Kelompok 3 :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Student
Centered Learning (SCL) yang melingkupi mata Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Ucapan terimaksih kami sampaikan kepada Ibu Thresya Febrianti, SKM, M.
Epid selaku Tutor SCL yang telah membimbing kami, dan tak lupa kami sampaikan
Terimakasih kepada Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan serta
perhatian, motivasi dan do’a setiap saat, serta semua pihak yang membantu kami hingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari, dalam laporan hasil SCL ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan.Hal ini disebabkan terbatasnnya kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman
yang kami miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami
dengan menyediakan data atau sumber informasi, memberikan masukan pemikiran.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran. Demi perbaikan dan
kesempurnaan laporan hasil SCL ini di di waktu yang akan datang. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
PERTANYAAN ......................................................................................................9
JAWABAN ..............................................................................................................9
ii
BAB I
SKENARIO I
Penelitian ini fokus pada industri mikro kecil (IMK) sektor makanan di Yogyakarta.
Data BPS melaporkan bahwa IMK sektor makanan merupakan salah satu golongan
1
industri yang yang mendominasi di Yogyakarta dari aspek jumlah populasi, penyerapan
tenaga kerja dan nilai investasi pada tahun 2013 (BPS DIY, 2014). IMK sektor makanan
di Yogyakarta menunjukkan pertumbuhan positif pada triwulan III tahun 2014.
Pertumbuhan ini didukung oleh sektor pariwisata, dimana Yogyakarta merupakan salah
satu tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan. Pada umumnya IMK makanan di
Yogyakarta merupakan industri sederhana yang dilakukan di tempat kerja yang terbatas.
Observasi umum terhadap beberapa IMK makanan di Yogyakarta ditemukan prevalensi
postur kerja buruk yang cukup signifikan pada proses produksinya. Beberapa postur
kerja buruk yang dijumpai seperti postur membungkuk, duduk menyilang, jongkok,
berlutut, dan postur non natural lainnya. Postur kerja buruk tersebut pada umumnya
terjadi secara repetitif atau kontinyu sepanjang waktu kerja.
2
BAB II
PENDAHULUAN
3
BAB III
A. KATA SULIT
1. GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
Gangguan Muskuloskeletal adalah cedera muskuloskeletal dan sistem syaraf
yang disebabakan oleh tugas yang berulang, pengerahan tenaga melebihi batas,
getaran, kompresi mekanik dengan menekan permukaan keras berlebihan atau
posisi canggung sewaktu bekerja (Sulianta, 2014).
2. POSTUR KERJA
Postur kerja adalah postur yang diadopsi oleh seorang karyawan saat
melakukan tugas pekerjaan (Danuta, 2018).
3. CEDERA
Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh
kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya
(WHO, 2018).
4. TENDON
Tendon adalah sebuah pita jaringan ikat yang melekat pada otot dan ujung
yang lain berinsersi ke dalam tulang (Sugiarto, 2003).
5. PERFORMANSI KERJA
Performansi kerja adalah fungsi perkalian usaha (Effort) atau motivasi dengan
kemampuan (Ability) sebagaimana dikemukakan oleh Dubrin, S. J (1984:81),
sebagai berikut: “Performance is the multiflicaton of effort (or motivation) and
ability, as expressed in the equation P=(ExA). Ability reflects one’s capability
to perform; motivation reflect show vigorously one will apply that capability
(Romli, 2014).
6. PREVALENSI
Prevalensi adalah semua populasi yang menderita penyakit (kasus baru dan
lama) dari populasi yang beresiko menderita peyakit tersebut dalam periode
waktu tertentu (Dwipraharso, 2008)
7. FAKTOR PSIKOSOSIAL
4
Faktor Psikososial adalah dari setiap perubahan dalam kehidupan indivisu,
baik yang bersifat psikologi maupun sosial yang mem[unyai pengaruh timbal
balik (Mulyana, 2003)
8. PRODUKTIVITAS PEKERJA
Produktifitas Kerja adalah Perbandingan kegiatan antara efektifitas keluaran
dengan efisiensi masukan, artinya sebagai sikap mental yang diperlukan untuk
melakukan perbaikan dan peningkatan dalam setiap pekerjaannya. (AF,
Muchtar. 2014)
B. KATA KUNCI
Gangguan Muskuloskeletal adalah cedera muskuloskeletal dan sistem syaraf yang
disebabkan oleh tugas yang berulang, pengerahan tenaga melebihi batas, getaran,
kompresi mekanik dengan menekan permukaan keras berlebihan atau posisi
canggung sewaktu bekerja (Sulianta, 2014).
5
BAB IV
MIND MAPING
6
BAB V
TUJUAN PEMBELAJARAN
7
BAB VI
POHON MASALAH
8
BAB VII
PEMBAHASAN
A. PERTANYAAN
1. Apa definisi dari Gangguan Muskuloskeletal?
2. Apa faktor risiko Gangguan Muskuloskeletal?
3. Apa gejala Gangguan Muskuloskeletal?
4. Apa jenis-jenis Gangguan Muskuloskeletal?
5. Apa dampak Gangguan Muskuloskeletal?
6. Apa penanggulangan Gangguan Muskuloskeletal?
B. JAWABAN
1. Definisi Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan Muskuloskeletal adalah cedera muskuloskeletal dan sistem
syaraf yang disebabakan oleh tugas yang berulang, pengerahan tenaga
melebihi batas, getaran, kompresi mekanik dengan menekan permukaan
keras berlebihan atau posisi canggung sewaktu bekerja (Sulianta, 2014).
Menurut OSHA 2000 dalam Nurliah, 2012 : Penyakit sistem musculoskletal
atau gangguan muskuloskeletal, yaitu cedera dan gangguan pada jaringan
lunak (otot, tendon, ligamen, sendi, dan tulang rawan) dan sistem saraf.
9
b. Aktivitas berulang
Pekerja yang melakukan gerakan berulang-ulang pada
aktivitasnya tanpa melakukan relaksasi, kemungkinan mengalami
keluhan otot seperti Tendonitis/ tenosynovitis, Epicondylitis (elbow
tendonitis/), Carpal tunnel syndrome, dan DeQuervain’s disease
terkait dengan WMSD dapat terjadi. Aktivitas yang berulang dan
postur canggung merupakan faktor yang membuat pekerja berisiko
mengembangkan Musculoskeletal Disorders.
c. Sikap kerja tidak alamiah
Di Indonesia, kebanyakan sektor kerja menggunakan sejumlah
alat yang berasal dari luar negri baik manual maupun berupa mesin.
Sehingga, sering terjadi ketidakergonomisan ketika pengguna alat
ketika digunakan oleh pekerja. Kurang baiknya dalam
pengadaptasian pekerja dengan alat-alat kerja tersebut dikenal
dengan sikap kerja yang tidak alamiah.
Pada penelitian Solichul (2016) di PT Angkasa Pura II, Bandara
Ngurah Rai Balimasih banyaknya sikap paksa pada operator pada
saat bekerja seperti : gerakan menjangkau berlebihan, memantau
monitor dengan sudut pandang yang terlalu besar, tulang belakang
tidak mampu tersandar dengan baik ketika duduk, tata letak sarana
pendukung kurang mendukung, penempatan kabel dan alat kontrol
kurang tepat sehingga menyebabkan rasa tidak aman dan tidak
nyaman pekerja dalam bekerja. Akibat interaksi manusia dengan
mesin yang tidak ergonomis, sehingga terjadinya gangguan sistem
muskuloskeletal pada anggota tubuh seperti bagian pinggang,
punggung, bahu kanan, bokong, leher atas dan lengan kanan atas
d. Beban angkut
Beban angkut adalah efektifitas pekerjaan yang dibebankan
kepada tenaga kerja meliputi beban fisik maupun beban mental.
Akibat beban angkut yang terlalu berat atau kemapuan fisik yang
terlalu lemah dapat mengakibatkan pekerja menderita gangguan atau
penyakit akibat kerja (Friska 2015).
10
e. Durasi
Menurut NIOSH (1997), durasi merupakan jumlah waktu dimana
pekerja terpajan oleh faktor risiko. Beberapa penelitian menemukan
dugaan adanya hubungan antara meningkatnya level atau durasi
pajanan dan jumlah kasus gangguan muskuloskeletal pada bagian
leher.
Durasi dapat dilihat sebagai meint-menut dari jam kerja/hari
pekerja terpajan resiko. Secara umum, semakin besar pajanan
durasi pada faktor resiko, semakin besar pula tingkat resikonya.
Durasi dibagi sebagai berikut
- Durasi sibgkat : < 1 jam/hari
- Durasi sedang : 1-2 jam/hari
- Durasi lama : >2 jam/hari
Lamanya waktu kerja (durasi) berkaitan dengan keadaan fisik
tubuh pekerja otot, kardiovaskular, sistem pernapasan dan lainnya.
Jika pekerjaan dalam waktu yang lama tanpa istirahat, kemampuan
tubuh akan menurun dan dapat menyebabkan kesakitan pada
anggota tubuh (Suma’mur, 1989).
2. Faktor pekerja
a. Umur
Keluhan otot skeletal biasanya dialami seseorang pada usia kerja
yaitu 24-65 tahun. Biasanya keluhan pertama dialamipada usia
30 tahun dan tingkat keluhan akan meningkat sering dengan
bertambahnya umur. Pertambahan umur pada masing-masing orang
menyebabkan adanya penurunan kemampuan pada jaringan tubuh
(otot, tendon, sendi dan ligament)
Penurunan elastisitas tendon dan otot meningkatkan jumlah sel
mati sehingga terjadi adanya penuruna fungsi dan kapabilitas otot,
tendon, sendi dan ligament yang akan meningkatkan respon setres
mekanik sehingga tubuh menjadi rentan terhadap MSDs. Dengan
11
dmeikian adanya kecenderungan bahwa risiko MSDS meningkat
seiring bertambahnya umur. (Ulfah et al.2014
b. Kebiasaan merokok
Semakin lama dan semakin tingginya frekuensi merokok
seseorang maka semakin tinggi pula tingkat keluhan yang dirasakan.
Meningkatnya otot ada hubungannya dengan lama dan tingkat
kebiasaan merokok.
c. Lama kerja
Umunya dalam sehari seseorang bekerja selama 6-8 jam dan
sisanya 14-18 digunakan untukberistirahat atau berkumpul dengan
keluarga dan berkumpul dnegan masyarakat. Adanya penambahan
jam kerja yang dapat menurunkan efesiensi pekerja, menurunkan
produktivitas, timbulnya kelelahan dan dapat mengabaikan penyakit
dan kecelakaan. (Wahidin et al,2013)
d. Masa kerja
Adalah waktu yang dihitung dari pertama kali pekerja masuk
kerja sampai penelitian berlangsung. Penentuan waktu dapat
diartikan s-ebagai pengukuran kerja untuk mencatat tentang jangka
waktu dan perbandingan kerja yaitu mengenai suatu unsur pekerjaan
tertentu yang dilaksanakan dalam suatu keadaan.
3. Faktor lingkungan
a. Tekanan
Ialah pemberian tekanan yang kuat pada pada jaringan otot yang
lunak sehingga akan muncul perasaan nyeri pada bagian otot
tersebut. Sebagai contoh mencengkeram mouse komputer dapat
menyebabkan iritasi selubung disekitar dua tendon. Menyebabkan
pembengkakan dan penebalan serta membatasi kemampuan jempol
untuk bergerak.
b. Getaran
Keterpaparan atas getaran tinggi yang teratur dan sering, dapat
menyebabkan efek kesehatan yang permanen berupa kerusakan saraf
12
dan pembuluh darah serta gangguan pada jaringan lunak. Risiko ini
lebih dominan kepada pekerja yang kontak langsung dengan alat
getar atau merupakan bagian dari proses kerja seseorang.
Penderita yang mengalami kondisi ini biasa disebut dengan Hand
Arm Vibration Syndromes (HAVS), kondisi ini ditandai dengan jari
yang memerah, sakit pada sendi terkadang menyebabkan
pembengkakan yang buruk. Adapun untuk menilai risiko dari getaran
akan dinilai dengan :
1) Mengukur tingkat getaran peralatan
2) Memantau waktu/lama pemaparan petugas
3) Melakukan pengawasan kesehatan
c. Mikrolimat
Bekerja di lingkungan yang sangat dingin atau sangat sangat panas
dapat berisiko Musculoskeletal Disorders (MSDs). Pada suhu dingin,
darah rendah ke otot dan jaringan berkurang. Dingin bisa mengurangi
kepekaan tangan dan ingatan, membutuhkan kekuatan yang lebih
tinggi untuk mencengkeram sebuah benda. Bekerja dilingkungan
yang panas atau lembab menyebabkan tubuh menaikan darah rendah
ke permukaan kulit. Hal ini memungkinkan panas memancar dan
menghasilkan keringat. Bila suhu tubuh internal meningkat,
cadangan energi dan cairan tubuh bisa turun, yang dapat
menyebabkan dehidrasi dan kelelahan otot.
4. Faktor psikososial
Faktor-faktor psikososial merupakan interaksi yang terjadi
diantara lingkungan kerja, pekerjaan, kondisi organisasi, kapasitas serta
pemenuhan pekerja, budaya, dan pertimbangan pribadi dengan pekerjaan
yang berlebih, melalui persepsi dan pengalaman serta berpengaruh pada
kesehatan, kinerja, dan kepuasan kerja (Rahardjo, 2005).
Johansson dan Rubenowitz (1996) menjelaskan faktor-faktor
psikososial yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan
muskuloskeletal yaitu diantaranya (Octaviani, 2017) :
13
a. Pengaruh dan kontrol pekerjaan Pada aspek ini beberapa hal yang
dapat ditinjau antara lain seperti pengaruh tingkatan kerja, pengaruh
metode kerja, pengaruh alokasi kerja, dan control teknis, serta
pengaruh peraturan kerja
b. Iklim terhadap supervisor (pengawas) Dapat dilihat hubungan
dengan penyelia, bagaimana komunikasi dalam lingkup pekerjaan
saat meminta masukan, pertimbangan sudut pandang mengenai
masalah dan memberikan informasi.
c. Rangsangan dari pekerjaan itu sendiri Hal-hal yang patut
diperhatikan adalah apakah pekerjaan tersebut menarik dan dapat
menstimulasi individu untuk bekerja atau tidak, apakah pekerjaan
bervariasi atau monoton, terdapat kesempatan untuk menggunakan
bakat dan keterampilan, dan untuk belajar hal baru dari pekerjaan.
d. Hubungan dengan rekan kerja Hal-hal yang patut diperhatikan
adalah hubungan dengan rekan kerja, komunikasi yang berkaitan
dengan pekerjaan dengan rekan kerja
e. Beban kerja secara psikologis Pertimbangkan pengaruh stress kerja,
beban kerja, perasaan lelah dan kejenuhan sehabis bekerja yang
meningkat, ada atau tidaknya kemungkinan untuk istirahat saat
bekerja, dan beban mental yang muncul dari pekerjaan itu sendiri.
14
a. Leher dan punggung terasa kaku
b. Bahu terasa nyeri, kaku ataupun kehilangan fleksibeltas
c. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk
d. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak dan kaku
e. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau nyeri
disertai bengkak
f. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat
g. Jari menjadi kehilangan mobitasnya, kaku dan kehilangan kekuatan
serta kehilangan kepekaan
h. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku ataupun sensasi
rasa panas
15
otot. Nyeri punggung juga dapat disebabkan oleh tegangan otot dan postur
yang buruk saat menggunakan komputer.
c. Carpal Tunnel Syndrome
Merupakan kumpulan gejala yang mengenai tangan dan pergelangan tangan
yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan oleh
aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus.
Keadaan berulang ini antara lain seperti mengetik, arthritis, fraktur
pergelangan tangan yang penyembuhannya tidak normal, atau kegiatan apa
saja yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus.
d. De Quervains Tenosynovitis
Penyakit ini mengenai pergelangan tangan, ibu jari, dan terkadang lengan
bawah, disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon yang berasa
di ibu jari pergelangan tangan. Aktivitas berulang seperti mendorong space
bar dengan ibu jari, menggenggam, menjepit, dan memeras dapat
menyebabkan inflamasi pada tenosinovium. Gejala yang timbul antara lain
rasa sakit pada sisi ibu jari lengan bawah yang dapat menyebar ke atas dan
ke bawah;
e. Thoracic Outlet Syndrome
Merupakan keadaan yang mempengaruhi bahu, lengan, dan tangan yang
ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut.
Terjadi jika lima saraf utama dan dua arteri yang meninggalkan leher
tertekan. Thoracic Outlet Syndrome disebabkan oleh gerakan berulang
dengan lengan diatas atau maju kedepan. Pengguna komputer beresiko
terkena sindrom ini karena adanya gerakan berulang dalam menggunakan
keyboard dan mouse.
f. Tennis Elbow
Tennis elbow adalah suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang
berasal dari siku lengan bawah dan berjalan keluar ke pergelangan tangan.
Tennis elbow disebabkan oleh gerakan berulang dan tekanan pada tendon
ekstensor.
g. Low Back Pain
16
Nyeri punggung bagian bawah salah satu Musculoskeletal disorders yang
paling sering mempengaruhi kadang-kadang hingga 80% dalam hidup
manusia. Umumnya, rasa sakit di punggung bawah pada satu atau kedua
belah bagian hingga kadang-kadang memperluas ke bokong atau paha. Low
back pain terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan
L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke
depan maka akan terjadi penekanan pada discus. Hal ini berhubungan
dengan posisi duduk yang janggal, kursi yang tidak ergonomis dan peralatan
lainnya yang tidak sesuai dengan antopometri pekerja. Orang yang berisiko
tinggi terkena sakit punggung bawah adalah usia 20-40 tahun dan mereka
yang pekerjaannya melibatkan tenaga fisik yang mengangkat, mendorong
atau menarik benda berat atau memutar selama mengangkat.
h. Reumatik Jaringan Otot Lunak
Diantara yang paling umum dari Musculoskeletal disorders adalah sesuatu
yang menyebabkan rasa sakit di daerah otot atau tendon dari kaki tetapi tidak
dalam sendi. Hal ini disebut dengan gangguan jaringan lunak yang
mencakup berbagai bentuk lokal dari Tendinitis dan Bursitis (radang
kandung lendir) serta gangguan nyeri yang lebih umum. Gangguan ini
adalah penyebab umum sakit di bahu, siku, pinggul, leher dan kaki.
17
individu dan sosial, dampak pada kehidupan terkait kerja, dampak pada
kesehatan dan pelayanan kesehatan sosial, dan dampak dari segi ekonomi
(Saleh, 2018)..
Dampak yang diakibatkan oleh gangguan muskuloskeletal pada aspek
ekonomi perusahaan yaitu (pheasant 1991) dalam Handayani (2011) :
a. Pada aspek produksi yaitu berkurangnya output, kerusakan material
produk yang akhirnya menyababkan tidak terpenuhinya
deadline/target produksi, pelayanan yang tidak memuaskan dan lain-
lain.
b. Biaya yang timbul akibat absensi pekerja yang akan menyebabkan
penurunan keuntungan, biayay untuk pelatihan karyawan baru yang
menggantikan pekerja yang sakit, biaya untuk menyewa jas
akonsultan atau agensi.
c. Biaya pergantian pekerja untuk recruitment dan pelatihan
d. Biaya asuransi
Sementara itu menurut Bird (2005), gangguan muskuloskeletal dapat
menjadi permasalahan penting karena dapat :
a. Waktu kerja yang hilang karena sakit umumnya disebabkan penyakit
otot rangka
b. Menurunkan produktivitas kerja
c. Meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan
d. Menimbulkan ketidakmampuan secara temporer atau cacat tetap
18
Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa
alternatif sebagai berikut:
a. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal
ini jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan
yang mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada. ¾
Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru
yang aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan
prosedur penggunaan peralatan.
b. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan
pekerja, sebagai contoh, memisahkan ruang mesin yang bergetar
dengan ruang kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran, dsb.
c. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko
sakit, misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.
2. Rekayasa Manajemen
Rekayasa Manejemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai
berikut :
a. Pendidikan dan pelatihan Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja
menjadi lebih memahami lingkungan dan alat kerja sehingga
diharapkan dapat melakukan penyesuaian dan inovatf dalam
melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap resiko sakit akibat
kerja
b. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti
disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik
pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan
terhadap sumber bahaya.
c. Pengawasan yang intensif Melalui pengawasan yang intensif dapat
dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap kumungkinan
terjadinya resiko sakit akibat kerja.
19
1. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan,
meningkatkan gizi yang baik, pengembangan kepribadian,
perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang
memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi
tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi,
hygiene perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap
bahaya dan kecelakaan kerja dengan menggunakan alat pelindung
diri (APD) seperti helm, kacamata kerja, masker, penutup telinga (ear
muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung tangan, dan sebagainya.
3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan
titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya:
memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif,
mengobati tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan
mempekerjakan kemali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat
mungkin perusahaan mencoba menempatkan keryawan-karyawan
cacat di jabatan yang sesuai.
20
BAB VIII
PENUTUP
KESIMPULAN
Gangguan Muskuloskeletal merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kerja yang
ditandai dengan kerusakan sistem muskuloskeletal seperti kerusakan otot, sendi,
ligament dan tendon. Gangguan ini disebakan oleh tugas kerja yang berulang,
pengerahan tenaga melebihi batas, getaran, kompresi mekanik dengan menekan
permukaan keras berlebihan atau posisi canggung sewaktu bekerja. Jika gangguan
muskuloskeletal ini dibiarkan begitu saja, maka akan berdampak besar bagi kualitas
hidup pekerja maupun kerugian pada industri. Maka dari itu perlu adanya
pencegahan dari pihak industri yang bersangkutan meliputi pencegahan primer,
sekunder dan tersier.
21
DAFTAR PUSTAKA
https://books.google.co.id/books?id=t_S_F7iYVJAC&pg=PA79&dq=survey+adalah&h
l=id&sa=X&ved=0ahUKEwjS-
9v5jtTdAhXWfH0KHVTaCEYQ6AEILTAB#v=onepage&q=survey%20ad
alah&f=false Diakses 13 November 2018
ILO, 2014. Safety and Health at Work: A Vision for Sustainable Prevention.
ILO, 2014. Safety and Health at Work: A Vision for Sustainable Prevention.
http://www.ilo.org/WCMS_301214.htm Diakses 13 November 2018
22
Nurliah, A. (2012) ‘UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS RISIKO
MUSCULOSKELETAL DISORDERS ( Penyakit sistem musculoskletal )
PADA OPERATOR FORKLIFT DI PT . LLI TAHUN 2012 UNIVERSITAS
INDONESIA ANALISIS RISIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (
Penyakit sistem musculoskletal ) PADA OPERATOR FORKLIFT DI PT . LLI
TAHUN 2012’
Octaviani, Dian. 2017. Hubungan Postur Kerja Dan Faktor Lain Terhadap Keluhan
Musculoskeletal Disorder’s (Msds) Pada Sopir Bus Antar Provinsi Di
Bandar Lampung. Lampung : Universitas Lampung
Rahardjo W. 2005. Peran Faktor-faktor Psikososial dan Keselamata Kerja pada Jenis
Pekerjaan yang Bersifat ISO-STRAIN. Jakarta: Seminar Nasional PESAT
Romli, Khomsahrial. 2014. Komunikasi Organisasi Lengkap (edisi Revisi). Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Salawati, L. (2015) ‘Penyakit akibat kerja dan pencegahan’, Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala, 15(Nomor 2), pp. 91–95. Available at:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=428813&val=3947&title
PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENCEGAHAN.
Saleh, Lalu Muhammad. 2018. Man Behind The Scene Aviation Safety. Jakarta:
Deepublish
Sugiarto, Bertha. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Sulianta, Feri. 2014. Rahasia dan Trik IT Paling dicari. Jakata: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
23
Wahidin, R. et al., 2013. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
GANNGUANMUSKULOSKELETAL PADA CLEANING SERVICEDI
RSUP DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR. Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Universitas Hassanudin Makassar.
24