Anda di halaman 1dari 13

Respon Tubuh terhadap Perubahan Suhu Lingkungan

Henricho Hermawan
10.2014.108 / B4
10 Oktober 2015
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email: henricho.hermawan@windowslive.com
Abstract
Human lifes has a their own body temperature. This heat is useful to keep the
metabolic activity in the body. Because of the absence of body temperature make the
metabolism in the body can work properly. However, there are certain factors that make this
temperature can be changed. This factor can come from outside or within the body itself.
Therefore we need a mechanism for maintaining the body's temperature. Arrangements made
by the body's response exactly in the hypothalamus of the brain. The hypothalamus as the
central regulation of body temperature will respond differently to changes in temperature,
which happens to be a different response when the temperature heats up and cools.
Keywords: metabolism, body temperature, the hypothalamus
Abstrak
Manusia yang hidup memiliki panas tubuh. Panas ini berguna untuk menjaga aktivitas
metabolisme di dalam tubuh. Karena tanpa adanya suhu tubuh ini maka metabolisme di
dalam tubuh tidak dapat berlangsung. Namun demikian ada factor tertentu yang membuat
suhu ini dapat berubah. Faktor ini dapat berasal dari luar maupun dalam tubuh sendiri. Maka
dari itu diperlukan suatu mekanisme tubuh yang dilakukan guna menjaga suhu ini.
Pengaturan respon tubuh dilakukan oleh otak tepatnya pada bagian hipotalamus. Hipotalamus
sebagai pusat pengaturan suhu tubuh akan memberikan respon yang berbeda terhadap
perubahan suhu, Respon yang terjadi akan berbeda jika suhu memanas dan mendingin.
Kata kunci : metabolisme, suhu tubuh, hipotalamus
Pendahuluan
Tubuh manusia memiliki suhu tertentu yang berfungsi untuk keberlangsungan prosesproses di dalam tubuhnya. Suhu ini perlu dijaga dari factor dalam tubuh maupun luar tubuh.
Proses yang terjadi di dalam tubuh biasanya akan menghasilkan panas untuk menjaga
1

panasnya sedangkan untuk melindungi dari suhu luar maka tubuh memiliki suatu mekanisme
yang mampu menjaga suhu tubuh. Faktor luar tubuh bisa memiliki berbagai macam sumber,
namun demikian tubuh juga punya kemampuan untuk menanggulangi hal tersebut.
Suhu Tubuh Manusia
Manusia pada umumnya tinggal pada lingkungan yang lebih dingin dibandingkan
dengan suhu tubuh namun produksi panas yang dihasilkan pada oksidasi bahan bakar
metabolic yang berasal dari makan membuat tubuh mampu menjaga kehangantan tubuhnya. 1
Pengaturan temperature ini merupakan pengaturan secara kompleks dari suatu proses
fisiologis yang melibatkan kesetimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas
sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstran.2,3
Suhu tubuh relative konstan, hal ini sangat penting agar sel-sel tubuh dapat bekerja
dengan efektif.3 Suhu tubuh normal sekitar 36,89 oC.4 Namun suhu tubuh ini relative sedikit
berbeda pada setiap individu dan juga bervariasi sepanjang hari, perbedaan ini berbeda
sekitar 1 oC dengan tingkat terendah pada pagi hari berkisar antara 35,5 oC 37,7 oC dan pada
malam hari berkisar sekitar 36,7 oC.1,4
Panas tubuh diproduksi melalui proses metabolis, aktivitas otot dan sekresi kelenjar. 3
Produksi panas dapat berubah dipengaruhi oleh berbagai penyebab misalnya penyakit
ataupun stress. Glukosa yang disimpan pada hati dalam bentuk glikogen akan diubah kembali
menjadi glukosa melalui glukoneogenesis untuk menghasilkan panas.4 Aktivitas metabolic
yang menghasilkan panas perlu disesuaikan guna memenuhi kebutuhan tubuh sendiri.
Pengaturan suhu tubuh dilakukan oleh hipotalamus. Tepatnya pada bagian
hipotalamus integrator, Bila reseptor panas pada hipotalamus dirangsang saat suhu tubuh
berada di atas ambang normal maka mekanisme pengeluaran panas lebih dominan dalam
bentuk vasodilatasi perifer, berkeringat dan hiperventilasi hal ini dimaksudkan untuk
menurunkan suhu seperti produksi panas dan mempercepat pengeluaran panas dari tubuh.3,5

Gambar 1. Hipotalamus
2

Pada sisi lain jika reseptor dingin pada hipotalamus dirangsang akan terjadi
pembentukan panas ditingkatkan dengan melepaskan epinefrin untuk meningkatkan
metabolisme ditingkatkan, otot-otot ditegangkan dan juga menggigil, semua hal ini dilakukan
dengan ditingkatkan produksi panas dan menurunkan kehilangan panas.5
Pada peningkatan suhu dan penurunan tubuh juga dipengaruhi oleh beberapa factor
seperti umur, jenis kelamin, emosi, aktivitas fisik dan lingkungan.3 Pada bayi mekanisme
pengaturan suhu tubuh belum sempurna oleh karena itu bayi sangat perlu dilindungi dari
perubahan cuaca yang ekstrem. Jenis kelamin mempengaruhi perbedaan suhu tubuh pada saat
wanita sedang mengalami ovulasi. Hal ini terjadi karena peningkatan hormone esterogen.
Hormon esterogen dan progresteron meningkatkan metabolisme basal. Emosi akan
mempengaruhi peningkatan suhu tubuh saat seseorang sedang emosi pada sisi lain saat
seseorang sedang apatis, depresi dapat menurunkan produksi panas, sehingga suhu tubuh
menurun. Aktivitas fisik akan meningkatkan suhu tubuh pada saat sedang beraktivitas berat
sedangkan akan menurun pada saat tubuh beristirahat.3
Pemantauan Suhu Tubuh
Suhu tubuh terus dipantau oleh hipotalamus sebagai pusat thermostat tubuh. Sebagai
pusat integrasi termoregulasi tubuh maka hipotalamus menerima informasi aferen dari
berbagai bagian tubuh dan akan merespon dengan sangat kompleks dan terkoordinasi dalam
mekanisme penerimaaan panas dan pembuangan panas sesuai dengan kebutuhan tubuh. 1
Respon yang dilakukan oleh hipotalamus sangatlah sensitive, hipotalamus akan berespon
terhadap perubahan suhu sangat kecil hingga 0,01 oC.1,4 Pembagian fungsi hipotalamus dibagi
menjadi dua yaitu pada region posterior akan banyak terjadi proses penghematan panas ketika
lingkungan dingin dan juga pada region anterior akan terjadi impuls-impuls untuk
pengeluaran panas.
Pemantauan suhu tubuh hipotalamus dibantu oleh reseptor peka suhu yang tersebar
pada bagian tubuh yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu termoreseptor sentral dan
termoreseptor perifer.1 Suhu pada sususan saraf pusat dan rongga abdomen akan dipantau
oleh termoreseptor sentral. Sedangkan pada seluruh permukaan kulit akan dipantau oleh
termoreseptor perifer.
Produksi dan Pengeluaran Panas
Tubuh memperoleh panas tubuh dari produksi panas internal melalui aktivitas
metabolic atau lingkungan internal jika suhu lingkungan lebih hangat dari suhu tubuh. 1
Perubahan pada aktivitas otot rangka merupakan jalur produksi utama untuk melakukan
pengontrolan suhu tubuh.
3

Pada keadaan ketika adanya penurunan suhu tubuh karena lingkungan dingin maka
hipotalamus melalui region posterior akan meningkatkan aktivitas otot rangka untuk
menghasilkan panas.1 Panas ini akan dihasilkan oleh aktivitas metabolic di dalam otot, tulang
dan juga hati.4 Glikogen yang disimpan dalam hati akan diubah kembali menjadi glukosa
untuk menghasilkan panas.
Impuls dari hipotalamus akan bekerja melalui jalur descendens yang akan berakhir di
neuron motorik yang mengontrol otot rangka, dan akan meningkatkan tonus otot rangka. 1
Maka secara demikian akan dimulailah menggigil. Menggigil merupakan kontraksi otot
rangka yang berlangsung cepat 10 sampai 20 kali perdetik. Hal ini sangat efektif dalam
menghasilkan panas, serta perubahan pada reflex otot rangka ini sering kali diikuti dengan
tindakan sengaja untuk menghasilkan panas misalnya melompat atau bertepuk tangan.
Respon tubuh untuk menghasilkan panas juga dapat dilakukan dengan cara
termogenesis kimiawi. Pada manusia termogenesis penting pada neonates karena mereka
belum memiliki kemampuan untuk menggigil. Termogenesis tanpa menggigil akan
diperantarai oleh hormone epinefrin dan tyroid yang akan bekerja menghasilkan panas
dengan cara meningkatkan metabolisme lemak.1
Mekanisme pengeluaran panas juga dikontrol oleh hipotalamus melalui region
anteriornya.1 Jumlah panas yang dikeluarkan dari tubuh bergantung pada perbedaan gradient
suhu antara kulit dan lingkungan eksternal yang akan dikeluarkan dengan cara radiasi dan
konduksi-konveksi. Panas yang dibuang oleh tubuh banyak diperankan oleh aliran darah
dalam pembuluh darah.
Pembuluh darah kulit akan menghilangkan efek insulator yang dimiliki oleh kulit
dengan cara membawa panas ke permukaan. Pada permukaan kulit panas akan keluar dari
tubuh dengan cara radiasi atau konduksi-konveksi.1 Karena itu, vasodilatasi pembuluh darah
yang meningkatkan alran darah hangat ke kulit akan meningkatkan pengeluaran panas.
Sebaliknya, pada proses vasokonstriksi pembuluh darah yang akan mengurangi aliran darah
juga akan berdampak pada penurunan pembuangan panas dengan menahan darah hanta tetap
berada pada bagian inti. Respon ini membuat terjadinya penahanan panas yang seharusnya
keluar dari kulit. Namun demikian kulit bukanlah insulator sempurna karena pada
vasokonstriksi maksimal sekalian akan ada sedikit panas yang dikeluarkan oleh tubuh.
Karena sistem pelebaran atau pengecilan diameter pembuluh darah tidak terlalu
sempurna maka diperlukan respon lain untuk dapat melakukan pembuangan panas atau
penahanan panas.1 Pada vasodilatasi maksimal yang terjadi ketika tubuh tidak lagi mampu
membuang panas maka akan terjadi proses berkeringat untuk meningkatkan pengeluaran
4

panas melalui evaporasi. Selain itu juga dibutuhkan tindakan volunteer dari manusia sendiri
seperti penggunaan kipas, membasahi tubuh, minum minuman yang dingin serta
menggunakan baju tipis.
Kehilangan Panas Tubuh
Semua proses pertukaran panas tubuh antara panas dalam tubuh dengan luar tubuh
terjadi melalui beberapa proses.3 Perpindahan panas ini terjadi melalui prinsip fisika. Panas
selalu akan mengalir mengikuti penurunan gradient konsentrasinya yaitu gradient terman dari
yang lebih hangat akan mengalir ke yang lehih dingin.1 Tubuh menggunakan empat
mekanisme untuk melakukan pengaliran panas tubuh radiasi, konduksi, konveksi dan
evaporasi.

Gambar 2. Pengeluaran panas


Radiasi adalah cara tubuh mentransfer panas dari permukaan suatu objek ke
permukaan objek lainnya tanpa adanya kontak diantara keduanya.3 Energi dari permukaan
suatu benda akan merambat dalam bentuk gelombang panas dan ketika energy itu mengenai
suatu benda dan diserap makan energy gerakan gelombang akan diubah menjadi panas dalam
benda tersebut.1 Pemindahan panas melalui radiasi selalu dari benda yang lebih hangat ke
yang lebih dingin maka tubuh memperoleh panas dari benda yang lebih hangat daripada
kuliat, misalnya matahari, radiator, atau kayu yang terbakar.
Konduksi merupakan proses pemindahan panas dari satu molekul ke molekul lain.
Panas ini akan dipindahkan ke molekul lainnya yang suhu lebih rendah. Pemindahan melalui
cara konduksi ini dapat terjadi tanpa adanya kontak antara kedua molekul lainnya. 3 Ketika
molekul dengan kandungan panas yang berbeda saling bersentuhan maka molekul yang lebih
5

hangat dan bergerak lebih cepat memicu molekul yang lebih dingin untuk bergerak lebih
cepat sehingga molekul yang lebih dingin tersebut akan menjadi lebih hangat.
Konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi melalui pergerakan udara. Panas ini
akan pindah melalui arus udara atau H2O.1,3 Sewaktu tubuh kehilangan panas melalui
konduksi ke udara sekitar yang lebih dingin, udara yang berkontak langsung dengan kulit
menjadi lebih hangat.1 Jika tidak terjadi arus konveksi maka tidak lagi terjadi pembebasan
panas setelah suhu lapsan udara yang tepat berada di sekitar tubuh menyamai suhu kulit.
Evaporasi ini terjadi terus-menerus sepanjang hidup melalui proses pernapasan dan
perspirasi kulit.3 Ketika udara menguap dari permukaan kulit, panas yang diperlukan untuk
mengubah air dari keadaan cair menjadi gas diserap dari kulit sehingga tubuh menjadi lebih
dingin. Pembuangan panas melalui evaporasi menyebabkan tubuh teras lebih dingin ketika
baju basah daripada kering. Panas secara terus-menerus keluar melalui uap H 2O di udara
ekspirasi akibat pelembapan udara sewaktu udara melewati sistem pernapasan. Dmeikian
juga karena kulit bukan lapisan yang sama sekali kedap air maka molekul H 2O secara terusmenerus berdifusi menembus kulit dan menguap.1
Berkeringat adalah proses pengeluaran panas secara evaporative aktif yang berada di
bawah control saraf simpatis. Mekanisme berkeringat penting untuk mengeluarkan kelebihan
panas sesuai dengan kebutuhan karena pada kenyataannya berkeringat adalah satu-satunya
cara mengeluarkan panas karena pada keadaan ini tubuh memperoleh panas melalui radiasi
dan konduksi.1
Keringat adalah larutan garan encer yang dikeluarkan ke permukaan kulit oleh
kelenjar keringa yang tersebar di seluruh tubuh. Faktor terpenting yang menentukan tingkat
penguapan keringat adalah kelembapan relative udara sekitar (persentase uap H 2O yang
sebenarnya di udara dibandingkan dengan jumlah terbanyak yang dapat ditampung udara
pada suhu tersebut).1
Ketika kelembapan relative tinggi maka udara akan hampir jenuh oleh H 2O sehingga
kemampuan udara untuk menerima tambahan kelembapan dari kulit menjadi terbatas. Karena
itu, pada hari yang panas dan lembab tidak banyak panas yang akan dikeluarkan dari tubuh.
Kelenjar keringat terus mengeluarkan cairannya, tetapi keringat hanya menempel di kulit atau
menetes dan tidak menguap dan akan menimbulkan efek mendinginkan pada tubuh.1
Termodinamika
Hukum termodinamika mengatakan bahwa energy total suatu sistem, termasuk
sekitarnya akan tetap konstan dan juga entropi suatu sistem akan meningkat jika suatu proses
6

terjadi secara spontan.6 Pada reaksi yang terjadi secara spontan dan disertai dengan hilangnya
energy disebut dengan eksergonik (katabolisme)

dan apabila reaksi berlangsung secara

spontan dan ada energy yang diperoleh maka reaksi itu disebut dengan reaksi endergonik
(anabolisme).
Kombinasi dari keduanya akan menghasilkan metabolisme.6 Hal ini karena energy
yang dihasilkan dari proses eksergonik (katabolisme) akan masuk ke dalam reaksi endergonik
(anabolisme) yang berarti tubuh mengambil energy yang dibutuhkan oleh bagian-bagiannya
guna melakukan fungsi dan kerjanya.
Metabolisme yang terjadi membutuhkan bahan bakar yang diperoleh dari pasokan O 2
dari sistem respirasi. Proses ini merupakan cara sel di dalam tubuh untuk memperoleh energy
dalam ATP dari reaksi terkendali hydrogen dengan oksigen untuk membentuk air. Pemberian
oksigen dapat menyelamatkan nyawa pada penanganan pasien dengan kegagalan pernapasan
atau sirkulasi. Karena metabolisme membutuhkan suplai dari O 2 maka tubuh akan banyak
memperoleh energy dari metabolisme yang melibatkan oksigen. Sebagian besar dari proses
metabolisme akan dilakukan pada mitokondria.6
Metabolisme Energi
Senyawa ini memiliki peran struktual dan metabolic yang penting. Kebanyakan
karbohidrat yang diserap oleh sistem pencernaan tubuh akan diserap dalam bentuk glukosa
dan dibawa ke dalam aliran darah. Glukosa merupakan bahan bakar metabolic utama selain
itu glukosa merupakan precursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di tubuh termasuk dan
glikogen, ribose dan deoksiribosa serta galaktosa.6
Karbohidrat diklasifikasikan dalam beberapa kelas:6
a. Monosakarida
Karbohidrat yang paling sederhana dan tidak bisa dihidrolisis menjadi karbohidrat
yang lebih sederhana lagi.

Gambar 3. Monosakarida
b. Disakarida
Merupakan produk kondensasi dua unit monosakarida.

Gambar 4. Disakarida
c. Oligosakarida
Merupakan kondensasi tiga sampai dengan sepuluh unit monosakarida, sebagian besar
oligosakarida tidak dicerna oleh tubuh.

Gambar 5. Oligosakarida
d. Polisakarida
Produk kondensasi lebih dari 10 unit monosakarida contohnya pati dan dekstrin.

Gambar 6. Polisakarida
Pengolahan glukosa dalam tubuh akan diubah menjadi piruvat melalui glikolisis.
Jaringan aerob akan memetabolisme piruvat menjadi asetil-KoA yang dapat memasuki siklus
asam sitrat untuk dapat dioksidasi sempurna menjadi CO 2 dan H2O yang akan menghasilkan
8

ATP dalam proses fosforilasi oksidatif. Glikolisis sendiri juga dapat berlangsung dalam
keadaan tanpa oksigen atau anaerob yang akan menghasilkan produk sampingan berupa asam
laktat. Glukoneogenisis adalah proses menghasilkan glukosa dari senyawa nonkarbohidart.
Glukosa dan metabolitnya juga ikut serta dalam proses lain misalnya:6
a. Sintesis polimer simpanan glikogen di otot rangka dan hati
b. Jalur pentose fosfat yang merupakan suatu alternative sebagian besar glikolisis. Jalur
ini dalah sumber ekuivalen pereduksi (NADPH) untuk sintesis asam lemak dan
sumber ribose untuk membentuk nukleotida dan asam nukleat.
c. Triosa fosfat yang akan membentuk gugus gliserol triasilgliserol
d. Piruvat dan zat-zat antara siklus asam sitrat menyediakan kerangka karbon untuk
sintesis asam amino, dan aseti-KoA adalah precursor asam lemak dan kolesterol.
Sumber asam lemak rantai-panjang berasal dari lipid makanan ataupun berasal
melalui sintesis de novo dari asetil-KoA (oksidasi ) yang berasal dari karbohidrat atau asam
amino. Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil-KoA atau diesterfikasi menjadi gliserol
yang akan membentuk triasilgliserol sebagai cadangan bahan bakar utama. Asetil-KoA yang
dibentuk dari oksidasi dapat mengalami beberapa proses:6
a. Asetil KoA yang berasal dari glikolisis akan mengalami oksidasi dan berubah menjadi
CO2 + H2O melalui siklus asam sitrat
b. Menjadi precursor untuk membentuk kolesterol dan steroid lain
c. Di dalam hati senyawa ini akan digunakan untuk membentuk benda keton yang
merupakan bahan bakar penting untuk keadaan puasa.
Asam amino diperlukan untuk membentuk protein. Sebagian harus dipasok dari
makanan karena tubuh tidak mampu mensintesisnya (asam amino esensial). Sisanya adalah
asam amino nonesensial yang berasal dari makanan namun juga bisa berasal dari zat-zat
antara metabolic melalui transminasi. Kerangka karbon yang tersisa setelah proses tranminasi
dapat dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam sitrat, diubah menjadi glukosa melalui
glukoneogenesis atau untuk pembentukan benda keton.
Asam amino dan glukosa dari pencernaan makana akan diserap melalui vena porta,
hati memiliki peran mengatur konsentrasi berbagai metabolic yang larut dalam darah. Pada
glukosa jika terjadi kelebihan akibat jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkan oleh
tubuh maka akan disimpan menjadi glikogen (glikogenesis) atau asam lemak (lipogenesis).
Pada waktu tubuh tidak mendapatkan asupan makanan atau pada saat keadaan puasa maka
akan terjadi pemecahan cadangan glukosa yaitu glikogen melalui proses glikogenolisis serta
bersama dengan ginjal akan mengubah metabolit nonkarbohidrat seperti laktat, gliserol dan
asam amino menjadi glukosa melalui glukoneogenesis.6
9

Pemeliharaan kadar glukosa darah sangat penting untuk jaringan yang memakai
glukosa sebagai bahan bakar utama seperti otak atau bahan bakar satu-satunya seperti
eritrosit. Otak dapat memetabolisme badan keton untuk memenuhi sekitar 20% kebutuhan
energinya dan sisanya harus dipasok oleh glukosa. Eritrosit tidak memiliki mitorkondria
maka dari itu ia akan selalu bergantung pada glikolsisi dan jalur pentose fosfat. Hati juga
membentuk berbagai protein plasma utama misalnya albumin dan mendeaminasi asam amino
yang melebihi kebutuhan dan membentuk urea yang diangkut ke ginjal untuk disekresikan.6
Insulin dan Glukagon
Penyimpanan kelebihan sumber energy seperti protein dan glukosa akan dikontrol
oleh insulin yang merupakan sekresikan oleh sel pancreas sebagai respon terhadap
peningkatan kadar glukosa pada vena porta.6 Insulin dibuat pada RE kasar dari sel yang
akan ditransfer menuju banda golgi yang akan dipaketkan dalam membrane granula. 7 Granula
ini akan bergerak ke membrane plasma melalui proses yang akan melibatkan mikrotubulus
dan akan disekresikan dengan cara eksositosis.

Gambar 7. Insulin
Jaringan yang peka terhadap insulin akan menyerap glukosa dari aliran darah dalam
jumlah signifikan jika terdapat hormone ini. Sewaktu sekresi insulin berkurang maka akan
berkurang juga ambilan glukosa dari darah.6 Glukosa akan masuk ke dalam sel dengan cara
difusi terfasilitasi atau pada usus halus dan ginjal glukosa akan masuk dengan cara transport
aktif bersama Na+.7 Pada jaringan otot, adipose serta jaringan lain insulin akan menstimulasi
glukosa memasuki sel dengan cara meningkatkan GLUTs (Glucose Transport) pada
membrane sel. Insulin juga akan menyebabkan reabsorpsi dari K + dan akan berakibat pada
penurunan konsentrasinya di ekstrasel.
Ambilan glukosa pada hati tidak hanya bergantung pada insulin semata karena hati
memiliki isoenzim heksokinase dengan Km tinggi sehingga ketika glukosa yang masuk ke
dalam hati meningkat akan meningkat juga pembentukan dari glukosa 6-fosfat yang akan
10

menyebabkan kelebihan akan kebutuhan metabolisme pembentukan energy dan akan memicu
terbentuknya glikogen.6
Sekresi insulin secara utama akan dipengaruhi oleh kadar insulin dalam darah. Respon
terhadap glukosa oleh insulin bersifat bifasik yang artinya sekresi cepat namun masa pakai
yang pendek dalam sekresi yang akan diikuti dengan sekresi perlahan yang terus meningkat. 7
Insulin juga akan dipengaruhi oleh kadar asam amino dan kadar metabolisme dari lemak
yang memproduksi asam ketoglutarat. Maka dari itu tidak heran jika konsentrasi arginin,
leusin, dan beberapa asam amino lainnya juga akan meningkatkan sekresi dari insulin.
Pada hati dan otot rangka, insulin bekerja untuk merangsang glikogen sintase dan
akan menghambat glikogen fosforilase. Sebagian glukosa yang masuk ke hati juga akan
digunakan untuk lipogenesis karena untuk melakukan sintesis triasilgliserol. Senyawa ini
penting karena dapat dihidrolisis dan melepaskan gliserol dan asam lemak bebas, gliserol
sendiri merupakan bahan bakar untuk melakukan glukoneogenesis. Sedangkan asam lemak
akan diangkut oleh albumin dan diserap pada jaringan atau bisa juga dioksidasi menjadi
bahan bakar.6
Selain itu tubuh juga memiliki mekanisme untuk mempertahan kadar gula darah
dalam keadaan lapar atau puasa. Pada keadaan puasa akan terjadi penurunan sekresi insulin
dan membuat sekresi glucagon oleh sel pancreas meningkat. Peningkatan ini akan memicu
glikogen sintase dan mengaktifkan glikogen fosforilase pada hati. Glukosa 6-fosfat yang
terbentuk kemudian akan dihidrolisis menjadi glukosa 6-fosfatase dan glukosa akan
dibebaskan ke dalam aliran darah untuk digunakan otak dan eritrosit.6
Pada jaringan adipose yang kaya akan lemak penurunan dari insulin dan peningkatan
glucagon menyebabkan terhambatnya lipogenesis, inaktivasi dari lipoprotein lipase serta
pengaktifan peka hormone intrasel. Peningkatan glucagon akan meningkatkan pelepasan
gliserol dan asam lemak bebas dari jaringan adipose yang digunakan oleh hati, jantung, dan
otot rangka sebagai bahan bakar metabolic yang lebih disukai sehingga glukosa dapat
dihemat.6
Jika tidak ada sumber glukosa lain, glikogen hati dan otot akan habis setelah puasa
sekitar 18 jam. Jika berpuasa berlanjut makan akan semakin banyak asam amino yang
dibebaskan akibat katabolisme protein yang digunakan oleh hati dan ginjal melalui proses
glukoneogenesis meningkat.6
Penyerapan H2O
Pada keadaan tubuh yang kekurangan air, maka tubuh memiliki mekanisme untuk
tetap mempertahankan kebutuhan air dalam tubuh. Caranya adalah dengan meningkatkan
11

penyarapan air pada tubulus ginjal. Peningkatan ini dilakukan dengan adanya sekresi
hormone yang dilakukan oleh hipofisis.1 Hipofisis memiliki dua bagian yaitu posterior dan
anterior. Sekresi yang dilakukan oleh hipofisis, baik bagian posterior maupun anterior
keduanya dikontrol oleh Hipotalamus.1,8
Hipofisis anterior memiliki hormone yang bersifat tropic. Hormon yang disekresikan
merupakan hormone yang dibentuk sendiri oleh hipofisis anterior sendiri. Beberapa hormone
yang disekresikan oleh hipofisis misalnya seperti GH (Growth Hormon), TSH (Tyroid
Stimulating Hormon), ACTH (Adrenocorticotropic Hormone), PRL (Prolactin), FSH Folikel
Stimulating Hormon) dan LH (Luteinizing Hormon).1 Berbeda dengan hipofisis posterior,
hipofisis anterior berhubungan langsung dengan hipotalamus.8

Gambar 8. Hypotalamus dan Hipofisis


Hypotalamus dan hipofisis posterior membentuk suatu sistem endokrin yang terdiri
dari suatu populasi neuron nerosekretorik yang badan selnya terletak di dua bagian
hipotalamus (nucleus supraopticis dan nucleus paraventrikel).1 Axon terminal pada hipofisis
posterior berhubungan dengan neuroglia spesifik yang disebut dengan pituicytes. 8 Setelah
diproduksi oleh sel neurosekretorik, oksitosin dan ADH akan dikemas pada vesicle sekretorik
yang dipindahkan transport axonal cepat.
Darah yang masuk ke dalam hipofisis posterior oleh arteri hipofigeal inferior yang
merupakan cabang arteri carotis interna.8 Pada hipofisis posterior, arteri hipofageal inferior
memperdarahi hingga ke bagian plexus capillary dari infudibular. Jaringan kapiler ini yang
akan menerima hasil sekresi dari oksitosin dan ADH. Dari plexus ini hormone ini akan
memasuki vena hypophyseal posterior untuk didistribusikan menuju sel target di jaringan.
Hormon yang berperan untuk menahan air dalam plasma tubulus menggunakan
hormone vasopressin atau yang biasanya disebut dengan Anti Diuretic Hormon (ADH).7,8
12

Hormon ini bekerja dengan meningkatkan permaebilitas ductus kolektifus agar air dapat
direabsorpsi.7 Peningkatan permaebilitas oleh ADH akan meningkatkan jumlah air yang
dikembalikan ke dalam darah dan secara otomatis akan menurunkan jumlah air yang dibuang
dalam urin.8
Kesimpulan
Suhu tubuh memiliki pengaruh penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup
manusia. Maka dari itu diperlukan mekanisme yang bertujuan untuk mempetahankannya.
Berbagai hormone disekresikan guna melakukannya, selain itu reabsopsi air juga berperan
untuk menjaga suhu tubuh ini sendiri.
Daftar Pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC ; 2011. H.701-22
2. Gabriel JF. Fisika kedokteran. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC ; 1996. H.
118-25
3. Asmadi. Teknik procedural keperawatan konsen dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta : Penerbit Salemba Medika ; 2008. H. 155-9
4. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Edisi ke-33. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama ; 2009. H. 275-80
5. Burnside, McGlynn. Adams diagnosis fisik. Edisi ke-17. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC ; 1995. H. 72
6. Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennely PJ, Rodwell VW, Weil PA. Biokimia
harper. Edisi ke-29. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC ; 2012. H. 149-54, 15965, 170-81, 214-7
7. Barret KE, Barman SM, Boitama S, Brooks HL. Ganongs review of medical
physiology. Edisi Internasional ke-24. Singapore : Mc Graw Hill ; 2012. H. 432-35,
698-700
8. Tortora GJ, Derrickson B. Priciples of anatomy & physiology : Organization, support
and movement, and control system of the human body. Edisi Internasional ke-13.
Volume 1. Danvers : Wiley ; 2011. H. 688-96

13

Anda mungkin juga menyukai