A. PENDAHULUAN
Sejarah menunjukkan bahwa penerapan pertanian modern dan intensip ini telah
memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan output pertanian dan
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Masalah – masalah lingkungan baru yang lebih serius seperti polusi air dan
udara (water and air pollution), erosi dan degradasi lahan, kehilangan keragaman hayati,
deforestrasi bahkan meningkatnya suhu bumi (global warming).
1
B. REVOLUSI HIJAU, IMLIKASI EKONOMI DAN LINGKUNGAN
Perkembangan Revolusi Hijau
Revolusi Hijau (Green Revolution) adalah awal dari semakin berkembang dan
diterapkannya pertanian intensif dan modern. Revolusi Hijau dimulai di Amerika Serikat
pada tahun 1960 an yaitu dengan berkembannya beberapa dan metode untuk menangani
masalah kekurangan pangan yang krusial.
2
Sejarah menunjukkan bahwa usaha ini boleh dikatakan sangat berhasil.
Perkembangan produksi pangan di negara Asia termasuk Indonesia pada dua dekade
terakhir sangat mengesankan melalui pengadopsian varietas baru bagi komoditi pangan
utama yang diakibatkan oleh perkembangan revolusi hijau yang semakin meluas.
Implikasi Lingkungan
Telepas dari karakteristik dari pertanian intensif yang cenderung tidak ramah
terhadap lingkungan, ada beberapa faktor lain yang ikut mendorong terjadinya dampak
yang tidak menguntungkan. Hester Gunasekara, dan Adrews (1995) menyatakan
bahwa ada dua faktor penting kenapa pertanian intensif – modern berdampak negatif
terhadap lingkungan Pertama, para petani (produsenPtidak menanggung atau
mengeluarkan biaya penuh untuk mengatsi efek yang tidak menguntungkan tersebut.
Kedua, adanya bantuan atau dukungan yang besar dari pemerintah kepada petani
(produsen) sehingga merangsang petani untuk ,e,[roduksi lebih besar dari yang
seharusnya dan juga merangsang petani melakukan kegiatan pertanian intensif
3
(penggunaan indut kimia yang berlebihan). Selanjutnya Glissman (1990) mengemukakan
dalam akselarasi pembangunan petanian, kajian dan penelitian lebih diarahkan untuk
memaksimumkan produksi dari pada mengoptimalkannya dalam batas – batas ekosistem
tertentu, dan itu umumnya hanya didasarkan pada penerimaan ekonomi dalam jangka
pendek ketimbang pendekatan jangka panjang (sustainabilitas).
Penerapan yang berlebihan dari input kimia terutama yang beracun disertai
dengan metode aplikasi yang tidak benar bisa menimbulkan biaya sosial dan lingkungan
yang tidak kecil yang diakibatkan oleh meingkatnya intensitas eksploitasi basis sumber
daya pertanian yang selanjutnya mengakibatkan ketidak stabilan ekosistem pertanian
serta polusi lingkungan. Kondisi yang lebih parah bisa saja terjadi di negara – negara
berkembang seperti di Asia yang mempunyai ciri pertanian yang spesifik. Dengan
sendirinya, mereka belum atau tidak mempertimbangkan serta memperhatikan efek
negatif terhadap lingkungan dalam jangka panjang.
Secara garis besar, dampak lingkungan dari aktivitas pertanian terdiri dari
dampak terahadap lingkungan usaha tani itu sendiri (on site effects) dan dampaknya
kesehatan dan lingkungan sekitar atau luar usaha tani (off site effects). Dampak itu
meliputi :
4
Degradasi lahan berkaitan dengan efek negatif (adverse effects) dari pertanian
komersial-moderen terhadap tingkat produksi dan suplai jasa lingkungan lainnya di
masa depan.
5
tertentu seperti bayam (spinach) atau paling tidak merusak atau mengurangi tanaman
tersebut.
- Pemakaian pupuk buatan yang berlebihan bisa merusak hutan dan ekosistem alam
lainnya dengan terganggunya siklus unsur hara alam (Smil 1991).
- Pupuk nitorgen buatan juga memberikan kontribusi yang berarti terhadap emisi
nitrous oxide (NO2) yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, yang merupakan suatu
gas rumah kaca yang potensial mengakibatkan kerusakan lapisan ozon (stratospheirc
ozone).
- Kehawatiran lebih lanjut adalah dampak pengembangan pabrik pupuk khususnya
pupuk nitrogen tergantung dari ketersediaan bahan bakar alam (fossil fuels) pada
harga cocok baik sebagai
Dampak Mekanisasi
Mekanisasi adalah salah satu unsur, dari pertanian intensif modern dan insentif.
Pemakaian traktor pengelolaan tanah, mesin panen, mesin pemupukan tidak hanya
memberikan dampak lingkungan. Menurut Soule dan Piper kehadiran mekanisasi
sebagai upaya mengatasi masalah tenaga kerja yang tidak efisien juga telah menimbulkan
masalah – masalah seperti erosi, ketergantungan terhadap energi, pengeluaran modal,
pembayaran bunga, bertambah besarnya usaha tani, dan semakin sedikitnya petani dan
penyerapan tenga kerja.
Dengan beragamnya masalah lingkungan yang disebabkan oleh penerapan
teknologi dalam bidang pertanian serta kegiatan – kegiatan terkait telah mengakibatkan
semakin besarnya resiko yang ditanggung masyarakat Biaya sosial atau lingkungan yang
terjadi bisa dalam berbagai macam, misalnya sebagai berikut :
- Biaya untuk memurnikan kembali air yang telah tercemar.
- Biaya sosial untuk mengatasi gangguan kesehatan yang terjadi.
- Biaya yang tak terhingga karena kehilangan species tanaman dan hewan.
- Biaya administrasi dan kelembagaan yang menyertai penanganan masalah tersebut.
6
C. KRISIS EKOLOGI UTAMA DI BIDANG PERTANIAN
Pada bagian ini akan disorot khusus tentang beberapa masalah lingkungan
khusus dibidang pertanian ini yang tengah mendapat perhatian seius tidak hanya di
negara maju tetapi juga bagi negara – negara berkembang terutama di Asia, sehingga
boleh dikatakan sudah mendapat perhatian global. Masalah – masalah ini akan dikaji
faktor – faktor yang mendorong terjadinya masalah tersebut serta gambaran
konsekwensinya terhadap lingkungan.
Erosi Tanah
Erosi tanah (soil erosion) merupakan salah satu masalah penting di bidang
pertania khususnya dampak terhadap degradasi linghungan. Tingkat erosi yang tinggi
bisa berpengaruh negatif terhadap produktifitas lahan dan meningkatnya biaya – biaya
itu, maka masyarakat akan cenderung menaksir rendah (underestimate) biaya erosi
tersebut dan menaksir terlau tinggi (overestimate) biaya konservasi lahan.
Menurut Soule dan Piper (1992) erosi ini mempunyai dampak negatif baik
terhadap usaha tani itu sendiri (costs on the farm or on-site effects) maupun diluar
kegiatan usaha tani (off-farm costs or off-site effects). Dampak utama erosi tanah terhadap
lingkungan usaha tani meliputi kehilangan lapisan atas tanah yang subur (loss of fertile
topsil), berkurangnya kedalaman lahan (reduction in soil depth), kehilangan kelembagaan
tahan (loss of soil moisture) yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman dan kehilangan
kemampuan lahan untuk menghasilkan tanaman – tanaman yang lebih menguntungkan.
Konsekuensi dari erosi terjadi juga di luar usaha tani (lahan) (off-site effects/
costs). Dampak yang nyata dalam hal ini adalah terjadinya dekomposisi pertikel –
partikel tanah pada lokasi – lokasi aliran sungai atau saluran air serta daerah – daerah
hulu sungai (downnstream locations).
Biaya dari dampak erosi terhadap aspek di luar usaha tani tersebut bisa
diestimasi dengan menghitung biaya – biaya yang berkaitan dengan (1) siltasi dari sistem
irigasi (2) pengaruh pelabuhan – pelabuhan dan aliran – aliran air dan (3) kehilangan
tenga listrik hidro (hydroelectric) dan kapasitas irigasi yang akibatkan oleh sedimentasi
7
pada dam – dam dan bendungan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Magrath and
Arens (1989) ditemukan bahwa dampak erosi terhadap lahan usaha tani sendiri adalah
kehilangan tanah pertanian rata – rata pertahun di pulau jawa adalah 123.2. metrik ton per
hektar dan kehilangan produktivitas pertanian pertahun berkisar 4 % dengan nilai sekitar
315 juta dollar Amerika.
Polusi
Polusi atau pencemaran (pollution) yang meliputi polusi air, udara, dan telinga
(suara) telah mendapat perhatian yang meluas. Hal ini muncul karena para ahli ekonomi
pertanian serta pencipta lingkungan telah menyaksikan dan menyadari bahwa penerapan
intensifikasi pertanian aktivitas pertanian yang berlebihan telah menimbulkan dampak
lingkungan yang serius, sehingga dibutuhkan langkah – langkah yang terpadu dan serius
pula.
Perhatian sekarang ini tentang efek polusi dari pertanian dititik beratkan pada
penggunaan pupuk nitrogen baik yang berasal dari pupuk nitrogen sintesis maupun dari
pupuk kotoran hewan (animal manures).
8
Deforestrasi adalah sumber utama kehilangan spesies karena hal itu
menghancurkan habitat – habitat yang paling aktif secara biolegis. Kegiatan pertanian dan
kehutanan adalah konstribusi utama dari masalah KKH tersebut. Penerapan pertanian
intensif – modern telah menyebabkan berkurangnya keragaman hayati yang signifikan
sehingga bisa mengancam pertanian yang sustainabel dan kemampuan bumi. Keragaman
hayati ini bisa terpengaruh baik lokaal maupun global.
Kenaikan suhu bumi (KSB) adalah masalah yang sangat kompleks dalam
hubungannya dengan pembangunan pertanian dan kehutanan. Efek rumah kaca adalah
mempertahankan suhu bumi dari seharusnya, tetapi akitivitas umat manusia
meningkatkan efek rumah kaca ini sehingga mengakibatkan meningkatnya permukaan
bumi. Beberapa gas rumah kaca adalah hasil kegiatan umat manusia.
10
4. Mengembangkan Teknologi yang cocok berdasarkan suatu pemahaman yang lebih
baik akan sistem biologi.
5. Berjuan untuk mengoptimumkan nilai gizi bahan makanan.
6. Alat atau metode yang cocok dalam pengolahan, distribusi dan sistem pemasaran,
misalnya struktur yang terdesentralisasi.
7. Termasuk orang – orang yang bekerja atau hidup pada lahan itu, sehingga sistem
pertanian yang sustainabel termasuk aspek sosiologi dan biologi.
8. Menciptakan suatu sistem yang menyenangkan pihak – pihak yang bekerja di
dalamnya serta pihak luar yang mengamatinya.
11
Pengaturan Irigasi
Baik produksi tanaman dan ternak tergantung dari ketersediaan air. Kuantitas
dan kualitas air yang digunakan di bidang pertanian adalah saling terkait dalam
menentukan kapasitas produksi lahan dan kualitas lingkungan serta sumber daya air. Dua
masalah yang bisa ditangani dengan pengaturan irigasi dan drainase adalah masalah
salinitas (salinity) dan kesamaan tanah (acidity-alkalinity).
E. PENUTUP
12