Anda di halaman 1dari 100

AKAR RUMPUT

Pendahuluan
Reinkarnasi Kemanusiaan dan Kebudayaan (Desain Ide) Kebudayaan adalah suatu bangunan kehidupan spiritual manusia yang kompleks, yang terjelma dalam pandangan hidup (way of life), tatanan nilai dan gambaran dunia (weltanschauung) suatu masyarakat beserta ungkapan-ungkapannya yang bermakna. Ungkapan-ungkapannya itu mengambil bentuk yang beraneka ragam, seperti pemikiran falsafah dan keagamaan (fiqih, kalam, tasawuf),ilmu pengetahuan, sastra, seni, adat istiadat, pola dan gaya hidup, etos kerja dan lain sebagainya, yang kesemuanya merupakan hasil dari daya dan upaya dan olah budi manusia yang berlangsung terus-menerus dalam sejarah.
(Cak Nur ; Nurcholish Madjid, 1995)

Perginya Nurcholish Madjid (Alm) adalah duka bagi para pemikir yang sedang tidak pikun atas nalarnya, mereka akan gelisah setiap melihat Cak Nur sebagai teks dan konteks, termarjinal dalam sebuah proses pemikiran yang menuju kepada pembaharuan. Pertanyaannya sekarang, apakah mereka mengalami jalan buntu (aphoria) atau mati tergilas oleh roda zaman
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

?. Pertanyaan inilah yang mengikat setiap kali beranjak berfikir melanggengkan ritual kebudayaan sebagaimana Cak Nur ungkapkan dalam beberapa pidato dan tulisan-tulisannya. Oleh karena itu kami memberanikan diri untuk melanjutkan cita-cita yang masih tertidur dalam utopia pemikiran tersebut. Cita-cita itu adalah Membangun sebuah Laboratorium Kemanusiaan dan Kebudayaan. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Paramadina sebagai sebuah universitas harus mempunyai lembaga-lembaga yang akan mewujudkan dan menegakkan nilai serta tonggak dasar peradaban. Mahasiswa yang menyandang predikat agent of change merupakan ujung tombak dari setiap evolusi yang terjadi, maka sudah menjadi keniscayaan bagi universitas Paramadina untuk merangkul dan memberdayakan mahasiswa sebagai agen dari tonggak-tonggak Manifesto ke-Paramadinaan untuk menuju sebuah peradaban modern yang dicita-citakan. Peran mahasiswa menjadi sangat penting dan vital ketika Universitas Paramdina hendak menegakkan tonggak-tonggak peradaban, karena mahasiswa telah terintegrasi di dalam tubuh Paramadina sendiri (sebagai sebuah universitas). Untuk menyambung narasi tersebut, maka Kami mahasiswa lintas jurusan mencoba dan berusaha menunaikan laboratorium kebudayaan yang dicita-citakan, sebagai artikulasi kreatif demi melanggengkan tujuan dunia pendidikan. Sebab, dampak lain dari pendidikan adalah Kemampuan berfikir dan bertindak rasional, untuk menyerap informasi dalam jumlah yang besar, dan untuk menyusun informasi itu secara sistematis, agar dapat digunakan secara efektif,

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

kemudian mampu mengartikulasikannya dalam bahasa yang fasih dan kuat, Memuliakan yang Budaya dan Membudayakan yang Mulia. Mengingat luhurnya cita-cita yang didendangkan Paramadina beserta founding father-nya, maka kami sebagai anak kandung Universitas merasa terpanggil untuk turut serta mewujudkan apa yang telah dicita-citakan. Kami menyadari bahwa untuk mewujudkan cita-cita tersebut tidaklah mudah, akan tetapi bagi kami Tidak Ada Kata Menyerah Sebelum Terbukti Kalah Tandang ke gelanggang walau seorang. Untuk menopang usaha terwujudnya cita-cita tersebut, kami mencoba membentuk sebuah lembaga profesional kemahasiswaan, di mana lembaga tersebut akan membantu kelancaran kinerja kami secara terorganisir dan sistematis. Bercermin dari Paramadina dengan lambang yang terdiri dari huruf Kaf dan Ha yang melingkari kubus, maka kami; anak kandung Paramadina, merasa terilhami dengan lambang tersebut. Lembaga yang kami dirikan merupakan cerminan dari lambang Paramadina, sehingga lembaga ini kemudian kami beri nama kafha. Nama kafha sendiri tercipta dari dialog mahasiswa lintas jurusan, yang belum pernah tuntas mendialektikkan isu-isu kemanusiaan dan kebudayaan yang berkembang di lingkungan universitas, serta mendefinisikan konsep Universitas Paramadina sebagai Kampus Budaya, sebagaimana termanifestasi dalam lambang Paramadina itu sendiri. Kata Kaf dan Ha yang tercantum dalam lambang Paramadina, secara terminologi kaf berarti Kitab (secara tekstual maupun kontekstual) dan Ha berarti Hikmah (sebuah pelajaran berharga
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

yang bisa dipetik dari sebuah fenomena). Kitab berarti teks, dan teks memiliki 2 (dua) arti; 1. Harfiah, 2. Istilah, secara harfiah teks berarti tulisan, mushaf (lembaran-lembaran), sedangkan teks secara istilah adalah alam, lingkungan atau segala sesuatu yang bersifat simbolis. Hikmah (sebuah pelajaran berharga yang bisa dipetik dari sebuah fenomena; teks) berarti segala sesuatu yang dapat ditarik konklusinya dari teks-teks yang ada, dan hikmah sendiri dapat diartikan sebagai sebuah kearifan atau kebijaksanaan (wisdom). kaf dan Ha dapat diartikan pula sebagai sebuah sistem keilmuan, di mana sistem tersebut menjadikan Kebebasan dan Kritik (riset) sebagai landasannya. Dalam sebuah proses pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan harus didasarkan pada keduanya, dimana keterbukaan, kebebasan, kritik dan kebijaksanaan (etika) harus dijunjung tinggi. Menjunjung tinggi dalam konteks ini adalah keseimbangan antara nalar (akal/logika) dengan hati (intuisi, perasaan dan kebijaksanaan), dalam teks arab dikenal dengan Bashrah (Akal) dan Bashirah (mata hati). Maka berilah kabar gembira kepada hamba-hambaku yang mendengarkan pendapat, kemudian mengikuti yang baik diantaranya. Orang-orang itulah yang diberi petunjuk Allah, dan mereka itulah orang yang berpengertian mendalam (al-Zumar/39:18). Dengan landasan tersebut diharapkan orang-orang yang tergabung di dalamnya dapat melaksanakan berbagai macam rutinitasnya berlandaskan prinsip dan komitmen, dari sana pula diharapkan orang-orang tersebut dapat memetik sebuah hikmah atau pelajaran yang bisa diambil dan berguna untuk kehidupan hari esok (masa depan). Mengutip pepatah tua, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah (Soekarno). Sejarah yang dimaksud dalam konteks ini adalah tidak tergantung hanya pada sejarah kehidupan umat manusia
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

sebelumnya, tapi satu detik, saju jam, satu hari bahkan satu tahun yang telah berlalu juga berarti sejarah. Pengetahuan akan konsep yang telah disebutkan di atas, mungkin sesuatu yang basi dan lapuk, karena para aktor intelektual maupun aktor kebudayaan telah sejak lama membahas dan menelaah hal tersebut. Akan tetapi ini akan menjadi sesuatu hal yang masih relevan ketika para aktor tersebut belum atau tidak pernah menyadari akan pentingnya sebuah keterbukaan, kebebasan berfikir secara kritis, sehingga yang terjadi adalah pembunuhan karakter dan pembunuhan kreatifitas berfikir dan berkarya sehingga unsur-unsur kebudayaan yang telah dibangun oleh nenek moyang dan leluhur kita masih tetap jalan di tempat dan tidak berevolusi seperti halnya kebudayaan-kebudayaan yang ada di belahan bumi lainnya. Bertolak dari teks dan realitas yang telah disebutkan di atas maka lahirlah kafha, yang memfokuskan dirinya pada kebudayaan yang berbasis kemanusiaan. Lahirnya kafha merupakan sebuah anti thesis dari narasi-narasi besar para elite dan realitas masyarakat yang jauh dari kata. Hal senada pun diresahkan oleh Ahmad Syafii Maarif ketika laku dan kata tidak lagi bersahabat. Banyak para pengobral Kata, dengan murah bertutur namun, lagi-lagi hanyalah obrolan yang dangkal, tidak termanifestasi secara nyata dan dapat dirasakan oleh kita semua. Landasan Negara-pun jauh dari kenyataan, sebagai contoh konkrit adalah naiknya angka kemiskinan yang bertubi-tubi menggerogoti setiap tulang dan darah manusia. Karakter dan identitas begitu rapuh terhadap resistensi budaya import, kemudian apa yang harus kita tindak dan artikulasikan, ketika melihat tumor yang menggejala sedemikian rupa?.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

Desain ide

ebudayaan terkait erat dengan dimensi-dimensi manusia, dan dapat dilihat dalam dua sudut, pertama: kebudayaan sebagai kata benda. Maksud kebudayaan ini berarti kebudayaan sebagai hasil dan produksi kreativitas dengan ciri sebagai sesuatu yang sudah jadi, beku, dan mati (meski tetap merupakan hasil kesadaran kegiatan kehendak dan buah rohani dan jasmani manusia). Kedua: kebudayaan sebagai kata kerja, berarti kebudayaan yang dilihat sebagai sebuah proses, yang tumbuh dan berkembang sebagai ekspresi tindakan sadar manusia dalam mengolah lingkungan (evolusi). Dalam artian tersebut, kebudayaan itu dinamis, aktif & kreatif. Menurut Franz Magnis-suseno, kebudayaan adalah sesuatu yang hidup, seiring dengan nafas dan gerak manusia. Dalam ungkapan tersebut, Ia menegaskan kembali bahwa kebudayaan adalah manusia itu sendiri sehingga setiap nafas dan gerak yang diciptakan oleh manusia merupakan sebuah kebudayaan yang mempunyai landasan logis, estetis dan metafisis. Jadi, ketika manusia berkembang maka kebudayaan juga berkembang, dan ketika manusia mati atau stagnan (produksi pemikiran), maka kebudayaan juga akan mati dan stagnan. Perkembangan manusia dan kebudayaan tergantung bagaimana individu atau masyarakat (manusia) dalam memperoleh dan mengembangkan ilmu pengetahuan, karena akar dari kebudayaan adalah ilmu pengetahuan (observasi, keterbukaan, kritik, dan empiris). Yang lebih spesifik dan lebih penting dalam penggalian ilmu pengetahuan dan kebudayaan adalah
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

bagaimana manusia dapat mengetahui tentang jati diri (hakikat) manusia itu sendiri, penggalian dan pengenalan jati diri akan berimbas pada proses terciptanya ilmu pengetahuan, dan dari proses pengolahan ilmu pengetahuan akan tercipta sebuah kebudayaan dan sebagai klimaks dari proses-proses yang diciptakan akan lahir sebuah peradaban. Berbicara masalah peradaban tidak akan terlepas dari kebudayaan, dan ketika merancang sebuah kebudayaan (yang akan menjadi identitas) dibutuhkan pranata-pranata yang akan menopang keberlangsungan agar tetap bisa berdiri kokoh. Adapun ruang lingkup dari pranatapranata tersebut antara lain; wadah (pasar atau Caf), sistem, program dan kurikulum. Ketika pranata-pranata tersebut telah dibangun maka kebudayaan diharapkan akan berjalan dan sanggup untuk berlari, akan tetapi untuk menciptakan pranata-pranata tersebut tidaklah mudah, karena belajar dari sejarah bahwa semuanya tidak akan terlepas dari kerikil-kerikil tajam dan tebing-tebing tinggi yang siap menghadang, dan pada waktu itu kebudayaan akan mengalami jatuh bangun. Dalam menciptakan (membangun) pranata-pranata kebudayaan dibutuhkan sebuah wadah yang akan mengakomodir ide dan sistem yang akan dibangun, oleh karena itu maka kami mencoba men-transformasikan pranata-pranata tersebut kedalam sebuah wadah yang kami sebut sebagai laboratorium. Untuk menjelma menjadi laboratorium kemanusian dan kebudayaan tidaklah mudah, dibanding dengan terus berceloteh dan mengumbar kata sampai berbusa-busa. Penjelmaan tersebut membutuhkan sebuah transformasi kurikulum (desain dan manajemen keilmuan) yang dapat
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

merancang dan merencanakan infrastruktur dan suprastruktur yang sistematis. Dalam hal ini Transformasi budaya diharapkan menjadi sebuah pendekatan alternatif untuk menggerakkan roda kebudayaan yang dapat menembus batas-batas (baik yang formil maupun yang terstruktur) yang sulit untuk dilalui dan disikapi. Bergerak, itulah kongres dari identitas dan karakter budaya yang menjadi modal kafha (Laboratory for Humanity and Culture). Walau hegemoni kapitalisme-liberalisme terus berjalan, kafha akan terus menjelma dan bertransformasi untuk kepentingan kehidupan kemanusiaan dan kebudayaan, karena kebudayaan adalah sesuatu yang hidup, yang ber-eksistensi dalam interaksi manusia-manusia yang hidup.

Kenapa Laboratory for Humanity and Culture ?


Kitab dan hikmah (Kaf dan Ha)

afha ; Laboratory for Humanity and Culture, berlandasan pada kitab dan hikmah sebagai ruang untuk bercocok tanam bagi kebudayaan dan kemanusian, kami berpendapat bahwa kitab merupakan hasil dari sebuah karya yang luhur dangan segala realitas yang membentuknya, baik kitab terdahulu maupun kitab yang tercipta dari alam natural yang berjalan pada masa lalu dan kekinian untuk kehidupan manusia yang tidak lebih sekedar manusia. sedangkan hikmah adalah landasan filosofisnya, dimana kecerdasan serta kreativitas melihat, mambaca, mendengar, merasa dan menghirup perlu diasah supaya peka terhadap dirinya sendiri sebelum pikun dengan nalar-dialektis yang berkembang di
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

sekitar kita, dalam bahasa Thomas Aquinas; dalam sejarah budaya, memadukan kitab suci (ideasional) dan pemikiran Aristoteles. Laboratorium Kemanusiaan dan Kebudayaan memuat beberapa hal penting : Pertama; Penghargaan dan penghormatan esensi unggul yaitu Manusia. Manusia dengan segala kebebasan dan kelemahannya, manusia yang bisa berwujud malaikat tapi juga bisa berwujud iblis dalam waktu tertentu. Itulah harga emas; kehendak bebas Manusia. Kedua; Penghargaan dan penghormatan eksistensi tunggal manusia, yaitu kebudayaan. Di dalam kebudayaan, manusia bereksistensi menghasilkan kebenaran dan peziarahan. Peziarahan mencari kebenaran melalui buku dan pustaka. Pustaka dan buku diterjemahkan dan direfleksikan dalam kebenaran. Ketiga; Tradisi dan Nilai. Manusia telah berdiri dari nir-historis (ketiadaan sejarah). Manusia berjalan, berziarah dan menemukan kebenaran melalui sejarah kehidupan itu sendiri. Dalam untung dan malang, dalam suka dan duka dan dalam kesedihan dan kegembiraan. Keempat; Habitat Baru. Laboratorium ini adalah wadah untuk mengembangkan dan mendinamika-kan kemanusiaan secara utuh (an sich). Setelah lahirnya abad pencerahan (abad 17 M) yang menjadikan manusia sebagai pusat dari alam semesta maka manusia menemukan jati dirinya sebagai seorang yang berbudaya (berfikir). Di sinilah manusia menemukan kejayaannya di muka bumi, ia mulai sadar dan mulai
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

mencari apa yang namanya ilmu pengetahuan, dari ilmu tersebut mereka menciptakan sebuah kebudayaan dan peradaban baru di dunia. akan tetapi ada hal yang terlupakan, dimana mereka lupa, pikun dan tercabut dari akarnya sendiri (local genius), dengan keyakinan baru tersebut (ilmu pengetahuan) manusia jadi semena-mena terhadap lingkungan dan alam sekitarnya, hal tersebut berlanjut dengan eksploitasi alam secara brutal, ilmu pengetahuan (teknologi yang dianggap dapat memberi jaminan hidup) tidak lagi menjadi penerang jalan kehidupan akan tetapi ilmu pengetahuan menjadikan mesin-mesin pembunuh yang siap melumat dan meluluh-lantahkan ekosistem alam semesta. Ilmu pengetahuan tidak lagi memberikan pencerahan bagi manusia, akan tetapi ilmu pengetahuan khususnya teknologi ( penguasaan teknologi ) menjadikan manusia tercerabut dari akarnya sendiri yakni alam, sehingga menimbulkan ekses-ekses kesenjangan dan problema eksistensial yang akut dan mendalam. Pada saat inilah manusia telah pikun pada nafas dan gerak kebudayaan (wisdom) yang telah diwariskan oleh para leluhur umat manusia. Hal tersebut terjadi, bukan saja karena kualitas hidup manusia terancam, tapi hidup itu sendiri berada dalam titik kritis. Manusia modern tidak hanya tidak damai dengan dirinya, tapi ia juga tidak damai dengan lingkungan dan sesamanya. Oleh karena hal yang telah disebutkan di atas maka kami mencoba membuat sebuah lahan baru untuk dijadikan ruang dalam pengembangan nafas dan gerak bagi kebudayaan. Kebudayaan tersebut tetap berpegang teguh pada norma dan nilai-nilai leluhur, tentunya dengan pertimbangan kebebasan nalar, kecakapan berkarya dan kedalaman intuisi dan estetis.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

10

Inilah pasar, yang perlu kita ciptakan yaitu Caf. Laboratorium kemanusiaan dan kebudayaan yang hendak didaur-ulang kembali, karena ketercabutan akar budaya dan manusia yang terjangkit dengan pandangan hidup (way of life) yang linier menghegemoni setiap pandangan kita dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut membuat kami merasa malu dan gelisah berdiam diri, layaknya benda mati yang berjalan. Maka kafha merupakan sebuah tawaran elaboratif yang kami suguhkan guna melanggengkan ritual kebudayaan yang humanis, dan kembali meninjau kemapanan dan pengandaian, dengan pilihan-pilihan baru atas dasar kesadaran sejarah, tanggung jawab etik, cita-rasa kemanusiaan, dan kecerdasan yang tercerahkan.

Tahapan Sejarah
Embrio
kafha ; Laboratory for Humanity and Culture, merupakan gabungan dari sekumpulan mahasiswa lintas jurusan Universitas Paramadina, yang mencoba mendedikasikan dirinya untuk menjadikan kemanusiaan dan kebudayaan sebagai taman dalam bermain. Berawal dari bencana nasional yaitu gempa yang menimpa kota Nias 2004, kami (Mariyo: Falsafah dan Agama, Safiq Jawad : Falsafah dan Agama) dari mahasiswa Universitas Paramadina merasa ingin berbuat sesuatu untuk membantu saudara kita yang terkena kemahadayaan alam, yang melumat kota yang indah nan elok. kemudian berangkatlah kami ke kota tersebut berkerjasama dengan Universitas Paramadina, Universitas Negeri Jakarta, IPB
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

11

(Institut Pertanian Bogor), UIN Sunan Gunung Jati Bandung, Universitas Islam Bandung (UNISBA), Sekolah Tinggi Telekomunikasi Telkom (STT Telkom) Bandung, Institut Teknologi Nasional (ITENAS) Bandung, Sekolah Tinggi Ilmu Tekstil Bandung, Universitas Pendidikan Bandung (UPI) dan STIKOM (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi) Bandung. Kami dari berbagai kampus dan latar belakang yang berbeda merapatkan barisan dengan Forum Indonesia Muda (FIM) sebagai fasilitator dari niat baik tersebut. Tibalah kami di lokasi kejadian kemaha-dayaan alam, kami tertegun ketika di sebuah daerah pelosok Nias, yang masih kuat memegang nilai-nilai dan kebijakan para leluhur, dan apa yang terjadi ? ternyata kondisi, alam, tanah, tumbuh-tumbuhan dan tatanan bangunan di sana tidak bergeser sedikitpun dari tempatnya, yang terjadi hanya dampak logis dari bencana di sekelilingnya. Sungguh luar biasa, karena sepanjang perjalanan yang telah kami lakukan; dari mulai pesisir, kota, pasar dan desa-desa yang telah terkontaminasi modernitas semuanya luluh lantah tak ada yang tersisa sedikitpun. Setibanya di Jakarta, kami bermaksud memanfaatkan moment tersebut untuk mendiskusikan apa yang telah terjadi dan apa tindakan yang harus dilakukan selanjutnya!. Diskusi yang panjang ternyata menghasilkan sebuah karya dan komunitas, Kafelogi Paramadina; Kafe berarti pasar, tempat keramaian dan Logos adalah ilmu pengetahuan. Itulah nama yang kami pilih, nama tersebut muncul untuk mengakomodir aspirasi rekan-rekan yang bergerak dalam dunia entertainment dan rekan-rekan yang bergerak dalam bidang keilmuan. Setelah semua ide-ide liar, aspirasi-aspirasi jenius kami akomodir maka kami mencoba untuk membuat sebuah film dokumenter Nias (sebagai buah dari perjalanan dan pengalaman dilapangan) dan apresiasi
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

12

seni nyanyian duka untuk nias; apa yang tertusuk padamu berdarah padaku. Inilah embrio kelahiran kami dalam satu nama Kafelogi Paramadina. Peristiwa demi peristiwa kami jalani, baik peristiwa sosial, politik, seni, maupun budaya. Dari rentang waktu yang panjang itu kami mengalami kegelisahan konsentrasi, hendak dibawa kemana komunitas ini? Romantismekah, kegenitan intelektualkah, atau hanya kepuasan hasrat mahasiswa yang bingung akan posisionalitasnya dan akhirnya terjebak dalam uporia dan aphoria belaka!. Tidak untuk bingung dan dis-orientasi, itu jawaban dari sekian waktu yang terbuang dan mandeg terhadap kreativitas yang mulai merangkak.

Reinkarnasi

afelogi Paramadina mengalami stagnasi (dalam arti eksistensi) dan bubar secara nama dan konsentrasi, hal tersebut disebabkan karena terlalu luasnya lahan garapan, yang harus diolah kemudian kami membuat nama dan konsentrasi baru yaitu ; Kafha Caf, dengan konsentrasi pada kebudayaan. Selain memfokuskan lahan garapan kami mencoba berkiblat dan mencoba menyambung estafeta perjuangan founding father Paramadina yang telah membuat Manifesto Paramadina. Kafha Cafe berdiri di Universitas Paramadina dengan kegelisahan yang akut terhadap kebingungan nalar kebudayaan dan kemanusian yang berkembang di Indonesia pada umumnya, serta utopisme Universitas Paramadina dengan kampus budaya dan kampus riset pada
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

13

khususnya. Kami tidak bermaksud untuk meniru gaya utopisme para elit, akan tetapi kami mencoba untuk memberikan yang terbaik dan mewujudkan utopia tersebut dan kami berijtihad; merepresentasi, mendekonstruksi, serta mengaktualisasikan paham kebudayaan yang dicitacitakan, kami berharap hal tersebut akan menjadi sebuah hadiah terbaik yang dapat kami persembahkan untuk para founding fathers. Berdasarkan diskusi yang panjang, alot dan ruwet, Kafha Caf mengalami kegelisahan kembali, kali ini lebih holistik, baik itu human resources teman-teman maupun fenomena demi fenomena yang semakin memporak-porandakan pikiran dan jiwa kami sebagai mahasiswa (yang memiliki predikat manusia terangkat derajatnya dikehidupan sosial) melihat kehidupan di masyarakat yang semakin jauh dari akar-kebudayaan dan nilai-kemanusiaan yang tidak adil dan beradab. Fenomena kebudayaan dengan singgungannya, memicu hasrat kami untuk membawanya keruang dialektika-hermeneutik yang berlandaskan nalar kritis, sebab teori kritis mampu membebaskan diri dari klaim bebas nilai dan hanya pada teori-teori kritis kepentingan emansipatoris dapat menjelaskan secara rasional dan emansipatif. Dengan menitikberatkan relevansi konteks kezamanan, dan diskursus inilah yang dijadikan Kafha Caf untuk melangkah menciptakan ruang kebudayaan yang sesuai dengan nilai kemanusiaan.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

14

Post-Reinkarnasi
Dengan latar belakang memori kolektif tentang berbagai bentuk pertentangan sosio cultural masa lampau, maka Kafha Cafe menjelma menjadi kafha ; Laboratory for Humanity and Culture. Inilah ruang titik yang alot, titik dimana diagnosa diracik, dideterminasi, diaktualisasikan kemudian orgasme. Hancur, bangun lagi, hancur, bangun lagi begitu dan begitu seterusnya. Inilah dekonstruksi, menjelma menjadi kafha dengan isi Laboratory for Humanity and Culture, kerangka pemikiran kontinuitas melangkah membuahkan benih-benih yang siap untuk ditanam lalu dipanen. Post Reinkarnasi Orgasme, sebutan yang tepat untuk hancur dan bangunya kafha serta kesadaran yang hendak bangun dan sadar, guna menjembatani jalan yang buntu. Dengan menampakkan kafha, cita-cita membangun kampus kebudayaan bisa sesuai dengan laku menciptakan human of change atau agent of changes yang melanggengkan kebudayaan yang humanis sebagaimana tertuang dalam kitab dan hikmah.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

15

FALSAFAH PERGERAKAN
Allah menurunkan kepadamu

Kitab dan Hikmah,


Dan mengajarkan kepadamu sesuatau yang belum kamu tahu.

(al-Nisa/ 4;113)

i tengah arus perkembangan kemasyarakatan yang begitu cepat terutama akibat arus globalisasi dan westernisasi, struktur yang terjadi dimasyarakat semakin mendekati ambiguitas bahkan mulai tercerabut dari akar dan karakter budayanya sendiri, tidak hanya globalisasi dan westernisasi yang melanda masyarakat kita, tapi lebih dari itu, kita bereaksi pada keterasingan dan bentuk-bentuk kemiskinan kemanusiaan. Oleh karena ini menjadi sebuah cemeti bagi kafha untuk memperteguh dan memperjelas diri dalam beraktualisasi terutama berkaitan dengan cita-cita kafha dalam memelihara dan
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

16

mentradisikan ritual dan warisan para leluhur, sehingga kita dapat menemukan kembali identitas budaya, memelihara dan mengembangkannya, kemudian menjadi sebuah peradaban yang ikut mewarnai hegemoni peradaban tertentu di dunia. Dari semua instrumen organisasi kafha, maka Falsafah Pergerakan menjadi sebuah akar dari laku dan gerak yang akan diaktualisasikan. Instrumen dalam teks ini (kafha dan konstitusinya) tidak berarti sebagai tujuan, akan tetapi instrumen dalam teks ini sebagai alas dasar untuk pencapaian tujuan yang lebih besar. Falsafah pergerakan ini akan dirumuskan aspek-aspek fundamental dari misi dan laku gerak kafha. Dalam Falsafah pergerakan ini akan dirumuskan beberapa prinsip-prinsip fundamental, diantaranya : Lingkup Falsafah Pergerakan. o Pengertian o Fungsi o Tujuan Cara Pandang kafha (world view). o Terhadap Kemanusiaan o Terhadap Kebudayaan o Terhadap Organisasi

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

17

Rangka Bangun kafha. o Prinsip Dasar o Landasan dan Asas o Kepengurusan dan keanggotaan o Sifat lembaga : (independensi dan interdependensi)

Dengan segenap kesadaran dan keinsyafan penuh, kafha merumuskan Falsafah Pergerakan, semoga dapat dijadikan pilihan alternatif dalam penentuan gerak dan laku (pengaktualisasian diri) untuk menuju identitas kebudayaan yang berkarakter.

Lingkup
Dalam lingkup ini akan dipaparkan bagaimana Falsafah Pergerakan itu sendiri, fungsi dan tujuannya, sehingga Falsafah Pergerakan ini tidak mengalami kecenderungan akan absurditas.

Pengertian
Falsafah gerakan adalah formulasi konsepsional cara pandang kafha terhadap aspek-aspek fundamental dari misi dan eksistensinya yang menjadi dasar dari paradigma gerakan kafha.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

18

Fungsi
Falsafah Pergerakan kafha berfungsi sebagai dasar paradigma gerakan kafha yang menjadi sumber inspirasi dan inovasi, kerangka nilai dan cara pandang bagi kafha dan para anggotannya dalam berbagai macam aktifitas pergerakannya.

Tujuan
Falsafah gerakan kafha bertujuan untuk memberikan pemahaman yang utuh terhadap aspekaspek fundamental dan menentukan setiap laku dan gerak kafha.

Cara Pandang kafha (World View)


kafha mendasarkan aktualisasi gerakannya di atas konstruksi kesadaran berupa kerangka berfikir dan cara pandang dalam menghadapi dan menyikapi realitas sosial yang ada. Oleh karena itu kafha mencoba merumuskan pandangan-pandangannya dengan kerangka analisis filosofis, kerangka epistemologis, serta implikasi aksiologisnya.

Terhadap Kemanusiaan
Yang menjadi prinsip dasar manusia adalah berdaulat, merdeka, adil, makmur,dan bebas. Berdaulat berarti berkumpul dan berserikat. Merdeka berarti tidak ada kuasa apapun antara individu (person). Adil berarti kewajaran , yang berarti satu keadaan yang dapat diterima oleh semua orang dengan penuh kerelaan dan kelegaan. Makmur berarti
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

19

kesejahteraan yang bersifat materil (ekonomi). Bebas berarti kebebasan berpikir, kebesasan berpendapat (bersuara), kebebasan beraktualisasi. Adapun yang menjadi hak-hak manusia yang paling mendasar adalah 3 (tiga) ; 1. Harta (tempat bermukim, ekonomi, usaha, dll), 2. Nyawa (perlindungan, terror, kesehatan, dll), 3. Kehormatan (pengajaran/pendidikan, penghargaan, dll), itulah yang Nabi Muhammad SAW sebutkan dalam khutbahnya yang terakhir di Makkah seusai menunaikan ibadah haji (khutbah al-wada), hal tersebut juga senada dengan tulisan Cak Nur, sebagai pranatapranata demokrasi (Indonesia Kita; 2004). Tiga prinsip itulah yang pada nantinya menjadi nilai dasar prinsip kemanusiaan universal yang merebak di Barat abad pertengahan. Dalam salah satu butir Pancasila (Dasar Negara Republik Indonesia) menyebutkan Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pada butir tersebut kafha berpendapat bahwa ketika manusia (masyarakat) terintegrasi dengan satu negara maka masyarakat tersebut berhak mendapatkan hak-hak kewarganegaraannya, di sinilah butir tersebut berlaku, bahwa masyarakat yang terintegrasi dalam satu negara harus mendapatkan hak dan perlindungan yang sama dalam segala hal, tentunya sesuai dengan prinsip dasar kemanusiaan universal. Adapun adil dan beradab menurut interpretasi kafha bukan berarti sama rata dan sama rasa, akan tetapi keadilan dan keberadaban yang lebih esensial yang sesuai dengan prinsip kemanusiaan yang universal (Rahmat bagi seluruh alam). faham kemanusiaan universal yakni percaya kepada potensi kebaikan tiap individu dan kebaikan bersama yang berdasarkan pada bimbingan hati nurani (freedom of conscience).
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

20

Sedangkan prinsip kemanusiaan yang dimaksud adalah cara pandang terhadap manusia secara utuh (manusia yang an scih) tanpa ada distingsi dan pembedaan antara satu dengan yang lainnya, hal serupa diungkapkan pula dalam salah satu wahyu Allah yang menyebutkan Aku (Tuhan) tidak akan melihat kalian (manusaia) dari garis keturunan, harta, penampilan (yang bersifat status dan material), tapi aku akan melihat ketakwaanmu. Dalam salah satu wahyu Allah, surat Al-Ma`un 1- 7, menerangkan bahwa; kita harus sadar akan realitas sosial yang ada disekeliling kita, terutama kemiskinan yang akhirnya berimbas pada keterbengkalaian pada sektor-lain, seperti anak-anak yang terlantar, tidak mendapatkan fasilitas pendidikan, layanan kesehatan yang tidak memadai, sampai pada sulitnya fasilitas terhadap kesejahteraan. Kesejahteraan sosial menjadi satu tantangan terbesar bagi Negara modern, apalagi yang menganut paham demokrasi, karena paham demokrasi tidak akan terlaksana ketika kebutuhan pokok manusia yakni sandang-pangan dan papan merupakan salah satu penunjang berkembangnya nalar (pendidikan) seseorang untuk memahami ide-ide demokrasi. Selain itu juga paham demokrasi akan terlaksana ketika seseorang bebarbenar bebas (merdeka), bebas dari kemiskinan, pendidikan yang minim dan bebas dari ancaman. Ketika tiga unsur tersebut telah terpenuhi maka demokrasi dan kebebasan akan terlaksana, meski tidak akan pernah lepas dari kendala-kendala yang selalu akan datang. Dalam menyikapi (mengambil hikmah) ayat tersebut, kafha berpandangan bahwa, teksteks kitab suci selamanya tidak hanya (harus) dilantunkan dengan nada yang indah, atau
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

21

dibaca sesering mungkin, akan tetapi orang yang membaca sendiri tidak memahami apa yang dibacanya. Pemahaman terhadap kitab suci tidak hanya berakhir pada nilai historisnya saja tapi lebih dari itu: Pertama; tanda yang berisi substansi etika yang selalu haus untuk di-dialogkan dengan peristiwa kehidupan manusia yang konkrit. Maka kitab suci tidak an-sich sakral tapi pada tataran kitab suci selalu bersifat kontekstual. Kedua; Kitab suci menandakan intervensi dan kehadiran Tuhan yang solider dengan kelemahan dan keterbatasan manusiawi. Disatu pihak, Tuhan begitu transenden dan Maha Esa, tapi dipihak lain, Tuhan begitu men-sejarah dalam kedukaan dan keprihatinan manusia. Ketiga; kitab suci harus diperlakukan sebagai kitab yang terbuka. Berkaitan dengan Teologi al-Maun sendiri, kafha berpandangan bahwa kasus-kasus kemanusiaan selama alam raya ini berjalan menjajaki umurnya, tidak akan menemukan titik finish, akan tetapi malah akan semakin bertambah. Oleh karena hal tersebut di atas, maka kafha memfokuskan diri pada hal-hal yang menyangkut kemanusiaan, yakni kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat indonesia (pancasila pasal 3). Ketika pranata-pranata sosial ekonomi belum dapat terselesaikan, akan sulit mencapai butir keTuhanan yang Maha Esa, malahan yang terjadi adalah kepentingan berkedok atau beralasan (motif) agama. Dalam singgungannya dengan kemanusiaan maka kepekaan nuranilah yang menjadi dasar terciptanya civil society yang dicita-citakan.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

22

Terhadap Kebudayaan
Tidaklah kami menciptakan manusia dari laki-laki dan perempuan secara beragam kecuali (hanya) untuk saling mengenal antara satu dengan yang lainnya. Demikianlah Allah menyebutkan dalam salah satu surat dalam wahyunya (al-Quran). Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada manusia secara alamiah terjadi dan dipengaruhi oleh berbagai macam unsur, baik unsur geografis, cara berfikir dan kebudayaan. Seperti yang kita pahami, bahwa sebuah kebudayaan tercipta dari gaya berfikir dan berprilaku yang akhirnya diaktualisasikan dan menghasilkan sebuah produk, baik berupa ritual, kesenian, tarian, lagu (tembang), arsitektur dan lain sebaginya dan itulah kebudayaan karena kebudayaan selaras dan senada dengan gerak nafas manusia itu sendiri. ketika kebudayaan merupakan nafas dan gerak dari manusia itu sendiri maka kebudayaan akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya pemikiran manusia, dan itulah yang disebut sebagai evolusi kebudayaan. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa kebudayaan bisa bersifat gerak (prilaku) dan berupa produk, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, karena secara otomatis untuk membuktikan kemajuan
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

23

dari sebuah budaya dapat dilihat dari produk budaya yang dihasilkannya (produk budaya). Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Indonesia kaya dengan ragam budaya (khazanah), dari ujung timur sampai ujung barat, kurang lebih terdapat 17.000 pulau, 400 bahasa lokal dan 600 suku bangsa, dan ini yang tidak disadari oleh bangsa Indonesia. Ketika kita tidak bisa mengetahui kebudayaan kita maka kita akan semakin tercerabut dan pikun dengan indentitas kita sendiri (kearifan lokal; local genius), karena dari kebudayaan tersebut kita dapat mengetahui karakter (identitas) dan seberapa jauh perkembangan kebudayaan kita, selain itu kita dapat memprediksi kemungkinan kebudayaan kita dapat berevolusi dan berkembang menjadi sebuah peradaban (gemahripah loh jinawi, tata tengtrem, kerta raharja). Genuine mode of cultural expression merupakan suatu ekspresi cultural dimana kita secara kolektif menegakkan dan mengembangkan kualitas diri melalui proses osmosik simbolsimbol cultural yang ada di dalam kehidupan keseharian (bahasa, musik, sastra, pakaian adat, rumah adat dan lain sebagainya). Secara pragmatis dan otomatis kita tidak pernah mempertanyakan maupun menyeleksi darimana datangnya simbol-simbol cultural tersebut, dengan sendirinya simbol-simbol itu terinternalisasi dalam diri kita kemudian menjadi sebuah karakter, identitas dan akar baru yang genuine. Pola dari simbol-simbol kultural yang telah disebutkan diatas, karena menjadi sebuah identitas atau karakter, secara otomatis menjadi sebuah kesatuan etnis (culture) yang
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

24

sebenarnya membuat bangsa Indonesia survive dalam menghadapi tantangan-tantangan modernitas (luar) -pada saat itu, sampai pada akhirnya terjadi akulturasi yang tetap memiliki sebuah karakter dan ciri khas tersendiri. Kekuatan dalam mempertahankan ciri khas (identitas) tersebut secara tidak sadar memiliki kekuatan penerimaan yang mengindikasikan adanya kelenturan, dan elastisitas (fleksibel) untuk berhadapan dan berdampingan dengan kultur yang sama sekali baru. Sifat elastisitas dan kelenturan yang dimiliki kultur tersebut bukan merupakan sesuatu yang sudah fixed tapi ia terus bergerak, memodifikasi diri dan berevolusi, tanpa dapat diprediksi bagaimana bentuk akhirnya. Seperti disebutkan diatas kebudayaan seperti manusia itu sendiri, ia terus berevolusi, membenahi diri dan terus berkembang. Berevolusinya sebuah kebudayaan tidak akan terlepas dari prinsip kebebasan dan kemerdekaan dalam berwacana dan berserikat, karena hal tersebut merupakan prinsip dasar yang akan mendorong terciptanya sebuah terobosan-terobosan jenius yang menembus batas. Kebudayaan dalam artian ini adalam kebudayaan yang senantiasa berevolusi dan mengembangkan dirinya dan dalam rangka pengembangan diri, kebudayaan tidak akan terlepas dari prinsip keterbukaan, keterbukaan akan membawa kebudayaan kepada eksperimen, dan kritik, dari sana kebudayaan akan digiring kearah pembenahan dan pengembangan diri (mempertahankan yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik).

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

25

Organisasi
Tidaklah Tuhan menurunkan wahyunya secara percuma, semua memiliki landasan yang melingkupi sejarah hidup umat manusia dan semuanya Tuhan turunkan untuk dijadikan petunjuk dan pilihan alternatif (wahyu yang berisikan petunjuk dan perintah dan larangan yang dimaksudkan tidak untuk mendikte, karena Tuhan tidak pernah memaksakan kehendak-kehendaknya) bagi manusia dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh dengan intrik dan polemik. Sesuai dengan sifat alamiah manusia bahwa secara naluri (sifat alamiah) manusia memiliki kecenderungan untuk berkoloni atau berkelompok, hal tersebut diungkapkan oleh salah seorang filusuf Jerman, Karl Marx Sifat alamiah manusia untuk mengaktualisasikan diri dan berkelompok. Dalam salah satu ayat Tuhan menerangkan bahwa Tidaklah Tuhan menciptakan manusia dari laki-laki dan perempuan dengan beraneka ragam, dalam hal ini Tuhan tidak bermaksud untuk mengkotak-kotakan jenis dan spesies manusia itu sendiri, akan tetapi Tuhan menegaskan kembali bahwa dengan perbedaan tersebut manusia dapat mengambil sebuah hikmah, yakni mengidentifikasi dan mengenal antara satu dengan yang lainnya. Berdasar pada prinsip kemerdekaan/kebebasan berpendapat, manusia secara natural terdiri dari pribadi-pribadi yang terdiri dari minat dan perhatian yang beraneka ragam
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

26

akan menjadi pangkal adanya interaksi sosial yang subur dan produktif, tentunya selama mendapat penyaluran yang wajar, cukup dan dibimbing oleh komitmen pribadi masyarakat kepada nilai-nilai luhur kemanusiaan. Dari kebebasan berpendapat secara otomatis melahirkan dua hak asasi, yakni kebebasan berkumpul dan berserikat. Keinginan berkumpul dan berserikat (le desire detre ensemble) merupakan naluri alamiah manusia sebagai mahluk sosial. Pepatah tua mengatakan ketika pelangi hanya terdapat satu warna saja maka tidak akan dikatakan indah (sebuah keindahan), akan tetapi pelangi dapat dikatakan indah ketika berwarna-warni. Berdasarkan dengan sifat alamiah manusia tersebut, maka Tuhan dalam salah satu wahyunya memerintahkan manusia untuk berkelompok/ berorganisasi. Berpegang teguhlah kepada tali Tuhan (Allah) secara berjamaah (berbondong-bondong) dan janganlah kalian bercerai berai .(al-Quran, al-Imron, 3:128) Menurut interpretasi kafha, yang dimaksud berkoloni atau berorganisai diatas bukan berarti untuk mengkelompokan atau mengkotak-kotakan apalagi membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi kafha berinterpretasi berkoloni yang dimaksud adalah hanya untuk menjadikan manusia dalam setiap aktualisasi dan produksi yang dilakukan menjadi sistematis, terarah dan terstruktur. Salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa kebaikan yang tidak terstruktur dan tidak sistematis akan kalah dengan kejahahatan yang sistematis dan terstruktur (Ali ibn abi Thalib).
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

27

Kembali Mengutip pendapat Marx bahwa salah satu ciri yang membedakan manusia dengan hewan adalah manusia mampu mengorganisir semua aktualisasi dirinya sehingga dia mampu untuk memproduksi. Dalam salah satu ayat dalam al-Quran disebutkan pula bahwa Saling memberi nasihatlah diantara kalian dalam kebaikan dan ketakwaan dan janganlah kalian saling memberi nasehat dalam kejelekan dan kejahatan. Dari ayat tersebut dapat ditarik sebuah penafsiran bahwa manusia dalam berjamaah (berorganisasi) diharuskan untuk saling mengingatkan, mengkoreksi dan kritik (kritik membangun). Kandungan ayat tersebut menyiratkan bahwa interaksi sosial dalam sebuah organisasi harus didasarkan pada hubungan emosional, visi dan misi yang terarah dan kuat sehingga dalam tataran aktualisasi dapat melahirkan sebuah hikmah. Demikianlah cara pandang kafha terhadap kemanusiaan, kebudayaan dan organisasi, cara pandang tersebut akan menjadi sebuah landasan bagi bangun dan gerak kafha dalam tataran aplikasi.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

28

Rangka Bangun kafha


Pada rangka bangun kafha ini akan dijelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan prinsip, jenis, dan sifat dari kafha itu sendiri. Hal ini akan menentukan interpretasi identitas kafha.

Prinsip Dasar
kafha tercipta dari aspirasi-aspirasi yang berkembang (kesadaran nalar kolektif) dari sekelompok mahasiswa yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama yakni mewujudkan cita-cita Paramadina. Sedangkan proses terbentuknya lembaga ini lebih menitik beratkan musyawarah dan mufakat, yang berdasarkan pada kebebasan dan tanggung jawab kemanusiaan (tatanan masyarakat demokrasi). Maka berangkat dari proses tersebut kafha memiliki prinsip Dasar, yang menjadi landasan pergerakan. Adapun prinsip Dasar yang menjadi landasan lembaga ini adalah egaliter, kebebasan dan kemerdekaan, yakni berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Adapun prinsip kebebasan dan kemerdekaan yang dimaksud adalah dalam setiap gerak dan langkah lembaga ini tidak ada halangan dan batasan sama sekali (terkotak-kotakan),
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

29

tentunya dengan kesepakatan-kesepakatan tertentu. kafha menjadikan dirinya sebagai tempat bagi orang-orang yang benar-benar merdeka, bukan tempat bagi mereka yang ingin merdeka atau baru merasa merdeka.

Landasan dan Asas


Yang menjadi landasan dalam lembaga ini adalah sesuai dengan Paramadina yakni Pancasila serta Kitab dan Hikmah. Sedangkan, yang menjadi asas dalam setiap gerak dan langkah lembaga ini adalah Manifesto Paramadina.

Kepengurusan dan Keanggotaan


Berangkat dari prinsip dasar yang telah disepakati, yakni Egaliter dan Kemerdekaan, maka sistem yang kami terapkan dalam kelembagaan ini berupa komunitas yang dipimpin oleh 1(satu) orang koordinator dan 3 (tiga) orang presidium, yaitu ; (1) Program, (2) Managemen, (3) Operasional (umum). Koordinator (berdasarkan kesepakatan) tidak mempunyai hak dan wewenang apapun dalam hal memerintah dan melarang anggotannya (garis komando), koordinator yang dimaksud dalam lembaga ini berfungsi sebagai mediator dan katalisator lembaga itu sendiri. Jadi koordinator yang dimaksud dalam lembaga ini adalah koordinator sebagai mandat bukan koordinator sebagai jabatan, karena ketika berkaitan dengan

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

30

pengambilan keputusan akan diputuskan oleh sidang yang dipimpin oleh 3(tiga) orang presidium. Berkaitan dengan keanggotaan, lembaga ini tidak menekankan seorang anggota secara formal atau tidak mengikat (merdeka). Keanggotaan yang dimaksudkan dalam lembaga ini adalah siapa saja yang aktif mengikuti ritual dan kultur lembaga, sehingga hubungan yang tercipta adalah hubungan atau ikatan emosional, profesional, kekeluargaan dan intelektual, bukan hirarki. Hal-hal yang berkaitan dengan kepengurusan dan keanggotaan akan lebih lanjut di paparkan pada AD dan ART.

Sifat Lembaga
Bertolak dari dasar pemikiran serta prinsip dasar lembaga, maka kafha merupakan sebuah lembaga kemahasiswaan profesional yang bersifat independent, terbuka, dan sinergi. Independent yang dimaksudkan adalah berdiri sendiri serta tidak terikat dengan institusi-institusi yang berada di universitas (tidak ada jalur/garis komando) yang ada hanya garis koordinasi dan konsolidasi, tetapi tetap berada di bawah naungan Universitas Paramadina. Adapun yang dimaksud dengan terbuka adalah lembaga tidak mengikat atau menuntut, tapi lembaga hanya menjalin sebuah ikatan yang kemudian menjadi sebuah komitmen (komitmen bersama untuk bekerjasama), yakni kesepahaman dan persatuan untuk menjadi sesuatu yang berarti, baik bagi diri, bagi lembaga dan Paramadina.
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

31

Yang menjadi prinsip kafha selanjutnya adalah Sinergita, yaitu kafha dalam setiap gerak langkahnya akan senantiasa berusaha mensinergikan diri dengan organisasi-organisasi yang memiliki hubungan (baik langsung atau tidak langsung), sinergitas tersebut akan berlaku hanya dalam hal-hal sekunder saja, dan ketika hubungan tersebut telah menyinggung ranah-ranah primer (prinsipil) maka kafha tidak akan segan untuk mengambil sikap dengan tegas. Bertolak dari prinsip kebebasan tersebut diatas, maka kafha men-spesifikasi sifat dari lembaga yang hendak dibangun yaitu; (1) Independensi, (2) Interdependensi.

1) Independensi
Independensi berasal dari kata independen yang berarti mandiri atau berdiri sendiri. Yang dimaksud dengan independensi dalam konteks eksistensi pergerakan kafha adalah ketidak-bergantungan dalam hal pengambilan sebuah keputusan (sikap dan mental). Dengan demikian, kemandirian di sini bermakna dua hal: pertama, kemandirian organisasi. Artinya kafha tidak menjadi atau berada di bawah organisasi (aviliasi, underground) manapun. Kedua, kafha dapat menyelesaikan berbagai macam permasalahannya dengan hukum adat sendiri (cara), ketika terdapat bantuan dari pihak luar, harus bersifat komplementer (pendukung) semata. Sedangkan, kaitan kafha dengan Universitas Paramadina adalah; Universitas sebagai pelindung dan acuan kebijakan. kafha akan selalu menyesuaikan kebijakan yang dianut dan berlaku di Universitas, akan tetapi ketika hukum tersebut bertentangan dengan hukum Syari atau hal-hal yang bersifat prinsipil,
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

32

maka kafha akan melakukannya dengan Hukum dan Adat sendiri, akan tetapi kafha akan tetap selalu mencari kesepakatan dan benang merah terlebih dahulu selama itu tidak merugikan kedua belah pihak.

2) Interdependensi
Essensi dari pelaksanaan independensi (kemandirian) sebagaimana diuraikan di atas, dalam artian tidak menafikan perlunya saling membantu atau bekerjasama dengan pihak lain. Seperti tercantum dalam pembahasan Falsafah Pergerakan dalam Bab Kebebasan individu, berarti kafha tetap memegang prinsip dari kebebasan itu sendiri. Adapun kaitan kebebasan dengan independensi adalah bagaimana seorang anggota (kader) kafha dapat memiliki sifat keterbukaan dengan siapapun, tapi tetap berpegang teguh terhadap prinsip dan nilai yang dijunjung tinggi oleh adat kafha. seperti halnya ikan di laut, meskipun ikan tersebut hidup di dalam air asin (lingkungan) tapi tetap memiliki citra rasa yang khas. Asas interdependensi juga mensyaratkan agar kafha dan segenap anggota serta kaderkadernya mampu memposisikan diri dalam fungsi-fungsi jaringan sosial. Oleh karena itu spektrum pembelajaran dan saling mengingatkan dalam hal kebaikan haruslah tertanam penuh dalam negosiasi mata-rantai sosial yang signifikan. Demikianlah Falsafah Pergerakan ini kami rancang dan untuk seterusnya Falsafah Pergerakan ini akan dijadikan sebagai landasan dalam setiap gerak dan laku kafha dalam mengaktulisasikan
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

33

diri dan berinteraksi dengan realitas sosial. Selain menjadi landasan filosofis gerak dan laku Falsafah Pergerakan ini juga menjadi landasan dalam mencapai tujuan kafha secara sistematis dan terstruktur.

Prinsip Lembaga
Dalam menjalankan roda organisasi ataupun dalam proses keorganisasian itu sendiri kafha memiliki prinsip-prinsip dasar yang selalu akan menjadi acuan dan pegangan, prinsip-prinsip tersebut adalah :

Kebebasan/ Kemerdekaan
Berdasar pada prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab serta pandangan mengenai keutuhan manusia maka kafha berpandangan bahwa manusia seutuhnya adalah merdeka dan bebas, tidak ada sesuatu kuasa apapaun antara manusia yang satu kepada manusia yang lainnya, karena kebebasan merupakan hak primordial/primeval dari sang pencipta (al-Baqarah/2:35). Yang dimaksudkan dengan kebebasan primeval dari sang pencipta adalah kebebasan hati nurani (freedom of conscience) hal ini sesuai dengan Paham kemanusiaan universal yakni percaya kepada potensi kebaikan tiap individu dan kebaikan bersama yang berdasarkan pada bimbingan hati nurani. Dengan prinsip kebebasan akan mendorong kita untuk melakukan dialog mengenai berbagai macam wacana baik yang bersifat terbuka maupun tertutup (layak dan tabu).
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

34

Semangat kebebasan akan mampu menerobos batas tentunya dengan dibekali ilmu pengetahuan yang mempuni (discovery), sehingga menciptakan budaya yang ilmiah dan akademis baru. Prinsip kemerdekaan ini tentunya tidak akan selalu absolut, yakni pasti akan selalu berbenturan dengan yang lain. Yang dimaksud dengan berbenturan adalah ketika kebebasan kita mengganggu privasi (kebebasan dan hak) orang lain, disinilah sikap bijak kita dipertaruhkan. Oleh karena itu prinsip berikutnya sangat berkaitan erat dengan prinsip ini.

Keterbukaan
Keterbukaan menjadi salah satu konsekuensi dari kebebasan (kemerdekaan) karena prinsip dasar dari kebebasan itu sendiri adalah keterbukaan, terbuka untuk diperbincangkan, di-dialogkan dan dikritik. Ketika keterbukaan tersebut telah tertanam tanpa hambatan (kepentingan-kepentingan tertentu) maka kemerdekaan dan kebebasan akan tercapai, tentunya dengan tanggungjawab dan kesadaran yang tinggi. Keterbukaan dalam berwacana, berdialog dan kritik mempunyai implikasi yang sangat besar terhadap kebebasan dan kemerdekaan, karena kritik itu sendiri merupakan dasar dari sebuah pembaharuan dan terobosan-terobosan baru yang menembus batas (to avoid criticism, do nothing, say nothing, and be nothing).

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

35

Seperti telah disinggung pada poin sebelumnya, bahwa kemerdekaan akan berbenturan, di sinilah keterbukaan menjadi jalan penengahnya, dimana keterbukaan akan menyingkirkan atau membuka sekat-sekat privasi dan akhirnya menjadi sebuah kemerdekaan bersama.

Keadilan
Salah satu konsekuensi lain dari keterbukaan dan kemerdekaan adalah keadilan. Keadilan sinonim dengan kewajaran, yang berarti satu keadaan yang dapat diterima oleh semua orang dengan penuh kerelaan dan kelegaan. Kondisi tersebut akan melahirkan sebuah keprihatinan dan dari keprihatinan akan melahirkan sebuah solidaritas. Berangkat dari prinsip tersebut yang memandang manusia adalah bebas dan merdeka (kewajaran, keprihatinan dan solidaritas), maka akan melahirkan pandangan bahwa manusia juga memiliki hak-hak yang sama, di sanalah prinsip keadilan sosial akan terwujud. Hak-hak tersebut adalah, hak berpendapat, hak bersuara hak berserikat dan hak beraktifitas. Dari hak-hak tersebut mencerminkan bahwa kebebasan dan kemerdekan merupakan kunci utama untuk menuju sebuah keadilan, tentunya dengan kesadaran akalbudi dan rasa tanggungjawab yang tinggi.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

36

PEDOMAN KEBIJAKAN

afha lahir dan berdiri berdasarkan pada kegelisahan dalam menghadapi realitas sosial yang ada, dimana kepikunan nalar dan pelacuran-pelacuran intelektual terjadi dan merajalela di dunianya. Berlandaskan pada hal tersebut maka kafha dengan kesadaran penuh dan keinsyafan nalar mencoba merancang dan merumuskan bagaimana Rule of the game dalam menghadapi realitas sosial yang ada. Dalam ranah ini pedoman kebijakan dirancang sebagai acuan dasar bagaimana kafha dapat bereksistensi dan mengaplikasikan dirinya, baik di kalangan internal maupun eksternal. Pedoman ini berisikan dasar kebijakan-kebijakan strategis yang harus dilakukan kafha ketika mencoba bernegosiasi dengan konteksnya. Adapun spesifikasi pembahasan dalam pedoman kebijakan ini adalah : 1. Ranah Garapan Lembaga 2. Jenis-jenis kebijakan Kebijakan Internal Kebijakan Eksternal
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

37

Ranah Garapan Lembaga


Yang dimaksud dengan Ranah Lembaga adalah wilayah/lahan garapan lembaga. Karena kafha merupakan sebuah lembaga independen dan lembaga profesional, maka kafha mempunyai 5 (lima) wilayah garapan (konsentrasi), yakni Liberal Art, Seni, Homo Creative, Riset, Media. Adapun yang menjadi bentuk garapan lembaga ini adalah : Pendidikan, Kemanusiaan dan Kebudayaan. Adapun sepesifikasi dari ranah garapan program tersebut adalah : Liberal Art Seni (Teater, Sastra, Tari, dll) Penelitian (Riset) Homo Creative (Event/Peristiwa Khusus) Media Selain mengacu pada yang telah ditentukan di atas, kafha, ketika dalam perjalanannya mempunyai dan mendapatkan sebuah inovasi baru dalam perkembangan dirinya, maka kafha akan segera membentuk dan menyesuaikannya dengan kebutuhan yang akan dan sedang dihadapi. Untuk penyelarasan sebuah hirarki kepengurusan nantinya akan disesuaikan dengan jenis kegiatan dan program yang akan dilaksanakan. Selain menggarap ke-lima hal yang telah disebutkan di atas, kafha sewaktu-waktu dapat berubah menjadi lembaga advokasi Mahasiswa yakni, menampung segenap aspirasi mahasiswa
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

38

yang kemudian disampaikan kepada pihak yang kapabel. Kondisi ini bisa terjadi ketika organisasi formal yang ada di universitas tidak berjalan dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Lahan-lahan garapan tersebut kemudian akan dijelaskan pada bab Desain Program, penjelasan tersebut berkenaan dengan rasionalisasi pembentukan bidang Profesional, yang selanjutnya akan menjadi penopang kafha dalam menjalankan semua bentuk program dan kegiatankegiatannya.

Jenis-jenis Kebijakan
Dalam Khittah (acuan kebijakan) ini kafha mempunyai garis besar kebijakan yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan-pelaksanaan penggambilan sikap dan keputusan. Rumusan jenis kebijakan ini merupakan ketentuan-ketentuan organisasi yang nantinya akan menjadi sebuah acuan dalam penentuan sebuah keputusan. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi : Kebijakan Internal Kebijakan eksternal

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

39

1) Kebijakan Internal
a. Pembinaan Sikap dan Mental
Input yang bagus maka akan menghasilkan output yang bagus pula, hal tersebut menjadi konsekuensi logis dalam jalannya kehidupan. Demikian pula dengan organisasi, ketika sebuah organisasi hendak memiliki sebuah output yang bagus (produk) maka input yang diterapkan juga harus terjaga dan bagus pula. Dengan kesadararan yang penuh kafha menitik-beratkan organisasi dan kegiatannya pada pembinaan mental (sarvival), Revolusi mentalitas (nilai), etika dan kejujuran adalah dasarnya, dalam menghadapi life world dengan cara; menanam, memupuk, memelihara, mengembangkan segenap potensi (talent) yang ada pada diri anggotanya dengan adat yang ada dalam tubuh kafha (investasi kemanusiaan; human investement). Pembinaan sikap dan mental sumber daya manusia (human resources development) ini menjadi sebuah tonggak bagaimana bangun organisai dapat berdiri dengan kokoh. Dengan pembinaan sikap dan mental (menanam memupuk serta memelihara) telah menjadi sistem dalam sebuah pengkaderan, dimana unsur emosionalitas, keilmuan dan kejiwaan menjadi sesuatu hal yang penting bagi jalan dan eksistensi organisasi.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

40

b. Pembinaan Keorganisasian
kafha dalam menjalankan setiap kebijakan, baik yang diambil dalam rapat paripurna ataupun dalam rapat-rapat pleno, tetap harus menjaga independensinya. Selain tetap menjaga independensi seluruh anggota kafha diharuskan untuk tetap menjaga keutuhan bangun organisasi. kafha dalam pembinaan pergerakannya melaksanakan segala usaha, baik yang digariskan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga maupun keputusankeputusan yang diambil dalam rapat paripurna atau rapat-rapat pleno yang diadakan berdasarkan kesepakatan quorum. Kesepakatan-kesepakatan yang diambil tentunya bersifat solutif, kreatif dan inovatif tak lupa pula dengan tetap menjaga keefektifan dan koefisienannya (konkrit dan jelas). Sebelum angota kafha dapat memberikan sebuah kebijakan maka dia harus benarbenar memahami alur dan duduk bangun keorganisasian secara utuh, terutama hukumhukum yang tertera dalam draft-draft konstitusi keorganisasian. Untuk terjaganya keutuhan sebuh organisasi terdapat beberapa faktor yang mendukungnya; pertama Sistem, sistem dalam sebuah organisasi menjadi sebuah tonggak bagaimana organisasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Sistem tersebut meliputi beberapa bagian yaitu; hukum dan konstitusi, ketentuan dan pengambilan sebuah kebijakan, AD-ART serta format dalam sebuah pemrograman.
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

41

Kedua SDM, di samping sebuah sistem yang bagus dan sisematis, pengembangan sumber daya manusia (human resources development) memiliki peran urutan selanjutnya, karena sistem tidak akan berpengaruh ketika SDM yang dibangun tidak memiliki kemampuan dan kekuatan yang dibutuhkan oleh sistem yang telah dibangun. Oleh karena itu, sistem dan SDM merupakan kedua tonggak yang saling ketergantungan, ketika hilang satu maka keduanya tidak akan terealisasi.

c. Kebijakan Hubungan dengan Universitas Paramadina.

Organisasi-organisasi

yang

berada

di

Untuk menjaga hubungan baik dan harmonisasi hubungan antar organisasi yang berada di universitas Paramadina, kafha akan selalu berusaha untuk mensinergikan bentuk gerakannya, hal tersebut dilakukan tidak lain untuk menjaga stabilitas keamanan dan kesejahteraan organisasi-organisasi yang berada dalam naungan Universitas. Dalam menyikapi permasalahan-permasalahan yang terjadi dan dihadapi oleh organisasi-organisasi yang berada di Universitas Paramadina, maka kafha akan bertindak netral dan selalu akan memberikan masukan yang bersifat solutif. Hal tersebut dilakukan, sesuai dengan tujuan kafha itu sendiri yakni Menumbuhkembangkan segenap potensi Mahasiswa Universitas Paramadina. Ketika hubungan dan pranata-pranata keharmonisan telah dibangun maka kafha harus tetap menjaga hubungan tersebut. kafha pada prinsipnya akan selalu membantu semua
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

42

kepentingan yang berkaitan dengan Universitas Paramadina, karena yang menjadi prinsip kafha adalah pembangunan secara menyeluruh mengenai pranata-pranata yang akan menopang Universitas Paramadina. Hal-hal yang berkaitan dengan bentuk kebijakan yang bersifat spesifik atau khusus, kemudian akan diatur dalam AD-ART dan GBHO kafha.

2) Kebijakan Eksternal
Kebijakan Eksternal ini dibagi kedalam beberapa bagian yaitu : a. Garis kebijakan terhadap pemerintah. b. Garis kebijakan terhadap Partai Politik/Golongan Politik. c. Garis kebijakan terhadap Organisasi Massa dan keumatan. d. Garis kebijakan terhadap masalah-masalah yang bertentangan di tengah-tengan masyarakat.

a. Garis kebijakan terhadap pemerintah


Bahwa kafha akan selalu terlibat atau berperan serta dalam kegiatan-kegiatan pemerintah (rasional) yang berkenaan dengan bidang-bidang garapan (profesional) yang ada dalam tubuh kafha, terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan keumatan atau kesejahteraan sosial dan keadilan sosial.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

43

Telah menjadi konsekuensi logis bagi kafha dalam membatu setiap hal yang bersangkutan dengan keumatan, apalagi dengan cakupan yang lebih luas (Negara), maka dengan semangat kemanusiaan dan kebudayaan kafha akan senantiasa membantu usaha pemerintah dalam pencapaian tujuan-tujuannya yakni kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Garis kebijakan terhadap Partai Politik/ Golongan Politik


Berkaitan dengan segala bentuk kegiatan yang berbau politis atau bersinggungan dengan golongan politik kafha selamanya tidak akan pernah terlibat dan peran serta dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat politis? Apalagi hal itu bersangkutan dengan partai atau golongan politik praktis, tanpa kecuali. Alasan mendasar kafha untuk tidak berkiprah atau berkecimpung dalam kegiatan politik adalah, bahwa kepentingan-kepentingan yang bersifat politik adalah sementara dan kepentingan-kepentingan tersebut menurut pandangan kafha biasanya bersifat golongan, dan yang menjadi prinsip kafha adalah kepentingan dan kesejahteraan bersama. Merawat dan memelihara lebih penting dan lebih sulit ketika membuat atau menggapai sesuatu yang baru.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

44

c. Garis kebijakan terhadap Organisasi Masa dan keumatan


kafha akan tetap mempertahankan prinsip independensinya tapi tetap terbukanya dan open minded terhadap segala hal yang bersangkutan dengan permasalahan keumatan. Pada prinsipnya kafha akan selalu setia membantu segala bentuk permasalahanpermasalahan yang dihadapai oleh masyarakat, tapi ketika permasalahan tersebut tidak berhubungan dengan kepentingan-kepentingan partai atau golongan politik apapun (tanpa kecuali). Permasalahan ke-umatan/ kemanusiaan adalah salah satu dari 2 (dua) titik fokus kafha, maka dengan ini kafha menyatakan akan selalu terlibat dalam kasus dan diskursus yang berhubungan dengan kemanusiaan atau ke-umatan.

d. Garis kebijakan terhadap masalah-masalah yang bertentangan ditengah masyarakat.


Salah satu bidang garapan yang dibangun oleh kafha adalah bersifat ilmiah dan akademis, maka ketika kafha dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kemasyarakatan kafha tidak akan terlebih dahulu untuk langsung terjun, tapi kafha akan terlebih dahulu meninjau dan meneliti (riset) pokok dan inti dari permasalahan tersebut. kafha akan selalu terlibat pada permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masyarakat, akan tetapi dalam tataran ide. Dan ketika sudah melampaui kemampuannya dan berhadapat dengan kepentingan kelompok-kelompok tertentu maka kafha akan secara tegas menolak kerjasama yang hendak atau telah dibangun.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

45

ANGGARAN DASAR

erangkat dari kesadaran nalar dan keinsyafan diri kafha menyusun landasan filosofis dalam perjuangannya dan menentukan kebijakan-kebijakan serta langkah-langkah yang harus diambil oleh kafha ketika dihadapannya terdapat sebuah fenomena yang harus ditafsirkan dan disikapi dengan seksama.

Bertolak dari konstitusi tersebut maka kafha akan merumuskan secara rinci Ruang Gerak kafha serta mengidentifikasikan diri, agar dalam setiap gerakannya selalu mendapatkan pegangan dan acuan untuk melangkah. Dalam Aanggaran Dasar ini kami mencoba untuk menentukan Role of the game kafha, anggaran dasar ini berisikan; ruang bangun kafha itu sendiri, serta sendisendi yang akan menopangnya dalam bereksistensi.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

46

BAB I
NAMA WAKTU DAN KEDUDUKAN
Pasal 1

1. Organisasi ini bernama kafha: Laboratory for Humanity and Culture, Universitas Paramadina. 2. Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2004 untuk waktu yang tidak terbatas 3. Organisasi ini berkedudukan di Universitas Paramadina.

BAB II
ASAS, BENTUK DAN SIFAT
Pasal 2

Organisasi ini berasaskan Manifesto Paramadina


Pasal 3

Organisasi ini berbentuk persatuan dan terbuka untuk seluruh civitas akademika Universitas Paramadina.
Pasal 4

1. Organisasi ini bersifat independen dan terbuka. 2. Organisasi ini bergerak dalam bidang kemanusiaan dan Budayaan.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

47

BAB III TUJUAN


Pasal 5

1. Organisasi ini bertujuan untuk Penghormatan Manusia secara adil dan beradab serta menghargai keberadaan penciptaan dan segala ciptaannya. 2. Organisasi ini bertujuan untuk mengkomunikasikan nilai dan tonggak-tonggak Manifesto keParamadina-an (kedalaman iman, kepekaan hati, ketajaman nalar, kecakapan berkarya, keluasan wawasan dan kemandirian jiwa). BAB IV FUNGSI
Pasal 6

1. Organisasi ini berfungsi sebagai wadah apresiasi dan aktualisasi segenap civitas akademika Universitas Paramadina. 2. Organisasi ini berfungsi sebagai pengolahan dan pengembangan jiwa kreatif yang dilandasi nilainilai kewirausahaan. 3. Organisasi ini berfungsi sebagai lembaga advokasi Segenap civitas akademika Universitas Paramadina

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

48

4. Ketika organisasi-organisasi kampus tidak berjalan dengan semestinya, maka organisasi ini berkewajiban untuk membantu dan menopang organisasi yang bersangkutan.

BAB V USAHA
Pasal 7

Untuk mencapai tujuannya organisasi ini berusaha : 1. Menumbuh kembangkan kedalaman iman. 2. Mengasah ketajaman nalar. 3. Mengolah kepekaan nurani. 4. Mengembangkan kecerdasan dalam berkarya. 5. Mengasah keluasan wawasan 6. Menumbuh kembangkan kemandirian jiwa

BAB VI KEANGGOTAAN, KEPENGURUSAN DAN BADAN KHUSUS


Pasal 8

1. Organisasi ini beranggotakan segenap civitas akademika Universitas Paramadina. 2. Organisasi ini beranggotakan siapa saja yang aktif mengikuti ritual yang dilaksanakan oleh organisasi.
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

49

3. Organisasi ini berada dibawah naungan Universitas Paramadina.

Pasal 9

Organisasi ini berbentuk Presidium yang beranggotakan 3 (tiga) orrang presidium yaitu : a. Program. b. Managemen. c. Operasional.
Pasal 10

Untuk usaha melaksanakan dan mengembangkan program kerja yang lebih spesifik maka organisasi ini memiliki badan-badan dibawahnya, yaitu ; Liberal Art, Seni, Homo Creative, Penelitian dan Media.

BAB VII LEGITIMASI KEKUASAAN DAN KEPEMIMPINAN


Pasal 11

Institusi kekuasaan tertinggi secara hirarkis dipegang oleh Konferensi (musyawarah), Rapat Pimpinan (RAPIM), dan Sidang Dewan Pleno (SDP).

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

50

BAB VIII PERBENDAHARAAN


Pasal 12

Keuangan dan harta benda organisasi ini diperoleh dari : 1. Bantuan dari para anggota serta pihak-pihak lain sepanjang sah, halal dan tidak mengikat. 2. Usaha produktif dan usaha lain yang sah, halal dan tidak terikat (wirausaha). 3. Dana Operasional kemahasiswaan Universitas Paramadina. BAB XI LAGU, LAMBANG DAN ATRIBUT
Pasal 13

Lagu wajib dalam organisasi ini adalah Indonesia Raya, Mars Paramadina dan Mars kafha.
Pasal 14

1. Lambang kafha berbentuk seketsa lingkaran, yang terdiri dari huruf Arab, yaitu Kaf, dan Ha, yang tersusun dalam sebuah kaligrafi berwarna hitam dan merah (kaf; merah, ha; hitam).
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

51

2. Di bawah lambang tersebut bertuliskan nama kafha yang berwarna hitam.


Pasal 15

Ketentuan tentang penggunaan lagu, lambang dan atribut kafha akan ditetapkan bersama sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan tersendiri. BAB X HIRARKI DAN SUMBER HUKUM
Pasal 16

Organisasi ini dapat membuat hukum sendiri selama tidak bertentangan dengan sumber-sumber hukum yang ada.
Pasal 17

Hirarki sumber hukum organisasi ini adalah : a. Falsafah Pergerakan b. Khittah Perjuangan (kebijakan-konstitusional) c. Anggaran Dasar d. Anggaran Rumah Tangga e. Ketetapan-ketetapan dari keputusan musyawarah dan kemufakatan bersama.

BAB XI PEMBUBARAN ORGANISASI


Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

52

Pasal 18

1. Pembubaran Organisasi ini hanya dapat dilakukan dalam forum dan musyawarah yang dilakukan oleh kafha. 2. Ketetapan pembubaran organisasi harus disetujui oleh seluruh anggota. BAB XII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 19

1. Anggaran Dasar hanya dapat dirubah pada saat forum konferensi (musyawarah). 2. Konferensi tersebut sekurang-kurangnya dihadiri 2/3 jumlah peserta.

BAB XIII KETENTUAN UMUM


Pasal 20

Hal-hal yang belum ditentukan dalam Anggaran Dasar (AD) ini akan dijelaskan dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) serta ketentuan-ketentuan tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar (AD).

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

53

BAB XIV PENGESAHAN


Pasal 21

Anggaran dasar ini disahkan pertama kali dengan persetujuan, untuk penyempurnaan terakhirkalinya akan dilakukan pada konferensi selanjutnya. Wassalam, Ditetapkan di : Jakarta, Pada tanggal : PIMPINAN SIDANG KONFERENSI KAFHA

Ketua Sidang

Sekretaris Sidang
Universitas Paramadina

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

54

ANGGARAN RUMAH TANGGA


Insyaf dan sadar akan segala kelemahan diri kami merumuskan Anggaran Dasar dari tubuh kafha. Anggaran dasar merupakan sebuah tonggak awal dari identifikasi kafha yang selanjutnya akan dijabarkan secara lebih terperinci dan mendasar dalam Anggaran Rumah Tangga. Layaknya sebuah keluarga, Anggaran Rumah Tangga ini dibuat untuk menentukan (identifikasi) segala sesuatu yang ada dalam tubuh kafha. Identifikasi ini dilakukan demi menjaga kelanggengan (continuitas), dan keselarasan kafha dalam bertindak dan menentukan langkah-langkahnya. Berikut ini adalah sendi-sendi Anggaran Dasar dan Anggaran rumah Tangga kafha yang meliputi : Keanggotaan Struktur (institusi) Pengambilan Kebijakan Sidang Dewan Rapat Pimpinan
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

55

Pembentukan dan pelaksanaan Bidang Garapan Lembaga


BAB I KEANGGOTAAN
Pasal 1

Anggota kafha adalah mahasiswa (aktif/nonaktif) dan segenap civitas Universitas Paramadina.
Pasal 2

1. Wusana adalah dewan kafha. 2. Madya adalah anggota yang telah mengikuti sistem kaderisasi kafha. 3. Purwa adalah anggota yang yang turut aktif dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh kafha.
Pasal 3

Hak Anggota 1. Seluruh anggota Kafha berhak mengeluarkan pendapat, mengajukan pertanyaan, memilih dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Kafha. 2. Kader Kafha berhak untuk memberikan kebijakan, memilih, dipilih, mengikuti kegiatan pengkaderan, dan menjadi pengurus dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan Kafha.
Pasal 4 Kewajiban Anggota

Seluruh anggota kafha berkewajiban untuk menyukseskan dan mengikuti kegiatan yang dilaksanakan kafha.
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

56

Pasal 5

1. Dewan kafha merupakan dewan pendiri sekaligus bertanggungjawab terhadap laju dan gerak kafha. 2. Pengurus kafha ditandai oleh Kartu anggota yang dikeluarkan oleh lembaga. 3. Wusana Madya dan purwa akan mendapatkan kartu anggota yang dikeluarkan oleh pengurus. 4. Masa keanggotaan kafha berlaku sampai berakhirnya status hidup (meninggal). 5. Anggota kafha yang sudah tidak berstatus mahasiswa Universitas Paramadina termasuk Alumni kafha.
Pasal 6

Tatacara pembuatan, pemberian dan perpanjangan kartu anggota akan diatur pada ketentuan berikutnya.
Pasal 7

Seorang anggota dapat kehilangan kartu anggotanya karena : a. Berhenti atas permintaan sendiri b. Diberhentikan atau dipecat c. Meninggal dunia
Pasal 8

Anggota kafha dapat dijatuhkan hukuman (diberhentikan/ dipecat) seperti yang dimaksud dalam pasal 7 point b adalah; apabila :
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

57

1. Bertindak merugikan dan mencemarkan nama baik kafha, melanggar ketetapan, keputusan organisasi, peratutan-peraturan organisasi serta dapat diajukan kepada pihak yang berwajib. 2. Hukuman kepada anggota berupa peringatan, skorsing, dam pemecatan 3. Anggota yang diskors dapat melakukan pembelaan. 4. Ketentuan mengenai tatacara pemberian hukuman (peringatan, skorsing, dan pemecatan) diatur pada ketentuan berikutnya
Pasal 9

1. Setiap Koordinator kafha tidak diperbolehkan merangkap jabatan dengan organisasi massa manapun. 2. Setiap anggota kafha tidak diperbolehkan merangkap jabatan dengan organisasi politik manapun. 3. Setiap anggota kafha diperbolehkan merangkap jabatan dengan organisasi massa manapun. 4. Setiap anggota yang merangkap jabatan harus menyesuaikan dengan konstitusi kafha dan mendahulukan kepentingan kafha dibanding kepentingan organisasi lain. BAB II STRUKTUR PENGAMBILAN KEBIJAKAN KONFERENSI
Pasal 10

1. Konferensi adalah institusi tertinggi organisasi 2. Konferensi merupakan forum Musyawarah yang dihadiri oleh segenap anggota kafha. 3. Konferensi diselenggarakan setiap 2 (dua) tahun sekali oleh pengurus kafha.
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

58

Pasal 11

Konferensi kafha mempunyai fungsi dan wewenang : a. Mendengar dan mengevaluasi laporan pertanggungjawaban pengurus b. Menetapkan Falsafah pergerakan, Khittah perjuangan (pedoman kebijakan), Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Garis Besar Haluan Organisasi. c. Menetapkan kebijakan dan program kerja organisasi. d. Menentukan dan menetapkan kebijakan terhadap organisasi-organisasi yang berada di Universitas Paramadina.
Pasal 12

1. Peserta Konferensi adalah para pengurus, anggota Wusana, anggota Madya, anggota Purwa, alumni dan undangan pengurus. 2. Konferensi terdiri dari peserta utusan dan peserta peninjau. 3. Ketentuan peserta Konferensi akan ditentukan dan diatur berikutnya.
Pasal 13

1. Konferensi dinyatakan quorum apabila dihadiri sekurang-kurangnya separuh (setengah) lebih satu dari keseluruhan anggota kafha yang berhak hadir. 2. Apabila ketentuan ayat satu tidak terpenuhi, maka Konferensi akan di tunda selama 1 x 24 jam dan kemudian dinyatakan sah. 3. Peserta utusan mempunyai hak bicara, hak dipilih dan memilih.
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

59

4. Peserta peninjau hanya memiliki hak bicara.

Pasal 14

1. Selambat-lambatnya dalam waktu 7 x 24 jam koordinator umum dan dewan formatur harus segera membentuk struktur atau personalia pengurus ditandai dengan dikeluarkannya surat keputusan dewan formatur. 2. Selambat-lambatnya dalam waktu 14 x 24 jam setelah personalia pengurus terbentuk, panitia Konferensi harus menyelenggarakan acara pelantikan dan serah terima jabatan.
Pasal 15

Konferensi Luar biasa merupakan institusi kekuasaan organisasi yang bertujuan untuk mengambil kebijakan yang bersifat khusus dan mendesak.
Pasal 16

Konferensi luar biasa dapat dilaksanakan karena berhalangan tetap atau halangan yang bersifat syarI dan mendesak.

Pasal 17

Yang dimaksud dengan berhalangan tetap, syari dan mendesak adalah : 1. Meninggal dunia 2. Mengundurkan diri 3. Sakit yang berkepanjangan
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

60

BAB III SIDANG DEWAN PLENO


Pasal 18

Sidang Dewan Pleno merupakan institusi musyawarah para pimpinan organisasi yang bertujuan untuk mengawasi dan meningkatkan kinerja organisasi serta mengambil kebijakan yang bersifat khusus dan mendesak.
Pasal 19

Sidang dewan pleno berfungsi : 1. Melaporkan hasil pelaksanaan program kinerja organisasi. 2. Mengevaluasi pelaksanaan dan atau rencana pengambilan keputusan institusi kekuasaan kafha. 3. Menyempurnakan kebijakan dan strategi pelaksanaan program kerja organisasi. 4. Menentukan ketentuan-ketentuan tentang peserta Konferensi. 5. Memecahkan permasalahan-permasalahan organisasi.
Pasal 20

1. Sidang Dewan Pleno merupakan institusi tertinggi kedua setelah Konferensi. 2. Sidang Dewan Pleno diselenggarakan oleh pengurus sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu periode.
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

61

BAB IV RAPAT PIMPINAN


Pasal 21

Rapat Pimpinan kafha merupakan rapat kerja para pimpinan organisasi yang bertujuan untuk kegiatan konsolidasi dan peningkatan kinerja dan sinergitas aksi organisasi.
Pasal 22

Fungsi dan wewenang : 1. Sosialisasi kebijakan-kebijakan organisasi. 2. Sosialisasi program kerja dan strategi organisasi. 3. Pengawasan terhadap institusi pimpinan setingkat atau di bawahnya. 4. Memecahkan masalah-masalah evaluasi. 5. Menentukan sikap dan kebijakan terhadap hubungan antar organisasi-organisasi yang berada di Universitas Paramadina.
Pasal 23

1. Rapat pimpinan merupakan rapat pimpinan organisasi yang dihadiri oleh para pimpinan organisasi.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

62

2. Rapat Pimpinan diselenggarakan oleh pengurus kafha sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu periode.
Pasal 24

1. Pengurus kafha adalah institusi tertinggi organisasi. 2. Masa jabatan pengurus ditentukan sesuai dengan kesepakatan quorum. 3. Pengurus kafha berkedudukan di Universitas Paramadina.
Pasal 25

1. Pengurus kafha sekurang-kurangnya terdiri dari koordinator umum, sekretaris, dan bendahara. 2. Koordinator tiap-tiap bidang garapan merupakan bagian dari Dewan Pleno. BAB V RAPAT DEWAN Pasal 26 Rapat dewan merupakan institusi kekuasaan ketiga setelah Rapat Pimpinan. Pasal 27 Fungsi dan wewenang : 1. Memecahkan masalah-masalah yang bersifat krusial dan mendesak. 2. Menentukan sikap dan kebijakan terhadap hubungan antar organisasi-organisasi yang berada di Universitas Paramadina.
Pasal 28

Anggota Rapat dewan terdiri dari :


Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

63

1. 2. 3. 4.

Dewan Pembina Dewan Pendiri Dewan pengurus Koordinator-koordinator Bidag

Pasal 29

Pengurus kafha mempunyai tugas, kewajiban dan wewenang : 1. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Konferensi. 2. Menyampaikan ketetapan, perubahan serta segala hal penting yang berhubungan dengan organisasi kafha kepada seluruh anggota kafha. 3. Memberikan peringatan, skorsing, pemecatan dan rehabilitasi terhadap angota/pengurus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Menyelenggarakan Sidang Dewan Pleno (SDP) dan Rapat Pimpinan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu periode. 5. Menyelenggarakan Musayawarah Nasional. 6. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada seluruh anggota kafha beserta para undangan kafha.
Pasal 30

1. Yang menjadi koordinator umum kafha adalah anggota kader selama periode yang disepakati. 2. Personalia pengurus kafha adalah seorang anggota kader dan angota/mamber yang telah mengikuti sistem pengkaderan kafha (Wusana).
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

64

3. Anggota Purwa diperbolehkan menjabat dalam kepengurusan kafha akan tetapi belum diperkenankan untuk menjadi coordinator bidang.

BAB V BIDANG GARAPAN LEMBAGA


Pasal 31

Bidang Garapan Lembaga adalah badan bagian dari kepengurusan Organisasi kafha dengan tugastugas khusus sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 32

Bidang Garapan Lembaga mempunyai tugas dan wewenang : 1. Melaksanakan tugas-tugas bidang yang diberikan atau dimandatkan oleh kepengurusan kafha. 2. Meningkatkan keahlian anggota kafha melalui pendidikan dan pelatihan untuk mendorong profesionalisme anggota kafha yang sesuai dengan bidang kerjanya. 3. Mengelola, mengembangkan, dan mendayagunakan sumber-sumber (sarana dan prasarana) organisasi. 4. Membina, mengembangkan dan meningkatkan peran kafha dalam mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

65

Pasal 33

1. Struktur Bidang garapan terdiri dari seorang koordinator dan seorang atau lebih sekretaris. 2. Kepengurusan Bidang garapan ditetapkan dan disahkan dalam Konferensi kafha. 3. Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan Bidang Garapan Lembaga akan diatur dalam ketentuan berikutnya.

BAB VI PERUBAHAN ART


Pasal 34

1. Perubahan ART hanya dapat dilakukan dalam Forum Konferensi kafha. 2. Keputusan perubahan ART harus disetujui sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah peserta Konferensi. 3. Perubahan ART dilakukan dengan mengajukan rancangan perubahan pasal-pasal dalam ART peserta. BAB VIII ATURAN TAMBAHAN
Pasal 35

1. Semua badan atau instansi dalam lembaga-lembaga yang menggunakan nama atau atribut kafha diatur dalam ketetapan Konferensi atau Sidang Dewan Pleno, ketika mendesak. 2. Setiap anggota kafha berkewajiban untuk mengetahui, mentaati dan melaksanakan setiap konstitusi yang dirancang dan disepakati.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

66

Pasal 36

1. Hal-hal yang belum diatur dalam AD dan ART ini akan diatur kemudian oleh para pengurus kafha. 2. Peraturan organisasi yang mengatur ketentuan lebih lanjut dari AD dan ART ini disahkan dalam institusi kafha.

BAB IX PENGESAHAN
Pasal 37

Anggaran Rumah Tangga ini pertama kali disahkan pada konfrensi penggagas kafha tahun 2006 di Jakarta dengan perubahan-perubahan penyempurnaannya terakhir pada Konferensi ke I kafha di Jakarta. Wassalam, Ditetapkan di : Jakarta, Pada tanggal : PIMPINAN SIDANG KONFERENSI KAFHA

Ketua Sidang

Sekretaris Sidang

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

67

GBHO
(Garis Besar Haluan Organisasi)
``...............Di antara berbagai macam investment, investasi atau penanaman modal untuk suatu bangsa, tidak ada yang lebih penting, lebih produktif dan lebih bermakna daripada investasi atau penanaman modal manusia melalui sarana pendidikan yang baik , dangan mutu yang tinggi dan jumlah yang merata................``.
(Nurcholish Madjid, Indonesia Kita (Jakarta: Universitas Paramadina, 2004), hal. 147)

ebuah peradaban yang modern memerlukan sebuah tonggak yang kuat untuk menopangnya, adapun inklusifis, sekularis, pluralis dan modernis menjadi sebuah tonggak nilai dasar perwujudan menuju sebuah peradaban yang dicita-citakan. Paramadina merupakan tempat persemaian manusia-manusia baru yang bercita-cita mencetak sebuah peradaban modern, maka sudah menjadi keniscayaan bagi Paramadina untuk menerapkan nilainilai dasar yang \akan menopangnya pada setiap kehidupannya.
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

68

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Paramadina sebagai sebuah universitas harus mempunyai lembaga-lembaga yang akan mewujudkan dan menegakan nilai serta tonggak dasar peradaban. Mahasiswa yang menyandang predikat agen of change merupakan ujung tombak dari setiap evolusi yang terjadi, maka sudah menjadi keniscayaan bagi universitas Paramadina untuk merangkul dan memberdayakan mahasiswa sebagai agen dari tonggak-tonggak Manifesto Paramadina untuk menuju sebuah peradaban modern yang dicita-citakan. Menyambung pemikiran Prof. Dr. Nurcholish Madjid (alm) di atas, maka sebagai intelektual yang arif serta senang menunda kesenangan sementara demi kebahagiaan masa depan yang lebih besar dan hakiki ini, kami dari sekumpulan mahasiswa Universitas Paramadina lintas jurusan yang menamakan diri kafha termotifasi untuk menmengejawantahkan ide-ide founding fathers, agar mahasiswa senantiasa memiliki budaya kreatif dan inovatif sebagai modal menghadapi masa depan. kafha Universitas Paramadina tidak lain merupakan laboratorium kebudayaan, sebagai artikulasikreatif demi melangengkan tujuan dunia pendidikan. Sebab, dampak lain dari pendidikan ialah kemampuan berfikir dan bertindak rasional, untuk menyerap informasi dalam jumlah yang besar, dan untuk menyusun informasi itu secara sistematis, agar dapat digunakan secara efektif, kemudian mampu mengartukulasikannya dalam bahasa yang fasih dan kuat, kami berkewajiban menindak lanjuti serta mencari titik temu dalam bingkai malam reinkarnasi (makar) sebagai jelmaan manifesto Universitas Paramadina sebagai Kampus budaya dan sebagai perwujudan memuliakan yang budaya dan membudayakan yang mulia.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

69

Mengingat luhurnya cita-cita yang didendangkan Paramadina, maka kami sebagai anak kandung Universitas merasa terpanggil untuk turut serta mewujudkan apa yang telah dicitacitakan oleh para founding father. kami menyadari bahwa untuk mewujudkan cita-cita tersebut tidaklah mudah, akan tetapi bagi kami tidak ada kata menyerah sebelum terbukti kalah. Untuk menopang usaha terwujudnya cita-cita tersebut maka kami mencoba membentuk sebuah lembaga profesional kemahasiswaan, dimana lembaga tersebut akan membantu kelancaran kinerja kami secara terorganisir dan sistematis. Dengan landasan tersebut diharapkan orang-orang yang tergabung di dalamnya dapat melaksanakan berbagai macam rutinitasnya berlandaskan prinsip dan komitmen, dan dari sana pula diharapkan orang-orang tersebut dapat memetik sebuah hikmah atau pelajaran yang bisa diambil dan berguna untuk kehidupan hari esok. Mengutip pepatah tua mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah (sukarno). Sejarah yang dimaksud dalam konteks ini adalah tidak tergantung hanya pada sejarah kehidupan umat manusia sebelumnya, tapi satu detik, satu jam, satu hari bahkan satu tahun yang telah berlalu juga berarti sejarah(hendaknya berubah terus menerus tidak hanya melukis sejarah).

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

70

Maksud dan Tujuan Kafha


Kafha merupakan sebuah lembaga kemahasiswaan profesional yang terdiri dari mahasiswa-mahasiswi lintas jurusan serta lintas disiplin ilmu yang berada di Universitas Paramadina. Mahasiswa yang tergabung dalam kafha bermaksud untuk mewujudkan tonggak-tonggak Manifesto ke-Paramadinaan yakni ; kedalaman iman, kepekaan hati, ketajaman nalar, kecakapan berkarya, keluasan wawasan dan kemandirian jiwa. Selain mewujudkan tonggak Manifesto ke-Paramadinaan, kafha bertujuan pula untuk mengembangkan segenap potensi apa yang ada, termasuk potensi-potensi yang telah ada dalam diri, karena kami meyakini bahwa potensi yang ada dalam diri seseorang belum tentu ada dalam diri kita, jadi ketika potensi-potensi tersebut telah terpenuhi maka tugas selanjutnya adalah mengembangkan dan meningkatkan potensi yang ada di luar diri kita. Penghormatan Manusia secara adil dan beradab serta menghargai keberadaan penciptaan dan segala ciptaannya.

Pengertian
Garis Besar Haluan Organisasi kafha merupakan rumusan kebijakan strategis, rencana strategis dan program strategis organisasi yang tersusun secara sistemasis, terarah, bertahap dan terpadu dalam menjabarkan dan mengimplementasikan cita-cita dan tujuan kafha.
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

71

Maksud
Penyusunan draft garis besar haluan organisai ini dimaksudkan : 1. Menjadi landasan bagi pendayagunaan, pemanfaatan dan pengalokasian sumbersumber daya organisasi secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuannya. 2. Mensinergikan langkah-langkah organisasi dan menfokuskan segala aktifitas pencapaian tujuan kafha. 3. Menjadi landasan dalam penyusunan format struktur organisasi, mekanisme dan pembagian kerja disetiap eselon kepengurusan dan badan-badan pimpinan dalam menjalankan dan mengimplementasikan kebijakan dan program organisasi.

Landasan
Ideal (Normatif) : Teks-teks Kitab suci dan Manifesto Paramadina Filosofis Konstitusional : Falsafah Pergerakan dan Khittah Perjuangan : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kafha

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

72

Visi dan Misi Kafha


Visi
Pancasila, sila kedua ; Kemanusiaan yang adil dan beradab Merevitalisasi Kebudayaan menuju kemanusiaan yang dapat mengerakan potensi dirinya, untuk orang lain. Merepresentasi kembali isu-isu kemanusian dan kebudayaan kontemporer, menuju transformasi budaya masyarakat yang mulia dan humanis. Menciptakan ruang laboratorium kemanusiaan dan kebudayaan.

Misi
Memberikan ruang untuk berkarya, berkreasi secara inovatif dan bebas dalam berfikir. Melestarikan warisan budaya dan dunia yang mulia dan memanusiakan budaya yang tertindas(termarjinal). Menghidupkan kebudayaan yang merdeka, karena kemerdekaan adalah kebudayaan. Menggali sila kedua dalam pancasila, yang mengandung begitu banyak nilai humanis yang akan mendasari kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa menjadi kehidupan yang lebih manusiawi. Memberi sentuhan bagi kalangan mahasiswa tentang pentingnya indentitas dan budaya dalam memasuki dunia kampus .
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

73

Penyikapan terhadap permasalahan-permasalahan ke-organisasian Kampus


Dalam penyikapan terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di Universitas Paramadina, maka kafha akan senantiasa bersikap netral dan ketika permasalahan tersebut bersinggungan dengan hal-hal yang bersifat prinsipil maka kafha akan mempertegas sikapnya, yakni menolak atau mendukung. Adapun permasalahan yang menyangkut dengan keorganisasian yang berada di Universitas Paramadina, kafha dengan berlandaskan pada Hukum konstitusi (Falsafah Pergerakan, Kebijakan, AD dan ART) akan berusaha tetap berada dalam pakemnya. Akan tetapi ketika permasalahan tersebut berhubungan dengan kesejahteraan dan stabilitas Mahasiswa atau masyarakat Paramadina pada umumnya maka kafha akan bertindak tegas dan menyatakan sikapnya dengan menjadi lembaga Advokasi. Adapun yang dimaksud dengan lembaga advokasi dalam konteks ini adalah kafha menjadi katalisator (penyambung lidah segenap rakyat Universitas Paramadina) serta menjadi penengah duduk perkara yang sedang dihadapi. Ketika lembaga-lembaga keorganisasian kampus (baik legislator maupun eksekutor) mulai melenceng atau keluar dari ketetapan-ketetapan organisasi pada umumnya (pakempakem yang disepakati) maka kafha berkewajiban membantu dan memberi peringatan
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

74

(kritik) baik secara tertulis atau secara lisan. Dan ketika terdapat lembaga atau organisasi yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan organisasi pada umumnya maka kafha akan bertindak dan menentukan sikapnya (baik dalam bentuk mossi tidak percaya atau mengambil alih posisi komando). Demikianlah ketentuan dari Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) kafha, hal ini dilaksanakan untuk menjaga stabilitas dan eksistensi organisasi kafha, karena menurut pemahaman kafha ketika salah satu organisasi sakit maka yang lain akan tertular. Oleh karena itu sebelum kita dan organisasi lain tertular penyakit tersebut maka harus segera mengambil tindakan tegas dan konkrit. Mengenai kebijakan-kebijakan yang sifatnya khusus dan spesifik selanjutnya akan ditetapkan dalam kebijakan-kebijakan dewan, tentunya melalui prosedur yang telah ditentukan dan disepakati (Sidang Dewan Pleno atau Rapat-rapat Pleno).

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

75

DESAIN PROGRAM
Landasan Pembentukan Bidang

ebagai konsekuensi logis dari laju pergerakan maka dibutuhkan sebuah ujung tombak (spesifikasi) yang jelas. Yang dimaksud dengan kejalan spesifikasi adalah sebuah bentuk spesialisasi supaya lebih konsen dan fokus dalam tataran pelaksanaannya.

Profesionalisme dan penentuan konsentrasi dalam titik fokus tersebut dilakukan dalam rangka mensistemasikan sebuah arah dari laju pergerakan, oleh karena hal tersebut maka rasionalisasi pembentukan dari kamp-kamp konsentrasi perlu dilakukan. Adapun yang menjadi konsen kami dalam merealisasikan utopia-utopia tersebut adalah : Liberal Art Seni (Teater, Sastra, Tari, dll) Homo Creative, Riset
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

76

Media

Dasar Kurikulum
Sebuah kultur menjadi pondasi awal dalam menciptakan sebuah kebudayaan, dan sebuah kebudayaan menjadi tonggak selanjutnya untuk menciptakan sebuah peradaban, jadi sebuah kultur menjadi salah satu hal yang fundamental dalam membentuk sebuah peradaban. Sebuah kultur haruslah memiliki banyak varian yang harus menopangnya, sebagaimana sebuah pondasi harus memiliki tiang untuk menyangga sebuah atap dalam bangunan. Untuk menciptakan sebuah kultur dan tradisi yang dicita-citakan, kami mencoba manciptakan sebuah ritual-ritual untuk menopang kultur tersebut, kami mencoba untuk meletakan dan menciptakan sebuah kultur tersebut dengan ramuan berbagai agenda dan program ala kafha. Akan tetapi sebuah kultur tidak akan tercipta ketika aktor-aktor kultur tersebut tidak berperan untuk meletakan pondasipondasi kultural. Dalam rangka menggali potensi, minat dan bakat mahasiswa Universitas Paramadina, maka kafha mencoba mengakomodir hal tersebut dalam bentuk bidang-bidang profesional yang konsen bergerak dalam lingkupnya tersendiri. Dengan berpijak pada AD/ART serta Manifesto Paramadina, maka kafha mencoba membentuk bidang-bidang garapan profesional sebagai berikut :

1.

Liberal Art
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

77

Yang kami maksud dengan Post Liberal Art adalah sebuah perkumpulan atau sebuah wadah yang memfasilitasi rekan-rekan mahasiswa dalam penyampaian sebuah aspirasi, minat dan bakat yang mereka punya (diskursus), secara singkat Liberal art diartikan sebagai sebuah ajang penyaluran aspirasi, bakat dan minat seseorang secara bebas dan merdeka akan tetapi tetap memegang nilai serta norma-norma yang disepakati bersama, dan yang terpenting adalah logis dan dapat dipertanggungjawabkan. Kata Liberal Art sendiri diambil dari bahasa Inggris, Liberal berarti kebebasan, kebebasan tersebut berarti kebebasan berpendapat, kebebasan bersuara dan kebebasan menentukan sikap serta pilihan, namun tetap dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Sedangkan Art berarti seni. Seni yang dimaksud dalam konteks ini adalah umum dan luas, bisa dalam bentuk musik, sastra, tulisan, tari dan lain sebagainya bahkan sampai pada ritual-ritual tertentu yang memang mempunyai nilai filosofis dan nilai estetis tersendiri. Dalam konteks ini pula, seni dapat diartikan yang mempunyai (terdapat) unsur estetis dan dapat dipertanggungjawabkan pula. Yang menjadi uneg-uneg dan kejengahan kami terhadap sistem pendidikan yang terjadi di sekolah-sekolah, universitas bahkan diseluruh penjuru bumi Nusantara yang terjadi adalah pembodohan-pembodohan nalar kreativitas, mengapa demikian ?. Kita dapat melihat dan menganalisa, sejak pendidikan awal SD dan SLTP kita tidak diajarkan bagaimana kita dapat mengasah dan mengembangkan nalar kita, yang ada hanyalah turut dan patuh terhadap aturan-aturan yang dibuat oleh pihak sekolah tanpa melibatkan suara-suara peserta didik. Dari sana kita dapat melihat bahwasannya yang terjadi bumi Nusantara
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

78

adalah pembodohan, doktrinasi dan pengembangan sistem feodalisme (teken for granted) dimana sang pendidik tidak mau mendengarkan dan menghargai bahkan tidak memberikan kesempatan sedikitpun pada peserta didiknya untuk bersuara dan memberikan pendapat. Hal tersebut sudah terjadi turun-temurun hingga berpuluh-puluh tahun lamanya sehingga dogma-dogma yang diberikan kepada orang tua kita berimbas pada pendidikan pertama kita, yakni keluarga yang juga masih menganut sistem feodalisme yang sampai sekarang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara nalar dan akal budi yang sehat. Beranjak dari realitas tersebut maka kami mencoba belajar dari sejarah (berdialektika) dan tidak ingin mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh generasi sebelumnya, dengan ini kami membentuk wadah yang bernama Liberal Art. Wadah ini berprinsip pada kebebasan individu, kebebasan nalar dan kebebasan akal budi yang dapat dipertanggungjawabkan. Inilah tempat persemaian manusia baru yang mempunyai dasar intelektual yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara akademis maupun secara nilai. Inilah yang desebutkan oleh sang Guru Bangsa Prof. Dr. Nurcholish Madjid (alm) sebagai individu yang mempunyai kedalaman iman, ketajaman nalar, kepekaan nurani dan kecakapan dalam berkarya, hal tersebut termanifestasi dalam Manifesto Paramadina yang sekarang sering kita dengar sebagai moto Universitas Paramadina (kedalaman iman, ketajamana nalar, kepekaan nurani, kecakapan dalam berkarya, ketajaman jiwa ).

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

79

2.

Seni

Mimesis, demikianlah plato mengungkapkan sebuah karya nyata dalam bentuk nyata, Pergumulan ide-ide ideal dalam bentuk konsep, yang menurut Plato semua dapat dikonsepkan dan dituangkan. Semua bentuk gerak dan simbol yang dilakukan (creat, creativity) oleh individu merupakan hasil olahan logika yang dicerna, contohan dan tiruan, itulah kreativitas, kebebasan dan kehendak yang dapat dipertanggung-jawabkan. Olahan, pergumulan nalar, pergolakan rasa dan serapan intuisi kemudian melahirkan sebuah nafas baru yang akan menjadi tradisi dan melahirkan sebuah produk, yaitu kebudayaan. Bertolak dari narasi diatas maka kami berasumsi bahwa tradisi (asahan intuisi), nguri-nguri (merawat, kontinuitas, karsa) dan mencipta (karya, creat), merupakan sebuah langkah tempat bagi lahurnya sebuah kebudayaan. Di samping menjaga tradisi warisan para leluhur, kita dapat menciptakan tradisi dan kebudayaan baru yang seiring dengan perkembangan gerak, nafas dan nalar sehat akal budi (berevolusi). Untuk menjaga kontinuitas sebuah tradisi, apalagi menciptakan sebuah tradisi baru, diperlukan sebuah komitment yang tangguh, dan untuk menjaga komitmen tersebut dibutuhkan sebuah wadah untuk menjaga dan mengapresiasi. Atas landasan tersebut, kami

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

80

mencoba membentuk sebuah ladang untuk bercocok tanam dalam kreatifitas seni dan budaya, maka lahirlah Labolatory of Teater. Melihat dari sudut pandang psikologi perkembangan, bahwa manusia pada umur 15-30 adalah usia-usia produktif dimana seorang individu akan merasa haus untuk bergerak, mengolah dan memproduksi. Dengan berbekal semangat gerak, produktifitas dan keterjagaan nalar maka kami mencoba memfasilitasi rekan-rekan dengan sebuah wadah, yang mudah-mudahan dapat mengasah, menampung dan mengapresiasi semua karya dan karsa yang terjelma. Selain asumsi-asumsi di atas kami sadar bahwa manusia merupakan mahluk sosial dan terorganisir, setidaknya itulah yang diungkapkan oleh Karl Marx dalam pandangan -Historical Materialism. Sebuah proses untuk mengolah dan meracik perspektif baru dalam memandang realitas kehidupan dan dunia pada umumnya.

3.

Homo Creative

Manusia adalah mahluk sosial, demikianlah ilmu sosiologi mengungkapkan. Sudah menjadi keniscayaan bahwa Manusia dalam interaksi masyarakat akan mengalami sebuah persinggungan-persinggungan. Persinggungan-persinggungan yang terjadi pada realitas akan menjadi titik inspirasi baru untuk diaktualisasikan pada visualisasi yang lebih konkrit yang lebih dimengerti oleh masyarakat luas, karena terkadang ide-ide dan pemikiran para intelektual besar serta
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

81

ide-ide dari budaya tertentu tidak mudah dimengerti oleh halayak umum. Ide-ide besar, melangit dan berdiri dimenara gading, bahkan ide yang masih mengawang-awang harus segera diturunkan kebumi sehingga menjadi dan ada-dalam-dunia. Pengasahan ide-ide liar dan imajinatif merupakan penanaman tonggak yang sangat penting demi terciptanya sebuah realitas, karena mimesis merupakan sebuah konsep realitas yang diserap dan dicerna dari alam ide. Pendidikan bukan berarti pengajaran, tapi pendidikan menurut interpretasi kami adalah bagaimana menstimulus ide-ide kreatif dan pemikiran-pemikiran kreatif muncul dan berkembang. Bertolak dari pemikiran di atas maka kami merasa perlu untuk membentuk sebuah bidang yang menjawab terhadap segala bentuk fenomena yang terjadi dalam teks (alam raya) yang kemudian dikontekstualisasikan dengan olahan nalar, rasa dan ide-ide kreatif.

4.

Riset ; Penelitian kemanusian dan kebudayaan

Untuk menopang terciptanya sebuah kultur, baik dialog atau diskusi-diskusi lainnya, agar tercipta sebuah diskursus yang dinamis, maka kafha menciptakan sebuah dasar yang bersifat ilmiah dalam pelaksanaannya. Sebuah dasar yang bersifat ilmiah merupakan tonggak terpenting dalam sebuah legitimasi , maka untuk menopang tonggak tersebut agar tetap relevan tapi intelek maka kafha
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

82

membentuk sebuah bidang yang bergerak dalam bidang tersebut. Adapun bidang tersebut adalah penelitian, dengan bidang ini kafha mengharapkan sebuah dialog dan diskusi yang cerdas (ilmiah dan intelek) agar tercipta sebuah dialog yang dinamis, progres dan mencerahkan. Segala bentuk pembuktian dan interpretasi-interpretasi yang dilakukan akan menjadi modal utama dalam penentuan sebuah hasil, baik sebuah kebenaran atau legitimasi akan sesuatu. Dengan hadirnya team riset, dalam setiap kegiatan dan kajian-kajian yang dilakukan akan mendapatkan informasi yang valid dan berlandasan, sehingga segala bentuk interpretasi yang masih mengawang-awang akan ternegasi dan kembali menemukan pijakannya.

5.

Media dan Penerbitan

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa budaya membaca pada masyarakat kita sangat minim bahkan minoritas. Minat baca tersebut tidak hanya terjadi pada mereka yang mempunyai pendidikan rendah tapi penyakit tersebut juga melanda masyarakat terpelajar perguruan tinggi. Berdasarkan tesis di atas maka kafha mencoba membangun kultur yang menjadi gerbangnya pengetahuan, yakni jurnalistik. Dengan media tersebut kafha mencoba menyikapi permasalahan yang ada terutama di regional Paramadina sendiri. Dengan
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

83

jurnalistik dan dengan ramuan ala kafha, kami berusaha membudayakan dan menguak potensi-potensi kreatif dari masyarakat akademis. Selain membudayakan minat baca, kafha mencoba me-mediasi hubungan dan komunikasi antara mahasiswa, dosen, dan para pejabat atau pihak rektorat, selain mengkomunikasikan antara pihak-pihak yang ada, kami mencoba menyajikan dan menawarkan sudut pandang baru dalam memandang dunia dan menyikapi permasalahanpermasalahan fundamental yang ada di masyarakat, terutama civitas akademika Universitas Paramadina. Selain menjadi sarana komunikasi dan salah satu fasilitas bagi peningkatan minat baca, media juga berfungsi untuk perubahan paradigma berpikir seseorang. Dengan media inilah masyarakat Paramadina akan disajikan sebuah alternatif cara berpikir dengan sudut pandang yang baru, karena secara teoritis, pola dan gaya hidup seseorang akan sangat dipengaruhi oleh cara berfikir (di dalamnya termasuk melihat, mendengar dan merasa), dan cara berfikir akan sangat dipengaruhi dengan konsumsi bacaannya. Oleh karena hal tersebut di atas maka sajian informasi menjadi sangat penting ketika hal tersebut akan sangat mempengaruhi sebagai tawaran alternatif bagi cara pandang seseorang. Informasi-informasi yang disajikan dalam media tersebut tidak akan terlepas dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan kafha, terutama hal-hal yang bersifat keilmuan (hasil-hasil diskusi, penelitian, dan informasi-informasi penting lainnya). Untuk menyambung narasi di atas, Kami mahasiswa lintas jurusan mencoba dan berusaha menunaikan laboratorium kebudayaan yang dicita-citakan, sebagai artikulasi-kreatif demi
Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

84

melanggengkan tujuan dunia pendidikan. Sebab, dampak lain dari pendidikan adalah kemampuan berfikir dan bertindak rasional, untuk menyerap informasi dalam jumlah yang besar, dan untuk menyusun informasi itu secara sistematis, agar dapat digunakan secara efektif, kemudian mampu mengartikulasikannya dalam bahasa yang fasih dan kuat. Demikianlah Rasionalisasi pembentukan bidang-bidang yang kami buat, yang menjadi prinsip dalam pembentukan bidang-bidang tersebut adalah pembelajaran dan pengalaman, dimana pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam sebuah ruangan yang sempit, tapi pembelajaran yang sebenarnya adalah Alam. Pendidikan tidaklah harus dikejar, tapi pendidikan dan pembelajaran adalah diciptakan.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

85

Desain Program
Merujuk dari maksud dan tujuan lembaga ini, maka kami mencoba menungkan ide-ide tersebut dengan ramuan dan konsep yang telah diramu ala kafha. Adapun program-program tersebut adalah : Program Mingguan : Liberal Art Latihan Teater Program 2 Mingguan : Media (cetak) Program Triwulan : Dialog Budaya Pertunjukan Kesenian Penelitian Music Performance
Program 6 Bulan :

Live in Concert & Culture Performance Program Tahunan : Party of Culture (Nusantara dan Global)

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

86

Acuan Umum Program Bidang


Berikut ini adalah acuan-acuan program dari masing-masing bidang. Hal tersebut dapat dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembuatan sebuah kreatifitas program. Liberal Art Membuat dan melaksanakan sebuah diskursus dan kajian-kajian yang berkenaan dengan kebudayaan dan kemanusiaan. Membuat sistem dan strategi kaderisasi. Membuat sebuah sistem pengembangan dari diskursus-diskursus kemanusiaan dan kebudayaan. Pengembangan ide dan nalar-nalar imajinatif. Penelitian Mengkaji dan meneliti pergolakan-pergolakan (persinggungan) mengenai kemanusiaan dan kebudayaan. Menggali hazanah kebudayaan Bumi Nusantara (Indonesia). Meneliti kasus-kasus persinggungan kemanusiaan. Memformulasi ide sebagai anti-tesis dari teks-teks realitas sosial.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

87

Seni Pengolahan ide dan diskursus kemanusiaan dan kebudayaan dalam bentuk rasa dan gerak.
Mengembangkan studi mengenai seni gerak dan pertunjukan. Mengembangkan studi kesusastraan

Homo Creative Mengemas ide-ide dan diskursus kemanusiaan dan kebudayaan. Menyajikan kemasan ide dan diskursus kemanusiaan sebagi solusi 88aradigm88ve dari kemandegan kreatifitas berfikir. Membumikan ide yang masih melangit dan mengawang-awang dengan bahasa realitas (simbol-simbol). Media Mengkomunikasikan segala bentuk persinggungan dan kesenjangan. Mempertemukan pandangan dua kutub pemikiran sebagai tawaran 88aradigm88ve. Menyajikan informasi dan isu-isu yang berkaitan dengan kemanusiaan dan kebudayaan. Menawarkan 88aradigm baru mengenai pandangan dunia (kehidupan). Media kampanye.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

88

STRUKTUR ORGANISASI
Dewan Pembina Kafha Utomo Dananjaya Abdul Hadi WM Anies Baswedan AG. Eka Wenats M. Zainuri Dewan Keluarga Besar Kafha Mariyo ( Pendiri dan Koordinator Kafha Pertama) Syafiq Jawad (Pendiri dan Sekretaris Kafha Pertama) Topan Yanuarsyah (President Kafha Kedua) Fachry Latief (Tim Penyusun) Nuh Prabawa L (President Kafha Ketiga) Mahmudin (Sekretaris Kafha Ketiga)

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

89

Pengurus kafha (BPH) Koordinator Umum Sekretaris Umum Sekretaris 1 Sekretaris 2 Bendahara Umum Bendahara 1 Bendahara 2 Koordinator Intelektual Koordinator Kreatif Dept Loberal Art

: Ihsan Setiawan : Keken Frita Vanri : Irviene Maretha : Yogi Maringgi : Novi Mardiansyah : Vina Triana Sudarto : Nurfitria Farhanna : Ismayanti : Arya Rafsanjani : Benni Yusriza Hasbiyalloh (koord) Ai Nurhidayat Mediansyah Dyah Ayu Setyaningrum Ananta Kaisar Rawung : Agam Teuku Reni Oktari Nurul Ismi Dicky Kinanti Margie Salam
Universitas Paramadina

Dept Seni

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

90

Dept. Homo Creative

Dept. Riset

Dept. Media

Dept. Humas

: Ricky Azmi Ayres Arini Putri Dilla Annisa Andika Kharisma Creativani Syarifuji Abizar : Ayu Astria R.A Adhi Fitri Dinastiar Sidiq Ika Fitri Mustika Sari Yenni : Devina Nuryani Arrum Soerjo Ayub Wahyudi Sari Riantika Damayanti Dondik Rochbini :Pratiwi Ageng Ditya Puti Annisa Fathia Amanda R. Afero Riana Linda

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

91

Masyarakat kafha
Priyo Oetomo Indra Kusuma Enrico K Munir Mia Rosyawati Nuh Prabawa L Jaka Prawira Denny (Qibus) Donny Patax Haryo Uban Nabila Putri Pohan Putri Gulo Surie Theo Heppy Manggala Ika Kirana Ilham Takim Andika Alif Rudy Bran Shinny Zakky Erdizal Bowo Amas S Risna Dian Desta Nia Iqbal Anto Mujib Miftahul Badar Fahri Ustadz Listi Vonny Baim Nabila Ema Ica Aci
Universitas Paramadina

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

92

GLOSARIUM
Abdul Hadi W. M Pembaharuan atau inovasi diartikan sebgai tajdid bukan bidah. Tajdid berkaitan dengan ijtihad yaitu upaya menafsir dan menerjemahkan. Abdurrahman wahid Kebudayaan hanya dapat hidup dalam alam kemerdekaan, bahkan kebudayaan adalah kemerdekaan. AG Eka wenats W Akankah kegelisahan Nurcholish Madjid juga menjadi kegelisahan kita? Masihkah kita masih akrab literaturliteratur asing yang justru dia juga lahap membacanya. Masikahkah kita akrab dengan wacana perbedaan dan mampu menerjemahkan perbedaan dengan dinginya rasionalitas. Nurcholish Madjid adalah anak wacana kebudayaan. Nurcholish Madjid putera metode kebudayaan pemikiran yang membebaskan. Ahmad Syafii Maarif ketika laku dan kata tidak lagi bersahabat

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

93

Fachry Latief Kita ada tidak sekedar ada, namun membuat ada yang lebih berada. Hingga keberadaan kita menjadi peradaban yang beradab. Peradaban kita ada karena kesadaran akan nada. Fernando Rahadian Srivanto, M.Si Kemanusiaan tidak bias tidak merupakan perwujudan dari kebudayaan yang menyertainya. Dengan itu, akan terlihat seperti apakah wajah-wajah kemanusiaan yang kita miliki?. Franz Magnis-suseno Kebudayaan adalah sesuatu yang hidup, yang bereksistensi dalam interaksi manusia-manusia yang hidup. John Naisbit Salah satu megatrend dasawarsa ini adalah terjunya peruhaan-perusahaa besar dipasar seni ! Jrgens Habermas Teori kritis mampu membebaskan diri dari klaim bebas nilai dan hanya pada teori-teori kritis kepentingan emansipatoris dapat menjelaskan secara rasional dan emansipatif. Mariyo

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

94

Bergerak, itulah konggres dari identitas dan karakter kebudayaan yang menjadi modal kafha; Laboratory for Humanity and Culture. Walau hegemoni kapitalisme-liberalisme terus berjalan kafha akan terus menjelma demi kepentingan kemanusian dan kebudayaan.

Muji Sutrisno Kebudayaan sebagai kata benda. Maksud kebudayaaan ini berarti kebudayaan sebagai hasil, produksi kreativitas dengan cirinya sebagai sesuatu yang sudah jadi, beku, dan mati (meski tetap merupakan hasil kesadaran kegiatan kehendak dan buah rohani dan jasmani manusia). Sedang kebudayaan sebagai kata kerja berarti kebudayaan yang lihat sebagi suatu proses, yang bertumbuh dan berkembang terus sebagai ekspresi tindakan sadar manusia dalam mengolah lingkungan. Dalam arti ini, kebudayaan itu dinamis, aktif-kreatif. Nurcholish Madjid Kebudayaan adalah suatu bangunan kehidupan spiritual manusia yang komplek, yang terjelma dalam pandangan hidup (way of live, weltanschauung) suatu masyarakat beserta ungkapan-ungkapannya yang bermakna. Ungkapan-ungkapanya itu mengambil bentuk yang beraneka ragam, seperti pemikiran falsafah dan dan keagamaan (fiqih, kalam, tasawuf), ilmu pengetahuan, sastra, seni, adat istiadat, pola dan gaya hidup, etos kerja dan lain sebagainya, yang kesemuanya merupakan hasil dari daya dan upaya dan olah budi manusia manusia yang berlangsung terus-menerus dalam sejarah. M. Satrapratedja, SJ Menggali sila kedua dalam pancasila, yang mengandung begitu banyak nilai manusiawi yang akan mendasari kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa menjadi kehidupan yang lebih manusiawi. Radhar Panca Dahana

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

95

Sebuah Indonesia harus dimengerti sebagai semacam kesepakatan saja. Dalam arti yang pragmatis, secara politis dan secara ekonomis. Selebihnya, adalah sebuah mozaik besar. Yang disusun oleh eksistensi kelokalan, dalam bentuk apa saja, yang dengan kekuatan daya terima yang khas, menciptakan sinergi cultural secara kolektif dan massif membentuk identitas dirinya yang baru. Yang tak pernah tetap, tidak bergeming.

Syafiq Jawad Identitas Kebudayaan (local genius) merupakan harga mati bagi NKRI sebagai identitas kebangsaan. Thomas Aquinas Memadukan kitab suci (ideasional) dan pemikiran Aristoteles. Topan Yanuarsyah Mencari dan memperbanyak persamaan diantara perbedaan, karena kita memang berbeda.

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

96

PENUTUP

embaharuan pemikiran yang baik, jika di dalamnya terdapat unsur keberlanjutan (kontiniutas) dan kreativitas, unsur ke-ontentikan dan kezamanan. Dengan demikian, kita dapat mempertahankan unsur-unsur yang positif dan membuang unsur-unsur yang negatif. Akankah kegelisahan Nurcholish Madjid juga menjadi kegelisahan kita?, masihkah kita akrab dengan literatur-literatur asing yang justru dia juga lahap membacanya. Masikahkah kita akrab dengan wacana perbedaan dan mampukah menerjemahkan perbedaan dengan dinginya rasionalitas. Nurcholish Madjid adalah anak wacana kebudayaan. Nurcholish Madjid putera metode budaya pemikiran yang membebaskan. Terima kasih

kafha : Laboratory for Humanity and Culture.


Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

97

NOTA KESEPAHAMAN
Ditetapkan di : Jakarta,September 2007 Dewan kafha,

Mariyo

Syafiq Jawad

Topan Yanuarsyah

Nuh Prabawa L

Mahmudin

Dewan Pembina,

AG. Eka Wenats W


Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

98

Mengetahui

Rektorat,

Deputi Rektor I

Deputi Rektor II

Deputi Rektor III

Agus Nurhadi

Bima Priya Santosa Rektor Universitas Paramadina,

Wijayanto

Anies Baswedan Rektor


Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

99

Copyright 2007 Kafha; Laboratory for Humanity and Culture

Universitas Paramadina

100

Anda mungkin juga menyukai