DAFTAR TABEL
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4 .4.
Tabel 4 .5.
Tabel 4.6.
Tabel 4 .7.
Tabel 4 .8.
Tabel 4.9.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS. Dalam PHBS, ada 5
program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Gaya Hidup, Dana
Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan tindakan dalam menciptakan suatu kondisi b agi kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat secara berkesinambun gan. Upaya ini
dilaksanakan melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina sua sana (Social
Support ) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Deng an demikian
masyar akat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, ter utama dalam
tatanan masing-masing, dan masyarakat dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Depkes, 2005).
S esuai dengan indikator sehat 2010,
kesehat an yang diarahkan pada PHBS masyarakat dilihat dari indikator derajat
kesehat an dan target tahun 2010 yang telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota yaitu persentase rumah tangga yang
berperilaku hidup bersih sehat sebesar 65 % dan Persentase Rumah Sehat 80 %,
persentase tempat-tempat umum sehat 80 %, persentase keluarga yang memiliki akses
terhadap air bersih 85 % (Depkes RI, 2007).
2
Adapun manfaat PHBS adalah terwujudnya
kesehatannya meningkat dan tidak mudah sakit serta
kerja setiap anggota keluarga yang tinggal dalam lingkungan sehat dalam rangka
mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, menanggulangi
penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, meningkatkan derajat kesehatan, dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan, serta mengembangkan dan menyelenggarakan
upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes, 2006)
Penyakit yang muncul akibat rendahnya PHBS antara lain cac ingan, diare,
sakit gi
gi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang pada a khirnya akan
mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan indonesia dan rendahnya kualitas hidup
sumberdaya manusia.
Gambaran kesehatan di Indonesia tahun 2004 yaitu persentas e orang yang
merokok di Indonesia sebesar 35 %; persentase orang yang kurang
yang aktivitas
fisik sebesar 72,9 %; persentase orang yang kurang serat sebesar 60 % (Depkes,
2007)
Demikian halnya diare di Indonesia meningkat dari tahun k e tahun yang
sering menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan tetap mengakibatkan kematian dan
pada tahun 2006 terjadi lonjakan penderita KLB diare yaitu 10.980 orang penderita
dari 5051 penderita pada tahun 2005. Kecacingan juga masih menjadi permasalahan
di Indonesia, mengingat kecacingan dapat menyebabkan kehilangan darah,
karbohidrat, protein sehingga berakibat pada terganggunganya perkembangan fisik,
kecerdasan dan produktifitas kerja. Prevalensi kecacingan pada anak SD di 27
provinsi pada tahun 2006 sebesar 32,6 % dari 28,4 % pada tahun 2005 (Depkes RI
2007)
Kondisi PHBS di Sumatera Utara dapat dilihat dari jumlah letusan KLB yang
ada di Sumut pada tahun 2006 merupakan KLB diare terbanyak setelah Nusa
Tenggara Timur (NTT) dengan jumlah penderita di Sumatera Utara sebanyak 401
orang penderita (Depkes, 2007).
uraian
diatas,
maka
penulis
merumuskan
permasala-
lahan sebagai berikut: Diketahuinya bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
merupakan salah satu faktor kejadian Common Cold anak-anak kelas 6 di SD +++
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) anakanak kelas 6 di SD ++++ terhadap terjadinya Common Cold.
1.4. Manfaat Penelitian
1.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Program PHBS merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat,
dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi,
untuk m eningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan
(Advokasi), bina
masyarakat
8
Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, yaitu masalah PHBS dan
sumber daya. Selanjutnya output pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang
dilanjutkan dengan rumusan masalah perencanaan berbasis data, rumusan masalah
akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi dan jadwal kegiatan,
penggerakan pelaksanaan yang merupakan implementasi dari intervensi masalah
terpilih, di mana
sedangkan pelaksanaannya bisa oleh petugas promosi kesehatan atau lintas program
dan lintas sektor terkait (Depkes RI, 2002)
Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan for mat pertemuan
bulanan, sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan pertama ata u akhir tahun
berjalan ( Depkes RI, 2002).
Dalam setiap tahapan manajemen tersebut, petugas promosi kesehatan tidak
mungkin bisa bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan petugas lintas program dan
lintas sektor terkait terutama masyarakat itu sendiri (Depkes RI, 2002)
Program promosi
kesehatan
dikenal
adanya
model
pengkajian dan
penindaklanjutan (precede proceed model) yang diadaptasi dari kon sep Lawrence
Green. Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan fakto r-faktor yang
mempengaruhinya,
serta
cara
menindaklanjutinya
dengan
cara
mengubah,
fisik maupun
mempengaruhi
membuat
2. Olah raga yang teratur mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Dengan sendirinya kedua
aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai
macam penyakit. Namun kenyataannya, kebiasaan merokok ini khususnya di
Indonesia seolah sudah membudaya hampir 50% penduduk Indonesia usia
dewasa merokok. Bahkan dari hasil penelitian, sekitar 15% remaja elah
t merokok.
4. Tid ak minum minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan
mengkonsumsi NARKOBA (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya, juga
cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah
mempunyai kebiasaan minum keras.
5. Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan
akibat penyesuaian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk
bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat jadi berkuran g. Hal ini juga
membahayakan kesehatan.
6. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, lebih sebagai akibat
tuntutan hidup yang keras seperti diatas. Kecenderungan stres meningkat pada
setiap orang. Stres tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stres tidak
menyebabkan gangguan kesehatan. Kita harus dapat mengendalikan stres atau
mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positip.
7. Perilaku atau gaya hidup yang positip bagi kesehatan. Misalnya, tidak bergantiganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan
dan sebagainya
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo S., (2007), ada 3 faktor
penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan Sehat yaitu faktor
pemudah (predisposising factor), faktor pemungkin (enambling factor) dan faktor
penguat (reinforcing factor).
a. Faktor pemudah (predisposising factor), adalah faktor ini mencakup pengetahuan
dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana faktor ini
menjadi pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang menja di dasar atau
motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, keperca yaan, tingkat
pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Misalnya, pengetahuan, sikap, keyakinan
dannilai yang dimiliki oleh seseorang yang tidak mau merokok k arena melihat
kebiasaan dalam anggota keluarganya tidak ada satupun yang mau merokok.
b. Fak tor pemungkin (enambling factor) adalah faktor pemicu terhadap perilaku
yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini
men cakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anakana k, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban ketersediaan
mak anan bergizi dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya me ndukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.
c. Faktor penguat (reinforcing factor), adalah faktor yang menentukan apakah
tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam
bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau orang tua yang merupakan
tokoh yang dipercaya atau dipanuti oleh anak-anak. Contoh pengasuh anak-anak
memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan, atau
selalu minum air yang sudah dimasak. maka hal ini akan menjadi penguat untuk
perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak. Seperti halnya pada masyarakat
akan memerlukan acuan untuk berperilaku melalui peraturan-peraturan atau
undang-undang baik dari pusat maupun pemerintah daerah, perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama termasuk juga petugas kesehatan setempat.
d. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanva
aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktor
perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan
pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis
pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun
hanya untuk meniru dari tokoh idolanya. Misalnya, seseorang yang mengidolakan
aktor atau artis yang tidak merokok. Dengan demikian suatu rangsangan tertentu
akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Depkes RI, 2002)
bayi yang kurang sehat, bagi usia produktif akan mengakibatkan produktifitas
menurun. Kurang aktifitas fisik dan olah raga mengakibatkan metabolisme tubuh
terganggu, apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti
jantung, paru-paru, dan lain-lain (Depkes RI, 2002)
II. Indikator Lokal Spesifik
Indikator nasional ditambah indikator lokal spesifik masing-masing daerah
sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Dengan demikian Ada 16 i ndikator yang
dapat digunakan untuk mengukur perilaku sehat sebagai berikut :
1. lbu hamil memeriksakan kehamilannya.
2. Ibu m
elahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan.
3. Pasangan usia subur (PUS ) memakai alat KB.
4. Balita ditimbang.
5. Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas.
6. Bayi di imunisasi lengkap.
7. Penduduk minum air bersih yang masak.
8. Penduduk menggunakan jamban sehat.
9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun.
10. Penduduk menggosok gigi sebelum tidur.
11. Penduduk tidak menggunakan NAPZA.
12. Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas.
13. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dan SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri).
14. Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi.
15. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear.
16. Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah
kesehatan yang ada didaerah.
III. Indikator PHBS di setiap Tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan
di 5 (lima) tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat
umum, tatanan Sekolah, tatanan sarana kesehatan.
1. Indikator tatanan rumah tangga :
a. Perilaku :
1. Tidak merokok
2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
3. Imunisasi
4. Penimbangan balita
5. Gizi Keluarga/sarapan
6. Kepesertaan Askes/JPKM
7. Mencuci tangan pakai sabun
8. Menggosok gigi sebelum tidur
9. Olah Raga teratur
b. Lingkungan :
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
6. Kepadatan
7. Ada warung sehat
8. Ada UKS (usaha Kesehatan Sekolah)
9. Ada taman sekolah
5. Indikator tatanan sarana kesehatan
a. Perilaku
I. Tidak merokok
2. Kebersihan lingkungan
3. Kebersihan kamar mandi
b. Lingkungan
1. Ada j amban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL(Saluran Pengaliran Air Limbah)
5. Ada IPAL(Saluran Pengaliran Air Limbah) rumah sakit
6. Ventilasi
7. Tempat cuci tangan
8. Ada pencegahan serangga
Subur(PUS), bumil, buteki, anak, remaja, lansia, dan pengasuh anak yang selanjutnya
diharapkan akan berkembang ke arah Desa/Kelurahan, Kecamatan/Puskesmas dan
Kabupaten/Kota sehat. (Depkes RI, 2006)
Menurut Tarigan M., (2004), sasaran PHBS pada anak-anak yang kurang baik
akan menimbulkan berbagai penyakit pada anak-anak antara lain yaitu diare, sakit
gigi, sakit kulit, cacingan. Dengan demikian untuk mengurangi prevalensi dampak
buruk tersebut, maka perlu diterapkan sasaran PHBS dengan memperh atikan hal-hal
sebagai berikut :
2.2.1. Kebersihan Kulit
Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini :
a. Mandi dua kali sehari
b. Mandi pakai sabun
c. Menjaga kebersihan pakaian
d. Menjaga kebersihan lingkungan
Kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit dan juga secara
estetika akan lebih indah. Oleh karena itu kuku yang kotor dapat menyebabkan
penyakit tertentu antara lain :
1. Pada kuku sendiri
a. Cantengan
b. Jamur kuku
2. Pada tempat lain
a. luka dan infeksi tempat garukan
b. cacingan
Menurut Odang, 1995 yang dikutip oleh Siti Khadijah, 2007 menyatakan
bahwa dalam menghindari penyakit akibat kuku yang kotor maka perlu diperhatikan
hal berikut :
a. Membersihkan tangan sebelum makan
b. Memotong kuku secara teratur
c. Membersihkan lingkungan
d. Mencuci kaki sebelum tidur.
status
kesehatan
seseorang
khususnya
anak-anak
pada
masa
gizi pada anak-anak akan mengakibatkan lemahnya kemampuan belajar, cepat lelah
dan sakit-sakitan (Hidayat Syarif, 1997 yang dikutip oleh Tarigan M., 2004)
Hal penting yang perlu diperhatikan pada gizi seimbang ini adalah makanan
yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, lemak protein, vitamin, mineral
dan serat sesuai dengan proporsi yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan serta
pola makan yang teratur yaitu tiga kali sehari pada pagi, siang dan malam hari
(Tarigan M., 2004)
akses rumah
yang dikutip
5. Gunting kuku
6. Tong sampah
7. Toilet
8. Kamar mandi
9. Lap pengering/handuk
10. Pembersih lantai
11. Sha mpo (Pembersih rambut)
mendapatkan
sehat bagi perkembangannya, maka kita perlu mengetahui kebutuhan psikologis anak
di panti asuhan agar mereka mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan yang mereka butuhkan, sehingga perkembangan fisiknya sejalan dengan
perkembangan psikologis dan sosialnya. Karena, perkembangan yang sehat dalam hal
perkembangan fisik, psikologis dan sosial anak-anak di panti asuhan sangat
diperlukan agar mereka mampu hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat luas
terutama setelah mereka harus melampaui pasca terminasi dimana harus keluar dari
lingkungan panti asuhan setelah mampu hidup mandiri/setamat SMU (Anonim,
2008).
Ada
Keluhan Common
cold
Tidak ada
28
29
1. Kelompok anak-anak yang berusia 7(tujuh) s/d 9(sembilan) tahun atau kelompok
anak dengan pendidikan SD kelas I s/d anak dengan pendidikan SD KELAS III.
2. Kelompok anak-anak yang berusia 10 s/d 14 tahun atau kelompok anak dengan
pendidikan SD kelas IV s/d anak dengan pendidikan SMP KELAS I.
II.
S ikap
Sikap ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang
telah di beri bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dan total skor sebanyak 36.
Adapun kriteria pertanyaan tingkat sikap anak-anak mempunyai tiga pilihan
dengan pemberian skor sebagai berikut :
A. Skor jawaban pertanyaan nomor 1 s/d 6 yaitu:
1. Setuju, dengan skor 3
2. Ragu-ragu, dengan skor 2
3. Tidak setuju, dengan skor 1
B. Skor jawaban pertanyaan nomor 7 s/d 12 yaitu:
1. Setuju , dengan skor 1
III.
T indakan (Practice)
Tindakan ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang
telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dan total skor sebanyak 36
Adapun kriteria pertanyaan tingkat tindakan mempunyai tiga pilihan dengan
pemberian skor sebagai berikut :
A. Skor jawaban pertanyaan nomor 1 s/d 4 yaitu:
1. Jawaban a, dengan skor 3
2. Jawaban b, dengan skor 2
3. Jawaban c, dengan skor 1
IV.
diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 6(enam) dan total skor sebanyak 6 (enam)
pertanyaan.
Dengan kriteria pertanyaan mempunyai dua pilihan :
1. Jawaban a (ya) = 1
2. Jawaban b (tidak) =0
Berdasarkan
nilai (skor)
PHBS
yang tersedia
di P anti Asuhan
V.
observasi dengan memberikan skor terhadap lembar observasi yang telah diberi
bobot. Jumlah komponen observasi sebanyak 14 dan total skor sebanyak 14
Dengan kriteria komponen observasi mempunyai dua pilihan :
1. Memenuhi syarat (ya)= 1
2. Tid ak memenuhi syarat (tidak) =0
VI.