Anda di halaman 1dari 2

Menentukan Discount Rate Sosial (Social Rate of Discount)

Discount rate sosial merefleksikan return yang dapat dihasilkan dari suatu dana jika dikelola pada sektor swasta/masyarakat. Penggunaan discount rate sosial sebagai discount rate dalam menganalisis suatu proyek adalah untuk meyakinkan bahwa tidak terjadi salah kalkulasi dalam menganalisis manfaat dan biaya proyek. Tingkat return yang diharapkan oleh penabung dan investor tidak selalu sama karena adanya distorsi dalam perekonomian (pajak, misalnya). Semakin tinggi gross return yang diperlukan agar menghasilkan keuntungan, semakin sedikit dana yang diminta oleh investor untuk diinvestasikan. Kurva S adalah supply dana yang siap diinvestasikan. . Semakin tinggi tingkat bunga, semakin banyak dana yang disediakan oleh penabung. Hal lain yang dapat mempengaruhi discount rate selain pajak adalah tingkat risiko. Semakin tinggi faktor risiko suatu proyek, semakin tinggi pula gross return yang diharapkan dari proyek tersebut.

Pengaruh Inflasi Inflasi dapat menjadi masalah dalam analisis manfaat dan biaya karena ia mempengarungi net present value dari manfaat bersih (net benefit) suatu proyek. Ada dua alternatif cara untuk mengatasi masalah inflasi ini. Pertama, manfaat dan biaya suatu proyek diperhitungkan dahulu tingkat inflasinya kemudian disesuaikan. Kemudian, NPV manfaat dan biaya yang sudah dimasukkan unsur inflasi tersebut di discount dengan menggunakan nominal interest rate. Nominal interest rate adalah tingkat bunga murni ditambah dengan tingkat inflasi. Kedua, bila manfaat dan biaya dihitung tanpa memperhitungkan inflasi, maka NPVnya dihitung dengan menggunakan tingkat suku bunga murni saja (yaitu nominal interest rate dikurangi tingkat inflasi). Menentukan Peringkat Proyek Jika ada beberapa proyek yang diajukan, maka biasanya mereka akan diurut sesuai dengan besarnya NPV manfaat bersih yang dihasilkan oleh masing-masing proyek tersebut. Ada tiga kriteria dalam menentukan peringkat proyek, yaitu:
1. Net Benefit Criterion (Net Present Value) Dengan kriteria ini, proyek yang menghasilkan manfaat bersih positif akan dipertimbangkan untuk dilaksanakan. 2. Benefit-Cost ratio Benefit-Cost ratio merupakan modifikasi dari Net Benefit Criterion. Pada kriteria Benefit-Cost Ratio, proyek yang dipilih adalah yang menghasilkan rasio lebih dari 1. Bila ada beberapa proyek menghasilkan rasio diatas 1, maka yang dipilih adalah proyek yang rasionya paling besar. 3. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return adalah tingkat suku bunga pada posisi apabila selisih antara present value manfaat dan present value biaya sama dengan nol (PV manfaat PV biaya = 0). Dengan kata lain, tingkat suku bunga pada kondisi proyek tersebut mencapai titik impas. IRR adalah tingkat suku bunga ( r ) yang diperlukan untuk menghasilkan NPV = 0. Bila IRR lebih besar dari tingkat suku bunga pasar maka proyek layak dilaksanakan, dan bila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga pasar maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan. Jika ada dua atau lebih proyek yang memiliki IRR diatas suku bunga pasar, maka proyek dengan IRR yang tertinggilah yang akan dilaksanakan Ketiga metode analisis tersebut di atas hanya merupakan salah satu ukuran untuk dapat menolak atau menerima pelaksanaan proyek. Di negara berkembang seperti di Indonesia, pemilihan proyek tidak hanya diukur dari manfaat dan biaya semata, namun juga harus memperhitungkan faktor-faktor lain yang dapat memberikan kesejahteraan menyeluruh secara nasional, karena tujuan pemilihan proyek adalah memaksimalkan kemakmuran secara keseluruhan dan bukan memaksimalkan keuntungan per proyek saja.

Anda mungkin juga menyukai