Sultan-sultan Johor Bilangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Sultan Mahmud Shah Sultan Alauddin Riayat Shah II (Raja Ali) Sultan Muzaffar Shah II Sultan Abdul Jalil Shah I Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Shah II (Raja Umar) Sultan Alauddin Riayat Shah III (Raja Mansur) Sultan Abdullah Ma'ayat Shah (Raja Bongsu) Sultan Abdul Jalil Shah III (Raja Bujang) Sultan Ibrahim Shah, Johor Sultan Mahmud Shah II Sultan Abdul Jalil IV (Bendahara Abdul Jalil) Sultan Abdul Jalil Rahmat Shah (Raja Kecil) Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah Sultan Abdul Jalil Muazzam Shah Sultan Ahmad Riayat Shah Sultan Mahmud Shah III Sultan Abdul Rahman Muazzam Shah Sultan Hussain Shah (Tengku Long) Sultan Ali (Tengku Ali) Raja Temenggung Tun Daeng Ibrahim Sultan Abu Bakar Sultan Ibrahim Sultan Ismail Sultan Iskandar Sultan Ibrahim Sultan Pemerintahan 1511 - 1528 1528 - 1564 1564 - 1579 1579 - 1580 1581 - 1597 1597 - 1615 1615 - 1623 1623 - 1677 1677 - 1685 1685 - 1699 1699 - 1720 1718 - 1722 1722 - 1760 1760 - 1761 1761 - 1761 1761 - 1812 1812 - 1819 1819 - 1835 1835 - 1877 1855 - 1862 1862 - 1895 1895 - 1959 1959 - 1981 1981 - 2010 2010
Abdul Jalil
Sultan Siak Sri Inderapura Pemerintahan 1723 1746 Nama lengkap Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I Raja Kecil putra Pagaruyung Gelar Yang Dipertuan Besar Johor Yang Dipertuan Besar Siak Tempat lahir Pagaruyung Tempat wafat Siak Penganti Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah II Dinasti Mauli
Sultan Abdul Jalil atau Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I, dikenal juga dengan panggilan Raja Kecil dari Pagaruyung, merupakan saudara dari Yang Dipertuan Pagaruyung Raja Alam Indermasyah, yang kemudian mendirikan kesultanan Siak Sri Inderapura.
[sunting] Biografi
Pada tahun 1716, Sultan Abdul Jalil diutus oleh Sultan Indermasyah untuk mewakili dirinya dalam menyelesaikan kesepakatan dagang dengan pihak VOC, pada awalnya pihak Belanda menolaknya, namun kemudian kembali datang surat dari Yang Dipertuan Pagaruyung, yang menegaskan status dari pada Sultan Abdul Jalil tersebut.[1] Berdasarkan Hikayat Siak, Raja Kecil merupakan putra dari Sultan Mahmud, Sultan Johor yang terbunuh, berdasarkan Hikayat Johor, Raja Kecil juga disebut sebagai pengelana pewaris Sultan Johor yang kalah dalam perebutan tahta Johor. Dari surat tersendiri Raja Kecil putra Pagaruyung kepada VOC, memberitahukan bahwa ia akan menuntut balas atas peristiwa terbunuhnya Sultan Mahmud dan kemudian menyerang Johor. Pada tahun 1717 Raja Kecil berhasil menguasai Kesultanan Johor sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai Sultan Johor, dengan gelar Yang Dipertuan Besar Johor, namun pada tahun 1722 karena pengkianatan beberapa bangsawan Johor, ia tersingkir dan kemudian pindah ke Siak serta mendirikan kerajaan baru pada tahun 1723. Sebelumnya dari catatan Belanda, juga mencatat di tahun 1674, ada datang utusan dari Johor untuk mencari bantuan bagi raja Minangkabau berperang melawan raja Jambi. Kemudian berdasarkan surat dari raja Jambi, Sultan Ingalaga kepada VOC pada tahun 1694, menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil dari Pagaruyung, hadir menjadi saksi perdamaian dari perselisihan mereka.[2]
Di tahun 1724-1726 Sultan Abdul Jalil melakukan perluasan wilayah, dimulai dengan memasukan Rokan ke dalam wilayah Kesultanan Siak, membangun pertahanan armada laut di Bintan bahkan di tahun 1740-1745 menaklukan beberapa kawasan di Kedah.
Makam Sultan Mahmud Mangkat Dijulang is a famous historical tomb in Kota Tinggi, Johor in Malaysia. It is situated in a village near Kota Tinggi town, Kampung Makam. Its main feature is the Tomb of Sultan Mahmud Shah, who was the last ruler of Johor descended from the Sultans of Malacca.
Bintanese still feared to come to Kota Tinggi. (Other versions of this story state that the curse lasts merely seven generations.)