Review Video Pemanenan Kelapa Sawit - Toni Wijaya
Review Video Pemanenan Kelapa Sawit - Toni Wijaya
a. Untuk tanaman yang berumur kurang dari 7 tahun cara pemanenannya dengan
menggunakan alat dodos dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu.
b. Untuk tanaman yang berumur lebih dari 7 tahun pemanenannya menggunakan
egrek yang disambung dengan pipa alumunium atau batang bambu.
Dodos merupakan salah satu alat pertanian yang digunakan untuk memanen
kelapa sawit. Dodos berfungsi untuk memanen buah kelapa sawit yang berumur di
bawah 8 tahun dengan ketinggian pohon sawit maksimal 5 meter. Bentuk mata pisau
dodos menyerupai kapak. Dodos merupakan alat yang penting untuk menunjang proses
pemanenan kelapa sawit (Fuadi, 2015).
Egrek merupakan salah satu alat yang digunakan untuk proses pemanenan
kelapa sawit. Alat ini berfungsi untuk memanen buah kelapa sawit dengan ketinggian
tanaman diatas 6 meter. Sama halnya dodos, egrek merupakan salah satu alat yang
penting untuk menunjang proses pemanenan di perkebunan sawit (Fuadi, 2015).
Menurut Fauzi (2012), cara panen buah kelapa sawit dilakukan dengan
memotong tandan buah segar (TBS) dan memotong pelepah daun yang menghalangi
proses pemotongan TBS. Saat ini Indonesia menggunakan 2 jenis alat panen
tradisional, yaitu: dodos dan egrek. Dodos menggunakan pisau dengan bentuk chisel
yang disambung dengan pipa panjang, sedangkan egrek mengguna- kan pisau dengan
bentuk sickle atau arit yang disambung dengan pipa panjang. Dodos pada umumnya
digunakan untuk pohon kelapa sawit dengan ketinggian 2-
5 m, sedangkan egrek digunakan untuk pohon kelapa sawit dengan ketinggian 5 atau
lebih. Alat tradisional ini membutuhkan tenaga yang besar dari pengguna karena untuk
memotong TBS dilakukan gerakan menusuk untuk dodos dan gerakan menarik untuk
egrek.
Menurut Sudianto (2014), pemanenan tandan kelapa sawit di Indonesia saat
ini masih dilakukan dengan alat-alat sederhana, yaitu dodos dan egrek. Dodos adalah
pisau yang digunakan untuk memotong pelepah maupun tandan dengan cara
disodok, sedangkan egrek merupakan pisau berbentuk sabit yang berfungsi sebagai alat
untuk memotong pelepah maupun tandan dengan cara ditarik. Proses pemanenan
dengan cara ini membutuhkan tenaga besar dan waktu kerja yang lama, sehingga
mengakibatkan susut panen yang cukup tinggi.
Menurut Akiyat (2007), Peralatan panen yang umum digunakan dalam kegiatan
panen adalah dodos besar dan kecil dengan lebar kurang lebih 10-12,5 cm, di sambung
dengan pipa besi atau tongkat kayu dengan diameter kurang lebih
4 cm untuk tanaman yang berumur < 6 tahun. Egrek yang disambung dengan
galah allumunium atau bambu untuk tanaman yang berumur > 6 tahun kemudian piring
plastik atau allumunium dan karung bekas untuk pengumpulan brondolan di TPH.
Kapak kecil atau parang untuk memotong tangkai TBS batu asah untuk mengasah
peralatan supaya tajam kereta dorong atau alat lainnya yang bertujuan untuk
mempermudah pengangkutan TBS, jaring panen atau alat untuk mengangkut
buah ke dalam truk lalu tojok atau gancu sebagai alat untuk mempermudah
pengangkutan TBS ke dalam truk dan jaring untuk mengamankan buah di truk agar
tidak jatuh.
b. Operator sin saw : helm, ear plug, kaca mata, sarung tangan, sepatu boot
c. Operator alat berat : helm, sepatu boot
2. Pembibitan
c. Karyawan kimia (oles anak kayu) : topi, apron, sarung tangan, kaca
mata, sepatu boot, masker
4. Tanaman menghasilkan (TM)
e. Pemupuk : topi, kaca mata, masker, sarung tangan, apron, sepatu boot
Sikap Kerja
Menurut Anies (2014), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan
sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu:
1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau berdiri secara
bergantian.
2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini
tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statik diperkecil.
3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak membebani, tetapi
dapat memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak dipakai untuk
bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha).
Cara panen buah kelapa sawit dengan menggunakan alat panen tradisional
dodos dan egrek membutuhkan tenaga yang besar dari pengguna karena untuk
memotong TBS dilakukan gerakan menusuk untuk dodos dan gerakan menarik
untuk egrek (Fauzi, 2012).
Pada sikap kerja berdiri berat tubuh manusia akan ditopang oleh kaki, aliran
beban berat tubuh ditambah lagi peralatan kerja yang digunakan akan menuju
kearah kaki dikarenakan faktor gravitasi (Mentari, 2012). Beban yang tertumpu
pada kaki dapat menyebabkan kelelahan dikarenakan otot dipaksa untuk tetap
bekerja akibatnya terjadi penumpukan asam laktat sehingga dapat menimbulkan
kelelahan otot jika sikap kerja ini berlangsung dalam durasi yang lama (Astuti,
2007).
Sementara berdasarkan hasil survey pendahuluan, modifikasi pada alat
panen seperti dodos mesin dan egrek mesin yang diharapkan dapat meringankan
pekerjaan saat kegiatan pemanenan berlangsung justru tidak terlalu memberikan
dampak, dikarenakan beratnya alat, hasil potong yang tidak sesuai, dan tidak
terbiasanya pekerja dalam menguasai alat. Sehingga metode pemanenan secara
tradisional masih menjadi primadona dalam hal pemanenan kelapa sawit.
Landasan Teori
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman sejenis palma berakar
serabut atau monokotil. Bagian tanaman kelapa sawit yang bernilai ekonomis
adalah buah. Buah kelapa sawit tersusun dalam sebuah tandan yang disebut TBS
(Tandan Buah Segar). Satu tandan tanaman dewasa beratnya mencapai 20-35 kg,
bahkan ada yang mencapai diatas 40 kg, tergantung pada perawatan dan
pemupukan tanaman. Tandan tersusun dari 200-600 buah yang berkisar 20-35 gram
per buahnya (Fauzi, 2012).
Menurut Sudianto (2014), pemanenan tandan kelapa sawit di Indonesia
saat ini masih dilakukan dengan alat-alat sederhana, yaitu dodos dan egrek. Dodos
adalah pisau yang digunakan untuk memotong pelepah maupun tandan dengan
cara disodok, sedangkan egrek merupakan pisau yang berbentuk sabit yang
berfungsi sebagai alat untuk memotong pelepah maupun tandan dengan cara
ditarik. Proses pemanenan dengan cara ini membutuhkan tenaga besar dan waktu
kerja yang lama, sehingga mengakibatkan susut panen yang cukup tinggi.
Menurut Tarwaka (2004), sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja
yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan
sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka
semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan otot skeletal.
Menurut Harrianto (2009), nyeri pinggang (low back pain) adalah keluhan
rasa nyeri, ketegangan otot, atau rasa kaku di daerah pinggang dan terjadi akibat
stress fisik yang berlebihan pada sum-sum tulang belakang yang normal, atau stress
fisik yang normal pada sum-sum tulang belakang yang abnormal.
Produktivitas merupakan suatu ukuran kinerja seberapa baik sumber daya
produksi manusia dan sumber daya produksi dimanfaatkan untuk mendapatkan
hasil kerja yang ingin dicapai oleh suatu individu, organisasi atau perusahaan.
(Tarwaka, 2004).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu faktor yang
mendukung produktivitas kerja, dengan tindakan yang aman dan nyaman saat
bekerja akan mengurangi tingkat kecelakaan dan meningkatkan hasil produksi
perusahaan serta produktivitas kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja berarti
proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur standar yang menjadi acuan dalam
bekerja (Hadiguna, 2009).
Angka kerapatan panen (AKP) adalah perbandingan antara buah matang
dengan jumlah tanaman pada luasan sampel yang akan dipanen. AKP didapatkan
dari kegiatan taksasi panen yang dilakukan satu hari sebelum panen. AKP akan
mengetahui estimasi produksi yang akan didapatkan.
Pelaksanaan panen yang baik ditentukan oleh alat panen yang tersedia
dengan baik. Perusahaan telah menyediakan alat-alat untuk menunjang pelaksanaan
panen sesuai standar dan dibagikan pada setiap pemanen. Setiap alat panen yang
disediakan oleh perusahaan memiliki spesifikasi dan kegunaanya masing-masing
Kapasitas panen adalah kemampuan pemanen dalam menurunkan buah
dalam satu hari panen. Prestasi dan penghasilan pemanen dapat diukur melalui
pencapaian kapasitas panen dan basis. Pemanen divisi 2 memiliki kapasitas panen
yang berbeda. Pengamatan dilakukan terhadap 30 pemanen untuk melihat kapasitas
panen per hari dan pencapaian basis pada setiap pemanen
Alat–alat dalam kegiatan potong buah memiliki fungsinya masing-masing.
Penggolongan alat kerja panen dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat untuk memotong TBS,
alat untuk bongkar muat TBS, dan alat untuk membawa TBS ke TPH (Pahan, 2008). Alat
untuk memotong buah terdiri dari dodos dan egrek. Dalam SOP BGA penggunaan dodos
digunakan untuk panen pada tanaman kelapa sawit berusia 5 - 8 tahun dengan ketinggian
kurang dari 6 m, sedangkan penggunaan egrek digunakan pada tanaman kelapa sawit
berusia 9 tahun ke atas dengan ketinggian lebih dari 6 m. Alat untuk membawa TBS ke
TPH terdiri dari angkong, gancu, kapak dan karung. Alat untuk bongkar muat TBS yaitu
tojok.