Anda di halaman 1dari 20

Hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain.

Bukanlah definisi yang tepat untuk hasad adalah mengharapkan hilangnya nikmat Allah dari orang lain, bahkan semata-mata merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain itu sudah terhitung hasad baik diiringi harapan agar nikmat tersebut hilang ataupun sekedar merasa tidak suka. Demikianlah hasil pengkajian yang dilakukan oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyyah. Beliau menegaskan bahwa definisi hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Hasad memiliki banyak bahaya di antaranya: 1. Tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain pada hakikatnya adalah tidak suka dengan apa yang telah Allah takdirkan dan menentang takdir Allah. 2. Hasad itu akan melahap kebaikan seseorang sebagaimana api melahap kayu bakar yang kering karena biasanya orang yang hasad itu akan melanggar hak-hak orang yang tidak dia sukai dengan menyebutkan kejelekan-kejelekannya, berupaya agar orang lain membencinya, merendahkan martabatnya dll. Ini semua adalah dosa besar yang bisa melahap habis berbagai kebaikan yang ada. 3. Kesengsaraan yang ada di dalam hati orang yang hasad. Setiap kali dia saksikan tambahan nikmat yang didapatkan oleh orang lain maka dadanya terasa sesak dan bersusah hati. Akan selalu dia awasi orang yang tidak dia sukai dan setiap kali Allah memberi limpahan nikmat kepada orang lain maka dia berduka dan susah hati. 4. Memiliki sifat hasad adalah menyerupai karakter orang-orang Yahudi. Karena siapa saja yang memiliki ciri khas orang kafir maka dia menjadi bagian dari mereka dalam ciri khas tersebut. Nabi bersabda, Barang siapa menyerupai sekelompok orang maka dia bagian dari mereka. (HR Ahmad dan Abu Daud, shahih) 5. Seberapa pun besar kadar hasad seseorang, tidak mungkin baginya untuk menghilangkan nikmat yang telah Allah karuniakan. Jika telah disadari bahwa itu adalah suatu yang mustahil mengapa masih ada hasad di dalam hati. 6. Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Nabi bersabda, Kalian tidak akan beriman hingga menginginkan untuk saudaranya hal-hal yang dia inginkan untuk dirinya sendiri. (HR Bukhari dan Muslim). Tuntutan hadits di atas adalah merasa tidak suka dengan hilangnya nikmat Allah yang ada pada saudara sesama muslim. Jika engkau tidak merasa susah dengan hilangnya nikmat Allah dari seseorang maka engkau belum menginginkan untuk saudaramu sebagaimana yang kau inginkan untuk dirimu sendiri dan ini bertolak belakang dengan iman yang sempurna. 7. Hasad adalah penyebab meninggalkan berdoa meminta karunia Allah. Orang yang hasad selalu memikirkan nikmat yang ada pada orang lain sehingga tidak pernah berdoa meminta karunia Allah padahal Allah taala berfirman,

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada
[Type text]

bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. an Nisa: 32) 8. Hasad penyebab sikap meremehkan nikmat yang ada. Maksudnya orang yang hasad berpandangan bahwa dirinya tidak diberi nikmat. Orang yang dia dengki-lah yang mendapatkan nikmat yang lebih besar dari pada nikmat yang Allah berikan kepadanya. Pada saat demikian orang tersebut akan meremehkan nikmat yang ada pada dirinya sehingga dia tidak mau menyukuri nikmat tersebut. 9. Hasad adalah akhlak tercela. Orang yang hasad mengawasi nikmat yang Allah berikan kepada orang-orang di sekelilingnya dan berusaha menjauhkan orang lain dari orang yang tidak sukai tersebut dengan cara merendahkan martabatnya, meremehkan kebaikan yang telah dia lakukan dll. 10. Ketika hasad timbul umumnya orang yang di dengki itu akan dizalimi sehingga orang yang di dengki itu punya hak di akhirat nanti untuk mengambil kebaikan orang yang dengki kepadanya. Jika kebaikannya sudah habis maka dosa orang yang di dengki akan dikurangi lalu diberikan kepada orang yang dengki. Setelah itu orang yang dengki tersebut akan dicampakkan ke dalam neraka. Ringkasnya, dengki adalah akhlak yang tercela, meskipun demikian sangat disayangkan hasad ini banyak ditemukan di antara para ulama dan dai serta di antara para pedagang. Orang yang punya profesi yang sama itu umumnya saling dengki. Namun sangat disayangkan di antara para ulama dan para dai itu lebih besar. Padahal sepantasnya dan seharusnya mereka adalah orangorang yang sangat menjauhi sifat hasad dan manusia yang paling mendekati kesempurnaan dalam masalah akhlak.

[Type text]

Hasad
unduk | Akhlaq, Mimbar Jum'at | Wednesday, May 27th, 2009 Dosa hasad merupakan dosa yang pertama dilakukan iblis yang enggan tunduk memberi penghormatan kepada Adam as sehingga ia dikutuk Allah SWT. Sedang dosa yang pertama muncul di bumi ialah dosa yang dilakukan Qabil karena hasad kepada saudaranya sendiri yang bernama Habil. Habil dibunuh Qabil yang hasad karena iri akan nikmat yang diperoleh Habil yang qurbannya diterima Allah SWT. Di dalam Al-Quran dikisahkan: Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurutyangsebenarnya, ketika keduanya memper-sembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). la berkata (Qabil): Aku pasti membunuhmu! Berkata Habil: Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa. Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini? Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal (QS. Al-Maidah[5]: 27-31). Oleh karena itu, dalam QS. Al-Falaq [113] ayat 5 Allah S WT menginformasikan kepada kita untuk senantiasa memohon perlindungan kepada-Nya dari kejahatan orang yang hasad apabila ia hasad. Hasad mempunyai pengertian secara bahasa berarti dengki, benci. Sedangkan menurut istilah yaitu membenci nikmat Allah SWT yang dianugerahkan kepada orang lain, dengan keinginan agar nikmat yang didapat orang tersebut segera hilang atau terhapus. Lebih jauh para pakar mengemukakan pengertian hasad sebagai berikut: 1. Menurut Al-Jurjani Al-Hanafi dalam kitabnya, hasad ialah menginginkan atau mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki (mahsud) supaya berpindah kepadanya (orang yang mendengki atau hasad).
[Type text]

2. Menurut Imam al-Ghazali hasad ialah membenci nikmat Allah SWTyang ada pada diri orang lain, serta menyukai hilangnya nikmat tersebut. 3. Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya hasad ialah kerja emosional yang berhubungan dengan keinginan agar nikmat yang diberikan Allah S WT kepada seseorang dari hambaNya hilang dari padanya. Baik cara yang dipergunakan oleh orang yang dengki itu dengan tindakan supaya nikmat itu lenyap dari padanya atas dasar iri hati, atau cukup dengan keinginan saja. Yang jelas motif dari tindakan itu adalah kejahatan. Bila kita simak dengan seksama pengertian-pengertian yang dikemukakan di atas, nampak dengan jelas bahwa perilaku hasad atau dengki adalah penyakit rohani, yang akan sangat mempengaruhi eksistensi amal kebaikan yang dilakukan seseorang. Hal ini sebagaimana dinyatakan Rasulullah Saw dalam sabdanya, Jauhilah oleh kamu sekalian sikap hasad (dengki), karena sesungguhnya sikap hasad itu memakan (menghabiskan) kebaikankebaikan sebagaimana api memakan (menghabiskan) kayu bakar. (HR. Abu Daud -Ibnu Majah dari Abu Hurairah). Yang sangat menarik dari redaksional hadits di atas adalah kata hasad dalam bentuk mufrad (singular) dan hasanaat dalam bentuk jamak (plurat), ini artinya satu kali berbuat hasad akan berakibat kepada rusaknya amal-amal kebaikan yang pernah dilakukan. Oleh karena itu prilaku hasad sebagaimana diutarakan diatas adalah termasuk satu dari jenisjenis per-buatan yang terlarang. Rasulullah Saw bersabda, Janganlah kamu sekalian saling menghasud, saling membenci, saling memata-matai, saling membukakan aib, saling tipu dan saling menjatuhkan, tapi jadilah kamu sekalian hamba Allah yang bersaudara. (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra.). Kendati demikian, perlu diketahui bahwa ada pula prilaku hasad yang dibolehkan, karena berdampak positif, yang dalam istilah lainnya disebut dengan al-ghibtah. Hasad dalam arti alghibtah ini dijelaskan dalam hadits Rasulullah Saw: Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal, yaitu (hasad kepada) orang-orang yang diberi kemampuan (membaca) al-Quran oleh Allah, lalu dia menegakkan (melaksanakan membaca) alQuran baik diwaktu siang ataupun malam dan (hasad kepada) orang-orang yang diberi harta oleh Allah lalu dia infakkan baik diwaktu malam ataupun diwaktu siang. (HR Muslim).

[Type text]

Bahaya Hasad, Iri dan Dengki. Rasulullah Saw bersabda Hasad, iri, &, dangki akan mengerogoti dan memakan segala kebaikan sebagai mana api membakar kayu api yang kering. Jika seseorang melakukan amal kebaikan (shalat, puasa, infak dsb) ia sedang berada dalam wadah kebaikan yang akan mendapatkan pahala dari Allah Swt sebagai imbalanya. Namun, ada satu jenis penyakit yang sangat membahayakan sekali terhadap eksistensi/nilai amal maupun yang punya amal, dialah penyakit Hasad, iri dan dengki. Seperti yang di sabdakan Rasulullah Saw di atas, sehingga amal ibadah yang kita lakukan akan menjadi sia-sia belaka Minyak Abis samba indak lamak begitu kata orang MinangKabau mengibaratkanya. Orang pintar bilang, hidup ini adalah perjuangan, perjuangan butuh pengorbanan baik dalam ujud materi, tenaga maupun pikiran. Begitu juga dalam mengarungi lautan kehidupan ini, hidup dalam bermasyarakat apalagi di zaman sekarang (moderen), baik dalam berelasi, berkongsi, berserikat dsb kecendrungan untuk selalu menjadi yang terdepan dalam meraih hasil yang terbanyak sangatlah tinggi ( baca: persaingan). Jikalau diri sampai lepas kontrol dalam meyingkapinya jelas kegagalanlah yang akan menghampiri kita, yang berimbas pada kegalauan pikiran dan kegoncangan jiwa, yang di iringi dengan munculnya berbagai macam penyakit seperti stres, depresi, tekanan jiwa, sampai pada penyakit hati yang sangat berbahaya seperti lahirnya sifat hasad, iri dan dengki. Jelas sangat tidak rasional sekali pergi ketempat-tempat yang dianggap keramat meminta dan memohon padanya supaya orang lain yang sukses karena memang hasil jerih payahnya sendiri, agar menjadi hancur dan gagal. Sangat ironi sekali sebagai umat islam yang mengaku beriman dan selalu bersyukur masuk rumah sakit hanya gara-gara mendengar/di perdengarkan tetangga kita membeli televisi, kulkas, rumah baru, mobil baru dsb. Namun, hal ini akan jauh dari kehidupan kita kalau tabiat dan sifat-sifat yang di larang agama, baik secara luas maupun sempit, baik secara umum maupun khusus, serta selalu mengutamakan sifat syukur nikmat, lapang dada, sabar, saling berbagi dsb. Apalagi hal ini bisa kita terapkan di bulan penuh ampunan yang beberapa bulan lagi akan datang ( Ramadhan), agar apa yang menjadi tujuan dari ibadah puasa tersebut (yaitu taqwa) dapat kita raih dengan kemenangan yang spektakuler menuju pada kefitrahan diri (Insya Allah). Jangan seperti yang Rasulullah Saw sabdakan ini Banyak orang yang berpuasa tidak memperoleh apa-apa kecuali hanya sekedar lapar dan dahaga . hal inilah yang sangat beliau takutkan menimpa umatnya hanya gara-gara memendam sifat hasad, iri, dengki, suka memfitnah, bergunjing, mencela dsb yang berakibat buruk sekali terhadap amalan mereka serta sangat di larang sekali oleh ajaran agama islam. Dengki pada hakekatnya berkorelasi dengan konstelasi pribadi seseorang yang berhubungan dengan usaha untuk memuaskan diri sendiri, senang melihat orang lain di timpa kesusahan dan susah melihat orang lain mendapat nikmat. Pada dasarnya pendengki akhlaknya sangat buruk sekali, pikiranya kotor serta selalu mencari kesalahan orang lain dengan berbagai macam cara. Namun sejahat-jahat sifat hasad, iri, dengki adalah ulama yang memiliki sifat ini, karena ia akan memakai dalil-dalil dalam Al Quran

[Type text]

dan Sunah Saw untuk melancarkan sifatnya tersebut. Namun, sejauh mana seseorang dalam eksistensinya telah mencapai apa yang di inginkanya. Jika seseorang telah mencapai keadaan itu, ia tak mudah memperoleh rangsangan yang mudah membangkitkan dan untuk memperoleh keinginan dari luar, atau ingin memiliki sesuatu yang di miliki orang lain. Eksistensi pribadi yang rapuh&goyah menyebabkan mudah timbulnya berbagai keinginan untuk menyamai, melebihi, atau bahkan menguasai orang lain dengan maksud menentramkan dan memakmurkan dirinya sendiri yang biasanya berhubungan dengan sistim kebutuhan/materi maupun dalam hal pangkat dan jabatan. Sementara diri secara gaib akan di pengaruhi dan di goda Setan dan Iblis yang merupakan musuh yang nyata bagi manusia bahkan akan terus memompa dan memanas-manasi manusia dengan memunculkan keinginan-keinginan buruk untuk menghalalkan segala cara, yang berawal dari memperturutkan hawa nafsu. Atas keberadaan Setan dan Iblis ini yang akan terus berusaha membawa umat manusia ke lembah kenistaan dan kehinaan, telah di beritahukan Allah Swt dalam Qs Yassin-60 Bukankah Aku telah memerintahkan padamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah (menuruti bisikan Syaitan?). Sesungguhnya Syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu . Sabda Rasulullah Saw Telah masuk kedalam tubuhmu penyakit-penyakit umat terdahulu (yaitu)Hasad, Iri, Dengki, itulah yang akan membinasakan agama, bukan dengki dan iri mencukur rambut . ( Hr. Ahmad & Tarmizi ). Maksud hadis Rasulullah Saw di atas adalah bahwa hancurnya atau terpecahnya agama menjadi tercerai-berai, saling membenci, bermusuhan dan saling merusak tiada lain di sebabkan oleh sifat hasad, iri dan saling mendengki di antara penganutnya sendiri yang tak berkesudahan, dan membiarkan keadaan diri dan rohaninya di permainkan oleh tipu daya setan dan iblis. Bukankah Iblis di keluarkan dan di usir dari dalam sorga oleh Allah karena menyimpan sifat hasad, iri dan dengki dengan keberadaan Adam yang di nampakan dalam sikapnya yang sombong, angkuh dan pongah yang terkenal dengan istilah Aba wa Istaqbara atau aku lebih baik dari pada dia ?. Padahal Iblis di perintahkan Allah sujud pada Adam hanya untuk menghormati keberadaannya di dalam sorga yang akhirnya mencikal bakali kemunculan umat manusia di permukaan bumi ini. Begitu juga penyakit hasad, iri dan dengki ini juga menimpa anak keturunan Nabi Adam ( Qabil) yang terus di kompori oleh iblis untuk memiliki saudara kembar yang bukan haknya dengan melampiaskan kedengkian hatinya pada adiknya sendiri (Habil). Sehingga jatuhlah claim terhadap diri si Qabil sebagai pelaku pembunuhan pertama di atas bumi ini, sedangkan darah pertama yang membasahi bumi Allah ini adalah darah dari tubuh si Habil. Hal ini tidak akan pernah bisa di bendung sampai akhir zaman selama sifat hasad, iri, dengki sifat, sombong, pongah dan sifat-sifat buruk lainya tetap di pelihara dalam hati setiap manusia. Setiap pembunuhan yang terjadi di muka bumi ini sampai akhir zaman maka Qabil akan mendapat dosanya selain dosa si pembunuh tsb. Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat ini. Allah Swt berfiraman Dan carilah pada apa-apa yang telah di karuniakan Allah kepadamu dari kenikmatan dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain. Sebagaimana Allah telah berbuat baik kapadamu dan janganlah

[Type text]

kamu berbuat kerusakan di bumi ( Qs Al Qashash-77 ). Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih di cintai oleh Allah dari pada orang mukmin yang lemah ( Al Hadis ). Firman Allah dan hadis Saw di atas memerintahkan pada umat manusia untuk selalu berprilaku baik terhadap semua makhluk dan berlaku lemah lembut dalam usaha mencari kebahagiaan dunia wal akhirat dengan mempergunakan kekuatan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki ke jalan yang baik dan benar. Karena setiap manusia yang di ciptakan Allah ke atas dunia ini bukanlah untuk jadi pecundang dan sampah masyarakat tapi manusia itu telah di siapkan oleh Allah, berpotensi besar untuk menjadi orang yang berguna baik untuk diri sendiri, keluarga maupun untuk bangsa dan negara ini apalagi untuk kehidupan akherat kelak. Dalam hal ini sangat di anjurkan sekali mengambil dan mengupas keteladanan dari Rasulullah Saw yang telah tercatat sebagai manusia tersukses dunia akherat dalam sejarah umat manusia. Baru berumur 12 tahun saja sudah melakukan perjalanan jauh untuk berdagang, dan pada umur 25 tahun telah menjadi seorang pemuda yang memiliki akhlak mulia dan sangat terpercaya pribadinya. Dan yang sangat mengagumkan dan akan di kenang oleh seluruh umat islam di seluruh penjuru dunia ini adalah Beliau telah berhasil dengan sukses, walaupun tidak sedikit rintangan dan halangan sampai pada ancaman untuk merobah prikehidupan khususnya bangsa Arab (jahiliyah) ke arah yang

berprikemanusiaan, beradab dan berketuhanan. Mempersatukan masyarakat Arab dalam segala bidang dengan segala daya dan upaya hanya dalam kurun waktu 20 tahun. Yang menginspirasi berkembangnya ajaran islam ke seluruh pelosok dunia dengan segala nikmat yang di bawanya. Lalu bagaimana dengan negara yang sudah bebas dari belenggu penjajahan seperti Indonesia ini?, yang sudah merdeka lebih kurang sudah 60 tahun, namun masih ada yang tega membunuh, menghina dan mencaci-maki memperkosa hak-hak asasi manusia, tingkat korupsi yang semakin menggila, kasus busung lapar di mana-mana dalam negeri yang kaya raya dan masih banyak lagi untuk di sebutkan. Padahal negeri ini terkenal dengan tingkat kereligiusanya yang tinggi dan memiliki umat islam terbesar. Nampaknya, negara ini justru akan hancur oleh orang-orang cerdas yang pandai memutar balikan fakta, memelihara sifat hasad, iri dan dengki sehingga kelakuan tak obahnya seperti syaitan dan iblis yang selalu mementingkan diri sendiri. Hendaknya orang-orang yang berilmu selalu menerapkan dan memakai ilmu padi makin berisi makin merunduk itulah cerminan orang yang berilmu pengetahuan yang mulia, Yang melahirkan rasa tawadu bukan menyombongkan kelebihan dan berlaku aniaya. Untuk menjadi muslim yang sukses dan jauh dari sifat yang di larang agama seperti yang di rangkum di atas Beliau Saw berpesan.Tetapkanlah kesabaran dan tenang karena keyakinan akan adanya kekuasaan Allah lalu merencanakan segala sesuatu dengan rapi dan sekomprehensif mungkin dan selalu berdoa dan bertawakal pada-Nya. Tekun dan istiqamah dalam menghadapi kejemuan dan kebosanan yang terkadang datang tampa di undang, tegar dan sabar dalam menerima musibah,

[Type text]

tawadudan rendah hati, karena kesombongan, hasad, iri dan dengki merupakan sarana yang paling efektif untuk menjatuhkan harga diri dan martabat kita dan sangat di benci oleh Allah Aza Wajalla. Karena dari itu wahai umat islam marilah kita secara bersama membersihkan diri dan menjaga setiap amal ibadah kita dengan selalu bertaubat, menanamkan rasa syukur nikmat menjaga kesucian hati dan pikiran dari apa-apa yang akan mengotorinya. Semoga amal ibadah kita di balasi Allah dengan kebaikan dunia dan akherat Amin Berbagai Sumber.

[Type text]

Ummah wajib bersyukur, lapang dada atas nikmat yang dianugerahkan ALLAH memberikan nikmat-Nya pada semua hamba-Nya tetapi pembahagian itu tidak sama, ada yang diberi banyak dan ada pula sedikit. Semua itu bertujuan menguji hamba-Nya dalam kehidupan dunia ini. Ujian ini bagaikan api yang membersih dan memisahkan emas daripada campurannya. Dengan berbuat demikian, maka dapatlah dilihat mana yang benar-benar beriman dan tidak. Alangkah ruginya jika kita tidak mampu menghadapi ujian itu. Akibat daripada perbezaan, sering timbul sifat buruk seseorang terhadap orang lain. Permusuhan awal bermula antara Adam dan iblis. Iblis melanggar perintah Allah untuk sujud kepada Adam kerana hasadnya terhadap Adam. Iblis berasakan Allah tidak adil dalam perintah itu. Menurut iblis, dirinya lebih baik dan lebih layak daripada Adam untuk mendapat kemuliaan, malahan diminta sujud padanya. Iblis berkata seperti mana firman Allah yang bermaksud: Aku lebih baik darinya, Engkau ciptakan aku daripada api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah. (Surah al-Araf, ayat 12) Permusuhan makhluk Allah yang kedua pula berlaku antara orang kafir terhadap kaum mukminin, sehingga mereka mengerahkan segala kekuatan dan daya upaya untuk menjauhkan kaum mukmin daripada keimanan. Ini jelas daripada firman Allah yang bermaksud: Sebahagian besar ahli kitab inginkan supaya mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, kerana dengki yang (timbul) daripada diri mereka sendiri setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Surah alBaqarah, ayat 109) Hasad atau dengki diertikan sebagai sifat seseorang yang tidak suka orang lain lebih daripadanya atau tidak suka orang lain mendapatkan kenikmatan Allah. Ia ingin nikmat itu hilang daripada orang lain. Perasaan ini menghancurkan hasad tingkat tinggi dan paling jahat, seperti hasadnya iblis kepada Adam. Contoh hasad ialah apabila tetangga kita memiliki kelebihan harta benda, anak atau isteri yang cantik jelita, kedudukan dan nama baik dalam masyarakat, lalu kita iri dan dengki kepadanya, berusaha untuk merosakkannya. Sifat hasad dapat membuat orang berbuat zalim kepada tetangganya dengan menyebar gosip dan memburukkannya depan orang lain. Perbuatan itu sudah tentu akan menjadikan suasana bermasyarakat tidak kondusif dan buruk sekali.

[Type text]

Hasad sangat berbahaya dan mempunyai kesan buruk antaranya : - Sifat orang Yahudi yang dilaknat Allah, siapa yang memilikinya bererti menyerupai mereka. Allah berfirman yang bermaksud: Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran kurnia yang Allah telah berikan kepadanya. Sesungguhnya Kami memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (Surah an-Nisa, ayat 54) - Orang yang memiliki sifat hasad tidak dapat menyempurnakan imannya, sebab ia tidak akan dapat mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: Tidak sempurna iman salah seorang kamu sampai mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya. (Hadis Muttafaqun alaihi) Bahkan lebih parah daripada itu, orang yang hasad merasa sangat gembira bila saudaranya celaka dan binasa. - Ada dalam sifat hasad ini rasa tidak suka terhadap takdir yang Allah berikan kepadanya. Bukankah yang memberikan nikmat hanya Allah. Seakan-akan ia ingin berperanan aktif dalam penentuan takdir Allah dengan merasakan bahawa ia lebih layak mendapatkan nikmat itu daripada orang lain. - Apabila orang lain mendapat kenikmatan, semakin besar dan kuat api hasad dalam dirinya, sehingga ia selalu kecewa dan duka serta hatinya terbakar akibat api hasad itu. Menimbulkan sikap egois yang tinggi dan tidak menyukai kebaikan pada orang lain. - Hasad memakan kebaikan yang dimilikinya sebagaimana api membakar kayu yang kering. Ini yang dinyatakan Rasulullah SAW dalam sabdanya yang bermaksud: Jauhkanlah (oleh kamu) dengki (hasad) kerana ia akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar. (Hadis riwayat Abu Daud) - Menyusahkan diri sendiri, sebab ia tidak mampu mengubah takdir Allah sedikitpun. Allah sudah memberikan nikmat pada orang lain dan tidak akan terhalang oleh orang yang hasad walaupun ia berusaha, ia tidak akan mungkin mengubah takdir Allah. - Hasad mencegah pemiliknya daripada berbuat kebaikan dan manfaat. Ia selalu sibuk memikir dan melihat milik orang lain sehingga seluruh hidupnya hanya untuk memikirkan bagaimana datangnya kenikmatan pada orang lain dan bagaimana menghilangkannya. - Hasad dapat memecahkan persatuan, kesatuan, dan persaudaraan kaum muslimin. Sebab itu Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: Janganlah saling hasad dan jangan mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah saling bermusuhan serta saling mendiamkan dan jadilah kamu bersaudara. (Hadis riwayat Muslim) - Hidupnya tidak pernah tenang dan tenteram, apalagi bahagia. Orang yang hasad selalu dalam keadaan gundah gulana dan resah melihat orang lain lebih darinya. Alangkah ngerinya bahaya
[Type text]

dan kerosakan yang diakibatkan oleh dengki (hasad). Sebab itu sudah semestinya kita berusaha menanggalkan dan menghilangkannya daripada diri kita. Menyedari hakikat bahayanya perasaan hasad ini, maka sudah pasti kita harus berusaha menghindari dan menjauhkan diri dari sifat yang satu ini. Antara langkah mengatasi perasaan hasad ialah belajar dan memahami aqidah Islam sebenar. Memahami konsep takdir menurut syariat Islam, sehingga faham bahawa segala kenikmatan dan rezeki tidak lepas daripada ketentuan takdir Allah serta meyakini kenikmatan diberikan kepada setiap orang sesuai dengan hikmah yang diinginkan-Nya. Memandangkan dunia dengan segala perhiasannya sebagai sesuatu yang akan punah dengan cepat dan tidak seberapa dibanding akhirat. Demikian juga tujuan akhir kehidupan adalah akhirat yang kekal abadi. Firman Allah yang bermaksud: Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit lalu tumbuhlah dengan suburnya kerana air itu tanaman di bumi, antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu sudah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemiliknya mengira bahawa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanamannya) laksana tanam-tanamannya yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kelmarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda kekuasaan (Kami) kepada orang yang berfikir, Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (syura), dan menunjukkan orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (Surah Yunus, ayat 24-25) Mengingat keutamaan zuhud dan lapang dada terhadap nikmat yang Allah anugerahkan kepada orang lain serta kewajipan bersyukur terhadap nikmat yang dianugerahkan, semua ini akan menimbulkan sifat menerima dan kaya hati. Mudah-mudahan dengan selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan sifat hasad ini kita semua dimudahkan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. INTI PATI Kesan buruk hasad dengki:

Sifat orang Yahudi yang dilaknat Allah, siapa yang memilikinya bererti menyerupai mereka. Orang yang memiliki sifat hasad tidak dapat menyempurnakan imannya, sebab ia tidak akan dapat mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Ada dalam sifat hasad ini rasa tidak suka terhadap takdir yang Allah berikan kepadanya. Bukankah yang memberikan nikmat hanya Allah. Apabila orang lain mendapat kenikmatan, semakin besar dan kuat api hasad dalam dirinya, sehingga ia selalu kecewa dan duka serta hatinya terbakar akibat api hasad itu. Menimbulkan sikap egois yang tinggi dan tidak menyukai kebaikan orang lain.

[Type text]

Hasad memakan kebaikan yang dimilikinya sebagaimana api membakar kayu yang kering. Menyusahkan diri sendiri, sebab ia tidak mampu mengubah takdir Allah sedikitpun. Hasad mencegah pemiliknya daripada berbuat kebaikan dan manfaat. Hasad dapat memecahkan persatuan, kesatuan, dan persaudaraan kaum muslimin. Hidupnya tidak pernah tenang dan tenteram. Orang yang hasad selalu dalam keadaan gundah gulana dan resah melihat orang lain lebih darinya.

Hasad, Penyakit Umat Terdahulu yang Menjangkiti Kaum Muslimin Ditulis Oleh Administrator Monday, 14 April 2008 asad, bisa jadi adalah penyakit jiwa yang paling sering menjangkiti atau setidaknya pernah mendera kita tanpa disadari. Penyakit ini sesungguhnya adalah penyakit tertua yang menjadikan iblis membangkang kepada Allah Subhanahu wa Taala. Yang memilukan, penyakit ini kemudian banyak diwarisi kaum muslimin hingga sekarang. Maha Suci Allah Subhanahu wa Taala yang telah membagi-bagi perangai para hamba-Nya sebagaimana Ia telah membagi-bagi rizki di antara mereka. Di antara manusia ada yang dianugerahi perangai yang baik, jiwa yang bersih dan cinta terhadap saudaranya apa yang ia cintai bagi dirinya berupa kebaikan. Ada pula jenis manusia yang jelek perangainya, kotor jiwanya serta tidak suka terhadap kebaikan yang diperoleh saudaranya. Pengertian Hasad Ulama berbeda-beda dalam mendefinisikan hasad. Namun inti ungkapan mereka, hasad adalah sikap benci dan tidak senang terhadap apa yang dilihatnya berupa baiknya keadaan orang yang tidak disukainya. (Majmu Fatawa, Ibnu Taimiyyah rahimahullahu, 10/111) An-Nawawi rahimahullahu berkata: Hasad adalah menginginkan hilangnya nikmat dari yang memperolehnya, baik itu nikmat dalam agama ataupun dalam perkara dunia. (Riyadhush Shalihin, Bab Tahrimil Hasad, no. 270) Sebab-sebab Terjadinya Hasad Pada dasarnya, jiwa manusia memiliki tabiat menyukai kedudukan yang terpandang, dan tidak ingin ada yang menyaingi atau lebih tinggi darinya. Jika ada yang lebih tinggi darinya, ia pun sempit dada dan tidak menyukainya, serta ingin agar nikmat itu hilang dari saudaranya. Dari sini jelaslah bahwa hasad merupakan penyakit kejiwaan. Hasad merupakan penyakit kebanyakan orang. Tidak terbebas darinya kecuali segelintir manusia. Oleh karena itu dahulu dikatakan: Tiada jasad yang bebas dari sifat hasad. Akan tetapi orang yang jelek akan menampakkan hasadnya, sedangkan orang yang baik akan menyembunyikannya. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu pernah ditanya: Apakah seorang mukmin itu (memiliki sifat) hasad? Beliau rahimahullahu menjawab: Begitu cepatnya engkau lupa (tentang kisah hasad) saudara-saudara Nabi Yusuf alaihissalam. Namun sembunyikanlah hasad itu di dalam dadamu. Hal itu tidak akan membahayakanmu selagi tidak ditampakkan dengan tangan dan lisan. (Majmu Fatawa, Ibnu Taimiyyah rahimahullahu, 10/125)
[Type text]

Sebab-sebab terjadinya hasad banyak sekali. Di antaranya permusuhan, takabur (sombong), bangga diri, ambisi kepemimpinan, jeleknya jiwa serta kebakhilannya. Hasad yang paling dahsyat adalah yang ditimbulkan oleh permusuhan dan kebencian. Karena orang yang disakiti orang lain dengan sebab apapun, akan menumbuhkan kebencian dalam hatinya, serta tertanamnya api kedengkian dalam dirinya. Kedengkian itu menuntut adanya pembalasan, sehingga ketika musuhnya tertimpa bala` ia pun senang dan menyangka bahwa itu adalah pembalasan dari Allah Subhanahu wa Taala untuknya. Sebaliknya, jika yang dimusuhinya memperoleh nikmat, ia tidak senang. Maka, hasad senantiasa diiringi dengan kebencian dan permusuhan. Adapun hasad yang ditimbulkan oleh kesombongan, seperti bila orang yang setingkat dengannya memperoleh harta atau kedudukan maka ia khawatir orang tadi akan lebih tinggi darinya. Ini mirip hasad orang-orang kafir terhadap Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana yang dikisahkan Allah Subhanahu wa Taala: Kalian tidak lain kecuali manusia seperti kami. (Yasin: 15) Yakni mereka heran dan benci bila ada orang yang seperti mereka memperoleh derajat kerasulan, sehingga mereka pun membencinya. Demikian pula hasad yang ditimbulkan oleh ambisi kepemimpinan dan kedudukan. Misalnya ada orang yang tak ingin tertandingi dalam bidang tertentu. Ia ingin dikatakan sebagai satu-satunya orang yang mumpuni di bidang tersebut. Jika mendengar di pojok dunia ada yang menyamainya, ia tidak senang. Ia justru mengharapkan kematian orang itu serta hilangnya nikmat itu darinya. Begitu pula halnya dengan orang yang terkenal karena ahli ibadah, keberanian, kekayaan, atau yang lainnya, tidak ingin tersaingi oleh orang lain. Hal itu karena semata-mata ingin menyendiri dalam kepemimpinan dan kedudukan. Dahulu, ulama Yahudi mengingkari apa yang mereka ketahui tentang Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam serta tidak mau beriman kepadanya, karena khawatir tergesernya kedudukan mereka. Adapun hasad yang ditimbulkan oleh jeleknya jiwa serta bakhilnya hati terhadap hamba Allah Subhanahu wa Taala, bisa jadi orang semacam ini tidak punya ambisi kepemimpinan ataupun takabur (kesombongan). Namun jika disebutkan di sisinya tentang orang yang diberi nikmat oleh Allah Subhanahu wa Taala, sempitlah hatinya. Jika disebutkan keadaan manusia yang goncang serta susah hidupnya, ia bersenang hati. Orang yang seperti ini selalu menginginkan kemunduran orang lain, bakhil dengan nikmat Allah Subhanahu wa Taala atas para hamba-Nya. Seolah-olah manusia mengambil nikmat itu dari kekuasaan dan perbendaharaannya. Demikianlah, kebanyakan hasad yang terjadi di tengah-tengah manusia disebabkan faktor-faktor tadi. Dan seringnya terjadi antara orang-orang yang hidup sejaman, selevel, atau antar saudara. Oleh karena itu, anda dapati ada orang alim yang hasad terhadap alim lainnya, dan tidak hasad terhadap ahli ibadah. Pedagang hasad terhadap pedagang yang lain. Sumber semua itu adalah ambisi duniawi, karena dunia ini terasa sempit bagi orang yang bersaing. (Lihat Mukhtashar Minhajul Qashidin, hal. 240-243) Buah dari Sifat Hasad Setiap orang yang lurus dan bijak akan mencela hasad dan berlindung diri kepada Allah Subhanahu wa Taala darinya. Lihatlah bagaimana Allah Subhanahu wa Taala telah menjauhkan Nabi-Nya Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dari sikap jelek ini, dan Allah Subhanahu wa Taala mencela ahlul kitab yang hasad terhadap manusia dalam hal keutamaan yang Allah Subhanahu wa Taala berikan kepada mereka. Allah Subhanahu wa Taala juga
[Type text]

mencerca kaum munafik yang Allah Subhanahu wa Taala katakan tentang mereka: Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya. Dan jika kamu ditimpa oleh suatu bencana, mereka berkata: Sesungguhnya kami sebelumnya telah memerhatikan urusan-urusan kami (tidak pergi berperang), dan mereka berpaling dengan rasa gembira. (At-Taubah: 50) Tidaklah setan dimurkai dan dikutuk oleh Allah Subhanahu wa Taala melainkan karena hasad dan sikap sombongnya terhadap Adam alaihissalam. Hasad adalah awal kemaksiatan yang Allah Subhanahu wa Taala dimaksiati dengannya di langit oleh Iblis dan di bumi oleh salah seorang anak Adam, ketika kurbannya tidak diterima. Ia lalu membunuh saudaranya yang diterima kurbannya. Orang yang hasad selalu dirundung kegalauan melihat nikmat yang Allah Subhanahu wa Taala berikan kepada orang lain, seolah-olah adzab yang menimpa dirinya. Rabbnya murka kepadanya, manusia pun menjauh darinya. Tidaklah anda melihatnya kecuali selalu bersedih hati menentang keputusan Allah Subhanahu wa Taala dan takdir-Nya. Seandainya ia mampu melakukan kebaikan niscaya ia tidak akan banyak beramal dan berpikir untuk menyusul orang yang dihasadi. Dan seandainya mampu melakukan kejelekan, pasti ia akan merampas nikmat saudaranya lalu menjadikan saudaranya itu fakir setelah tadinya kaya, bodoh setelah tadinya pintar, dan hina setelah tadinya mulia. (Lihat Ishlahul Mujtama, hal. 103-104) Hasad, Sifat Yahudi yang Menonjol Orang yang banyak memerhatikan sejarah dan mencermati kondisi umat-umat yang ada, akhlak dan muamalah mereka, benar-benar akan ia dapati bahwa umat yang paling jelek akhlaknya dan paling jahat pergaulannya adalah bangsa Yahudi. Mereka adalah umat yang dikutuk, umat (yang suka) berdusta, melampaui batas, berbuat kefasikan, kemaksiatan, kekufuran dan penyimpangan. Suatu umat yang dibenci oleh manusia karena kerasnya hati mereka, dan dahsyatnya kedengkian serta hasad mereka. (Lihat Al-Fawa`id Al-Mantsurah, hal. 172, karya Asy-Syaikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr) Asy-Syaikh Muhammad bin Salim Al-Baihani rahimahullahu berkata: Tidaklah Al-Qur`an menyifati seseorang dengan sifat hasad, dari dahulu hingga sekarang, lebih dari bangsa Yahudi. Merekalah yang menyatakan tentang Thalut: Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripada dia, sedangkan dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak? (Al-Baqarah: 247) Mereka menyatakan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bahwa Allah Subhanahu wa Taala tidaklah menurunkan sesuatu pun kepada manusia. Mereka juga mengetahui kebenaran, namun kemudian mengingkarinya. Mereka berusaha menghalangi manusia dari kebenaran karena keangkuhan mereka di muka bumi dan karena mereka lebih menyukai kebutaan daripada petunjuk, serta membenci apa yang Allah Subhanahu wa Taala turunkan kepada Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Namun Allah Subhanahu wa Taala mengandaskan harapan mereka dan meruntuhkan usaha mereka. Allah Subhanahu wa Taala berfirman: Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. (Al-Baqarah: 109) [Lihat Ishlahul Mujtama, hal. 103-104)

[Type text]

Antara Hasad dan Ghibthah Dari uraian yang telah disebutkan, jelaslah bahwa hasad adalah suatu sifat yang tercela karena pelakunya mengharapkan hilangnya nikmat yang Allah Subhanahu wa Taala berikan kepada orang lain, serta kebenciannya memperoleh nikmat tersebut. Adapun ghibthah adalah seseorang menginginkan untuk mendapatkan sesuatu yang diperoleh orang lain, tanpa menginginkan hilangnya nikmat tersebut dari orang itu. Yang seperti ini tidak mengapa dan tidak dicela pelakunya. Jika irinya dalam hal ketaatan maka pelakunya terpuji. Bahkan ini merupakan bentuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Jika irinya dalam perkara maksiat maka ini tercela, sedangkan bila dalam perkara-perkara yang mubah maka hukumnya juga mubah. (Lihat At-Tafsirul Qayyim, 1/167 dan Fathul Bari, 1/167) Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Tidak ada hasad atau iri yang disukai kecuali pada dua perkara; (yaitu) seorang yang diberikan pemahaman Al-Qur`an lalu mengamalkannya di waktu-waktu malam dan siang; dan seorang yang Allah beri harta lalu menginfakkannya di waktu-waktu malam dan siang. (HR. Muslim, Kitab Shalatil Musafirin wa Qashriha, no. 815, dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: Jika ada yang mengatakan, mengapa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menamakannya dengan hasad, padahal orang tadi hanyalah menginginkan untuk diberi nikmat oleh Allah Subhanahu wa Taala? Maka dijawab bahwa sumber keinginan ini adalah karena ia melihat orang lain diberi nikmat, serta ketidaksukaannya ada orang lain yang lebih unggul darinya. Jika tidak ada orang lain (yang memperoleh nikmat itu) niscaya dia juga tidak menginginkannya. Karena sumbernya adalah ketidaksukaannya untuk disaingi oleh orang lain (dalam kebaikan) maka dinamakanlah hasad. Jiwa manusia tidaklah hasad kepada orang yang beramal pada sesuatu yang besar keletihannya, seperti jihad. Oleh karena itu, beliau Shallallahu alaihi wa sallam tidak menyebutkannya meskipun jihad fi sabilillah lebih utama dari orang yang menginfakkan hartanya. Demikian pula, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak menyebutkan (dalam hadits ini) orang yang shalat, puasa, dan haji. Karena pada amalan-amalan ini biasanya manusia tidak mendapatkan manfaat (dari pelakunya), yang dengannya mereka mengagungkan orang tersebut dan menjadikannya sebagai pemimpin, sebagaimana manfaat yang diperoleh dari taklim dan infak. Hasad asalnya hanyalah terjadi karena sesuatu yang diperoleh orang lain mendatangkan kepemimpinan. Oleh karena itu, orang yang beramal biasanya tidaklah dihasadi meskipun dia bernikmat-nikmat dengan makan, minum, dan nikah lebih banyak dari yang lain. Ini sangat berbeda dengan dua jenis orang tersebut (orang yang berlimu dan orang yang berinfak), keduanya sering dihasadi. Oleh karena itu, di tengah-tengah orang yang berilmu yang memiliki pengikut didapati sifat hasad yang tidak didapatkan pada orang yang tidak seperti itu. Demikian pula orang yang memiliki pengikut disebabkan infaknya. Orang yang berilmu akan memberi manfaat kepada manusia dengan santapan rohaninya, dan orang yang kaya akan memberikan manfaat kepada manusia dengan kebutuhan jasmani. Dan semua manusia membutuhkan apa yang menjadikan ruh (hati) dan badannya baik. Inilah sahabat Umar ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk bersedekah, bersamaan dengan saat di mana aku punya harta. Aku menyatakan: Hari ini aku akan saingi Abu Bakr jika aku bisa menyainginya pada
[Type text]

suatu hari. Umar berkata: Aku datang membawa setengah hartaku. Umar berkata lagi: Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan kepadaku, Apa yang kau sisakan untuk keluargamu? Aku berkata, Harta yang semisalnya. Lalu datanglah Abu Bakr membawa semua yang dimilikinya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Bakr, Apa yang kau sisakan untuk keluargamu? Dia menjawab, Aku sisakan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya. Maka aku (Umar) berkata: Aku tidak akan menyaingimu dalam sesuatu pun selama-lamanya. Apa yang dilakukan Umar adalah bentuk berlomba-lomba (dalam kebaikan) dan hasad yang diperbolehkan. Namun keadaan Abu Bakr lebih utama darinya, karena ia terbebas dari menyaingi orang lain secara mutlak. Ia tidak melihat kepada orang lain (ketika berinfak). Demikian pula Nabi Musa alaihissalam (seperti) dalam hadits Isra` Miraj. Muncul dalam dirinya keinginan menyaingi dan iri kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, sehingga ketika Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam melewati Nabi Musa alaihissalam, Nabi Musa alaihissalam menangis. Ia ditanya: Apa yang menyebabkanmu menangis? Musa berkata: Aku menangis karena ada seorang pemuda yakni Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang diutus sepeninggalku, umatnya yang akan masuk surga lebih banyak daripada umatku. (Majmu Fatawa, Ibnu Taimiyyah rahimahullahu, 10/113-117) Faedah Bersihnya Hati dari Sifat Hasad Sesungguhnya, di antara tuntunan keimanan adalah seseorang mencintai kebaikan bagi saudaranya sebagaimana yang ia cintai untuk dirinya. Keimanan yang benar akan mendorong pemiliknya untuk menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji dan mencegahnya dari terjerumus ke dalam lembah kehinaan. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling hasad, dan janganlah kalian saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR. Muslim, Kitabul Birri wash Shilah, bab no. 7, hadits no. 2559, dari jalan Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu) Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Dahulu kami duduk-duduk di sisi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Sekarang akan muncul kepada kalian dari jalan ini, seorang lelaki dari penghuni surga. Anas radhiyallahu 'anhu berkata: Lalu muncullah seorang lelaki dari kalangan Anshar, jenggotnya meneteskan air karena wudhu. Orang tersebut mengikatkan kedua sandalnya di tangan kirinya. Orang itu pun mengucapkan salam. Keesokan harinya, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengucapkan yang seperti itu. Muncul lagi lelaki itu seperti pada kali yang pertama. Hari ketiga, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengucapkan hal yang sama, dan muncul lagi lelaki itu seperti keadaannya yang pertama. Tatkala Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah berdiri, lelaki itu diikuti oleh Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiyallahu 'anhuma. Kemudian Abdullah berkata: Sesungguhnya aku bertengkar dengan ayahku, lalu aku bersumpah untuk tidak masuk kepadanya selama tiga (hari). Jika engkau mempersilakan aku tinggal di rumahmu hingga lewat tiga hari, maka akan aku lakukan. Lelaki itu berkata: Ya. Anas berkata: Adalah Abdullah yakni bin Amr bercerita bahwa ia menginap bersamanya tiga malam. Anas berkata lagi: Ia tidak melihat lelaki itu shalat malam sedikitpun. Hanya saja bila ia terbangun dari tidurnya di malam hari dan menggerakkan (tubuhnya) di atas kasurnya, ia berdzikir kepada Allah dan bertakbir, sampai ia bangun untuk shalat fajar. Hanya saja, jika ia terbangun di malam hari, ia tidak berucap kecuali kebaikan. Abdullah berkata: Tatkala tiga
[Type text]

malam itu lewat, dan aku hampir-hampir menganggap remeh amalannya, aku berkata: Wahai hamba Allah, (sebenarnya) tidak ada ketegangan dan pemboikotan antara aku dengan ayahku. Namun aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berucap (tiga kali): Sekarang akan muncul kepada kalian salah seorang penduduk surga. Lalu engkau muncul, tiga kali. Saya ingin tinggal menginap di tempatmu sehingga aku tahu apa amalanmu. Namun aku tidak melihat engkau banyak beramal. Apa gerangan yang menyebabkan kedudukanmu sampai seperti yang disabdakan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam? Dia menjawab: Tidak ada, kecuali yang kamu lihat. Abdullah berkata: Aku pun meninggalkannya. Tatkala aku berpaling, ia memanggilku. Ia berkata: Aku tidak punya amalan (yang menonjol) kecuali apa yang engkau lihat. Hanya saja aku tidak dapatkan dalam diriku kedengkian terhadap seorang pun dari kaum muslimin. Dan aku tidak hasad kepadanya atas kebaikan yang Allah Subhanahu wa Taala berikan kepadanya. Abdullah berkata: Inilah hal yang menyampaikan engkau kepada kedudukan itu. Dan inilah yang tidak dimampui (susah dilaksanakan). (HR. Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman, 12/8-9, no. 6181, dan Ahmad dalam Al-Musnad, dan dishahihkan oleh Al-Iraqi rahimahullahu dalam Al-Mughni an Hamlil Asfar, 2/862, no. 3168) Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhuma berkata: Kami mengatakan: Wahai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, siapakah orang yang terbaik? Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab (yang artinya): Orang yang memiliki hati yang makhmum dan lisan yang jujur. Kami berkata: Kami telah tahu lisan yang jujur. Lalu apakah hati yang makhmum? Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Hati yang bertakwa lagi bersih, tiada dosa dan hasad padanya. (HR. Al-Baihaqi dalam Asy-Syuab no. 6180, dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 948) Sepuluh Sebab Terhindar dari Kejahatan Orang yang Hasad 1. Berlindung kepada Allah Subhanahu wa Taala dari kejahatan orang yang hasad, dan membentengi diri dengan Allah Subhanahu wa Taala. 2. Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Karena Allah Subhanahu wa Taala telah menjamin penjagaan bagi orang yang bertakwa. Allah Subhanahu wa Taala berfirman: Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. (Ali Imran: 120) 3. Bersabar atas musuh, karena tidaklah seorang ditolong dari orang yang hasad dan musuhnya, sebagaimana orang yang bersabar atasnya dan bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Taala. 4. Tawakal. Karena orang yang bertawakal kepada Allah Subhanahu wa Taala, Ia akan mencukupinya. Tawakal termasuk faktor terkuat yang dengannya seorang hamba menangkal apa yang tidak dia mampu berupa gangguan makhluk dan kedzalimannya. 5. Mengosongkan hati dari sibuk dan memikirkan orang yang hasad kepada dirinya. Setiap kali terbetik di benak, ia menepisnya dan memikirkan sesuatu yang lebih bermanfaat. Ia melihat bahwa di antara siksaan batin yang besar adalah sibuk memikirkan musuhnya. 6. Mengarahkan hatinya kepada Allah Subhanahu wa Taala dan ikhlas kepada-Nya, serta menjadikan kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Taala dan keridhaan-Nya di tempat terbetiknya pikiran. Sehingga benaknya penuh dengan segala yang dicintai Allah Subhanahu wa Taala dan dzikir kepada-Nya. Orang yang seperti ini tidak akan ridha bila pikiran dan hatinya dipenuhi dengan memikirkan orang yang hasad dan dzalim kepadanya, serta memikirkan untuk membalasnya.
[Type text]

7. Bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Taala dari segala dosa. Seseorang dikuasai musuh karena dosanya. Dan tidaklah seorang hamba disakiti kecuali karena dosa, baik yang ia ketahui maupun tidak. Dan dosa yang tidak dia ketahui jauh lebih berlipat daripada yang ia ketahui. Dosa yang ia lupakan lebih besar daripada yang ia ingat. Sungguh tiada sesuatupun yang lebih bermanfaat bagi hamba bila dia didzalimi dan disakiti lawannya daripada taubat yang tulus. Tanda kebahagiaannya adalah mengalihkan pikirannya untuk melihat dirinya, dosa dan cacatnya, sehingga ia pun sibuk untuk memperbaiki diri dan bertaubat. 8. Bersedekah dan berbuat baik semampunya. Karena hal itu memiliki pengaruh yang hebat dalam menangkal bencana, mata yang jahat, dan kejelekan orang yang hasad. Orang yang berbuat baik dan bersedekah kepada orang lain, hampir-hampir tidak pernah terkuasai oleh jahatnya hipnotis, hasad, dan yang menyakitkan. Jika ia terkena suatu kejahatan, ia akan diperlakukan lembut oleh Allah Subhanahu wa Taala dan akan memperoleh dukungan. 9. Yang paling berat adalah memadamkan api orang yang hasad dan dzalim serta menyakitinya, dengan berbuat baik kepadanya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman: . Dan tidaklah sama antara kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidaklah dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidaklah dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fushshilat: 34-35) Perhatikanlah keadaan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ketika dipukul oleh kaumnya sampai berdarah. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam mengusap darah itu seraya mengucapkan: Ya Allah, ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui. Orang yang memaafkan orang lain dan berbuat baik kepada orang yang berbuat jelek kepadanya akan mendapatkan pertolongan dari Allah Subhanahu wa Taala. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kepada seorang sahabat yang mengadu kepada beliau tentang karib kerabatnya, di mana ia berbuat baik kepada mereka tetapi mereka berbuat jelek terhadapnya: Senantiasa ada penolong dari Allah selagi kamu di atas keadaan yang seperti itu. Di samping itu pula, manusia akan memujinya dan bergabung bersamanya menghadapi musuhnya. 10. Memurnikan tauhid. Makhluk-makhluk ini ada yang menggerakkannya. Tidaklah makhluk mendapatkan manfaat dan mudarat kecuali seijin Penciptanya. Jika seseorang memurnikan tauhid maka hilanglah ketakutan kepada selain Allah Subhanahu wa Taala dari hatinya. Musuhnya menjadi lebih ringan di matanya daripada ditakuti bersama Allah Subhanahu wa Taala. Akan keluar dari hatinya kesibukan memerhatikan musuhnya, lalu hatinya akan dipenuhi dengan cinta, takut, kembali, dan tawakal kepada Allah Subhanahu wa Taala. Ia memandang bahwa menggunakan pikirannya untuk memikirkan musuhnya adalah bentuk lemahnya tauhid. Karena, jika ia telah memurnikan tauhid, niscaya dalam hatinya ada kesibukan tersendiri. (Dinukil secara ringkas dari At-Tafsirul Qayyim lil Imam Ibnul Qayyim, hal. 585-594) Wallahu alam.

[Type text]

Hasad yang paling dahsyat adalah yang ditimbulkan oleh permusuhan dan kebencian. Karena orang yang disakiti orang lain dengan sebab apapun, akan menumbuhkan kebencian dalam hatinya, serta tertanamnya api kedengkian dalam dirinya. Kedengkian itu menuntut adanya pembalasan, sehingga ketika musuhnya tertimpa bala` ia pun senang dan menyangka bahwa itu adalah pembalasan dari Allah Subhanahu wa Taala untuknya. Sebaliknya, jika yang dimusuhinya memperoleh nikmat, ia tidak senang. Maka, hasad senantiasa diiringi dengan kebencian dan permusuhan.

Kiat menghindari dan mencegah sifat Hasad. Setelah mengetahui bahayanya, tentunya kita harus berusaha menghindari dan manjauhkan diri dari sifat yang satu ini. Untuk itu perlu melihat kiat-kiat berikut ini: 1. Belajar dan memahami aqidah islam yang benar, baik tentang keimanan ataupun syariat serta nmengamalkannya. Kebenaran aqidah merupakan sumber segala perbaikan dan kebaikan. Hal ini dilakukan dengan terus senantiasa menggali isi kandungan Al Quran dan Hadits. 2. memahami dengan benar konsep takdir menurut syariat Islam, sehingga faham kalau segala kenikmatan dan rizqi serta yang lainnya tidak lepas dari ketentuan takdir Allah. Dengan memahami ini diharapkan tidak timbul dalam diri kita rasa iri dan dengki terhadap orang lain, karena tahu itu semua tidak lepas dari ketetapan takdir Allah. 3. meyakini dengan benar dan kokoh bahwa semua kenikmatan tersebut berasal dari Allah dan diberikan kepada setiap orang sesuai dengan hikmah yang diinginkanNya. Sebab tidak semua kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain itu baik untuknya. 4. membersihkan hati dengan berusaha mengamalkan seluruh syariat islam. 5. memandang dunia dengan segala perhiasannya sebagai sesuatu yang akan punah dengan cepat dan sesuatu yang tidak seberapa dibanding akherat. Demikian juga memandang tujuan akhir kehidupannya adalah akherat yang kekal abadi, sebagaimana firman Allah: Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman di bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tibatiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir. Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (QS. 10:24-25) 6. selalu mengingat bahaya hasad bagi kehidupan dunia dan akheratnya. 7. selalu mencanangkan dalam hatinya kewajiban mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cinta untuk dirinya, sehingga tidak merasa panas melihat saudaranya lebih baik darinya dalam permasalahan dunia. Rasulullah bersabda: Tidaklah seorang dari kalian sempurna imannya sampai mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya (Mutafaqun Alaihi). 8. berusaha memenuhi hak-hak saudaranya sesama muslim dan mencari teman baik yang mengingatkan dan menasehatinya. [Type text]

9. selalu mengingat kematian dan pembalasan Allah atas kedzoliman dan kerusakan yang ditumbulkan hasad tersebut. 10. mengingat keutamaan zuhud dan lapang dada terhadap nikmat yang Allah anugrahi kepada orang lain serta kewajiban bersyukur terhadap nikmat yang dianugrahkan kepadanya. Sebab semua ini akan menimbulkan sifat qanaah dan kaya diri. Sifat qanaah dan kaya diri ini yang akan membawanya kepada sifat iffah dan takwa. Rasululoh bersabda: mudah-mudahan dengan selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan sifat hasad ini kita semua dimudahkan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat.

[Type text]

Anda mungkin juga menyukai