Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data dari International Labour Organization, lebih dari dua juta orang
meninggal setiap tahun akibat kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.Hal ini
tentu harus diikuti dengan perencanaan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan
tingkat keselamatan tenaga kerja agar memiliki produktivitas yang tinggi. Menurut
laporan Global Estimates Fatalities in 2002 Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)
sebanyak 6.000 pekerja di seluruh dunia kehilangan nyawa mereka setiap hari akibat
kecelakaan, luka-luka, serta berbagai penyakit di tempat kerja. Pada kenyataannya,
banyak negara memiliki tingkat keselamatan di tempat kerja yang memprihatinkan.
Seperti di Thailand terdapat sekitar 769 orang terbunuh dalam kecelakaan kerja tahun
2003, atau bertambah lebih dari 18 persen dibandingkan dengan tingkat kecelakaan pada
tahun 2002. Jumlah korban juga bertambah, sekitar 189.621 orang pada tahun 2001
hingga lebih dari 200.000 orang pada tahun 2003, atau setara dengan 600 kecelakaan
setiap hari.1
Menurut laporan World Competitiveness Year Book ILO, kualitas tenaga kerja
maupun keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia pada tahun 2001 berada di posisi
ke 110 dari 173 negara di dunia. Sementara itu ditinjau dari tingkat kecelakaan kerja,
Indonesia berada pada rangking 26 dari 27 negara di dunia. Peringkat ini jauh di bawah
Malaysia dan Thailand yang berada di posisi 16 dan 22, dan tentunya akan mempengaruhi
daya saing di pasar Internasional.2
Standar keselamatan kerja di Indonesia paling buruk dibandingkan dengan negara
di kawasan Asia Tenggara lainnya. Indikator hal tersebut adalah selama tujuh bulan
pertama 2003 di Indonesia tercatat sedikitnya 51.528 kecelakaan kerja, sedangkan tahun
2002 berjumlah 103.804 kasus.1 Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia selama 2005,
sebanyak 95.418 kasus merupakan tingkat kecelakaan kerja tertinggi di ASEAN. Menurut
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) dari 95.418 kasus itu
mengakibatkan 1.736 pekerja meninggal dunia, 6.114 mengalami cacat ringan, 60 pekerja
cacat total, dan 2.932 cacat sebagian.3 Data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
menyebutkan pada tahun 2006, sedikitnya terjadi 92.200 kasus kecelakaan kerja di
Indonesia, atau hanya turun 4.000 kasus dari tahun 2005.4

Sebagai gambaran, diinformasikan bahwa pertumbuhan industrimanufaktur di


Indonesia tahun 2003 2004 rata-rata 6,8% dan kontribusinya terhadap sektor
perekonomian sekitar 25%. Pertumbuhan tersebut masih di bawah pertumbuhan rata-rata
sebelum krisis ekonomi, namun demikian pada triwulan pertama tahun 2005 industri
manufaktur tumbuh sebesar 8,11%. Salah satu industri manufaktur adalah industri
elektronika.4 Karakteristik industri elektronika adalah mengoperasikan mesin atau
peralatan dengan tenaga besar, mesin atau peralatan tersebut dapat beroperasi secara
otomatis atau setengah otomatis atau beroperasi dengan menggunakan bahan kimia yang
korosif. Menurut penelitian yang dilakukan di Taiwan, kecelakaan kerja yang banyak
terjadi di industri adalah terpotong, teriris, serta tergores (60,74 %) oleh alat operasi
manual dan tertabrak oleh mesin pengangkut (69%).4
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja, maka
tingkat kesehatan tenaga kerja, bahaya potensial, serta risiko kecelakaan kerja di
lingkungan kerja perlu mendapat perhatian. Hal tersebut dapat dianalisa melalui ilmu
kedokteran okupasi yang mempelajari pengaruh lingkungan kerja terhadap kesehatan
individu.
Bahaya potensial yang terdapat di lingkungan kerja dapat berupa fisik, kimia,
biologis, ergonomic, dan psikologis.Salah satu bahaya potensial yang banyak terpajan
pada para pekerja adalah bahaya fisik berupa bising.Tingkat bising yang tinggi di
lingkungan kerja dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang berujung pada tingkat
kecacatan yang tinggi.Gangguan tersebut berpotensi untuk menurunkan produktivitas
kerja serta memiliki bahaya potensial risiko kerja.
Laporan ini merupakan hasil plant survey di Pabrik Kerupuk Ikan Gina Gani
Bengkulu. Dalam laporan ini akan dibahas mengenai bahaya potensial kerja khususnya
bahaya fisik di Pabrik Kerupuk Ikan Gina Gani Bengkulu. Dengan diketahuinya risiko
kecelakaan kerja maka dapat dilakukan penilaian perihal program pencegahan kecelakaan
kerja yang telah dilakukan. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk mengusulkan
program pencegahan yang dapat membantu mengurangi risiko kecelakaan kerja di Pabrik
Kerupuk Ikan Gina Gani Bengkulu.
1.2 Permasalahan
Terdapatnya bahaya potensial fisik, terutama berupa kelainan tulang belakang dan
suhu yang panas serta ruangan yang pengap yang berpengaruh pada kesehatan dan
keselamatan pekerja Pabrik Kerupuk Ikan Gina Gani di Sawah Lebar Kota Bengkulu.
2

1.3 Tujuan
1.3.1

Tujuan Umum
Dapat diketahui dan dipahaminya kinerja program K3 serta bahaya potensial
di Pabrik Kerupuk Ikan Gina Gani.

1.3.2

Tujuan Khusus
1. Teridentifikasi bahaya potensial fisik dan risiko kecelakaan terutama
kesehatan tulang belakang kerja di Pabrik Kerupuk Ikan Gina Gani.
2. Diketahui upaya pelaksanaan program K3 di Pabrik Kerupuk Ikan Gina Gani.
3. Diketahuinya masalah dalam pelaksanaan program K3 di Pabrik Kerupuk Ikan
Gina Gani.
4. Diketahui usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pabrik dalam mengatasi
masalah berkaitan dengan risiko kecelakaan kerja yang ditemukan.
5. Tersusunnya saran untuk Pabrik Kerupuk Ikan Gina Gani sebagai upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit akibat kerja khususnya dalam bidang
fisik.

1.4 Manfaat
1.4.1

Manfaat bagi Mahasiswa


1. Meningkatkan pengetahuan tentang kedokteran kerja, yaitu identifikasi dan
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat dan atau berhubungan dengan
pekerjaan.
2. Mengetahui tentang masalah risiko kecelakaan kerja dan penggunaan alat
pelindung diri.

1.4.2

Manfaat bagi Perusahaan


1. Memperoleh masukan mengenai bahaya potensial kesehatan dan keselamatan
kerja yang diidentifikasi di lingkungan kerja.
2. Memperoleh masukan mengenai upaya pencegahan yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan efektifitas program pencegahan bahaya potensial
kesehatan dan keselamatan kerja.

1.4.3

Manfaat bagi Universitas


1.

Sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi Universitas Bengkulu

dalam pengabdian terhadap masyarakat


2.
Meningkatkan kerja sama antara mahasiswa, staf pengajar, pimpinan
fakultas dan universitas.
1.5 Metodologi

Penilaian dilakukan dengan metode observasional deskriptif. Data yang didapat


merupakan data primer dan sekunder yang didapat saat kunjungan ke pabrik. Penilaian
dilakukan menggunakan tabel bahaya potensial dan risiko kecelakaan kerja, data
sekunder, wawancara dengan supervisor K3, serta studi pustaka.

BAB II
4

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tulang Belakang

2.1.1

Anatomi
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi
atas 2 bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis
(sebagai artikulasi), dan ditopang oleh ligamnetum longitudinale anterior dan
posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis
vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot
penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebra antara satu
dan lain dihubungkan dengan sendi.
Diskus intervertebralis baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya adalah
bangunan yang tidak peka nyeri,dan yang merupakan bagian peka nyeri adalah:

Lig. Longitudinale anterior


Lig. Longitudinale posterior
Corpus vertebra dan periosteumnya
Articulatio zygoapophyseal
Lig. Supraspinosum.
Stabilitas vertebrae tergantung pada integritas korpus vertebra dan diskus
intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot
(aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap kolumna vertebrale ini stabilitas

daerah pinggang sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan reflek otototot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring.
2.1 Lower Back Pain (Nyeri Punggung Bawah)
2.1.1 Definisi
Nyeri punggung bawah adalah nyeri pada daerah punggung bawah yang berkaitan
dengan masalah vertebra lumbar, diskus intervertebralis, ligamentum di antara
tulang belakang dengan diskus, medula spinalis, dan saraf otot punggung bawah,
organ internal pada pelvis dan abdomen atau kulit yang menutupi area lumbar
Sedangkan menurut Kravitz (2009) nyeri punggung bawah mengacu pada nyeri di
daerah lumbosakral tulang belakang meliputi jarak dari vertebra lumbar pertama
ke tulang vertebra sacral pertama. Ini adalah area tulang belakang dimana bentuk
kurva lordotic. Yang paling sering menyebabkan nyeri pinggang adalah di segmen
lumbal 4 dan 5.
2.1.2

Prevalensi
Low Back Pain (LBP) atau sering akrab dipanggil nyeri punggung bawah
ini merupakan masalah klinik yang sering terjadi pada sebagian mayoritas di
masyarakat. Nyeri punggung bawah sering dijumpai dan cukup mengganggu.
Nyeri punggung bawah merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama.
Insiden LBP di Amerika Serikat adalah sekitar 5%
orang dewasa. Kurang lebihnya 60%-80% individu setidaknya pernah
mengalami nyeri punggung dalam hidupnya.4 Nyeri punggung bawah pada
hakekatnya merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit
spesifik. Penyebab nyeri punggung bawah antara lain kelainan muskuloskeletal,
sistem saraf, vaskuler, viceral, dan psikogenik.
Low Back Pain merupakan salah satu keluhan yang dirasakan oleh sebagian
besar pekerja, biasanya mulai dirasakan pada usia 25 tahun, dan meningkat pada
usia 50 tahun. Kebanyakan penyebab nyeri punggung ialah terkait pekerjaan dan
injury. Biasanya nyeri punggung baru dirasakan pertama kali ketika seseorang
mengangkat beban berat, bergerak tiba-tiba, duduk lama, ataupun terkena trauma
dan kecelakaan. Nyeri punggung yang terjadi segera setelah melakukan aktivitas
atau terjadinya benturan mekanis, dikategorikan sebagai nyeri punggung akut.

Nyeri punggung akut kebanyakan disebabkan oleh trauma tiba-tiba yang terjadi
pada otot, ligamentum, tulang, dan saraf di tulang spina (punggung).
Pekerjaan merupakan salah satu faktor resiko yang dapat mempengaruhi
terjadinya LBP, terutama pada daerah diskus intervertebralis. LBP rentan pada
Lumbal 4 - Lumbal 5 dan Lumbal 5 - Sakral 1. Bekerja dengan posisi duduk
dalam waktu yang lama dan sering mengangkat banyak beban berat terlalu lama
dapat meningkatkan resiko keluhan LBP
2.1.3

Etiologi dan Faktor Risiko


1. Proses degeneratif, seperi spondilosis, HNP, stenosis spinalis, dan
osteoartritis. Perubahan pada vertebrata lumbosakral dapat terjadi pada arkus
dan prosesus artikularis serta ligamen yang menguhubungkan antar ruas
tulang belakang. Perubahan degeneratif juga dapat menyerang anulus fibrosus
dari diskus intervertebralis
2. Umur. Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur.
Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh
siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang
dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan
dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada
umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang
berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade
kelima.Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat
hingga umur sekitar 55 tahun.
3. Jenis Kelamin. Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap
keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya
jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri
pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada
saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat
menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen
sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
4. Indeks Masa Tubuh (IMT). Pada orang yang memiliki berat badan yang
berlebih risiko timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi
penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan
terjadinya nyeri pinggang. Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu

tubuh sebagai lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk


mengangkat beban tubuh.
5. Pekerjaan. Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat
beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran
penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu,
misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya
setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan
memperbesar risiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.
6. Aktivitas / Olahraga. Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri
pinggang yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh
yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur,
mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri
pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi
punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang
seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri
yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi
tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur
yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian
tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung
membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya
beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.Selain sikap tubuh
yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti
melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari,
melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam
dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari,
berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan risiko
timbulnya nyeri pinggang.
7. Posisi Tubuh. Posisi lumbar yang berisiko menyebabkan terjadinya nyeri
punggung bawah ialah fleksi ke depan, rotasi, dan mengangkat beban yang
berat dengan tangan yang terbentang. Beban aksial pada jangka pendek
ditahan oleh serat kolagen annular di diskus. Beban aksial yang lebih lama
akan memberi tekanan pada fibrosis annular dan meningkatkan tekanan pada
lempeng ujung. Jika annulus dan lempeng ujung utuh, maka beban dapat
ditahan. Akan tetapi , daya kompresi dari otot dan beban muatan dapat

meingkatkan tekanan intradiskus yang melebihi kekuatan annulus, sehingga


menyebabkan robeknya annulus dan gangguan diskus.
2.1.4

Patogenesis
Ada beberapa mekanisme yang telah diajukan mengenai proses perkembangan
nyeri punggung dan kelumpuhan yang bisa digunakan untuk menentukan apakah
proses patologis yang terlihat pada gambaran radiologis berhubungan dengan
gejala yang dialami pasien. Nyeri pada bagian manapun memerlukan perlepasan
dari agen-agen inflamasi yang menstimulasi reseptor nyeri dan menyebabkan
sensasi nyeri pada jaringan, tulang belakang merupakan struktur yang unik karena
memiliki banyak jaringan di sekitarnya yang dapat memicu nyeri. Inflamasi pada
sendi tulang belakang, intervertebral diskus, ligamen dan otot, meninges dan akar
saraf dapat menyebabkan nyeri pada punggung bawah. Jaringan-jaringan ini
memberikan respon terhadap nyeri dengan melepaskan beberapa agen kimia
seperti

bradikinin,

prostalglandin

dan

leukotrin.

Agen-agen

kimia

ini

mengaktifkan ujung saraf dan menyebabkan impuls yang menjalar ke korda


spinalis. Saraf-saraf nosiseptif yang teraktivasi akan melepaskan neuropeptida,
dimana yang paling banyak adalah substansi P. Neuropeptida ini bekerja pada
pembuluh darah, menyebabkan ekstravasasi, dan menstimulasi sel mast untuk
melepas histamin dan melebarkan pembuluh darah. Sel mast juga melepaskan
leukotrin dan agen-agen inflamasi lainnya yang menarik leukosit dan monosit.
Proses tersebut menghasilkan gejalagejala inflamasi seperti pembengkakan
jaringan, kongesti vaskular, dan stimulasi ujung-ujung saraf bebas. Impuls nyeri
tersebut dihasilkan oleh jaringan tulang belakang yang mengalami inflamasi.
Korda spinalis dan otak memiliki mekanisme khusus dalam memodifikasi nyeri
yang berasal dari daerah jaringan spinal. Di korda spinalis, impuls nyeri
terkonversi pada neuron yang juga menjadi reseptor sensoris. Hal ini
menyebabkan perubahan derajat sensasi nyeri yang ditransmisikan ke otak melalui
proses yang disebut gate control system. Impuls nyeri selanjutnya akan masuk ke
proses yang kompleks dan berlangsung pada berbagai tingakatan sistem saraf
pusat. Otak akan mengeluarkan substansi kimiawi yang merespon nyeri yang
disebut endorfin. Endorfin merupakan analgesik alami yang dapat menghambat
respon terhadap nyeri melalui serotonorgic pathway.

2.1.5

Diagnosis
Ketika rasa sakit yang parah dan tidak hilang dalam waktu 6 sampai 12
minggu, diagnosis tambahan menjadi lebih penting untuk menentukan perawatan
lebih lanjut. Alat diagnostik mencakup:

X-ray:memberikan informasi pada tulang belakang,digunakan untuk menguji

ketidakstabilan tulang belakang,tumor dan patah tulang


CT scan:Menangkap penampang gambar cakram

belakang,dapat digunakan untuk memeriksa herniated disc atau spinal stenosis


Myelogram. Memungkinkan identifikasi masalah dalam tulang belakang,

tulang

dan

tulang

sumsum tulang belakang dan akar saraf. Suntikan pewarna kontras menerangi

tulang belakang sebelum x-ray atau CT-scan


MRI scan. Menampilkan rinci penampang komponen tulang belakang. Berguna
untuk menilai masalah dengan cakram lumbar dan akar saraf, serta
mengesampingkan penyebab nyeri punggung bawah seperti infeksi tulang
belakang atau tumor
Biasanya spesialis tulang belakang akan memiliki gambaran yang baik dari
penyebab nyeri pasien dari gejala-gejala pasien dan pemeriksaan fisik, dan akan
menggunakan tes diagnostik di atas untuk mengkonfirmasi dan mengklarifikasi
diagnosis dan / atau untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejala
- gejala pasien.

2.1.6

Penatalaksanaan
Jika penyebab spesifik terjadinya nyeri punggung bawah dapat diketahui,maka
perlu diatasi penyebab tersebut.Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk
penyebab nyeri muskuloskeletal.Tetapi terdapat beberapa tindakan yang dapat
membantu,biasanya tindakan ini juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri
akibat

penekanan

tulang

belakang

tindakan

ini

meliputi:

perbaiki

aktifitas,menggunakan obat pereda nyeri,kompres hangat atau dingin pada daerah


nyeri,dan olahraga. Untuk nyeri punggung bawah yang baru terjadi,penanganan
dimulai dengan mencegah aktivitas yang memberi stressor pada tulang
belakang,misalnya mengangkat benda berat dan membungkuk. Penggunaan
10

Acetaminophen terkadang dianjurkan untuk mengatasi nyeri.Jika terdapat


peradangan maka dapat digunakan obat NSAID yang dapat mengatasi nyeri dan
peradangan.jika keduanya tidak dapatmengatasi nyeri yang ada,maka dapat
digunakan

obat

golongan

Opioid.

Pemakaian

relaksan

otot

seperti

cyclobenzaprine, diazepam, atau methocarbamol, terkadang diperlukan untuk


mengatasi spasme otot, tapi kegunaannya sendiri masih kontroversial. Obat obat
ini tidak danjurkan oleh orang tua,karena lebih sering memberi efek samping.
2.1.7

Prognosis
Prognosis LBP baik pada tipe mekanik. Setelah 1 bulan pengobatan, 35%
pasien dilaporkan membaik, dan 85% pasien membaik setelah 3 bulan. Dilaporkan
tingkat kekumatan LBP mencapai 62% pada tahun pertama. Setelah 2 tahun, 80%
pasien setidaknya mengalami satu kali kekumatan.

2.1.8

Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah
dengan olahraga secara teratur.Latihan aerobik dan olahraga untuk meregangkan
dan mengencangkan otot sangat membantu. Aerobik, berenang, dan berjalan,
memperbaiki kebugaran tubuh secara menyeluruh dan juga memperkuat otot otot.
Latihan tertentu dapat meregangkan dan memperkuat otot-otot perut, bokong, dan
punggung sehingga dapat menstabilkan tulang punggung. Pada beberapa
orang,latihan peregangan dapat menambah nyeri punggung,untuk itu latihan perlu
dilakukan secara hatihati. Secara umum,olahraga dan kegiatan yang menimbulkan
atau menambah nyeri harus dikurangi dan kalau biosa dihentikan

BAB III
HASIL DAN DISKUSI

1.1 Profil Pabrik

11

Pabrik Kerupuk Gina Gani adalah pabrik kerupuk yang didirikan oleh Bapak Ismail
dan keluarga sejak tahun 1997 yang terletak di Kota Bengkulu, tepatnya di Jl. Merawan
14 Sawah Lebar. Dahulu pabrik ini terletak di Jl. Sepakat kemudian pada tahun 2008,
pabrik ini pindah ke tempatnya saat ini.
Pabrik Kerupuk Gina-Gani merupakan industri rumah tangga yang bertempat di
rumah pribadi keluarga bapak Ismail. Adapun kerupuk yang diproduksi di pabrik ini ada 2
jenis, yaitu kerupuk kemplang dan kerupuk jalin yang berbahan dasar sama. Fasilitas
yang terdapat di pabrik ini sangat sederhana antara lain dapur, toilet, dan tempat
menjemur kerupuk.
1.2 Struktur dan Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI PABRIK KERUPUK GINA-GANI


SAWAH LEBAR BENGKULU
Pemilik Pabrik
ISMAIL

Bendahara
Ny. ISMAIL

Unit Pencari
Bahan Baku

Unit Pencetak
Kerupuk

Unit Packing

1.3 Bahaya Potensial


TABEL : INDUSTRI KERUPUK GINA-GANI

12

Distributor

1.3.1

AMC (apron movement control )


Kebisingan di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan pendengaran dan
gangguan sistemik yang dalam waktu panjang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan dan penurunan produktifitas tenaga kerja. Salah satu gangguan
kesehatan yang terjadi akiba bising yang tinggi adalah noise induce hearing lost.
Gangguan ini dapat bersifat permanen sehingga menyebabkan kecacatan tuli.
Berdasarkan hasil observasi saat dilakukan kunjungan diketahui bahwa
Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu sudah mengidentifikasi sendiri bahaya
potensial yang ada di setiap bagian alur produksi secara berkala.Bandara
Fatmawati Soekarno Bengkulu juga telah menerapkan program K3, yaitu
pencegahan bahaya potensial yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Hal ini diimplementasikan melalui beberapa kebijakan yang bersifat
preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Walaupun perusahaan telah mengukur tingkat kebisingan di seluruh ruangan
pekerjaan, penulis tidak dapat mengobservasi sendiri tingkat kebisingan seluruh
ruangan yang ada karena waktu kunjungan yang terbatas dan bertepatan dengan
waktu istirahat pekerja.
Karyawan rata-rata bekerja 8 jam setiap harinya. Berdasarkan tinjauan
pustaka, tingkat kebisingan maksimal yang diperbolehkan selama 8 jam waktu
kerja adalah 85 dB. Hampir di seluruh ruangan dengan bahaya potensial bising
memiliki tingkat kebisingan di atas 85 dB. Oleh maka itu, diperlukan
pengendalian bising, yaitu dengan cara:

Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan memakai ear muff
(tutup telinga), ear plugs (sumbat telinga), dan helm pelindung kepala.

Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat dilakukan dengan cara:


13

o Memasang peredam suara.


o Menempatkan suara bising (mesin) di dalam suatu ruangan yang terpisah.
Upaya pengendalian bising yang sudah dilakukan perusahaan adalah dengan
menyediakan alat pelindung diri berupa sumbat telinga. Karyawan yang bekerja di
daerah yang bebas bahaya bising dengan tingkat kebisingan di bawah 85 dB tidak
diwajibkan memakai sumbat telinga, namun daerah dengan bahaya potensial
bising telah disediakan ear plugs. Menurut literatur, ear plugs walaupun
efektifitas peredaman suaranya sangat beragam, namun lebih efektif mengurangi
destruksi oleh suara di bawah 1kHz. Dengan menggunakan earplugs, dapat
mengurangi tingkat kebisingan sebesar 30 dB.Sedangkan bila menggunakan ear
muff, dapat mengurangi sekitar 45 dB, dan bila digabungkan dapat mengurangi 50
dB.
Bahaya potensial bagi pekerja yang bekerja di bagian AMC dititikberatkan
pada densitas kebisingan yang dihasilkan oleh pesawat terbang. Untuk mengatasi
bahaya tersebut, para pekerja diberikan alat pelindung diri. Sampai saat ini para
pekerja belum mengalami masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kebisingan yang dihasilkan oleh pesawat terbang. Hal tersebut dikarenakan para
pekerja menggunakan alat pelindung diri dengan baik dan benar.
Namun, walaupun hingga saat ini belum ada pekerja yang mengalami
gangguan pendengaran, perusahaan seharusnya memiliki program hearing
conservation sebagai upaya pencegahan primer di tempat kerja. Program ini
terdiri dari pemeriksaan audiometri berkala, audiometri prakerja, upaya deteksi
dini, penggunaan APD, pengawasan dan pengendalian administrasi.Yang belum
dilakukan perusahaan adalah audiometri prakerja untuk mengetahui tingkat
gangguan yang ada sebelum bekerja sehingga dapat mencegah gangguan di
kemudian hari.

1.3.2

AVSEC (aviation security )


X-ray memiliki bahaya potensial yang cukup tinggi bagi kesehatan
pekerja,seperti : penurunan daya penglihatan. Menghindari hal tersebut, pihak
bandara menghimbau para pekerja untuk mengganti shift jaga setiap 20 menit

14

sekali. Selain bahaya X-ray yang ditakutkan oleh para pekerja bagian AVSEC,
secara tidak langsung cara para pekerja duduk saat bekerja juga mempengaruhi
kesehatan bekerja dikarenakan selama mengamati monitor pekerja selalu duduk
didepan monitor.
1.4 ResikoKecelakaandanAlat Pelindung Diri
1.4.1 AMC
Penggunaan APD (alat pelindung diri)
Dari hasil survey pada semua pegawai bagian AMC didapatkan bahwa
para pegawai telah mengetahui secara pasti fungsi dan cara penggunaan alat
pelindung diri (APD). Alat pelindung diri yg digunakan pada bagian AMC
adalah helmet, ear muff, ear plug, shoes safety, rompi berwarna, kacamata, dan
papan berwarna(khusus untk bagian marshalling) yg telah disediakan oleh
bandara, dan apabila pegawai tidak menggunakan APD tersebut maka ada
sanksi teguran dari pihak bandara. Alat pelindung diri yg digunakan oleh para
pegawai melindungi para pegawai bagian AMC mengalami resiko kecelakaan,
para pegawai sampai saat ini belum ada yg mengalami kecelakaan saat
bekerja.
Namun, perlu diadakan follow-up berkala seperti seminar, penyuluhan,
atau pelatihan mengenai alat pelindung diri. Sesudahnya, perlu dilakukan
pengawasan terhadap seluruh pekerja.Bila pekerja masih lalai juga, dapat
diterapkan system reward and punishment.Reward dapat berupa gelar
karyawan teladan sedangkan bila lalai menggunakan APD dikenakan sanksi.
Sanksi dapat berupa teguran sampai pengurangan gaji. Bahkan dapat dikenai
sanksi pembatalan klaim tanggungan kesehatan bila terjadi penyakit akibat
kerja

1.4.2

AVSEC (Aviation Security)


Penggunaan APD (alat pelindung diri)
Dari hasil survey pada semua pegawai bagian AVSEC didapatkan bahwa
para pegawai telah mengetahui secara pasti fungsi dan cara penggunaan alat
15

pelindung diri (APD). Terkhusus untuk pegawai bagian AVSEC tidak


menggunakan alat pelindung diri(APD) untuk bekerja, tetapi dalam bekerja
mereka berganti rotasi setiap 20 menit untuk menghindari paparan radiasi dari
mesin x-ray.
1.5 KunjunganKlinik
1.5.1 Klinik KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan)
Klinik KKP di Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu mengeluarkan :
SIT (suratizinterbang)
Data penumpang Bayi, ibu hamil & lansia pada tahun 2014
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Jumlah

bayi
1
4
2
3
3
6
3
9
31

penumpang
Ibu hamil
7
19
10
14
22
22
16
23
133

lansia
14
7
8
12
1
3
1
4
50

Contoh surat yang diberikan untuk mendapatkan izin penerbangan :

16

SIPOS ( surat izin pengangkutan orang sakit )


Contoh surat izin pengangkutan orang sakit :

1.6 Keadaan Lingkungan Bandara


Kebersihan tempat kerja
17

Adapunfasilitas

yang

dimilikididalamtempatkerjaberupatoilet,kantin,

ruangistirahat.Untukkebersihannya di bagian tersebut sudah sangat bersih dan


terawat.Adapunpekerjakebersihan (cleaning servis) yang bertugas membersihkan
kantor bandara sebanyak 7 orang yang tersebar di beberapabagianbandara. Untuk
fasilitas yang ada diluar seperti mushola, tempat parkir, kursi tunggu penumpang,
toilet dan kantinjugasudahsangatbersihdanterawat.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

18

4.1 Kesimpulan
1. Control engineering
Bising dengan intensitas lebih dari 85 dB dalam waktu tertentu dapat mengakibatkan
ketulian. Oleh karena itu, bising pada pekerja bandara harus diusahakan lebih rendah
dari 85db. Hal ini diusahakan dengan cara meredam sumber bunyi dengan selalu
memakai alat pelindung diri lengkap.
2. Kontrol administrasi
Dalam upaya pencegahan dilakukan dgn menghindarkan pekerja dari tempat
kerja/lingkungan bising dengan melakukan rotasi atau pembatasan jam kerja.
4.2 Saran
1. Pengadaan pembaharuan alat pelindung diri secara rutin untuk meningkatkan
keselamatan para pekerja
2. Pengadaan tenaga kesehatan di poli bandara untuk mengoptimalkan pelayanan
kesehataan dilingkungan bandara.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Standar keselamatan kerja di Indonesia paling buruk di kawasan Asia Tenggara.
(online 1 juli 2004) [Diunduh tanggal 27September 2014]. Tersedia di: www.kompas.com
2. Anonim. Tingkat kecelakaan kerja di Indonesia. (online 24 Januari 2003) [Diunduh
tanggal 27September 2014]. Tersedia di: http://www.kaltimprov.go.id
19

3. Anonim. Kecelakaan kerja di RI tertinggi di ASEAN. (online 13 januari 2006) [Diunduh


tanggal 27September 2014]. Tersedia di: www.ham.go.id
4. Anonim. Kecelakaan kerja di Indonesia tertinggi di dunia. (online) [Diunduh tanggal
27September 2014]. Tersedia di: www.sinarharapan.co.id
5. Soetirto I. Tuli akibat bising ( Noise induced hearing loss ). Dalam : Soepardi EA,
Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI,
1990. h. 37-9.
6. Soetirto I, Bashiruddin J. Gangguan pendengaran akibat bising. Disampaikan pada
Simposium Penyakit THT Akibat Hubungan Kerja & Cacat Akibat Kecelakaan Kerja,
Jakarta, 2 Juni, 2001.
7. Stach BA. Clinical audiology an introduction. San Diego : Singular Publishing Group Inc,
1998. h.137-41.
8. Rabinowitz

PM.Noise-induced

hearing

loss.http://www.findarticles.com/

cf_0/m3225/9_61/62829109/print.jhtml
9. Heggins

II

,J.

The

effects

of

industrial

noise

on

hearing.

http://hubel.

sfasu.edu/courseinfo/SL98/hearing.html
10. Mahdi, Sedjawidada R. Prosedur penetuan persentase ketulian akibat bising industri.
Disampaikan pada PIT Perhati, Bukit Tinggi, 28-30 Oktober,1993.
11. Oetomo A, Suyitno S. Studi kasus gangguan pendengaran akibat bising di beberapa
pabrik di kota Semarang. Disampaikan pada PIT Perhati, Bukit Tinggi, 28-30
Oktober,1993.
12. Moore GF, Ogren FP, Yonkers AJ. Anatomy and embryology of the ear. Dalam : Lee KJ,
Ed. Textbook of otolaryngology and head and neck surgery. New York : Elsevier Science
Publishing,1989.h.10-20.
13. Adenan A. Kumpulan kuliah telinga. Bagian THT FK USU/RS Dr.Pirngadi. Medan.
14. Wright A. Anatomy and ultrastructure of the human ear. Dalam : Gleeson M, Ed. Scott
Browns Basic sciences. 6th Ed. Great Britain : Butterworth- Heinemann, 1997.h.1/1/2849.
15. Liston SL, Duvall AJ. Embriologi, anatomi dan fisiologi telinga. Dalam : Adams GL,
Boies LR, Higler PH, Ed. Buku ajar penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1997.h.27-38.
16. Hadjar E. Gangguan keseimbangan dan kelumpuhan nervus fasial.Dalam : Soepardi EA,
Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI,
1990. h. 75-7.
20

17. Oedono RMT. Penatalaksanaan penyakit akibat lingkungan kerja dibidang THT.
Disampaikan pada PIT Perhati, Batu-Malang, 27-29 Oktober, 1996.
18. Brookhouser

PE,

Worthington

DW, Kelly

WJ.

Noise-induced

hearing

loss.

http://www.uchsc.edu/sm/pmb/envh/noise.html
19. Melnick W. Industrial hearing conservation. Dalam : Katz J, Ed. Handbook of clinical
audiology. 4th ed. Baltimore : Williams & Wilkins, 1994.h.534-51.
20. Nasution AK. Pengaruh kebisingan pada pendengaran pandai besi. Skripsi. Bagian THT
FK USU.1991.
21. Harnita N. Pengaruh suara bising pada pendengaran karyawan pabrik gula Sei Semayang
di kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Bagian THT FK USU. 1995.
22. Dobie RA. Noise induced hearing loss. Dalam : Bailey BJ, Ed. Head and neck surgeryotolaryngology. Vol.2. Philadelphia : JB Lippincott Company, 1993.h.1782-91.
23. Alberti PW. Noise and the ear. Dalam : Stephens D, Ed. Scott- Browns Adult audiology.
6th ed. Great Britain : Butterworth-Heinemann, 1997.h. 2/11/1-34.

21

Anda mungkin juga menyukai