I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saluran udara tegangan tinggi merupakan
komponen sistem tenaga listrik yang berperan
sangat penting dalam menjaga kualitas dan
keandalan sistem tenaga listrik. Akan tetapi
saluran udara merupakan salah satu komponen
dalam sistem yang sering mengalami
gangguan. Gangguan yang terjadi dapat berupa
hubung singkat, beban lebih, surja petir, topan,
cuaca buruk dan lain-lain. Gangguan tersebut
dapat
menyebabkan
terganggunya
kelangsungan operasi dan kerusakan peralatan
pada sistem tenaga listrik. Untuk menghindari
kerusakan dan kerugian yang lebih besar,
maka diperlukan suatu sistem proteksi tenaga
listrik yang dapat bekerja secara cepat
mengisolasi gangguan. Sistem proteksi
mempunyai fungsi untuk menjaga sistem
2. Pengaman Cadangan
Diperlukan apabila pengaman utama tidak
dapat bekerja atau terjadi gangguan pada
sistem pengaman utama itu sendiri.
Dibagi menjadi :
a) Sistem proteksi cadangan lokal (local
back up protection system)
Pengaman cadangan lokal adalah
pengamanan
yang
dicadangkan
bekerja bilamana pengaman utama
yang
sama
gagal
bekerja.
Contohnya:penggunaan OCR atau
GFR.
b) Sistem proteksi cadangan jauh (remote
back up protection system)
Pengaman cadangan jarak jauh
adalah
pengamanan
yang
dicadangkan
bekerja
bilamana
pengaman utama di tempat lain gagal
bekerja. Contoh : zone-2 dan zone-3
rele jarak pada proteksi SUTT.
2.1.1 Sistem Proteksi SUTT 150 kV
Pada sistem transmisi 150 kV
penggunaan rele jarak sebagai pengaman
utama yang dilengkapi teleproteksi menjadi
suatu keharusan, khususnya bagi :
a) Penghantar yang dioperasikan looping
dengan sistem 150 kV lainnya
b) Penghantar 150 kV yang radial double
circuit
Ada dua macam pola pengaman dengan
pilot yang telah diterapkan pada SUTT 150
kV PLN P3B, yaitu :
1) Permissive Transfer Trip Scheme
Permissive Underreach Transfer Trip
(PUTT)
Permissive Overreach Transfer Trip
(POTT)
2) Blocking Scheme
Pola pengamanan untuk Saluran Udara
Tegangan Tinggi 150 kV adalah
a) Pengaman Utama
Gangguan fasa-fasa
: Relai jarak
yang dilengkapi dengan teleproteksi
Gangguan fasa-netral : Relai jarak
yang dilengkapi dengan teleproteksi
b) Pengaman Cadangan
Gangguan fasa-fasa
: Relai arus
lebih inverse time (non directional)
Gangguan fasa-netral : Relai arus
lebih inverse time (non directional)
Zf = Impedansi (Ohm)
Vf = Tegangan (Volt)
If = Arus gangguan (Ampere)
Ciri-ciri
karakteristik
quadrilateral
adalah sebagai berikut :
Karateristik quadrilateral merupakan
kombinasi dari 3 macam komponen yaitu
: reactance, berarah dan resistif.
Dengan setting jangkauan resistif cukup
besar
maka karakteristik
relai
quadrilateral
dapat
mengantisipasi
gangguan tanah dengan tahanan tinggi.
Umumnya kecepatan relai lebih lambat
dari jenis mho.
1) Setting Zone-1
Dengan mempertimbangkan adanya
kesalahan-kesalahan dari data saluran,
CT, PT, dan peralatan penunjang lain
sebesar 10% - 20 % , zone-1 relai disetel
80 % dari panjang saluran yang
diamankan.
Zone-1 = 0,8 . Z L1 (Saluran)
Waktu kerja relai seketika, (t1= 0) tidak
dilakukan penyetelan waktu
2) Setting Zone-2
Prinsip
peyetelan
Zone-2
adalah
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
Zone-2 min = 1,2 . ZL1
Zone-2 mak = 0,8 (Z L1 + 0,8. ZL2)
Dengan :
ZL1=Impedansi saluran yang diamankan.
ZL2=Impedansi saluran berikutnya yang
terpendek ( )
Waktu kerja relai t2= 0.4 s/d 0.8 dt.
3) Setting Zone-2
Prinsip penyetelan zone-3
adalah
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
sebagai berikut :
Zone-3min =1.2 ( ZL1 + 0,8.ZL2 )
Zone-3mak = 0,8 ( ZL1 + 1,2.ZL2 )
Dengan :
ZL1 = Impedansi saluran yang diamankan
11 = 3,324 + 10,0861
11| = 10,619
21 = 5,514 + 15,963
21| = 16,889
21| = 15,963
31 = 0,259 + 1,881
31| = 1,898
31| = 1,881
=
Sehingga dalam lembar kerja MathCad
untuk data setelan reaktansi rele SUTT
150 kV Drajat-Garut-Tasik-Tasik Baru
adalah tertulis sebagai berikut :
=
Sehingga dalam lembar kerja MathCad
untuk data setelan waktu rele jarak SUTT
150 kV Drajat-Garut-Tasik-Tasik Baru
adalah tertulis sebagai berikut :
( )
1=
(
)
0,086 (150 )
1=
= 64,50
30
Trafo 2 : 150/ 20 KV, 60 MVA,
XT=13,25%
( )
2=
(
)
0,1325 (150 )
2=
= 49,69
60
= 17,55
= 1,2
= 0,8 ( 2 + 0,8 3 )
= 0,8 (15,963 + 0,8 1,881)
= 13,977
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Relai jarak akan bekerja dengan cara
membandingkan impedansi gangguan
yang terukur dengan impedansi setting,
dengan
ketentuan:
bila impedansi
gangguan lebih kecil dari pada impedansi
setting relai (Zf<ZR) maka relai akan
bekerja, dan bila impedansi ganguan
lebih besar dari pada impedansi setting
relai (Zf > ZR) maka relai tidak akan
bekerja.
2) Relai jarak
dibagi menjadi beberapa
daerah cakupan yaitu Zone 1, Zone 2,
Zone 3, serta dilengkapi juga dengan
teleproteksi sebagai upaya agar proteksi
bekerja selalu cepat dan selektif di
dalam daerah pengamanannya.
3) Dalam melakukan scanning setting rele
jarak diperlukan data rele meliputi merk,
DAFTAR PUSTAKA
[1] Adrial Mardensyah, 2008, Studi
Perencanaan Koordinasi Rele Proteksi
Pada Saluran Udara Tegangan Tinggi
Gardu Induk Gambir Lama-Pulomas,
Tugas
Akhir,Universitas
Indonesia,
Jakarta.
[2] Pusat Pelatihan dan Pendidikan PT. PLN
(Persero), Pemeliharan Sistem Proteksi
Transmisi
[3] Pusat Pelatihan dan Pendidikan PT. PLN
(Persero), Konstruksi & Instalasi Sistem
Proteksi
[4] W.D. Stevenson Jr, 1984, Analisis
Sistem Tenaga Listrik, Edisi Ke Empat,
Erlangga, Jakarta,
[5] Juan M. Gers and Edward J. Holmes,
2004,
Protection of Electricity
Distribution Networks, 2nd Edition, The
Institution of Electrical Engineers,
London,United Kingdom
[6] Prof.
Ir.
Abdul
Kadir,
1998,
Transmisi Tenaga Listrik, Universitas
Indonesia, Jakarta,
[7] Dr. A. Arismunandar, Dr. S. Kuwara,
1973, Buku Pegangan Teknik Tenaga
Listrik, Jilid II, PT Pradnya Paramita,
Jakarta
[8] L.G. Hewitson , Mark Brown and
Ramesh Balakrishnan, 2004, Practical
Power Systems Protection, ELSEVEIR,
[9] PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali, 2006,
Workshop Scanning dan Kordinasi Relai
Proteksi Jakarta,
BIODATA PENULIS
Ari Catur Pamungkas
lahir di Purworejo, 18
Mei
1993.
Telah
menempuh studi mulai
dari Taman Kanak-kanak
Nasional, Sekolah Dasar
Nasional Kutoarjo, SMP
Negeri 3 Purworejo,
SMA Negeri 1 Purworejo dan sekarang sedang
melanjutkan studi S-1 di Jurusan Teknik
Elektro konsentrasi Tenaga Listrik Universitas
Diponegoro, Semarang.
Semarang, 25 November 2014
Penulis