Anda di halaman 1dari 8

Secara umum agresif atau agresif dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh suatu organisme

terhadap organisme lain, objek lain atau bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua mahluk, sementara pada tingkat manusia masalah agresif sangat kompleks karena adanya peranan perasaan dan proses-proses simbolik. Sedangkan menurut pandangan behavioristik, bahwa perilaku agresif ini adalah: suatu tindakan yang membawa ransangan atau resiko berbahaya terhadap organisme lain. Selain dari pengertian tersebut, Geen dalam bukunya Gordon Russel (2008:3) menyatakan bahwa: Agression is the delivery of an aversive stimulus from one person to another with intent to harm and with an expectation of causing such harm, when the other person is motivated to escape or avoid the stimulus. Senada dengan pandangan tersebut Bushman dan Anderson (Gordon, 2008:4) menyatakan bahwa: Agression is behavior directed toward an other individual that is carried out with the proximate (immediate) intent to cause harm. In addition, the perpretator must believe that the behavior will harm the target and that the target is motivated to avoid the behavior

Pengertian mengenai agresif pula dijelaskan oleh Robert Baron (Hudaniah dan Tri Dayakisni, 2003:195), dia menyatakan bahwa: agresif adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Definisi dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu: tujuan untuk melukai atau mencelakakan, inividu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban dan ketidakinginan si korban menerima perilaku si pelaku. Jika kita ingin menekankan kepada ciri-ciri atau karakter tindakan sebagai suatu yang disengaja, maka perilaku agresif dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk perilaku yang dirancang untuk merusak atau melukai kehidupan orang lain.

Dalam

hal

ini,

pihak

korban

tentu

terdorong

atau

termotivasi

untuk

menghindarkan diri dari perlakuan yang demikian. Pada umumnya istilah agresif dapat dibedakan offensive aggression yakni, agresif yang tidak secara langsung disebabkan oleh perilaku orang lain. Sebaliknya yakni retaliatory aggression yakni agresif yang merupakan respon terhadap provokasi orang lain. Berdasarkan pada niatnya dibedakan

menjadi instrumental aggression yakni, terjadi ketika agresif adalah niat untuk mencapai tujuan tertentu (seperti yang perampokkan), melibatkan sementara angry emosional

aggression yakni

perilaku

agresif

keadaan

seseorang yang sedang marah (seperti dalam perkelahian). Beberapa ahli psikologi olahraga menyatakan bahwa perilaku agresif yang bersifat permusuhan dan yang bersifat instrumental harus dibedakan secara jelas dengan perilaku agresif positif atau ketegasan (assertiveness) yang menyatu dalam olahraga. Misalnya seorang petarung yang menghindari serangan lawan kemudian menyerang kembali dengan tendangan lingkar dalam yang cepat kearah muka, sehingga mengakibatkan lawan terjatuh. Tindakan tegas petarung tersebut dengan terpaksa dilakukannya dalam rangka

mempertahankan poinnya. Tentu saja permainan menurut aturan dengan intensitas dan emosi yang tinggi, tetapi tanpa bermaksud untuk mencedrai lawan, tidak dapat dipandang sebagai suatu perilaku agresif. Meskipun sering mengalami kesulitan dalam

membedakan antara perilaku agresif dengan ketegasan dalam olahraga. Sesungguhnya apa akar dari perilaku agresif ini? Apakah usia terkait secara alamiah dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada perilaku agresif ini? Pada tahun-tahun pertama kehidupan seorang bayi dapat menjadi amat kasar kepada sesamanya atau antar satu sama lain, ketika mereka hendak memilki atau menguasai mainannya. Pertengkaran-pertengkaran ini biasanya terjadi saat usia dua tahun. Ada perubahan-perubahan dalam hal terlalu seringnya perilaku agresif pada masa usia sebelum sekolah, Rusli Ibrahim (2007:69) menyatakan bahwa:

1.

Ganguan tabiat buruk berkurang selama periode sebelum sekolah, dan

jarang terjadi setelah usia empat tahun; 2. Setelah lewat usia tiga tahun, jumlah anak-anak yang cenderung balas

dendam dengan respons atau tindakan menyerang atau frustasi cenderung meningkat secara dramatis; 3. Frustasi yang mengarah kepada agresif pada usia dua sampai tiga tahun

sering dating dari orang tua yang otoriter. Anak-anak yang lebih tua usianya lebih mungkin berperilaku agresif, karena terjadi konflik dengan teman sebayanya; 4. Frekuensi interaksi agresif berkurang antara usia dua sampai lima tahun.

Penurunan frekuensi agresif ini mungkin merupakan hasil usaha orang tua di rumah dan guru di sekolah yang mengajari anak-anak mengatasi konflik secara damai; 5. Selama tahun-tahun pertama periode sekolah dasar, penggunaan agresif

fisik untuk mengatasi konflik selanjutnya berkurang. Kendati demikian, provokasi langsung untuk menghilangkan perilaku agresif yang bersifat reaktif pada anakanak sekolah dasar terus dilanjutkan. Peningkatan gejala perilaku bermusuhan ini boleh jadi berkaitan dengan kenyataan bahwa anak-anak pada usia ini lebih mampu menebak motif-motif, dan maksud-maksud orang lain; 6. Sekitar masa remaja awal dan remaja akhir (usia 10-18 tahun), perkelahian

dan perilaku agresif bermusuhan pertama-tama meningkat hingga usia 1315tahun, dan kemudian menurun setelah itu.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perilaku agresif, ditemukan bahwa perkembangan perilaku agresif terjadi sejak masa bayi, dilanjutkan dengan pada masa pra-sekolah, masa usia sekolah, remaja hingga dewasa. Namun demikian ditemukan bahwa ada masa kritis dimana perilaku agresif dapat menjadi sebuah kecenderungan yang dapat bertahan sampai masa dewasa. Masa tersebut adalah masa usia sekolah dan remaja. Pada masa usia

sekolah, perilaku agresif dapat menjadi sumber kenakalan kronis dan kejahatan pada remaja. Bahkan penelitian dari Leonard Eron menunjukkan bahwa dengan melihat anak pada waktu berusia 8 tahun, maka dapat diketahui seberapa agresif seseorang pada saat dewasa. Pada saat remaja, perilaku agresif yang belum dapat diatasi. akan semakin lebih berbahaya, karena dapat melanggar hukum dan menjurus pada perkelahian dan tindakan kekerasan. Lebih khusus lagi pada saat remaja awal, dimana terjadi konflik ororitas dan hubungan dengan teman sebaya yang menguat, maka bentuk-bentuk perilaku agresif seseorang lebih nyata. Untuk itu usaha untuk menciptakan anak usia sekolah dan remaja awal yang dapat mengendalikan diri sangat penting dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa remaja awal yang dapat mengendalikan diri, hangat, bertanggung jawab dan bekerja sama akan cenderung bersikap sama hingga 30 tahun kemudian. Pada usia 8-12 tahun adalah agresif tidak jelas yaitu perilaku mengganggu, berbohong atau merusak benda sedangkan pada usia 1214 tahun adalah agresif yang bersifat jelas atau berupa tindakan kekerasan seperti berkelahi atau menyerang bahkan memaksakan perilaku seks pada seseorang. Dengan demikian untuk memahami penyebab perilaku agresif sangat penting untuk memfokuskan pada pengalaman dan keterlibatan anak dalam kekerasan pada masa usia sekolah dan remaja awal. Penelitian mengenai perilaku agresif telah banyak dilakukan di negara Barat baik dari segi biologis, psikologis maupun sosial. Bandura melalui Social learning theory menyebutkan bahwa kondisi lingkungan dan sosial dapat mengajarkan individu menjadi agresif. Hal ini diakibatkan seseorang, mempelajari tingkah laku baru melalui imitasi pada orang lain yang dianggap penting.

http://getargaluh.blogspot.com/2012/10/definisi-agresif-dalam-arti-yang.html

Definisi agresif dan pengukurannya Applefield (1987) mendefinisikan agresif sebagai tindakan yang di sengaja yang mengakibatkan / mempunyai kemungkinan mengakibatkan penderitaan (fisik/fikiran) pada orang lain/ kerusakan barang-barang. Applefield juga mengemukakan aspek kesengajaan, tindakan yang disenganja untuk menyakiti orang lain meskipun tidak mengenai sasaran di anggap agresif. Sebaliknya tindakan yang tidak di sengaja meskipun akhirnya menyakiti orang lain di kategorikan bukan sebagai agresif. Yang sulit menentukan apakah ada unsure kesengajaan atau tidak. Bandura (1973) salah satu tokoh social learning theory terbesar bahwa agresif adalahperilaku yang berakibat pada penderitaan orang lain dan kerusakan barang atau benda. Penderitaan dapat bersifatpsikis maupun fisik. Beberapa istilah yang berkaitan dengan perilaku agresif yaitu assentive (tegas). Perilaku agresif sering di artikan sebagai perilaku tegas/kemauan keras. Sehingga teori psikodinamika menganggap asentif sebagai cara mengepresikan dorongan agresif yang wajar dan baik, sedfangkan psikologi behavioristik menganggap perilaku agresif sebagai asentif perilaku yang paling ekstrim jelek dan tidak wajar (Kauffman, 19850 yang kedua adalah agresif pasif yang sering menimbulkan kontroversi, karena seseorang yang berperilaku agresif yang tidak mungkin pasif. Pengertian agresif pasif muncul dari teori psikoanalisa dengan asumsi bahwa setiap orang punya insting dan dorongan bahwa agresif harus di ekpresikan dengan satu atau beberapa cara (Kauffman, 1985). Beberapa karateristik dari anak agresif pasif misalnya keras kepala, suka menunda-nunda, mempersulit, dsb. Perilaku agresif umumnya di ukur dengan retingdealesv atau observasi rating scale yang bermamfaat dalam mengukur hasil intervensi . tapi dari segi ketelitian dan kemamfaatan, observasi lebih unggul dari rating scale. Agresif pada orang tua 1. penyebab perilaku agresif Kauffman (1985) mengidentifikasi empat empat asumsi utama dari penyebab perilaku agresif yaitu. a. factor biolagis yaitu perilaku unsure keturunan, kelainan horman dan susunan biokimia wi tubuh, getaran elektrik yang terjadi pada system saraf pusat. b. factor psikodinamika yaitu pengedalian ego dan super ego. c. konsep prustasi agresif yaitu prustasi yang di alami. d. teori belajar sosoal. Yaitu suatu pengalaman yang tidak menyenangkan yang menimbulkan emosi. pengendalian perilaku agresif Kauffman (1985) mengemukakan tiga pendekatan yaitu a. pendekakatan psikodinamika ada dua cara yang di lakukan oleh guru/ tenaga profesi lain yaitu - menerima perilaku dan perasaan anak. Bertujuan untuk membentuk hubungan yang dekat antara guru dengan murid.

- Memberikan kesempatan kepada anak untuk cathascis (pelampiasan. Sehingga merasa puas, terharu). Proses pembersihan dan pengurasan dapat dilakukan dengan cara sublinasi, penggantian/ displacement dan fantasi. b. pendekatan psikodukasi Yaitu manusia mempunyai insting, dorongan/keinginan, bawaan/ di turunkan untuk bertindak agresif. Pendekatan psikoedukasi menekankan pada masa kognitf dan afektif anak dan mengatasi dengan membawa anak seihingga memperoleh wawasan tentang masalah yang di hadapinya. Tekanan pendekatan psikoedukasi adalah pada upaya prepentif dengan pembentukan perangkat keterampilan pada anak, dan perangkat ketrampilan yang di sebut kurikulum pengendalian diri, metode, pemecahan masalah, modeling,, pengucapan, penetuan tujuan, dan kriteria keberhasilansendiri, pemantauan diri sendiri, evaluasi diri sendiri dan pemberian imbalan diri sendiri. c. pendekatan behavioristik Bahwa perilaku yang termasuk agresif adalah fenomena yang terbentuk melaluai interaksi antara stimulus-respons dengan berbagai kondisi seperti rewardreinforcer, punishment (hukuman). Tekanan dari pendekatan ini adalahpada teknik pengaturan lingkungan. Untuk mendorong dan memberi imbalan atas perlakuan adaptif dan tidak agresif, (bandura, 1973). Perilaku menyakiti dir sendiri 1. pengerian Yaitu jenis ketunalarasan yang mungkin di anggap paling aneh, tidak banyak di ketahui dan mungkin paling menakutkan, yang banyak di lakukan oleh penyandang ketunalarasan tingkat berat yaitu psikotik, autistic/ schizopherinik. 2. penyebab perilaku menyakiti diri sendiri Menurut Kauffman (1985) diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu a. konsep biologis (kelainan biokimiawi yang di butuhkan oleh fungsi otak normal, perkembangan system saraf pusat yang tidak sempurna, pengalaman pahit dan terisolasi pada masa kecil, masaah saraf. b. Konsep psikodinamika yaitu perilaku menyakiti disebut juga agresi diri disebut juga agresi diri bersumber dari satu sebab yaitu rasa bersalah. c. Konsep behavioristik. Bersifat spekulatif, di sebabkan oleh pengumpulan data tentang perilaku ini yang banyak menggunakan observasi informal langsung pada penyandangnya/ dengan eksperimentasi bagaimana perilaku ini dapat di kurangi. pengendalian perilaku menyakiti diri sendiri Seperti pengekangan fisik, obat-obantan, pencabutan gigi dan operasi tapi yang sering di pakai adalah penggunaan kontingensi antara penguat dan hukuman, penangan dari SIB (self injuritioan behavior) yang di kembangkan oleh arzim meliputi. - pemberian penguat positif bagi kegiatan yang di arahkan keluar. - Relaksasi wajib - Pengendalian tangan - Pelatihan pengendalian tangan http://romiariyanto.blogspot.com/2011/01/perilaku-agresif_27.html

Perilaku Agresifsecara psikologis berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat (KBBI: 1995: 12). Perilaku ini dapat membahayakan anak atau orang lain. misalnya, menusukan pensil yang runcing ke tangan temannya, atau mengayun-ngayunkan tasnya sehingga mengenai orang yang berada di sekitarnya. x Ada juga anak yang selalu memaksa temannya untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan, bahkan tidak sedikit pula anak yang mengejek atau membuat anak lain menjadi kesal.

Pengertian Perilaku Agresif


Agresif terjadi pada masa perkembangan. Perilaku agresif sebenarnya sangat jarang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 2 tahun. Namun, ketika anak memasuki usia 3-7 tahun, perilaku agresif menjadi bagian dari tahapan perkembangan mereka dan sering kali menimbulkan masalah, tidak hanya di rumah tetapi juga disekolah.

Diharapkan setelah melewati usia 7 tahun, anak sudah lebih dapat mengendalikan dirinya untuk tidak menyelesaikan masalah dengan perilaku agresif. Tetapi, bila keadaan ini menetap, maka ada indikasi anak mengalami gangguan psikologis.

Dampak Perilaku Agresif


Dampak utama dari perilaku agresif ini adalah anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan teman-temannya. Keadaan ini menciptakan lingkaran setan, semakin anak tidak diterima oleh teman-temanya, maka makin menjadilah perilaku agresif yang ditampilkannya. Maka dari itu kita harus mampu mengetahui Faktor Penyebab Anak Berperilaku Agresif. Perilaku agresif biasanya ditunjukkan untuk menyerang, menyakiti atau melawan orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Hal itu bisa berbentuk pukulan, tendangan, dan perilaku fisik lainya, atau berbentuk cercaan, makian ejekan, bantahan dan semacamnya. Perilaku agresif dianggap sebagai suatu gangguan perilaku bila memenuhi persayaratan sebagai berikut .
1. Bentuk perilaku luar biasa, bukan hanya berbeda sedikit dari perilaku yang biasa. Misalnya, memukul itu termasuk perilaku yang biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan tidak setuju dinyatakan dengan memukul, maka perilaku tersebut dapat diindikasikan sebagai perilaku agresif. Atau, bila memukulnya menggunakan alat yang tidak wajar, misalnya memukul dengan menggunakan tempat minum. 2. 3. Masalah ini bersifat kronis, artinya perilaku ini bersifat menetap, terus-menerus, tidak menghilang dengan sendirinya. Perilaku tidak dapat diterima karena tidak sesuai dengan norma sosial atau budaya.

Untuk itu, untuk dapat mengetahui anak berperilaku kita harus dapat mengenali gejala sertaKarakteristik Anak yang Berperilaku Agresif. Lebih lanjut Hidayani menjelaskan bahwa perilaku agresif dapat ditampilkan oleh anak individu (agresif tipe soliter) maupun secara berkelompok ( agresif tipe group). Pada perilaku agresif yang dilakukan berkelompok/grup, biasanya ada anak yang merupakan ketua kelompok dan memerintahkan teman-teman sekelompoknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Pada tipe ini, biasanya anak-anak yang bergabung mempunyai masalah yang hampir sama lalu memberikan kesampatan yang sama lalu memberikan kesampatan pada salah satu anak untuk menjadi ketua kelompok. Pada tipe ini sering terjadi perilaku agresif dalam bentuk fisik. Sedang pada tipe soliter, perilaku agresif dapat berupa fisik maupun verbal, biasanya dimulai oleh seseorang yang bukan bagian dari tindakan kelompok. Tidak ada usaha si anak untuk

menyembunyikan perilaku tersebut. Anak tipe ini sering kali menjauhkan diri dari orang lain sehingga lingkungan juga menolak keberadaannya. Tidak jarang anak-anak ini, baik secara individual atau berkelompok, membuat anak lain mengikuti kemauan mereka dengan cara-cara yang agresif. Akibatnya, ada anak atau sekelompok anak yang menjadi korban dari anak lain yang berperilaku agresif. Oleh : MAHMUD SAEFI, S.Pd

http://belajarpsikologi.com/pengertian-perilaku-agresif/

Anda mungkin juga menyukai