Oleh :
Ir. Beny Harjadi,MSc
Arina Miardini, S.Hut
Gunawan
Bambang Dwi Atmoko
Aris Boediyono
(18.1.1.12)
Ir.Ahmad Agus Munawar, MP Drs.Irfan Budi Pramono, MSc Ir. Beny Harjadi, MSc
NIP. 19610827.198903.1.002 NIP.19600513.198603.0.001 NIP.19610317 199002 1 001
Disahkan oleh
Kepala Balai Penelitian Kehutanan Solo
ii
KATA PENGANTAR
LHP (Laporan Hasil Penelitian Tim) ini merupakan hasil kegiatan yang berjudul
“Analisis Kerentanan Tumbuhan Hutan Akibat Perubahan Iklim (Variasi Musim dan
Cuaca Ekstrim)”. Kegiatan ini merupakan Sub kegiatan dari Info/Hasil Analisis
Tentang Kerentanan Hutan Tropis Terhadap Perubahan Iklim dan Rekomendasi
Kebijakan Adaptasinya dan merupakan bagian RPI (Rencana Penelitian Integratif) dari
“Adaptasi Bioekologi Dan Sosial Ekonomi Budaya Masyarakat Terhadap Perubahan
Iklim (Ekosistem Pantai Dan Pegunungan)”. Dengan selesainya penyusunan LHP ini
diharapkan dapat memberikan informasi tentang tingkat kerentanan tumbuhan hutan serta
upaya adaptasinya terhadap perubahan iklim (variasi musim dan cuaca ekstrim). Tim
menyadari bahwa LHP masih jauh dari kesempurnaan sehingga kami harapkan saran dan
kritik yang membangun.
iii
Analisis Kerentanan Tumbuhan Hutan Akibat Perubahan Iklim
(Variasi Musim dan Cuaca Ekstrim)
Oleh :
Beny Harjadi, Arina Miardini, Gunawan, Bambang Dwi Atmoko, Aris Boediyono
ABSTRAK
Perubahan iklim saat ini telah menjadi iso global. Perubahan iklim
berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung pada seluruh aspek
kehidupan. Dampak perubahan iklim lebih terlihat nyata pada hutan boreal dari pada
type hutan lainnya, namun berbagai faktor terkait dengan kerentanan hutan terhadap
perubahan iklim/variasi musim lebih terlihat nyata di hutan tropis. Hal ini terjadi pula
pada ekosistem hutan tropis di Indonesia. Dampak dari perubahan iklim terhadap suatu
ekosistem berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Timbulnya dampak perubahan iklim
yang cenderung bervariasi ini disebabkan karena perbedaan tingkat kerentanan
ekosistem hutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi tumbuhan hutan
di TN Baluran melalui inventarisasi vegetasi: struktur dan komposisi serta distribusi
vegetasi dan pemetaan status kerentanan ekosistem hutan terhadap perubahan iklim.
Indikasi perubahan iklim(variasi musim dan cuaca ekstrim) di TN Baluran diketahui
adanya kecenderungan kenaikan pada beberapa parameter iklim. Adanya indikasi yang
mengarah perubahan iklim(variasi musim dan cuaca ekstrim) di TN Baluran ini belum
memberikan pengaruh terhadap tumbuhan hutan di TN Baluran. Keanekaragaman jenis
tumbuhan di TN Baluran berdasarkan indeks shannon wienner tergolong tinggi baik
pada tingkat semai,pancang, tiang maupun pohon berkisar antara 3.185 sampai 3.025.
Adanya keanekaragaman tinggi ini menandakan penyebaran jumlah individu tiap spesies
tinggi dan kestabilan komunitas juga tinggi. Penilaian kerentanan TN Baluran terhadap
perubahan iklim dilakukan dengan melihat faktor dinamis dan tetap. Kerentanan tetap di
TN Baluran tergolong tahan-rentan. Kerentanan dinamis menunjukkan bahwa dalam
kurun 11 tahun telah terjadi peningkatan starus kerentanan dari sedang menjadi rentan
sebesar 45.06%. Pada tahun 1999 tingkat kerentanan TN Baluran tergolong tahan-
rentan, sedangkan tahun 2010 tergolong sedang- sangat rentan.
iv
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................2
C.Tujuan dan Sasaran RPI .....................................................................................3
D.Tujuan dan Sasaran ............................................................................................3
E. Luaran Tahun 2010............................................................................................4
F. Ruang Lingkup Tahun 2010 ..............................................................................4
G. Hasil yang Telah Dicapai..................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................... 5
A. Perubahan Iklim ...............................................................................................5
B. Dampak Perubahan Iklim terhadap Hutan ........................................................5
C. Kerentanan terhadap Perubahan Iklim ..............................................................6
III. METODOLOGI ................................................................................................................. 8
A. Bahan dan Alat..................................................................................................8
B. Metode..............................................................................................................8
v
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 18
A. Analisis Kondisi TN Baluran..........................................................................18
a.1. Kelas Ketinggian Tempat di TN Baluran........................................... 18
a.2. Kelas Kemiringan Lereng di TN Baluran .......................................... 19
a.3. Kelas Arah Lereng (Aspek) di TN Baluran ....................................... 20
B. Indikasi Perubahan Iklim di TN Baluran ........................................................21
C. Inventarisasi Vegetasi .....................................................................................23
c.1. Struktur dan Komposisi Vegetasi di TN Baluran .................................................... 23
c.2. Distribusi Tumbuhan Hutan..................................................................................... 24
• Hutan Pantai...........................................................................................27
• Savana ....................................................................................................30
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Kondisi Kelas Letak ketinggian Tempat di TN Baluran dari Hasil Analisis Citra
SRTM (Shuttle Radar Thematic Mapper) .................................................................. 18
Tabel 3. Kondisi Kelas Kemiringan Lereng (Slope) di TN Baluran dari Hasil Analisis
Citra SRTM (Shuttle Radar Thematic Mapper) ......................................................... 19
Tabel 4. Kondisi Kelas Arah Kemiringan Lereng (Aspect) di TN Baluran dari Hasil
Analisis Citra SRTM (Shuttle Radar Thematic Mapper) ........................................... 20
Tabel 5. Kondisi Kelas dan Perubahan NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)
di TN Baluran dari Analisis Citra Landsat TM Tahun 1999 dan 2010....................... 32
Tabel 6. Kondisi Kelas dan Perubahan Kelembaban Tanah (WI= Wetness Index) di TN
Baluran dari Analisis Citra Landsat TM Tahun 1999 dan 2010 ................................. 34
Tabel 7. Kondisi Kelas dan Perubahan Penutupan Lahan (GI= Greenness Index) di TN
Baluran dari Analisis Citra Landsat TM Tahun 1999 dan 2010 ................................. 36
Tabel 8. Soil Brightness Index (SBI) di TN Baluran dari Analisis Citra Landsat TM
Tahun 1999 dan 2010.................................................................................................. 38
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Alur Analisis SRTM/DEM untuk Kelas Ketinggian Tempat, Kelas
Kemiringan Lereng dan Kelas Arah Lereng (Aspek) ........................................... 9
Gambar 3. Diagram Alur Tingkat Kerapatan Penutupan Lahan dengan Analisis NDVI
(Normalized Difference Vegetation Index) Tahun 1999 dan 2010 ..................... 12
Gambar 4. Diagram Alur Analisis Transformasi Wetness Index (WI) atau Tingkat
Kekeringan sampai Kelembaban di TN Baluran Tahun 1999 dan 2010 ............ 13
Gambar 5. Diagram Alur Analisis Transformasi Greenness Index (GI) atau Tingkat
Kehijauan/Kerindangan Tanaman di TN Baluran Tahun 1999 dan 2010 .......... 14
Gambar 6. Diagram Alur Analisis Perubahan Soil Brightness Index (SBI) atau Indeks
Kecerahan Tanah di TN Baluran Tahun 1999 dan 2010 .................................... 15
Gambar 7. Diagram Alur Secara Skematik Metodologi Pemetaan Status Kerentanan yang
Diintegrasikan dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG ................... 17
Gambar 8. Geomorfologi Kelas Letak Tinggi Tempat di TN Baluran dari Hasil Analisis .. 18
Gambar 9. Peta Kelas Kemiringan Lereng di Taman Nasional (TN) Baluran dari Hasil
Analisis Citra SRTM (Shuttle Radar Thematic Mapper) ................................... 19
Gambar 10 Peta Kelas Arah Lereng (Aspek) di Taman Nasional Baluran ........................... 20
Gambar 11. a. Suhu Tahunan, b. Suhu Rata-rata Maximal, c. Suhu Rata-rata Minimal ........ 22
Gambar 12.a. Rata-rata Tekanan Udara Maximal, b. Rata-rata Tekanan Udara Minimal .... 22
viii
Gambar 18. Hutan Pantai di TN Baluran................................................................................ 28
Gambar 22. Rusa (Cervus timorensis) dan merak (Pavo muticus) di TN Baluran................. 31
Gambar 26. Peta Kondisi Kelembaban Tanah (WI= Wetness Index) di TN Baluran dari
Analisis Citra Landsat TM Tahun 1999.............................................................. 35
Gambar 27. Peta Kondisi Kelembaban Tanah (WI= Wetness Index) di TN Baluran dari
Analisis Citra Landsat TM Tahun 2010.............................................................. 35
Gambar 28. Peta Kondisi Tutupan Tajuk Kanopi (GI= Greenness Index) di TN Baluran
dari Analisis Citra Landsat TM Tahun 1999 ...................................................... 37
Gambar 29. Peta Kondisi Tutupan Tajuk Kanopi (GI=Greenness Index) di TN Baluran
dari Analisis Citra Landsat TM Tahun 2010 ...................................................... 37
Gambar 30. Peta Index Kegelapan Tanah (SBI=Soil Brighness Index) di TN Baluran dari
Analisis Citra Landsat TM Tahun 1999.............................................................. 39
Gambar 31. Peta Index Kegelapan Tanah (SBI=Soil Brighness Index) di TN Baluran dari
Analisis Citra Landsat TM Tahun 2001.............................................................. 39
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Lampiran 3.. Biaya Penelitian Pelaksanaan Analisis Kerentanan Vegetasi terhadap
Perubahan Iklim tahun 2010 .................................................................. 52
Tabel Lampiran 8.. Hasil Analisis Vegetasi di TN Baluran pada Berbagai Tingkatan
Pertumbuhan ........................................................................................... 57
Tabel Lampiran 10. Data Kondisi Biofisik Lahan Perbukitan di Taman Nasional Baluran
(lembar 1)................................................................................................ 67
Tabel Lampiran 11. Data Kondisi Biofisik Lahan Perbukitan di Taman Nasional Baluran
(......lanjutan lembar 2)............................................................................ 68
Tabel Lampiran 12. Data Kondisi Biofisik Lahan Dataran Rendah di Taman Nasional
Baluran (lembar 1) .................................................................................. 69
Tabel Lampiran 13. Data Kondisi Biofisik Lahan Dataran Rendah di Taman Nasional
Baluran (.........lanjutan lembar 2) ........................................................... 70
Tabel Lampiran 14. Daftar Simbol Kartu Lapang untuk Survai ISDL.................................... 71
Tabel Lampiran 15. Daftar Simbol Kartu Lapang untuk Survai ISDL (……lanjutan) ............ 72
x
xi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan iklim dapat diartikan sebagai perbedaan yang nyata secara statistik
pada nilai rata-rata iklim maupun variabilitas yang terjadi secara luas pada periode waktu
tertentu (IPCC, 2001). Akhir-akhir ini perubahan iklim seperti peningkatan temperatur
yang berkaitan dengan peningkatan kadar CO2 atmosfer (Boland et al., 2004) mulai
diperhatikan kalangan internasional maupun nasional. Adanya perubahan iklim dapat
dilihat antara lain melalui naiknya permukaan air laut, mencairnya tutupan es di daerah
kutub, meningkatnya frekuensi kebakaran, mewabahnya hama penyakit dan munculnya
banyak badai dan cuaca ektrim (IPPC, 2007).
Perubahan iklim berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung pada
seluruh aspek kehidupan. Dampak perubahan iklim lebih terlihat nyata pada hutan boreal
dari pada type hutan lainnya, namun berbagai faktor terkait dengan kerentanan hutan
terhadap perubahan iklim/variasi musim lebih terlihat nyata di hutan tropis (Ayres et al.,
2009). Hal ini terjadi pula pada ekosistem hutan tropis di Indonesia. Hubungan hutan dan
iklim sangatlah erat. Hutan membantu stabilitas lingkungan, seperti: mengeliminasi
temperature ekstrim, meningkatkan presipitasi (hujan), melindungi daerah aliran sungai
(DAS), mencegah erosi tanah dan penurunan kualitas tanah. Hutan juga merupakan
komponen penting dalam siklus carbon secara global, yaitu sebagai penyimpan carbon
dari semua ekosistim terrestrial dan bertindak sebagai penyerap dalam beberapa kondisi.
Besarnya CO2 yang tersimpan dalam ekosistim carbon merupakan suatu penyangga
penting dalam proses perubahan iklim.
Dampak dari perubahan iklim terhadap suatu ekosistem berbeda dari satu tempat
ke tempat lain. Begitu pula dengan vegetasi sebagai salah satu komponen biotik dalam
ekosistem hutan. Suhu yang lebih hangat akan menyebabkan pergeseran spesies vegetasi
dan ekosistem. Daerah pegunungan akan kehilangan banyak spesies vegetasi aslinya dan
digantikan oleh spesies vegetasi dataran rendah. Bersamaan dengan itu kondisi
sumberdaya air yang berasal dari pegunungan juga akan mengalami gangguan.
Selanjutnya stabilitas tanah di daerah pegunungan juga terganggu dan sulit
mempertahankan keberadaan vegetasi aslinya.
1
Perubahan vegetasi menyebabkan variasi karakteristik permukaan bumi seperti
albedo (kemampuan memantulkan) dan roughness (ketinggian vegetasi) mempengaruhi
keseimbangan energi permukaan bumi lewat gangguan evapotranspirasi. Selain itu,
perubahan vegetasi juga dapat mempengaruhi suhu, laju presipitasi, dan curah hujan di
suatu regional. Bencana alam yang dapat terjadi karena perubahan vegetasi di antaranya
adalah banjir, munculnya heatstroke akibat gelombang panas yang tidak diserap karena
hilangnya vegetasi alami, tsunami, kekeringan, dll.
Timbulnya dampak perubahan iklim yang cenderung bervariasi ini disebabkan
karena perbedaan tingkat kerentanan ekosistem hutan. Namun belum banyak penelitian di
Indonesia mengarah kesana kepada kajian kerentanan vegetasi terhadap perubahan iklim.
Informasi kerentanan vegetasi secara detil memerlukan akurasi tinggi pada areal yang
luas, maka dapat dianalisis melalui citra satelit dan sistem informasi geografis (SIG).
Adanya informasi mengenai kerentanan vegetasi terhadap perubahan iklim akan menjadi
referensi yang sangat berguna dalam upaya strategi adaptasi dalam bentuk fisik maupun
managemen pengelolaannya.
B. Rumusan Masalah
Indonesia termasuk salah satu negara mega-biodiversity sehingga Indonesia
berperan dalam menjaga keseimbangan iklim global. Hutan tropis Indonesia merupakan
habiat utama keanekaragaman hayati baik jenis-jenis tumbuhan dan satwaliar. Kekayaan
flora di Indonesia terdiri dari 30.000 sampai 40.000 jenis tumbuhan berbunga, 1.250 jenis
paku – pakuan dan 1.500 jenis lumut.
Perubahan iklim langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada ekosistem
hutan yang nantinya akan berdampak pula terhadap masyarakat sekitar hutan. Namun
tingkat perubahan akan berbeda pada tiap ekosistem bergantung tingkat kerentanan
masing-masing. Kerentanan terhadap perubahan iklim dalam IPCC diartikan sebagai
keterbatasan kapasitas yang dimiliki untuk mengatasi konsekuensi negatif dari perubahan
iklim. Kerentanan dapat juga diartikan sebagai derajat kemudahan suatu sistem terkena
dampak, atau ketidak mampuan untuk menanggulangi dampak, termasuk dampak dari
variabilitas iklim dan kondisi ekstrim.
2
Hutan dan masyarakat memperlihatkan kerentanan yang berbeda terhadap iklim
yang bervariasi, tergantung pada daerah dan tipe hutan, kondisi geografis, latar belakang
budaya, dsb. Dengan adanya kondisi ini maka pengelolaan hutan tropis, kebijakan dan
program pembangunan terkait dengan sektor kehutanan perlu memperhatikan dampak
perubahan iklim dan potensi adaptasi ekosistim hutan dan masyarakat agar kepentingan
khalayak umum terhadap pemenuhan pangan, energy dan air dapat terpenuhi secara
lestari. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pengambil keputusan
untuk penyempurnaan kebijakan dan pengelolaan sumber daya alam (hutan) dengan
adanya dampak perubahan iklim.
3
E. Luaran Tahun 2010
i. Informasi Struktur dan Komposisi serta Distribusi Vegetasi
ii. Peta Status Kerentanan Ekosistem Hutan Terhadap Perubahan Iklim
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perubahan Iklim
Menurut Dra. Cut Meurah Regariana:2004, Cuaca adalah keadaan udara pada saat
tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat.
Iklim didefinisikan sebagai temperatur rata-rata, hujan dan angin pada masa tertentu.
Variasi yang nyata secara statistic nilai rata-rata tersebut pada periode waktu yang
panjang disebutkan sebagai perubahan iklim. Perubahan ini berkaitan dengan proses
salami ataupun antropogenik pada komposisi atmosfer atau perubahan penggunaan lahan
(IPCC, 2001).
Variabel-variabel yang berada dalam ruang lingkup cuaca di antaranya adalah
suhu, daya presipitasi, tekanan udara, kelembaban udara, kecepatan, dan arah angin.
Sedangkan iklim adalah kondisi rata-rata atmosfer, dan berhubungan dengan karakteristik
topografi dan luas permukaan air, dalam suatu region wilayah tertentu, dalam jangka
waktu tertentu yang biasanya terikat dalam durasi bertahun-tahun. (McMichael, 2003)
5
Terkait dengan konsep tersebut, cakupan analisa ini meliputi dua atau lebih hal berikut:
perubahan luasan dan distribusi tipe hutan; komposisi spesies tumbuhan hutan;
perpindahan ekosistem hutan; kelangsungan hidup seedling dan sapling; hilangnya flora
dan fauna endenik yang lazim di suatu daerah (biodiversitas), invasi hama dan penyakit
tanaman atau spesies baru.
Pengaruh perubahan iklim akan sangat spesifik untuk masing masing
perkembangan hama dan penyakit. Garret et al. (2006) menyatakan bahwa perubahan
iklim berpengaruh terhadap penyakit melalui pengaruhnya pada tingkat genom, seluler,
proses fisiologi tanaman dan patogen. Menurut Wiyono (2007) pengaruh faktor iklim
terhadap patogen bisa terhadap siklus hidup patogen, virulensi (daya infeksi), penularan,
dan reproduksi pathogen, sedangkan perkembangan hama perkembangannya dipengaruhi
oleh faktor factor iklim baik langsung maupun tidak langsung. Temperatur, kelembaban
udara relatif dan foroperiodisitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, keperidian,
lama hidup, serta kemampuan diapause serangga. Pengaruh tidak langsung adalah
pengaruh faktor iklim terhadap vigor dan fisiologi tanaman inang, yang akhirnya
mempengaruhi ketahanan tanaman terhadap hama.
V= f (Exposure+Sensitivity-Adaptive Capacity)
6
2. Sensitivitas dimaksudkan sebagai “derajat/tingkat suatu sistem terkena dampak
sebagai akibat dari semua elemen perubahan iklim/variasi musim, termasuk
karakteristik iklim rata-rata, variabilitas iklim, dan frekuensi serta besaran
ekstrim. Dampak tersebut dapat merugikan ataupun menguntungkan. Efek-efek
tersebut dapat secara langsung (seperti perubahan hasil panen karena perubahan
iklim/variasi musim atau variabilitas temperatur) atau secara tidak-langsung
(seperti kerusakan yang disebabkan oleh kenaikan frekuensi banjir di pesisir
sebagai akibat dari kenaikan muka air-laut)” (McCarthy et al., 2001).
3. Kapasitas adaptif (adaptive capacity) didefinisikan sebagai “kemampuan satu
sistem untuk menanggulangi konsekuensi dari perubahan iklim/variasi musim
atau menyesuaikan diri pada perubahan iklim/variasi musim (termasuk
variabilitias iklim dan iklim ekstrim), mengurangi potensi kerusakan, atau
mengambil keuntungan dari kondisi yang disediakan iklim yang berubah tersebut
(McCarthy et al., 2001 dalam Locatelli et al. 2008).
7
III. METODOLOGI
B.Metode
• Analisis Kondisi TN Baluran: Kelas Ketinggian Tempat, Kelas Kemiringan
Lereng dan Kelas Arah Lereng (Aspek), lihat Gambar 1.
8
Citra SRTM - Shuttle Radar Thematic Mapper
Peta DEM - Digital Elevation Model
ASPEK TR=ATAN2(dx,dy)+PI
ASPEK DEG = raddeg(aspecTR)
9
• Indikasi Perubahan Iklim di TN Baluran: Informasi Iklim dari tahun 1981-
2007: Suhu,rata-rata tekanan udara, rata rata kelembaban udara, dan hujan.
Informasi ini kemudian dianalisis untuk mengetahui trend pada tiap parameter
iklim.
• Inventarisasi Vegetasi: Struktur, Komposisi dan Distribusi spesies tumbuhan
hutan
Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi dilakukan analisis vegetasi
secara purposive sampling sebanyak 30 plot yang mewakili dari variasi perbedaan
ekosistem. Metode yang digunakan adalah metode garis berpetak yaitu dengan
membuat petak-petak contoh di sepanjang jalur pengamatan. Ukuran petak adalah
20 x 20 m untuk tingkat pertumbuhan pohon. Dalam petak dibuat sub plot
berukuran 2 m x 2 m untuk tingkat pertumbuhan semai, 5 m x 5 m untuk tingkat
pertumbuhan pancang dan 10 m x 10 m untuk tingkat pertumbuhan tiang. Data
yang dikumpulkan untuk tingkat pertumbuhan pohon dan tiang adalah jenis
pohon, diameter setinggi dada, tinggi bebas cabang, dan tinggi total (Gambar 2).
Untuk tingkat pertumbuhan pancang dan semai meliputi jenis tumbuhan dan
jumlah individu setiap jenis.
10 m 5m
25 m
10 m
10
Kerapatan Relatif (%) = Kerapatan suatu jenis
X 100 %
Kerapatan seluruh jenis
ni ni
H’ = − ∑ ln
N N
Dimana:
H’ = indeks keanekaragaman jenis
N = Jumlah total individu
ni = jumlah individu pada jenis ke-i
11
• Normalized Different Vegetation Index (NDVI), lihat Gambar 3
Gambar 3. Diagram Alur Tingkat Kerapatan Penutupan Lahan dengan Analisis NDVI
(Normalized Difference Vegetation Index) Tahun 1999 dan 2010
12
• Wetness Index (WI), lihat Gambar 4
Gambar 4. Diagram Alur Analisis Transformasi Wetness Index (WI) atau Tingkat
Kekeringan sampai Kelembaban di TN Baluran Tahun 1999 dan 2010
13
• Greenness Index (GI), lihat Gambar 5
Gambar 5. Diagram Alur Analisis Transformasi Greenness Index (GI) atau Tingkat
Kehijauan/Kerindangan Tanaman di TN Baluran Tahun 1999 dan 2010
14
• Soil Brightness Index (SBI), lihat Gambar 6
Gambar 6. Diagram Alur Analisis Perubahan Soil Brightness Index (SBI) atau Indeks
Kecerahan Tanah di TN Baluran Tahun 1999 dan 2010
15
• Pemetaan Status Kerentanan Ekosistem Terhadap Perubahan Iklim
16
Gambar 7. Diagram Alur Secara Skematik Metodologi Pemetaan Status Kerentanan yang
Diintegrasikan dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan SIG
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 8. Geomorfologi Kelas Letak Tinggi Tempat di TN Baluran dari Hasil Analisis
Citra SRTM (Shuttle Radar Thematic Mapper)
18
a.2. Kelas Kemiringan Lereng di TN Baluran
Kemiringan lereng di TN Baluran sebagian besar datar (33.15%) dan agak
miring ( 29.42%). Kondisi Kelas kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 3 dan
Gambar 9. Kemiringan datar dan agak miring berada di hutan mangrove, hutan pantai,
savana, evergreen dan dataran rendah. Menuju bagian tengah TN Baluran kemiringan
bervariasi dari miring sampai terjal.
Tabel 3. Kondisi Kelas Kemiringan Lereng (Slope) di TN Baluran dari Hasil Analisis
Citra SRTM (Shuttle Radar Thematic Mapper)
DESKRIPSI KODE KELAS (%) LUAS (ha) PERSEN (%)
Datar A <4 8.287,5 33,15
Agak Miring B 4 -- 8 7.355,0 29,42
Miring C 8 -- 15 3.795,0 15,18
Sangat Miring D 15 -- 25 1.985,0 7,94
Agak Curam E 25 -- 35 1.167,5 4,67
Curam F 35 -- 45 800,0 3,20
Sangat Curam G 45 -- 65 1.065,0 4,26
Ekstrim Curam H 65 -- 85 337,5 1,35
Terjal I > 85 207,5 0,83
Gambar 9. Peta Kelas Kemiringan Lereng di Taman Nasional (TN) Baluran dari Hasil
Analisis Citra SRTM (Shuttle Radar Thematic Mapper)
19
a.3. Kelas Arah Lereng (Aspek) di TN Baluran
Penyebaran arah lereng merata di delapan penjuru . Kondisi Kelas Arah. Arah
utara mendominasi kelerengan di TN Baluran dengan areal seluas 4040 ha (16%).
Kemiringan Lereng (Aspect) di TN Baluran dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 10.
Tabel 4. Kondisi Kelas Arah Kemiringan Lereng (Aspect) di TN Baluran dari Hasil
Analisis Citra SRTM (Shuttle Radar Thematic Mapper)
DESKRIPSI KODE CODE KELAS (%) LUAS (ha) (%)
Utara U N 0 -- 22,5 1.992,5 7,97
Timur Laut TL NE 22,5 -- 67,5 3.142,5 12,57
Timur T E 67,5 -- 112,5 3.180,0 12,72
Tenggara TG SE 112,5 -- 157,5 3.562,5 14,25
Selatan S So 157,5 -- 202,5 3.160,0 12,64
Barat Daya BD SW 202,5 -- 247,5 2.260,0 9,04
Barat B W 247,5 -- 292,5 2.430,0 9,72
Barat Laut BL NW 292,5 -- 337,5 3.225,0 12,9
Utara2 U2 N2 337,5 -- 360 2.047,5 8,19
20
B. Indikasi Perubahan Iklim di TN Baluran
21
Gambar 11. a. Suhu Tahunan, b. Suhu Rata-rata Maximal, c. Suhu Rata-rata Minimal
Gambar 13. a. Rata-rata Kelembaban Udara Maximal, b. Rata-rata Tekanan Udara Minimal
22
Gambar 15. a. Curah Hujan Maximal b. Curah Hujan Tahunan
C. Inventarisasi Vegetasi
c.1. Struktur dan Komposisi Vegetasi di TN Baluran
Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi di TN Baluran dilakukan
analisis vegetasi (anveg). Anveg dilakukan pada 30 plot yang tersebar merata di daerah-
daerah ekoton. Daerah ekoton yaitu suatu zona (daerah) peralihan (transisi) atau pertemuan
antara dua komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang khas. Daerah ekoton merupakan
daerah yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan dapat
mempengaruhi struktur dan komposisi vegetasi. Menurut Marsono (1977) bahwa struktur
dan komposisi vegetasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu flora dan tempat tumbuh
(habitat) yang berupa situasi iklim dan keadaan tanah. Komposisi merupakan susunan
dan jumlah jenis yang terdapat dalam suatu komunitas tumbuhan, sedangkan struktur
vegetasi didefinisikan sebagai organisasi dalam suat ruang, tegakan, tipe vegetasi atau
asosiasi tumbuhan (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974).
Analisis vegetasi di TN Baluran dilakukan pada daerah ekoton mangrove-
pantai, pantai-dataran rendah, dataran rendah-savana, dataran rendah evergreen dan
dataran rendah-dataran tinggi. Hasil analisis vegetasi berupa komposisi jenis-jenis
tumbuhan di Taman Nasional Baluran pada masing masing tingkatan pertumbuhan dapat
dilihat pada lampiran 4.
Jenis tumbuhan di TN Baluran berdasarkan hasil anveg dijumpai 72 jenis.
Peranan suatu jenis dalam komunitas ditunjukkan berdasarkan indeks nilai penting.
Makin besar nilai penting suatu jenis maka makin besar pula peranan jenis tersebut. Pada
tingkat semai dijumpai 42 jenis tumbuhan yang didominasi jenis Tambis dengan nilai
INP sebesar 26.176 %. Pada tingkat pancang dijumpai 39 jenis tumbuhan yang
23
didominasi oleh Janglot Orophea hexandra dengan INP sebesar 25.105 %. Pada tingkat
tiang dijumpai 32 jenis tumbuhan yang didominasi oleh Malaman Drypetes ovalis
dengan nilai INP sebesar 77.296 %. Pada tingkat pohon dijumpai 40 jenis tumbuhan yang
didominasi oleh jenis Resep Eugenia jamboloides dengan INP 32.471 %. Keempat jenis
ini dijumpai di daerah ekoton antara dataran tinggi dan dataran rendah.
24
memiliki warna merah kecoklatan sehingga memberi warna yang indah ditengah hijaunya
rimbunan dedaunan pohon lain. Kayunya dapat digunakan sebagai jangkar perahu (tahan
terhadap kelembaban / kekeringan), kulit batangnya dapat digunakan untuk mengobati
penyakit gatal, selain itu minyaknya dapat dipakai sebagai obat luka, obat tetes telinga
dan sebagai obat gosok.
Mimba (Azadirachta indica) termasuk tumbuhan dilindungi berdasarkan SK.
Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 tanggal 5 Februari 1972. Jenis ini sangat terkenal di
Jawa dan kepulauan Sunda kecil. Mimba (Azadirachta indica) tergolong tumbuhan
menahun dengan batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak
terdapat dalam ukuran besar. Kayunya digunakan untuk membuat perabot rumah,
kulitnya digunakan untuk obat demam. Daunnya yang sangat pahit di dalam musim
kering di Madura digunakan sebagai makanan ternak. Rebusannya diminum sebagai obat
pembangkit selera makan dan obat terhadap malaria, dan bila dimasak dengan beras
menjadi bubur berkhasiat pada ulcera yang atonis.
Selain Mimba (Azadirachta indica) dan Kesambi (Schleicera oleosa) dijumpai
juga jenis tumbuhan langka dan dilindungi yaitu Bayur (Pterospermum javanicum)
langka berdasar IUCN, Kepuh (Sterculia foetida) langka berdasar IUCN dan dilindungi
berdasarkan SK. Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 tanggal 5 Februari 1972.,
Trengguli(Cassia fistula) langka berdasar IUCN. Lokasi ditemukannya jenis-jenis flora
langka dan dilindungi tersebar secara acak di seluruh kawasan Taman Nasional Baluran
khususnya yang terdapat di Pandean dan Bekol.
Keanekaragaman jenis tumbuhan di TN Baluran berdasarkan indeks shannon
wienner tergolong tinggi baik pada tingkat semai,pancang, tiang maupun pohon.
Keanekaragaman tertinggi berada pada tingkat semai sebesar 3.185 sedangkan
keanekaragaman terendah berada pada tingkat tiang sebesar 3.025. Adanya
keanekaragaman tinggi ini menandakan penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi
dan kestabilan komunitas juga tinggi. Keanekaragaman tumbuhan ini mewakili ekosistem
hutan mangrove, pantai, dataran rendah dan dataran tinggi, savana serta evergreen.
Gambar ekosistem hutan di Tn Baluran dapat dilihat pada Gambar 16.
25
Gambar 16. Ekosistem Hutan di TN Baluran
• Hutan Mangrove
Menurut Kusmana (2002), pengertian mangrove adalah suatu komunitas
tumbuhan atau suatu individu jenis tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut di
daerah pasang surut. Vegetasi hutan mangrove memiliki keistimewaan karena dapat
hidup dalam tingkat salinitas yang cukup tinggi, miskin oksigen dan tanah sebagai tempat
hidup yang tidak stabil karena sifat tanahnya yang belum matang. Mangrove merupakan
sumber daya alam yang dapat dipulihkan (renewable resources atau flow resources) yang
mempunyai manfaat ganda (manfaat ekonomis dan ekologis). Secara ekologis hutan
mangrove dapat menjadi penahan abrasi atau erosi, gelombang atau angin kencang,
pengendali intrusi air laut dan tempat habitat berbagai jenis fauna. Gambar Hutan
Mangrove dapat dilihat pada Gambar 17.
26
Foto: Harjadi,2009
• Hutan Pantai
Hutan pantai terdapat di sepanjang pantai laut berpasir dengan tanah kering,
dengan jenis tanah regosol kering tidak pernah tergenang air dan arahnya tidak lebar
melainkan memanjang. Keadaan hutan ini telah menyesuaikan diri dengan situasi tempat
tumbuh yang kering, tidak terdapat air tawar secara terus menerus dan air hujan. Secara
fisiografis kawasan ini didefinisikan sebagai wilayah antara garis pantai hingga ke arah
daratan yang masih dipengaruhi oleh pasang-surut air laut, dengan lebar yang ditentukan
oleh kelandaian (% lereng) pantai dan dasar laut, serta dibentuk oleh endapan lempung
hingga pasir yang bersifat lepas, dan kadang bercampur kerikil. Gambar Hutan Pantai
dilihat padaGambar 18.
27
Foto: Harjadi,2009
Komponen vegetasi pada tipe hutan ini hampir sama dengan hutan dataran rendah
Vegetasi yang tumbuh kurang beragam dan rapat, hanya di dominasi tumbuhan yang
dapat beradaptasi dengan tekstur tanah berpasir. Jenis yang dijumpai di hutan pantai
didominasi oleh Gebang Corypha utan, Kesambi Schleichera oleosa dan Popohan
Buchanania arborescens.
28
Foto: Miardini,2009
• Hutan Evergreen
Evergreen di TN Baluran merupakan salah satu tipe hutan yang selalu hijau
sepanjang tahun. Namun, hutan evergreen yang merupakan salah satu diantara enam tipe
ekosistem di kawasan hutan TN Baluran juga dilaporkan tidak sehijau 10 tahun yang lalu
(Irawanti, et.al, 2009). Hutan Evergreen dapat dilihat pada Gambar 20. Jenis yang banyak
dijumpai di Hutan Evergreen antara lain Gebang Corypha utan, Serut Streblus asper,
Timongo Kleinhovia hospital dan Sanek Xanthophyllum sp
Foto: Miardini,2009
29
• Savana
Savana di TN Baluran (Gambar 21) merupakan jenis savanna tropika yang hampir
mirip dengan savanna Afrika. Savana termasuk ekosistem yang kurang stabil,
keseimbangannya tergantung iklim, api, penggunaan oleh margasatwa dan lain-lain
Savana memiliki peranan penting bagi kelestarian satwa di TN Baluran (Sabarno, 2001).
Terdapat dua jenis savanna di TN Baluran yaitu Flat Savana (padang rumput alami datar)
dan undulting Savana (padang rumput alami bergelombang).
Foto: Miardini,2009
30
Foto Miardini, 2009
Gambar 22. Rusa (Cervus timorensis) dan merak (Pavo muticus) di TN Baluran
Hutan hujan pegunungan merupakan tipe ekosistem atau formasi hutan yang
merupakan areal dengan ketinggian 1400- mdpl. Hutan ini menempati wilayah
pedalaman dengan keadaan tanah yang kering, jenis tanah yang bermacam-macam dan
iklim yang selalu basah. Gambar hutan datran tinggi dapat dilihat pada Gambar 23. Jenis
tumbuhan yang mendominasi hutan dataran tinggi ini antara lain Tambis, Janglot
(Orophea hexandra), Kayu malam (Drypetes ovalis) dan Resep (Eugenia jamboloides)
Foto: Harjadi,2009
31
D. NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)
Tabel 5. Kondisi Kelas dan Perubahan NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)
di TN Baluran dari Analisis Citra Landsat TM Tahun 1999 dan 2010
KELAS NDVI 1999 & 2010
Normalized Difference Vegetation Index NDVI TM 1999 NDVI TM 2010 ∆
DESKRIPSI KODE KELAS L (ha) (%) L (ha) (%) %
Bero Terbuka BT -1 -- 0,1 7.747,5 30,99 5.645 22,58 -8,41
Veg Jarang VJ 0,1 -- 0.3 7.783 31,13 4.777,5 19,11 -12,02
Veg Sedang VS 0,3 -- 0.5 6.665 26,66 1.3047,5 52,19 25,53
Veg Rapat VR 0,5 -- 0.7 2.805 11,22 1.530 6,12 -5,10
Rimbun RB 0,7 -- 1 0 0 0 0 0
Nilai NDVI yang dihasilkan mempunyai rentang dari -1.0 (minus 1) hingga 1.0
(positif 1). Hasil transformasi NDVI diperoleh nilai digital kelas kerapatan yang
diklasifikasikan menjadi lima kelas yaitu Bero terbuka, jarang, sedang, rapat dan rimbun.
Pada tahun 1999 kondisi kehijauan di TN Baluran didominasi oleh bero terbuka,
(30.99%), sedangkan pada tahun 2010 didominasi oleh vegetasi dengan kerapatan sedang
(52.19%) Berdasarkan table 5 diketahui bahwa terjadi penurunan luasan pada bero terbuka
sebesar 8.41%, jarang 12.02%, rapat 5.1%, sedangkan vegetasi dengan kerapatan sedang
mengalami peningkatan sebesar 25.53%.
32
Gambar 24. NDVI di TN Baluran dari Analisis Citra Landsat 1999
33
E. Transformasi Wetness Index (WI)
Tabel 6. Kondisi Kelas dan Perubahan Kelembaban Tanah (WI= Wetness Index) di TN
Baluran dari Analisis Citra Landsat TM Tahun 1999 dan 2010
KELAS WETNESS INDEX (WI) WI – TM 1999 WI - TM 2010 ∆
DESKRIPSI KODE KELAS LS (ha) (%) LS (ha) (%) %
Sangat Kering SK -100 -- 0 3.147,5 12,59 2.2197,5 88,79 76,2
Kering K 0 -- 30 2.0070 80,28 2.705 10,82 -69,46
Sedang S 30 -- 60 1.390 5,56 77,5 0,31 -5,25
Basah B 60 -- 90 370 1,48 17,5 0,07 -1,41
Sangat Basah SB > 90 22,5 0,09 2,5 0,01 -0,08
34
Gambar 26. Peta Kondisi Kelembaban Tanah (WI= Wetness Index) di TN Baluran dari
Analisis Citra Landsat TM Tahun 1999
Gambar 27. Peta Kondisi Kelembaban Tanah (WI= Wetness Index) di TN Baluran dari
Analisis Citra Landsat TM Tahun 2010
35
F. Transformasi Greenness Index (GI)
Tabel 7. Kondisi Kelas dan Perubahan Penutupan Lahan (GI= Greenness Index) di TN
Baluran dari Analisis Citra Landsat TM Tahun 1999 dan 2010
GREENNESS INDEX (GI) GI – TM 1999 GI – TM 2000 ∆
DESKRIPSI KODE KELAS LUAS (ha) (%) LUAS (ha) (%) %
Terbuka TB -150 -- -50 0 0 360 1,44 1,44
Jarang JR -50 -- 0 1.810 7,24 3.675 14,7 7,46
Sedang SD 0 -- 50 14.985 59,94 15.685 62,74 2,8
Rapat RP 50 -- 100 8.023 32,09 5.272,5 21,09 -11
Rimbun RB > 100 183 0,73 7,5 0,03 -0,7
Kondisi kerapatan vegetasi di TN Baluran pada tahun 1999 dan 2010 didominasi
oleh kerapatan sedang. Selama kurun waktu 1999-2010 telah terjadi perubahan kondisi
pada kerapatan terbuka, jarang dan sedang. Penurunan kerapatan terjadi pada daerah
dengan kondisi vegetasi yang rapat dan rimbun. Gambar kondisi GI di TN Baluran
ditunjukkan pada Gambar 28 untuk tahun 1999 dan Gambar 29 untuk tahun 2010.
36
Gambar 28. Peta Kondisi Tutupan Tajuk Kanopi (GI= Greenness Index) di TN Baluran
dari Analisis Citra Landsat TM Tahun 1999
Gambar 29. Peta Kondisi Tutupan Tajuk Kanopi (GI=Greenness Index) di TN Baluran
dari Analisis Citra Landsat TM Tahun 2010
37
G. Soil Brightness index (SBI)
Soil Brightness Index digunakan untuk menilai tingkat kegelapan tanah. Nilai
maksimum adalah >600 yang diklasifikasikan sangat terang, sedangkan nilai mimimum
<150 yang diklasifikasikan sangat gelap. Semakin gelap tanah maka ketersediaan bahan
organik lebih tinggi, kelembaban tinggi dan ketersediaan air cukup. Pada tahun 1999
sebesar 86.95% didominasi oleh tingkat gelap, sedangkan tahun 2010 di dominasi oleh
gelap sebesar 78.28% (Tabel 8) . Kondisi kegelapan tanah di TN Baluran dapat dilihat
pada Gambar 30 untuk tahun 1999 dan Gambar 31 untuk tahun 2010
Tabel 8. Soil Brightness Index (SBI) di TN Baluran dari Analisis Citra Landsat TM
Tahun 1999 dan 2010
SOIL BRIGHTNESS INDEX (SBI) SBI (TANAH) 1999 SBI (TANAH) 2010 ∆
DESKRIPSI KODE KELAS LUAS (ha) (%) LUAS (ha) (%) %
Sangat Gelap SG < 150 2.520 10,08 4.535 18,14 8,06
Gelap GL 150 -- 300 21.738 86,95 19.570 78,28 -8,67
Sedang SD 300 -- 450 440 1,76 473 1,89 0,13
Terang TR 450 -- 600 303 1,21 423 1,69 0,48
Sangat Terang ST > 600 0 0 0 0 0
38
Gambar 30. Peta Index Kegelapan Tanah (SBI=Soil Brighness Index) di TN Baluran dari
Analisis Citra Landsat TM Tahun 1999
Gambar 31. Peta Index Kegelapan Tanah (SBI=Soil Brighness Index) di TN Baluran dari
Analisis Citra Landsat TM Tahun 2001
39
H. Pemetaan Status Kerentanan Ekosistem Terhadap Perubahan Iklim
40
Gambar 32. Kerentanan Tetap di TN Baluran
41
Gambar 33. Kerentanan Dinamis di TN Baluran tahun 1999
Kerentanan dinamis tahun 2010 tergolong sedang- sangat rentan. Sebesar 59.88%
tergolong rentan yang terdapat di hutan dataran rendah, hutan mangrove, savana dan
evergreen forest, dan sedikit di dataran tinggi. Kerentanan sedang sebesar 38.40%
terdapat di hutan dataran tinggi, dataran rendah, mangrove, sedangkan kondisi sangat
rentan terdapat di hutan dataran tinggi sebesar 1.72% Dalam kurun 11 tahun telah terjadi
peningkatan starus kerentanan dari sedang menjadi rentan sebesar 45.06%. Kerentanan
dinamis tahun 2010 dilihat pada Gambar 34.
42
Gambar 34. Kerentanan Dinamis di TN Baluran tahun 2010
43
V. KESIMPULAN DAN SARAN
44
DAFTAR PUSTAKA
Ayres, Matthew, David Karnosky and Ian Thompson. 2009. Forest Responses and
Vulnerabilities to Recent Climate Change dalam Adaptation of Forests and
People to Climate Change (Risto Seppala, Alexander Buck, Pia Katila, editor).
IUFRO World Series Volume 22.
Boland, G.J. M.S. Melzer, A. Hopkin, V. Higgins, and A. Nassuth. 2004. Climate change
and plant diseases in Ontario. Can. J. Plant Pathol. 26: 335–350
BTN Baluran. 2005. Inventarisasi Flora Dilindungi dan Mengidentifikasi Home Range
Lutung Budeng (Trachypithecus auratus cristatus) Serta Hubungan Antara
Keduanya
Lim, K.J,, M. Sagong, B.A. Engel, Z.X. Tang, J. Choi, and K. Kim. 2005. GIS-based
sediment assessment tool, Catena, 64, 61-80
McMichael. 2003. Climate Change and Human Health: Risks and Responses. WHO.
Jenewa
45
Mitchell, R.J., Morecroft, M.D., Acreman, M., Crick, H.Q.P., Frost, M., Harley, M.,
Maclean, I.M.D., Mountford, O., Piper, J., Pontier, H., Rehfisch, M.M., Ross,
L.C., Smithers, R.J., Stott, A., Walmsley, C.A., Watts, O., Wilson, E. 2007
England biodiversity strategy – towards adaptation to climate change. Final
report to Defra for contract CRO327
Panagos, P., M.V. Liedekerke, L. Montanarella, and R.J.A. Jones. 2008. Soil organic
carbon content indicators and web mapping applicatyions. Environmental
Modelling & Software, 23, 1207-1209.
Regariana, Cut Meurah.2004. Atmosfer (Cuaca dan Iklim). Solo, Tiga Serangkai.
Smakhtin, V.U. and N. Eriyagama. 2008. Developing a software package for globle
desktop assessment of environmental flows. Environmental Modelling &
Software, 23, 1396-1406.
Wind, J. and H. Amir. 1977. Proposed Baluran National Park Management Plan
1978/1979 – 1982/1983.Prepared for the Directorat of Nature
Conservation,Directorat General of Forestry, Republic of Indonesia.Nature
Conservation and Wildlife ManagementProject of the Food and Agriculture
Organisation of the United Nations
Wiyono, S. 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman.
Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Makalah Keanekaragaman Hayati Ditengah Perubahan Iklim. Jakart\
46
Tabel Lampiran 1. Lokasi dan Tata Waktu Kegiatan di TN Baluran
A. Lokasi Penelitian
a.1. Manajemen Kawasan
TN Baluran ditetapkan berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 279/Kpts.-
VI/1997 tanggal 23 Mei 1997 kawasan TN Baluran seluas 25.000 Ha. Sesuai dengan
peruntukkannya luas kawasan tersebut dibagi menjadi beberapa zona berdasarkan SK.
Dirjen PKA No. 187/Kpts./DJ-V/1999 tanggal 13 Desember 1999 yang terdiri dari: zona
inti seluas 12.000 Ha, zona rimba seluas 5.537 ha (perairan = 1.063 Ha dan daratan =
4.574 Ha), zona pemanfaatan intensif dengan luas 800 Ha, zona pemanfaatan khusus
dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha.
Pengelolaan kawasan TN Baluran dibagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman
Nasional, yaitu: Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Bekol, meliputi Resort
Bama, Lempuyang dan Perengan, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II
Karangtekok meliputi Resort Watu Numpuk, Labuhan Merak dan Bitakol.
Di dalam pengelolalannya Taman Nasional Baluran terbagi atas beberapa zonasi.
Zonasi di TN Baluran dapat dilihat pada Gambar 20 Zonasi tersebut yaitu:
1. Zona inti, merupakan zona yang sepenuhnya ditujukan bagi kepentingan
konservasi dan secara terbatas untuk kepentingan penelitian, Zone ini terdapat di
sekeliling gunung baluran
2. Zona rimba merupakan zone yang ditujukan untuk keperluan penelitian dan
secara terbatas untuk kepentingan rekreasi. Zona ini terdapat disekitar Bekol dan
biasa disebut evergreen
3. Zona pemanfaatan, merupakan zona yang ditujukan untuk keperluan penelitian,
pendidikan dan rekreasi. Zona ini terdapat disekitar Bekol, Bama, Batnangan
4. Zona penyangga merupakan areal pemanfaatan untuk kepentingan masyarakat
setempat. Zona ini berada disekitar janan propinsi yang melewati TN
47
Gambar 35 Zonasi Taman Nasional Baluran (TNB, 1999)
a.2. . Hidrologi
Di kawasan TNB terdapat dua sungai yang cukup besar yaitu Sungai Bajul Mati
dan sungai Klokoran. Sungai Bajulmati merupakan batas alam TN Baluran sebelah
selatan, sedangkan sungai klokoran merupakan batas alam sebelah barat kawasan TN.
Di dalam kawasan TN Baluran tidak terdapat sungai yang mengalir sepanjang
tahun yang ada hanya berupa curah yang berarir di musim hujan dan kering dimusim
kemarau. Ada tiga buah curah yang cukup besar: curah kacip, curah biduri dan curah
oleng. Di hulu ketiga curah tersebut terdapat mata air yang mengalir hanya beberapa
meter diatas permukaan tanah kemudian meresap ke dalam tanah dan diduga membentuk
aliran sungai bawah tanah dan muncul di tepi pantai sebelah timur dan uatara kawasan
seperi daerah Sirontoh, popongan, kelor, bama, mesingit,labuhan merak danair tawar.
Pada musim hujan air sulit sekali untuk berinfiltrasi pada sebagian tanah di
kawasan TN baluran yang disebabkan karena tingginya kandungan liat (clay) yang
mengakibatkan air mengalir dipermukaan menuju tempat yang lebih rendah membentuk
genangan air.
48
a.3. Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson kawasan TN Baluran beriklim kering
tipe F dengan temperatur berkisar antara 27,2ºC-30,9º C, kelembaban udara 77 %,
kecepatan angin 7 nots dan arah angin sangat dipengaruhi oleh arus angin tenggara yang
kuat. Musim hujan pada bulan November-April, sedangkan musim kemarau pada bulan
April-Oktober dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember-Januari. Namun secara
faktual, perkiraan tersebut sering berubah sesuai dengan kondisi global yang
mempengaruhi.
a.4. Geologi
Secara geologi TN Baluran memiliki dua jenis golongan tanah, yaitu tanah
pegunungan yang terdiri dari jenis tanah aluvial dan tanah vulkanik, serta tanah dasar laut
yang terbatas hanya pada dataran pasir sepanjang pantai daerah-daerah hutan mangrove.
Tanah vulkanik berasal dari pelapukan basalt, debu vulkanik, batuan vulkanik intermedia
yang berbentuk suatu urutan bertingkat dari kondisi tanah yang berbatu-batu di lereng
gunung yang tinggi dan curam sampai tanah aluvial yang dalam di dataran rendah.
Keadaan tanahnya terdiri dari jenis yang kaya akan mineral tetapi miskin akan bahan-
bahan organik, dan mempunyai kesuburan kimia yang tinggi tetapi kondisi fisiknya
kurang baik karena sebagian besar berpori-pori dan tidak dapat menyimpan air dengan
baik. Tanah yang berwarna hitam yang meliputi luas kira-kira setengah dari luas daratan
rendah, ditumbuhi rumput savana. Daerah ini merupakan daerah yang sangat subur, serta
membantu keanekaragaman kekayaan makanan bagi jenis satwa pemakan rumput.
Tanah-tanah ini lebih mudah longsor dan sangat berlumpur pada musim penghujan.
Sebaliknya pada saat musim kemarau keadaan permukaannya menjadi pecah-pecah
dengan patahan sampai mencapai kedalaman 80 cm. Keadaan jenis tanah ini sangat
menyulitkan untuk kontruksi jalan, karena selalu terjadi pemuaian dan penyusutan sesuai
dengan musim.
49
dan 37 jenis merupakan tumbuhan yang hidup pada ekosistem mangrove. Jenis-jenis
yang penting antara lain: Pilang (Acacia leucophloea Wild), Mimbo (Azadiracta indica
A. Juss), Gebang (Corypha utan Lamk.), Asam (Tamara indica Linn.), Kepuh (Sterculia
foetida Wall.), Widoro bukol (Zyziphus jujuba Lamk.), Kesambi (Schleichera oleosa),
Ketapang (Terminalia catappa Linn.), Manting (Syzyqium polyanthum).
Secara garis besar keanekaragaman fauna dalam kawasan TN Baluran dapat
dikelompokkan kedalam ordo mamalia (28 jenis), aves (155 jenis), pisces dan reptilia.
Dari jenis-jenis yang diketahui tersebut 47 jenis merupakan satwa yang dilindungi
undang-undang yaitu insektivora 5 jenis, karnivora 5 jenis, herbivora 4 jenis, burung 32
jenis dan reptilia 1 jenis. Mamalia besar yang khas di TN Baluran adalah banteng (Bos
javanicus), kerbau liar (Bubalus bubalis), rusa (Cervus timorensis), kijang (Mutiacus
muntjak), babi hutan (Sus scrova), macan tutul (Panthera pardus), kucing batu (Felis
bengalensis), kucing bakau (Felis viverrina) dan ajag (Cuon alpinus). Sedangkan untuk
jenis primata adalah kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dan lutung / budeng
(Trachypithecus auratus cristatus). Dari ± 155 jenis burung di TN Baluran jenis-jenis
yang mudah untuk dijumpai antara lain adalah merak hijau (Pavo muticus), ayam hutan
merah (Gallus gallus), ayam hutan hijau (Gallus varius), kangkareng (Anthracoceros
convexus) dan rangkong (Bucheros rhinoceros).
50
B. Tata Waktu
Penelitian ini bersifat direncanakan selama 4 tahun (2010 - 2013). Tata waktu
kegiatan penelitian tahun 2010 disajikan pada Tabel Lampiran 2.
51
Tabel Lampiran 3.. Biaya Penelitian Pelaksanaan Analisis Kerentanan Vegetasi terhadap
Perubahan Iklim tahun 2010
Jumlah 75,000,000
52
Tabel Lampiran 5.. Organisasi Pelaksana Penelitian Analisis Kerentanan Vegetasi
terhadap Perubahan Iklim tahun 2010
Inventarisasi
3. Arina Calon S1 – Kehutanan
Vegetasi dan
Miardini, Peneliti Kehutanan
Distribusi Vegetasi
S.Hut
53
KERANGKA LOGIS PENELITIAN
Tabel Lampiran 7. Kerangka Logis Kegiatan “Analisis Kerentanan Tumbuhan Hutan Akibat Perubahan Iklim (Variasi Musim dan
Cuaca Ekstrim)” Tahun 2010
NARASI INDIKATOR-INDIKATOR CARA VERIFIKASI ASUMSI
SASARAN
Tujuan :
Untuk mengetahui exposure atau tekanan Tersedianya teknik untuk mengukur Perubahan vegetasi jangka Sumber dana
vegetasi akibat perubahan iklim. exposure atau tekanan vegetasi akibat lama akibat perubahan tersedia, sarana dan
perubahan iklim tekanan iklim prsarana memadai
Sasaran : Tersedianya :
1. Memperoleh informasi tentang besarnya 1. Teknik menghitung besarnya
1. Hasil perhitungan Soft ware SIG
tekanan perubahan iklim. tekanan perubahan iklim
tekanan perubahan dengan Arc-GIS,
2. Memperoleh informasi perubahan iklim 2. Teknik menghitng perubahan iklim
2. Peta perubahan iklim Arc-Info, dll tersedia
untuk jangka waktu lama dalam jangka waktu panjang
dalam jangka panjang Komputer dengan
3. Memperoleh informasi perubahan iklim (sekitar 30-50 tahun)
3. Peta perubahan iklim kapasitas tinggi
terhadap kondisi perubahan vegetasi 3. Teknik analisis pengaruh
terhadap perubahan tersedia, RAM 2 G,
perubahan iklim terhadap
vegetasi processor core 2 duo
perubahan vegetasi
Output :
1. Diperolehnya metode perhitungan analisis
perubahan tekanan iklim 1. Formula perhitungan analisis 1.Peta perubahan iklim 1. Dana dan tenaga
2. Diperolehnya pengaruh perubahan iklim tekana iklim 2. Peta perubahan vegetasi tersedia
terhadap perubahan vegetasi 2. Rumus perubahan iklim terhadap 2. Koordinasi Tim
perubahan vegetasi berjalan baik
54
Aktivitas :
1.1. Persipan survai dengan mengumpulkan 1. Semua perlengkapan Peta-peta dan 1.kelengkapan bahan dan
Peta (Peta administrasi, Peta Taman Sitra Satelit telah tersedia, juga alat serta ATK Data, dana dan
Nasional, Peta Geologi dll), Citra berupa bahan dan alat survai serta tenaga tersedia
2. Surat keluar ke instansi-
SRTM, Citra MODIS dan Citra satelit alat transportasinya.
instansi dan surat masuk
serta Peralatan Survai. 2. Pengiriman surat telah mendapatkan
(balasan) sudah sesuai
1.2. Koordinasi dan konsultasi dengan jawaban balasan dari instansi yang
dengan rencana.
menghubungi lewat surat beberapa terkait, sertta menyatakan bersedia
instansi yang akan ditemui, antra lain membantu penyedian data yang 3.Adanya Peta zonasi
BTN Baluran, BMKG, Dinas atau diperlukan. taman nasioanal Baluran
instansi di Kabupaten 3. Peta zonasi taman nasional dan 4.Telah dibuat kunci
1.3 Pembuatan Peta Dasar batas Taman perubahan vegetasi telah ada yang lapangan dan kartu
Nasional dan Zonasi TN akan dipakai sebagai acuan dasar lapangan untuk bekal
1.4 Orientasi, melihat seluruh areal taman orientasi. survai
nasional yang menjadi wilayah kerja 4. Mendapatkan informasi kondisi
dengan dasar peta Kontur atau Citra fisik lahan, vegetasi dan topografi 5.Data variasi penutupan
SRTM (Shuttle Radar Tehmatic secara menyeluruh di taman lahan didalam kawasan
Mapper), dan pola Drainase Sungai. nasioanal Baluran sebgai dasar hutan taman nasional
1.5 Survai penutupan lahan didalam kawasan untuk menetapkan sampel pewakil 6.Kompilasi data biofisik
hutan, untuk mengetahui potensi dan untuk survai selanjutnya.
kesesuaian tanaman pada suatu 5. Mendapatkan informasi variasi 7. Kondisi Peta sesuai
kawasan. penutupan lahan didalam kawasan dengan kopndisi
1.6 Mengumpulkan data iklim dan analisis hutan. lapangan
perubahan iklim dengan mengumpulkan 6. Diperolehnya data biofisik lengkap 8.kelengkapan data untuk
data parameter tetap dan berubah.. dengan parameter tetap (bentuk analisis SIG untuk
1.7 Cheking lapangan setiap zonasi taman lahan, tipe batuan, jenis tanah, dan mendapatkan hasil Final
nasioanl, untuk kompilasi data secara lereng) dan parameter berubah
9.Buku Laporan dan Peta-
terpadu dari data tanah, vegetasi dan air, (erosi, bangunan konservasi tanah,
Peta
sebagai satu kesatuan evaluasi penuutpan lahan, dan KPL).
55
perubahan vegetasi 7. Memastikan bahwa kenampakkan
1.8 Recheking lapangan, untuk melengkapai pada peta maupun Citra satelit
beberapa data yang terlewat atau sesuai dengan kondisi yang ada di
mengechek pada daerah atau zonasi lapangan.
yang masih meragukan sekaligus 8. Memastikan kembali, sehingga
melengkapi data iklim dan data lainnya. tidak ada lagi yang meragukan dan
1.9 Pelaporan, untuk melaporakan semua diharapkan sama antara kopndisi
kegiatan pengumpulan data yang telah Peta dengan kondisi lapangan
dikompilasi dan disajikan dalam bentuk 9. Pelaporan dalam bentuk laporan
grafis (Peta) maupun dalam bentuk utama dan peta-peta sebagai
angka (Tabulasi), baik secara spasial lampirannya.
maupun non spasial.
56
Tabel Lampiran 8.. Hasil Analisis Vegetasi di TN Baluran pada Berbagai Tingkatan Pertumbuhan
a. Semai
Jumlah
Jenis
Plot
Ditemukan
No Nama Lokal Nama Latin Jumlah Jenis K KR F FR INP
1 Bakau Rhizophora mucronata 3 1 250.000 0.935 0.033 1.351 2.286
2 Malengen Excoecaria agallocha 10 1 833.333 3.115 0.033 1.351 4.466
3 tinggi Ceriops tagal 1 1 83.333 0.312 0.033 1.351 1.663
4 nyamplung Calophyllum inophyllum 2 1 166.667 0.623 0.033 1.351 1.974
5 popohan Buchanania arborescens 36 2 3000.000 11.215 0.067 2.702 13.917
6 sida Sida acuta 8 2 666.667 2.492 0.067 2.702 5.195
7 kemuning Pittosporum moluccanum 1 1 83.333 0.312 0.033 1.351 1.663
8 gebang Corypha utan 6 3 500.000 1.869 0.100 4.054 5.923
9 kunyile Desmodium umbellatum 2 1 166.667 0.623 0.033 1.351 1.974
10 kalamanthang Anomianthus auritus 13 5 1083.333 4.050 0.167 6.756 10.806
11 kesambi Schleichera oleosa 6 2 500.000 1.869 0.067 2.702 4.571
12 ketapang Terminalia catappa 2 1 166.667 0.623 0.033 1.351 1.974
13 mimbo Azadirachta indica 13 2 1083.333 4.050 0.067 2.702 6.752
14 kendal batu Cordia obligua 1 1 83.333 0.312 0.033 1.351 1.663
15 jarong Stachytarpheta jamaicensis 26 2 2166.667 8.100 0.067 2.702 10.802
16 jerukan Citrus sp. 1 1 83.333 0.312 0.033 1.351 1.663
17 kayu pait Strychnos lucida 1 1 83.333 0.312 0.033 1.351 1.663
18 sogo Abrus precatorius 7 1 583.333 2.181 0.033 1.351 3.532
19 sangkep Acalypha indica 7 1 583.333 2.181 0.033 1.351 3.532
20 timongo Kleinhovia hospita 2 1 166.667 0.623 0.033 1.351 1.974
21 sanek Xanthophyllum sp. 2 2 166.667 0.623 0.067 2.702 3.325
22 memecylon Memecylon sp 6 2 500.000 1.869 0.067 2.702 4.571
23 sasa Alophyllus cobe 1 1 83.333 0.312 0.033 1.351 1.663
57
24 Serut Streblus asper 10 2 833.333 3.115 0.067 2.702 5.818
25 Walikukun Schoutenia ovata 6 3 500.000 1.869 0.100 4.054 5.923
26 Balang Pterospermum diversifolium 4 2 333.333 1.246 0.067 2.702 3.948
27 Tambis - 58 6 4833.333 18.069 0.200 8.107 26.176
28 Baunia Bauhinia purpurea 4 2 333.333 1.246 0.067 2.702 3.948
29 Kemloko Emblica officinalis Gaertn. 7 2 583.333 2.181 0.067 2.702 4.883
30 bening Calicarpa cuspidata 11 2 916.667 3.427 0.067 2.702 6.129
31 Rukem Flacourtia indica 2 1 166.667 0.623 0.033 1.351 1.974
32 Pauan Buchanania sp 3 2 250.000 0.935 0.067 2.702 3.637
33 Bayur Pterospermum javanicum 11 1 916.667 3.427 0.033 1.351 4.778
34 Kenanga alas Uvaria tripetala 5 3 416.667 1.558 0.100 4.054 5.611
35 Janglot Orophea hexandra 9 3 750.000 2.804 0.100 4.054 6.857
36 Resep Eugenia jamboloides 10 1 833.333 3.115 0.033 1.351 4.466
37 Kayu malam Drypetes ovalis 5 1 416.667 1.558 0.033 1.351 2.909
38 carcena Nataphoebe umbelliflora 4 2 333.333 1.246 0.067 2.702 3.948
39 Gholan Mallotus philippinensis 1 1 83.333 0.312 0.033 1.351 1.663
40 Nyatoh Palaquium amboinense 3 1 250.000 0.935 0.033 1.351 2.286
41 jambean Panicum barbatum 9 1 750.000 2.804 0.033 1.351 4.155
42 Jambu alas Syzygium samarangense 2 2 166.667 0.623 0.067 2.702 3.325
321 26750.000 100.000 2.467 100.000 200.000
b. Pancang
Jumlah
Jenis
Plot
Ditemukan
No Nama Lokal Nama Latin Jumlah Jenis K KR F FR INP
1 nyamplung Calophyllum inophyllum 1 1 13.333 0.391 0.033 1.075 1.466
2 bakau Rhizophora mucronata 3 2 40.000 1.172 0.067 2.151 3.322
3 Malengen Excoecaria agallocha 2 2 26.667 0.781 0.067 2.151 2.932
58
4 Tinggi, Ceriops tagal 1 1 13.333 0.391 0.033 1.075 1.466
5 Truntun Lumnitzera racemosa 1 1 13.333 0.391 0.033 1.075 1.466
6 raung - 4 1 53.333 1.563 0.033 1.075 2.638
7 akasia Acacia nilotica 1 1 13.333 0.391 0.033 1.075 1.466
8 kunyile Desmodium umbellatum 1 1 13.333 0.391 0.033 1.075 1.466
9 gebang Corypha utan 3 1 40.000 1.172 0.033 1.075 2.247
10 popohan Buchanania arborescens 4 1 53.333 1.563 0.033 1.075 2.638
11 kesambi Schleichera oleosa 7 3 93.333 2.734 0.100 3.226 5.960
12 talok Grewia eriocarpa 7 2 93.333 2.734 0.067 2.151 4.885
13 garung 2 2 26.667 0.781 0.067 2.151 2.932
14 asem Tamarindus indica 1 1 13.333 0.391 0.033 1.075 1.466
15 kalamanthang Anomianthus auritus 5 4 66.667 1.953 0.133 4.301 6.254
16 sanek Xanthophyllum sp 9 4 120.000 3.516 0.133 4.301 7.817
17 rabet Vitis lanceolaris 1 1 13.333 0.391 0.033 1.075 1.466
18 serut Streblus asper 14 7 186.667 5.469 0.233 7.527 12.996
19 timongo Kleinhovia hospita 9 1 120.000 3.516 0.033 1.075 4.591
20 kemladingan Leucaena glauca 1 1 13.333 0.391 0.033 1.075 1.466
21 memecylon Memecylon sp 2 2 26.667 0.781 0.067 2.151 2.932
22 Balang Pterospermum diversifolium 10 5 133.333 3.906 0.167 5.376 9.283
23 Kemloko Emblica officinalis 1 1 13.333 0.391 0.033 1.075 1.466
24 Tambis 9 1 120.000 3.516 0.033 1.075 4.591
25 Walikukun Schoutenia ovata 6 3 80.000 2.344 0.100 3.226 5.570
26 Sompor Dillenia pentagyna 1 1 13.333 0.391 0.033 1.075 1.466
27 bening Calicarpa cuspidata 2 2 26.667 0.781 0.067 2.151 2.932
28 Girang Leea indica 4 2 53.333 1.563 0.067 2.151 3.713
29 Resep Eugenia jamboloides 2 2 26.667 0.781 0.067 2.151 2.932
30 Nyatoh Palaquium amboinense 9 4 120.000 3.516 0.133 4.301 7.817
59
31 carcena Nataphoebe umbelliflora 20 5 266.667 7.813 0.167 5.376 13.189
32 Bayur Pterospermum javanicum 18 4 240.000 7.031 0.133 4.301 11.332
33 Kayu Malam Drypetes ovalis 22 5 293.333 8.594 0.167 5.376 13.970
34 Kenanga alas Uvaria tripetala 12 3 160.000 4.688 0.100 3.226 7.913
35 Janglot Orophea hexandra 45 7 600.000 17.578 0.233 7.527 25.105
36 Jambu Hutan Syzygium samarangense 12 4 160.000 4.688 0.133 4.301 8.989
37 Wangsul 2 2 26.667 0.781 0.067 2.151 2.932
38 Tekek Gironniera cuspidata 1 1 13.333 0.391 0.033 1.075 1.466
39 Mangga Hutan Mangifera foetida 1 1 13.333 0.391 0.033 1.075 1.466
256 3413.333 100.000 3.100 100.000 200.000
c. Tiang
Jumlah
Jenis
Plot
Ditemukan
No Nama Lokal Nama Latin Jumlah Jenis K KR F FR D DR INP
1 Bakau Rhizophora mucronata 9 1 30.000 7.087 0.033 1.493 0.000038806666667 1.144 9.724
2 Malengen Excoecaria agallocha 6 3 20.000 4.724 0.100 4.478 0.000004422333333 0.130 9.333
3 manting Sizygium polyanthum 2 2 6.667 1.575 0.067 2.986 0.000016145000000 0.476 5.036
4 kendal batu Cordia obligua 1 1 3.333 0.787 0.033 1.493 0.000006698666667 0.198 2.478
5 kesambi Schleichera oleosa 4 4 13.333 3.150 0.133 5.971 0.000008478000000 0.250 9.371
6 raung 1 1 3.333 0.787 0.033 1.493 0.000007562166667 0.223 2.503
7 jambu alas Syzygium samarangense 2 2 6.667 1.575 0.067 2.986 0.000005887500000 0.174 4.734
8 trengguli Cassia fistula 1 1 3.333 0.787 0.033 1.493 0.000003166166667 0.093 2.374
9 akasia Acacia nelotica 1 1 3.333 0.787 0.033 1.493 0.000003166166667 0.093 2.374
10 asem Tamarindus indica 2 1 6.667 1.575 0.033 1.493 0.000014365500000 0.424 3.491
11 kayu pait Strychnos lucida 4 2 13.333 3.150 0.067 2.986 0.000024021000000 0.708 6.844
12 walikukun Schoutenia ovata 6 4 20.000 4.724 0.133 5.971 0.000018944666667 0.559 11.254
13 serut Streblus asper 14 3 46.667 11.024 0.100 4.478 0.000036371666667 1.073 16.575
60
14 sanek Xanthophyllum sp 2 2 6.667 1.575 0.067 2.986 0.000003166166667 0.093 4.654
15 timongo Kleinhovia hospita 3 1 10.000 2.362 0.033 1.493 0.000020776333333 0.613 4.468
16 memecylon Memecylon sp 1 1 3.333 0.787 0.033 1.493 0.000005128666667 0.151 2.431
17 Bunut Ficus sp. 1 1 3.333 0.787 0.033 1.493 0.000004422166667 0.130 2.411
18 Balang Pterospermum diversifolium 3 3 10.000 2.362 0.100 4.478 0.000033912000000 1.000 7.841
19 Seresak Ficus superba 1 1 3.333 0.787 0.033 1.493 0.000009446166667 0.279 2.559
20 Resep Eugenia jamboloides 8 4 26.667 6.299 0.133 5.971 0.000389464666667 11.486 23.756
21 Deluwek Microcos tomentosa 1 1 3.333 0.787 0.033 1.493 0.000003166166667 0.093 2.374
22 sompor Dillenia pentagyna 2 2 6.667 1.575 0.067 2.986 0.000023550000000 0.695 5.255
23 Manggis Hutan 13 6 43.333 10.236 0.200 8.957 0.000678266166667 20.004 39.196
24 pauan 5 4 16.667 3.937 0.133 5.971 0.000117462166667 3.464 13.372
25 kayu malam Drypetes ovalis 19 6 63.333 14.961 0.200 8.957 0.001809922166667 53.379 77.296
26 wangsul 5 2 16.667 3.937 0.067 2.986 0.000128216666667 3.781 10.704
27 kenanga hutan 3 2 10.000 2.362 0.067 2.986 0.000052987500000 1.563 6.910
28 carcena Nataphoebe umbelliflora 2 1 6.667 1.575 0.033 1.493 0.000023550000000 0.695 3.762
29 gholan 1 1 3.333 0.787 0.033 1.493 0.000007562166667 0.223 2.503
30 nyatoh Palaquium amboinense 1 1 3.333 0.787 0.033 1.493 0.000004422166667 0.130 2.411
31 sasa 1 1 3.333 0.787 0.033 1.493 0.000004422166667 0.130 2.411
32 lampok Syzygium racemosum 2 1 6.667 1.575 0.033 1.493 0.000015072000000 0.445 3.512
127 423.333 100.000 2.233 100.000 0.003522951000000 100.000 300.000
d. Pohon
Jumlah
Jenis
Plot
Ditemukan
No Nama Lokal Nama Latin Jumlah Jenis K KR F FR D DR INP
1 Malengen Excoecaria agallocha 11 2 9.167 4.059 0.067 1.587 0.000067840358333 3.461 9.108
2 manting Sizygium polyanthum 2 2 1.667 0.738 0.067 1.587 0.000013410541667 0.684 3.010
3 ketapang Terminalia catappa 6 3 5.000 2.214 0.100 2.381 0.000026912208333 1.373 5.968
61
4 asem Tamarindus indica 4 3 3.333 1.476 0.100 2.381 0.000110717708333 5.649 9.506
5 kesambi Schleichera oleosa 15 11 12.500 5.535 0.367 8.730 0.000252220750000 12.869 27.134
6 raung 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000004768875000 0.243 1.406
7 kepuh Sterculia foetida 2 2 1.667 0.738 0.067 1.587 0.000009439220000 0.482 2.807
8 walikukun Schoutenia ovata 13 6 10.833 4.797 0.200 4.762 0.000104509016667 5.332 14.891
9 serut Streblus asper 34 11 28.333 12.546 0.367 8.730 0.000091868333333 4.687 25.964
10 timongo Kleinhovia hospita 8 2 6.667 2.952 0.067 1.587 0.000056022833333 2.858 7.398
11 Tekek Gironniera cuspidata 5 5 4.167 1.845 0.167 3.968 0.000015605095541 0.796 6.609
12 kayu abu Homalium foetidum 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000009023354565 0.460 1.623
13 balang Pterospermum diversifolium 13 8 10.833 4.797 0.267 6.349 0.000049083731423 2.504 13.651
14 binong Tetra meles nudiflora 9 5 7.500 3.321 0.167 3.968 0.000135098195329 6.893 14.182
15 deluwak Microcos tomentosa 6 4 5.000 2.214 0.133 3.175 0.000018628582803 0.950 6.339
16 sasa 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000001593020170 0.081 1.244
17 resep Eugenia jamboloides 30 8 25.000 11.070 0.267 6.349 0.000294989384289 15.051 32.471
18 lerak Sapindus rarak 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000008028131635 0.410 1.572
19 talok Grewia eriocarpa 2 1 1.667 0.738 0.033 0.794 0.000008044718684 0.410 1.942
20 gholan 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000001658704883 0.085 1.247
21 weru Garuga pinnata 2 2 1.667 0.738 0.067 1.587 0.000144236995754 7.359 9.685
22 kemloko Emblica officinalis 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000016563163482 0.845 2.008
23 trengguli Cassia fistula 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000012091958599 0.617 1.780
24 mangga hutan 4 3 3.333 1.476 0.100 2.381 0.000076967887473 3.927 7.784
25 Manggis Hutan 38 7 31.667 14.022 0.233 5.556 0.000074765127389 3.815 23.392
26 karongrong 8 3 6.667 2.952 0.100 2.381 0.000020577892781 1.050 6.383
27 carcena Nataphoebe umbelliflora 7 5 5.833 2.583 0.167 3.968 0.000104647027601 5.339 11.891
28 nyatoh Palaquium amboinense 8 4 6.667 2.952 0.133 3.175 0.000041470939490 2.116 8.243
29 kalambimbing 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000005374203822 0.274 1.437
30 pauan 11 4 9.167 4.059 0.133 3.175 0.000033031449045 1.685 8.919
62
31 girang duri Leea indica 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000002803211253 0.143 1.306
32 bunut Ficus sp. 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000010366905520 0.529 1.692
33 kayu malam Drypetes ovalis 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000000350981953 0.018 1.181
34 wangsul 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000001725716561 0.088 1.251
35 bayur Pterospermum javanicum 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000000448513800 0.023 1.186
36 kalangrat 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000006634819533 0.339 1.501
37 kemuning Pittosporum moluccanum 2 2 1.667 0.738 0.067 1.587 0.000001712446921 0.087 2.413
38 apak Ficus sp. 4 3 3.333 1.476 0.100 2.381 0.000082304272824 4.199 8.056
39 laban Vitex pubescens 1 1 0.833 0.369 0.033 0.794 0.000005738455414 0.293 1.455
40 sompor Dillenia pentagyna 9 5 7.500 3.321 0.167 3.968 0.000038624601911 1.971 9.260
268 223.333 100.000 4.200 100.000 0.001959899335446 100.000 300.000
63
Tabel Lampiran 9.. Distribusi Jenis Tumbuhan di TN Baluran
Jenis Ekosistem Hutan
Dataran Dataran
No Nama Lokal Nama Latin Mangrove Pantai Savana Evergreen Rendah Tinggi
1 bakau Rhizophora mucronata
2 Malengen Excoecaria agallocha
3 tinggi Ceriops tagal
4 nyamplung Calophyllum inophyllum
5 popohan Buchanania arborescens
6 sida Sida acuta
7 kemuning Murraya paniculata
8 gebang Corypha utan
9 kunyile Desmodium umbellatum
10 kalamanthang Anomianthus auritus
11 kesambi Schleichera oleosa
12 ketapang Terminalia catappa
13 mimbo Azadirachta indica
14 kendal batu Cordia obligua
15 jarong Stachytarpheta jamaicensis
16 jerukan Citrus sp.
17 kayu pait Strychnos lucida
18 sogo Abrus precatorius
19 sangkep Acalypha indica
20 timongo Kleinhovia hospita
21 sanek Xanthophyllum sp.
22 memecylon Memecylon sp
23 sasa -
24 Serut Streblus asper
64
25 Walikukun Schoutenia ovata
26 Balang Pterospermum diversifolium
27 Tambis -
28 Baunia Bauhinia purpurea
29 Kemloko Emblica officinalis
30 bening Calicarpa cuspidata
31 Rukem Flacourtia indica
32 Pauan -
33 Bayur Pterospermum javanicum
34 Kenanga alas Uvaria tripetala
35 Janglot Orophea hexandra
36 Resep Eugenia jamboloides
37 Kayu malam Drypetes ovalis
38 carcena Nataphoebe umbelliflora
39 Gholan Mallotus philippinensis
40 Nyatoh Palaquium amboinense
41 jambean Panicum barbatum
42 Jambu alas Syzygium samarangense
43 Truntun Lumnitzera racemosa
44 raung -
45 akasia Acacia nilotica
46 talok Grewia eriocarpa
47 garung
48 asem Tamarindus indica
49 rabet Vitis lanceolaris
50 kemladingan Leucaena glauca
51 Sompor Dillenia pentagyna
65
52 Girang Leea indica
53 Wangsul -
54 Tekek Gironniera cuspidata
55 Mangga Hutan Mangifera foetida
56 manting Sizygium polyanthum
57 trengguli Cassia fistula
58 Bunut Ficus sp.
59 Seresak Ficus superba
60 Deluwek Microcos tomentosa
61 lampok Syzygium racemosum
62 kepuh Sterculia foetida
63 kayu abu Homalium foetidum
64 binong Tetra meles nudiflora
65 lerak Sapindus rarak
66 weru Garuga pinnata
67 karongrong -
68 kalambimbing -
69 kalangrat -
70 apak Ficus sp.
71 manggis Hutan
72 laban Vitex pubescens
66
Tabel Lampiran 10. Data Kondisi Biofisik Lahan Perbukitan di Taman Nasional Baluran (lembar 1)
67
Tabel Lampiran 11. Data Kondisi Biofisik Lahan Perbukitan di Taman Nasional Baluran (......lanjutan lembar 2)
68
Tabel Lampiran 12. Data Kondisi Biofisik Lahan Dataran Rendah di Taman Nasional Baluran (lembar 1)
69
Tabel Lampiran 13. Data Kondisi Biofisik Lahan Dataran Rendah di Taman Nasional Baluran (.........lanjutan lembar 2)
70
Tabel Lampiran 14. Daftar Simbol Kartu Lapang untuk Survai ISDL
71
Tabel Lampiran 15. Daftar Simbol Kartu Lapang untuk Survai ISDL (……lanjutan)
72