dampak tak terkendalinya daya rusak
air dapat dicegah dan dihindari, atau diusahakan menjadi seminimal mungkin.
-2-
DRAFT FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003
BAB II
PENGERTIAN
Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan:
1. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air termasuk sumberdaya alam non
hayati yang terkandung di dalamnya serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air
sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh
garis sempadan.
2. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan air permukaan dalam satu atau
lebih Daerah Aliran Sungai.
3. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah
topografis, yang menampung, menyimpan, dan mengalirkan air ke anak sungai dan
sungai utama yang bermuara ke danau atau laut.
4. Palung Sungai adalah cekungan yang terbentuk oleh aliran air secara alamiah atau
buatan manusia untuk mengalirkan air dan sedimen.
5. Garis sempadan sungai adalah garis maya batas luar pengamanan sungai.
6. Daerah Sempadan adalah lahan yang dibatasi oleh garis sempadan dengan kaki tanggul
sebelah luar atau antara garis sempadan dan tebing tinggi untuk sungai yang tidak
bertanggul.
7. Bantaran Sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi
sungai sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam
8. Daerah manfaat sungai adalah mata air, palung sungai, dan daerah sempadan yang tidak
dibebaskan.
9. Daerah penguasaan sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran, atau daerah
sempadan yang tidak dibebaskan
10. Daerah Retensi adalah lahan yang ditetapkan untuk menampung air banjir untuk
sementara waktu.
11. Dataran Banjir adalah lahan yang pada waktu-waktu tertentu terlanda atau tergenang air
banjir.
12. Banjir adalah suatu keadaan sungai dimana aliran airnya tidak tertampung oleh palung
sungai.
13. Pengendalian banjir adalah upaya fisik dan non fisik untuk pengamanan banjir dengan
debit banjir sampai tingkat tertentu yang layak (bukan untuk debit banjir yang terbesar).
-3-
DRAFT FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003
14. Penanggulangan banjir adalah segala upaya yang dilakukan agar banjir tidak
menimbulkan gangguan dan kerugian bagi masyarakat, atau untuk mengurangi dan
menekan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh banjir.
15. Debit banjir rencana adalah debit banjir yang dipakai untuk dasar perencanaan
pengendalian banjir, dan dinyatakan menurut kala ulang tertentu. Besarnya kala ulang
ditentukan dengan mempertimbangkan segi keamanan dengan resiko tertentu, serta
kelayakannya baik teknis maupun lingkungan.
16. Bangunan sungai adalah bangunan air yang berada di sungai, danau dan atau di daerah
manfaat sungai, berfungsi untuk konservasi, pendayagunaan dan pengendalian sungai.
17. Mitigasi bahaya banjir (Flood Damage Mitigation ) adalah upaya menekan besarnya
kerugian/bencana akibat banjir.
18. Pengelolaan dataran banjir (Flood Plain Management) adalah pengelolaan dataran
banjir sedemikian rupa sehingga meminimal akibat banjir yang mungkin terjadi.
19. Bahan banjiran adalah bahan yang diperlukan untuk penanggulangan darurat kerusakan
yang disebabkkan oleh banjir termasuk tanah longsor karena banjir.
20. Daerah tangkapan air (Catchment Area )adalah daerah resapan air dari suatu daerah aliran
sungai.
BAB III
MENEJEMEN
-4-
DRAFT FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003
Dalam melakukan pengendalian banjir perlu disusun strategi agar dapat dicapai
hasil yang diharapkan.
Strategi pengendalian banjir meliputi:
a. pengendalian tata ruang.
Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan penggunaan ruang
sesuai kemampuannya dengan mepertimbangkan permasalahan banjir,
pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya, penegakan hukum
terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah memperhitungkan
Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai
b. Pengaturan debit banjir
Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan pembangunan dan
pengaturan : bendungan dan waduk banjir, tanggul banjir, palung sungai,
pembagi atau pelimpah banjir, daerah retensi banjir, dan sistem polder.
c. Pengaturan daerah rawan banjir
Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara:
1) Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (flood plain management).
2) Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis
sempadan sungai, peruntukan lahan dikiri kanan sungai, penertiban
bangunan disepanjang aliran sungai.
d. Peningkatan peran masyarakat.
Peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian banjir diwujudkan dalam
:
1) Pembentukan forum peduli banjir sebagai wadah bagi masyarakat
untuk berperan dalam pengendalian banjir.
2) Bersama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dala m
menyusun dan mensosialisasikan program pengendalian banjir.
3) Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain
tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang
berwenang untuk:
a. mengubah aliran sungai;
b. mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan
di dalam atau melintas sungai .
c. membuang benda -benda / bahan-bahan padat dan atau cair
ataupun yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai
yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran,
-5-
DRAFT FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003
g. Penyediaan Dana
Penyediaan dana dapat dilakukan dengan cara :
1) P engumpulan dana banjir oleh masyarakat secara rutin dan dikelola
sendiri oleh masyarakat pada daerah rawan banjir.
2) P enggala ngan dana oleh masyarakat umum di luar daerah yang
rawan banjir
3) penyediaan dana pengendalian banjir oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
-6-
DRAFT FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003
-7-
DRAFT FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003
Keterangan :
*) Tinggi jagaan air sungai (free board) dipergunakan sebagai indikator untuk mengetahui tingkat bahaya
banjir/tingkat siaga yang besarannya disesuaikan dengan kondisi masing-masing sungai dan ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah atas usulan fihak Pengelola.
**) Media dan frekwensi isyarat disesuaikan dengan ketentuan setempat
c. Peramalan
Peramalan banjir dapat dilakukan dengan cara :
1). Analisis hubungan hujan dengan banjir (Rainfall – Runoff relationship ).
2). Metode perambatan banjir (Flood routing).
3). Metode Lain.
d. Komunikasi
Sistim komunikasi digunakan untuk kelancaran penyampaian informasi dan
pelaporan, dapat menggunakan radio komunikasi, telepon, faximile dan
sarana lainnya.
e. Gawar/Pemberitaan Banjir (Pemberitaan)
Gawar/pemberitaan banjir dilakukan dengan sirine, kentongan atau sarana
sejenis lainnya dari masing-masing pos pengamatan berdasarkan informasi
dari Posko Banjir.
3.3 Penanggulangan bencana banjir
3.3.1 Penjinakan (mitigasi)
Penjinakan ancaman bahaya banjir dilakukan agar keadaan darurat yang
ditimbulkan oleh bahaya banjir dapat diringankan atau dijinakan efeknya
melalui antara lain:
-8-
DRAFT FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003
3.4 Pemulihan
Pemulihan dilakukan terhadap sarana dan prasarana sumberdaya air serta lingkungannya
akibat bencana banjir kepada fungsi semula, melalui:
a Inventarisasi dan dokumentasi kerusakan sarana dan prasarana sumberdaya air,
kerusakan lingkungan, korban jiwa dan perkiraan kerugian yang ditimbulkan.
b Merencanakan dan melaksanakan program pemulihan berupa: rehabilitasi,
rekonstruksi atau pembangunan baru sarana dan prasarana sumberdaya air.
c Penataan kembali kondisi sosial ekonomi masyarakat yang terkena bencana banjir
3.5 Pengawasan
Salah satu tugas Dinas dan atau badan hukum yang mengelola wilayah sungai adalah
melaksanakan pengendalian banjir. Agar tugas tersebut dapat terlaksana sebagaimana
mestinya maka diperlukan pengawasan oleh Satkorlak dan Satlak yang meliputi :
a. Pengawasan terhadap dampak dari banjir
b. Pengawasan terhada p upaya penanggulangannya
BAB IV
KELEMBAGAAN
4.1 Pengaturan
Pengendalian Banjir di suatu wilayah sungai diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, atau Badan Hukum sesuai kewenangan masing-masing, yang
pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Bakornas, Satkorlak dan Satlak.
-9-
DRAFT FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003
4.2 Organisasi
Pengendalian banjir merupakan sebagian tugas yang diemban oleh pengelola
sumberdaya air wilayah sungai. Untuk melaksanakan tugas tersebut, di dalam struktur
organisasi pengelola sumberdaya air wilayah sungai terdapat unit yang menangani
pengendalian banjir.
Tugas-tugas unit yang menangani pengendalian banjir adalah :
a Melaksanakan pengumpulan data, pembuatan peta banjir, penyusunan rencana dan
rencana teknis pengendalian banjir;
b Melaksanakan analisis hidrologi dan penyebab banjir;
c Melaksanakan penyusunan prioritas penanganan daerah rawan banjir;
d Melaksanakan pengendalian bahaya banjir meliputi tindakan darurat pengendalian
dan penanggulangan banjir;
e Menyusun dan mengoperasikan sistem peramalan dan peringatan dini ba njir;
f Melaksanakan persiapan, penyusunan dan penetapan pengaturan dan petunjuk teknis
pengendalian banjir;
g Menyiapkan rencana kebutuhan bahan untuk penanggulangan banjir;
- 10 -
DRAFT FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003
4.3.3 Dana
Dalam pengendalian banjir diperlukan alokasi dana yang di upayakan selalu
tersedia. Dana yang diperlukan tersebut harus di alokasikan sebagai dana
cadangan yang bersumber dari APBN, APBD atau sumber dana lainnya. Dana
cadangan disediakan sesuai ketentuan yang berlaku.
BAB V
KOORDINASI
5.1. Lembaga Koordinasi
Berkaitan dengan pengendalian banjir, lembaga koordinasi yang ada adalah Tim
Penanggulangan Bencana Alam. Pada tingkat nasional adalah Badan Koordinasi
Nasional Penanggulangan Bencana Alam (BAKORNAS-PB), pada tingkat provinsi
adalah Satuan Koordinasi Pelaksanaan Pena nggulangan Bencana (SATKORLAK-PB)
dan pada tingkat Kabupaten/Kota adalah Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana
(SATLAK-PB)
Obyek yang dikoordinasikan dalam pengendalian serta penanggulangan banjir dapat
dipisahkan menjadi pada tahap sebelum banjir, saat banjir dan setelah banjir.
- 11 -
DRAFT FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003
BAB VI
SISTEM PELAPORAN
Dinas/ Instansi/ Badan hukum pengelola wilayah sungai melaporkan hal- hal sebagai berikut:
a karakteristik banjir(a.l. hidrologi banjir, peta daerah rawan banjir, banjir bandang)
b kejadian banjir(a.l. waktu, lokasi, lama dan luas genangan banjir)
c kerugian akibat banjir(a.l. korban jiwa, harta benda, sosial ekonomi)
d kerusakan(a.l. sarana dan prasarana, permukiman, pertanian, perikanan, lingkungan)
e penanggulangan darurat
f usulan program pemulihan secara menyeluruh
- 12 -