1 ANATOMI
Nasofaring merupakan suatu rongga dengan dinding kaku diatas, belakang dan
lateral yang secara anatomi termasuk bagian faring, ke arah anterior berhubungan
dengan rongga hidung melalui koana dan tepi belakang septum nasi, sehingga sumbatan
hidung merupakan gangguan yang sering timbul. Ke arah posterior, dinding nasofaring
belakang nasofaring berbatasan dengan ruang retrofaring, fasia pre vertebralis dan otot-
otot dinding faring. Pada dinding lateral nasofaring terdapat orifisium tuba Eustachius,
dimana orifisium ini dibatasi superior dan posterior oleh torus tubarius sehingga
penyebaran tumor ke lateral akan menyebabkan sumbatan orifisium tuba Eustachius dan
Fossa Russenmuler yang merupakan lokasi tersering Karsinoma Nasofaring. Pada atap
nasofaring sering terlihat lipatan-lipatan mukosa yang dibentuk oleh jaringan lunak sub
mukosa dimana pada usia muda dinding postero-superior nasofaring umumnya tidak
2. EPIDEMIOLOGI
Menurut kepustakaan, KNF ditemukan lebih tinggi pada ras Mongoloid. Hal ini
sangat berkaitan erat dengan masyarakat Indonesia yang cukup banyak memiliki
kekerabatan dekat dengan ras ini. Letak geografis Indonesia pada daerah endemik KNF
mendukung tingginya keganasan ini. Insidens tertinggi untuk KNF terjadi di Cina bagian
1
selatan terutama di distrik Kwantung (Guangdong). Daerah ini merupakan endemic KNF
dengan insidens rata-rata 15-50/100.000, terjadi pada usia rata-rata 40-50 tahun, kisaran
usia yang lebih muda dibandingkan kanker kepala dan leher lainnya. Insidens meningkat
setelah usia 20 tahun dan menurun setelah usia 60 tahun. Bangsa Cina baik dinegeri asal
Perbandingan antara pria dan wanita adalah 3:1. Insiden minimum KNF
dilaporkan di Ujung Pandang pada tahun 1977 untuk laki-laki adalah 3,95 per 100.000
penduduk laki-laki dan untuk perempuan 1,44 per 100.000 penduduk. Penelitian yang
dilakukan di RSCM periode 1982-1987 menemukan umur pasien berkisar antara 8-83
tahun dengan kekerapan tertinggi pada umur 40-50 tahun. Munir (1992) pada tempat
yang sama mendapatkan umur pasien berkisar antara 10-73 tahun dengan kekerapan
3. ETIOLOGI
Perbedaan geografis yang mencolok dalam insidens kejadian KNF memberi kesan
terdapat interaksi antara factor lingkungan dan genetic. KNF jarang dipengaruhi oleh
penggunaan tembakau dan alkohol. Hingga saat ini etiologi KNF belum pasti sama
halnya dengan etiologi neoplasia secara keseluruhan. Tetapi sudah hampir dipastikan
bahwa keganasan ini berhubungan dengan infeksi EBV karena titer anti EBV yang lebih
tinggi didapatkan pada hampir semua pasien. Kaitan dengan konsumsi ikan asin sejak
4. PATOLOGI
2
Patologi pada KNF dapat ditinjau secara makroskopis dan mikroskopis
a.Ulseratif
dinding posterior nasofaring atau fossa Rossenmuller yang lebih dalam dan
sebagian kecil dinding lateral. Tipe ini sering tumbuh progresif infiltatif,
meluas pada bagian lateral, atap nasofaring dan tulang basis cranium. Lesi ini
juga sering merusak foramen dan meluas pada fossa cerebralis media
kelainan neurologik.
b.Nodular
Biasanya berbentuk anggur atau polipoid tanpa adanya ulserasi tetapi kadang-
kadang terjadi ulserasi kecil. Lesi terbanyak muncul di area tuba eustachius
gangguan neurologik. Pada stadium lanjut tumor dapat meluas pada fossa
cerebralis media dan merusak basis cranii atau meluas ke daerah orbita
melalui fossa orbitalis inferior dan dapat menginvasi sinus maksilaris melalui
os ethmoid
c.Eksofitik
bertangkai dan permukaan licin. Tumor muncul dari bagian atap, mengisi
3
cepat mencapai sinus maksilaris dan rongga orbita sehingga menyebakan
Kesehatan Dunia (WHO) sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe, yaitu :
Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi baik, sedang dan buruk.
Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa
Pada tipe ini sel tumor secara individu memperlihatkan inti yang vesikuler,berbentuk
oval atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya batas sel tidak terlihat
dengan jelas.
Terdapat kesamaan antara tipe II dan III sehingga selanjutnya disarankan pembagian
Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi berdiferensiasi dan tak berdiferensiasi.
6. DIAGNOSIS
4
Diagnosis KNF dapat ditegakkan melalui :
a. Gejala Klinis
a. Gejala nasofaring
Gangguan pada telinga merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal
tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa Rosenmuller). Gangguan dapat berupa
lobang maka gangguan beberapa saraf otak dapat terjadi sebagai gejala lanjut
karsinoma ini. Penjalaran melalui foramen laserum akan mengenai saraf otak ke III,
IV, VI dan dapat pula ke V, sehingga tidak jarang gejala diplopia yang membawa
pasien lebih dahulu ke dokter mata. Neuralgia trigeminal merupakan gejala yang
sering ditemukan oleh ahli saraf jika belum terdapat keluhan lain yang berarti.
d. Gejala di leher
nasofaring, protokol dibawah ini dapat membantu untuk menegakkan diagnosis pasti
5
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan nasofaring
3. Biopsi nasofaring
5. Pemeriksaan radiologi
6. Pemeriksaan neuro-oftalmologi
7. Pemeriksaan serologi.
dikonfirmasi melalui biopsi tumor primer atau melaui pemeriksaan sitologi dengan
Di Hongkong telah dilaksanakan tes serologi IgA terhadap EBV sebagai prosedur
skrining terhadap pasien dengan resiko tinggi. Pada pasien dengan peningkatan titer
b. Stadium
(Union Internationale Contre Cancer) pada tahun 1992 adalah sebagai berikut :
T2 : Tumor meluas lebih dari 1 lokasi, tetapi masih di dalam rongga nasofaring
6
T4 : Tumor meluas ke tengkorak dan / sudah mengenai saraf otak
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III : T3 N0 M0
T1,T2,T3 N1 M0
Stadium IV : T4 N0,N1 M0
Tiap T N2,N3 M0
Tiap T Tiap N M1
7. TATALAKSANA
7
diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon,
1. Radioterapi
sinar peng-ion, bertujuan untuk mematikan sel-sel tumor sebanyak mungkin dan
memelihara jaringan sehat di sekitar tumor agar tidak menderita kerusakan terlalu berat.
terpenting.
sangat tergantung pada stadium tumor. Makin lanjut stadium tumor, makin berkurang
responsnya. Untuk stadium I dan II, diperoleh respons komplit 80% - 100% dengan terapi
radiasi. Sedangkan stadium III dan IV, ditemukan angka kegagalan respons lokal dan
metastasis jauh yang tinggi, yaitu 50% - 80%. Angka ketahanan hidup penderita KNF
2. Kemoterapi
meningkatkan hasil terapi terutama pada stadium lanjut atau pada keadaan relaps. Hasil
8
penelitian menggunakan kombinasi cisplatin-radiotheraphy pada kanker leher dan kepala,
termasuk KNF, menunjukkan hasil yang memuaskan. Cisplatin dapat bertindak sebagai
agen sitotoksik dan radiation sensitizer. Jadwal optimal cisplatin masih belum dapat
seminggu dengan dosis menengah, atau 1 kali 3 minggu dengan dosis tinggi telah banayk
digunakan.
Agen kemoterapi dengan jendela terapi yang lebar telah digunakan pada pasien
dengan recurren lokal dan metastatik KNF. Agen yang telah dipakai yaitu metothrexat,
bleomycin, 5 FU, cisplatin dan carboplatin merupakan agen yang paling efektif dengan
respon berkisar 15-31%. Agen aktif yang lebih baru meliputi paklitaxel dan gemcitibine.
Pencegahan
bertempat tinggal di daerah dengan resiko tinggi, migrasi penduduk dari daerah resiko
tinggi ke tempat lainnya, penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara
memasak makanan untuk mencegah akibat yang timbul dari bahan-bahan yang
keadaan sosial ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan kemungkinan-
kemungkinan factor penyebab. Selain itu juga dapat dilakukan tes serologi IgA-anti CVA
dan IgA anti EA secara massal di masa yang akan datang bermanfaat dalam menentukan
9
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Umur : 44 tahun
ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berumur 44 tahun dirawat di Bangsal THT RS DR.M Djamil
Keluhan Utama :
Bengkak pada leher kanan sejak 10 bulan sebelum masuk rumah sakit
• Bengkak pada leher kanan sejak 10 bulan sebelum masuk rumah sakit, awalnya
bengkak dirasakan sebesar telur puyuh makin lama makin membesar dan
• Riwayat keluar darah dari hidung pada 12 bulan yang lau, darah menetes,
kehitaman.
10
• Gangguan penciuman ada, pasien merasa penciumannya berkurang.
• Riwayat keluar cairan pada telingan kanan ± 2 tahun yang lalu, cairan berwarna
putih kekuningan, kental, tidak berbau dan keluar tidak terus menerus. Gangguan
pendengaran ada.
• Susah menelan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, sekarang pasien hanya bisa
Tidak ada anggota keluarga yang menderita tumor leher atau tumor pada anggota tubuh
yang lain
Riwaya
11
• Pasien seorang ibu rumah tangga
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran : CMC
Suhu : Afebris
Pemeriksaan sistemik
12
Telinga
Gambar
Tanda radang - -
Fistel - -
Mastoid Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Tes Garpu tala Rinne + -
Schwabach Sama dengan Memanjang
pemeriksa
Weber Lateralisasi ke kiri
13
Kesimpulan Tuli Konduktif AS dan AD normal
Audiometri Tidak ada Tidak ada
Hidung
Sinus Paranasal
Rinoskopi Anterior
Vestibulum Vibrise + +
Radang - -
Kavum nasi Cukup lapang (N) Cukup lapang -
Sempit - Sempit
Lapang - -
Sekret Lokasi Kavim nasi Kavum nasi
Jenis Darah Darah
Jumlah Sedikit Sedikit
Bau - -
Konka inferior Ukuran Eutrofi Hipertrofi
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Konka media Ukuran Eutrofi Sukar dinilai
Warna Merah muda Sukar dinilai
Permukaan Licin Sukar dinilai
14
Edema - Sukar dinilai
Septum Cukup lurus/deviasi Cukup lurus
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Spina - -
Krista - -
Abses - -
Perforasi - -
Massa Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh - -
vasokonstriktor
Gambar
Rinoskopi Posterior
Sukar Dinilai
15
Permukaan Rata Rata
Muara kripti Tidak Melebar
Detritus Tidak Ada Tidak ada
Eksudat - -
Perlengketan dg - -
pilar
Peritonsil Warna Merah muda
Edema - -
Abses - -
Tumor Lokasi Palatum mole
Bentuk Bernodul
Ukuran
Permukaan Kelereng
Konsistensi
Tidak rata
Lunak
Karies/radiks + +
Gigi
Kesan
Warna Bercak putih Bercak putih
Bentuk Normal Normal
Lidah
Deviasi - -
Massa - -
Gambar
Laringoskopi Indirek
Sukar dinilai
• KGB level I Dextra : massa (+), konsistensi kenyal padat, terfiksir, ukuran > 6 cm
16
• KGB level I Sinistra massa (+), konsistensi kenyal padat, terfiksir, ukuran 5 cm
Pemeriksaan penujang:
• CT-scan
Tampak lesi isodens di daerah nasofaring kanan dan kiri yang meluas ke
kavum nasi. Sinus maksila kanan dan kiri ... osteomeatal kompleks kiri tertutup.
Tampak pembesaran KGB leher dan sub mandibula. Tidak tampak infiltrasi atau
massa ke intrakranial.
• Rontgen torak
• Biopsi
mitosis.
17
D/ Skoamos sel karsinoma,moderately differentiated
III. Sediaan dari palatum tampak gambaran sama dengan I dan II.
RESUME
(DASAR DIAGNOSIS)
Anamnesis :
• Riwayat keluar darah dari hidung pada 12 bulan yang lau, darah menetes,
bercampur lendir.
terasa tersumbat.
• Riwayat keluar cairan pada telingan kanan ± 2 tahun yang lalu, cairan berwarna
putih kekuningan, kental, tidak berbau dan keluar tidak terus menerus. Gangguan
pendengaran ada.
• Pemeriksaan Fisik :
Rinoskopi anterior: darah (+) di kavum nasi, jumlah sedikit di kedua kavum nasi.
18
Palatum mole: asimetris, hiperemis, edema (+), tumor (+) di palatum mole bentuk
KGB level I Dextra : massa (+), konsistensi kenyal padat, terfiksir, ukuran > 6 cm
KGB level I Sinistra massa (+), konsistensi kenyal padat, terfiksir, ukuran 5 cm
mitosis.
III. Sediaan dari palatum tampak gambaran sama dengan I dan II.
Diagnosis : Ca nasofaring
19
Pemeriksaan Anjuran : CT scan nasofaring
Ro thorak
Biopsi
Terapi :
- Transamin 1 amp IV
- Kemoterapi
Prognosis :
20