Anda di halaman 1dari 34

..

':

';

: ..... ! .;:: ~

.,

<;

"

r ~, -; . .... ",I ~": ~ •• ~ of •

, (

.. ~,

..... ~

p

'\:,.

_Ot .. ,

J ••

MlUK PERPUSTAKAA IKIP MAJ1ANG

PENDIDlKAN BAHASA DAN PEMBANGUNAN

Pidato Pengukuhsn Guru Bear lKlP Malan,

Oleh

Prof. Dr. Zu,chridin Suryawinata Fakultas Pendidikan Bah888 dan Seni

I

I

t

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI IKIP Malang, Tahun 1990

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan yang berbahagia ini izinkanlab saya menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah yang telah memberikan keperc-ayaBD kepada saya untuk menduduki [abataa akademik yang terhormat ini; kepada Bapak Rektor dan segenap pimpinan IKIP Male.ng yang telah membantu dan mehdukung pen.gangkatan saya; kepada semua ternan sejawat yang telah menciptakan auasana dan ker jasamayang balk. Terima kasih dan penghargaan saya kepada kaluarga saya, tetutama isteri saya, yang dengan ikhlas memberikan pengorbanan dan dorongan selama mi.

L

PENDIDIKAN BAHASA DAN PEMBANGUNAN

Ilmu Peugetahuan dao-Teknologi dalam Pembangunan

Peran strategis ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam pembangunan benar-benar telah kita sadari. Di dalam Garis-garis Besar Haluan N~ra (GBHN) 1988 secara tegas dinyatakan bahwa IPTEK harus semakin ditingkatkan. Marilah kits. simak apa yang tercantum dalam Ketetapan MFR RI No. IIfMPR/1988 tentang GBHN 1988 - 1993 dalam Bah IV pasal 4 Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Penelitian,

Pembangunan ilmu pengetahuan dan lllknologi dila.nju~kM untuk menitrgkatlam pem bangunan dan kemampuan nasional di segala bidang serta m mpercepat 'ptoses pernbaharuan menuju terciplanya nmsyarakat yang majll dan sejahtera dalam rangka menmgkatkaa harkat dan mart:aba~ manus la, Untuk ltu diting,katkan kegiatan penelitian, pengkajisn, penguasaan,p!mul1lFutan dan P Jlgembangan llmu pengetahuan dan teknologi, sesual denRlffi kebutuhan masa klnl dan masa depan, prioritas dan penah pan pembangunan serta petkembahgan ibnu pengetahuan dan dilaksana.klm seeara t.e.rpadu deii!l8n emua sektor lainnya,

Dalam kutipan ayat yang ringkas dan padat itu terkandung ketetapan dan araban yang saIlgat panting untuk Iebih meningkatkan pembangunan nasional dalam REPELITA Vsekar~g inl, yaitu agar pengembangan IPTEK diteruskan untuk : (1) meningkatkan pembangunan; (2) meningkatkan kemampuan nasional; 3) mempereepat proses pembangunan; (4) mencapai terciptanya masyarakatyangmsju dan seja:htera; dan (5) meningkatkan harkat dan martahat mannsia.

Untuk meacapal tujuan-tlljuan itu perln dilakukan (1) penelitian dan pengkajian IPTEK; 2) penguasaan, pemanfaatan dan pengembangan IPTEK; dan (8) pelaksanaa..Ilnya barns disesuaikan dengan (a) kebutuhan masa kini dan masa depan; b prioritas dan penahapan pembangunan; (e perkembangan LPTEK; il) perpaduau semua sektor lainnya..

Ayat-ayat berikutnya merupakan penjabaran lebih luas dan terinei terhadap rumusan 48 tersebut, Yang paling l"elev~n untuk suatu Iembaga pendidikan seperti IKIP Malang tni adalah perhmya 1) usaha

penelitian; (2) pendidikan IPTEK; (3) latihan-Iatihan; (4 pemasyarakatan budaya IPTEK; (5) informasi IPTEK; (6) penciptaan iklimIPTEK; (7) pengembangan budaya keilnruan sedini mnngkin dsn beikelanjutan:.

Kesemuanya itu merupakan tantangan dan tugas yang beratdan merupakan tanggu:ug jawab kitabeesama, Kesemuanya memerlukan penanganan yang sunggUh-sunggrih yang .memerlusan pangerahan segala somber daya yang ada pads kits. sebagai lembaga pendidikan. Dan dalam peIaksanaannya kesemuanya ttn memedukan media komunikasi, ysitu bahasa.

Dapatkah penelitian dilakukan tanpa bahasa? Dapatkah Iatihan dan pe.ndidikan IPTEK dijalankan tanpa bahasa? Dapatkah informasi IPTEK disampaikan tanpa menggunakan bahasa? Dapaf.kab basil-basil pembangunan dikomunikasikan kepada seluruh lapisan masyarakat tanpa me.ma:kai bahasa? Bagaimana pemasyatllkatan buds,ya Il"l'EK dan pe.nge.IIl!Jangannya dapat dilaksanekan tanpa pendldikan? Dl sinilah peran strategis lJendidikan bahasa dalam pengembangan, peningkatan, dan pemasyarakatan IPTEK yang pada gilirannya berpecan strateg:is dalam pemeangunan nasional,

Bahasa daIam.Dmu Pengetahwm dan Teknologi

Salah satu definisi tentang hahasa berhunyi : "Bahasa adalah seperangkat sistem lambang "Verbal yang a:rbitmris (manasuka)yang diplikai ole:h-pan anggota suatu kelompGkwic:m'8. untnk betkemunikasi dan berinteraksi."

Kalau kita bertolak dari definisi ini, IDBka ada beberapa unsur :panting yang Im:anya masih etap berlakn pada zaman teknologi canggib sekarang i:ni. Yang pertama adalah M eperanglcat sistem Iambang' ", ywtu bahwa bahasa merupakan sistem lambaug dari ide. lronsep, pikiran, pemsaan, dan pengalaman manusia, Di dalam limn pengetahuan dan teknologi (IPTEK) lambang-lamhangitu rnerepresentasikan konsep, teen, postnla dan sebagaJ nya.

Bahasa adalah id'e, pikiran, perasaan, dan pengalaman yang diver'balkan, Di dalam IPTE1( v rbalisasi ini dapat. bel entuk lisan. s p rti

Instruksi, petunjuk, ceramah, diskusi llmiah, atau seminar, Verballsasi itu dapat pula harbentuk tulisan seperti makalah, bnku, laporan penelitian, dan sebagainya,

Bahasa itu arbitraris dalam arti manasuka menurut kesepakatan para penuturnya. Di daIam lPTEK konsep, ide. beserta lambang-lambangnya., serta konvensi penyajiannya mengikuti sistem dan atnran yang telah disepakati oleh para ilmuwan, teknolog, teknokl'at di da1am bldang ilmu masing-maalng.

Anggota keiompok wicara dalam IPTEK adalah parailmuwan, pakar, pandit, teknolog, teknisi, dan para pendengar, peserta, atanpun pembaca, yang saling berkomunikasi dan berinteraksi di dalam suatu kegiatan ilmiah atau re-kayasa, Komunikasi itu berlangsung dengan berbagai C8.1'8., sarana, atau media. Misalnya dengan tatap muka langaung seperti dalam diskusi, dalam proses belajar-mengajar di ke1as. Dapat pula sscara tidak Iangsung dengan media tulis dan cetak. Dapat pula dilakuken dengan media komunikasi jarak jauh, dati yang seder-hans. sampai yang canggih, se-petti telepon faksimil, radio, TV, sate-lit. dan seb.aga.inya.

Secara makre bahasa pada umumnya, dan demikian pula bahasa IPTEK khususnya, dapat berupa bahasa pertama, bahasa kedua atan bahasa asing, dan bahasa ketiga atau terjemahan:. Di Indonesia pada umumnya bahasa umum pertama bagi aebagian besar bangsa kita adalah bahasa ibn kita,yaitu bahasa Jawa, bahasa Madura, Bali, Bugis, Saw, Timor, dan sebagainya. Namun khnsus bahasa dalam IPTEK bahesa pertama kits. semua adalah bahasa Indonesia, karena bahasa nasional kita itulah yang kita pergunakan dalam komunikasi IPTEK.

Di negeri kits bahasa kedua yang kim pakai dalam komunikasi IPTElKadalab bahasa Inggris, atau yang lazimkitasebutsebagai bahase

sing pertama, Ini tidak bararti bahwa bahasa-babaea asing lainnya tidak mampu atau tidak p~ 'Iu untuk dipakai sebagai media komunikasi IPTEK, tetapi semata-mata karena pertimbangan praktis, yaitu babwa S usai Perang Dunia U bahasa Inggris berkembang dengan pesat sebagai media komunikasi antar bangsa, sebagai hahasa diplomatik, dan sebagai hahasa yang mampu trntuk.digunakan dalarn komunikasi IPTEK berkat kemajuan-kemejuan teknologi uegara-negara Anglo

Saxon;selain juga kenyataan bahwa (terutama) Ametika Serikatlah yang menyelamatkan Eropadan Asia Pasifik dari kekuasaan Jerman (Nazi) dan Jepang (Fasis), Selain penye'bru:an tentare Sekutu ham;:lir keseluruhan pelosok dunia, juga AmerJka Serikatlahysng "roembangkitkan" ksmbali Jerman dan Japang. Dengan demikian bangsa-bang~ di dunia beramai-ramai dan dengan senang hati mampel$jari b:ahasa.lnggris untuk dapat m,.engambi:l, alih (setidak-tidaknya meniru untuk sementara) lPTEK dan kem$juan-kemajuan di bidang lain dari negara-negara Anglo Saxon.

~adian itu bersamaan pula dengan munculnya negara-negare barn, yait1l negeri-negeci hew j$jahan atau perwalian/protektol'at Inggris, Ame rika , dan Australia yang memperoleh kemerdekaan. Negara-negara itu, weDa keterkaitannya dengan Inggris, Amerike Serikat, dan Australia, tentu .saj.a memakai bahasa Inggris sebagai bahasa resmi, sebagai bahasa komunikasiantar e.tnik, dan sebagai media komunikasi IPTEK Seb~ai contoh dapat disebntkan misalnya Filipina. India, Singapura,Papua. Nu,ginj., dan banyak negara-negara "baru" ill Afrika.

1

Indonesia mengalamiperkem bangaa kebahasaan yang berbeda, Selama lebih dad tiga .rams tahunsuku-sukn bangsa di Nusantara ini memakai bahass daerah masing-masing untuk berkomunikasi, Namun pads waktu itu babasa M.elayu yang dipakaisebagai bahasa perdagangan antar suku-suku bangsa di Nusantara itu berkembang dengan pesat me.njadi "tingua franca". Perkembangan ini sejalan dengan kesadaraa akan kemerdeksaa, yang hanya dat!atdicapai dengan penggalangan persatucan seluruh bangsadi Nusantara ini. Perasaan kebangsaan ini dicetuskan dalam ikrar para pemuda dan pemimpin bangss pada Kerapatan Pemoeda-Pemoeda Indonesia 28 Oktober 1928. Namnn bahasa Indonesia yang telah dlikrarkan sebegal bahasa persatuandan bahasa kebangsaan itn belum dipakal dalam IPTEK. Pada waktu itu bahasa kebangsaan itu belum dipakai dalam IPTEK Pada waktu itu bahasa Belanda sebagai bahasa penguasa rnenjadi media komunikasi dalam !PTER.

Denganjatu hnya Rinella Belanda dan runtuhnya kekuasaan Belanda ,eli sini olsh balatentara Dai Ni ppon, bahasa Belanda djn yatakull terlarang untuk dipergunaka 11, dan bahasa Indonesia diwaj ih kan untuk

.-

M , l' K. PERPUSTAKAAN IKII1 MA~ANG

5

mengganti peranan bahasa Belanda. Pada waktu itulah BI berkem bang dsngan sangat pesat : tidak hanya sebagai lingua franca,., tetapi menyebar luas di segala bidang kehidupan di seluruh pelosok tanah air. Bahk,an B~ diasahaken sedapat-dapatnya menggantikan persnan bahasa Belanda di bidang IPTEK Bukn-kuku dan semua informasi di bidang IPTEK yang dulunya berbahasa Belanda semuanya wajib diterjemahkan ke dalam B1. ~ak seat itnlah BI tidak banya bed'imgsi sebagai bahasa kebanpaan dan pemersatu tetapi juga sebagai media komunikasi IPTEK Dan sejak saat itu pulalah, usaha-usaha penerjemahan dilakukan dengan giat dan sungguh-sungguh,

Pendidikan Bahasa Indonesia

Sejak kemerdekaan Indonesia bahasa nasional kita itu terns berkembang semakin pesat: tidak hanya sebagai media pemersatu bagi bangsa, tetapi juga sebagai media komunlkasi resmi, formal, sebagai media sastra dan budaya, dan juga sebagai media komunikaai IPTEK Kim semna menyadari bemps. pentingnya BI ini di dalamsegala bielang kehidupan kits.. Oleh karena itu di dalam GBHN 1988, Bab IV. pasal 3 Kebudayaan. r. dinsatakan bahwa :

Pemhiruwndan. p~ bo.basa Indonesia p4rlu terus ditingkaLkan. sarta penggunaannya secara bait, bena.r dan peaub 1tebanggaan perlu makin dimasyaratatb.n. !l'«hlnllP men,iadi wahana kom:uni.l€asi S(l!IjaL dim. ilmu pen.g8lahUlln yang mampll memperkokoh persatuan dan kesa.tuan Berta mendulrung pembm,guJUUI bangsa. Di 8IlIDp.ing itu dalamrangta mIlIDpm-kaya bahasa dan kesusastemanbdonesia, perLu diranpang penu1:isan kar:¥a·k.fU)8. sastra.

Bahasa Indonesia diaj8Tkan sejlik.Bekolab dasar (bahkan sebenarnya telah dimulai sejak taman kanak-kanak dan lrelompok bermain) sarnpai ke perguroan tinggi. Di sekolah dasar pendidikan BI ditujukan untuk meletakkan dasar-dasar BI yang balk dan benar .. Di sini diutamakaa penggunaan B1 sehari-hari yang sesuai dengan alean lingknngan ansk serta kebtrtuhannya dalam pergaulan sehari-hari.

Sesuai denga.n araban yang terea.ntnm dalam GBHN di atas, maka pendidikan Bl sekarang ini dilandas! dengan ancangan komunikatifpragmatis. Kalan dulu pengajaran Btbanyak meaekankan gramatika. dengan mendol"oog round untok mengbafaIk:all kaidah-kaidah dan

UNIT TUJUH 7.1. Membaca

Proyek Stasiun Angkasa _ _ _ .

istilah-istilab tatabahasa, serta menghafslkan kosakata dan bentukanbentukannya, juga mengbafa1kan rangkuman-rangkuman karya sastra dan sebagainya, maka sekamng ini dengan kurikUlum 1984 ancangan, kuriko.lum, dan peojabarannya telah memakai konsep-konsep dalam metode komunikatif-pragmatis.

Sebagai contoh marilah kita simak Buku IT Paket Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas n yang disusun oleh 'Masnur Muslich dkk, terbitan Penerbit IKIP Malang 1987. Setiap unit dalam bukupelsjaran ini terdiri dan sub-sub unit membaea, kosskata, struktnr, menulis, pragmatik, dan apresiasi bahssa dan sastl'a Indonesia.

UNIT ENAM

6.1. Membaca

TranBp0rtasi ~ _ ..

6.2. Kosakata

Pemakaian Istilah dalam Bidang Biologi, Matematika, dan

Pertania.n _ .

6.S. Struktur

Penggunaan Kata Depan "daripada" ..

6.4. Menulis

Penulisan HurufBesar ..

6.5. Pragmatik

Menyatakan Persetujuan ..

6 .. 6.. Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia

Menafsirkan Tendens Cerita Pendek Indonesia Tahun Lima

puluhan .

6

7

7.2. Kosakata

Membedakan dan Menggunakan Kata-kata/Istilah Biologi,

Matematika, dan Pertanian .

7.3. Struktur

Penggunaan Kata Ganti Hubung ..

7.4. Menulis

Menulis Prosa Diskripsi : "Fungsi dan Peranan Pesawat Ter-

bang untuk Kepentingan Transportasi di Negara RI" ..

7.5. Pragmatik

Mengungkapkan Ketidakmampuan .

7.6. Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia

Pembuatan Sebuah Cerita Pendek Sederhana ..

Bacaan-bacaan yang dipilih cukup menarik dan bersifat pengetahuan umum yang memang sudah sepantasnya diketahui oleh murid SMA, misalnya: laut dan ketahanan nasional, ketenagakenean, pengaruh TVRI, transportasi dan sebagalnya. Kosakata tidak. hanya memust-daftar kata-ka-ta sukar, tetapij uga mengajarkan bentukan kata dan rnaknanya, serta pemakaiannya dalam kalimat ataupnn konteke wacana, seperti konteks biologi, m.atematika, pertanian, IPS, serta lstilah -istilahnya.

Sub unit "MenuUs" berisi beraneka ragam tulisan serta latihanlat.ihannya. seperti ejaan, wacana deskripsi, argumentasi, persuasi dsb, surat lamarankeria, surat-surat berharga dan lain-lainnya, Sebenarnya latihan dan contob tulisan tersebut sudah mengandung unsur pragmatis, yaitu aspek-aspek atau ragam tulisan yang diperlukan oleh para pembelajar. Namun di samping rtu ada pula sub-unit "Pragmatik" yang secara khusus menyajikan berbagai ragam dan fungsi tuturan, seperti persuasi, argumentasi penolakan penyanggahan, pengungkapan kepuasan/ketidekpussan dansebagainya.

Selain unsur-unsur, aspek, dan ketrampilan yang mangandung kemampuan kognitif dan paikomotorik, buku paket itujuga menyajikan aspek afektif, dengan menyajikan ap resiasi sastra dan hahasa Indonesia,

AmirHamzah

baik berupa pnisi dan prosa, Dengan demikian pembalajar juga dididik untuk menikmati dan menghargai bahasa yang indah dan meningkatkan kehanggaan akan bahasa nasional kita, sesuai dengan yang telah digariskan dalam GBHN. Di bawah ini salah satu contohnya.

DOA

Dengrm apakah kuba.ndingkan pertemuan kita, keka ihku 1 Dengan senja S8llllU" sepoi, pada D18S11 purnsrna meningkal naik, setelah menghalauken panss paya;h terik,

Angin malarn menghembus lemah, menyejuk baden, meillmbung rasa mena.yang poor, .rnembewe angan ke bawah kursimu, Hatiku terang menerima katamu, bllgai bintang mernasang Ulinnyo., KaIbuku terbuka menunggu kasihrnu.bagai sedap malam meJlYirak kelopak.

Aduh, bkrudhku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku dengRJ\ t':!!.h1:Q'BHlu, biro- beninar ma:takuscndu, biar berbinar gelakku myu.

Dapat disimpnlkan bahwa seeara nmum buku-buku paket Bl ini telah cukup memadai untuk dipakai seb~ buku pelejaran BI. Namun masih ada kekurangannya, yaitu terutama bahan, pengayaan yang disesuaikan dengan bidang studi yang telah dipilah-pilah sejak semester Ill, K.epeduan bahan baeaan pengayaan ini terutama. untuk (1) memperluas wawasan IPTEK para siswa; dan (2) mengembangkan "budaya keilmuan sedini mungkin dan secara berkelanjutan It bagi para siswa sebagaimana tertuang dalam GBHN 1988 (Bah IV, 4d dan 4e). Alangkah baiknya bila buku-buku bacaan pengayaafj itu telah disiapkan sesuai dengan kelompok 1PTEK yang dite1roni oleh para mudd sebingga mereka akan lebib terbiasa mengenal dan mempraktekkan tnlisan-tulisan dalam bidang IPTEK.. Sewn itu wawasan mereka dala m bidang IPTEK akan bertambah Iuas.

Di perguruan tinggi BI diajarkan dalam bentuk aplikasi bahasa Indonesia. Bacaan dan tulisan dalam bidang IPTEK yang telah diperkenalkan, dan kemudian dirintis dan dfkembangkan di SMA seharusnya Iebih diperdalam dan diperluas lagi, karena .BI di tingka

8

pendidikan tinggi berfuagsi sebagai media komunikasi lPTEK Kalan di tingkat SMA telah diperkenalkan berbagai teknik penyampaian dalam bahasa "umum", malta sebaiknya di perguruan tinggi para rnahasiswa lebih didorong ontuk rnenggunakan BI dalam IPTEK Mungkin pads tingkat perguruan tinggi latihan-latihan menulia IPTEK

arus lebih banyak dib erikan , terutama penyajian-psnyajian deskriptif, ekspesitoris, dan argumentatif. Demikian pula pengajaran harus lebih tarpumpun pads membaca dan menulis teks yang berfungsi referensial, direktif, metalingual, dan fatis, karena keempat fungsi bahasa tersebut itulah yang paling banyak dijumpal dalam teks-teks IPTEK.

Pengajaran BI dl perguruan tinggi pada umumnya. dan BI untuk IPTEK khususnya barns pula mengenalkan dan melatih mahasiswa untuk rnemahami dan kemudian mampu menggunakan kenvensi-konvensi, serta tengara-tangara transisi yang lazim dipakai dalam tnlisan ilmiah yang bersangkntan, serta harus pula dapat memahami istilahistilah ilmiah dalam bidang IPTEK masing-masing, dan kemndian dengan berpedoman pada tatacara pembentukan istilah ilmiah akhirnya para mahasiswa itu juga mampu menempa istilah-istilah sendiri yang sesuai dengan konvensi dan kesep.a:k.atan para ilmuwan di hidangnya.

Pengajaean Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing (EFL)

J

Seperci telah disebutkan di depan Indonesia memilih bahasa Inggris

(B. Ing) sebagai bahasa asing pertama karena bahasa ito d:a.pat dipakai sebagai media komunikasi dalam IPTEK, diplomaai, perdagangan, dan sebagainya. Di samping sebagai bahasa asing pertama B. Ing diajarkan sejak sekolah menengah pertamasampa.isekolah menengah ataa Di beberapa perguruan tinggi B. log juga diajarkan berdasarkan pertimbangan bahwa para mahasiswa masih belum mampu memahami bukubuku teks yang berbahasa Inggris. Padabal di perguruan-perguman tinggi sebagian besar buku teks dltnlis dalam B. lng. Beriknt ini rangkuman rang disajikan oleh Liek Wilanljo dalam "Buku Teks eli Bldang Ilmu dan Teknologi" pada Kongres Bahasa Indonesia V. 1988.

9

Tabel II

Persentase Buku Teks

-
dalam bahasa
Jenjang Pendidikan Indonesia Inggris
8D 100 0
8LTP + SLTA 95 5
SO + 81 30 70
82 + sa 10 90 Tabel III

Jenjang Pendidikan llmu & Tekilologi Sosial & Humaniora
SO + 81 90 42
82 + sa 95 88 Buku Teks dalam Bahasa Inggris

Pada tahun limapuluhan berbagai nsaha telah dilakukan untuk mengembangkan dan meningkatkan pengajaran B. mg. Proyek-proyek buku pelajaran., dan penataran-penataranguru-guru B. log dilalrokan. Pada wakto itu, dan bahkan dampaknya masi.h terlihat dan terasa sainpai sekarang, pengajaran B. lng sangat dipengarohialiran Behaviorisme yang melanda Amerika Serikat dan bahkan hampir seluruh dunia, Aliran itu menekankan 'perubahan tingkah laku" yang diharsp-

kan teljadi pads anak didik, Oleb ka.rena ito segala sesuatu pada proses 1

belajar-mengajar diulrur dengan adanya peruhahen-perubahan yang

terjadi pada murid yang dapat dilihat dari tingkahlaku Iahiriah. Bahasa '.?

adak lain adalah stimulus-respons antara pembicara dan pendengar- l nY8. Jadi proses belajar-mengajar bahasa adalah melatihkan stimulus response ini secara tarus-mensrus sampai pambalajar I manguasai' kaidah-kaidah dan bentuk- bentuk kalimat secaraotomatis. (Konsep ini

bahkan jugadigunakan oleh golongan komunis untuk tujuan-tujuan

]0

11

politiknya : "Kalau sesuatu, (meskipun tidak bensr), terns menerus dikatakan benar seribu kali, maka orang akan percaya bahwa hal Itu benar".lni merupakan metoda dan teknik yang lazim digunakan untuk "euci otak" - brainwashing untuk meyakinkan semua orang.

Di dalam ilmu bahasa aliran yang sejalan dengan behaviorisme adalah mazhab Struktural, Para ahli itu berpendapat bahwa. bahasa adalah suatu perangkat sistem struktur : struktur fonologi, morlologi, dan sintaksis. Apa yang bisa diamati dan dianalisis, untuk kemudian disistematikkan adalah struktur-struktur bahasa tersebut. Konsep ini dijadikan pangkal tolak para ahli pengajaran babasa, yaitu bahwa pengajaran bahasa, khususnya pengajaran B. Ing sebagai bahasa asing, harus mendorong para pembelajar untuk terlebih dahnlu menguasai struktnr-struktur tarsebut menjadi perUaku yang otomatis (automatic habit) sepertiotomatisnya para panutur asli, Untuk mencapai ting,kat "otomatis" inilah diperlukan Iatihan-latihan yang terus-menerus, berupa dril-dril sttmulns-respon. Dapat dibayangkan betapa lelahnya para guru bahasa Inggris. Untuk meringankan beban guru, dan agar mudd dapat berlatih sendiri menurut kecepatan kemahirannya, maka laboratorium bahasa merupakan alat bantu pengajaran yang sangat diperlukan, Sebagai konsekuensinya lab bahasa sang&t besar peranannya dalam pengajaran bahasa, dan menjadi idaman bagl setiap usaha yang mengajarkan bahasa Inggris.

Pada awal enampuluhan muneullab seorang matematikawan yang tidak sependapat dengan kaum behavtorrs, dan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam Hmu bahasa atruktural.la menyatakan bshwa Iii dalam belajar bahasa ada faktor kognitifyangsangat berperan, dan bukan semata-mata stimulus-respon, Ia juga menyatakan adanya kompetensi bahasa yang naluriah pada setiap orang (normal). Kompetensi lnilah yang kemudian memproses stimulus atau masukan

) kebahasaan yang lain, dan memberikan respon yang sesuai dalam bentuk performansi tnturan. Di dalam proses itn terlibat unsur yang sangat penting yang dilupakan oleh kaum strukturalis, yaitu makna,

Para ahli EFL meneoba rnenerapkan konsep-konsep di atas di dalam pengaj aran BIng. Dalam pada ito ahfi-ahll ilmu bahasa yang lain, kbuausnya para antropologdan sosiolog, menyatakan bahwa apa yang dlkonsepsikan oleh bahasawan di atas masih kurang Jengkap karena

bam mengenai ka.linurt ssja, dan belum menyinggung unit pikiran yang lebih besar yaitu waca:na. Di samping itu makna pun berkaitan dengan waeana i.n.i, yang juga ditentnkan oleb situasi, pemhicara, pendengar, latar sosial dan budaya, Sebagai akibatnya timbuDah aliran barn dala.n pengajaran EFL yang mencoba memasukkan pula unsur-unsur kontaka, situasi. dan latar sosial-budaya.

N amun para ahli dalam pengaj usn EFL masih belum puas, Mereka menyatakan babwa unsur kebutuhan perolJelajar harus diperhatikan :

apakah tujnan akhir belajar EFL. Apakab sekedar mampu bel:komnnikasi dalam B. Ing pada tingkat turis saja ? Apakah untuk mempelajari sastra lnggris ? Apa untuk mencari pekeljaan yang memerlukan ltemampuan B. Ing, lisan maupun tertulis? Di Indonesia kesepakatan umum yang ada sekarang ini adalah bahwa B. Ing, tarutama di perguroan tinggi, akan dipakai untuk memahami bacaan bnku-buku dan karya-karya IPT.EK dalam B. Ing. Pada nmurnnya di negara-negara lain demi'kian itulah tujuan, utama belajar B.Ing. Tujuan

utama inilahyang mendorong pesatnya perkembangan bahasa Inggris

untuk tujuan khusus, atau yang lazim disebut English for Specific Purposes (ESP).

Ada tiga faktor utama yang mendasari ESP ini, yaitu kehutnhan pembelajar, konsep-konsep (barn) tentang bahaaa, dan konsep-konsep (barn) tentang belajar. Kebutuhan pembelaJar skan menentukan tujusn dan silabus pengajaran EFL. Konsep-konsep bahasa akan menantukan kemampuan yang akan dicapai Berta aspek-aspek kebab asaan spa, yang harus diknasai, sedangkan konsep belajar bahasa akan menentukan ancangan, metode, dan teknik, serta proses belajarmengajamya. Menurut beherapa pengamat pengsjaran B. Ing, pada

saat ini pengajaran ESP telah mengalami perkembangan Yang cukup •

pesat. Berikut inl adalah gambar "pohon' pertumbuhan pengajaran i

bahasa Inggris (ELT). ~

f

"

12

13

I

~I

pengambil kebijakan di hidang pendidikan meninjau kembali apakah sebenarnya yang menjadi tujuan pokok pengaj:QJlln B. lng sebagai bahasa asing. Bukankah sebenarnya tuiuan utamanya. adalah membakali para lulusan SMAagat mampn memahami baeaan dalam B. [og? Kalan demikian, pengajaran EFL sebaiknya dipumpunkan pada ketrampilan memba.C8 B. Ing. Di B8.lUping itu para luluSan SMA juga sebaiknya dibekali denpnketrampilan berbahasalnggria yang Pl'aktia, .s.ebingga m.eskipun mel'eka kelak tidak melanjutkan ke perguruan tinggj. nantinya mereka memilikiketra:m.pilan berkemunikasi dalam BIng. Ini dibutnbkan eleh mereka yang segel'il teJjun ke lapangan pekerjaan praktis, seperti pemandu wiss:ta" pelayan hotel, sopiru.ksi, operator telepon. pramuniaga, dan seba;gainya. Inilah yang kemudian dipakai sebagai pangkal told penyuSlllum kurikulum dan ailabus dengan sneangan komun.i:katif-pn.gmauk.

Sebenal:oya para penyusunkelibatan. ~dah berusaha uotuk mengikutiarah-yang digariskan secara umum, yaitu pelajaran bshssa yang komunika:tif. MisalnYIl :pilihan bacaan didaserkan pada kebutuhan mudd. Untuk prognun atodi ilmu~ilmu fisik. dan biologi dlsajikan baeaan seperti "From Magic to Science", "Survival Techniques ... ", The Sun asa Sou:ree, of Energy", "Drive Safely", "Oil" .• "TbeDigestive System", dan lain-lain. Kosakatadan idiom berupa ung_kapan·ung, kapan yang lazim. rupedukan sehari-harl, dan pada akhir snatn unit selalu 80:a dialog yang berisi percakapan seheri-heri yang praktisse:Sl1ai denp:n situUi sekolah atau murid, sehingga nantinya: dapat diharapkan pilla siswa dapat mempraktekkann_Y8 dalam komunfkas; yang. DYsts.. Ada auatu bagian~ian yang u:n:ik, yaitu. "Pertbahasa", Sajian ini memang balk, tetapi. mengingat frekuensi penggunaannye yang j81:ang Warn pergaulan dankcarunikasi sebari-hari apakah me-mang perIu?

Kalaukita aimak~ian dalam bnku-buku wajib tersebut da:patldr,a simpulkan babwa pada tingkat SMA ini memang mum harus disajlkan hal-hal yang umum sifatny;a. dan he1um dapat benar-benar diarahkan kepa-da hel-hal yallg khususseperti ESP.Telah.ldta maklumi bersama bahwa l1engajaran bahasa, Iebih-Ieblhbahasa !ising di Indonesia kel1* dale yang paling besaradalah kuantitas : murid yangjlUluahnya selal u membengkak setiajl tahun. waktu yang sa.ngat terbatas.tenaga gum

14

t t

I

.'

J ,

~ "

I

;

\

yang selalu kurang padahal pengadaannya tidak. dapat berpaco dengan perkemhangan jumlah murid dan kelas terbatasnya gaji para guru yang hanya cukup (bahkan sering kurang) untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

Melihat kenyataan ini timbnl dalam benak kits bahwa barangkali pengajaran bahasa Inggris untuk IPTEK sebaiknya diberikan pada tingkat awal pendidikan tinggi. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa (1) kebutuhan akan jenis bahasa Inggris sudah dapat diketahui kareaa bidang studi yang diteknni sudah lehihspesifik, (2) pengetahuan dasar IPTEK telah dimiliki dati SMA sehingga lebih memudahkan siswa mamabami konsep-konsep dalam bidang ilmunya dan tinggal men transfer dari bahasa lnggris, (9) para mahasiswa. telah memiliki strategi belajar dan.kemampuan kognitifyang memadai,

Pengajsran Bahasa. Inggris untuk TqJuan Khusus (ESP)

Telah, diuraikan di depao bahwa untuk pengembangan dan peni 0 gkatan IPTEK pedu diajarkan bahasa Ingg:ris di perguruan tinggi. Jenis bahasa yang diajarkan adalah ESP. Berbagai alasan pun telah dikemnkakan da1am uraiap. di atas,

Pads. waktu ini pengaja.ra.n B. Ing di pergurua. tinggi dilaksanakan dalam bentuk aplikasi. DaIam prakteknY8, kebanyakan peJajaran aplikasi bahasa Inggris ini masih banyak menekankan pads pembahasen gramatika, bahkan kadang-kadang ada pengajar yang mambahastentang bahasa, Hal fto dilaknkan dangan alasan. bahwa kemampuan B. Ing para mahasiswa masih [auh dari standar. Memang benar bahwa mahasiswa perlu dibexi "pengetahuan" tentang B. Ing, namun masih banyak hal yang Iebih panting dan lebih rei evan dengan kebutuhan rnahasiswa : yaitu mampu membac.a buku-buku teks dan [umal-jurnal dalam B.lng yang berhubungan dengan bidang studinya,

Seeara ideal, pem.berian dasar yang kokob dalam pengajaran B. Ing di Indonesia adalah di SMP. Setelah dasar itu kokoh, kemampnan dasar itu lebih dikembangkan dan ditingkatkan di SMA. dan pada waktu yang bersaraaan pengajaran (khususnya bacaan) sekal\gus sudah diarahkan kepada bidang lPTEK Cars ini memberikan keuntungan ganda, yaitu

15

selein meningkatkan kemampnan kom unikasi para siswa dalam B. Iag, wawasan mereka juga ak.an bertambah lUBS sebingga. lebih diperkaya., dan sekaligus juga mampu mentransfar konsep-konsep IPTEK ke dalam BI.

Apabite. kemampuan-kemampuan dan. wawasan itu telah dapat dicapai di SMA maka pen~aran B. Ingdl pergul'uan tinggi dapat difokuskan pada kemampuan bel'komunikasidi bidari.g IPTEK Yang pertsma- tams dilakakanadalah pengajaran B. IDg untuk tuiuan- tujuau

khusua, Pada mulanya sasaran yang barns dieapai adalah rnemahami t

baeaan dalam !PTEK. Kalau kamampuan ini sudah dimillkiimahesiswa

barns pula didorong untuk memlliki pula kompetens! internasional .t

(internatio·nal. competence), yaitu kemampuan berkomunik.asi. B. Ing,

bilik lisan maupun tulisan dalam bielang IPTEK masing-mastng,

Pada tahapawal, bahan bacaan dapat dipilih bidang IPTEK dasar yang masih umum mataya. Mungkin setelah beberapa waktubahan bacaan dipilibsecara bel'tahapmemyu bidang IPTEK yang menJadi minat kekhususanpembelajar.

Tentuseja seorang pengajar B, lng tidak. dapat di.ha:rapkan untuk dapat mengna.sai bidang-bidang ilmu dalam IPTEK, lebih-lebih l.agi bila sudah menyangkut bidang ilmu yang san.gat khusus, Tetapi setidaktidaknyalseorang pengsjar B..lng-pad.a tingkat perguruan nnggi haras memahami prinsip-prinslPJ konsep-konsep, dan metode dasar dalam IPTEK. Sel;ain itu peogajaratau ealon pBngajar B. lug hams pula mengetahui dan memahami metode dan teknik pengajaran lPTEK, serta perlu juga msnguasai metode,teknik, dan prinsip·prinsip pengajaran bahasa Inggris natuk IPTEK (amu ESP',

Dalam kenyataannya aekarang ini ESP masih behrm mendapat •

perbatian yang memadai oleh para pakar penga,jar~ bahass Inggris d.i

Indonesia, lni tercermin dalam orerit!:g ESP yang banya2 sks. ltu pun I·

tidak banyak [peminatnya, Mengapa para mahasiawa di jurusan Pen-

didikan Bahasa Inggris tidak banyak ya.ng berminat untuk helajsr

ESP ? Di antara berbagai alasan yang paling pokok adalah bahwa

mayoritas para mahasiswa itu tidak. menguasai dasar-dasar lPTEK,

sehingga akan sangat sulit ba,gj. mereka untuk beUtiar ESP. HaT ini

terutama terjlIdi ka rena para cal on mahasiswe yang mSBUk ke J urusan

16

I

Bahasa Inggris kebanyakan datang dan jurusan AS atau mereka yang memang kurang mampu dalam bidang IPTEK sehingga tidak berani bersaing untuk masuk ke perguruan tinggi umum yang dianggap lebih bergengsi. Jadilah LPTK ini tempat penampungan para calon yang kurang berm utu ~ dan kemudiaD setelah kita bersusah payah mendidik mereka selama 8 semester - jadilah mereka guru-gum dan pengajar yang kumng berm utu pula. Kalau mereka nanti menjadi guru-guru B. lng di SMA, bagaimana mereka mampu me:ngajar dengan baik kalau pada dasarnya mereka memang sangst lemah ? Apakah penguJian para ealon yang hanya me-njanng dengan dasar angka. kumulatiftidak bisa dimodifikasi ? Apakah LPTK kita, yang konon dianggap sebagai salah satu IKIP pembina. tidak memiliki kebebasan akademik untuk memilih ca1on-calonnya sendiri, atau melakukan ekspsrimen-eksperimen yang mungkin dapat roaningkatkan kualitas pendidikan guru? yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas para guru dan para muridmuridnya kelak?

Fe.ktor lain yang menja.di penghambat adalah pols berpikir kits. yang sudsh terlanjur terKotak-kotak. Misalnya : kalan kim "orang bahasa" maka kite. hanys (bole b) memmati dan menggarap bidang bahasa Baja; atau kalan kita "orang MIPA', masalab-masalah bahasa bukan uru.san kim. Kalau • ita sarja.na lulusan perguruan tinggi

'umum" maka kita secaraapl'iori menganggap bahwa sarjana lulusan lKIP pasti tidak bermutu dan tidak "sehebat" kita, sebaliknya kalau kits lulusan LPTK, malta kits berprasangka bahwa sarjana-sarjana non-LPTK pasti tidak bisa mendidik ateu mengajar.

Sebenarnya kalau kita menyirnak keadaan negara-negara lain. keberhasilan dan kemajuan yang mereka capai adalah berkat kerja keras dan 'kerjasama para pakar, ilmuwan, dan teknokrat dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, khususnya dalam mengelo1a dan menanganl masalah-masalah pendidikan IPTEK dan ESP, alangkab baiknya apabila kits. semua lebi menggalang keriasama antara ilmuwan, ahli pendidikan IPTEK, dan pengejar bahasa,

Sampai sekarang masib banyak. sekali hal-hal dan masalah- rnasalah yang belum kita benahi dan be1um kita garap dengan sunggub-eungguh di bidang ESP ini, Di antaranya yang terpenting ialah (1) penyusuaan kurikulum dan silabus, (2) ancangan, metoda, dan teknik-teknik pe-

17

I

Bahasa Inggris kebanyakan datang dan jurusan AS atau mereka yang memang kurang mampu dalam bidang IPTEK sehingga tidak berani bersaing untuk masuk ke perguruan tinggi umum yang dianggap lebih bergengsi. Jadilah LPTK ini tempat penampungan para calon yang kurang berm utu ~ dan kemudiaD setelah kita bersusah payah mendidik mereka selama 8 semester - jadilah mereka guru-gum dan pengajar yang kumng berm utu pula. Kalau mereka nanti menjadi guru-guru B. lng di SMA, bagaimana mereka mampu me:ngajar dengan baik kalau pada dasarnya mereka memang sangst lemah ? Apakah penguJian para ealon yang hanya me-njanng dengan dasar angka. kumulatiftidak bisa dimodifikasi ? Apakah LPTK kita, yang konon dianggap sebagai salah satu IKIP pembina. tidak memiliki kebebasan akademik untuk memilih ca1on-calonnya sendiri, atau melakukan ekspsrimen-eksperimen yang mungkin dapat roaningkatkan kualitas pendidikan guru? yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas para guru dan para muridmuridnya kelak?

Fe.ktor lain yang menja.di penghambat adalah pols berpikir kits. yang sudsh terlanjur terKotak-kotak. Misalnya : kalan kim "orang bahasa" maka kite. hanys (bole b) memmati dan menggarap bidang bahasa Baja; atau kalan kita "orang MIPA', masalab-masalah bahasa bukan uru.san kim. Kalau • ita sarja.na lulusan perguruan tinggi

'umum" maka kita secaraapl'iori menganggap bahwa sarjana lulusan lKIP pasti tidak bermutu dan tidak "sehebat" kita, sebaliknya kalau kits lulusan LPTK, malta kits berprasangka bahwa sarjana-sarjana non-LPTK pasti tidak bisa mendidik ateu mengajar.

Sebenarnya kalau kita menyirnak keadaan negara-negara lain. keberhasilan dan kemajuan yang mereka capai adalah berkat kerja keras dan 'kerjasama para pakar, ilmuwan, dan teknokrat dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, khususnya dalam mengelo1a dan menanganl masalah-masalah pendidikan IPTEK dan ESP, alangkab baiknya apabila kits. semua lebi menggalang keriasama antara ilmuwan, ahli pendidikan IPTEK, dan pengejar bahasa,

Sampai sekarang masib banyak. sekali hal-hal dan masalah- rnasalah yang belum kita benahi dan be1um kita garap dengan sunggub-eungguh di bidang ESP ini, Di antaranya yang terpenting ialah (1) penyusuaan kurikulum dan silabus, (2) ancangan, metoda, dan teknik-teknik pe-

17

ngajaran ESP, (3) pengintegrasian ESP ke dalam kurikulum pengajaran B .. lng dan knrikulum MlPA, serta (4) sistem, pola, dan mekanisms kerjasama antara pengajar ESP dengan para pengajar IPTEK.

Penerjemahan dan Pengajaran Terjemahan

Penerjemaban sebenamya telah lama mendapatkan perhatian para perancang pembangunan eli negara kita.. GBHN 1988 - 1993 menegaskannya lagi dalam Bah IV, ps. 4e :

Dalarn iungka mangembangkan dan mernasyarakatkan ilrnu pangetahuan dan tek noiogi, perle dlusaha kan penlngkatan penullsan, penerjemahan aerts penyeharan buku, kltr)'ll. ilrniah dan hasil penelltlsn di dalarn manpun di IUM negari. Sejalan dengan itu, dl kalangan rnasyarolmt luas perlu dikernbangkan budaya keilmuan sedlnl mungkin dan secara berkelan jutan,

Memang benar bahwa sejak Repelita N penerjemahan diharapkan untuk dapat dikembangkan. Usaha-usaha itn herwujud diadakannya penataran-penataran tentang penerjemaban, baik teori maupun praktek. Namun usaha nyata yang mernberikan dampak positif adalah penyelenggaraan penataran oleh Direktorat Jenderal Pendidikan ring¢. yang pelaksanaannya diserahkan kepada Penerbit ITB. Proyek ini terutama ditujukan untuk ruenerjemahkan buku-buku ajar yang dipakai oleh para dosen perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Pads mulauya para dosen itu diminta untuk mengirimkan naskah asli dalam Blng dan naskah hasil terjemahannya yang diambil dad salah satn bah dalam buku ajar yang dipakai. Hasil penerjemahan itu diseleksi dan psnerjemab yang dianggap eukup berhasil dikumpulkan untuk mendapat penataran lebih lanjut, sehingga nantinya mereka benar-benar mampu dan mshir dalam menerjemahkan buku-buku IPTEK. dalam bidang masing-masing. Namun dari seleksi itu kira-kira hanya 30-35 persen saja yang dapat dianggap cukup bw.

Dad pengamatan sepintas terlihat adanya fakto -faktor yang III nghambat proses penerjernahan itu di antaranya : (1) penguasaan BIng, yang dalam hal inl khususnya pemahaman terhaclap teks B. lng, (2) kemampuan berbahasa Indonesia, terutamasekali kemampuan mennlis dan pembuatan istilah, dan (3) mungkinjuga (meskipun kecil) para penerjemah itu belum rnenguasai benar secara rinci buku teks yang mereka terjemahkan.

18

Menurut suatu penelitian terhadap ter.jemahan teks IPTEK popular - elementar yang dibuat oIeh mahasiswa [urusan Bahasa [nggris FPBS rKIP Malang (Suryawinata, 1986), kesulitan 'yang dihadapi para responden ialah : (1) lrurangnya pemaaaman terhadap ltonsep, istilah dan maknaDya dalam teb IPTEK yang diterjemabkani (2)ekurangmampuan responden me.nerjemahkaD istilah; dan (3) (roeskipun keciJ) kurangnyapenguasaan bahasa Indonesia tolls. Namun seca.ra keselnruhan penelitia.n itu rne~pkan bahwa mahasiswa semester 7 dan 8junuum Bahasa Inggris FPBS IKIP Malang telah mampu meneIjemallkan dengan cukup baik.

Syarat·syarat Penerjemah yang Balk

Basil pengamatan dan penelitian itu dapat kita hubungkan dengan beherapa syarat yang barus dimiliki oleh seorang (calen) penerjemah yang sangat penting di antaranya Wah (1) menguasai sepenuhoya bahasa 86S8l'8.!Il <BSa) yaitu bahasa yang dipakai nntnk msaeriemehken; (2) msnguasai-bahasa sumber (BSu) yaitu bahasa teks yang diterjem~hkaD;' (3) menguasai bidang IPTEK yang ditet3eooabkan; (4) memiliki keluwesan kebahasa.an; (5) memiliki keluwesan kultu:tal dan. (6) mengetahui latar belakang sosial budaya bahasa sumber. (S'Utyawinata. 1989 : 49-(0).

Butir pertama di atas merupakan syarat mutlak yang hams dimillki oleh secrang (ealon) panerjemah. Kalau sesecrang akan menerjemah kan teks IPTEK ke BI mm is. harusmenguasai benar BI balk pada tingkat reseptif maupun (terutama) peda tingkat produktif. Ia hams pula memiliki kemampuan berbahasa Indonesia lisan maupun tulia. Jadi (calon) penerjemah ke BI yang terbaik adalah penutur asli BI.

Butir kedua mensyaratkan seonmg penerj emah menguasai BSu. Ini adalah ayarat yang sangat ideal. Namun dalam kenyataannya sangatJab Iangka ada seorang dwibahasawan yang bsnar-benar menguasai BSa dan BSu. Karena BSu dipakai terutama untuk memahami teks tulis (dan juga teks lisan) maka syarat penguasaan BSu adalah terntama pada tingkat reseptif. Tingkat penguasaannya sebaiknya 90% atau

lehih.

19

Penguasaan bidang IPrr:EK yang diterjemahkan pun merupakan syarat yang penting. Bagaimana seseorang akan mampn manerjemahkan kalau ia tidak memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip dasar, dan istilah-istilah dalam bidang IPTEK yang bersangkutan ? Dengan demikian seorang penetjemah IPTEK yang ideal adalah seorang ilmuwan dalarn bidang IPTEK yang menguasai BSa dan BSu.

Akan tetapi ideallagi apabila penerjemah itu memiliki keluwesan kebahasaan. Artinya, ia mampu beradaptasi terhadap BSu dan khususnya terhadap bahasa dan gaya penulis aslinya, Ini agak penting karena penerjernah sedapat-dapatnya menyesuaikan bahasa dan gaya penulisannya pada bs..ha.sa dan gaya penulisnya atau teks asli dalam BSu. Ia tidak boleb begitu saja menetjemakan menurut bahasa dan gayanys. sendiri.

Memang benar bahwa pada umumnya karya-karya ilmiab dalam ilmu-ilmu fisik. dan matematika cenderung lugas, runtut, dan langsang, lebih-Iebih dalamjenis tulisan yang deskriptif stall ekspoaitoris, N amun kadang-kadang dijumpai karya-karya ilmiah yang argumentatif, Tulisan jenis ini agak berbeda dangan jenis deskriptif atanpun ekspositoris karena penulisnya mencoba memberikan alasan-alasan, dan duk:ungan-dukungan fakta atau teeri-teeri, untuk rneyakinkan pem baea atau ihnuwan lain babwa konsep atau pendapatnya benar dan legis. Gaya tulisan seperti itu banyak dijumpai dalam ilmu-ilmu aosial dan bumaniora.

Ksluwesen soslc-kultural diperlukan agar penerjemab mampu beradaptasi dengan Iatar-helakang sesial dan budaya BSu, sebah hukan kah penerjemah hams "setia" kepada teks dan penulisnya ? Penerjemah seharusnya tidak berprasangka terhadap latar belakang somal, sistsm politik, ekonomi, dan sikap dan gaya hidup serta budaya ban.gsa BSu. Sebagai peneIjemah ia herus mencoba menetjemahkan apa adanya, tanpa diwarnai oleh pandangan dan sikap hidupnya sendiri. lui tidak Lerarti bahwa ia setoju atau tidak. setuju, ataupun Ia akan mentranster, mengambil alih kebudayaan BSu ke dalam BSa, atau rnendorong agar para pemhaca dalam BSa menganut faham, aliran

atau bndaya BSu. .

20

PengaJaran Terjemahon

Seperti telahdisinggung pada awol tnlisan ini, untuk keperluan alih IPTEK dibutuhkan suatu media komunikasi, yang dalam hal ini telah diteta_pkan BIng sebagai bahasa asing pertama .. Namun berdasarkan psngamatan dan evaluasi terhadap pengajaran BIng selamami ternyata usaha-usaha pen.gajaran bahasa tersebut masih kurang berbasil. Kumng berhasilnya pengajaran Blng disebabkan oleh beberapa hambatan, ill antaranya adalah : (1) produksi guru-guru BIng yang baik tidak mampu mengimbangi kenaikanjumlah mum di SMP-SMA yang hams mendapat pelajaran BIng; (2) ancangan dan metoda yang dipakai pada masa-masa Iampau kurang aesuai dengan tujuan utama pengajaran BIng; (3) waktu yang terbatas bagi guru dan pembelajar; dan (4) rasio yang tidak saimbang antara jumlah guru dan mudd yang disebabkan oleh alasan pertama tadi, yang menyebabkan beban mengajar guru BIng (dan guru bahasa pada umumnya) menjadi terlalu berat untuk mencapai basil yang baik,

Oleh karena itu usaha-usaha alih IPTEK perIn didukung dengan media komunikasi yang lain, ysitu penerjemahan buku-buku dan karya-karya IPTEK, di samping usaha pembela,iaran BIng.

Pada gilirannya usaha penerjemahan harus didukung dengan penyiapan tenaga-tenaga peneljemah. Kenyataan yang ada sekarang ini menunjukkan bahwa di seluruh dunia tenaga penerjemah yang baik

. sangat langka. (Sebagai misal: MEE dan NATO memerlukan ratusan penerjemah dalam 10 bahasa yang berlainan, lebih-Iebih lagi dengan dibukanya hub un gan yang lebih longgar antara Eropa Barat dan Timur sekarangini.) Kalan negara-negarayangtelah maju kekurangan tenaga peneriemah, apelagi negari Kits.

Beberapa waktu yang lalu Iota dengar pendapat seorang pejabat eli bidang riset dan teknologi bahwa negara-negara yang terlalu mernperhatikan bidang humaniora seperti Amerika Serikat akan ketiuggalan dalampengembangan IPTEK 'Ketinggalan ini diakui oleh rekan-rekau sejawat di berbagai universitas ill Amarilla Serikatyang saya kunjungi tiga tahun lalu. Namun menurut hemat saya ketertinggalan itu lebibIebih disebabkan oleh kumngnyaminat orang Amerika belajar babasa asing; dan kurangnye minat untuk meneriemahkan. Sebagai contoh:

21

adanya puluhan pnsat-pusat kegiatan penerjemahan di Jepang dan semua negaraEropa Barat, sedangkan di Amerika Serikat sedikit sekali ada pusat kegiatan penerjemahan yang ditangani dengan sungguhsunggub. Bahkan ironisnya di salah satu universitas terbesar para peneliti dan pakar .komputer dan bahasa dikontrak untuk membuat mesin penerjemah oleh dua perusahaan elektronik raksasa dari .Tepang dan Jerman Barat, Alasan-alasan ini1ah antara lain yang roeyakinkan kita perlunya usaha- usahapengajaran bahasa asing dan penerjsmahan.

'I'entu saja usaha-usaha peneriemahan baru bisa berhasil kalan eukup tenaga peneriemah yang balk. Untuk itulah mutlak perlunya menyiapkan tenaga pen erj em ah, yaitu dengan mengadakan pendidikan peneljemah. Sayangnya, pada saat ini perhatian kits masih tarpaku pada pendidikan, bahasa yang tradisional. Sebagai misal: di negeri kita inifakultas yang menye1enggarakan pengajaran bahasa (BI dan bahasa asing) adalah fakultas sastre dan bukan fakultas bahasa, kurikulumnya pun lebih berfokus pada sastra dan kebudayaAn (Indonesia dan asing) dengan segala konsep, teori, dan penelitian sastra dan kebudayaan. Atan program iImu bahasa, dengan sagola konsep, teori, dan penelitian tenteng bahasa. Pengajaran bahasa dan penggunaannya masih kurang, apalagi pengajaran terjemahan barn. dirintis skhir-akhie ini ..

Di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FPBS IKIP Malang dulu penerjemahan sama-sekali tidak diajarkan dan barn beberapa tahun terakhir ini dibsrikan sebanyak 2 sks Baja.

Di dalam merancang kurikulum dan silabus pendidikan penerjemah ada beberapa masalah pokok yang harus kits perhatikan, di antaranya: (1) ~pan, yaitn pada tingkat kemampuan pambelajar yang bagaimana pengajaran terjemahan dapat mulai diberikan: (2) di mana, yang berarti kepada siapa dan oleh siapa pendidikan terjemahan ire diselenggarakan; (3) apa, yaitu materi ape. yang yang harus ada dalam silabns sehingga nantinya dapat dihasilkan penerjemah yang baik yang memenuhi syarat; dan (4) bagaimana program itu dapat dllaksanakan.

Menurut suatu peneIitian yang pemah dilakukan terhadap hasil terjemahan (Suryawinata, 1986) pembelajar yang telah mendapatkan

22

pengajatan BIng selama 7-8 semester culmp mampu untuk menerjemahkan, kbususnya yang telah mendapatkan kemampuan mernbaca pemahaman BIng (reading comprehension, RC) 16 sks atau lebih.

Penyelenggaraan pengs,jaran teljemahan c:lapat di.la.kukan dengan berbagai cara tergantung pada calon peneljemah dan kemampuanke.mampuan yang telah dimilikinya.

Yang partama, dan yang telah dilakukan, adalsh dengan menyelenggarakan penataran, Model penataran yang dulu eliseJenggarakan ole.h Pusat Babasa ada1ah dengan mengundang peserta dari 'berbagei perguruan tinggi untuk mengikuti psnataran dan lokakarya penmjemahan. Materi penataran beropa teori dan konsep

. penerjemanan yang kebanyakan diberikan oleh para pakar ilmu bahasa, yang kemudian diikuti dengsn praktek terjemahan.

Model penataran yang akhir-akhir ini (1988 dan 1989) eliselenggarakan oleh penerbit ITB· sebagai pelaksana proyek Direktorat J endral Pendidikan Tinggi telah disinggung pada awalmak8lah ini. Caraini nampaknya lebih langsung efektlf, dan pJ1ikti.s untnk memacu usaha-nsaha peneIjem.ahan buku ajar di perguroan tinggi, karena metUs yang lolos dari seleksi terus langsu:ug ditugasi meneIjemabkan buku ajaryang dipetlukan.. Dengan demikian akan diperoleh kelompo'kkelompck peneJjemlih yang t1!lah mendekati kualifikasi peneIjemah

yaUgbaik.

.

Cara yang kedua adalah temtama mernpersiapkan ealon-ca.1on pe)l~emah untukjangkapanjang, yaitu dengan mengikuti pendj diksD penerjemaban seeara formal. Ada beberapa kemungkinan' dalam earn ini, y&kni (1) dengan mend:irlkan selrolah terjemahan. terpisab dari pendidikan bahasa; dan (2) dengan mengintegrasikannya dengan pendidikan bahasa.

Ada keuntungan-.keuntungan yang diperoleh dengan mendirikan sekolah stau jUl1lSllU penerjemahan yang terpisah dan jurnsan a.tau program pendidikan bahasa, di antaranya Wah bahwa pe:nyelenggaraan, lrurllmlum" tenaga pen.~ar, perangkat-perangkat keras dan lunak, ~pat dinmeang dengan tepat, dan lJeserta yang lebih dulu diseleksi benar-benar dapat memnsatkan perhatian, tenaga, dan pilrirannya pada tujuan pokokyaitn teljen:iab:a.R. Namun seeara sepin-

tas dapat dilihat babwa cam ini mahal, dan sangat terbatas produksi lulusannya. Psminat pun akan langka.

Cara lain yang lebih sederhana adalah dengan menyelenggarakan pendidikan penerjemahan itu eli dalam pengajaran bahasa asing, yang dalam hal ini BIng. Hasil penelitian yang telah dipaparkan di 'muka menunjukkan babwa pendidikan penerjemahan itu daJlat dilakukan bersama-sama (simultan) dengan penaidikan BlDg. Pengajaran penerjemahan disini merupakan bagian integral dalam kru:i:1m1um pendidikan BIng. Care. ini lebih murah; mahasiswa telah memiliki kemampuan BIng yang memadai, tersedia pengsjar yang eukup, dan haSilnya adalah ealon-ealnn. penerjemah yang-siap latih (trainable). Ini berarti bahwa mereka merupaka:n bibit-bibit yang kemudian dapat ditingkatkan kemampuan peneIjemahannya kelak.

Can ketiga adalah dengan membuat kurikulum yang terbuka.

Selama semesterawal dijurusan BIng: di semuape:rguruan tinggi-yang memiliki program.itn mahasiswa be1ajar dan berlatihsehinggaia benarbenar trampil dan mahir berkomunikasi dalam. BIng dan mampu menguasai BIng dasar. Setelah itu mereka boleh memilih program-program yang m~ inginkan, yaitu sastra, linguis1i,k, keguruan,. bisnis, 8tan peneIj.emaha.n, yang masing-masing mamerluka.n tambahan ketrampilan untuk bidang-bidang khusus tersebut. Dengan uta lain. tara ini mendahulukan dasar--dasar kemampuan BIng. dan kemudian pada semester-semester akhir ba.rnlah mahasiswa mendalami bidang kekh susan yang dipllihnya.

Ja.di setelah menyelesaikan. program dasar 'tu mahasiswa bebas rnemilih jalur program yang diminatinya, Deugau eara ini program penerjemahan dapat dilak:uk.an di mana jmn asal ada jurnsan BIng. Cara ini juga melD,beri keuntungan hrena kurikulum meniadi lel)ih luwes, kemampuaD herbahasa lnggris dasar dapat terjamin ka:rena dilaksanakan dengan konseotrasi penuh. Namun saya kim sistem ini. tidlll 1m'k (feasible) untuk diJaksanakan bren& adanya kendala dan bambatan prSk:tis.-teknis sehingga sulit diselen~ eli samping surrah membudayanya pols pikir dan sistem kita y&llg tetkotak-kotak.

Sekru:ang apa yang akan kita isikan dalam lmriknlum dan silabus?

Untnkkepednanini marilrim,tlmgokkembalisyarat-syaratbagi (cala-o)

24

penerjemah yang ideal. Yang pertama adalah penguasaan dan kemampuan berbahasa Indonesia, book lisan mau pUD tulia, baik tingkat reseptif maupun tingkat produktif. Oleh karena itu BI masih tatap perlu diajar kan, dengan parhatian khusus pada kemampuan menulis dengan segala konvensi dan mekanismenya seperti kohesi, kohereasi, markahmarkah, dan tengara-tengara transisi. Perlu diperhatikan pula bahwa BI yang dlajarkan .sebalknya BI untuk lPTEK

Kemampuan lain yang harus diperoleh pembelajar adalah kemahiran BIng yang dalam hal ini lebih khusus lagi ESP. "I'idak kala h pentingnya adalah pengetahuan dasar lPTEK yaitu teori- teori, konsepkonsep, asumsi-asumsi, dan konvensi-koovensi yang lazim dalam IPTEK umumnya, serta konvensi-konvensi pembentukan istilah.

Pembelajar perlu mengetahui prinsip-prinsip dasar, konsep, dan beberapa teori teljemahan. di samping kemahiran menerjemahkao yang di dalam kurikulum ini hams mandapat porsi yang paling banyak, karena di sinilah letakfokus dan inti kurikulum pendidikan penerjemahan.

U nsur- un sur afektif seperti kel uwesan kognitif, k eluwesan kebahasaan dan keluwesan sosio-knltural dapat dididikkan "sambil jalan", artinya tidak perl diberikan dalam satu roam kuliab khusus sebab masalah sikap dan nilai dapat diresapi oleh pembelajar dari contoh sikap,nilai, dan tingkah laku para pengajar.

Dengan memperhatikan uraian di atas terserahlah pada kita model ateu eara pengajaran penexjemahan mana yang kita pilih, dengan mempertimbangkan pula dana, waktu, 'tenaga, dan kebutuhan kita,

Komputer dan Penerjemahan

Penerjemahan merupakan suatu PI'OSes yang rumit dan msnyer p waktu dan tenaga yang sangat banyak. J umlah penerj emah pu n masih langka dan masih temp belum memadai terhadap kebutuhan penerjemahan, Orang mulai meneoba mencari alat yang dapat membantu nyu dalam proses yang melelahkan pikiran itu. Pada masa-masa percobaan awal (1946-1954) dan kemudia.n disusul dengan masa kedua (1954. 1966) harapan dan kekeeewaan datang silih berganti. Namun orang

25

tidak begitu saja manyerah, dan mencoba berbagai strategi dan metode untuk mengatasi kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Nampaknya sejak 1975 telah ada titik-titik terang dalam nsaha menerjernahkan dengan komputer ini sshingga para pakar merasa optimis dapat menciptakan mesin panerjemah,

Akhh·akhb· ini usaha untuk menciptakan rnesin itu telah tumbuh dengan cukup menggembirakan. Untuk memperingati 60 tahun Soempah Pemoeda telah diselenggarakan suatu Simposium "Linguistik dan Teknologi Komputer: Pemrosesan Bahasa Alami" atas kerjasama tiga lembaga (CICCJepang, BPPT danLembagaBahasa Unika Atma Jaya). Tahun 1990 telah. pula diselenggarakan suatu seminar tentang penggunaan komputer dalarn pemrosesan bahasa alami.Ini semua manunjukkan betapa. giatoya usaha penerjemahan dengan komputer.

Naropaknya bebsrapa kemajuan telah dicapai dalam usaha ini, namun masih ada beberapa kesulitan dan hambatan. yang sedang diusahakan untuk mengatasinya. Salah satu di antaranya adalah keambiguan dalam bahasa alami, yaitu adanya makna ganda pads kata yang sama (keambiguan leksikal) dan pada keambiguan gramatikal.

Di dalam IPTEK bahasa yang dipakai sedapat nnmgkin menghindati keambiguan ini : kelugasan keruntutan dan ketunggalan makna

merupakan eiri khas bahasa IPTEK. Kalau kita ingat bahwa di ill· donesia keperluan penerjemahan yang paling mendesak sekarang ini adalah alih IPTEK, malta barangkali saja penerjemaban IPTEK dengan bantnan komputer dapat segera direalisasikan, dan dalam pada itu upaya-upaya membuat mesin terjemahan untuk bahasa alami terns dilakukan,

Peuutup

$ajian pendek ini terutams untuk menggugah minat kita atau mengiu tkan embali bahwa bahasa mempunyai peran yang sangat vital dalam pengembangan dan peningkatan IPTEKyangpada giliranoya memegang peran strategis dalam pembangunan nasional dewasa ini, Uruuk itu perln ditingkatkan pengajaran bahasa, baik pengajaran Bl untuk IPTEK, bahasa.Inggris umnm, manpun bahasa Inggris untuk

26

r

tujuan khusus (ESP). Selain itu perlo ditingkatkannya penerjemahan IPTEK, dan pada gilirannya perlu ditingkatkan pula pengajaran terjemahan. Untuk keperluan semua itu, perlu lebih dikembangkannya koordinasi dan kezjasama semua fihak, khususnya antara para pakar di bidang IPTEK, bidang bahasa dan pengajaran bahasa, dan para pakar komputer.

SelBin itu kiranya perin untuk ditinjau kambali kuriknlum dan silabus pengaja.ran hahsss, lebih-Iebih dI jurussn/program bahasa dan sastrayang secara tra.disionallebih berorientasi apailmu dan teori-teori ten tang bahesa dan sastra, untuk memberikan peluang yang lebih besar pada pengajaran bahasa yang komunikatif dan pragmatis. yaitu bahasa untuk IPTEK clan penerjemahan. Dengan demikian pengajaran bshasa dan peneIjemahan akan lebih besar peranan dan sumbangannya bagi pengembangan IPTEK dan pambangunan, sekarang ini dan mesa yang akan datang.

ACUAN

Aryanto, A dan Haron Wiyono. 1988. Bahasa Inggris 3A ntuk SMA Program Studi Ilmu-ilrau Fisik dan Ilmn-ilmu Biologi, Dep&rtemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka Jakarta

Habibie, B .. J. 1984. Ilmu Pengetahuull. Tekllologi dan Pembagurum Bangsa, Himpunan Pidato, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Hasan, Fuad, 1988. Bahasa Indonesia dan Penalaran, Menteri 'Pendidikan dan Kebudayaan.

Hutchinson. Tom and Alan Waters, 1989. English for Specific Purposes: a learning centered approach. Cambridge University Press. Cambridge.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik f ndonesia 1988.

Ketetapan MPR Rl No. II/1988 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara 1988 - 1993.

'1.7

Purwo, B.K. ed. 1989. Linguistik dan Teknologi Komputer. Bandung: Penerbit ITB.

Sudarwo, I. 1990. Pengenalart Teknologi lnteiegensi Buatan, dalam Seminar Pemrosesan Bahasa Alami dan Sistem Penerjemahan. dengan Metode In terlingua. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Cooperation for Computerization (CICe, Japan).

Suryawinata, Z. 1986. Kqjian teniang Kesulilan Kebaha$aan yang Dihadapi Pembelqjar TeTjemalum dari Bahasa lnggris ke Bahasa Indonesia - Laporan penelitian, Pusat Penelitian IKIP Malang - (tidak. dipublfkasikan),

Suryawinata, Z. 1989a. Tetjemahan: Pengantar Teori dan Praktek P2LPTK.. Depdikbud Jakarta.

,198gb. Penerjernahan lPTEK, makalah dalarn Seminar Pengamhangan Tenaga FUDg5ional Akademik FPS lKIP Malang.

Tim Instruktor PKG Bahasa Inggrls~ Region Surabaya, tanpa tabun.

Bahasa Inggris untuk SMA Kls II Semester 3. PKG Bahasa Inggris Region Surabaya.

28

CURRICULUM VITAE

Zuchridin Suryawinata dilahixkan di. Yogyakarta27 Agustue 1931 dan e,yah RHOS SuryawinQta dan ibn R.A.H. Waridah. Merrlkah dengan Siti Zahroh HuseinJanuari 1958 sampat sekarang dan telah dikaruniai 4 anak dan 2 eueu,

Tamat dan SMAN Negeri I Yogyakarta tabUD 195.2. Lulus STeIBl Bahasa Inggris Yogyakarta tahun 1956 dan kemudian menjadi aslsten/pengaJar bahaSa Jnggrispada sekolah tersebutsampai dengan tahnn 1960. Pads waktu itu. 1957 - 1959, juga menjadi asisten/pengajar hahasa Inggris pads Fakultaa Sosta) Politik Universitas Gadjah Ma.da.

Lulus doktomndus bahasa InggriB FKIP Universitas Airlangga tahun 1963, dan sejaksaat itu menjadi dosen bahasa Inggris pada

FKSS{FPBS lKIP Mala:ng sampai .selwang. .. . .

Tahun 1972selama musim panas belajar language testing pada Educational TestingService,Prillceton, USA. Peda tahun 1974 meDjadi dosen tamu/penge,jar babasa IoggriB pada Uui.versity of New South Wales,. Australia. samb:U melakukan. snrvel terhadap "Indonesian Uni versi:t;y Lecturers Scheme"pada Testin,g and Ed.u.ca.tional Research Centre di unvsrsitas tersebul

Pada tabun 1981 meoyajikan makalah"The Teaching of Lite.mtore in Indonesia" pada seminar interna:si.oJ1al ASANAL V di Denpasar Ball. Tahun berikutnya. 1982, lulus doktor pendidikan bahasa dari FPS IKlP Malang. Pada taboo 1986 selama enam bulan beradadi The Ohio State University,. USA, dan mengunj.Ullgi berbagai universttas terkemuka Iainnya untuk mempeJajari dan meudalami masalaamasalah pengajaran bahasa dan penerjemaban. Disamping itu menyelesaikllnbulro Tedemahan :: pengantar teert dan praktek (P2LPTK, 1989).

Beberapa karya mutakbir :

t. 'JKajiaD tentang kesulitan kebahasaan ye.ng dihadapi pembelajar terjenu:lhan dari bahasa Inggrie ke bshasa Indonesia" ... laporan

penelitian, Fusat Pene1itian HOP Malang,. 1986. -

2.. 'TeneIjemahan Dmu Pengetahuan dan Teknolagi", makaIah, FPS,.

P2LPTK" 1989.

,so "Bahasa Indonesia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi", makalah dalam Seminar Regional Masyarakat Linguistik Indonesia, 1989.

4. "Penelitian terhadap Terjemahan Karya Sastra", makalah pads Seminar Regional Himpunan Sarjana Kesusastraau Indonesia.

29

1989.

5. Terjemahan: pengantar teorl dan praktek, buku DEPDIKBUD, P2LPTK, 1989, Jakalta.

6. Translation: modules 4, 5, 6 (3 buku) Universitas Terbuka, dalam penerbitan.

30

Anda mungkin juga menyukai