Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Bahasa Indonesia di Era Globalisasi

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kita tengah memasuki abad XXI. Abad ini juga merupakan milenium II perhitungan
Masehi. Perubahan abad dan perubahan milenium ini diramalkan akan membawa
perubahan pula terhadap struktur ekonomi, struktur kekuasaan, dan struktur
kebudayaan dunia.
Fenomena paling menonjol yang tengah terjadi pada kurun waktu ini adalah
terjadinya proses globalisasi. Proses perubahan inilah yang disebut Alvin Toffler
sebagai gelombang ketiga, setelah berlangsung gelombang pertama (agrikultur) dan
gelombang kedua (industri). Perubahan yang demikian menyebabkan terjadinya pula
pergeseran kekuasaan dari pusat kekuasaan dari pusat kekuasaan yang bersumber
pada tanah, kemudian kepada kapital atau modal, selanjutnya (dalam gelombang
ketiga) kepada penguasaan terhadap informasi (ilmu pengetahuan dan teknologi).
Proses globalisasi ini lebih banyak ditakuti daripada dipahami untuk kemudian
diantisipasi dengan arif dan cermat. Oleh rasa takut dan cemas yang berlebihan itu,
antisipasi yang dilakukan cenderung bersifat defensif membangun benteng-benteng
pertahanan dan merasa diri sebagai objek daripada subjek di dalam proses perubahan.

B. BATASAN MASALAH
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi
pada masalah :
1. Gambaran Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi.
2. Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia.
3. Eksistensi Bahasa Indonesia.
4. Tantangan dan peluang pada Era Globalisasi.
BAB II
PERANAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI

A. POTRET BAHASA INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI


Era globalisasi akan menyentuh semua aspek kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa
yang semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia ialah Bahasa Inggris, yang
pemakainya lebih dari satu miliar. Akan tetapi, sama hanya dengan bidang-bidang
kehidupan lain, sebagaimana dikemukakan oleh Naisbii (1991) dalam bukunya Global
Paradox, akan terjadi paradoks-paradoks dalam berbagai komponen kehidupan,
termasuk bahasa. Bahasa Inggris, misalnya, walaupun pemakaiannya semakin besar
sebagai bahasa kedua, masyarakat suatu negara akan semakin kuat juga
mempertahankan bahasa ibunya. Di Islandia, sebuah negara kecil di Eropa, yang
jumlah penduduknya sekitar 250.000 orang, walaupun mereka dalam berkomunikasi
sehari-hari menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua, negara ini masih
mempertahankan kemurnian bahasa pertamanya dari pengaruh bahasa Inggris. Di
Kubekistan (Guebec), yang selama ini peraturan di negara bagian ini mewajibkan
penggunaan bahasa Perancis untuk semua papan nama, sekarang diganti dengan
bahasa sendiri. Demikian juga negara-negara pecahan Rusia seperti Ukraina,
Lithuania, Estonia (yang memisahkan diri dari Rusia) telah menggantikan semua
papan nama di negara tersebut yang selama itu menggunakan bahasa Rusia.

B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA


Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, seperti tercantum pada
ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi Kami Putra dan Putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa nasional; kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa
daerah. Selain itu, diddalam undang-undang dasar 1945 tercantum pasal khusus (BAB
XV, pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa
Negara ialah Bahasa Indonesia. Pertama, Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional seusai dengan sumpah pemuda 1928; kedua, bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai bahasa Negara sesuai dengan undang-undang dasar 1945.
Derasnya arus globalisasi didalam kehidupan kita akan berdampak pula pada
perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu,
bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan
bebas, baik dibidang politik, ekonomi, maupun komunikasi. Konsep-konsep dan
istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia.
Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu,
termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana
berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu.
Menurut Sunaryo (2000:6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek
tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur
budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan
produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa
peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat
berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,menjadikan bahasa
sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan
bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari
daya nalar (pikiran).
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia kita junjung
disamping bendera dan lambang Negara kita. Di dalam melaksanakan fungsi ini
bahasa Indonesia tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga ia serasi
dengan lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki
identitasnya hanya apabila masyarakat pemakainya membina dan
mengembangkannya sedemikian rupa sehingga bersih dari unsur-unsur bahasa lain.
Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga, sebagai bahasa nasional adalah sebagai alat
perhubungan antar warga, antar daerah, dan antar suku bangsa. Berkat adanya bahasa
nasional kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga
kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan bahasa
tidak perlu dikhawatirkan kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke pelosok yang
lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-
satunya alat komunikasi.
Fungsi bahasa Indonesia yang keempat dalam  kedudukannya sebagai bahasa
nasional, adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai:
bagai suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa
yang berbeda-beda kedalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan
ini bahasa Indonesia memungkinkan berbagai bagai suku bangsa itu mencapai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan
identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai : nilai sosial budaya serta latar belakang
bahasa daerah yang bersangkutan lebih dari itu, dengan bahasa nasional itu kita dapat
meletakkan kepentingan nasional jauh diatas kepentingan daerah atau golongan.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia dipakai didalam
segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun
dalam bentuk tulisan. Termasuk kedalam kegiatan-kegiatan itu adalah penulisan
dokumen-dokumen dan putusan-putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.
Sebagai fungsinya yang kedua didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa
Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali di daerah-
daerah, seperti daerah Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makassar yang
menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun
ketiga pendidikan dasar.
Sebagai fungsinya yang ketiga didalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa
Indonesia adalah alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan
perencnaan dan pelaksanaan pembangunan nasional untukl kepentingan pelaksanaan
pemerintah. Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai bukan
saja sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan
bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah dan antar suku, melainkan juga
sebagai alat perhubungan didalam masyarakat yang sama latar belakang sosial budaya
dan bahasanya.
Akhirnya, didalam kedudukannya sebagai Bahasa Negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Di dalam hubungan ini bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian
rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya
dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia kita pergunakan
sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional kita.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan
adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang
sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah
kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-
angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.

C. EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI


Eksistensi Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi sekarang ini, jati diri bahasa
Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal
ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh budaya asing
yang tidak sesuai dengan bahasa dan budaya bangsa Indonesia. Pengaruh alat
komunikasi yang begitu canggih harus dihadapi dengan mempertahankan jati diri
tentang kedisiplinan berbahasa nasional, pemakai bahasa Indonesia yang berdisiplin
adalah pemakai bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi dan kondisinya. Disiplin
berbahasa Indonesia akan membantu bangsa Indonesia untuk mempertahankan
dirinya dari pengaruh negatif asing atas kepribadiannya sendiri.
Peningkatan fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana keilmuan perlu terus dilakukan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seirama dengan ini,
peningkatan mutu pengajaran bahasa Indonesia di sekolah perlu terus dilakukan.
Namun, seiring dengan bertambahnya usia, bahasa Indonesia justru dihadang banyak
masalah. Pertanyaan bernada pesimis justru bermunculan. Mampukah bahasa
Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa iptek yang berwibawa dan punya
prestise tersendiri di tengah-tengah dasyatnya arus globalisasi? Mampukah bahasa
Indonesia bersikap luwes dan terbuka dalam mengikuti derap peradaban yang terus
gencar menawarkan perubahan dan dinamika? Masih setia dan banggakah para
penuturnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi yang
efektif di tengah-tengah perubahan dan dinamika itu?
Akan tetapi, beberapa kaidah yang telah dimodifikasi dengan susah payah tampaknya
belum banyak mendapatkan perhatian masyarakat luas. Akibatnya bisa ditebak,
pemakaian bahasa Indonesia bermutu rendah : kalimatnya rancu dan kacau,
kosakatanya payah, dan secara semantik sulit dipahami maknanya. Anjuran untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar seolah-olah hanya bersifat
sloganistis, tanpa tindakan nyata dari penuturnya (Sawali Tuhusetya, 2007).
D. TANTANGAN DAN PELUANG PADA ERA GLOBALISASI
Era Globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu dahsyat menutut
para pengambil kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih
menyempurnakan dan meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah
pembinaan bahasa. Sebagaimana dikemukakan oleh Feathherston (dalam lee, 1996),
globalisasi menembus batas-batas budaya melalui jangkauan luas perjalanan udara,
semakin luasnya komunikasi, dan meningkatnya turis (wisatawan) ke berbagai
negara.
Melihat perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat,
perkembangan di luar negeri pun sangat menggembirakan. Data terakhir
menunjukkan setidaknya 52 negara asing telah membuka program bahasa Indonesia
(Indonesia Language Studies). Bahkan, perkembangan ini akan semakin meningkat
setelah terbentuk Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di
Bandung tahun 1999. Walaupun perkembangan bahasa Indonesia semakin besar pula.
Berbagai peluang dan tantangan terhadap bahasa Indonesia semakin adanya dukungan
luas dari berbagai pihak, ternasuk peran media massa. Sementara itu, tantangannya
dapat dikategorikan atas dua, yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal.
Tantangan internal berupa pengaruh negatif bahasa daerah berupa kosakata,
pembentukan kata, dan stuktur kalimat. Tantangan eksternal datang dari pengaruh
negatif bahasa asing (terutama bahasa Inggris) berupa masuknya kosakara tanpa
proses pembentukan istilah dan penggunaan struktur kalimat bahasa Inggris.
1. Berbagai Peluang bagi Pengembangan Bahasa Indonesia
Pada masa-masa mendatang, terutama pada era global ini, sumber daya manusia
memegang peranan yang sangat menentukan kadar keberhasilan sesuatu, termasuk
keberhasilan pembinaan dan pengembangan bahasa. Oleh karena itu, para
pemegang kebijakan dan pelaksana di lapangan harus pandai-pandai
memanfaatkan peluang sebaik-baiknya, sekecil apa pun peluang itu. Di antara
sekian peluang yang ada, peluang berikut kiranya perlu dipertimbangkan.
a. Adanya Dukungan Luas
Telah dikemukakan bahwa pembinaan bahasa Indonesia dari waktu ke waktu
memperlihatkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini disebabkan
oleh adanya dukungan, terutama dari pemerintah. Dukungan tersebut dapat
kita lihat dengan terbitnya surat dan program berikut.
1) Instruksi Menteri dalam Negeri Republik Indonesia, Nomor 20 tanggal
28 Oktober 1991, tentang permasyarakatan Bahasa Indonesia dalam
Rangka Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Bangsa;
2) Intsruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,
Nomor I/U1992 20 tanggal 10 April 1992, tentang Peningkatan Usaha
Pernasyarakatan Bahasa Indonesia dalam Memperkukuh Persatuan dan
Kesatuan Bangsa;
3) Surat Menteri dalam Negeri kepada Gubernur, Bupati dan Walikota
seluruh Indonesia, Nomor 1021/SJ tanggal 16 Maret 1995, tentang
Penertiban Pangginaan Bahasa Asing;

b. Peran Serta Media Massa


Tidak dapat disangkal bahwa media massa memberikan andil bagi pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia. Kata dan istilah baru, baik yang
bersumber dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, pada umumnya lebih
awal diakali oleh media massa, apakah di media surat kabar, radio, atau
televisi. Media massa memang memiliki kelebihan. Disamping memiliki
jumlah pembaca, pendengar, dan pemirsa yang banyak, media massa
mempunyai pengaruh yang besar dikalangan masyarakat. Oleh karena itu,
media masssa merupakan salah satu mitra kerja yang penting dalam
pelancaran dan penyebaran informasi tentang bahasa. Seiring dengan itu,
pembinaan bahasa Indonesiadi kalangan media massa mutlak diperlukan guna
menangkal informasi yang menggunakan kata dan istilah yang menyalahi
kaidah kebahasaan. Kalangan media massa harus diyakinkan bahwa mereka
juga pembinaan bahasa seperti kita.

2. Berbagai Tantangan dan Upaya Penanggulangannya


Masalah pembinaan dan pengembangan bahasa selama ini telah memperlihatkan
perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tidak berarti di seputar tidak ada
hambatan atau tantangan yang memerlukan penanganan yang serius. Pada masa-
masa mendatang pembinaan dan pengembangan bahasa di hadapkan kepada
berbagai tantangan yang apabila hal itu tidak ditangani dengan sungguh-sungguh
akan menjadi kerikil-kerikil tajam yang dapat menghambar usaha tersebut.
Tantangan-tantangan yang patut dipertimbangkan itu antara lain sebagai berikut :
a. Sumber Daya Manusia (SDM)
Keberhasilan suatu program dan usaha sangat banyak ditentukan oleh sumber
daya manusianya. Keberhasilan pembinaan dan pengembangan bahasa antara
lain juga bergantung kepada manusia pelaksananya. Sehubungan dengan
itulah, sosok yang memegang kendali dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa pada masa-masa mendatang dituntut lebih profesional lagi di
bidangnya.
Kemajuan atau perkembangan dalam segala sektor kehidupan sebagai dampak
kemajuan ilmu dan teknologi menuntut fungsi optimal bahasa Indonesia
sebagai sarana komunikasi masyarakat indonesia. Bahasa Indonesia dituntut
lebih efektif dan efisien dalam mewadahi berbagai konsep yang diperlukan
masyarakat Indoneisa yang semakin terbuka dan modernn. Bahasa Indonesia
juga harus bisa memenuhi keperluan masyarakat pemakainya dalam berbagai
bidang, seperti politik, ekonomi, pendidikan, pengetahuan, teknologi,
keamanan, dan kebudayaan (Moeliono, 1985).
Dengan kata lain, bahasa Indonesia harus bisa mewujudkan jati dirinya
sebagai bahasa modern, sebagaimana yang diamanatkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
DAFTAR BACA/REFERENSI

1. http://angel.ngeblogs.com/2009/11/01/peran-dan-fungsi-bahasa-indonesia/
2. http://saifurublog.blogspot.com/2011/10/peranan-dan-fungsi-bahasa-
indonesia.html
3. http://simpleon7.wordpress.com/2011/06/11/bahasa-indonesia-tantangan-dan-
peluang-paa-era-globalisasi/

Anda mungkin juga menyukai