Anda di halaman 1dari 12

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERTANIAN

DAN KUALITAS LINGKUNGAN

A. PENDAHULUAN

Upaya peningkatan produksi pangan merupakan prioritas utama karena


permintaannya yang meningkat tetapi juga karena distribusinya yang belum merata.
Pengelolaan yang tidak bijaksana dan tidak mengacu kedepan akan berakibat
menurunnya produktifitas pertanian. Disetiap negara biasanya merumuskan
kebijaksanaan yang bisa meningkatkan produktivitas pertanian terutama untuk
mencukupi kebutuhan pangan (self-sufficiency), meningkatkan kesempatan kerja dan
pendapatan usaha tani serta kesejahteraan petani. Bagi negara – negara yang berpenduduk
besar, keberadaan komoditi pangan ini seperti beras merupakan komoditi yang memiliki
nilai yang strategi, bahkan bernilai politis. Tidak tersediaanya komoditi ini secara cukup,
akan mendorong harga yang melambung dan sulit dikontrol sehingga bisa memicu
persoalan sosial dan politis.

Sejarah menunjukkan bahwa penerapan pertanian modern dan intensip ini telah
memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan output pertanian dan
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Masalah – masalah lingkungan baru yang lebih serius seperti polusi air dan
udara (water and air pollution), erosi dan degradasi lahan, kehilangan keragaman hayati,
deforestrasi bahkan meningkatnya suhu bumi (global warming).

Dengan semakin luas dan berkembangnya issu dampak negatif pertanian


intensip, maka konsep pembangunan pertanian harus berubah arah kepada pembangunan
yang tidak hanya memperhatikan aspek ekonomi tetapi juga aspek lingkungannya.
Konsep yang berkembang tentang pembangunan pertanian yang berwawasan lingkungan
(ecologically sustanable agriculture) serta alternatif sistem pertanian yang bisa menekan
timbulnya masalah lingkungan yang lebih serius.

1
B. REVOLUSI HIJAU, IMLIKASI EKONOMI DAN LINGKUNGAN
 Perkembangan Revolusi Hijau

Revolusi Hijau (Green Revolution) adalah awal dari semakin berkembang dan
diterapkannya pertanian intensif dan modern. Revolusi Hijau dimulai di Amerika Serikat
pada tahun 1960 an yaitu dengan berkembannya beberapa dan metode untuk menangani
masalah kekurangan pangan yang krusial.

Salah satu tunggak penting perkembangan Revolusi Hijau dunia adalah


keterlibatan Yayasan Rockefeller (Rockefeller Foundation) pada tahun 1943 di Meksiko.

Secara historis perkembangan Revolusi Hijau (Pertanian Intensf Modern)


terjadi sebagai akibat dari interaksi atau hubungan erat interaksi atau hubungan erat
antara perkembangan teknik yang dihasilkan oleh perkembangan ilmu dan teknologi
sejak peran dunia ke II. Menurut Tivy 1990 perkembangan ini meliputi :

1. Peningkatan mekanisasi pertanian dan selanjutnya proses energi yang mulanya


disuplai dengan tenaga ternak dan tenaga kerja manusia dengan energi traktor.
2. Perkembangan yang cepat dalam program – program pemuliaan hewan dan tanaman.
Sumber daya yang dimanfaatkan dalam kegiatan produksi pertanian terdiri dari
2 jenis besar yaitu sebagai berikut :
1. Sumber Daya Internal yang meliputi sumber daya alam seperti Tanah, Air dan
Tumbuhan Asli (Native Vegetation).
2. Sumber Daya Eksternal yang merupakan bahan – bahan yang didatangkan dari luar
seperti Disel, Traktor, Pupuk Pestisida dan Bahan Kimia lainnya.
 Implikasi Ekonomi

Penggunaan Imput dalam Pertanian Intensif Modern telah merupakan faktor


yang vital terhadap peningkatan hampir tiga kali lipat produksi makanan global yang
telah dicapai sejak peran dunia kedua. Jika air tersedia dengan cukup dan faktor – faktor
lainnya mendukung. Tetapi penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa batas dimana
dimana tanaman bisa menunyerap unsur hara. Secara global isyarat ini bisa diamati dari
peningkatan produksi marjinal dari setiap unit penggunaan pupuk marjinal.

2
Sejarah menunjukkan bahwa usaha ini boleh dikatakan sangat berhasil.
Perkembangan produksi pangan di negara Asia termasuk Indonesia pada dua dekade
terakhir sangat mengesankan melalui pengadopsian varietas baru bagi komoditi pangan
utama yang diakibatkan oleh perkembangan revolusi hijau yang semakin meluas.

Disamping betapa pentingnya peranan teknologi terhadap kamajuan pertanian,


perubahan teknologi yang terus – terus harus diupayakan terutama ketika paket teknologi
sebelumnya telah menunjukkan pertumbuhan produksi pertanian yang stagnan dan terjadi
kejenuhan. Lalu kemudian teknologi pertanian baru dimasyarakatkan kepada petani. Ini
penting karena produktivitas pertanian itu bersifat dinamis, dan sangat terpadu dari
perkembangan dan perubahan – perubahan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap
pembangunan pertanian itu sendiri.

 Implikasi Lingkungan

Pengalaman pembangunan pertanian di banyak negara telah menunjukkan


bahwa program intensifikasi telah memberikan kontribusi yang positif tidak hanya bagi
peningkatan produksi pertanian, tetapi juga dalam peningkatan pendapatan usaha tani,
penyediaan kesempatan kerja serta perolehan devisa yang memadai. Namun demikian,
pada saat sama, dengan diharapkan oleh terbatasnya akses teknologi dan alternatif mata
pencaharian, petani kadang terpaksa untuk mengeksploitasi sumber daya lahan yang
berlebihan misalnya dengan penggunaan input kimia yang berlebihan atau dengan cara
yang tidak semestinya (pupuk yang tidak berimbang).

Telepas dari karakteristik dari pertanian intensif yang cenderung tidak ramah
terhadap lingkungan, ada beberapa faktor lain yang ikut mendorong terjadinya dampak
yang tidak menguntungkan. Hester Gunasekara, dan Adrews (1995) menyatakan
bahwa ada dua faktor penting kenapa pertanian intensif – modern berdampak negatif
terhadap lingkungan Pertama, para petani (produsenPtidak menanggung atau
mengeluarkan biaya penuh untuk mengatsi efek yang tidak menguntungkan tersebut.
Kedua, adanya bantuan atau dukungan yang besar dari pemerintah kepada petani
(produsen) sehingga merangsang petani untuk ,e,[roduksi lebih besar dari yang
seharusnya dan juga merangsang petani melakukan kegiatan pertanian intensif

3
(penggunaan indut kimia yang berlebihan). Selanjutnya Glissman (1990) mengemukakan
dalam akselarasi pembangunan petanian, kajian dan penelitian lebih diarahkan untuk
memaksimumkan produksi dari pada mengoptimalkannya dalam batas – batas ekosistem
tertentu, dan itu umumnya hanya didasarkan pada penerimaan ekonomi dalam jangka
pendek ketimbang pendekatan jangka panjang (sustainabilitas).

Penerapan yang berlebihan dari input kimia terutama yang beracun disertai
dengan metode aplikasi yang tidak benar bisa menimbulkan biaya sosial dan lingkungan
yang tidak kecil yang diakibatkan oleh meingkatnya intensitas eksploitasi basis sumber
daya pertanian yang selanjutnya mengakibatkan ketidak stabilan ekosistem pertanian
serta polusi lingkungan. Kondisi yang lebih parah bisa saja terjadi di negara – negara
berkembang seperti di Asia yang mempunyai ciri pertanian yang spesifik. Dengan
sendirinya, mereka belum atau tidak mempertimbangkan serta memperhatikan efek
negatif terhadap lingkungan dalam jangka panjang.

Secara garis besar, dampak lingkungan dari aktivitas pertanian terdiri dari
dampak terahadap lingkungan usaha tani itu sendiri (on site effects) dan dampaknya
kesehatan dan lingkungan sekitar atau luar usaha tani (off site effects). Dampak itu
meliputi :

1. Dampak Terhadap Lingkungan Usahatani Sendiri

Ada 2 dampak utama dari revolusi pertanian terhadap lingkungan usahatani


sendiri (on-farm problems) meliputi :

- Resistensi hama, musnahnya predator dan perkembangan hama baru.


Pestisida yang diperkenalkan untuk mengatasi kehilangan produksi karena hama
penyakit bisa menimbulkan masalah-masalah seperti perkembangan hama baru serta
resistensi hama. Selain itu pestisida yang diterapkan juga ikut membunuh predator
alamiah dan parasit-parasit yang bisa jadi telah mengendalikan populasi hama pada
tingkat tertentu. (Miller, 1990; Wynen dan Fritz, 1987)
- Degradasi lahan

4
Degradasi lahan berkaitan dengan efek negatif (adverse effects) dari pertanian
komersial-moderen terhadap tingkat produksi dan suplai jasa lingkungan lainnya di
masa depan.

2. Dampak Terhadap Luar Usahatani


Pertanian Moderen-Intensif mempunyai dampak negatif terhadap luar
usahatani (off-farms problems) seperti :
 Dampak Potensial Penggunaan Pestisida
Beberapa dampak utama dari penggunaan pestisida terhadap luar usahatani terutama
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dikemukakan sebagai berikut :
- Pestisida mengakibatkan polusi atau pencemaran air, keracunan manusia,
ketergantungan enrgi, pengeluaran input yang tinggi, menyebabkan kanker yaitu
dengan mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung bahan aktif pestisida.
- Spesies binatang dan tumbuhan liar adalah terpengaruh baik langsung maupun tidak
langsung akibat dari berkurangnya sumber dan basis makanan (Nutrisi).
- Bahan makanan (foodstuff) dan rantai makanan (food chain) bisa terkontaminasi oleh
residu atau buangan dari pestisida.
- Menurunkan dan atau membahayakan kualitas air, udara, dan bahan makanan baik
untuk kebutuhan manusia maupun untuk flora dan fauna.
 Dampak Potensial Penggunaan Pupuk
Dampak penggunaan pupuk terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dikemukakan
sebagai berikut :
- Pertanian intensif mengakibatkan pelepasan (leaching) nitrat ke dalam air tanah
dengan skala yang besar baik secara lokal maupun regional yang menurunkan
kualitas air tanah dan air permukaan dan akhirnya membahayakan kesehatan
manusia, dan hewan air.
- Eutrofikasi pada lingkungan air, terutama pada parit dan selokan serta kolam-kolam
di daerah pedesaan yang diakibatkan oleh aliran bahan-bahan hara terutama phospor
dan nitrogen dari lahan usaha tani. Penggunaan pupuk hidrogen yang berlebihan bisa
menghasilkan tingkat akumulasi nitra yang tidak sehat pada tanaman – tanaman

5
tertentu seperti bayam (spinach) atau paling tidak merusak atau mengurangi tanaman
tersebut.
- Pemakaian pupuk buatan yang berlebihan bisa merusak hutan dan ekosistem alam
lainnya dengan terganggunya siklus unsur hara alam (Smil 1991).
- Pupuk nitorgen buatan juga memberikan kontribusi yang berarti terhadap emisi
nitrous oxide (NO2) yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, yang merupakan suatu
gas rumah kaca yang potensial mengakibatkan kerusakan lapisan ozon (stratospheirc
ozone).
- Kehawatiran lebih lanjut adalah dampak pengembangan pabrik pupuk khususnya
pupuk nitrogen tergantung dari ketersediaan bahan bakar alam (fossil fuels) pada
harga cocok baik sebagai

 Dampak Mekanisasi
Mekanisasi adalah salah satu unsur, dari pertanian intensif modern dan insentif.
Pemakaian traktor pengelolaan tanah, mesin panen, mesin pemupukan tidak hanya
memberikan dampak lingkungan. Menurut Soule dan Piper kehadiran mekanisasi
sebagai upaya mengatasi masalah tenaga kerja yang tidak efisien juga telah menimbulkan
masalah – masalah seperti erosi, ketergantungan terhadap energi, pengeluaran modal,
pembayaran bunga, bertambah besarnya usaha tani, dan semakin sedikitnya petani dan
penyerapan tenga kerja.
Dengan beragamnya masalah lingkungan yang disebabkan oleh penerapan
teknologi dalam bidang pertanian serta kegiatan – kegiatan terkait telah mengakibatkan
semakin besarnya resiko yang ditanggung masyarakat Biaya sosial atau lingkungan yang
terjadi bisa dalam berbagai macam, misalnya sebagai berikut :
- Biaya untuk memurnikan kembali air yang telah tercemar.
- Biaya sosial untuk mengatasi gangguan kesehatan yang terjadi.
- Biaya yang tak terhingga karena kehilangan species tanaman dan hewan.
- Biaya administrasi dan kelembagaan yang menyertai penanganan masalah tersebut.

6
C. KRISIS EKOLOGI UTAMA DI BIDANG PERTANIAN

Pada bagian ini akan disorot khusus tentang beberapa masalah lingkungan
khusus dibidang pertanian ini yang tengah mendapat perhatian seius tidak hanya di
negara maju tetapi juga bagi negara – negara berkembang terutama di Asia, sehingga
boleh dikatakan sudah mendapat perhatian global. Masalah – masalah ini akan dikaji
faktor – faktor yang mendorong terjadinya masalah tersebut serta gambaran
konsekwensinya terhadap lingkungan.

 Erosi Tanah

Erosi tanah (soil erosion) merupakan salah satu masalah penting di bidang
pertania khususnya dampak terhadap degradasi linghungan. Tingkat erosi yang tinggi
bisa berpengaruh negatif terhadap produktifitas lahan dan meningkatnya biaya – biaya
itu, maka masyarakat akan cenderung menaksir rendah (underestimate) biaya erosi
tersebut dan menaksir terlau tinggi (overestimate) biaya konservasi lahan.

Menurut Soule dan Piper (1992) erosi ini mempunyai dampak negatif baik
terhadap usaha tani itu sendiri (costs on the farm or on-site effects) maupun diluar
kegiatan usaha tani (off-farm costs or off-site effects). Dampak utama erosi tanah terhadap
lingkungan usaha tani meliputi kehilangan lapisan atas tanah yang subur (loss of fertile
topsil), berkurangnya kedalaman lahan (reduction in soil depth), kehilangan kelembagaan
tahan (loss of soil moisture) yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman dan kehilangan
kemampuan lahan untuk menghasilkan tanaman – tanaman yang lebih menguntungkan.

Konsekuensi dari erosi terjadi juga di luar usaha tani (lahan) (off-site effects/
costs). Dampak yang nyata dalam hal ini adalah terjadinya dekomposisi pertikel –
partikel tanah pada lokasi – lokasi aliran sungai atau saluran air serta daerah – daerah
hulu sungai (downnstream locations).

Biaya dari dampak erosi terhadap aspek di luar usaha tani tersebut bisa
diestimasi dengan menghitung biaya – biaya yang berkaitan dengan (1) siltasi dari sistem
irigasi (2) pengaruh pelabuhan – pelabuhan dan aliran – aliran air dan (3) kehilangan
tenga listrik hidro (hydroelectric) dan kapasitas irigasi yang akibatkan oleh sedimentasi

7
pada dam – dam dan bendungan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Magrath and
Arens (1989) ditemukan bahwa dampak erosi terhadap lahan usaha tani sendiri adalah
kehilangan tanah pertanian rata – rata pertahun di pulau jawa adalah 123.2. metrik ton per
hektar dan kehilangan produktivitas pertanian pertahun berkisar 4 % dengan nilai sekitar
315 juta dollar Amerika.

 Polusi

Polusi atau pencemaran (pollution) yang meliputi polusi air, udara, dan telinga
(suara) telah mendapat perhatian yang meluas. Hal ini muncul karena para ahli ekonomi
pertanian serta pencipta lingkungan telah menyaksikan dan menyadari bahwa penerapan
intensifikasi pertanian aktivitas pertanian yang berlebihan telah menimbulkan dampak
lingkungan yang serius, sehingga dibutuhkan langkah – langkah yang terpadu dan serius
pula.

Perhatian sekarang ini tentang efek polusi dari pertanian dititik beratkan pada
penggunaan pupuk nitrogen baik yang berasal dari pupuk nitrogen sintesis maupun dari
pupuk kotoran hewan (animal manures).

Pada kasus Indonesia, bukti mutakhir menunjukkan bahwa kebijakan pertanian


bagi swasembada padi telaj menyebabkan beberapa masalah – masalah lingkungan
(Hardjono, 1991). Efek dari mengalirnya pupuk dan pestisida ke air tanah diperkirakan
cukup besar (Fox, 1991). Hasil penelitian di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan
bahwa kandungan nitrat yang tinggi di air permukaan dan air tanah bukan diakibatkan
oleh input kimia dari sektor pertanian, tetapi sebagian besar berasal dari kotoran hewan
dan manusia.

 Kehilangan Keragaman Hayati

Keragaman Hayati (biological diversity) merujuk pada keragaman ekosistim


dan spesies tanaman dan hewan yang bisa ditemukan di alam. Ummat manusia
tergantung dari ragam spesies dalam lingkungan ekosistem yang sehat seperti udara untuk
bernapas, air untuk diminum, dan lahan yang produktif bagi pertanian.

8
Deforestrasi adalah sumber utama kehilangan spesies karena hal itu
menghancurkan habitat – habitat yang paling aktif secara biolegis. Kegiatan pertanian dan
kehutanan adalah konstribusi utama dari masalah KKH tersebut. Penerapan pertanian
intensif – modern telah menyebabkan berkurangnya keragaman hayati yang signifikan
sehingga bisa mengancam pertanian yang sustainabel dan kemampuan bumi. Keragaman
hayati ini bisa terpengaruh baik lokaal maupun global.

Salah satu penyebab berkurangnya keragaman hayati global adalah kegiatan


deforestrasi baik akibat eksploitasi hasil hutan seperti kayu dan sebagainya, dan
perubahan fungsi hutan menjadi lahan pertanian atau perkebunan baru yang cenderung
monokultur, bahan untuk kegiatan pembelaan dan peternakan.

 Efek Rumah Kaca dan Kenaikan Suhu Bumi.

Kenaikan suhu bumi (KSB) adalah masalah yang sangat kompleks dalam
hubungannya dengan pembangunan pertanian dan kehutanan. Efek rumah kaca adalah
mempertahankan suhu bumi dari seharusnya, tetapi akitivitas umat manusia
meningkatkan efek rumah kaca ini sehingga mengakibatkan meningkatnya permukaan
bumi. Beberapa gas rumah kaca adalah hasil kegiatan umat manusia.

D. PEMBANGUNAN PERTANIAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

 Konsep dan Defenisi

Seperti yang dikemukakan oleh Ninan da Chandrashekar (1993), strategi


pertumbuhan yang didasarkan pada revolusi hijau adalah tidak sustainabel. Di literatur
asing, telah berkembang berbagai macam istilah bagi pertanian yang berwawasan
lingkungan ini.

OECD (1989) menrekomendasikan bahwa dalam pengembangan


kebijaksanaan pembangunan pertanian harus memperhatikan faktor – faktor yang saling
terkait sebagi berikut :

- Meningkatkan kontribusi positif dan sektor pertanian terhadap lingkungan.


- Kebutuhan untuk mengurangi polusi pertanian.
9
- Pentingnya penyesuaian kebijaksanaan pembangunan pertanian agar supaya
memperhitungkan aspek lingkungan.

Balfour (1977) mendefenisikan pertanian sustainabel dalam satu kata yaitu


Permanen yang diartikan sebagai mengadopsi teknik – teknik yang mempertahankan
kesuburan tanah secara tidak terhingga, yang memanfaatkan sejauh mungkin hanya
sumber daya yang bisa dipengaruhi, yang tidak mencemarkan lingkungan dan
meningkatkan kehidupan energi (aktivitas biologi) dalam tanah dan keseluruhan siklus
dari semua rantai makanan yang terlibat.

Para ahli ekonomi biasanya menggunakan patokan harga ketimbang jumlah


(quantity) untuk mengukur kelangkaan relatif. Harga makanan yang sangat tinggi
mengancam keamanan pangan dan harga yang rendah mengancam pendapatan petani.

 Implikasi Kebijaksanaan PPBL

Untuk mengatasi dampak lingkungan dari aktivitas ekonomi melalui


pendekatan negosiasi, pendekatan hukum, dan pendekatan ekonomi. Pemakaian input
kimia harus deminimalkan serta cara pemakaiannya harus aman dan sesuai dengan
perturan kesehatan. Oleh karena itu, sistem pertanian bisa berupa sebagai berikut :

 Pertanian yang menggunakan input kimia yang lebih sedikit, sehingga


meminimalkan efek yang ditimbulkannya.
 Mengembangkan sistem pertanian yang ramah terhadap lingkungan seperti
penggunaan pola tanam dan rolasi tanaman yang sesuai, penerapan hama terpadu,
serta penggunaan teknologi yang menitikberatkan pada pengembangan potensi alam
untuk menghasilkan produksi yang optimal.
Prinsip – prinsip pertanian yang sustainabel adalah sebagai berikut :
1. Mengorganisasi produksi tanaman dan ternak dan pengelolaan sumber daya usaha
tani dengan selaras dari pada konflik dengan sistem alam.
2. Kerangka perencanaan untuk keragaman dalam mewujudkan produksi yang optimum.
3. Memelihara atau mencapai keseluruhan tanah untuk produksi yang optimum, yang
tergantung pada sumber daya yang bisa diperbaharui.

10
4. Mengembangkan Teknologi yang cocok berdasarkan suatu pemahaman yang lebih
baik akan sistem biologi.
5. Berjuan untuk mengoptimumkan nilai gizi bahan makanan.
6. Alat atau metode yang cocok dalam pengolahan, distribusi dan sistem pemasaran,
misalnya struktur yang terdesentralisasi.
7. Termasuk orang – orang yang bekerja atau hidup pada lahan itu, sehingga sistem
pertanian yang sustainabel termasuk aspek sosiologi dan biologi.
8. Menciptakan suatu sistem yang menyenangkan pihak – pihak yang bekerja di
dalamnya serta pihak luar yang mengamatinya.

Meningkatkan Implikasi PPBL terutama terhadap produksi, maka dalam


pengembangannya di Indonesia bisa menghadapi kendala sebagai berikut :

1. Perbedaan prestasi tetang konsep pembangunan berkelanjutan.


2. Kondisi lapangan, terutama petani yang umumnya mempunyai lahan usaha tani yang
kecil dan terpencar – pencar.

 Beberapa Metode Alternatif

Disamping pendekatan hukum dan mekanisme pasar, petani harus pula


diberikan alternatif yang bisa mencapai tujuan pengendalian lingkungan pada tingkat
produksi yang optimal.

 Pengolahan Hama Terpadu

PHT didasarkan pada tiga dasar penting (World Bank, 1990)

- Jika memungkinkan, ketergantungan ditempatkan pada penggunaan bahan non


kimiawi untuk menekan pertumbuhan hama.
- Tujuan adalah untuk mengelola hama, bukan untuk menghabisinya.
- Kalau pestisida harus digunakan, harus dilih dan dipakai dengan cara yang
meminimalkan dampak negatif terhadap organisasi yang bernilai manusia dan
lingkungan.

11
 Pengaturan Irigasi
Baik produksi tanaman dan ternak tergantung dari ketersediaan air. Kuantitas
dan kualitas air yang digunakan di bidang pertanian adalah saling terkait dalam
menentukan kapasitas produksi lahan dan kualitas lingkungan serta sumber daya air. Dua
masalah yang bisa ditangani dengan pengaturan irigasi dan drainase adalah masalah
salinitas (salinity) dan kesamaan tanah (acidity-alkalinity).

E. PENUTUP

Keberhasilan pembangunan pertanian hampir di semua negara tidak terlepas


dari perkembangan teknologi pertanian, yang lebih spesifik dikenal sebagai revolusi hijau
(green revolution), sejak akhir perang dunia kedua. Berangkat dari kenyataan ini, telah
dikembangkan sistem pertanian baru yang mengintegrasikan antara kepentingan ekonomi
pertanian dan lingkungan, yang kemudian dikenal dengan konsep pembangunan pertanian
yang berwawasan lingkungan. Disamping pendekatan lain seperti hukum dan mekanisme
pasar, pendekatan perbaikan sistem pertanian bisa menjadi alternatif yang efektif untuk
menghindari dampak negatif dari aktivitas pertanian. Singkatnya, analisa ekonomi dari
ekploitasi sumber daya pertanianharus didasarkan pada penilaianekonomi yang
berwawasan lingkungan agar alokasi sumber daya yang efisien secara sosial bisa dicapai.

12

Anda mungkin juga menyukai