Anda di halaman 1dari 20

KARSINOMA NASOFARING

1 ANATOMI

Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku diatas, belakang dan

lateral yang secara anatomi termasuk bagian faring, ke arah anterior berhubungan

dengan rongga hidung melalui koana dan tepi belakang septum nasi, sehingga sumbatan

hidung merupakan gangguan yang sering timbul. Ke arah posterior, dinding nasofaring

melengkung ke supero-anterior dan terletak dibawah os sphenoid, sedangkan bagian

belakang nasofaring berbatasan dengan ruang retrofaring, fasia pre vertebralis dan otot-

otot dinding faring. Pada dinding lateral nasofaring terdapat orifisium tuba Eustachius,

dimana orifisium ini dibatasi superior dan posterior oleh torus tubarius sehingga

penyebaran tumor ke lateral akan menyebabkan sumbatan orifisium tuba Eustachius dan

akan mengganggu pendengaran. Ke arah postero-posterior dari torus tubarius terdapat

Fossa Russenmuler yang merupakan lokasi tersering Karsinoma Nasofaring. Pada atap

nasofaring sering terlihat lipatan-lipatan mukosa yang dibentuk oleh jaringan lunak sub

mukosa dimana pada usia muda dinding postero-superior nasofaring umumnya tidak

rata.yang disebabkan adanya jaringan adenoid.

2. EPIDEMIOLOGI

Menurut kepustakaan, KNF ditemukan lebih tinggi pada ras Mongoloid. Hal ini

sangat berkaitan erat dengan masyarakat Indonesia yang cukup banyak memiliki

kekerabatan dekat dengan ras ini. Letak geografis Indonesia pada daerah endemik KNF

mendukung tingginya keganasan ini. Insidens tertinggi untuk KNF terjadi di Cina bagian

1
selatan terutama di distrik Kwantung (Guangdong). Daerah ini merupakan endemic KNF

dengan insidens rata-rata 15-50/100.000, terjadi pada usia rata-rata 40-50 tahun, kisaran

usia yang lebih muda dibandingkan kanker kepala dan leher lainnya. Insidens meningkat

setelah usia 20 tahun dan menurun setelah usia 60 tahun. Bangsa Cina baik dinegeri asal

maupun perantauan mempunyai frekuensi relatif yang tinggi.

Perbandingan antara pria dan wanita adalah 3:1. Insiden minimum KNF

dilaporkan di Ujung Pandang pada tahun 1977 untuk laki-laki adalah 3,95 per 100.000

penduduk laki-laki dan untuk perempuan 1,44 per 100.000 penduduk. Penelitian yang

dilakukan di RSCM periode 1982-1987 menemukan umur pasien berkisar antara 8-83

tahun dengan kekerapan tertinggi pada umur 40-50 tahun. Munir (1992) pada tempat

yang sama mendapatkan umur pasien berkisar antara 10-73 tahun dengan kekerapan

tertinggi pada umur 50-60 tahun

3. ETIOLOGI

Perbedaan geografis yang mencolok dalam insidens kejadian KNF memberi kesan

terdapat interaksi antara factor lingkungan dan genetic. KNF jarang dipengaruhi oleh

penggunaan tembakau dan alkohol. Hingga saat ini etiologi KNF belum pasti sama

halnya dengan etiologi neoplasia secara keseluruhan. Tetapi sudah hampir dipastikan

bahwa keganasan ini berhubungan dengan infeksi EBV karena titer anti EBV yang lebih

tinggi didapatkan pada hampir semua pasien. Kaitan dengan konsumsi ikan asin sejak

kanak-kanak merupakan mediator yang dapat mengaktifkan virus ini sehingga

merangsang pertumbuhan KNF.

4. PATOLOGI

2
Patologi pada KNF dapat ditinjau secara makroskopis dan mikroskopis

a.Ulseratif

Biasanya berupa lesi kecil disertai jaringan nekrotik. Terbanyak dijumpai di

dinding posterior nasofaring atau fossa Rossenmuller yang lebih dalam dan

sebagian kecil dinding lateral. Tipe ini sering tumbuh progresif infiltatif,

meluas pada bagian lateral, atap nasofaring dan tulang basis cranium. Lesi ini

juga sering merusak foramen dan meluas pada fossa cerebralis media

melibatkan beberapa nervus cranial (II.III,IV,V,VI) yang menimbulkan

kelainan neurologik.

b.Nodular

Biasanya berbentuk anggur atau polipoid tanpa adanya ulserasi tetapi kadang-

kadang terjadi ulserasi kecil. Lesi terbanyak muncul di area tuba eustachius

sehingga menyebabkan sumbatan tuba. Tumor dapat meluas pada

retrospenoidal dan tumbuh disekitar syaraf cranial namun tidak menimbulkan

gangguan neurologik. Pada stadium lanjut tumor dapat meluas pada fossa

cerebralis media dan merusak basis cranii atau meluas ke daerah orbita

melalui fossa orbitalis inferior dan dapat menginvasi sinus maksilaris melalui

os ethmoid

c.Eksofitik

Biasanya non-ulseratif, tumbuh pada satu sisi nasofaring, kadang-kadang

bertangkai dan permukaan licin. Tumor muncul dari bagian atap, mengisi

cavum nasi dan menimbulkan penyumbatan hidung. Tumor ini mudah

nekrosis dan berdarah sehingga menyebabkan epistaksis. Tumor bentuk ini

3
cepat mencapai sinus maksilaris dan rongga orbita sehingga menyebakan

eksoftalmus unilateral. Tipe ini jarang melibatkan syaraf cranial.

Klasifikasi gambaran histopatologi yang direkomendasikan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe, yaitu :

1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).

Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi baik, sedang dan buruk.

2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma).

Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa

tanpa jembatan intersel. Pada umumnya batas sel cukup jelas.

3. Karsinoma tidak berdiferensiasi (Undifferentiated Carcinoma).

Pada tipe ini sel tumor secara individu memperlihatkan inti yang vesikuler,berbentuk

oval atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya batas sel tidak terlihat

dengan jelas.

Terdapat kesamaan antara tipe II dan III sehingga selanjutnya disarankan pembagian

stadium KNF terbaru hanya dibagi atas 2 tipe, yaitu :

1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).

2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma).

Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi berdiferensiasi dan tak berdiferensiasi.

6. DIAGNOSIS

4
Diagnosis KNF dapat ditegakkan melalui :

a. Gejala Klinis

Gejala KNF dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu :

a. Gejala nasofaring

Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis ringan atau sumbatan hidung.

b. Gejala pada telinga

Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal

tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan dapat berupa

tinitus, rasa tidak nyaman di telinga sampai nyeri telinga (otalgia).

c. Gejala mata dan syaraf

Letak nasofaring yang berdekatan dengan rongga tengkorak melalui beberapa

lobang maka gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut

karsinoma ini. Penjalaran melalui foramen laserum akan mengenai saraf otak ke III,

IV, VI dan dapat pula ke V, sehingga tidak jarang gejala diplopia yang membawa

pasien lebih dahulu ke dokter mata. Neuralgia trigeminal merupakan gejala yang

sering ditemukan oleh ahli saraf jika belum terdapat keluhan lain yang berarti.

d. Gejala di leher

Metastasis ke kelenjar leher dalam bentuk benjolan di leher yang mendorong

pasien untuk berobat, karena sebelumnya tidak terdapat keluhan lain.

Jika ditemukan adanya kecurigaan yang mengarah pada suatu karsinoma

nasofaring, protokol dibawah ini dapat membantu untuk menegakkan diagnosis pasti

serta stadium tumor :

5
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

2. Pemeriksaan nasofaring

3. Biopsi nasofaring

4. Pemeriksaan Patologi Anatomi

5. Pemeriksaan radiologi

6. Pemeriksaan neuro-oftalmologi

7. Pemeriksaan serologi.

Pasien sering menampakkan pembesaran pada KGB servikal. Diagnosis

dikonfirmasi melalui biopsi tumor primer atau melaui pemeriksaan sitologi dengan

menggunakan biopsi aspirasi jarum halus pada leher yang membesar.

Di Hongkong telah dilaksanakan tes serologi IgA terhadap EBV sebagai prosedur

skrining terhadap pasien dengan resiko tinggi. Pada pasien dengan peningkatan titer

EBV, pemeriksaan endoskopik dan biopsy nasofaring diindikasikan untuk mendeteksi

kanker pada stadium dini. Pemeriksaan endoskopi fleksibel bermanfaat untuk

menentukan ukuran tumor dan mendapatkan specimen biopsy.

b. Stadium

Penentuan stadium yang terbaru berdasarkan atas kesepakatan antara UICC

(Union Internationale Contre Cancer) pada tahun 1992 adalah sebagai berikut :

T = Tumor, menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan perluasannya.

T0 : Tidak tampak tumor

T1 : Tumor terbatas pada 1 lokasi di nasofaring

T2 : Tumor meluas lebih dari 1 lokasi, tetapi masih di dalam rongga nasofaring

T3 : Tumor meluas ke kavum nasi dan / atau orofaring

6
T4 : Tumor meluas ke tengkorak dan / sudah mengenai saraf otak

N = Nodul, menggambarkan keadaan kelenjar limfe regional

N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar

N1 : Terdapat pembesaran kelenjar homolateral yang masih dapat digerakkan

N2 : Terdapat pembesaran kelenjar kontralateral / bilateral yang masih dapat digerakkan

N3 : Terdapat pembesaran kelenjar baik homolateral, kontralateral atau bilateral, yang

sudah melekat pada jaringan sekitar.

M = Metastase, menggambarkan metastase jauh

M0 : Tidak ada metastase jauh

M1 : Terdapat metastase jauh.

Berdasarkan TNM tersebut di atas, stadium penyakit dapat ditentukan :

Stadium I : T1 N0 M0

Stadium II : T2 N0 M0

Stadium III : T3 N0 M0

T1,T2,T3 N1 M0

Stadium IV : T4 N0,N1 M0

Tiap T N2,N3 M0

Tiap T Tiap N M1

7. TATALAKSANA

Radioterapi masih merupakan pengobatan utama dan ditekankan pada

penggunaan megavoltage dan pengaturan dengan computer. Pengobatan tambahan yang

7
diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon,

kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus .

1. Radioterapi

Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting dalam

penatalaksanaan KNF. Penatalaksanaan pertama untuk KNF adalah radioterapi dengan

atau tanpa kemoterapi.

Radioterapi adalah metode pengobatan penyakit maligna dengan menggunakan

sinar peng-ion, bertujuan untuk mematikan sel-sel tumor sebanyak mungkin dan

memelihara jaringan sehat di sekitar tumor agar tidak menderita kerusakan terlalu berat.

Karsinoma nasofaring bersifat radioresponsif sehingga radioterapi tetap merupakan terapi

terpenting.

Hasil pengobatan yang dinyatakan dalam angka respons terhadap penyinaran

sangat tergantung pada stadium tumor. Makin lanjut stadium tumor, makin berkurang

responsnya. Untuk stadium I dan II, diperoleh respons komplit 80% - 100% dengan terapi

radiasi. Sedangkan stadium III dan IV, ditemukan angka kegagalan respons lokal dan

metastasis jauh yang tinggi, yaitu 50% - 80%. Angka ketahanan hidup penderita KNF

dipengaruhi beberapa factor diantaranya yang terpenting adalah stadium penyakit.

2. Kemoterapi

Pemberian kemoterapi sebagai terapi tambahan pada KNF ternyata dapat

meningkatkan hasil terapi terutama pada stadium lanjut atau pada keadaan relaps. Hasil

8
penelitian menggunakan kombinasi cisplatin-radiotheraphy pada kanker leher dan kepala,

termasuk KNF, menunjukkan hasil yang memuaskan. Cisplatin dapat bertindak sebagai

agen sitotoksik dan radiation sensitizer. Jadwal optimal cisplatin masih belum dapat

dipastikan, namun pemakaian sehari-hari dengan dosis rendah, pemakaian 1 kali

seminggu dengan dosis menengah, atau 1 kali 3 minggu dengan dosis tinggi telah banayk

digunakan.

Agen kemoterapi dengan jendela terapi yang lebar telah digunakan pada pasien

dengan recurren lokal dan metastatik KNF. Agen yang telah dipakai yaitu metothrexat,

bleomycin, 5 FU, cisplatin dan carboplatin merupakan agen yang paling efektif dengan

respon berkisar 15-31%. Agen aktif yang lebih baru meliputi paklitaxel dan gemcitibine.

Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi pada penduduk yang

bertempat tinggal di daerah dengan resiko tinggi, migrasi penduduk dari daerah resiko

tinggi ke tempat lainnya, penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara

memasak makanan untuk mencegah akibat yang timbul dari bahan-bahan yang

berbahaya, penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan

keadaan sosial ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan kemungkinan-

kemungkinan factor penyebab. Selain itu juga dapat dilakukan tes serologi IgA-anti CVA

dan IgA anti EA secara massal di masa yang akan datang bermanfaat dalam menentukan

KNF secara dini.

9
ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S Tanggal pemeriksaan : 24-08-2009

Umur : 44 tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Suku Bangsa : Minang

Alamat : Koto kinali, Pasaman barat

ANAMNESIS

Seorang pasien perempuan berumur 44 tahun dirawat di Bangsal THT RS DR.M Djamil

Padang sejak tanggal 15 agustus 2009, dengan :

Keluhan Utama :

Bengkak pada leher kanan sejak 10 bulan sebelum masuk rumah sakit

Riwayat Penyakit Sekarang :

• Bengkak pada leher kanan sejak 10 bulan sebelum masuk rumah sakit, awalnya

bengkak dirasakan sebesar telur puyuh makin lama makin membesar dan

sekarang sebesar telur ayam kampung dan disertai nyeri

• Riwayat keluar darah dari hidung pada 12 bulan yang lau, darah menetes,

bercampur lendir, jumlahnya ± sehelai sapu tangan, darah berwarna merah

kehitaman.

10
• Gangguan penciuman ada, pasien merasa penciumannya berkurang.

• Riwayat keluar cairan pada telingan kanan ± 2 tahun yang lalu, cairan berwarna

putih kekuningan, kental, tidak berbau dan keluar tidak terus menerus. Gangguan

pendengaran ada.

• Suara berubah menjadi serak sejak 10 bulan yang lalu.

• Gangguan penglihatan tidak ada.

• Penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir ± 6 Kg.

• Susah menelan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, sekarang pasien hanya bisa

makan makanan cair.

• Demam tidak ada.

• Riwayat batuk lama tidak ada.

• Sesak nafas tidak ada.

• Nyeri pada punggung atau tulang belakang tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada yang berhubungan

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang menderita tumor leher atau tumor pada anggota tubuh

yang lain

Riwaya

Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan:

11
• Pasien seorang ibu rumah tangga

• Konsumsi ikan asin dan makanan yang dibakar sering.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 85 x/menit

Frekuensi nafas : 22 x/menit

Suhu : Afebris

Pemeriksaan sistemik

Kepala : tidak ada kelainan

Mata : Konjungtiva : tidak anemis

Sklera : tidak ikterik

Toraks : dalam batas normal

Jantung : dalam batas normal

Abdomen : hepar dan lien tidak teraba

Extremitas : tidak ada kelainan, edem (–)

STATUS LOKALIS THT

12
Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Kel. Kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Daun Telinga
Kel. Metabolik - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan - -
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Dinding Liang Sempit - -
Hiperemi - -
Telinga Edema - -
Massa - -
Bau - -
Warna Kecoklatan Kecoklatan
Sekret / Serumen
Jumlah Sedikit Sedikit
Jenis Kering Kering
Membran Timpani
Warna Putih mengkilat -
Refleks cahaya + -
Utuh Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Jumlah perforasi - Satu
Jenis - Sentral
Perforasi
Kwadran - -
Pinggir - Tidak rata

Gambar

Tanda radang - -
Fistel - -
Mastoid Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Tes Garpu tala Rinne + -
Schwabach Sama dengan Memanjang

pemeriksa
Weber Lateralisasi ke kiri

13
Kesimpulan Tuli Konduktif AS dan AD normal
Audiometri Tidak ada Tidak ada

Hidung

Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra


Deformitas - -
Kelainan congenital - -
Hidung luar Trauma - -
Radang - -
Massa - -

Sinus Paranasal

Pemeriksaan Dextra Sinistra


Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -

Rinoskopi Anterior

Vestibulum Vibrise + +
Radang - -
Kavum nasi Cukup lapang (N) Cukup lapang -
Sempit - Sempit
Lapang - -
Sekret Lokasi Kavim nasi Kavum nasi
Jenis Darah Darah
Jumlah Sedikit Sedikit
Bau - -
Konka inferior Ukuran Eutrofi Hipertrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Konka media Ukuran Eutrofi Sukar dinilai
Warna Merah muda Sukar dinilai
Permukaan Licin Sukar dinilai

14
Edema - Sukar dinilai
Septum Cukup lurus/deviasi Cukup lurus
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Spina - -
Krista - -
Abses - -
Perforasi - -
Massa Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh - -

vasokonstriktor

Gambar

Rinoskopi Posterior

Sukar Dinilai

Orofaring dan Mulut

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Palatum mole + Simetris/tidak Tidak Simetris Tidak Simetris
Warna Hiperemis Hiperemis
Arkus faring Edema (+) (+)
Bercak/eksudat - -
Dinding Faring Warna Hiperemis Hiperemis
Permukaan Licin Licin
Tonsil Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda

15
Permukaan Rata Rata
Muara kripti Tidak Melebar
Detritus Tidak Ada Tidak ada
Eksudat - -
Perlengketan dg - -

pilar
Peritonsil Warna Merah muda
Edema - -
Abses - -
Tumor Lokasi Palatum mole
Bentuk Bernodul
Ukuran
Permukaan Kelereng
Konsistensi
Tidak rata

Lunak
Karies/radiks + +
Gigi
Kesan
Warna Bercak putih Bercak putih
Bentuk Normal Normal
Lidah
Deviasi - -
Massa - -

Gambar

Laringoskopi Indirek

Sukar dinilai

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher

• KGB level I Dextra : massa (+), konsistensi kenyal padat, terfiksir, ukuran > 6 cm

Benjolan berukuran 6x3x2 cm , konsistensi kenyal padat, permukaan rata,


warna sama dengan kulit sekitar, batas tegas, terfixir, nyeri tekan (+) dan
tidak ikut bergerak bila menelan.

16
• KGB level I Sinistra massa (+), konsistensi kenyal padat, terfiksir, ukuran 5 cm

Benjolan berukuran 5x2x1 cm , konsistensi kenyal padat, permukaan rata,


warna sama dengan kulit sekitar, batas tegas, terfixir, nyeri tekan (+) dan
tidak ikut bergerak bila menelan.

WD/ suspek karsinoma nasofaring

Pemeriksaan penujang:

• CT-scan

CT-scan nasofaring potongan coronal-axial (12/8/2009)

Tampak lesi isodens di daerah nasofaring kanan dan kiri yang meluas ke

kavum nasi. Sinus maksila kanan dan kiri ... osteomeatal kompleks kiri tertutup.

Tampak pembesaran KGB leher dan sub mandibula. Tidak tampak infiltrasi atau

massa ke intrakranial.

Kesan: suspek karsinoma nasofaring

• Rontgen torak

• Biopsi

Telah dilakukan biopsi dalam nakrose umum (18/8/2009)

Hasil patologi anatomi ( 20/8/2009)

Makroskopi : I. Kiri, potongan jaringan keputihan 1cmx1cmx1cm

II. Kanan, potongan jaringan keputihan 1cmx1cmx1cm

III. Palatum, sepotong jaringan putih 1x1cm/2x1cm/4cm

Mikroskopi : I.Sedian nasofaring kiri tampak kelompokan-kelompokan sel

polimorf, besar, inti pleomorfik,hiperkhromatik, kromatin kasar, ada

mitosis.

17
D/ Skoamos sel karsinoma,moderately differentiated

II. Sediaan dari nasofaring kanan tampak gambaran sama dengan I.

III. Sediaan dari palatum tampak gambaran sama dengan I dan II.

RESUME

(DASAR DIAGNOSIS)

Anamnesis :

• Benjolan pada daerah leher, makin lama makin membesar

• Riwayat keluar darah dari hidung pada 12 bulan yang lau, darah menetes,

bercampur lendir.

• Gangguan penciuman ada, pasien merasa penciumannya berkurang, dan hidung

terasa tersumbat.

• Riwayat keluar cairan pada telingan kanan ± 2 tahun yang lalu, cairan berwarna

putih kekuningan, kental, tidak berbau dan keluar tidak terus menerus. Gangguan

pendengaran ada.

• Suara berubah menjadi serak.

• Pemeriksaan Fisik :

Telinga kiri: perforasi sentral, pinggir tidak rata.

Tes garpu tala, kesimpulan tuli konduktif AS

Rinoskopi anterior: darah (+) di kavum nasi, jumlah sedikit di kedua kavum nasi.

Konka inferior kiri hipertrofi, warna merah muda, edema (-).

18
Palatum mole: asimetris, hiperemis, edema (+), tumor (+) di palatum mole bentuk

bernodul, ukuran sebesar kelereng, permukaan tidak rata, konsistensi lunak.

Laringoskopi indirek : Sukar dinilai

• Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher

KGB level I Dextra : massa (+), konsistensi kenyal padat, terfiksir, ukuran > 6 cm

KGB level I Sinistra massa (+), konsistensi kenyal padat, terfiksir, ukuran 5 cm

• Hasil patologi anatomi

Makroskopi : I. Kiri, potongan jaringan keputihan 1cmx1cmx1cm

II. Kanan, potongan jaringan keputihan 1cmx1cmx1cm

III. Palatum, sepotong jaringan putih 1x1cm/2x1cm/4cm

Mikroskopi : I.Sedian nasofaring kiri tampak kelompokan-kelompokan sel

polimorf, besar, inti pleomorfik,hiperkhromatik, kromatin kasar, ada

mitosis.

D/ Skoamos sel karsinoma,moderately differentiated

II. Sediaan dari nasofaring kanan tampak gambaran sama dengan I.

III. Sediaan dari palatum tampak gambaran sama dengan I dan II.

Diagnosis : Ca nasofaring

Diagnosis Tambahan : OMSK tipe benigna fase tenang AS

Diagnosis Banding : Carsinoma laring

19
Pemeriksaan Anjuran : CT scan nasofaring

Ro thorak

Biopsi

Terapi :

- Ambacin 2x1 gram

- Transamin 1 amp IV

- Tramadol 3x1 ampl IV

Terapi Anjuran : - Radioterapi

- Kemoterapi

Prognosis :

 Quo ad Vitam : dubia et malam

 Quo ad Sanam : dubia et malam

20

Anda mungkin juga menyukai