Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluhan yang terdapat pada sistem muskuloskeletal pada saat ini
menjadi suatu permasalahan penyakit trend terbaru yang sangat
berhubungan dengan suatu pekerjaan di dunia maupun Negara berkembang
dan Negara industry1. Gangguan muskuloskeletal (MSDs) yang umum di
berbagai pekerjaan dan termasuk salah satu permasalahan yang paling
menantang bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia2. Muskuloskeletal
adalah penyakit dengan gejala yang menyerang otot, syaraf, tendon,
ligament tulang sendi, tulang rawan, dan syaraf tulang belakang. Akibat dari
gangguan muskuloskeletal maka dapat menyebabkan menurunnya
produktivitas kerja, kehilangan waktu kerja, besarnya biaya perobatan, serta
rendahnya kapasitas kinerja pekerja3.
Menurut Internasional Labour Organization (2018), sekitar 2,78jt
terjadi kasus meinggal dunia pada pekerja yang disebabkan oleh
pekerjaannya, sebesar 2,4 jt (86,3%) kematian ini disebabkan oleh penyakit
akibat kerja dan sebesar 380.000 (13,7%) kematian diakibatkan oleh
kecelakaan akibat kerja. Selain itu, hampir setiap tahunnya sebesar 374 jt
pekerja mengalami kecelakaan kerja yang non fatal, akibat dari banyaknya
kasus tersebut membuat produktivitas pekerja menjadi menurun4. Menurut
WHO (2019), dari keseluruhan kasus penyakit akibat kerja yang timbul dari
pekerjaannya terdapat sekitar 60 Persen berasal dari gangguan
muskuloskeletal. Akibatnya sekitar 49,9 Persen pekerja tidak hadir dalam
bekerja dan 60 Persen menderita penyakit serius sehingga berpengaruh
terhadap produktivitas kerja5. Menurut Internasional Labour Organization
(2018) prevalensi keluhan Muskuloskeletal di Indonesia

1
Pada pekerja yang mengalami cedera di otot bagian pinggul (20%),
punggung (40%), pantat (20%), pinggang (40%), bahu (20%), paha (40%),
lutut (60%), leher (80%), dan betis (80%)5.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya pada pemanen
kelapa sawit di PT Agro Indomas oleh Wisnu indra, dkk (2016)
menyebutkan bahwa terdapat 64 persen pemanen kelapa sawit yang
menderita keluhan muskuloskeletal pada bagian leher 29 pekerja, bahu 26
pekerja, lengan 18 pekerja, kaki 8 pekerja, tangan 22 pekerja, dada 6
pekerja, dan pinggang 27 pekerja6. Dari Penelitian yang dilakukan oleh
Nirawan, dkk 2018, menyebutkan bahwa dari 30 responden diketahui
tingkat MSDs pada saat mengait kelapa sawit dengan menggunakan eggrek
tingkat keluhan yang paling tinggi terjadi sakit atau terasa kaku dileher
bagian atas sebesar 2,26 persen7.
Dari penelitian yang dilakukan Marinawati (2016) di Rantau Rasau
Kab Tanjung Jabung Timur pada pemanen sawit terdapat 31 responden
(81,6%) yang memiliki beban kerja berat mengalami keluhan
muskuloskeletal dan sebanyak 7 responden (18,4%) yang memiliki beban
kerja berat tidak mengalami keluhan muskuloskeletal8. Dari penelitian yang
dilakukan Yuranda (2017) pada pemanen sawit di PT Semadam bahwa
pekerja dengan frekuensi angkut ≤14 kali mengalami keluhan MSDs tingkat
rendah 11 pekerja dan pekerja dengan frekuensi angkut >14 kali mengalami
keluhan MSDs tingkat sedang sebanyak 12 orang9.
World Health Organization mengatakan penyebab keluhan
muskuloskeletal dikarenakan adanya faktor resiko yang dapat juga
memperburuk gangguan muskuloskeletal, adapun faktor resiko MSDs
antara lainnya adalah faktor individu, faktor pekerjaan atau biomekanik dan
faktor psikososial10. Gangguan muskuloskeletal dapat timbul dari faktor
pekerjaan misalnya paparan ergonomi berupa posisi yang tidak nyaman,
postur yang tidak normal, gerakan statis serta berulang-ulang; dan juga
dapat paparan fisik misalnya suhu & getaran11 12. Sedangkan faktor individu
juga memiliki hubungan dengan terjadinya keluhan muskuloskeletal yaitu

2
berupa sosiodemografi (gender & usia) dengan karakterisitik individu yaitu
antropometri, kelas sosial, pendidikan, status merokok, mengkonsumsi
alkohol, kebiasaan berolahraga dan masa kerja13.
Minyak sawit ialah produk dagang utama bagi Indonesia dalam
perdagangan internasional dan penghasil terbesar kelapa sawit di dunia14.
Oleh karena itu permintaan terhadap tingkat produksi yang sangat besar
dapat mempengaruhi kapasitas pekerja dalam menghasilkan minyak sawit.
Kemajuan teknologi sejatinya perlu ditingkatkan guna untuk mendukung
kinerja dalam pengolahan kelapa sawit. Tetapi, pada dasar pekerjaan masih
dilakukan secara manual handling atau dilakukan dengan kemampuan diri
sendiri dalam melakukan aktivitas kerja. Sehingga memiliki dampak
gangguan di berbagai bagian tubuh yang dikenal sebagai gangguan
muskuloskeletal15.
PT. X merupakan salah satu cabang dari Grup PT. Sinarmas yang
berdiri pada tahun 1999 yang terletak di Desa Tanjung, Kec. Bathin 8, Kab.
Sarolangun, Provinsi Jambi. Bahan utama yang dipergunakan yaitu, Tandan
Buah Segar yang bersal dari plasma dan inti dengan produk akhir yaitu
Crude Palm Oil CPO. Dalam proses produksi, perusahaan mempunyai 1
Pabrik pengolahan Kelapa Sawit dimana tandan buah segar (TBS) yang di
dapat dari hasil panen petani sekitar dijadikan produk minyak kelapa sawit
yaitu Crude Palm Oil (CPO) dengan kapasitas pengolahan 60 ton/hari.
Perusahaan memiliki visi yang sangat tinggi yaitu efisiensi dan ketepatan
merupakan focus suatu perusahaan yang berbasis usaha pertanian dan
memiliki produk unggul secara global yang berkualitas dan perusahaan ini
menjadi mitra pilihan yang terbaik.
Proses kerja dalam memanen kelapa sawit atau Tandan Buah Segar
yaitu Tahap pemanenan yang terdiri dari pekerja yang melakukan
pemotongan pelepah daun dengan menjangkau pohon sawit yang tinggi
dengan menggunakan egrek yang memiliki fbobot 10-12 kg sehingga tangan
terasa keram, lelah, nyeri leher, kaki, lengan akibat berat egrek, kegiatan
yang dilakukan berulang dan cukup lama, memotong TBS yang sudah

3
masak dengan egrek membutuhkan tenaga yang kuat dan melibatkan postur
yang tidak alamiah secara berulang dengan posisi berdiri yang cukup lama,
memotong bonggol buah dan memasukkan buah kedalam angkong dengan
berat tandan >15 Kg dilakukan secara berulang sehingga kelelahan pada
otot dan dengan postur tubuh sedikit membungkuk, memindahkan tandan
buah segar ke tempat pengumpulan hasil dengan menggunakan angkong
melibatkan tugas mengangkat dan mendorong beban angkut berat >70 Kg
dengan situasi jalan yang rusak dan becek ketika musim hujan menimbulkan
dampak keseleo atau terkilir dan postur yang tidak alamiah dan rasa nyeri
pada lengan, pinggang, dan kaki karena mengangkut beban melebihi
kapasitas yang dimiliki pemanen, menumpukkan pelepah daun yang di
potong secara teratur dengan cara di telungkupkan berisiko nyeri pada
lengan akibat berat pelepah yang dilakukan secara berulang dan posisi tubuh
sedikit condong sehingga nyeri pada pinggang. Selanjutnya tahap Pemuatan
TBS ke dalam truk pengangkut untuk dibawah ke pabrik dan diolah menjadi
CPO. Dalam pemuatan TBS ke dalam truk, TBS diangkat satu per satu dan
disusun di dalam bak truk dengan posisi bolak balik membungkuk dan
berdiri dengan waktu yang lama sehingga mengakibatkan pekerja nyeri
pinggang, lengan, dan kaki.
Menurut hasil observasi awal dan wawancara singkat kepada para
pekerja yang sudah dilakukan peneliti pada bulan November 2021 di
perkebunan kelapa sawit PT X Sarolangun, didapatkan informasi bahwa
waktu kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari, dimulai dari pukul 07.00-
14.00 Wib dengan waktu istirahat yang diberikan hanya sekali selama 30
menit yaitu 12.00 - 12.30 masih sangat banyak pekerja yang tidak sesuai
waktu istirahatnya. Kebanyakan pekerja di perkebunan tersebut sudah
bekerja selama kurang lebih 15 tahun. Melalui observasi terhadap aktivitas
kerja di perkebunan kelapa sawit tersebut terkhusus pada pekerjaan
memanen yang masih dilakukan secara manual dan mengandalkan tenaga
manusia. Para pekerja yang memanen seringkali bekerja dengan sikap dan
posisi tubuh yang kurang ergonomis, bekerja dengan posisi berdiri dan

4
membungkuk secara berulang dengan kurun waktu yang relatif lama, dan
mengangkat beban berat melebihi kapasitas.
Pemanen kelapa sawit di PT X setiap harinya harus memenuhi target
hasil panen buah kelapa sawit yang telah ditetapkan perusahaan. Setiap
pemanen kelapa sawit di PT X memiliki tugas yang sama, yang
membedakan adalah berat hasil panen yang diangkut dan frekuensi angkut.
Semakin tua usia tanaman kelapa sawit yang dipanen, maka semakin berat
hasil panen yang diangkut oleh pemanen. Aktivitas mengangkat secara
berulang dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal pada anggota gerak
tubuh (skeletal). Pekerja tidak mempertimbangkan waktu istirahat saat
bekerja, sehingga mereka beristirahat tergantung pada keinginan mereka
sendiri karena mereka juga harus mengejar target hasil panenan. Pada proses
mengangkut dan mendorong angkong ke tempat pengumpulan hasil
merupakan suatu bagian pekerjaan sangat melelahkan yang dirasakan
pekerja. Kondisi tersebut sangat memiliki potensi timbulnya suatu masalah
khususnya keluhan muskuloskeletal terhadap pekerja pemanen. Hal ini
terjadi karena, proses memanen masih dilakukan secara manual, jangkauan
pohon sawit yang tinggi, tandan buah segar (TBS) yang berat, dan mengejar
target perhari pemanen .
Dari survei yang sama juga ditemukan dari 6 pekerja yang
diwawancara oleh peneliti bahwa pekerja mengalami rasa nyeri pada leher
dan lengan 2 pekerja, rasa nyeri pada kaki 3 pekerja, rasa nyeri pada
pinggang dan punggung 2 pekerja dapat dikatakan pekerja mengalami gejala
musculoskeletal disorder (MSDs) dengan tingkatan yang berbeda-beda,
mulai dari sedikit sakit hingga sangat sakit yang disebabkan karena
pengangkutan beban yang cukup berat melebihi kapasitas pekerja dan
aktivitas berulang serta postur tubuh yang tidak ergonomis. Pekerja
merasakan adanya keluhan saat bekerja, dan setelah bekerja. Dengan
demikian tujuan utama dari penelitian yang dilakukan ialah untuk
mengetahui Faktor determinan yang berhubungan dengan keluhan

5
muskulokeletal (MSDs) pada pekerja pemanen kelapa sawit di PT X
Sarolangun.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang tersebut, yang menjadi permasalahan yaitu
faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal
(MSDs) pada pemanen kelapa sawit di PT X, Sarolangun tahun 2022.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
determinan keluhan muskuloskeletal (MSDs) pada pekerja pemanen
kelapa sawit di PT X Sarolangun tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui gambaran keluhan MSDs pada pemanen kelapa sawit
di PT X Sarolangun tahun 2022.
2. Mengetahui hubungan sikap kerja dengan keluhan muskuloskeletal
pada pemanen kelapa sawit di PT X Sarulangun tahun 2022.
3. Mengetahui hubungan beban angkut dengan keluhan
musculoskeletal pada pemanen kelapa sawit di PT X Sarolangun
tahun 2022.
4. Mengetahui hubungan frekuensi angkut dengan keluhan
musculoskeletal pada pemanen kelapa sawit di PT X Sarolangun
tahun 2022.

6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Perusahaan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
bagi perusahaan untuk mengambil suatu tindakan agar dapat mengurangi
keluhan MSDs di tempat kerja dan melakukan upaya-upaya perlindungan
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan terhindar dari penyakit
akibat kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas pekerja

1.4.2 Bagi FKIK UNJA


Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
dan referensi tentang keilmuan K3 khususnya mengenai faktor risiko
terhadap keluhan MSDs.

1.4.3 Bagi Peneliti


Dapat menambah wawasan peneliti dalam keilmuan bidang K3,
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perkuliahan pada
perusahaan yang diteliti.

Anda mungkin juga menyukai