Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP


14.1102.203

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2015
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP
14.1102.203

LAPORAN PENDAHULUAN
DEFICIT PERAWATAN DIRI
I.
II.

MASALAH UTAMA
Deficit Perawatan diri : higiene diri
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang
yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau
melengkapi aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi
(hygiene),

berpakaian/berhias,

makan

dan

BAB

atau

BAK

(toileting).
Defisit perawatan diri adalah Salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan
hidupnya, kesehatannya,dan kesejaterannya, sesuaia dengan
kondisi kesehtannya. Klien dinyatakan terganggu perawtaan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya.
B. Proses Terjadinya Masalah
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah:
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt
C. Rentang respon deficit perawatan diri :
Respon adaptif

Respon maladaptif

NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP


14.1102.203

Pola perawatan diri


seimbang, saat klien
mendapatkan
stressor dan mampu
berperilaku adaptif,
maka pola
perawatan yang
dilakukan klien
seimbang, klien
masih melakukan
perawatan diri.

Kadang
perawatan diri
kadang tidak,
saat klien
mendapatkan
stressor
kadang klien
tidak
memperhatikan
perawatan
dirinya

Tidak melakukan
perawatan diri, klien
menyatakan dia
tidak peduli dan
tidak bias
melakykan
perawatan saat
stressor

D. Fase
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga
merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien
berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan,
kecemasan

dimana-mana,

tidak

mungkin

mengembangkan

kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain


yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia terus berusaha
mendapatkan rasa aman. Begitu menyakitkan sehingga rasa
nyaman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia membayangkan
nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada kenyataan.
Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stressor
interval atau lingkungan dengan adekuatnya.
E. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri
c. Kemampuan realitas turun

NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP


14.1102.203

Klien dengan gangguan jiwadengan kemampuan realitas


yang

kurang

menyebabkan

ketidakpedulian

dirinya

danlingkungan termasuk perawatan diri


d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuanperawatan diri
lingkungannya. Situasilingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri
2. Faktor Predispitasi
Merupakan factor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas,

lelah,

lemas

yang

dialami

individu

sehingga

menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan


diri.
Menurut Depkes (2006) factor- factor yang mempengaruhi
personal hygienea adalah:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya: dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli kebersihan.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan personal hygiene
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerluka alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, shampo dan alat mandi semuanya memerluka
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Misalnya pada pasien menderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tidak boleh
dimandikan
f. Kebiasaan seseorang
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP
14.1102.203

Ada kebiasaan seorang mengunakan produk tertentu dalam


perawatan diri seperti penggunaan sabun , shampo dan lainlain
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk
melakukannya
F. Jenis-Jenis Perawatan Diri
1. Kurang perawatan diri : Mandi atau kebersihan
Gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi
maupun kebersihan diri
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian atau berhias
Gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktifitas
berdanadan sendiri
3. Kurang perawatan diri : Makan
Gangguan kemampuan untuk menunjukan aktifitas makan
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Gangguan kemampuanuntuk melakukan atau menyelesaikan
toileting sendiri.
G. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunaka oleh klien adalah:
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri, menarik diri
4. Intelektualisasi
H. Masalah keperawatan
1. Defisit perawatan diri
I. Pohon masalah

Efek
III.

IV.

Perawatan diri kurang

Core Problem
DIAGNOSA
KEPERAWATANMenurunnya motivasi perawtan diri
Menurut Depkes diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
Isolasi
sosial
menarik diri
defisitEtiologi
perawatan diri sesuai dengan
bagan
1.1 :yaitu:
1. Defisit perawatan diri.
INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi
merawat diri.
Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan

minat

dan

motivasinya

untuk

memperhatikan kebersihan diri.


NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP
14.1102.203

Tujuan Khusus
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
Kriteria evaluasi
Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada
perawat:
1. Wajah cerah, tersenyum
2. Mau berkenalan
3. Ada kontak mata
4. Menerima kehadiran perawat
5. Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi
1. Berikan salam setiap berinteraksi.
2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawat berkenalan.
3. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6. Buat kontrak interaksi yang jelas.
7. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8. Penuhi kebutuhan dasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.
Kriteria evaluasi
Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali
pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk
kesehatan

seperti

mencegah

penyakit

dan

klien

dapat

meningkatkan cara merawat diri.


Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
2. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan
cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tandatanda bersih.
3. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
4. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali
pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan
kebersihan diri.
5. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP
14.1102.203

6. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan


arti kebersihan diri.
7. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi
2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah
makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut,
gunting kuku jika panjang.
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan
perawat.
Kriteria evaluasi
Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi
pakai sabun dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti
pakaian bersih seharihari, dan merapikan penampilan.
Intervensi
1. Motivasi klien untuk mandi.
2. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang
benar.
3. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
4. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan
rambut.
5. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi.
6. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti,
handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara
mandiri.
Kriteria evaluasi
Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan
diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan
sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi.
Intervensi
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur,
ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan
pakai sandal.
NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP
14.1102.203

TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara


mandiri.
Kriteria evaluasi
Klien selalu tampak bersih dan rapi.
Intervensi
Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan
kebersihan diri.
Kriteria evaluasi
Keluarga selalu mengingatkan halhal yang berhubungan dengan
kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien
dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan
membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.
Intervensi
1. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya
klien menjaga kebersihan diri.
2. Diskusikan bersama keluarga tentang

tindakanyang telah

dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan


kemajuan yang telah dialami di RS.
3. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi
terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
4. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap

dalam menjaga kebersihan diri klien.


5. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga

kebersihan diri.
6. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam
menjaga kebersihan diri.
7. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan
misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dan lain-lain.

NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP


14.1102.203

DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2006. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2007. Pedoman Penanganan Pada Gangguan
Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2008 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2006. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon
Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP


14.1102.203

Santosa, Budi. 2008. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005


2006. Jakarta : Prima Medika
Stuart, Sudden, 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta :
EGC

NS. MUH. RUSDI ARSYAD, S.KEP


14.1102.203

Anda mungkin juga menyukai