BAB I
PENDAHULUAN
Osteopetrosis merupakan suatu penyakit tulang dimana terjadi peningkatan
densitas tulang abnormal dan mudah mengalami fraktur. Para peneliti telah
mengklasifikasikan osteopetrosis kedalam beberapa kelompok besar, yang dapat
dibedakan berdasarkan keturunan: autosomal dominant, autosomal recessive, atau Xlinked. Selain itu juga dapat dibedakan berdasarkan tanda dan gejala dari masing
masing tipe tersebut.
Autosomal dominant osteopetrosis (ADO), yang juga disebut AlbersSchnberg disease, merupakan jenis yang paling ringan. Beberapa orang yang
menderita penyakit ini tidak menunjukan adanya gejala. Pada pasien dengan jenis ini,
kelainan densitas biasanya ditemukan secara kebetulan ketika pasien melakukan x-ray
dengan alas an lain. pada pasien yang terdapat tanda dan gejala, manifestasi utama
pada tipe ini berupa fraktur multiple tulang, abnormal kurvatura spinalis (skoliosis)
atau abnormalitas spinal lain, arthritis pada pinggul, dan infeksi tulang
(osteomyelitis). Masalah masalah ini biasanya muncul dimasa anak anak akhir
atau di masa remaja.
Autosomal recessive osteopetrosis (ARO) tipe yang lebih berat yang gejalanya
muncul diawal masa pertumbuhan. Individu yang menderetia jenis ini memiliki resiko
tinggi terjadinya fraktur yang hanya diakibatkan oleh benturan kecil atau terjatuh.
Abnormalitas pada densitas tulang tengkorak mereka menyebabkan terjepitnya
persarafan yang ada di kepala dan wajah (Nervus Cranialis), yang sering
menyebabkan hilangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, dan paralisis otot
fasialis. Peningkatan densitas tulang ini juga dapat mengganggu fungsi dari sumsum
tulang, yang menghambat pembentukan sel darah baru dan system imun. Akibatnya,
pasien dengan people osteopetrosis berat memiliki resiko perdarahan abnormal,
anemia, dan infeksi berulang. Pada kasus kasus berat, kelainan sumsum tulang ini
dapat menjadi kasus yang mengancam jiwa pada masa awal pertumbuhan atau dimasa
awal anak anak.
Manifestasi lain dari autosomal recessive osteopetrosis bisa berupa
terhambatnya pertumbuhan dan proporsi tubuh yang pendek, abnormalitas gigi, dan
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Anatomi Tulang
Tulang memiliki ciri-ciri berikut:
1. Tulang kompak adalah jaringan yang tersusun rapat dan ditemukan sebagai
lapisan di atas jaringan tulang berongga. Porositasnya bergantung pada saluran
kanalikuli yang mengandung pembuluh darah yang berhubungan dengan
saluran Havers.
tulang
dalam
ukuran
lebarnya,
berarti
tulang
kompak
dan
dibungkus
kartilago
artikular
(kartilago
Pergerakan
Tulang memungkinkan pergerakan tubuh dengan berfungsi sebagai
tuas dan titik penempelan otot.
Penyimpanan mineral
Tulang berfungsi sebagai gudang kalsium dan fosfor,mineral yang
penting bagi kegiatan sel di seluruh tubuh.
Produksi sel darah
Produksi sel darah atau hemotopoiesis terjadi di sumsum tulang yang
berada di dalam rongga tulang tertentu.
Penyimpanan energi
Lipida yang disimpan di dalam sel-sel adiposa di sumsum kuning
bertindak sebagai gudang energi.7
pertumbuhan
tulang
atau
spikula,
menyatu
dan
tulang-tulang
primitif,
yang
dikelilingi
mesenkim
terkondensasi dan kemudian akan menjadi periosteum. Karena seratserat kolagen tersebar ke semua arah, maka tulang baru ini sering kali
disebut tulang woven.
1. Pada area tulang berongga primitif yang menajdi tempat
tumbuh tulang kompak, trabekula menjadi lebih tebal dan
secara bertahap menghentikan intervensi jaringan ikat.
2. Di area tempat tulang tetap menjadi tulang cancellus, ruangruang jaringan ikat diganti dengan sumsum tulang.
d. Matriks
kartilago
disekitarnya
berkalsifikasi
melalui
proses
Pertumbuhan tulang dalam hal ketebalan terjadi akibat pertumbuhan aposisional dari
periosteum, bersamaan proses reorganisasi osteoklastik dari dalam.
Daerah diantara sistem-sistem havers ini terjadi atas lamela interstisiil, sedangkan
kanalikuli tersusun agak berlainan. Lamela dalam jaringan bentuk jala tersusun
kurang teratur dan tidak mempunyai saluran havers, sedangkan pembuluh darah
bercabang-cabang dalam ruangan interstisiil yang berisi sumsum untuk memberi
persediaan darah kepada pembuluh darah yang lebih halus.Permukaan dalam tulang
ditutupi oleh lapisan sel-sel pembentuk tulang dan jaringan ikat yang disebut
periosteum dan endosteum. Periosteum adalah membran vaskuler fibrosa yang
melapisi tulang, banyak pembuluh darah dan melekat erat pada tulang. Pada tulang
yang sedang tumbuh terdapat lapisan sel pembentuk tulang diantara periosteum dan
tulang.Sedangkan endosteum adalah lapisan yang melapisi semua permukaan rongga
di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sedikit sekali
jaringan ikat.
II.5 Definisi
Osteopetrosis (Albers-Schonberg disease) adalah sindrom klinis dengan
karakteristik kegagalan osteoklas dalam menyerap tulang. Akibatnya, bone modeling
dan remodeling menjadi terganggu. Tulang menjadi skeloritk dan tebal, tapi struktur
abnormal yg terjadi pada tulang menyebabkan tulang menjadi lemah dan rapuh.
Selain itu defek dari tulang ini juga dapat menyebabkan hematopoietic insufficiency,
disturbed tooth eruption, nerve entrapment syndromes, dan growth impairment.
II.6 Epidemiologi
Angka kejadian osteopetrosis diperkirakan 1 kasus per 100,000-500,000
populasi. Kejadian secara nyata tidak diketahui, karena studi epidemiologi
belumpernah dilakukan.
Autosomal dominant osteopetrosis kelainan yang paling sering terjadi,
mengenai 1 dari 20,000 populasi. Autosomal recessive osteopetrosis merupakan jenis
yang jarang, terjadi hanya 1 dari 250,000 populasi.
Jenis lain dari osteopetrosis sangat jarang. Hanya beberapa kasus dari
intermediate autosomal osteopetrosis dan OL-EDA-ID yang dilaporkan ke literature
medis.
II.7 Etiologi
Osteopetrosis disebabkan oleh kondisi yang mengganggu produksi osteoklas
dan kemampuan mereka dalam menghancurkan tulang. Dalam sebagian besar kasus,
masalah ini terkait dengan ketidak mampuan osteoklas untuk memproduksi asam pada
permukaan tulang. Biasanya, sel-sel membentuk asam secara internal dan kemudian
memindahkannya ke luar sel, dimana dimulailah proses pencernaan tulang. Gangguan
dalam produksi asam, atau dalam proses perpindahan asam melintasi membran sel,
telah terbukti mengakibatkan terjadinya osteopetrosis.
Baru-baru ini, gen-gen yang berhubungan dengan osteopetrosis telah dapat
dijelaskan. Cacat genetik yang paling umum terlihat pada osteopetrosis yang berat
10
adalah adanya "proton pump" yang hanya ada dalam osteoklas, yang memindahkan
asam (proton) melintasi membran sel. Gen ini disebut ATP6i atau TCIRG1, dan cacat
pada gen ini tampak pada 50-60% kasus dari osteopetrosis berat.
Gen lain yang dibutuhkan untuk memindahkan proton melintasi membran sel
adalah "chloride channel," disebut CLCN7. Ini adalah gen kedua yang paling umum
terlihat pada osteopetrosis, sekitar 15% dari kasus osteopetrosis berat. Menariknya,
mutasi pada gen ini juga memiliki peran terhadap jenis osteopetrosis lain yang ringan.
II.8 Patofisiologi
Bone cells dan bone modeling dan remodeling
Pada 1999, secara jelas Baron mengemukakan tentang cell biology dari bone
remodeling. Osteoblas mensintesis matrix tulang, dimana secara dominan dibentuk
oleh kolagen tipe I dan ditemukan di bone-forming surface. Osteoblas berasal dari
fibroblast. Extracellular matrix mengelilingi sebagian osteoblasts, yang nantinya
disebut osteosit. Mereka dipercaya sebagai inti dari bone remodeling.
Osteoklas merupakan derivate dari monosit/makrofag. Osteoclas mampu
melekat pada matrix tulang dengan bantuan integrin receptor untuk membentuk
sealing zone, yg merupakan kompartemen asidifikasi dan sekuester. Asidifikasi
meningkatkan solubilitas mineral tulang di dalam sealing zone, dan beberapa
protease, khususnya cathepsin K, yang mengkatalisis degradasi dari matrix protein.
Bone modeling and remodeling berbeda dalam perubahan bentuk dari tulang
dan mencolok saat masa anak anak dan remaja. Modeling merupakan proses
dimana rongga sumsum melebar sebagaimana tulang berkembang. Kegagalan proses
modeling merupakan dasar dari kelainan hematopietic di osteopetrosis. Remodeling,
melibatkan degradasi jaringan pada tulang dari struktur tulang yang sudah ada dan
menggantinya dengan tulang yang baru disintesis. Kegagalan proses remodeling
merupakan dasar dari woven bone yang menetap.
11
mengikat
RANKL,
membatasi
kemampuannya
untuk
merangsang
cacat genetik tertentu pada manusia hanya diketahui pada osteopetrosis yang
disebabkan oleh karbonat anhidrase II defisiensi (dibahas di bawah)
12
II.9 Klasifikasi
Terdapat 2 sub tipe dari osteopetrosis:
Pada manusia, 3 bentuk klinis penyakit iniinfantile, intermediate, dan adult onset
dapat diidentifikasi berdasarkan usia dan manifestasi klinis.
Karakteristik
Onset Dewasa
Infantile
Intermediate
Inheritance
Autosomal dominant
Autosomal recessive
Autosomal recessive
Berat
Tidak
Buruk
Buruk
Bone
marrow Tidak
failure
Prognosis
Baik
Diagnosis
Diagnosa
sengaja
13
Bentuk lain yang lebih jarang telah dilaporkan (lethal, transient, postinfeksi, didapat).
Bentuk jelas dari osteopetrosis terjadi pada kasus yg berhubungan renal tubular
acidosis dan cerebral calcification akibat carbonic anhydrase isoenzyme II deficiency
gagal tumbuh
hiperkalsemia
limfadenopati
karies gigi
Salah satu gambaran paling umum adalah dengan adanya gangguan okular : ketidak
mampuan untuk menilai fiksasi, nystagmus atau strabismus. Penyebab gejala ini
adalah adanya kompresi saraf kranial karena pertumbuhan berlebih foraminal dan
karenanya, gejala cenderung tidak membaik meskipun sudah diberikan pengobatan.
Saraf kranial dan foraminae lain mungkin dapat dipengaruh :
14
Type I
Type II
Skull sclerosis
the vault
Spine
Pelvis
sclerosis
appearance
No endobones
Transverse banding of
Absent
Risk of fracture
Low
High
Normal
Very high
metaphysis
15
Sebagian besar pasien tidak menunjukkan gejala, dan diagnosis dibuat secara
kebetulan, diagnosis sering ditegakan barau pada akhir masa remaja, karena kelainan
radiologis mulai muncul hanya dalam masa kanak-kanak. Pada pasien lain, diagnosis
didasarkan pada riwayat keluarga. Masih memungkinkan bahwa pasien mengaami
osteomyelitis atau patah tulang.
Beberapa pasien juga disertai nyeri tulang. Gangguan tulang yang umum
terjadi, termasuk neuropati, merupakan akibat dari jeratan pada saraf kranial (seperti
tuli, facial palsy), carpal tunnel syndrome, dan osteoarthritis. Tulang menjadi rapuh
dan mudah patah. Sekitar 40% dari pasien mengalami patah tulang berulang.
Osteomielitis dari mandibula terjadi pada 10% pasien.
Manifestasi lain berupa gangguan penglihatan akibat dari adanya degenerasi
retina dan retardasi psikomotor. Fungsi dari sumsung tulang pada kasus ini tidak
mengalami kelainan.
Osteopetrosis pada defisiensi carbonic anhydrase isoenzyme II
Suatu bentuk yang berbeda dari osteopetrosis yang berhubungan dengan asidosis
tubulus ginjal dan kalsifikasi serebral akibat defisiensi karbonat anhidrase isoenzim II.
Enzim ini mengkatalisis pembentukan asam karbonat dari air dan karbon dioksida.
Memisahkan asam karbonat spontan untuk melepaskan proton, yang penting untuk
menciptakan lingkungan asam yang diperlukan untuk pemecahan mineral tulang pada
resorpsi lakuna. Kurangnya jumlah enzim ini berakibat terjadinya gangguan resorpsi
tulang. Gambaran klinis bervariasi antara individu-individu yang terkena dampaknya.
II.10 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan anamnesa terhadap riwayat perjalanan
penyakin dan dapat ditegakan berdasarkan gambaran klinis yang ada. Juga perlu di
tunjang dengan pemeriksaan laboratorium maupun radiologi.
16
Laboratorium
Temuan laboratorium pada infantile osteopetrosis :
Parathyroid
hormone
(PTH)
biasanya
meningkat
(secondary
hyperparathyroidism)
17
II.12 Tatalaksana
Pengobatan untuk osteopetrosis autosomal dominan secara tradisional lebih
kearah suportif, mengatasi masalah (gangguan visiual, gigi, infeksi, patah tulang, dll)
yang muncul.
Manajemen osteopetrosis infantil malignan termasuk terapi yang lebih agresif
seperti berikut:
Interferon gamma adalah obat yang diberikan melalui suntikan yang dapat
menunda perkembangan penyakit, dan merupakan satu-satunya terapi yang
secara khusus disetujui untuk osteopetrosis oleh US Food and Drug
Administration (FDA). Ada juga bukti kuat bahwa Interferon (Actimmune)
mengurangi kemungkinan infeksi serius pada orang dengan osteopetrosis.
Namun, tidak menyembuhkan, dan pasien dapat terus berkembang saat
pengobatan.
18
Calcitriol, bentuk aktif dari vitamin D, adalah stimulator poten dari osteoklas.
Ketika dosis tinggi diberikan, calcitrol dapat membantu meningkatkan jumlah
sel darah dan jumlah ruang sumsum tulang. Sementara beberapa masalah yang
disebabkan oleh osteopetrosis dapat teteap meningkatkan, calcitriol tidak
sebagai penyembuh untuk penyakit ini, karena perubahan yang terjadi tidak
permanen, dan pasien mungkin dapat tetap memburuk walaupun calcitriol
tetap dilanjutkan.
19
BAB III
KESIMPULAN
Osteopetrosis (Albers-Schonberg disease) adalah sindrom klinis dengan
karakteristik kegagalan osteoklas dalam menyerap tulang. Akibatnya, bone modeling
dan remodeling menjadi terganggu. Merupakan suatu penyakit yang jarang yang bersifat
kongenital
genetik yang paling umum terlihat pada osteopetrosis yang berat adalah adanya
"proton pump" yang hanya ada dalam osteoklas, yang memindahkan asam (proton)
melintasi membran sel. Gen ini disebut ATP6i atau TCIRG1. Gen lain yang
dibutuhkan untuk memindahkan proton melintasi membran sel adalah "chloride
channel," disebut CLCN7. Ini adalah gen kedua yang paling umum terlihat pada
osteopetrosis.
Terdapat 2 tipe osteopetrosis secara garis besar, Autosomal recessive osteopetrosis
yang merupakan tipe berat dan Autosomal dominant osteopetrosis yang merupakan tipe
ringan. Berdasarkan gambaran klinis dan radiologi, sudah cukup untuk menegakan diagnosis
dari osteopetrosis.
Terapi pada kasus ini berbeda untuk ke dua jenis, dimana untuk tipe autosomal
dominan terpai berupa suportif sedangkan autosomal resesif terapi yang diberikan agresif.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Lampiran
22
Lampiran
a.
Gambar 2.1 a dan b Neonate with typical features of autosomal recessive type of
osteopetrosis. Note widened costo-chondral junctions; typical metaphyseal lucent bands
b.
23
24
Gambar 3.1 Osteopetrosis showing the classical bone within a bone on the foot radiograph
25
26
Protein
Lesion
Phenotype
Human
Equivalent
Csf1
M-CSF
Naturally occurring
op allele (frame
shift)
None
known
Csf1r
M-CSF
receptor
Targeted disruption
in exon 3
None
known
Tnfsf11
RANKL
Targeted
disruptions
None
known
Tnfrsf11a
RANK
Targeted
disruptions
Duplication
s in exon 1
found in
Paget
disease and
in familial
expansile
osteolysis
Ostm1
Osteopetrosisassociated
transmembran
e protein 1
Naturally occurring
deletion
Acp5
Tartrate
Targeted disruption
resistant acid
phosphatase
(acid
phosphatase 5)
Chondrodysplasia, osteopetrosis
None
known
Car2
Carbonic
anhydrase II
Osteopetros
is with renal
tubular
acidosis
27
Clcn7
Chloride
channel 7
Targeted
disruptions
Chondrodysplasia, osteopetrosis,
failure of tooth eruption, optic
atrophy, retinal degeneration,
premature death
Autosomal
dominant
type 2
osteopetrosi
s, autosomal
recessive
osteopetrosi
s
Ctsk
Cathepsin K
Targeted disruption
Pycnodysos
tosis
Gab2
Grb2 associated
binder 2
Targeted disruption
None
known
Mitf
Microophthalmia
associated
transcription
factor
Spontaneous
mutations, ENU
mutagenesis,
radiation
mutagenesis,
targeted disruption,
untargeted
insertional
mutagenesis
Waardenbur
g syndrome,
type 2a;
Tietz
syndrome,
ocular
albinism
with
sensorineur
al deafness
Src
c-SRC
Targeted disruption
None
known
Tcirg1
116-kD
subunit of
vacuolar
proton pump
Spontaneous
deletion, targeted
disruption
Autosomal
recessive
osteopetrosi
s
Traf6
Tumor
necrosis factor
(TNF)receptor
associated
factor 6
Targeted
disruptions
None
known
28
29