Anda di halaman 1dari 5

KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

------------------------------------------------

Di bawah ini sedikit ulasan berkaitan dengan kepemimpinan dalam Islam,


apabila ada yang kurang mohon dimaafkan dan dikoreksi.

A.PERPECAHAN VS PERSATUAN, PERBEDAAN VS PERSAMAAN

Salah satu isyu sensitif dalam umat Islam adalah terdapatnya fenomena bahwa dalam tubuh umat Islam
terjadi perbedaan. Setiap kasus yang kemudian cenderung untuk menimbulkan perbedaan selalu
dieliminir atau paling tidak ditutup kasusnya. Penyebabnya adalah ketakutan umat Islam akan perpecahan
yang dapat ditimbulkan karena perbedaan yang terjadi.Benarkah setiap perbedaan berarti sama dengan
perpecahan ? Mari kita lihat bersama-sama dan satu-persatu.

Beberapa kalangan berpendapat bahwa Rasul pernah bersabda bahwa Perbedaan adalah Rahmat.
Sehingga banyak umat yang "tenang-tenang" saja dengan adanya perbedaan.Sebenarnya kita tidak perlu
berpendapat demikian karena hadits ini termasuk hadits palsu ( lihat Silsilah hadits Dhaif dan Maudhu
AlAlbani ).

Walau demikian memang nash baik Qur'an ataupun Hadits memang memberi potensi adanya perbedaan,
dan ini dapat ditolerir ( lihat Hakikat Hukum Islam -Dr Bayanuni ), yaitu tentang keberadaan nash-nash
yang dzanni dan memang juga terdapat beberapa hal yang Nabi memang memberikan pilihan.

Hanya saja jumhur ulama sepakat bahwa perbedaan hanyalah pada nash yang dzanni, tetapi tidak pada
nash yang qoth'i ( baik wurud ataupun dalalahnya Perbedaan sebenarnya juga tidak dapat diterima apabila
salah satunya tidak memiliki kehujjahan yang asalnya dari nash Qur'an dan Sunnah ( misalnya hujjahnya
adalah pendapat orang non Islam dst ).

Oleh karena itu sejak, jaman Rasul SAW perbedaan memang sudah terjadi ( misalnya kasus sholat Ashar
di Bani Quraidah ), para shahabat, tabiin, tabiut tabiin dst . Dapat dilihat bahwa perbedaan mereka tidak
mengantarkan mereka pada perpecahan.Mengapa ? Karena memang perbedaan tidak otomatis sama
dengan perpecahan dan apabila terjadi persamaan tidak otomatis terjalinlah persatuan.

Kemudian apa yang disebut perpecahan ? Perpecahan adalah ketika umat Islam memiliki oleh 2 orang
pemimpin atau lebih. Sedangkan persatuan adalah apabila Umat Islam memiliki satu pemimpin saja.
Dalilnya : " Apabila dibaiat dua orang khalifah maka bunuhlah yang kedua"
( HR Muslim dari Abu Said Al Khudri ). Ini menunjukkan bahwa tidak boleh mengangkat dua orang
pemimpin Islam ( keabsahan pemimpin Islam adalah Baiah lihat point C ).

Sehingga apa yang selayaknya diupayakan umat Islam saat ini adalah bagaimana agar Umat Islam
didunia ( bukan hanya di Indonesia ) bergerak menuju persatuan yaitu dengan memiliki seorang
pemimpin saja. Tidak lagi menambatkan hatinya pada pemimpin masing-masing negeri, karena itulah
wujud hakiki dari perpecahan umat Islam.

Disamping itu perlu usaha sungguh-sungguh dari kalangan muslimin dalam mempelajari khazanah Islam,
sehingga tidak gampang kaget dengan perbedaan atau seenaknya mengikuti dan mendukung perbedaan.

B.KEHARUSAN ADANYA PEMIMPIN ISLAM

B.1 Dalil dalam Qur'an

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul dan Ulil Amri diantara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat akan se-suatu perbedaan diantara kamu, maka kembalilah
kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian " QS An
Nisaa 59
Dari ayat ini tampak bahwa Allah memerintahkan untuk taat kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri, namun
jika terjadi perbedaan dikembalikan kepada Allah dan Rasul saja, tidak lagi kepada Ulil Amri. Allah SWT
tidak akan memerintahkan taat kepada sesuatu yang tidak ada, sehingga keberadaan Ulil Amri adalah
kewajiban kaum muslimin. Sekaligus menunjukkan bahwa Ulil Amri yang ditaati adalah Ulil Amri yang
melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya, atau yang menerapkan hukum-hukum Islam.

Adapun dalil yang lain : " Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah SWT dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka " QS Al Maidah 49

B.2 Dalil Sirah Rasul

Dalil dari Sunnah adalah upaya Rasul dalam mendapatkan kekuasaan, di Mekkah, Thaif, pada para
kabilah yang datang berhaji, dan akhirnya berhasil diperoleh setelah diberikan oleh Aus dan Kharaj.
Setelah Aus dan Kharaj bersedia memberikan lalu dilaksanakan baiah kepada Rasul ( baiah Aqobah ).

Baiah ini merupakan pengangkatan Rasul sebagai pemimpin Islam sekaligus tanda kesetiaan umat Islam
saat itu untuk melaksanakan seluruh perintah Allah dan Rasul-Nya ( bukan persaksian Rasul sebagi Nabi,
kalau yang ini adalah dengan syahadat ).

Diriwayatkan oleh Ubadah bin Shamit : "Rasulullah SAW mengajak kami membaiatnya, lalu kami
membaiat beliau, lalu beliau mengajarkan kami bagaimana kami harus berbaiat :kami berbaiat
kepadanya, untuk mendengar dan mentaati (perintahnya). Baik dalam keadaan yang kami senangi
ataupun kami benci, dalam keadaan sulit ataupun lapang, serta tidak mendahulukan urusan kami, dan agar
kami tidak menentang penguasa kecuali apabila terlihat kekufuran yantg nyata, yang kamu punya bukti
atas dasar wahyu Allah " (HR Bukhari 7055-7056 )

Sejak itu para shahabat memiliki pemimpin, yaitu Rasul sendiri, yang kemudian Rasul beserta para
shahabat melaksanakan seluruh perintah Allah SWT dan Rasul SAW tanpa ragu-ragu. Adanya baiah dan
pelaksanaan hukum Allah termasuk jihad ) selanjutnya dilaksanakan oleh kaum muslimin secara terus-
menerus hingga kurang lebih 13 abad dan berakhir saat runtuhnya Kekhalifahan Utsmani 1924.

Terdapat beberapa kalangan yang menolak bahwa Rasul SAW saat di Mekkah tidaklah mencari
kekuasaan, berdasarkan sabda beliau ketika Abu Thalib meminta kepada beliau untuk menghentikan
dakwah Islam, dengan imbalan harta,wanita, dan tahta dari pemimpin kafir.Sabda beliau

Demi Allah, hai pamanku, seandainya mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan
kiriku supaya aku meninggalkan dakwah ini, tiadalah aku tinggalkan sampai Allah memenangkan dakwah
atau aku binasa karenanya " ( Tarikh AtThabari, Juz II hal 326, tarikh Ibnu Katsier Juz II
hal 64 )

Berdasarkan hadits ini banyak kalangan yang menganggap bahwa umat islam tidak perlu berkuasa.
Sebenarnya ini merupakan kesimpulan yang kurang teliti, mengapa ? Penolakan kekuasaan oleh Rasul
terhadap kekuasaan yang diberikan pemimpin Quraisy adalah agar Rasul menghentikan siar Islam dan
penerapan Islam. Sedang pemberian kekuasaan dari Aus dan Kharaj diterima, karena nantinya kekuasaan
yang dimiliki Rasul adalah untuk melaksanakan perintah Allah SWT.

Terjadi pula kerancuan dikalangan umat islam berkaitan dengan masalah ini, yaitu banyak tokoh yang
berupaya mendapatkan kekuasaan tapi ujungnya bukan untuk menerapkan syariah Islam tetapi malah
perundangan Barat.

B.3 Dalil Ijma Shahabat

Shahabat adalah orang-orang yang mengetahui langsung bagaimana Islam itu diturunkan. Sehingga
merekalah orang-orang yang paling tahu kan Islam dan syariahnya. Tentu saja mereka faham benar
bahwa yang namanya penguburan mayat adalah harus disegerakan.Terlebih lagi mayat tersebut adalah
jenazah Rasul SAW.

Tetapi ketika Rasul wafat tersebut, para shahabat mendiamkan jenazah Rasul dan berkumpul di Saqifah
Bani Saidah. Mereka disana berkumpul untuk membahas pengganti Rasul sebagai pemimpin negara atau
daulah, hingga 3 hari.

Sehingga dalam waktu tiga hari tersebut mereka tidak segera mengurus jenazah Rasul, karena mereka
menyadari bahwa kepentingan umat akan pemimpin lebih tinggi nilainya dari pengurusan jenazah.
Kewajiban akan mengangkat pemimpin Islam lebih tinggi akan kewajiban mengurus jenazah meskipun
itu jenazahnya Rasul.

Mengapa itu dilakukan shahabat ? karena pemimpin menyangkut eksistensi Umat dan keterjagaannya
pelaksanaan syariah dan penyebaran Islam di muka bumi.

Imam itu merupakan pelayan, dimana dialah yang bertanggung jawab untuk
mengurusi rakyatnya " (HR Ahmad, Bukhari,Muslim dari Ibnu Umar )

Dan akhirnya terpilihlah Abu Bakar Ash shidiq.

C.BAIAH, KEABSAHAN PEMIMPIN ISLAM

Telah dijelaskan di atas bahwa umat Islam mempunyai kewajiban untuk mengangkat seorang pemimpin
saja. Pemimpin ini ( biasa disebut Amirul Mukminin atau Khalifah ), diangkat untuk memegang amanah
umat, yaitu untuk melaksanakan syariah Islam secara menyeluruh.

Secara lebih ringkas tugas Khalifah adalah riya'atusuunil ummah dakhilian wa kharijian atau
mengatur/melayani umat, baik untuk urusan dalam negeri ataupun luar negeri, tentunya dengan aturan
syariah Islam.

Seluruh ulama Islam telah sepakat tentang kewajiban umat Islam untuk mengangkat seorang Khalifah,
sekaligus ketidakbolehan umat mengalami kevakuman dari adanya khalifah. Dapat disimak pendapat
Imam Ibnu Hazm AzZhahiri sebagai berikut :

"Ahli Sunnah dan seluruh golongan Islam, seperti Murji'ah, Syi'ah dan Khawarij, telah sepakat tentang
wajibnya adanya khalifah, dan bahwa umat Islam wajib tunduk kepada seorang imam yang adil, yang
menegakkan hukum-hukum Allah SWT diantara mereka, dan yang mengatur urusan mereka dengan
hukum-hukum syara' yang dibawa Rasulullah SAW. Kecuali golongan Najdaat dari kelompok Khawarij,
mereka mengatakan tidak wajib.

Akan tetapi kelompok ini sudah lenyap.Mereka adalah pengikut Najdaat bin Umair alHanafi. Namun
pendapat golongan ini tidak bisa diterima.Untuk menolak pendapat mereka cukuplah dengan adanya Ijma
dari seluruh ummat Islam yang telah disebutkan di atas. Demikian pula Al-Qur'an dan Assunah telah
menjelaskan tentang wajibnya mengankat imam/khalifah" ( Ibnu Hazm AzZhahiri, dalam Al Fishal fil
Milal wan Nihal, Juz III, halaman 87 )

Keberadaan khalifah adalah ditunjukkan dengan adanya baiah. Baiah inilah sebagai akad syah
pengangkatan seorang Khalifah. Baiahnya disebut baiah in'iqad ( baiah pengangkatan ). Baiah dilakukan
ummat harus dengan keridlaan mereka terhadap seorang yang memiliki syarat-syarat in'iqadul. Baiah ini
merupakan kewajiban umat sekaligus sumpah ummat untuk melaksanakan perintah khalifah. Setelah
diangkat khalifah berkewajiban melaksanakan hukum-hukum syara' secara murni dan konsekuen.

Dalil kewajiban ummat untuk baiah :

"Siapa saja yang mati sedangkan dipundaknya belum ada baiah, maka matinya seperti mati jahiliyah"
( HR.Muslim )
Dalil bahwa baiahlah satu-satunya cara yang syah dalam mengangkat Khalifah :

"Sesungguhnya orang-orang yang berbaiah kepadamu hanyalah ( berarti ) telah berbaiah kepada Allah,
"Tangan" Allah di atas mereka..(QS Al Fath 10)

"Hai, Nabi jika datang para wanita yang beriman untuk berbaiah kepadamu, bahwa mereka tidak akan
mensekutukan sesuatupun dengnan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berbuat dusta, tidak akan
membunuh anak mereka, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan di antara tangan dan kaki
mereka dan merekapun tidak akam menentangmu dalam kebajikan, maka terimalah baiah mereka itu (QS
Al Mumtahanah 12)

Dalil baiah sekaligus menunjukkan kewajiban untuk taat kepada khalifah dalam pelaksanaan hukum
syara' :

"Kami berbaiat kepada nabi SAW untuk senantiasa mendengar dan menaati perintahnya, baik dalam
keadaan yang kami senangi dan kami tidak akan merebut kekuasaan dari yang berhak dan agar kami
senantiasa mengerjakan atau mengatakan yang haq dimanapun kami berada, tidak takut---karena Allah--
akan celaan dari orang-orang yang mencela.(HR.Bukhari, dari Ubadah bin Shamit)

"Siapa saja yang telah membaiat seorang Imam lalu memberikan uluran tangan dan buah hatinya, maka
hendaklah ia menta'atinya"(HR.Muslim)

C.1 Syarat In'iqad ( pengangkatan ) Khalifah

Pertama: Muslim
Jabatan khalifah harus dipegang oleh seorang Muslim. Khalifah berkewajiban untuk melaksanakan
hukum-hukum Islam, sehingga mustahil rasanya apabila kahlifah beragama non Muslim
"Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang
mukmin"(QS AnNisa 141)

Kedua:Laki-laki
Tidak diperbolehkan jabatan khalifah adalah wanita. Sebagaimana sabda Rasul saat mendengar berita
pengangkatan putri Kisra"Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan kekuasaan
mereka kepada seorang wanita"

Ketiga: Baligh
Tidak boleh mengangkat anak-anak sebagai khalifah. Anak yang belum baligh, tidaklah kena beban taklif,
sehingga disyaratkan bahwa khalifah adalah orang yang sudah baligh.
"Telah diangkat pena atas tiga orang. Anak kecil hingga akil baligh. Orang tidur hingga bangun.Orang
gila hingga sembuh" (HR. Abu Daud dari ali bin Abi Thalib )

Keempat :Berakal
Tidak diperkenankan mengankat orang yang gila sebagai khalifah. Sebabnya karena orang gila juga tidak
dikenai beban taklif. Dalilnya sama dengan dalil di atas.

Kelima : Adil
Orang yang diangkat haruslah orang yang adil. Yaitu individu yang menjalankan agama Allah dengan
sungguh-sungguh dan selalu menjaganya.
"Hendaklah menjadi saksi dua orang yang adil dari kamu sekalian" QS Thalaq 2 ). Berdasarkan ayat ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk saksi saja harus adil apalagi khalifah ( qiyas aula ).

Keenam: Merdeka
Tidak syah orang yang dimiliki oleh orang lain, diangkat sebagai khalifah, karena pada nantinya dia bakal
mengatur umat. Sedangkan bila ia tidak merdeka mengatur dirinya sendiripun tidak dapat.
Ketujuh: Mampu melaksanakan amanat sebagai khalifah
Harus diangkat khalifah yang sanggup melaksanakan hukum Allah dan Rasul Nya. Tidak diperkenankan
mengangkat khalifah untuk melaksanakan hukum Barat misalnya.

C.2 Syarat Wilayah

Disamping syarat In'iqad khalifah yang lebih banyak menekankan syarat secara individu, masih terdapat
syarat lain yang berkaitan dengan wilayah atau negara yang menjadi wewenang khalifah. syarat tersebut
adalah :

1.Kekuasaan negeri itu harus berada ditangan kaum muslimin. Tidak syah apabila negeri tersebut
berada didalam kekuasaan kaum kufr atau berada didalam pengaruh negara kufr.

2.Keamanan dinegeri tersbut adalah berada di tangan kaum muslimin dan bukan berada ditangan kaum
kufr.

3.Negeri tersebut segera menerapkan Islam secara serentak dan menyeluruh serta segera mengemban
dakwah keseluruh dunia.

4.Khalifah yang diangkat harus memenuhi syarat in'iqad.

Dalilnya adalah perjalanan sirah Rasul. Dari apa yang diriwayatkan berkaitan dengan upaya dakwah
Rasul, tampak bahwa Rasul tidak melakukan baiah saat umat islam belum memiliki kekuasaan dan
keamanan. Misalnya saat di mekkah dan saat di Thaif.

Namun baiah diijinkan oleh Rasul saat kaum Aus dan Khazraj siap melaksanakan perintah Rasul ( Baiah
aqobah I dan II ).
Artinya saat umat islam telah memilki kekuasaan dan keamanan sanggup dipenuhi oleh kaum mmuslimin
sendiri ( kekuasaan dan keamanan ini diberikan oleh kaum Aus dan Khazraj ).

Setelah itu, berdirilah Daulah Islamiyah, dan syariah Islam diterapkan secara menyeluruh, termasuk
penyebaran Islam ke seluruh dunia, hingga lenyap dari muka bumi 1924 M, 1300 tahun kemudian.

Anda mungkin juga menyukai