Anda di halaman 1dari 28

Oleh : Dr. I Gede Setiawan Adi Putra, SP.

, MSi

Dari pengalaman sejarah, pariwisata mempunyai suatu keunggulan, dimana dalam suasana perdagangan komoditas yang lesu, ternyata pariwisata tetap mempunyai trend meningkat yang tinggi. Untuk Bali, dalam beberapa dasa warsa terakhir, pariwisata telah menjadi leading sector atau generator penggerak yang telah terbukti mampu mendongkrak perekonomian (Pitana, 1999).

Kemajuan pariwisata memberi manfaat kepada masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan devisa, mendorong ekspor khususnya barang-barang hasil industri kerajinan, dan mengubah struktur perekonomian Bali kearah yang lebih berimbang. Dampak positif ini akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pariwisata juga telah menjadi dinamisator kehidupan sosial budaya Masyarakat bali.

Pariwisata sudah menjadi nafas dan urat nadi bagi Bali. Pariwisata adalah lokomotif pembangunan, yang menarik sektor untuk bergerak maju. Turunnya kunjungan wisatawan secara drastis akibat Tragedi Bom Bali 2, telah menyebabkan turunnya pendapatan petani sayur di Bedugul, tragegi ini juga telah menurunkan pendapatan seorang penjual dedak di Perean Baturiti. Ini bukanlah suatu pernyataan yang terlalu berlebihan. Pariwisata adalah desah nafas masyarakat Bali

Pariwisata adalah tulang punggung ekonomi Bali. Pariwisata adalah tema keseharian diskusi tentang Bali. Pariwisata adalah denyut nadi kehidupan Bali. Pariwisata telah menjadi bagian integral kebudayaan Bali. Pariwisata adalah Bali dan Bali adalah pariwisata.

Pariwisata adalah pisau bermata dua. Pariwisata adalah api yang bisa untuk memasak makanan, sekaligus bisa membakar hangus segala milik kita. Pariwisata adalah air, yang bisa menghapus dahaga dan menyangga kehidupan, tetapi sekaligus bisa menghanyutkan segala apa yang kita punya. Pariwisata banyak dipuji, tetapi sering dicaci. Pariwisata dipuja dan dimanja, tetapi tidak jarang dihujat dan dinistakan. Pariwisata dirindukan, tetapi acapkali dikambinghitamkan.

Pariwisata memang penuh paradoks dan ironi, terlebih lagi kalau terkait dengan pemanfaatan kebudayaan sebagai modal utama pengembangan pariwisata. Banyak pendapat bahwa pariwisata adalah senjata kapitalis yang paling ampuh untuk menghancurkan kebudayaan dunia ketiga. Pariwisata adalah neo-kolonialisme dan neo-imperialisme. Di lain pihak, ada pendapat bahwa pariwisata adalah wahana utama pelestarian kebudayaan. Pariwisata tidak menghancurkan kebudayaan, melainkan justru memberikan inspirasi untuk terjadinya proses pengayaan, konservasi, adaptasi, rekontruksi, dan reinterpretasi.

Keberhasilan pariwisata di Bali tidak dapat dipungkiri, sehingga setiap membicarakan pariwisata baik di tingkat nasional maupun internasional, Bali selalu dijadikan acuan, dibahas dan dianalisis, dan selalu menjadi exemplary case. Keberhasilan pariwisata ini merupakan faktor penarik (pull factor) untuk terjadinya migrasi masuk. Migrasi masuk ini sudah tentu akan menimbulkan masalah-masalah di perkotaan, terutama di daerah pariwisata. Masalah-masalah sosial yang timbul antara lain berupa pengangguran, tindak kriminal, prostitusi, gelandangan dan pengemis, penyalahgunaan obat terlarang, atau berbagai penyakit sosial lainnya (social deviance).

Bali sebagai salah satu tujuan wisata dunia, peranan industri ini dalam pembangunan sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Dengan tidak tersedianya sumber alam seperti migas, hasil hutan, ataupun industri manufacturing yang berskala besar, maka pariwisata telah menjadi sektor andalan dalam pembangunan.

Pembangunan pariwista di Bali disadari atau tidak telah membawa perubahan sosial dan kebudayaan yang luar biasa dalam kehidupan orang Bali. Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan. Perubahan ini dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok, ada pula perubahan-perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun luas, serta ada pula perubahan yang berjalan lambat maupun cepat.

Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang interkasi sosial dan lain sebagainya. Karena luasnya bidang di mana mungkin terjadi perubahanperubahan tersebut maka bilamana kita hendak membuat analisis tentang perubahan perlulah terlebih dahulu ditentukan secara tegas perubahan apa yang dimaksud.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat kebagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Penemuan-penemuan baru bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat, dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berada jauh dari temapt tersebut.

Perubahan sosial adalah gejala perubahanperubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok dalam suatu masyarakat.

Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang dimaksud meliputi: sistem norma, fasilitas dan teknologi, personil, dan perilaku yang berpola. Sistem sosial mencakup elemenelemen sebagaiberikut: tujuan, keyakinan, sentimen, norma, sanksi, status peranan, kekuasaan, stratifikasi sosial, fasilitas dan tegangan dan regangan.

Perubahan sosial adalah perubahan penting dari struktur sosial. Oleh sebab itu dalam suatu kehidupan masyarakat perlu adanya keteraturan, apabila tidak ada keteraturan maka hidup akan berubah. Struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan interkasi sosial, yang diekspresikan dalam norma, nilai dan fenomena kultural (gejala budaya).

Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau komunitas. Ia dapat menyangkut struktur sosial, atau pola nilai dan norma serta peranan. Dengan demikian istilah yang lebih lengkap mestinya perubahan sosialkebudayaan.

Pengertian kesatuan atau keutuhan satu pola kebudayaan menggambarkan masyarakat sebagai suatu sistem yang terdiri dari bagianbagian yang saling berhubungan atau bergantungan serta berintergrasi fungsional, misalnya nilai-nilai keagamaan menghidupkan struktur kekuasaan politik, atau lembagalembaga pendidikan mengajarkan ukuranukuran moral dan membina individu-individu dalam tanggung jawab peranan-peranan tertentu dan sebagainya.

Sistem masyarakat, yaitu pola kebudayaan dan struktur sosialnya lebih tepat digambarkan dalam keadaan dinamik, dimana integrasi unsur-unsurnya tak pernah tercapai sepenuhnya. Perubahan yang mengenai suatu unsur akan mempunyai pengaruh pada unsur-unsur lain, dengan demikian pada keseimbangan sistem itu, dan ada kalanya disertai konflik

Konflik tersebut mungkin juga hasil suatu proses di mana suatu golongan justru bersikeras mengiuti norma-normanya sendiri, dengan akibat konflik yang sebelumnya mungkin tidak terduga itu. Dapat dikatakan bahwa masalah sosial dapat menghasilkan perubahan sosial, sedang yang sebaliknya mungkin perubahan sosial menghasilkan masalah sosial.

Masuknya suatu unsur, umumnya secara selektif, dari suatu pola kebudayaan ke pola lain, disebut difusi. Unsur itu di dalam pola kebudayaan yang menerimanya dapat menghasilkan perubahan. Menelaah proses difusi itu dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan syaratsyarat yang mempermudah atau menghambat proses penerimaan baru itu ke dalam pola penerimaan unsur baru itu. Pendapat baru (inovasi) yang diciptakan di dalam sistem masyarakat itu sendiri juga merupakan pendorong pada perubahan sosial. Pendapat baru hasil pola sendiri atau difusi unsur dari luar, ada yang berupa suatu teknologi baru atau bentuk organisasi baru.

Walaupun masyarakat tradisional lebih sering digambarkan mengalami perubahan-perubahan karena masuknya unsur dari luar, sebenarnya proses difusi itu dapat berupa pertukaran unsur antara dua pola. Masyarakat kota yang modernpun menerima unsur-unsur dari pola desa. Sebagian dari tradisi lama sesuatu bangsa bahkan dapat memberi corak dan arah pada perkembangan pola modern, dikenal sebagai modernity of tradition. Unsur ajar adalah suatu alat penting dalam perubahan sosial. Mendidik umumnya diartikan sebagai mengubah sikap, nilai dan norma seseorang atau suatu kelompok.

Cara yang paling sederhana untuk mengerti perubahan sosial dan kebudayaan itu, ialah dengan membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebelumnya. Jika ingin mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi mengenai perubahan sosial dan kebudayaan itu, maka suatu hal yang paling baik adalah mencoba menangkap semua kejadian yang sedang berlaku (Davis, 1961).

Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat dianalisa dari berbagai segi yaitu: ke arah mana perubahan dalam masyarakat itu bergerak (direction of change), yang jelas ialah bahwa perubahan itu bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk yang baru sama sekali, akan tetapi mungkin pula bergerak ke arah suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang lampau.

Perubahan-perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat. Perubahan-perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan-perubahan yang pengaruhnya besar. Perubahan-perubahan yang dikehendaki (intended change) atau perubahan-perubahan yang direncanakan (planned change); dan perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change) atau perubahan-perubahan yang tidak direncanakan (unplanned change).

Dalam mempelajari suatu perubahan yang terjadi dalam masyarakat, penting pula mengetahui sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan itu. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sebab-sebab Itu sumbernya mungkin ada yang terletak di dalam masyarakat itu sendiri. Antara lain faktor bertambah dan berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat, revolusi dalam masyarakat. Adapula sebab-sebab perubahan sosial dan kebudayaan yang letaknya di luar masyarakat, yaitu yang datangnya sebagai pengaruh dari masyarakat lain atau dari alam sekitarnya. Antara lain meliputi gempa bumi, banjir, taufan, peperangan dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Faktor Pendorong
Faktor yang mendorong jalannya proses prubahan antara lain: kontak dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan yang maju, sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan-keinginan untuk maju, toleransi terhadap kehidupan yang menyimpang, sistem pelapisan masyarakat yang terbuka, ketidakpastian masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, orientasi pada masa depan, dan nilai untuk meningkatkan taraf kehidupan.

Faktor-faktor penghambat jalannya perubahan antara lain: kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, perkembangan IPTEK yang terlambat, sikap masyarakat yang teradisionalistis, adanya keputusan-keputusan yang telah tertanam dengan kuat , rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan, prasangka terhadap hal-hal yang baru atau asing, hambatan ideologis, adat kebiasaan yang telah sangat mendarah daging, dan nilai pasrah terhadap kondisi yang ada (fatalist).

Tingkat Analisis Global


Peradaban

Wakil Kawasan Studi


Organisasi internasional Ketimpangan internasional Lingkungan kehidupan peradaban atau pola-pola perubahan lainnya (evolusi / dialektika) Kebudayaan materiil/non materiil Sistem Stratifikasi, struktur, demografi, kriminalitas Ekonomi, pemerintah, agama, perkawinan, dan keluarga, pendidikan

Wakil Unit-Unit Studi


GNP; Kinerja perdagangan Inovasi, kesenian, institusionalized

Kebudayaan Masyarakat

Institusi

IPTEK; ideologi; nilai-nilai Pendapatan; kekuasaan; gengsi, peranan, tingkat migrasi, tingkat kriminalitas Household income, pemilu, kumpulan umat beragama, tingkat perceraian, proporsi, tingkat pendidikan

Organisasi
Interaksi Indiidu

Struktur; pola interkasi; struktur kekuasaan; produktivitas


Tipe interaksi Sikap

Peranan, klik, adminnistrasi manajemen, tingkat produksi


Frekwensi konflik, kompetisi, kedaulatan, identitas, partisiopasi Keyakinan mengenai berbgai persoalan aspirasi dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai