Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Ergonomi IX Semarang, 17-18 November 2009

TI-UNDIP 2009 ISBN : 978-979-704-802-0

Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit
1)

Hendra1), Suwandi Rahardjo2) Staf Pengajar Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, FKMUI, Depok 2) Mahasiswa Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja, FKMUI, Depok Kontak Person: Hendra Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja-FKMUI Depok, Jawa Barat, 16424 Telp: +62-21-78849033, Fax: +62-21-7863487, e-mail: dahen@ui.ac.id,

Abstrak Aktivitas pemanenan kelapa sawit yang dilakukan secara manual berisiko untuk menyebabkan gangguan otot rangka atau musculoskeletal disorders (MSDs). Hal ini dikarenakan bekerja secara manual, pohon sawit yang tinggi, tandan buah segar (TBS) sawit yang berat, dan kondisi lingkungan. Pekerjaan terdiri dari pemanenan (memotong pelepah dan TBS, memasukkan TBS ke dalam angkong, dan mendorong angkong berisi TBS ke tempat penampungan hasil (TPH) dan pemuatan TBS ke truk pengangkut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko egonomi pekerjaan pemanenan dan hubungannya dengan keluhan MSDs. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yang dilakukan pada 117 pekerja di kebun kelapa sawit PT. X di Sumatera Selatan tahun 2008. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Risiko ergonomi dihitung dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment). Variabel lain yang diteliti adalah umur, masa kerja, dan kerja lembur. Hasil penelitian diketahui 98 pekerja pemanen dan 19 pekerja pemuat. Perhitungan tingkat risiko pekerjaan pemanenan (panen dan muat) mempunyai kategori tinggi (skor 8-10), dimana skor REBA untuk pekerjaan memotong pelepah dan TBS: 9, memasukkan TBS ke dalam angkong: 9, mendorong angkong berisi TBS ke TPH: 8, dan memuat TBS ke atas truk: 10. Keluhan MSDs terbanyak pada bagian leher dan punggung bawah yang dirasakan oleh 98 pekerja. Sedangkan urutan berikutnya adalah bahu kanan, pergelangan tangan kanan dan kiri yang dirasakan oleh 95 pekerja, dan paling sedikit pada bagian pantat (67 pekerja). Dampak MSDs adalah sebagian besar pekerjaan agak terganggu (97,4%) dan sebagian kecil menjadi tidak bisa bekerja (2,6%). Analisis data menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan keluhan MSDs adalah jenis pekerjaan (memanen dan memuat) dengan (OR: 3,438 ; CI: 1,251-9,444), umur (OR: 2,560 ; CI:1,000-6,551), dan lama kerja (OR: 2,755; CI: 1,184-6,412). Disarankan kepada manajemen untuk melakukan pemeriksaan kesehatan terkait keluhan otot rangka untuk memastikan secara medis tentang tingkat keluhan yang dirasakan. Disamping itu perlu dilakukan penyuluhan kepada pekerja pemanenan tentang tata cara kerja yang aman untuk memperkecil risiko terjadinya keluhan MSDs. Kata kunci: cross sectional, REBA, pemanenan sawit, musculoskeletal disorders.

Abstract Palm harvesting activities conducted manually have some risks to cause musculoskeletal disorders (MSDs). This is because the work manually, tall palm trees, fresh fruit bunches

D11-1

Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit (FFB) the heavy oil, and environmental conditions. Job consists of harvesting (cut the stem and TBS, TBS put into a rickshaw, and pushing carts containing TBS to shelter outcome (TPH) and loading into the truck carrying TBS. This study aims to determine the level of ergonomic risk of harvesting work and its relationship with the complaint MSDs. A cross-sectional survey was implemented to achieve the above objective.The study was conducted on 117 workers at oil palm plantation of PT. X in South Sumatra in 2008. Data was collected through observations and interviews using a questionnaire. Ergonomic risk level is calculated by the REBA method (Rapid Entire Body Assessment). Other variables in this study are age, working periode, and overtime. Based on data, 98 of workers are harvester and 19 workers are loader. Calculation of the risk level of harvesting jobs (harvesting and loading) has a higher category (score 8-10), where REBA score of cut midrib and TBS: 9, put TBS into a rickshaw: 9, pushing a rickshaw with TBS to TPH: 8, and loading onto trucks TBS: 10. Complaints MSDs largest at the neck and lower back felt by 98 workers. The next sequence the right shoulder, right wrist and left wrist felt by 95 workers, and at least at the bottom (67 workers). Impact of the MSDs is most of the work somewhat disturbed (97.4%) and a small percentage is become unable to work (2,6%). Analysis of data indicates variables that are significant differences with MSDs such as type of work (OR:3.438; CI: 1,251-9,444, age (OR:2.560; CI:1.000-6.551), and working periode (OR:2.755; CI:1.184-6.412). It is recommended to management to conduct medical examinations of musculoskeletal complaints to ensure the perceived level of complaints. Besides that, management should inform the safety procedure of harvesting to minimize the risk of MSDs. Keywords: cross-sectional, REBA, harvesting oil palm, musculoskeletal disorders

1 PENDAHULUAN Keluhan atau gangguan otot rangka atau musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan fenomena yang umum dialami oleh pekerja yang melakukan pekerjaan secara manual. Pada tahun 1994 tercatat 705.800 kasus (32%) dari seluruh kasus di Amerika Serikat yang terjadi karena kerja berlebihan (overexertion) atau gerakan yang berulang (repetitive motion). Dari kasus tersebut ternyata terlihat fenomena sebagai berikut: [12] a. Penyebab sakit punggung sebanyak 367.424 kasus karena kelebihan beban kerja dalam mengangkat (overexertion in lifting) dan 65% diantaranya berpengaruh terhadap punggung, 93.325 kasus karena kelebihan beban kerja dalam mendorong dan menarik benda (overexertion in pushing atau pulling objects) dan 52% diantaranya berpengaruh terhadap punggung), 68.992 kasus karena kelebihan beban kerja dalam memegang/membawa/mengangkat benda (overexertion in holding, carrying, or turning objects) dan 58% diantaranya berpengaruh terhadap punggung. b. Penyebab gangguan yang tidak spesifik sebanyak 83.483 kasus karena hal lain atau kelebihan beban kerja yang tidak spesifik. c. Penyebab gangguan atau sakit karena gerakan berulang sebanyak 92.576 kasus, seperti mengetik atau input data dengan komputer, menggunakan alat berulang, meletakkan benda secara berulang, berlebihan, atau memindahkan benda tanpa alat bantu. Sementara itu, pemerintah Inggris melalui RIDDOR (Reporting of Injuries Diseases and Dangerous Occurrences Regulations, 1995) menyatakan bahwa data kesehatan kerja di bidang pertanian termasuk data yang berkategori tidak lengkap (poor record). Namun pada tahun 2001-2002 dilaporkan sekitar 30.000 orang pekerja menderita gangguan atau sakit karena pekerjaan. Berdasarkan tingkat prevalensi 6.500 per 100.000 orang, sektor pertanian termasuk salah satu sektor yang berperingkat tertinggi untuk terjadinya kasus gangguan kesehatan. Dari data tersebut dilaporkan sekitar 80% berupa gangguan musculoskeletal dan sisanya berupa gangguan atau sakit lain misalnya asma, gangguan pendengaran dan infeksi mikroorganisme.[4] Konvensi ILO (International Labour Organisation) nomor 184 tahun 2001 tentang Convention Concerning Safety and Health in Agriculture telah mengatur mengenai praktek
D11-2

Hendra, Suwandi Rahardjo

keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya pada pasal 7 disebutkan bahwa perusahaan harus melakukan risk assessment, menyediakan instruksi tertulis atau standard operating procedure (SOP) dan pelatihan yang memadai, harus segera menghentikan proses apabila kondisi membahayakan, dan lain-lain. Sementara itu, Asosiasi pebisnis kelapa sawit juga membuat suatu gerakan yang dinamakan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Pada dokumen RSPO versi terkini (Oktober 2007) juga diatur mengenai praktek keselamatan dan kesehatan kerja. Misalnya pada kriteria 4.7 disebutkan bahwa sebuah perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja harus terdokumentasi, dikomunikasikan dan diterapkan secara efektif. Indonesia sebagai negara yang masih mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang devisa negara juga berpotensi mempunyai persoalan kesehatan kerja di sektor pertanian. Data mengenai kasus kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja pada industri pertanian masih sangat terbatas khususnya perkebunan kelapa sawit. Aktivitas kerja di perkebunan kelapa sawit khususnya pekerjaan pemanenan masih dilakukan secara manual dan mengandalkan tenaga manusia. Kondisi ini tentu saja berpotensi untuk menimbulkan permasalahan khususnya MSDs terhadap pekerja pemanenan. Sampai saat ini belum ada data yang tercatat dengan lengkap khususnya mengenai gangguan MSDs yang dialami oleh pekerja panen sawit sebagai dampak dari pekerjaannya. Disamping itu, dengan belum diketahuinya tingkat risiko pekerjaan pemanenan dan permasalahan lain yang terkait dengan keluhan MSDs pada pekerja pemanenan mendorong penulis untuk meneliti mengenai tingkat risiko ergonomik pekerjaan pemanenan dan hubungannya dengan keluhan MSDs. 2 METODE Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko ergonomi pada pekerjaan pemanenan kelapa sawit serta hubungannya dengan keluhan musculoskeletal yang dirasakan oleh pekerja. Variabel yang diteliti adalah tingkat risiko ergonomi yang dilihat dari beban, postur, dan jenis pekerjaan), umur, lama kerja, dan lembur sebagai variabel independen. Sedangkan variabel dependen adalah keluhan musculoskeletal. Disain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah desain epidemiologi observasional potong lintang. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja pemanenan di PT. X yang berjumlah 117 orang yang terdiri dari 98 pekerja pemanen dan 17 pekerja pemuat. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan serta wawancara dengan menggunakan kuesioner dan Nordicmap untuk mendapatkan data karakteristik pekerja dan keluhan musculoskeletal. Tingkat risiko ergonomi dihitung dengan menggunakan metode REBA. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (kai-kuadrat) untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. 3 HASIL 3.1. Gambaran lokasi penelitian PT. X merupakan anak perusahaan dari SA Group yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan industri minyak kelapa sawit. PT. X mengelola perkebunan kelapa sawit berserta pabrik pengolahannya pada areal seluas 13.362,65 ha dari 57.000 ha total luas areal perkebunan SA Group. PT. X membangun perkebunan kelapa sawit beserta pabrik pengolahannya dengan skema PIR-Trans (Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi/Plasma) dalam wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Propinsi Sumatera Selatan. Aktifitas produksi hingga menghasilkan produk CPO (crude palm oil)bermutu tinggi dijalankan melalui beberapa tahapan mulai dari pembukaan lahan perkebunan, pembibitan kelapa sawit, pengelolaan kebun sehingga dapat memproduksi produksi tandan buah segar (TBS), pengolahan TBS menjadi CPO di pabrik pengolahan kelapa sawit, analisis kadar minyak CPO hingga siap dijual ke konsumen. PT. X sudah menerapkan Sistem Manajemen
D11-3

Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit

Mutu ISO 9001:2000, Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004 dan Roundtable Sustainability Palm Oil (RSPO).

3.2. Tahapan proses kerja panen dan pemuatan TBS Proses pemanenan kelapa sawit atau TBS terdiri dari beberapa tahapan pekerjaan yaitu: (1) Tahap pemanenan, yang terdiri dari pemotongan pelepah dan TBS, memasukkan TBS ke dalam angkong, dan membawa TBS dengan angkong ke TPH dan (2) Pemuatan TBS ke dalam truk pengangkut. Pada saat penelitian dilakukan, kondisi kebun sudah berumur lebih dari 15 tahun, dengan demikian tinggi pohon kelapa sawit rata-rata di atas 3 meter. Kondisi ketinggian pohon kelapa sawit yang rata-rata sudah lebih dari 3 meter, mengharuskan pekerjaan panen (menurunkan TBS) dilakukan dengan alat bantu egrek. Egrek terbuat dari logam alumunium, besi atau bambu. Sebelum melakukan pemanenan TBS, buruh panen terlebih dahulu membersihkan pelepah yang sudah mati dan yang menghalangi TBS yang akan dipotong (Gambar 1). TBS yang telah jatuh didekat pohon atau sekitar piringan, dikumpulkan di dekat angkong yang digunakan untuk mengangkut TBS dari dalam kebun ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Pemanen memuat angkong dengan 2-3 TBS, tergantung ukuran dan berat TBS. Umumnya berat Gambar 1. Pekerja memotong TBS berkisar antara 15 50 kg. Apabila TBS ukuran pelepah sebelum melakukan besar, maka satu angkong hanya berisi 2 TBS, tetapi pemotongan TBS untuk TBS ukuran kecil, angkong dapat diisi 3 TBS. TBS yang dikumpulkan di TPH ditandai (dinomori) dengan kode tertentu yang menunjukkan blok/petak dan inisial pemanen. Gambar 2 dan 3 memperlihatkan pemanen mengumpulkan TBS di dalam kebun dan memasukkan ke dalam angkong untuk dibawa ke TPH.

Gambar 2. Pengumpulan dan pemuatan TBS ke angkong

Setelah TBS terkumpul di TPH, maka tukang muat akan memuat TBS ke atas truk. Proses pemuatan ini sering dilakukan oleh 2 (dua) orang tukang muat karena berat TBS bisa mencapai 50 kg. Apabila berat TBS masih di bawah 30 kg satu orang pemuat mampu mengangkat TBS tersebut ke atas truk. Alat bantu yang digunakan adalah tojok. Gambar 4
D11-4

Hendra, Suwandi Rahardjo

memperlihatkan proses pemuatan TBS ke atas truk yang akan membawa TBS ke pabrik dalam waktu 1 x 24 jam.

Gambar 3. Pengangkutan TBS ke TPH dan Pengumpulan TBS di TPH

3.3. Analisis risiko ergonomi Analisis tingkat risiko ergonomi setiap tahapan proses pemanenan dan pemuatan TBS ke atas truk dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). Perhitungan tingkat risiko dilakukan dengan membagi 2 (dua) kelompok anggota tubuh, yaitu kelompok A yang terdiri dari trunk, neck dan legs, dan kelompok B terdiri dari upper arms, lower arms dan wrists. Hasil perhitungan skor untuk setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan dalam proses pemanenan terlihat pada tabel berikut.

Gambar 4. Proses pemuatan TBS ke atas truk

Tabel 1. Skor REBA dan Action pekerjaan pemanenan


REBA Score 1 2-3 4-7 8-10 11-15 Risk Level Negligible Low Medium High Very High Action Level 0 1 2 3 4 Potong Pelepah & TBS Masukan TBS ke angkong Dorong ke TPH Muat TBS ke Truk

Action None necessary Maybe necessary Necessary Necessary soon Necessary now

10

D11-5

Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit

3.4. Karakteristik responden Pekerja pemanenan yang berjumlah 117 orang terdiri dari 98 orang bekerja sebagai pemanen dan 19 orang bekerja sebagai pemuat. Gambaran karakteristik pekerja yang menjadi responden penelitian adalah sebagai berikut. Tabel 2. Karakteristik reponden (N=117)
Variabel Jenis pekerjaan Tingkat pendidikan Umur Lama kerja Lembur Pemanen Pemuat SD > SD 35 tahun < 35 tahun > 4 tahun 4 tahun Ya Tidak Jumlah 98 19 98 19 35 82 48 69 37 80 Persentase 83,8 16,2 83,8 16,2 29,9 70,1 41 59 31,6 68,4

3.5. Keluhan MSDs Berdasarkan kuesioner mengenai keluhan yang diasakan oleh pekerja, terlihat hampir semua keluhan dialami oleh pekerja. Keluhan yang sebagain besar dirasakan oleh pekerja adalah pada bagian leher dan punggung bawah. Sedangkan keluhan yang paling sedikit dirasakan adalah keluhan pada bagian pantat/bokong. Profil keluhan terlihat pada gambar berikut.

Gambar 5. Keluhan yang dirasakan oleh responden 3.6. Analisis bivariat Untuk melihat hubungan antara variabel independen (jenis pekerjaan, umur, lama kerja, dan kerja lembur) dengan keluhan MSDs yang dirasakan oleh pekerja dilakukan analisis dengan menggunakan metode kai-kuadrat. Hasil analisis terlihat pada tabel berikut
D11-6

Hendra, Suwandi Rahardjo

Tabel 3. Analsis bivariat


Variabel Jenis pekerjaan Pemanen Pemuat Umur 35 tahun < 35 tahun Lama kerja > 4 tahun 4 tahun Lembur Ya Tidak Keluhan MSDs Banyak (%) Sedikit (%) 70 (71,4) 8 (42,1) 28 (80) 50 (61) 38 (79,2) 40 (58) 28 (75,7) 50 (62,5) 28 (28,6) 11 (57,9) 7 (20) 32 (39) 10 (20,8) 29 (42) 9 (24,3) 30 (37,5) Jumlah 98 (100) 19 (100) 35 (100) 82 (100) 48 (100) 69 (100) 37 (100) 80 (100) p value 0,013 OR (CI 95%) 3,438 (1,2519,444) 2,560 (1,0006,551) 2,755 (1,1846,412) 1,867 (0,7774,486)

0,046

0,017

0,160

4 PEMBAHASAN 4.1. Tingkat risiko pekerjaan Berdasarkan observasi dan perhitungan tingkat risiko pekerjaan pemanenan, diketahui bahwa semua aktivitas pemanenan (memanen dan memuat) mempunyai risiko yang tinggi dengan skor REBA 8-10. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu (a) tingginya pohon sawit sehingga saat melakukan pemotongan pelepah dan TBS pekerja melakukan pekerjaan sambil menengadah (overhead job), (b) ukuran TBS yang besar dengan berat mencapai 50 kg menyulitkan pekerja untuk mengangkat dan memindahkan TBS, (c) alat bantu kerja yang masih tradisional memaksa pekerja untuk mengeluarkan tenaga yang besar untuk melakukan pekerjaan. 4.2. Keluhan MSDs Pada umumnya semua keluhan MSDs dirasakan oleh pekerja dengan jumlah keluhan yang bervariasi. Keluhan terbanyak dirasakan adalah leher dan punggung bawah. Keluhan ini terjadi sebagai dampak dari proses kerja pemanenan dengan menggunakan egrek saat memotong pelepah dan TBS serta aktivitas mengangkat TBS yang berat baik ke dalam angkong maupun memuat ke atas truk. Pekerjaan pemanenan yang dilakukan dengan gerakan berulang atau repetisi dan terus-menerus juga berpengaruh terhadap keluhan MSDs. Pada tahap pekerjaan memotong dan menurunkan pelapah dan TBS, bagian tubuh yang mengalami repetisi adalah leher. Leher mendongak secara terus-menerus selama kurang lebih 15 menit. Gerakan leher yang berulang dan dilakukan secara terusmenerus untuk durasi yang lama, akan menyebabkan kelelahan dan penggunaan yang berlebihan pada otot, tendon, dan persendian leher sehingga dapat menimbulkan ketegangan otot dan meningkatkan tekanan pada saraf. Postur janggal juga terjadi pada pekerjaan pemanenan (memotong pelepah danTBS, mengumpulkan TBS, menyorong TBS ke TPH) dan pemuatan ke atas truk. Postur dan gerakan yang janggal akan menyebabkan stress mekanik pada otot, ligamen dan persendian sehingga menyebabkan rasa sakit pada otot rangka. Berdasarkan analisis bivariat terlihat bahwa jenis pekerjaan, umur, dan lama kerja berhubungan dengan keluhan MSDs yang dirasakan. Pekerjaan pemanenan seperti memotong TBS, mengangkat TBS, dan mendorong TBS ke TPH mempunyai risiko yang lebih tinggi (3,438 kali) dibandingkan pekerjaan pemuatan. Hal ini dikarenakan pekerjaan pemanenan mempunyai durasi pekerjaan yang lebih lama dibandingkan pemuatan. Disamping itu dalam memuat TBS ke truk pengangkut sering kali dilakukan oleh 2 orang secara bersama-sama. Sedangkan pekerja dengan umur 35 tahun atau lebih mempunyai risiko 2,56 kali lebih besar untuk mengalami MSDs dibandingkan pekerja dengan umur di bawah 35 tahun. Disamping itu pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari 4 tahun mempunyai risiko 2,755 kali dibandingkan pekerja dengan masa kerja 4 tahun.
D11-7

Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pekerjaan pemanenan kelapa sawit (TBS) dan pemuatannya ke atas truk mempunyai skor REBA antara 8 10 atau risiko tinggi yang memerlukan tindakan perbaikan segera. Keluhan MSDs terbanyak dialami pada bagian leher dan punggung bawah, yaitu masing-masing sebanyak 98 responden. Sedangkan keluhan paling sedikit adalah pada bagian pantat/bokong. Varibel yang secara signifikan berhubungan dengan keluhan MSDs adalah jenis pekerjaan, umur, dan lama kerja. 5.2. Saran Tingginya risiko pekerjaan pemanenan kelapa sawit untuk menimbulkan MSDs sebaiknya menjadi perhatian bagi perusahaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan terkait keluhan otot rangka untuk memastikan secara medis tentang tingkat keluhan yang dirasakan. Disamping itu perlu dilakukan penyuluhan kepada pekerja pemanenan tentang tata cara kerja yang aman untuk memperkecil risiko terjadinya keluhan MSDs DAFTAR PUSTAKA American Dental Association. An Introduction to Ergonomics: Risk Factors, MSDs, Approaches and Intervention. 2004. http://www.ada.org/prof/prac/wellness/ ergonomics_ paper.pdf (Mei 2008) Ariawan I. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta. Bridger,R.S. 1995. Introduction to Ergonomics CCOHS. 1997. Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) http://www.ccohs.ca/oshanswers/diseases/ rmirsi. html#top (Maret 2008). Health and safety executive. Health and safety in agriculture. 2008. http://www.hse.gov.uk/agriculture/hsagriculture.htm (Mei 2008) Hoofddorp The Netherlands. 2001. Dutch Musculoskeletal Questionnaire. TNO Work and Employment. Humantech. 1995. Applied Ergonomics Training Manual 2nd Edition, Procter & Gamble Inc., Berkeley, Australia. International Labour Organitation. 1998. Work Organitation and Ergonomics, ILO. Karwowski, W and Marras, S.W. 1999. The Occupational Ergonomics Handbook. CRC Press LLC, New York. Kepmenakertrans No. 102. 2004. Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur. www.depnakertrans.go.id Kroemer, E. and Grandjean E. 1997. Fitting the Task to the Human. Taylor & Francis, London. Miller, H. 2001. Musculoskeletal Disorders in the U.S. Office Workforce. www.hermanmiller.com/hm/content/research_summaries/wp_Musculoskeletal.pdf (5 Juni 2008) NIOSH. 1997. A Critical Review of Epidemiologic Evidence for Work-Related Musculoskeletal Disorders of the Neck, Upper Extremity, and Low Back. Pahan I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta. Pheasant, S. 1995. Bodyspace: Anthropometry, Ergonomics and the Design of Work Taylor & Francis. London. Pulat, Mustafa B. 1997. Fundamentals of Industrial Ergonomics. PT. Aek Tarum. 2005. Quality & Environmental Procedure PT. Aek Tarum No. QEPAT-KBN-PRD-02 Panen Kelapa Sawit. PT. Aek Tarum, Pelembang. Stanton, A. N. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods CRC Press LLC, New York.

[1]

[2] [3]

[4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17]

D11-8

Anda mungkin juga menyukai