Anda di halaman 1dari 5

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan A. Sediaan Natif Darah a. Gambar butir-butir darah yang diamati B.

Waktu Pendarahan dan Waktu Beku Darah


Pengamatan Pendarahan Beku Darah 1 Beku Darah 2 Waktu Pengamatan (detik) 41 60 60

C. Hemolisis Darah
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Larutan NaCl 0.9% NaCl 0.65% NaCl 0.45% NaCl 0.25% NaCl 0% (Aquadest) Ureum 1% + NaCl 0.9% Ureum 1% + Aquadest Saponin 1% + NaCl 0.9% Saponin 1% + Aquadest NaCl 3% Makroskopis Warna Derajat Hemolisis ++++++ Tetap +++++ + ++++ ++ ++ ++++ + +++++ ++++++ Tetap + +++++ ++ ++++ +++ +++ +++++++ Krenasi Mikroskpis Bentuk Sel Ukuran Sel Normal Tetap Membesar + > Normal Membesar + + >> Normal Sel Pecah + >>>> Normal Sel Pecah + + >>>>> Normal Normal Tetap Membesar + + >>>>> Normal Membesar + + >>>> Normal Sel Pecah + + >>> Normal Mengkerut <<< Normal

D. Laju Endap Darah

Pembahasan
Pada gambar terlihat sel darah merah mempunyai permukaan dengan bentuk cakram bikonkaf dan tidak memiliki inti. Hal ini sesuai dengan pendapat Frandson (1993), bahwa sel darah merah atau eritrosit adalah sel-sel yang diameter rata-ratanya sebesar 7,5, dengan spesialisasi untuk mengangkut oksigen. Sel-sel ini merupakan cakram yang bikonkaf dengan pinggiran sirkuler yang tebalnnya 1,5 dan pusatnya yang tipis. Dari tabel waktu pendarahan dan waktu beku darah diatas, dapat dilihat bahwa waktu pembekuan darah dengan cara 1 (gelas arloji berparafin dan paku jarum) sama

dengan waktu pembekuan darah dengan cara 2 (pipa kapiler tanpa heparin). Pembekuan darah disebabkan karena kandungan garam kalsium dalam tubuh berkurang akibatnya akan sangat berpengaruh terhadap pemecahan trombosit yang mengandung tromboplastin yang penting dalam pembekuan darah, dimana tromboplastin akan bertemu protrombin dan dengan bantuan kalsium dan vitamin K akan menjadi trombin yang dapat mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Hal ini sesuai dengan pendapat Ariwibowo (2007), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi waktu koagulasi darah yaitu adanya pembentukan tromboplastin, adanya ion kalsium dan substansi tambahan faktor trombosit bereaksi dengan faktor anti hemofilik membentuk tromboplastin, protrombin, prokonvertin, akselerator konversi serum protrombin, dan ion kalsium. Dari tabel waktu pendarahan dan waktu beku darah diatas, dapat dilihat bahwa waktu pendarahan pada kelinci selama 41 detik. Hal ini disebabkan dari besar kecilnya luka, dimana semakin kecil luka maka darah yang keluar juga sedikit sehingga waktu pendarahan yang diperlukan juga singkat, begitupun sebaliknya semakin besar luka maka darah yang keluar juga banyak sehingga waktu pendarahan yang diperlukan juga banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2008), bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendarahan adalah besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemoglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah. Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll (Anonim, 2009). Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).

Kontrol yang digunakan pada praktikum ini adalah darah yang dicampur larutan NaCl 0.9 %, sehingga diperoleh hasil darah berwarna merah cerah dengan bentuk sel bulat agak renggang dan ukuran selnya kecil. Keadaan ini diasumsikan sebagai keadaan darah merah (eritrosit) dalam plasma darah. Pengamatan dilakukan pada sembilan perlakuan sebagai pembanding. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin transparan campuran darah, maka derajat hemolisisnya semakin tinggi. Sehingga bisa disimpulkan dari hasil pengamatan hemolisis, bahwa larutan yang hipotonis terhadap eritrosit mengakibatkan lisisnya hemoglobin dan keluar dari membrane sel yang membawa pigmen heme (warna merah) menyebabkan warna darah menjadi lebih merah. Berbeda dengan larutan hipertonis (NaCl 3%) yang justru menyebabkan darah menjadi mengkerut (krenasi), hal tersebut dapat dilihat dari warna campuran yang lebih keruh dari kontrol. Laju endap darah (LED) merupakan salah satu pemeriksaan terhadap darah dengan prinsip sedimentasi (pengendapan) yang diukur dengan memasukkan darah ke dalam tabung khusus selama sembilan belas jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi laju endap darah (LED)-nya. Hasil percobaan laju endap darah didapatkan laju endap darah pada darah sapi adalah . Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju endap darah (LED) adalah

faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan laju endap darah (LED) cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Definisi/Pengertian Darah, Plasma Darah dan Fungsi Alat Sistem Transportasi Manusia. http://organisasi.org/definisi-pengertian-darahplasma-darah-dan-fungsi-alat-sistem-transportasi-manusia.
Anonim. 2009a. Darah. http://id.wikipedia.org/wiki/Darah.

Anonim. 2009b. Fungsi Darah. http://www.e-smartschool.com.

Anonim. 2009c. Fungsi Darah. http://bio-mineral.com/blog/2008/04/28/fungsi-darah.

Anonim. 2009d. Sel Darah Merah. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_darah_merah

Ariwibowo, Ayong. 2007. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Dasar. Fakultas MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Evelyn, Pearce. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta.

Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Guyton, Arthur C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit. EGC Penerbit Buku kedokteran. Jakarta.

Joshua. 2008. Komposisi Darah. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1836318komposisi-darah.

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta.Schmid, K. and Friends. 1997. Animal Physiology: Adaptation and Environment. Cambridge University Press. USA.
Sonjaya. 2009a. Penuntun Praktikum Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Sonjaya. 2009b. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Susilo, T. Lili. 2008. Laju Endap Darah. http://www.berbagisehat.com/index.php/dataa-statistic/medical-term/179.html

Daftar Pustaka Frandson. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta: UGM-Press. Luchan. 2009. Laju endap darah [terhubung berkala] http://www.kalbe.co.id (21 MMaret 2013). Sonjaya, H. 2010. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Makassar: Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Susilowati, S. 2010. Laju endap darah dan sampel darah [terhubung berkala] http://digilib.unimus.ac.id (21 Maret 2013).

Anda mungkin juga menyukai