Anda di halaman 1dari 28

6

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori 1. Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Menurut Effendy (2001, p. 232), pengertian pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan, karena keduanya berorientasi kepada perubahan perilaku yang diharapkan, yaitu perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam meningkatkan kesehatannya. Menurut Anwaz dalam Effendy (2001, p. 232), penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan dalam Effendy (2001,p. 233), penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsipprinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, di mana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya, dan

melakukan apa saja yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu. b. Tujuan Tujuan pendidikan yang paling pokok menurut Effendy (2001, pp. 233-234) adalah: 1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan

masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal 2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian 3) Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan c. Sasaran Sasaran penyuluhan kesehatan menurut mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Effendy, 2001, pp. 234-235). d. Hasil yang diharapkan Hasil yang diharapkan dalam penyuluhan kesehatan masyarakat adalah terjadinya perubahan sikap dan perilaku dari individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat untuk dapat

menanamkan prinsipprinsip hidup sehat dalam kehidupan seharihari untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Effendy, 2001, p. 235). e. Tempat Penyelenggaraan Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan menurut Effendy (2001, p. 235) dapat dilakukan di berbagai tempat, di antaranya adalah: 1) Di dalam institusi pelayanan Dapat dilakukan di rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, klinik dan sebagainya, yang dapat diberikan secara langsung kepada individu maupun kelompok mengenai penyakit, perawatan, pencegahan penyakit dan sebagainya. Tetapi dapat juga diberikan secara langsung misalnya melalui poster, gambar gambar, pamflet dan sebagainya. 2) Di masyarakat Penyuluhan kesehatan di masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan edukatif terhadap keluarga dan masyarakat binaan secara menyeluruh dan terorganisasi sesuai dengan masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat. Agar penyuluh kesehatan di masyarakat dapat mencapai hasil yang diharapkan diperlukan perencanaan yang matang dan terarah sesuai dengan tujuan program penyuluhan kesehatan masyarakat setempat. berdasarkan kebutuhan kesehatan masyarakat

Penyuluhan

kesehatan

masyarakat

di

masyarakat

biasanya berkaitan dengan pembinaan wilayah binaan Puskesmas atau oleh karena kejadian luar biasa seperti wabah dan lain sebagainya. f. Ruang Lingkup Ruang lingkup penyuluhan menurut Effendy (2001, pp. 236-242) meliputi 3 aspek yaitu: 1) Sasaran penyuluhan kesehatan Sasaran penyuluhan kesehatan menurut adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang dijadikan subjek dan objek perubahan perilaku, sehingga diharapkan dapat memahami, menghayati dan mengaplikasikan caracara hidup sehat dalam kehidupan sehariharinya. Banyak faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan, diantaranya adalah: a) Tingkat pendidikan b) Tingkat sosial ekonomi c) Adat istiadat d) Kepercayaan masyarakat e) Ketersediaan waktu dari masyarakat 2) Materi/pesan Materi atau pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan

10

dan

keperawatan

dari

individu,

keluarga,

kelompok,

dan

masyarakat. Sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya: a) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa kesehariannya b) Materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran c) Dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran d) Materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran dalam masalah dan keperawatan yang mereka hadapi. 3) Metode Metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain peran, dan sebagainya, yang akan dijelaskan sebagai berikut.

11

Dari metode yang dapat dipergunakan dalam penyuluhan kesehatan masyarakat, dapat dikelompokkan dalam dua macam metode, yaitu: a) Metode didaktik Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan pertanyaan apapun. Dan proses penyuluhan yang terjadi bersifat satu arah (one way method). Adapun yang termasuk dalam metode didaktik adalah: (1) Secara langsung melalui ceramah Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh

informasi tentang kesehatan. (2) Secara tidak langsung (a) Poster (b) Media cetak (majalah, buletin, surat kabar) (c) Media elektronik (radio, televisi)

12

b) Metode sokratik (1) Secara langsung (a) Diskusi Diskusi kelompok adalah pembicaraan yang

direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan di antara 1520 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. (b) Curah pendapat Curah pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masingmasing peserta, dan evaluasi atas pendapatpendapat tadi dilakukan kemudian. (c) Demonstrasi Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide, dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metoda ini

digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya. (d) Bermain peran (role playing) Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan

13

latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok. (e) Simposium Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlainan tetapi saling berhubungan. (f) Seminar Seminar adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya. (g) Studi kasus Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang sedetailnya, menganalisis yang masalah memungkinkan itu. Permasalahan kelompok tersebut

merupakan bagian dari kehidupan yang mengandung diagnosis, pengobatan dan perawatan. Dapat

disampaikan secara lisan maupun tertulis, drama, film, dapat juga berupa rekaman. (2) Secara tidak langsung (a) Penyuluhan kesehatan melalui telepon (b) Satelit komunikasi

14

g. Faktor faktor yang mempengaruhi penyuluhan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan masyarakat menurut Effendy (2001, pp. 247-248), apakah itu dari penyuluh, sasaran atau dalam proses penyuluhan itu sendiri. 1) Faktor penyuluh a) Kurang persiapan b) Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan c) Penampilan kurang meyakinkan sasaran d) Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran karena terlalu banyak menggunakan istilahistilah asing e) Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar f) Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan. 2) Faktor sasaran a) Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan yang disampaikan b) Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesanpesan yang disampaikan, karena lebih memikirkan kebutuhankebutuhan lain yang lebih mendesak c) Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubah misalnya, makan ikan dapat

menimbulkan cacingan, makan telur dapat menimbulkan cacingan

15

d) Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku. Misalnya masyarakat yang tinggal di daerah tandus yang sulit air akan sangat sukar untuk memberikan penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi dan perseorangan. 3) Faktor proses dalam penyuluhan a) Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran b) Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian sehingga mengganggu proses penyuluhan kesehatan yang dilakukan c) Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu banyak sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan penyuluhan d) Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang ditunjang oleh alat peraga yang dapat mempermudah pemahaman sasaran e) Metode yang dipergunakan kurang tepat sehingga

membosankan sasaran untuk mendengarkan penyuluhan yang disampaikan f) Bahasa yang dipergunakan sulit dimengerti oleh sasaran, karena tidak menggunakan bahasa keseharian sasaran.

16

2. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pernyataan what, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007, p. 235). Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003, p. 136). b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007,pp. 236-237) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu: 1) Tahu (know) Yaitu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk di antaranya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2) Memahami (comprehention) Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

17

3) Menerapkan (application) Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. 4) Analisis (analysis) Yaitu kemampuan untuk menyebarkan materi suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) Yaitu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation) Yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada, misalnya dapat membandingkan, menanggapi pendapat dan menafsirkan sebab-sebab suatu kejadian. c. Kaitan Pengetahuan dengan Proses Adopsi Perilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) Notoatmodjo (2007, p. 235) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

18

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus 3) Evaluation (menimbangnimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut terhadap dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi 4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru 5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers dalam menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahaptahap di atas. Apabila penerima perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. 3. Remaja a. Definisi Remaja Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004, p. 2). Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan

19

seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun yaitu menjelang masa dewasa muda. Remaja tidak mempunyai tempat yang jelas, yaitu bahwa mereka tidak termasuk golongan anak-anak tetapi tidak juga termasuk golongan orang dewasa (Soetjiningsih, 2004, p. 45). b. Batasan Remaja Batasan remaja menurut WHO dalam Soetjiningsih (2004. p. 2) adalah masa di mana: 1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. 2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola

identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. 3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh dengan keadaan yang relatif lebih mandiri. c. Tahapan Masa Remaja Menurut Soetjiningsih (2004, p. 134), dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati sebagai berikut: 1) Masa Pra Remaja Masa pra remaja adalah suatu tahap untuk memasuki tahap remaja yang sesungguhnya. Pada masa ini ada beberapa

20

indikator yang telah dapat ditentukan untuk menentukan indentitas gender laki-laki atau perempuan. Ciri-ciri perkembangan seksual pada masa ini antara lain, perkembangan fisik yang masih tidak banyak berbeda dengan sebelumnya. Pada masa ini juga mereka sudah mulai senang mencari tahu informasi tentang seks dan mitos seks baik dari teman sekolah, keluarga atau dari sumber lainnya (Soetjiningsih, 2004, p. 135). 2) Masa Remaja Awal Merupakan tahap awal remaja sudah mulai tampak ada perubahan fisik yaitu, fisik sudah mulai matang dan berkembang, remaja sudah mulai mencoba melakukan onani karena telah sering kali terangsang secara seksual akibat pematangan yang dialami. Rangsangan ini diakibatkan oleh faktor internal yaitu

meningkatnya kadar testosteron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Hampir sebagian besar dari laki-laki pada periode ini tidak bisa menahan untuk tidak melakukan onani, sebab pada masa ini mereka sering kali mengalami fantasi. Selain itu tidak jarang dari mereka yang memilih untuk melakukan aktivitas non fisik untuk melakukan fantasi atau menyalurkan perasaan cinta dengan teman lawan jenisnya yaitu dengan bentuk hubungan telepon, surat

21

menyurat atau menggunakan sarana computer (Soetjiningsih, 2004, p. 135). 3) Masa Remaja Menengah Pada masa ini para remaja sudah mengalami pematangan fisik secara penuh yaitu anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah sedangkan anak perempuan sudah mengalami haid (Soetjiningsih, 2004, p. 135). 4) Remaja Akhir Pada masa ini remaja sudah mengalami perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa, mereka telah mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai mengembangkannya dalam bentuk pacaran. Pada tahap ini juga remaja telah mencapai kemampuan untuk mengembangkan cita-citanya sesuai dengan pengalaman dan (Soetjiningsih, 2004, p. 135). Tabel 2.1. Tahapan perkembangan remaja
Tahapan Remaja Pra remaja Remaja Awal Remaja Menangah Remaja Akhir Umur (tahun) Laki-laki < 11 11-14 14-17 > 17 Umur (tahun) perempuan <9 9-13 13-16 > 16

pendidikannya

Sumber : Dikutip dari PPFA, Adolescence Sexuality, 2001 dalam Soetjiningsih (2004, p. 134)

22

d. Tugas Perkembangan Remaja Havigrust dalam Ali (2009, p. 9) mendefinisikan tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut Hurlock (Ali, 2009, p. 9) adalah: 1) Mampu menerima keadaan fisiknya; 2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa; 3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis; 4) Mencapai kemandirian emosional; 5) Mencapai kemandirian ekonomi; 6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat; 7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua;

23

8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa; 9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan; 10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab

kehidupan keluarga. Sedangkan menurut Zulkifli dalam Ali (2009, p. 10) tentang tugas perkembangan masa remaja adalah: 1) Bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin 2) Mencapai peranan sosial sebagai pria atau wanita 3) Menerima keadaan fisik sendiri 4) Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan 5) Memilih pasangan dan mempersiapkan diri untuk berkeluarga e. Pubertas 1) Pengertian Pubertas adalah suatu tahap dalam kehidupan remaja yang lebih dilandasi oleh perubahan fisik yang kemudian dikaitkan dengan perkembangan kebutuhan psikologisnya. Pubertas terletak di antara tahap-tahap perkembangan psikologis di atas tetapi rentang usia biologisnya lebih jelas. Menurut Monks (2002, p. 263) istilah pubertas datang dari kata puber (yaitu pubescent). Kata lain pubescere berarti mendapatkan pubes atau rambut kemaluan, yaitu suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual. Bila

24

selanjutnya dipakai istilah puber, maka yang dimaksudkan adalah remaja sekitar masa pemasakan seksual. Menurut Monks (2002, p. 263) pada umumnya masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15 tahun pada anak perempuan. Jadi pemasakan seksual mudah terjadi sebelum masa remaja, namun manifestasi dari aspek-aspek yang lain baru jelas nampak pada usia antara 13-14 tahun. Menurut Soetjiningsih (2004, pp. 67-73) pubertas dibagi menjadi 2, yaitu pubertas prekok dan pubertas terlambat. a) Pubertas prekok Bila tanda-tanda pubertas ditemukan sebelum umur 8 tahun pada perempuan dan sebelum umur 9 tahun pada lakilaki. Pubertas prekok dapat diklasifikasikan berdasarkan aktifitas dari aksis neuroendokringonud. Pada anak perempuan tanda fisik yang khas adalah adanya telarche atau pembesaran payudara dan adanya pubarche atau pertumbuhan rambut pubis serta terjadinya menstruasi. Pada anak laki-laki pubertas ditandai dengan membesarnya volume testis, diikuti dengan pertumbuhan rambut pubis dan bertambah panjangnya ukuran penis. Pada anak-anak dengan pubertas prekok kadar hormon FSH dan LH meningkat sesuai masa pubertas. Untuk

25

mengetahui lokasi kerusakan hipotalamus atau di hipofise dengan tes stimulasi dari GnRH. (1) Klasifikasi pubertas prekok berdasarkan penyebab (a) Pubertas prekok tergantung gonadotropin (GDPP) Disebabkan karena terangsangnya secara lebih awal aksis hipotalamus-hipofise yang normal, selain itu penyebab GDPP bisa berupa trauma kepala, tumor otak, hidrosepalus. (b) Pubertas prekok tidak tergantung gonadotropin (GIPP) GIPP sering disebut juga pubertas perifer, dimana GIPP ini disebabkan oleh tidak normalnya produksi hormon seks steroid dan tidak ada aktifasi dari aksis hipotalamus-hipofise. (2) Penanganan pubertas prekok Tipe GDPP adalah GnRH agonis akan menyebabkan menurunnya kadar FSH dan LH serta rendahnya kadar seks steroid. Sedangkan pada asetat GIPP (Depo dapat diberikan dapat

medroxyprogesteron

provera),

mencegah menstruasinya dan gangguan psikologisnya. Dosis yang direkomendasikan 54 mg/bulan, intramuscular.

26

b) Pubertas terlambat Pada perempuan didefinisikan tidak membesarnya payudara sampai umur 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai umur 15 tahun. Pada laki-laki didefinisikan bila panjang testis tidak mencapai 2,5 cm atau volume testis tidak mencapai 4 ml sampai umur 14 tahun. (1) Klasifikasi pubertas terlambat berdasarkan penyebab (a) Hipergonadotropic hipogonadism Kadar gonadotropic (FSH dan LH) meningkat namun kadar hormon sel steroid seperti testosteron dan estrogen tetap rendah, hal ini menandakan kerusakan tidak pada aksis hipotalamus-hipofise. (b) Hipogonadotropic hipogonadism. Pertumbuhan normal selama fase anak tetapi sedikit terjadi peningkatan pertumbuhan selama pubertas. (2) Penyebab pubertas terlambat Pengobatan yang digunakan tergantung

penyebabnya dan yang sering digunakan adalah seks steroid dosis rendah ditingkatkan secara bertahap di mana pada laki-laki digunakan testosteron enante intramuscular dan pada perempuan digunakan estrogen dan

medroxyprogesteron.

27

Dengan menggunakan seks steroid dosis rendah yang ditingkatkan secara bertahap akan terangsang secara alamiah dengan efek samping yang minimal pada pertumbuhan. 2) Perubahan Fisik Masa Pubertas Menurut Hurlock (2007, p.188) selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting di mana tubuh anak dewasa: perubuhan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciriciri seks primer, dan perkembangan ciri ciri seks sekunder. Adapun perubahan fisik masa pubertas pada remaja putri meliputi: a) Perubahan ukuran tubuh Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Di antara anakanak perempuan, ratarata peningkatan per tahun dalam tahun sebelum haid adalah 3 inci, tetapi peningkatan itu bisa juga terjadi dari 56 inci. Dua tahun sebelum haid peningkatan rata rata adalah 2,5 inci. Jadi peningkatan keseluruhan selama dua tahun sebelum haid adalah 5,5 inci. Setelah haid, tingkat pertumbuhan menurun sampai kirakira 1 inci per tahun dan berhenti sekitar delapan belas tahun (Hurlock, 2007, p. 188).

28

b) Perubahan proporsi tubuh Menurut Hurlock (2007, p. 188) perubahan fisik pokok yang kedua adalah perubahan proporsi tubuh, antara lain: (1) Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu. Pinggul anak yang lambat matang cenderung lebih lebar daripada anak yang cepat matang. (2) Tungkai kaki lebih panjang daripada badan. Pada anak yang lambat matang tungkai kaki lebih panjang dan ramping, sedangkan pada anak yang cepat matang tungkai kaki cenderung pendek dan besar. (3) Pola yang sama terjadi pada pertumbuhan lengan, yang pertumbuhannya mendahului pertumbuhan pesat badan, sehingga tampaknya terlalu panjang. Lengan anak yang cepat matang cenderung lebih pendek daripada anak yang lambat matang. c) Perkembangan ciriciri seks primer Menurut Heffner (2008, p. 34), semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Adapun perkembangan ciriciri seks primer yang terjadi pada remaja putri antara lain: (1) Berat uterus pada anak usia sebelas atau dua belas tahun berkisar 5,3 gram, sedangkan pada anak usia enam belas tahun berkisar 4,3 gram

29

(2) Ovarium mulai memproduksi: (a) Hormon progesteron, untuk mematangkan dan

mempersiapkan sel telur sehingga siap untuk dibuahi (b) Hormon estrogen, mempengaruhi pertumbuhan sifatsifat kewanitaan pada tubuh seseorang (payudara membesar, pinggul membesar, suara halus dan

mengatur daur siklus haid) (c) Sel telur sudah terkandung dalam jumlah banyak di dalam indung telur tetapi baru dimatangkan satu persatu sejak masuk usia remaja Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kirakira setiap dua puluh delapan hari sampai mencapai menopause, pada akhir empat puluhan atau awal lima puluhan tahun (Hurlock, 2007, p. 189). d) Perkembangan ciriciri seks sekunder Menurut Hurlock (2007, p. 190), perubahan fisik ke empat adalah perkembangan ciriciri kelamin sekunder. Perkembangan seks sekunder membedakan pria dari wanita dan membuat anggota seks tertentu tertarik pada organ jenis kelamin yang lain. Ciri ini tidak berhubungan dengan reproduksi

30

meskipun secara tidak langsung ada juga hubungannya, yaitu karena pria tertarik pada wanita dan begitu pula sebaliknya. Inilah sebabnya mengapa ciri ini disebut sekunder,

dibandingkan organorgan seks primer yang langsung berhubungan dengan reproduksi. Adapun perkembangan ciri ciri seks sekunder pada remaja putri menurut Hurlock (2007, p. 190) yaitu: (1) Pinggul Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. (2) Payudara Segera setelah pinggul mulai membesar, payudara juga berkembang. Putting susu membesar dan menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. (3) Rambut Pertumbuhan rambut pada perempuan terbatas pada kepala, ketiak, dan kemaluan, sedangkan pada laki-laki masih terdapat pertumbuhan kumis, janggut, rambut pada kaki, terkadang lengan dan dada (Monks, 2002, p. 268). Rambut kemaluan pada perempuan merupakan gambar segi tiga dengan basis ke atas, pada laki-laki gambar segi tiga

31

dengan ujung ke atas di bawah pusat (Monks, 2002, p. 268). (4) Kulit Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang poripori bertambah besar. (5) Kelenjar Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid. (6) Otot Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki. (7) Suara Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan.

32

B. Kerangka Teori

Promosi Kesehatan

Komunikasi (Penyuluhan)

Pemberdayaan Masyarakat

Training

Predisposing Factors

Enabling Factors Ketersediaan sumbersumber/fasilitas kesehatan

Reinforcing Factors Sikap dan perilaku petugas serta peraturan UU

Sikap

Kepercayaan Pengetahuan Tradisi/nilai

Perilaku Keterangan : : Tidak diteliti : Diteliti Gambar 2.1. Kerangka Teori Sumber: Notoadmodjo, (2003)

33

C. Kerangka Konsep Sebelum penyuluhan Pengetahuan tentang perubahan fisik masa pubertas pada remaja putri Setelah penyuluhan

Gambar 2.2. Kerangka konsep

D. Hipotesis Ada perbedaan yang bermakna pada tingkat pengetahuan tentang perubahan fisik masa pubertas pada remaja putri di SMP Negeri 37 Semarang sebelum dan sesudah penyuluhan.

Anda mungkin juga menyukai