Setiap provinsi dilihat pencapaiannya pada tiap jenis indikator kesehatan tersebut, yang
terbaik diberi skor 34, sedangkan yang terburuk diberi skor 1 (sesuai dengan jumlah
provinsi + Indonesia sebagai rerata nasional)). Misalnya untuk prevalensi gizi buruk,
paling sedikit di DIY (Provinsi DIY mendapat skor tertinggi yaitu 34) dan paling banyak
di NAD (Provinsi NAD mendapat skor terrendah yaitu 1), Indonesia mendapatkan nilai
22 (selalu berada diantara tertinggi dan terrendah).
Nilai tiap indikator kesehatan diperhitungakan berdasarkan hasil perkalian antara skor
provinsi dengan bobotnya. Dalam contoh di atas, pada indikator balita gizi buruk, nilai
provinsi DIY dan NAD adalah sebagai berikut:
• Provinsi DIY = 34 X 5 = 170
• Provinsi NAD = 1 X 5 = 5
• Indonesia = 22 X 5 ‘ 110
Jadi:
N (Nilai tiap indikator) = S (Skor propinsi) X B (Bobot Indikator)
Seluruh indikator (42 indikator) dijumlahkan menjadi Total Nilai Provinsi yang
bersangkutan.
Jadi :
TN (Total Nilai Provinsi) = Jumlah N (Indikator ke 1 sampai Indikator ke 42)
Kemudian total nilai ini diurutkan dari yang tertinggi sampai yang terrendah, dari sini
ditentukan peringkat seluruh provinsi.
Bila dihitung hanya indikator mutlak (20 indikator), peringkat provinsi dari yang terbaik
dampai yang terbelakang adalah sebagai berikut: