5.
6.
7.
26.
Berdasarkan sumber
Domestik (rumah tangga, pasar, restoran, kantor)
Industri
Pertanian (pestisida)
Pertambangan
27.
28.
C. LIMBAH INDUSTRI PANGAN
29.
30. LIMBAH
31. Adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi (rumah tangga, industri dan
pertambanganan)
32. Bentuk limbah :
33. 1. Gas (udara)
34. 2. Padat
35. 3. Cair
36. CIRI KHAS LIMBAH INDUSTRI PANGAN
Mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam mineral dan sisa-sisa bahan
bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan
37.
Contoh :
industri pengolahan susu , daging dan ikan
38.
industri pengolahan tahu , tempe dan sari buah
Menimbulkan bau dan polusi
Tidak berbahaya bagi kesehatan manusia
Kandungan bahan organiknya tinggi, sebagai sumber bahan makanan mikroba dalam air dan
mengurangi kandungan oksigen terlarut dalam air
Oksigen terlarut air normal = 8 ppm
Oksigen terlarut untuk kehidupan ikan = 5 ppm
Oksigen terlarut < 5 ppm , menyebabkan ikan dan biota air mati
39. BIOLOGICAL OXYGEN DEMAND = BOD
40. Kandungan bahan organik dalam cairan limbah
41. BOD = Jumlah oksigen terlarut yg dikonsumsi atau digunakan oleh kegiatan kimia atau mikrobiologis
Air yg diinkubasikan (keadaan gelap) selama 5 hari suhu 20 oC
Oksigen dibutuhkan untuk oksidasi bahan organik
BOD menunjukkan indikasi kasar banyak bahan organik
42. EUTROFIKASI
43. Peristiwa kelebihan nitrogen dan fosfat dalam air limbah industri pangan yang menyebabkan ekosistem
tidak seimbang dan ditandai dengan kekeruhan, sedimentasi, kenaikan suhu rata-rata melibatkan banyak
faktor :
Kekeruhan, sedimen, produktivitas, suhu rata-rata
Ganggang/algae penyebab eutrofikasi karena penambahan bahan organik dalam sistem
44. Keterangan Proses Eutrofikasi
Tingginya bahan organik dalam suatu cairan akan menyebabkan ledakan pertumbuhan populasi
ganggang
Pertumbuhan ganggang (siang dan malam) akan terjadi perbedaan besar kadar oksigen air.
Malam hari terjadi respirasi ganggang berlanjut dan terjadi pemecahan oksigen
Ganggang yang mati dibagian dasar danau dan dioksidasi bakteri, menghasilkan lumpur dan pemecahan
oksigen
Jika oksigen terlarut habis, karena kadar organik yg tinggi, maka akan timbul bau dan warnanya gelap
Jika protein larut air mengandung sulfur atau sulfat tinggi , maka akan menghasilkan hidrogen sufida
(bau busuk dan warna hitam)
Biota dan ikan diperairan akan mati
45. DEFINISI LIMBAH B3 ( MENURUT BAPEDAL , 1995) :
46. Setiap bahan (limbah) sisa suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (b3) karena sifat toxicity, flammability, reactivity dan corosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya
yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan, atau membahayakan
kesehatan manusia
47.
57.
77.
Bila rumus kimia limbah diketahui, maka jumlah kebutuhan oksigen bisa dihitung untuk proses
fisiologis
Ex : glycine (CH2(NH2)COOH)
78. organic carbon dan nitrogen dikonversi menjadi carbon dioksida (CO2) dan amonia (NH3).
79. Amonia dioksidasi menjadi nitrit.
80. Nitrit dioksidasi menjadi nitrat.
ThOD adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk langkah tadi
81. BOD (Biological Oxygen Demand)
Kebutuhan Oksigen untuk proses penguraian senyawa organik secara biokimia pada kondisi aerobik
Menunjukkan kandungan senyawa organik (makanan bagi ragi bakteri) dan diperlukan untuk
menentukan tingkat pencemaran oleh senyawa organic yang dapat diuraikan oleh bakteri.
Mikroba mengoksidasi karbon dan nitrogen secara autotrof dan heterotrof
Prinsip Pengenceran sampel, inkibasi selama 5 hari pada suhu 200 C dan pengukuran Oksigen terlarut
sebelum dan sesudah inkubasi. (Oksigen terlarut dianalisa dengan metode winkler).
Dihindarkan dari sinar matahari untuk menghindari fotosintesis.
Nilai ini hanya merupakan indeks bahan organik yang dapat diurai secara biologis
Limbah cair domestik mengandung BOD 200 ppm
Limbah industri pangan BOD 1000 ppm
Kelemahan Uji BOD :
82. - Panjangnya fase lag tidak dapat diduga
83. - Fase stasioner yang tetap untuk mengetahui pengambilan oksigen dari bahan organik
84. Chemical Oxygen Demand (COD)
Kebutuhan oksigen secara kimia
Mengukur kebutuhan oksigen (proses oksidasi) yang digunakan untuk mengurai bahan organik secara
kimiawi menggunakan dicromat pada larutan asam
Waktu yg digunakan 2,5 jam
85. Total Organic Carbon (TOC)
Mengukur jumlah karbon total dalam air (bahan organik)
Diukur dengan mengkonversi karbon organik air limbah secara oksidasi katalitik suhu 900oC menjadi
CO2
Sebagai pengukuran pencemaran limbah cair secara cepat 15 menit
TOC berkolerasi dengan nilai BOD
86. Radioaktif
Air yg terpolusi radioaktif sangat berbahaya dan mengganggu kesehatan
Sinar UV, Infar merah, alfa, gamma
Benturan sinar gamma dengan air menyebabkan molekul air pecah dan menghasilkan ion radikal bebas
(o H) dan (o OH) sifatnya reaktif
Radikal bebas bisa bereaksi dengan O2 , bahan Organik, Bahan anorganik, ion yg terlarut dalam air
membentuk H2O2 (oksidator kuat) dan bahan beracun lainnya
o H dan o OH sebagai oksidator kuat
87. SIFAT BIOLOGIS AIR LIMBAH
Mengandung mikroba dari udara, tanah, tanaman, hewan mati, manusia dan bahan organik lainnya
Bakteri Coliform ( Salmonella Typhi, Escherichia coli) penyebab sakit perut
Bakteri Pseudomonas , Achromobacter, Micrococcus, Bacillus, Flavobacterium, Serratia, Clostridium
Bakteri pembentuk warna :
- Serratia marcecens (pigmen merah) /= Flavobacterium aurantiacum (pigmen oranye)
- Chromobacterium violaceum (pigmen violet)=/Pseudomonas Flourescens (pigmen hijau bercahaya)
88. Air tercemar mengandung :
Bakteri Aerobacter aerogenes, tumbuh pada tanaman dan hewan mati
Escherichia coli berasal dari kotoran manusia
Streptococcus
Jenis mikroba lebih diperhatikan daripada total mikroba
Setiap jenis mikroba mempunyai pengaruh
Penting dalam pengolahan limbah (proses pembusukan)
Ganggang (algae) memberikan rasa dan bau
89.
90. PENETAPAN ANALISA LIMBAH
Survey lokasi pencemar dan tercemar
91.
Wajib dilakukan untuk mengetahui kondisi lingkungan dan dampaknya terhadap lingkungan (yg
berdekatan dengan pemukiman)
92. Caranya :
1. Langsung (FISIK)
93.
- Melalui Indera (Bau Busuk, Rasa Tidak Enak, Kekeruhan, Pertumbuhan Algae, Kematian Ikan
1. Tidak Langsung
94. Keluhan penduduk sekitar, metode wawancara
Pemetaan (sketsa lokasi)
Penentuan titik sampling
Pengambilan sampel
Analisa laboratorium
95. PENGAMBILAN SAMPEL
REPRESENTATIF (TERWAKILI)
96. Misal : Mempelajari dampak air limbah terhadap kualitas sungai,
Harus diambil 2 lokasi (di Hulu dan hilir/Muara)
Lokasi Hilir/Muara lebih banyak diambil sampelnya
Sampel segera dibawa di laboratorium untuk dianalisa
97. PERSIAPAN PENGAMBILAN SAMPEL DAN PENGAWETANNYA
Botol yg digunakan mengambil sampel harus bersih
Pengambilan sampel pada kedalaman tertentu menggunakan botol tertutup dan akan terbuka dengan
sendirinya setelah direndam
98. GANGGUAN SELAMA PENYIMPANAN DAN PENGAWETAN SAMPEL :
Gas O2 dan CO2 yg dapat diserap atau dilepas dari sampel
Zat tersuspensi dan koloid dapat membentuk flok dan mengendap sehingga berbeda dengan konsisi
aslinya (harus disuspensikan)
Populasi bakteri berubah
Terjadi oksidasi zat terlarut (Mn 2+ menjadi MnO)
Beberapa zat terlarut berubah (Ca 2+ dan CO3 menjadi CaCO3)
99. CARA PENGAWETAN SAMPEL
Penyimpanan suhu 4 o C
Pengaturan pH (Penambahan bahan kimia H2 SO4 atau HNO3)
Penempatan dalam wadah kaca berwarna gelap (coklat, hitam)
100. PEMILIHAN TITIK PENGAMBILAN SAMPEL
Saluran kedalam < 5 m , aliran turbulen, sampel diambil atau 2/3 tinggi saluran berjarak minimal 10
cm dari tepi
Jika aliran sungai terpisah dan pada musim kering maka diambil pada lokasi yang alirannya paling besar
Anak sungai atau saluran pada muara laut, diambil cukup jauh dari muara
Debet badan harus terukur, untuk sumber pencemaran setempat (industri, RS, domestik), juga untuk
sumber pencemaran tersebar (drainase)
101. FREKUENSI SAMPLING
102.
Perubahan Waktu, Dipertimbangkan :
Sifat badan air
Sumber pencemaran
Adanya pengendapan atau erosi
Jenis aliran air (laminer atau turbulensi)
Kapsitas air limbah (waktu Puncak)
103.
Pemilihan frekuensi pengambilan sampel :
105.
106. FREKUENSI PENGAMBILAN SAMPEL
1. PERUBAHAN BEBAN PENCEMARAN (PUNCAK)
2. TUJUAN ANALISA
Alat ekstraksi (corong pemisah), Corong pemisah terbuat dari bahan gelas atau teflon yang tembus
pandang dan mudah memisahkan fase pelarut dari contoh.
110. Persyaratan wadah contoh
Terbuat dari bahan gelas atau plastik poli etilen (PE) atau poli propilen (PP) atau teflon (Poli Tetra
Fluoro Etilen, PTFE);
Dapat ditutup dengan kuat dan rapat;
Bersih dan bebas kontaminan;
Tidak mudah pecah;
Tidak berinteraksi dengan contoh.
Pengambilan sampel
Analisa laboratorium
111.
115.
116.
PENGOLAHAN LIMBAH SECARA FISIKA DAN KIMIA
1. PENYARINGAN KASAR(SCREENING)
- Penyaringan kasar untuk memisahkan dari kotoran besar (daun, ranting dan benda-benda kasar), partikel
yang terapung
- Saringan kasar (terali besi) dipasang vertikal, dengan lobang ukuran 2,5 7,5 cm
- Dibelakangnya diberi saringan halus (saringan kasa kawat 2 mesh)
- Hasil saringan dimanfaatkan untuk kompos atau dilakukan pembakaran untuk meminimalkan jumlahnya
2. SEDIMENTASI BIASA (PLAIN SEDIMENTATION)KSI
- Cara pengendapan kotoran air dalam waktu dan tempat tertentu, tanpa penambahan bahan kimia
- Waduk , bak
- Partikel yang mengendap dipisahkan dengan pengerukan
- Kotoran yang mempunyai BJ > BJ air
Proses ini menghilangkan 50 % bahan tersuspensi dan 75 % bakteri (jika terbuka dan langsung dengan
sinarmatahari)
3. KOAGULASI (koagulan=cepat) DAN SEDIMENTASI
- Partikel kolloid tidak bisa dipisahkan dengan sedimentasi biasa
- Pemisahan dengan bahan kimia (koagulan), terjadinya flokulasi sehingga partikelnya besar (layer)
- Pemberian koagulan jika tingkat kekeruhan 30-50 ppm, waktu detensi = 2-6 jam
- Bahan koagulasi :
117. - Alum/tawas/alumunium sulfat (Al2(SO4) 3.18 H2O)
118. - Garam Fe, seperti (FeCl2; FeSO4.7H2O), Fe(SO4)3)
- Bahan tersebut aktif pada kondisi basa (pH 8-10)
- Jika asam ditambahkan CaO
4. Flokulasi
119.
Bentukan dengan penambahan polimer, agregat menjadi lebih besar, (lambat)
5. PENYARINGAN HALUS (FILTRATION)
- Kotoran halus ditahan dengan filter
- Proses filtrasi dengan mengalirkan air dalam lapisan bahan berpori (pasir diameter 0,25-0,35 mm,
antrasit)
- Ada 2 tipe filter :
120.
1. Filter Gravitasi
121.
- Filter pasir cepatPenyaringan besar-kecil
122.
- Fiter pasir lambatpenyaringan kecil-besar
123.
2. Filter bertekanan
6. DESINFEKSI
Menyisihkan bahan terapung minyak/lemak
Menyisihkan bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening)
dengan memberikan aliran udara keatas (air flotation)
7. FILTRASI
- Mendahului proses adsorbsi / reverse osmosis
- Untuk menyisihkan partikel tersuspensi sebelum memasuki proses adsorbsi
- Agar tidak menyumbat membran (proses osmosa)
8. ADSORBSI
- Untuk menyisihkan senyawa aromatik (fenol) dan bahan organik terlarut
- Dilakukan jika ingin menggunakan air buangan
9. AERASI
- Menghembuskan gas O2 melalui nozel bertekanan 1.05-1,4 kg/cm dalam air
- Tujuan mengusir gas C
- Memperbaiki rasa, bau
- Menghilangkan kelebihan besi menjadi feri
- Makin lama waktu aerasi nilai DO
meningkat
- Makin bertambahnya waktu aerasi,
BOD menurun
10. DESALINASI
- PROSES PENURUNAN KADAR
GARAM DALAM AIR
- CARA DESALINASI :
124. 1. DESTILASI
125. 2. ELEKTRODIALISIS
126. 3. OSMOSIS REVERS
127.
128.
Anoda (+) Na+/ Menangkap ion 129.
Katoda (-) Cl+/menangkap ion +
130.
Oksidasi = kehilangan elektron
131.
Reduksi= Ketambahan elektron
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
KIMIA
139.
Untuk menghilangkan partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor,
zat organik yang beracun
Cakram biologis Dilekati oleh biofilm oleh bakteri yang menempel sehingga bahan organic dalam
limbah menyentuh cakram, terkena bakteri dan terurai.
Lumpur aktif Lumpur yang didalamnya terdapat mo sehingga tidak mencemari lingkungan.
REAKTOR BIOLOGI , dibedakan 2 jenis :
a. REAKTOR PERTUMBUHAN TERSUSPENSI
147.
(SUSPENDED GROWTH REACTOR)
b. REAKTOR PERTUMBUHAN LEKAT
148.
(ATTACHED GROWTH REACTOR)
149.
6 TAHAP PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
1. Penanganan pendahuluan (pre treatment)
- Penyaringan kasar untuk memisahkan dari kotoran besar (daun, ranting dan benda-benda kasar),
partikel yang terapung
- Saringan kasar (terali besi) dipasang vertikal, dengan lobang ukuran 2,5 7,5 cm
- Dibelakangnya diberi saringan halus (saringan kasa kawat 2 mesh)
- Partikel yang mengendap dipisahkan dengan pengerukan
- Hasil saringan dimanfaatkan untuk kompos atau dilakukan pembakaran untuk meminimalkan
jumlahnya
2. Penanganan primer (primary treatment)
- Benda-benda yang belum terpisah, diendapkan dengan penambahan bahan kimia tertentu
- Bisa ditambahkan proses penghembusan udara sehingga partikel dapat mengapung dan mudah untuk
diambil
3. Penanganan sekunder (secondary treatment).
- Menurunkan BO (bahan organik) atau TTS (total padatan terlarut) dengan perlakuan kimia/biologis
- . Selanjutnya bila diperlukan dapat diteruskan dengan pengolahan tersier Limbah yang mengandung
bahan organik dikurangi dengan bantuan mikroba
- Mikroba berasal dari limbah atau ditambahkan dari luar
- Mikroba bersifat aerobik atau anaerobik.
4. Disinfeksi (disinfection).
150. Pada proses disinfeksi, mikroba direduksi konsentrasinya dan mikroba patogen dihilangkan.
Caranya dapat dengan cara fisik menggunakan pemanasan atau dengan cara kimia dengan penambahan
bahan disinfeksi. Disinfektan yang digunakan dapat berupa klorin, iodium, dan ammonium kuartener.
Klorin merupakan bahan disinfektan yang banyak digunakan dan selain sebagai disinfektan, klorin juga
berguna menghilangkan bau limbah.
5. Penanganan tertier (tertiary treatment).
151. Pada penanganan tertier, biasanya digunakan berbagai jenis saringan seperti saringan pasir,
saringan multi media, saringan mikro, saringan vakum dan berbagai jenis saringan lainnya tergantung
dari kebutuhan.
152. Dilakukan bila efluen akan dimanfaatkan kembali. Merupakan kombinasi perlakuan fisik, kimia,
dan biologis. Menurunkan N, P, atau komponen beracun lainnya.
6. Penanganan lanjutan (extended treatment).
153. Proses ini bertujuan untuk menangani hasil pengolahan limbah yang meliputi proses pemekatan,
penstabilan, pengeringan dan pembuangan. Misalnya proses pemanfaatan lumpur yang dihasilkan dari
penanganan limbah untuk suatu keperluan yang bermanfaat. Lumpur dapat digunakan untuk pupuk atau
untuk penimbun lubang.
154.
155.
156.
G. PENGOLAHAN LIMBAH SISTEM KOLAM (LAGUN)
157.
158.
Kolam fakultatif / oksidasi / stabilisasi
Kolam yg mempunyai kondisi aerobik pada lapisan atas dan proses anaerobik pada lapisan dasar (padatan
yang mengendap) dan dalamnya masih bias ditembus oleh oksigen
Konsentrasi limbah 50 lb/BOD/are (0,4646 ha/hari) dan efluen mempunyai konsentrasi BOD dalam kisaran
20-40 mg/l
Kolam dangkal < 2 m ,struktur tanggul dengan permukaan luas untuk mempertahankan kondisi aerob
Daerahnya datar dan biayanya murah
Efluennya stabil
Kendalanya :
c. Membutuhkan lahan yg luas
d. Sistem cenderung anaerobik bila bahan organik berlebihan
e. Terjadi perubahan suhu
f. Timbul bau (dicegah dengan penambahan oksidator)
g. membutuhkan waktu lama (minggu bulan)
Untuk pengolahan limbah pengalengan dan bir
159.
REAKSI BIOKIMIA
Bakteri dan Ganggang sebagai mikroorganisme kunci
Mampu mengubah bahan organik limbah yg tidak stabil menjadi sel ganggang
Proses penanganan tidak sempurna,bila sel ganggang tidak dihilangkan dari efluen
3.
4.
5.
6.
Kebutuhan oksigen
Sintesis dan oksidasi
Kebutuhan pengadukan
Keseimbangan ph dan nutrisi
Sifat mikroba menyerupai unit lumpur aktif kolam oksidasi
Ganggang tidak diperlukan
Unit penanganan limbah cair yg encer , teraduk dengan baik, bekerja tanpa daur ulang padatan
Waktu detensi 1 10 hari
Laju muatan dinyatakan dengan kebutuhan oksigen per unit volume per hari (lb BOD/1000ft/hari)
Penghilangan BOD 50-70% jika padatan terlarut tidak dipisahkan