Anda di halaman 1dari 9

Human Development

Toys Education Concept for Late Childhood

Present from:

Anggi Mustika (209000008) Dhea I Made Gina (209000120) Riasri Nurwiretno (209000053) Elis Yulia Ningsih (209000130) Nurul Izzatul (209000178) Tsuwaibah Al Aslamiyah (209000248)

Desember 2010

Tugas ini diperuntukan sebagai Tugas Akhir Semester mata kuliah Psikologi Perkembangan. Berikut ini adalah konsep permainan bagi anak pada tahap Late Childhood. Terdapat dua permainan yang dapat mengembangkan potensi anak usia 9-12 tahun (Late Childhood) yaitu BBP (Berbagi, Bermain Peran) dan Aku Bisa!!!

Permainan1: BBP (Berbagi, Bermain Peran) Tujuan :


Permainan ini merupakan gambaran dari pemahaman peran serta bagaimana sosioemosional anak dalam suatu lingkungan sosial, baik keluarga, sekolah, dan masyarakat. Mengingat bahwa pada tahap latechildhood adalah masa pertumbuhan social besar-besaran dan anak harus berhadapan dengan berbagai macam tuntutan sosial seperti hubungan kelompok, pelajaran sekolah , konsep moral dan etik, dan hubungan dengan dunia dewasa. Melalui permainan ini, kita dapat melihat sejauh mana seorang anak mampu memahami perannya di lingkungan. Pemahaman inilah yang menjadi tolak ukur pengetahuan dasar seorang anak mengenai apa yang dilihat dan apa yang diketahuinya.

Petunjuk Permainan :
1. Anak dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang. 2. Dalam kelompok tersebut terdiri dari anak laki-laki dan perempuan. Fasilitator menentukan dan mengumumkan perankan. Misal : Peran sosial dalam keluarga. 3. Setelah dibagi kelompok, anak-anak dikumpulkan kembali untuk diberikan pengarahan. Misal : Peran social dalam keluarga. Fasilitator melakukan brainstroming untuk melihat sejauh mana pemahaman anak mengenai masing-masing peran dalam keluarga. Pertanyaan-pertanyaan diskusi yang diajukan seperti: Kalian tahu tidak, anggota keluarga itu terdiri dari siapa saja? Menurut kalian, ayah, ibu, kakak, dan adik yang baik seperti apa? Menurut kalian, peran ayah, ibu, kakak, dan adik sebagai apa? peran sosial apa yang akan mereka

4. Anak diberikan instruksi untuk membagi peran dalam kelompoknya kemudian memerankan masing-masing peranan anggota keluarga tersebut. Catatan : *Anak diberikan kebebasan mengenai pembagian peran serta alur cerita yang akan dimainkan. *Waktu diskusi yang diberikan sekitar 15-30 menit. 5. Anak dipersilahkan menampilkan dan memainkan drama sesuai dengan cerita yang telah mereka buat. 6. Setelah anak selesai menampilkan karyanya, fasilitator memberikan evaluasi mengenai penampilan serta menggali kemampuan berpikir anak untuk menangkap nilai-nilai yang terkandung didalam ceritanya.

Simulasi Permainan:
1. Anak terdiri dari 6 orang, diantaranya 1 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. 2. Anak memperkenalkan diri masing-masing ,termasuk fasilitator. 3. Fasilitator menjelaskan mengenai permainan yang

akan dimainkan oleh anak-anak (BBP). Dalam simulasi tersebut, fasilitator telah menentukan peran social yang akan dimainkan yaitu keluarga.

4. Fasilitator mencoba menggali pengetahuan dan wawasan anak mengenai anggota keluarga beserta perannya. 5. Anak diberikan waktu untuk membagi peran dan membuat cerita yang akan dimainkan. (Waktu diskusi = 15-30 menit). 6. Anak dipersilahkan memainkan cerita yang telah dibuatnya sesuai dengan perannya masing-masing.

Report:
1. Di dalam permainan BBP yang dimainkan oleh anak-anak, seorang anak laki-laki berperan sebagai ayah, seorang anak perempuan berperan sebagai ibu, dan empat orang anak berperan sebagai anak. 2. Dalam permainan tersebut, menceritakan kakak-beradik yang kelaparan dan ingin makan, tetapi anak kedua mengusulkan bahwa untuk mendapatkan makanan, mereka diharuskan untuk gambreng terlebih dahulu. Jika kalah, maka tidak dibolehkan untuk makan. Setelah gambreng, ternyata anak terakhir yang kalah dan tidak diperbolehkan untuk mendapatkan makanan. 3. Anak terakhir kemudian menghampiri ibunya yang sedang masak di dapur dan mengadu kepada ibunya bahwa dia tidak diperbolehkan untuk mendapatkan makanan. Ibunya menasihati kepada kakak-kakaknya bahwa harus adil kepada semuanya karena ibu telah membaginya secara rata. 4. Ayah yang baru pulang kerja menghampiri anak-anaknya dan istrinya, ayah menanyakan apa yang sedang terjadi. Anak-anak menceritakan kembali apa yang terjadi dan ayah akhirnya menyuruh mereka untuk saling bermaafan. 5. Setelah permainan selesai, anak-anak dikumpulkan kembali dan ditanyakan satu per satu tentang makna yang terkandung dalam permainan tersebut. Ada yang menjawab melakukan itu hanya karena disuruh dan yang lainnya lagi mengatakan jika permainan itu bertujuan memberitahu mereka peran yang ada di keluarga.

Permainan 2: Aku Bisa!!! Tujuan :


Permainan ini menstimulus anak-anak agar berfikir secara lateral, dimana keberhasilan didapatkan dengan menggunakan potensi yang ada pada dirinya , serta membantu dalam menyusun pola tindakan baru. Permainan ini melatih anak untuk mencari jalan keluar atas suatu permasalahan dengan ide-ide cemerlang yang kreatif. Permainan ini akan mengembangkan perasaan produktif dengan membiarkan anak menggali ide-ide mereka.

Selain dapat membangkitkan semangat, permainan ini menuntut kekompakan serta kerja sama diantara mereka. Sebab anak-anak pada tahap latechildhood diharapkan dapat belajar, bekerja dan bermain dalam aktivitas aktivitas yang diarahkan untuk memperoleh kemampuan-kemampuan untuk bekerja sama. Permainan Aku Bisa!!! juga menciptakan suasana yang penuh humor.

Petunjuk Permainan:
1. Anak dibagi kedalam dua kelompok yang berbeda, satu kelompok terdiri dari 3-4 orang (bisa juga lebih) 2. Anak berbaris sesuai kelompoknya 3. Fasilitas mengajarkan yel-yel yang harus dihapalkan Ketika fasilitator mengatakan, Yakin bisa gaak? Maka anak-anak harus menjawab dengan lantang, Aku Bisaaa!!! 4. Fasilitator menjelaskan peraturan permainan Aku Bisa!!! 5. Fasilitator akan menaruh sebuah botol air mineral di depan barisan anak-anak. 6. Selanjutnya anak yang berada di barisan paling depan harus mancoba meraih dan mengambil botol dengan tetap mempertahankan barisannya *dalam bermain mereka boleh menggunakan property yang ada ditubuh mereka seperti jaket atau sandal atau apapun yang mereka kenakan saat bermain, namun instruksi ini tidak diberitahukan kepada mereka.

7. Anak yang berada di urutan terakhir harus tetap berdiri di tempat awal ia berdiri dan tidak boleh bergerak saat teman-temannya yang lain mencoba berjalan mengambil botol yang diletakkan. 8. Fasilitator akan terus meningkatkan derajat kesulitan dari permainan ini yakni meletakkan botol semakin jauh dari tempat mereka berada dengan terus meneriakan yel-yel Yakin bisa gaak? setiap kali anak-anak mencoba mengambil botol. 9. Pemenangnya yaitu kelompok yang dapat mengambil botol terlebih dahulu tanpa memutus rangkaian barisan diantara mereka.

Simulasi Permainan:
1. Fasilitator membagi anak menjadi 2 kelompok, anak terdiri dari 6 orang sehingga perkelompok terdiri dari 3 orang. 2. Fasilitator mengajarkan yel-yel, menjelaskan peraturan dan cara bermain. 3. Fasilitator mencontohkan cara bermain terlebih dahulu. 4. Fasilitator menaruh target (botol air mineral) di tempat yang mudah dijangkau dan terus mundur semakin jauh dari barisan hingga target sulit dijangkau. 5. Setelah mereka mampu menjangkau target pada jarak yang cukup jauh, fasilitator memberikan rintangan dengan berdiri di depan target. Anak dilarang menyentuh tubuh fasilitator saat hendak mengambil target. 6. Fasilitator memberikan selamat pada yang menang maupun yang kalah dan menanyakan kesulitan yang dihadapai selama permainan tersebut serta pelajaran apa yang mereka dapatkan dari permainan ini.

Report:
1. Fasilitator meminta anak mengangkat tangannya dan

meneriakan yel-yel Aku bisa!! 2. Pada awalnya anak-anak meremehkan permainan saat target diletakkan sangat dekat dengan mereka, tetapi selanjutnya saat target semakin dijauhkan mereka juga semakin semangat dan merasa tertantang, hal itulah yang kemudian menjadikan mereka berusaha dengan keras. 3. Terjadi sedikit keributan kecil dan saling

menyalahkan saat rangkaian yang mereka buat terputus.

4. Anak mengeluarkan ide-ide yang sangat briliant seperti menyatukan sandal-sendal yang mereka gunakan untuk memperpanjang rangkaian, menggunakan jaket sebagai penghubung rangkaian, dan bahkan mereka tiduran di lantai agar rangkaian semakin panjang hingga mampu meraih target.

5. Kemudian setelah dibagi menjadi dua kelompok dan dibuat berkompetisi permainan menjadi semakin seru. 6. Ketika satu kelompok berhasil meraih botol, kami kemudian berkumpul dengan membentuk lingkaran. 7. Kelompok yang tidak berhasil meraih target menyatakan bahwa mereka merasa kurang kompak.

8. Ketika ditanya mengenai nilai yang terkandung dari permainan ini, mereka mengatakan bahwa beberapa pelajaran yang dapat mereka ambil dari permainan ini seperti: kekompakan, berjuang keras, olahraga, mengeluarkan ide. 9. Permainan terasa sangat membangkitkan semangat karena diisi oleh tawa dan teriakanteriakan dari anak.

DAFTAR PUSTAKA Dananjaya, Utomo. 2010. Media Pembelajaran Aktif. Bandung: Penerbit NUANSA Marswendy, Brian (Pntj). 2009. Human Development: Perkembangan Manusia. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika Santoso, Yudi (Pntj). 2008. Theories of Personality. Edisi ke-6. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai