Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sebuah jaringan dengan jumlah host yang besar pada suatu topologi dapat
menimbulkan masalah yang cukup serius. Collision, broadcast massage,
congestion dan beberapa hal lain yang menyebabkan transmisi data terganggu.
Semakin besar jaringan, maka semakin banyak peluang gangguan maupun
ancaman. Perlu dilakukan pemisahan host-host sehingga menjadi jaringanjaringan yang lebih kecil jumlah hostnya.
Jumlah IP Address Versi 4 sangat terbatas, apalagi jika harus memberikan
alamat semua host di Internet. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi dalam
penggunaan IP Address tersebut supaya dapat mengalamati semaksimal mungkin
host yang ada dalam satu jaringan ataupun yang terkoneksi internet. Seringkali
seorang network engineer dituntut untuk mengalokasikan IP Address secara
efisien agar pemanfaatan IP address dapat maksimal
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu VLSM?
2. Apa sajakah materi tentang VLSM?

BAB II
PEMBAHASAN
Subnetting VLSM adalah istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris
yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan
network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di
jaringan lokal atau jaringan luar.
subnetting VLSM adalah pengembangan mekanisme subneting,
dimana dalam vlsm dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang
mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bias
digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
Variable-lengthSubnetting
Bahasan di atas merupakan sebuah contoh dari subnetting yang memiliki panjang
tetap (fixed length subnetting), yang akan menghasilkan beberapa subjaringan
dengan jumlah host yang sama. Meskipun demikian, dalam kenyataannya segmen
jaringan tidaklah seperti itu. Beberapa segmen jaringan membutuhkan lebih

banyak alamat IP dibandingkan lainnya, dan beberapa segmen jaringan


membutuhkan lebih sedikit alamat IP.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa sub jaringan dengan jumlah
host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen
jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau
membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses
subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh
jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang
tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa
subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier
yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting.
Sub jaringan - sub jaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet
mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnetsubnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier
yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan
ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier
yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga
subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut
dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli
yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap
segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang
akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat
dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnetkan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier
tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa
dari bit-bit host.
Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol
routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information
Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border
Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak
mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol
tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang
dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang

berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask.
Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat
berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan networknya
dapat memenuhi persyaratan
1. Routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi
mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol :
RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol
routing
:
CNAP 1-2),
2. Semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus
mendukungmetode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet
informasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa di dapat dari pembahasan di atas, adalah
dengan menggunakan teknik VLSM kita bisa lebih memaksimalkan
pemakaian host dalam sebuah subnet. Dengan teknik VLSM juga kita bisa
membuat jaringan lebih kecil dan mudah untuk memanejemennya

Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/CIDR
http://blog.unsri.ac.id/rizkyasiawati/welcome/pengertian-cidr-dan-manfaat-darivlsm-/mrdetail/16216
http://blog.uad.ac.id/imam_riadi/2009/07/27/tabel-subneting-cidr-vlsm/
VLSM ~ Galih Blogger.htm

Anda mungkin juga menyukai