Anda di halaman 1dari 112

KONSERVASI ENERGI LISTRIK PADA BANGUNAN GEDUNG

PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA, Tbk.

TUGAS AKHIR

Disusun dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan


Program Strata-1 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Makassar

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD RAFIUDDIN

D411 11 608

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

KONSERVASI ENERGI LISTRIK PADA BANGUNAN


GEDUNG
PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA Tbk
TUGAS AKHIR
Diterima dan disahkan sebagai kolokium
Untuk memenuhi persyaratan guna mencapai
Gelar Sarjana Teknik Sub Program Studi

Teknik Energi Listrik


dari

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik


Universitas Hasanuddin
MUHAMMAD RAFIUDDIN
D411 11 608

Disetujui :
Tanggal...................
Pembimbing Tugas Akhir
Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. H. Tajuddin Waris, MT

Ir. Hj. Zaenab Muslimin, MT

NIP. 19650424 199203 1 003

NIP. 19660201 199202 2 002

KetuaJurusanTeknikElektro
FakultasTeknik
UniversitasHasanuddin

DR.Ir. H. Andani Ahmad, MT


NIP.19601231 198703 1 022

ii

ABSTRAK
Konservasi energi dalam dunia industri belum menjadi aktivitas yang dijalankan
dengan konsisten sebagai tindakan praktis dalam usaha penghematan energi
listrik. Dalam proses produksinya, pelaku sektor industri masih menggunakan
energi listrik tanpa memperhatikan kemungkinan penghematannya. Penelitian ini
membahas aktivitas pelaksanaan konservasi energi listrik pada di industri yakni
perusahaan yang bergerak di bisnis waralaba swalayan, yang meliputi audit energi
serta peluang penghematan energi.
Audit energi listrik adalah suatu metode untuk mengetahui dan mengevaluasi
efektifitas dan efisiensi pemakaian energi listrik. Audit energi listrik dilakukan
untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan energi, menganalisa sistem
kelistrikan, menentukan potensi penghematan biaya.
PT. Sumber Alfaria Trijaya Cabang Makassar merupakan perusahaan yang
bergerak dibisnis waralaba swlayan. Kebutuhan energi listriknya disuplai dari
jaringan PLN 20 kV. Dilengkapi dengan transformator step down 20kV/400V
dengan kapasitas daya terpasang 345 kVA untuk melayani beban pada kantor
cabang, distribiton center/gudang utama, pencahayaan luar. Dan memiliki genset
dengan kapasitas 400kVA sebagai sumber energi cadangan. Sesuai fungsinya
sebagian besar energi digunakan untuk keperluan pencahayaan. Berdasarkan
standard konservasi energi yang digunakan Kementrian Energi dan ASEAN
USAID, intensitas konsumsi energi (IKE) gedung perkantoran PT.sumber Alfaria
Trijaya Tbk Makassar yakni 75,51 kWh/m2/tahun dibawah standar yang
ditetapkan namun masih tergolong efisien.
Dalam penulisan ini menggunakan metode deskriptif dengan menjabarkan
beberapa data data hasil yang diperoleh. Potensi penghematan yang dapat
diperoleh berdasarkan audit energi listrik yaitu pertama, usaha penghematan
energi listrik pada sistem pencahayaan gedung. Apabila melakukan pengurangan
jam operasi lampu dan pengelompokan saklar maka akan diperoleh penghematan
energi listrik sebesar 5.933,312 kWh/bulan. Atau melakukan penggantian lampu
neon/flourescent ke lampu LED maka akan diperoleh penghematan energi listrik
sebesar 8755,56kWh/bulan. Kedua, penghematan energi listrik pada sistem
pengkondisian udara gedung. Yakni apabila melakukan usaha mengatur suhu AC
ke suhu 260C maka diperoleh jumlah penghematan energi listrik sebesar
4.376,438 kWh/bulan. Ketiga, melakukan usaha mengatur suhu chiller maka
jumlah penghematan energi listrik yang diperoleh sebesar 2.676,97 kWh/bulan.
Kata kunci: Energi Listrik, Audit energi, Intensitas Konsumsi Energi listrik (IKE),
Penghematan energi.

iii

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
kehendak-Nya tugas akhir ini dapat kami selesaikan. Pengajuan Tugas Akhir ini
merupakan salah satu syarat guna Penyelesaikan studi pada Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Meskipun banyak hambatan dan tantangan, namun berkat bantuan dan
kerjasama berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Untuk semua itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.

Bapak Ir. Tajuddin Waris, M.T dan Ibu Ir. Hj. Zaenab Muslimin, M.T.,
sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk, dan saran selama kami menyelesaikan tugas akhir ini.

2.

Bapak DR.Ir. H. Andani Ahmad, MT sebagai Ketua Jurusan Elektro Fakultas


Teknik Universitas Hasanuddin, Bapak Ir. Indra Jaya, MT sebagai Ketua Sub
Program Studi Teknik Energi Listrik Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin, seluruh staf dan karyawan untuk segala bantuan dan
kemudahan yang diberikan.

3.

Kedua Orangtua kami dan saudara-saudara kami tercinta, serta seluruh


keluarga atas segala doa restu, bantuan, nasehat dan motivasinya. Semoga
Allah SWT membalasnya, amin.

iv

4. Seluruh rekan di Jurusan Teknik Elektro, khususnya pada program kelas


integrasi Unhas angkatan 2011 yang telah membantu selama perkuliahan dan
proses penyusunan tugas akhir ini sehingga dapat terselesaikan.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar tugas akhir ini dapat
terselesaikan dengan baik, namun keterbatasan kemampuan sehingga tugas
akhir ini tampil dengan segala kekurangannya. Oleh karena itu, penulis
senantiasa membuka diri terhadap saran dan kritik yang bertujuan untuk
penyempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Amin.

Makassar,

Februari 2014

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

ii

ABSTRAK ...................................................................................................

iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................

iv

DAFTAR ISI ................................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

DAFTAR TABEL ........................................................................................

xi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

1.1 Latar Belakang ...............................................................................

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................

1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................

1.4 Batasan Masalah ............................................................................

1.5 Sistematika Penulisan.....................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

2.1 Konservasi Energi ..........................................................................

2.2 Audit Energi Listrik .......................................................................

2.2.1 Macam-macam audit energi .....................................................

2.2.2 Tingkat Audit Energi ...............................................................

2.2.2.1 Audit Energi Awal ..........................................................

9
vi

2.2.2.2 Audit Energi Rinci ..........................................................

10

2.2.3 Elemen Audit Energi Listrik ....................................................

12

2.2.4 Manajemen Energi ..................................................................

13

2.2.5 Matriks Manajemen Energi .....................................................

21

2.2.6 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung ..............................

23

2.3 Beban Listrik Perusahaan ...............................................................

24

2.3.1 Sistem Pencahayaan ruangan ...................................................

25

2.3.2 Sistem Pengkondisisan Udara ..................................................

33

2.3.2.1 Air Conditioner...............................................................

33

2.3.2.2 Chiller ............................................................................

39

2.4 Mengenali Kemungkinan Peluang Hemat Energi ...........................

42

2.5 Rekomendasi .................................................................................

43

2.6 Tarif Listrik ...................................................................................

44

2.6.1 Biaya Awal .............................................................................

44

2.6.2 Biaya Bulanan .........................................................................

45

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................

47

3.1 Profile PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. ........................................

47

3.2 Data ...............................................................................................

49

3.2.1 Bentuk Data ............................................................................

49

3.2.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................

50

3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................

50

3.4 Metode Analisis .............................................................................

51

3.6 Flow Chart Audit Energi ................................................................

55

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................

56

4.1 Kondisi Sistem kelistrikan..............................................................

56

4.1.1 Sumber energi listrik ...............................................................

56

4.1.2 Sistem Distribusi Listrik ..........................................................

58

4.1.3 Konsumsi dan Biaya Listrik Bulanan.......................................

60

4.1.4 Sistem Pencahayaan ................................................................

60

4.1.5 Sistem Pendingin .....................................................................

61

4.2 Audit Energi Awal di Gedung PT. SUMBER ALFARIA


TRIJAYA Tbk Makassar ..........................................................

62

4.2.1 Konsumsi dan Biaya Energi bulanan di Gedung PT.


SUMBER ALFARIA TRIJAYA Tbk Makassar. ....................

62

4.2.2 Konsumsi Listrik Harian PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. ......

65

4.2.3 Sistem Pengkondisian Udara gedung PT. SUMBER


ALFARIA TRIJAYA Tbk Makassar ......................................

70

4.2.4 Sistem Pencahayaan pada Gedung PT. SUMBER


ALFARIA TRIJAYA Tbk Makassar ......................................

72

4.2.5 Data Tingkat Konsumsi Energi Berdasarkan Kelompok


beban........................................................................................

75

4.2.6 Menghitung Intensitas Konsumsi Energi Listrik (IKE) ............

76

4.2.7 Hasil Pengukuran Kondisi Ruang Kerja...................................

77

4.3 Rekomendasi Penghematan Energi.................................................

81

4.4 Jumlah Potensi Penghematan Energi ..............................................

83

viii

4.4.1 Jumlah Potensi Penghematan Energi Pada sistem


Pencahayaan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. .........................

83

4.4.2 Jumlah Potensi Penghematan Pada Pengkondisian Udara


PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk ..............................................

87

4.4.3 Jumlah Penghematan Energi Listrik Penggunaan Chiller ........

90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................

93

5.1 Kesimpulan ....................................................................................

93

5.2 Saran .............................................................................................

95

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

96

LAMPIRAN .................................................................................................

97

ix

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagian-bagian Lampu Incandescent ................................................

30

Gambar 2.2 Lampu Compact Fluorescent ..........................................................

31

Gambar 2.3 Diagram Sistem Pendingin ..............................................................

34

Gambar 2.4 Bagian Outdoor AC window ...........................................................

38

Gambar 2.5 Bagian Indoor AC window .............................................................

38

Gambar 2.6 AC Split..........................................................................................

38

Gambar 2.7 Chiller ............................................................................................

41

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................

48

Gambar 3.2 Alur Analisis Tugas Akhir ..............................................................

54

Gambar 3.3 Flow Chart Audit Energi .................................................................

55

Gambar 4.1 Diagram 1 garis sistem distribusi kelistrikan PT.Sumber Alfaria


Trijaya, Tbk

cabang Makassar ....................................................... 59

Gambar 4.2 Data komsumsi dan biaya energi listrik Agustus 2012 Juli
2013 ................................................................................................. 63
Gambar 4.3 Konsumsi energi rata rata bulanan berdasarkan pemakaian
LWBP dan WBP.. ............................................................................. 64
Gambar 4.4 Kurva penggunaan beban (kW) dalam sehari. .................................. 69
Gambar 4.5 Persentase pemakaian listrik per hari...............................................

75

Gambar 4.6 Persentase Potensi Penghematan Penggunaan Energi Listrik


Perbulan Pada Sistem Pencahayaan Pt. Sumber Alfaria Trijaya Tbk .........

85

Gambar 4.7 Persentase Persentase penghematan energi listrik perbulan pada


sistem pengkondisian udara PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk ....................

89
x

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan .......................

27

Tabel 3.1 Uraian Luas Bangunan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.

Cabang Makassar ........................................................................................

48

Tabel 4.1 Data AC .......................................................................................................

61

Tabel 4.2 Konsumsi energi listrik dan biaya listrik Agustus 2012 - Juli 2013 ......

63

Tabel 4.3 Pemakaian kWh per hari............................................................................

66

Tabel 4.4 Data beban dan waktu operasi PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk ............

67

Tabel 4.5 Data Beban .................................................................................................

68

Tabel 4.6 Pemakaian AC (AC dan Fan Cooil) .........................................................

70

Tabel 4.7 Data Komsumsi energi listrik sistem pencahayaan .................................

73

Tabel 4.8 Data Tingkat Beban Konsumsi Energi Listrik per-Hari ................................

75

Tabel 4.9 Data hasil pengukuran temperatur dan humidity ruang kerja .................

78

Tabel 4.10 Data hasil pengukuran temperatur dan humidity ruang kerja Area

Kantor ..........................................................................................................

80

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Penghematan Pengurangan jam kerja Lampu ..........

83

Tabel 4.12 Selisih Penurunan Penggunaan Energi yang di Hemat..........................

85

xi

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Penghematan Energi Melalui Pengaturan Suhu

AC .......................................................................................................

87

Tabel 4.14 Selisih Penurunan Penggunaan Energi yang di Hemat ......................

88

Tabel 4.15 Perhitungan kWh rekomendasi pada Chiller .....................................

90

Tabel 4.16 Analisa Penghematan Energi ............................................................

92

xii

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Konservasi energi sebagai sebuah pilar manajemen energi nasional belum
mendapat perhatian yang memadai di Indonesia. Manajemen energi di tanah air
selama ini lebih memprioritaskan pada bagaimana menyediakan energi atau
memperluas akses terhadap energi kepada masyarakat. Hal ini diwujudkan antara
lain melalui peningkatan eksploitasi bahan bakar fosil atau pembangunan listrik
perdesaan. Konsumsi energi di sisi yang lain masih dibiarkan meningkat dengan
cepat, lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi. Ini ditunjukkan misalnya oleh
permintaan terhadap tenaga listrik.
Konservasi energi akan mendatangkan manfaat bukan hanya untuk
masyarakat yang konsumsi energi per kapitanya telah sangat tinggi, namun juga
oleh negara yang konsumsi energi per kapitanya rendah, seperti Indonesia.
Dengan melakukan konservasi maka seolah-olah kita menemukan sumber energi
baru. Bila Indonesia dapat menghemat konsumsi BBMnya sekitar 10 persen saja,
maka itu berarti menemukan lapangan minyak baru yang dapat memproduksi
sekitar 150.000 barel per hari, yang dalam kenyataannya membutuhkan biaya
yang cukup besar untuk eksplorasi dan memproduksinya. Biaya yang dapat
dihemat dengan melakukan konservasi sangat besar[1].
Konservasi energi bermanfaat bukan hanya untuk menekan konsumsi dan
biaya konsumsi energi, namun juga memberikan dampak yang lebih baik terhadap
lingkungan. Sebagai dimaklumi, sumber utama pemanasan global yang

dikhawatirkan masyarakat planet bumi kini adalah pembakaran bahan bakar fosil,
atau aktivitas manusia yang berkaitan dengan penggunaan energi. Kegiatan
pembakaran bahan bakar fosil, misalnya yang ditunjukkan oleh kegiatan
transportasi, menghasilkan berbagai polutan seperti CO , NO maupun SO di
x

samping partikel debu yang mengotorkan udara.


Salah satu faktor yang membuat konservasi energi tidak berkembang di
Indonesia adalah adanya pandangan di kalangan masyarakat bahwa Indonesia
adalah negara yang dianugerahi dengan kekayaan sumberdaya energi yang
berlimpah, dan karena itu menggunakan energi secara hemat tidak dianggap
sebagai sebuah keharusan.
Banyak industri dapat menekan biaya produksi mereka bila perhatian
mengenai bagaimana dapat menggunakan energi secara hemat dipraktekkan
dalam kegiatan industri sehari-hari.
Memperhatikan hal tersebut, kami akan membuat tugas akhir mengenai
konservasi energi pada gedung perkantoran PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mengetahui sistem distribusi listrik dan penggunaan energi
listrik pada Gedung PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk cabang Makassar
melalui audit energi
2. Rekomendasi aktivitas pelaksanaan konservasi energi listrik berupa
penghematan

penggunaan

energi

listrik

yang

efisien

pada

perkantoran/industri.

I.3

Tujuan
1. Mengetahui sistem distribusi listrik dan penggunaan energi listrik pada
gedung PT.Sumber Alfaria Trijaya Tbk cabang Makassar melalui audit
energi.
2. Memberikan rekomendasi aktivitas pelaksanaan konservasi energi listrik
yang meliputi audit energi serta peluang penghematan energi pada
bangunan gedung PT. Sumber Afaria Trijaya Tbk

I.4 Batasan Masalah


Tugas akhir ini membahas mengenai aktivitas konservasi energi listrik pada
gedung perkantoran PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk dengan batasan meliputi hal
hal sebagai berikut :
1. Gedung yang dimaksudkan adalah gedung Administrasi Kantor Cabang
dan Gudang
2. Konservasi energi yang dimaksudkan adalah konservasi energi di bidang
audit energi listrik
3. Audit energi listrik yang dilakukan merupakan audit energi yang bersifat
pendahuluan dan tidak melakukan modifikasi.
4. Dalam Audit energi listrik diasumsikan bahwa desain proses dan aliran
material dari objek penelitian tidak dapat diubah secara signifikan.
5. Biaya konsumsi energi listrik dihitung berdasarkan standar perhitungan
tarif Perusahaan Listrik Negara (PLN) tahun 2012/2013.

1.5. Sistematika Penulisan


Dalam memudahkan penulisan dan pembahasan selanjutnya, secara
sistematis uraian pembahasan dapat ditulis sebagai berikut :
BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II

: TINJAUAN PUSTAKA
Membahas mengenai konsep dasar audit energi, penggunaan energi
listrik dan biaya listrik, pengaruh kualitas daya listrik terhadap
konsumsi energi listrik, pencahayaan

dan tata udara pada PT.

Sumber Alfaria Trijaya Tbk.


BAB III : METODELOGI AUDIT/ MANAJEMEN ENERGI
Membahas mengenai waktu dan tempat penelitian, metoda
pengambilan data, analisa data, langkah-langkah audit/manajemen
energi, dan data yang digunakan.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Membahas mengenai sistem kelistrikan, penggunaan energi listrik,
hasil pengukuran besaran listrik dan potensi penghematan energi
dan biaya.
BAB V

: KESIMPULAN DAN SARAN


Membahas tentang kesimpulan dan saran-saran.

BAB. II.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konservasi energi
Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi

jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan


energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan
energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang
menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya
biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi,
serta kenyamanan. Organisasi-organisasi serta perseorangan dapat menghemat
biaya dengan melakukan penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan
industri dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan
penghemaan energi [1].
Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan
energi. Penghematan energi menurunkan konsumsi energi dan permintaan energi
per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan energi akibat
pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi, dan dapat
mengurangi kebutuhan pembangkit energi atau impor energi. Berkurangnya
permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih metode produksi
energi.

2.2 Audit energi Listrik


Audit Energi Listrik adalah suatu metode untuk mengethui dan
mengevaluasi efektifitas dan efesiensi pemakaian energi listrik di suatu tempat .
Audit energi listrik didefenisikan sebagai analisa dari perbandingan antara
masukan dan keluaran per satuan ouput dalam suatu sistem pemanfaatan energi
masukan dan keluaran per satan output dalam suatu sistem pemanfaatan energi
listrik.
2.2.1 Macam-macam audit energi
Jenis dari Audit energi bukan hanya satu jenis saja melainkan audit energi
ada bermacam-macam jenis di mana tiap jenis memiliki fungsi masing-masing.
Adapun jenis-jenis audit energi tersebut dapat dibagai menjadi beberapa bentuk,
seperti walking audit, preliminary audit, deteiled audit, dan energi management
plan and implementation action [2].
a. Walking audit
Walking audit ini sering disebut dengan mini audit. Audit yang dilakukan
secara sederhana, tanpa perhitungan yang rinci, hanya melakukan analisis
secara sederhana. Umumnya focus dari audit ini adalah pada bidang perawatan
dan penghematan yang tidak terlalu memerlukan biaya investasi yang besar.
b. Prelimentary audit
Audit yang hanya dilakukan pada bagian vital saja. Analisa didapat dengan
melakukan perhitungan yang cukup jelas. Audit ini meliputi indentifikasi
mesin, analisis kondisi aktual, menghitung konsumsi energi, menghitung
pemborosan energi dan beberapa usulan.

c. Detailed audit
Audit energi yang dilakukan secara menyeluruh tehadap seluruh aspek yang
mengkonsumsi energi listrik beserta semua kemungkinan penghematan yang
dapat dilakukan. Biasanya dilakukan oleh lembaga auditor yang profesional
dalam jangka waktu tertentu. Pelaksanaan audit didahului dengan analisis biaya
audit energi, indentifikasi mesin, analisis kondisi aktual dan menghitung semua
konsumsi energi. Konsumsi energi ini meliputi energi primer dan energi
sekunder. Selain itu melakukan perhitungan pemborosan energi, kesempatan
konservasi energi, sampai beberapa usulan untuk melakukan penghematan
energi beserta dengan dampak dari usulan tersebut. Untuk mencari
kemungkinan penghematan maka harus diketahui terlebih dahulu analisa biaya
audit energi, identifikasi gedung, analisa kondisi sesungguhnya dan
menghitung semua penggunaan energi.
d. Energi management plan and implementation action
Audit energi yang dilakukan adalah suatu alat dalam manajemen energi. Pada
dasarnya audit ini sama dengan audit energi rinci, akan tetapi audit ini
dilakukan secara berkesinambungan, dalam jangka waktu yang cukup lama.
Audit energi ini dimulai dengan membentuk sebuah organisasi manajemen
energi. Hasil dari audit menjadi masukan utama bagi sistem manajemen energi
untuk melakukan pengaturan energi secara terpadu.
Tahap yang dilakukan untuk melakukan suatu audit energi yang
sederhana, kususnya untuk gedung bertingkat adalah.

a. Menetapkan batasan masalah.


Langkah pertama adalah menetapkan batasan sistem. Bagian mana saja
dari sebuah perusahaan atau gedung bertingkat yang akan diaudit.
b. Membentuk sebuah tim audit
Tim audit ini bekerja sama dengan operator peralatan dan perlengkapan
gedung, electrical/ mechanical gedung, serta konsultasi dalam proyek
yang di-audit.
c. Analisis kondisi aktual
Beberapa hal yang dilakukan dalam analisis kondisi aktual adalah
mendapatkan data teknik, petunjuk dan brosur perlatan elektrik dan
mekanik. Kemudian melakukan identifikasi penggunaan energi, seperti
beberapa banyak kebutuhan energi dan dimana energi digunakan.
d. Menghitung penghematan
Melakukan perhitungan besarnya energi yang dapat dihemat. Suatu hal
yang harus diperhatikan adalah besarnya penghematan energi tidak
selalu linier terhadap investasi yang digunakan.
e. Laporan audit
Laporan audit memuat semua aspek yang dapat ditemukan dalam
proses audit, seperti pola konsumsi dan perilaku pengguna. Pada
laporan ini juga disertakan prioritas penghemantan energi pada bagian
tertentu dari objek yang di-audit.

f. Analisis penghematan
Dalam laporan ini jumlah penghematan disertakan beberapa usulan
seperti adanya piranti yang dapat ditambahkan beserta dengan analisis
dampak yang akan ditimbulkan.
g. Evaluasi penghematan
Setelah melakukan penghematan dalam jangka waktu tertentu
dilakukan evaluasi secara berkala.
2.2.2 Tingkat Audit Energi
Audit energi biasanya dikerjakan dalam dua tingkat yaitu audit
pendahuluan (preliminary) dan audit rinci (detailed) [3].
2.2.2.1 Audit Energi Awal
Audit energi pendahuluan merupakan pengumpulan data awal, tidak
menggunakan instrumentasi yang canggih dan hanya menggnakan data yang
tersedia. Dengan kata lain audit energi awal merupakan pengumpulan data
dimana, bagaimana, berapa, dan jenis energi apa yang dipergunakan oleh suatu
fasilitas. Daya ini diperoleh dari catatan penggunaan energi pada tahun-tahun
/bulan-bulan sebelumnya pada bangunan dan keseluruhan sistem kelengkapannya.
Audit energi awal mempunyai tiga tahap pelaksanaan yaitu :
1. melakukan identifikasi berapa jumlah dan biaya energi menurut jenis
energi yang dipergunakan oleh banguan dan kelengkapannya.
2. Melakukan identifikasi konsumsi energi perbagian/sistem dari bangnan
dan kelengkapannya.
3. Menghitung besarnya intensitas konsumsi energi (IKE) gedung.

Hasil dari audit awal berupa langkah- langkah penghematan yang tanpa biaya atau
dengan biaya rendah, dan daftar sumbersumber pemborosan energi yang nyata.

2.2.2.2 Audit Energi Rinci


Audit energi rinci merupakan survey dengan memakai instrumen untuk
menyelidiki peralatan peralatan energi yang selanjutnya diteruskan analisa secara
rinci terhadap masig masing komponen peralatan guna mengidentifikasi jumlah
energi yang dikonsumsi oleh peralatan. Sehingga pada akhirnya dapat disusun
aliran energi keseluruhan bangunan.
Secara Lengkap prosedur audit energi rinci dapat dibagi ke dalam delapan
langkah utama sebagai berikut ;
1. Perencanaan
2. Pengumpulan data dasar
3. Data pengujian peralatan
4. Analisis data
5. Rekomendasi tanpa biaya/ dengan biaya rendah
6. Investasi model
7. Rencana pelaksanaan
8. Laporan

10

2.2.3 Elemen Audit energi listrik


Elemen elemen dari proses audit energi listrik antara lain :
a. Diagram Proses produksi (pada konsumen industri)
Diagram ini merupakan skema yang menggambarkan alur proses produksi.
Mulai dari bahan mentah hingga finishing.
b. Diagram alir energi
Diagram ini menggambarkan pasokan awal energi listrik yang kemudian
dikonvrsi menjadi bentuk energi lainnya ( mekanis, panas, cahaya, dan
sebagainya), melalui diagram energi dapat diamati proses konversi energi
listrik melalui peralatan digunakan.
c. Analisa suplai listrik dan instalasinya
Analisa mencakup kapasitas suplai, captive power (bila ada), kapasitas
transformator, besaran daya aktif (MW) dan reaktif (MVar) load factor,
pembebanan pada instalasi listrik serta parameterkualitas daya.
d. Data produksi (pada konsume industri)
Data produksi mencakup output yang dihasilkan serta perhitungan energi
output.
e. Analisa konsumsi energi listrik spesifik
Analisa konsumsi energi spesifik mencakup analisa penggunaan energi per
jenis peralatan Setelah diketahui total penggunaan energi listrik oleh setiap
peralatan dapat pula dietahui total penggunaan energi listrik oleh setiap
peralatan dapat pula diketahui tingkat susut (loses) dari suatu sistem.

11

f. Rekapitulasi energi listrik


Rekapitulasi energi listrik merupakan resume dari analisa sebelumnya
dengan memasukkan unsur biaya energi listrik yang mencakup tiga aspek:
1. Rekapitulasi konsumsi merupakan rekap konsumsi energi listri per
jenis peralatan yang digambarkan pada diagram alir energi.
2. Referensi merupakan acuan yang digunakan untuk membandingkan
konsumsi energi listrik oleh tiap jenis peralatan.
3. Tingkat

efesiensi

merupakan perbandingan antara rekapitulasi

konsumsi dan referensi. Tingkat efisiensi ini menentukan kinerja dari


suatu sistem pemanfaatan energi listrik.
g. Rekomendasi efesiensi
Rekomendasi efisiensi berisi saran dan langkah langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai tingkat efesiensi yang lebih baik di masa
mendatang. Ada tiga skenario dalam rekomendasi efisiensi
-

Biaya Rendah (Low Cost) ; apa bila perubahan yang dilakukan bersifat
pemeliharaan atau perubahan pada pola konsumsi tiap jenis peralatan.

Biaya Sedang (Medium cost) ; apabila perubahan yang dilakukan


menyangkut pergantian sebagian elemen peralatan yang dinilai kurang
optimal.

Biaya Tinggi (High kost) ; apabila perubahan yang dilakukan


merupakan investasi yang cukup besar, misalnya menambh peralatan
atau mengubah sistem instalasi energi listrik

12

2.2.4 Manajemen Energi


Manajemen energi adalah aktifitas dalam menggunakan energi dengan
bijaksana dan efektif untuk memaksimalkan keuntungan (minimize costs) dan
meningkatkan (enhance) kondisi yang kompetitif [4]. Sebuah menganalisa dan
mengontrol aliran energi yang ada dalam sebuah sistem sehingga efisiensi
penggunaan energi yang maksimal dapat tercapai. Manajemen energi sebenarnya
merupakan kombinasi dari technical skill dan manjemen bisnis yang berfokus
pada business engineering. Seiring dengan harga energi akhir-akhir ini yang terus
meningkat maka manejemen energi ini semakin diperlukan. Karena dengan
melakukan manjemen energi ini maka biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan
energi dapat ditekan.
Salah satu bagian yang mendasari manjemen energi adalah audit energi.
Laporan audit merupakan hasil dari audit plan yang akan diproses dan dianalisa
lebih lanjut dalam manajemen energi. Dan melalui dari hasil audit energi tersebut
maka aliran energi yang memberikan gambaran tentang penggunaan energi akan
dapat diketahui, sehingga dapat disusun suatu rancangan strategi untuk
mengendalikan penggunaan energi.
Program

manajemen

dan

konversi

energi

adalah

kunci

untuk

menggunakan minyak bumi dan energi listrik dengan lebih efisien. Tujuan dari
manajemen energi adalah:

Mengurangi penggunaan energi agar dapat menghemat biaya operasional


pada bangunan, tanpa melakukan banyak perubahan pada bangunan
sehingga tidak mengeluarkan dana investasi yang besar.

13

Memelihara lingkungan kerja yang nyaman

Mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi

Meningkatkan efisiensi kerja serta memperpanjang umur peralatan Ketika


suatu organisasi memutuskan untuk melakukan manajemen energi, maka
langkah awal yang harus diambil adalah melakukan audit energi. Audit
energi adalah pemeriksaan atas penggunaan energi oleh peralatan atau
sistem untuk memastikan bahwa energi pada sistem digunakan dengan
efisien. Atau dengan kata lain, audit energi merupakan kegiatan yang
dilakukan dengan tujuan mengevaluasi potensi penghematan energi pada
suatu bangunan, serta mengidentifikasi dan mengevaluasi Energi
Conservation Oppotunities (ECOs).

Beberapa istilah yang sering digunakan sehubungan dengan audit energi antara
lain:
1. Walk Through Audit
Walk Through Audit adalah kegiatan di dalam mengidentifikasikan jenis
dan besarnya energi yang digunakan pada suatu bangunan atau audit
singkat yang dilaksanakan pada pemeriksaan bangunan.
2. Energi Audit Data Base (EADB)
Energi Audit Data Base adalah penyimpanan data-data dan informasiinformasi yang relevan dan dibutuhkan dalam pelaksanaan audit energi
pada suatu bangunan, yang tersimpan dan terorganisir dengan baik pada
suatu sistem komputerisasi. Dengan adanya EADB, waktu yang
dibutuhkan untuk mengakses data yang dibutuhkan dapat menghemat

14

karena tidak perlu lagi mencari data tersebut di buku. Selain itu, data yang
tersimpan secara digital ini juga memiliki lifetime yang lebih lama jika
dibandingkan dengan menyimpan di buku.
Keberadaan EADB dengan informasi-informasi yang lengkap
sangat

penting

bagi

auditor.

Dengan

EADB,

dapat

membantu

pengidentifikasian masalah, sehingga perencanaan audit energi dapat


dibuat dengan lebih matang. Data serta informasi yang diperlukan
dimasukkan ke dalam EADB antara lain:

Utility records, Maintenace records, Equipment performac ,Energi


consumption

Hasil diskusi dengan penggunaan bangunan dan operator peralatan


(teknisi). Dalam pembuatan data base, setiap data yang masuk harus
dianalisa dan dicek keakuratannya. Jika terjadi perubahan di lapangan,
data base ini harus segera di up-date agar data yang ada benar-benar sesuai
dengan kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu, data harus disimpan
secara sistematis dan rapi agar mudah diakses serta dapat dibaca dan
mudah dipahami.
Pada bangunan

yang performasi energinya

kurang bagus

kesempatan untuk melakukan penghematan energi dapat ditemukan


dengan mudah. Akan tetapi pada bangunan yang memiliki performansi
energi yang baik atau bangunan dengan sistem energi yang kompleks,
proses audit energi membutuhkan usaha yang lebih. Dengan adanya audit
energi, ada 3 aspek yang akan tercapai yaitu:

15

Penghematan dan Batas Penggunaan Uang (Saving in money)


Dengan adanya manajemen energi, dapat mengurangi biaya operasional.
Dengan demikian keuntungan yang diperoleh persahaan meningkat.

Perlindungan Lingkungan (Environmental protection)


Dengan penggunaan energi yang efisien, maka akan memberikan kontribusi
bagi dunia dalam hal membantu pelestarian alam dengan menjaga dan
mmpertahankan cadangan minyak bumi dunia agar tidak segera habis.

Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable development)


Dengan penggunaan energi yang efisien, maka memberikan kontribusi bagi
perusahaan di bidang pertumbuhan yang berkelanjutan, baik di sisi finansial,
maupun

penggunaan

peralatan

industri

yang

memiliki

lifetime

maksimum/optimum.
Secara matematika, ketiga aspek diatas dapat digambarkan dalam
formulasi sebagai berikut [2] :
Audit Energi = Penghematan dan batas uang + Perlindungan Lingkungan
+ Pembangunan Berkelanjutan
Adapun karkteristik yang harus ada pada audit adalah :
1. Fokus
Audit harus menjawab kebutuhan perencanaan energi yag memiliki tujuan
mengurangi konsumsi energi pada

bangunan,

tanpa

mengurangi

peruntukannya.

16

2. Ruang lingkup
Untuk membuat audit menjadi lebih focus, ruang lingkup pelaksanaan
audit perlu ditentukan. Audit dapat dilakukan pada satu atau beberapa
aspek bangunan yang menggunakan energi dalam pengoperasiannya.

3. Tingkat ketelitian (level of detail)


Level of detail dapat dihubungkan dengan fokus pada audit, karena tujuan
yang berbeda menuntut tingkat detail yang berbeda. Dalam proses audit,
walaupun sangat mungkin untuk mengerti aliran energi pada bangunan
secara detail, akan tetapi dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya ini
bisa dikurangi dengan memperkecil ruang lingkup dan level of detail pada
audit, tanpa mengurangi perhatian terhadap hal-hal yang penting
pengaruhnya terhadap lingkungan.
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan manajemen energi
adalah:
1. Menyewa ahli energi / konsultan profesional untuk menganalisa
penggunaan energi pada bangunan.
2. Mendelegasikan seseorang yang dapat dipercaya untuk mengawasi jalanya
manajemen energi.
3. Mengumpulkan dan menganalisa data penggunaan energi.
4. Mengidentifikasi penghematan energi yang mungkin terjadi berdasarkan
analisa data yang ada, sehingga dapat dibuat rekomendasi berupa
modifikasi-modifikasi yang dapat dilakukan.

17

5. Membuat prioritas modifikasi yang akan dilakukan, berdasarkan besarnya


biaya investasi yang harus dikeluarkan dan besar payback period.
Modifikasi dengan investasi terendah dan payback period terkecil akan
berada pada prioritas tertinggi.
6. Membuat perkiraan penghematan finansial pada periode waktu tertentu
berdasarkan rekomendasi yang akan dilakukan.
7. Memperkirakan lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
modifikasi. Perkiraan harus dibuat serealistis mungkin, karena perkiraan
ini akan dijadikan target yang harus dicapai.
8. Mengontrol penggunaan energi dengan membuat kebijakan atau peraturan
tentang penggunaan energi dengan lebih efisien, misalnya memadamkan
lampu ruangan yang tidak digunakan.
9. Mendesak para karyawan untuk membantu usaha konservasi energi,
karena usaha ini tidak akan berhasil tanpa keterlibatan semua pihak
terutama pengguna gedung.
10. Membuat ceklist secara periodik untuk mengevaluasi keefektifan program
manajemen energi dan mengusulkan perbaikan. Hasil evaluasi ini harus
dimasukkan ke dalam EADB.
11. Menjaga keakuratan data-data yang ada pada EADB agar memudahkan
pemeriksaaan berikutnya.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan suatu audit
energi [11], yaitu:

18

1. Audit Penilaian Pengelompokan Bangunan (Building Rating for an Audit)


Bangunan-bangunan yang akan diaudit dikelompokkan berdasarkan
kemungkinan penghematan energi yang dapat dilakukan. Pengelompokan
dilakukan dengan memilih bangunan dengan potensi konservasi energi
tertinggi sampai yang terendah. Bangunan dengan potensi konservasi
energi tertinggi adalah bangunan dengan performansi energi terendah.
Bangunan seperti inilah yang menjadi prioritas utama dalam melakukan
audit energi.
2.

Disagregasi (Disaggregation)
Perhatian harus difokuskan pada komponen-komponen bangunan yang
memiliki aliran energi dan potensi penghematan energi yang besar atau
produktif untuk diaudit, misalnya sistem penerangan, sistem pendingin
atau pemanas, dll.

3. ECO (Energi Conservation Oppotunities/Potensi Penghematan Energi)


identifikasi & Evaluasi
ECOs yang ada harus diidentifikasi dan dievaluasi untuk mengetahui
apakah potensi-potensi tersebut memungkinkan untuk diaplikasikan
atautidak. Dengan adanya identifikasi dan evaluasi ini, maka berdasarkan
implementasinya, ECO dapat dikatagorikan menjadi 3 bagian yaitu:

ECO

yang

diimplementasikan

dengan

mengurangi

atau

bahkan

meniadakan maintenance yang kurang penting.

ECO yang diimplemenasikan tanpa melakukan penggantian peralatan,


tetapi cukup dengan melakukan maintenance secara periodik.

19

ECO yang diimplementasikan dengan mengganti peralatan.


Dengan ketiga kategori diatas, maka ECO dapat dibagi menjadi beberapa
prioritas

berdasarkan

diimplementasikan

implementasi

dengan

tersebut

mengurangi

atau

diatas.

ECO

yang

bahkan

meniadakan

maintenance yang kurang penting merupakan prioritas utama yang harus


dilakukan

terlebih

dahulu.

Sedangkan

ECO

yang

membutuhkan

penggantian peralatan akan menjadi prioritas terakhir.


4.

Paska Pelaksanaan Analisis (Post Implementation Performace Analysis)


Dua hal yang harus dilakukan pada tahap ini adalah:
1. Identifikasi Masalah
Performansi peralatan yang kurang memuaskan dapat diidentifikasikan
melalui pemeriksaaan dan penganalisaan data-data yang terkumpul,
misalnya data pemakaian energi. Untuk mengurangi rugi-rugi energi,
pemeriksaan harus dilakukan secara berkala sehingga masalah dapat
terdeteksi lebih dini.
2. Retrofit evaluation
Mengevaluasi perubahan-perubahan yang telah dilakukan dengan
menganalisa apakah perubahan tersebut benar-benar telah menghasilkan
penghematan penggunaan energi. Besar penghematan yang diperoleh
juga harus dikalkulasi. Keuntungan yang diperoleh dari hasil audit dapat
dihitung dengan membandingkan konsumsi energi sebelum dan sesudah
dilakukan audit energi. Perhitungan keuntungan ini sangat penting karena
akan menjadi parameter keberhasilan audit yang dilakukan.

20

2.2.5 Matriks Manajemen Energi


Matriks manajemen energi merupakan sebuah tabel yang berfungsi
sebagai suatu alat untuk membantu perusahaan dalam menganalisa penggunaan
energi. Matriks tersebut mulai dikembangkan pada awal tahun 1990. Melalui
matriks ini kelebihan dan kekurangan sistem manajemen energi yang digunakan
disebuah perusahaan dapat diketahui.
Matriks manajemen energi meliputi enam area pokok dari manajemen energi yaitu
1. Kebijakan energi
Kebijakan energi merupakan sebuah bentuk regulation yang berhubungan
dengan penggunaan energi di suatu badan usaha. Kebijakan-kebijakan
fungsi manajemen dan merupakan teknik yang berguna untuk memonitor,
yang dibuat hanya diterapkan pada bagian-bagian tertentu dari sebuah
badan usaha melainkan harus diterapkan pada semua bagian mulai dari
level top manajemen sampai level operator.
2. Organisasi
Organisasi di sini lebih mengacu pada mengorganisai orang, alokasi
tanggung jawab dan bagaimana mengintegrasikan ini semua ke fungsifungsi manajemen lainnya. Interaksi antara departemen yang satu dengan
yang lain dibutuhkan untuk mendukung sistem manjemen energi.
3. Motivasi
Motivasi yang dimaksud adalah bagaimana untuk mengubah sikap dari
para staf yang ada dalam penggunaan energi yang lebih baik di dalam
lingkungan mereka. Oleh karena motivasi ini lebih ke arah bagaimana

21

untuk mengubah behavior para staf dalam menggunakan energi, maka


tanggung jawab dan kesadaran dari semua staf yang ada akan sangat
diperlukan.
4. Sistem Informasi
Sistem informasi berhubungan dengan proses pengumpulan dan
pencatatan data mengenai energi dimana data tersebut akan diolah lalu
dilaporkan dalam bentuk yang sesuai. Melalui hal ini akan dapat diketahui
bagaimanakah performansi dari energi yang digunakan.
5. Marketing
Marketing di sini bukan berarti memasarkan, mencari pelanggan
melainkan

marketing

yang

dimaksud

adalah

mempublikasikan

keberhasilan dari sistem manajemen energi yang akan diterapkan baik


didalam dan diluar organisasi yang ada.
6. Investasi
Investasi berhubungan dengan keputusan. Bila sebuah perusahaan ingin
menerapkan sebuah sistem manajemen energi, maka perusahaan perlu
memiliki kebijakan investasi karena untuk bisa menerapkan sebuah sistem
manjemen energi, dana yang dibutuhkan cukup besar.
Matriks ini mengelompokkan kualitas dari suatu sistem manajemen energi
suatu badan usaha ke dalam lima level yang terendah adalah level 0 dan level
yang tertinggi adalah level 4.
Adapun hal yang diperlukan untuk menaikkan level matriks manajemen
energi adalah komitmen dari top manjemen, karena kesadaran para karyawan di

22

Indonesia akan penggunaan energi secara efisien masih kurang. Oleh karena itu
penting bagi perusahaan untuk mempersiapkan para karyawan agar dapat
mengantisipasi problem ini. Perusahaan dapat memberikan pelatihan-pelatihan
maupun penyuluhan-penyuluhan agar para karyawan dapat mengerti akan
masalah ini, dan perusahaan juga dapat mengambil langkah ekstrim dengan
mengeluarkan peraturan tentang penggunaan energi dan memberikan sangsi bagi
karyawan yang melanggarnya.

2.2.6 Intensitas Konsumsi Energi (IKE) Gedung


Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik merupakan istilah yang
digunakan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem
(bangunan). Namun energi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah energi listrik.
Pada hakekatnya Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil bagi antara
konsumsi energi total selama periode tertentu (satu tahun) dengan luasan
bangunan. Satuan IKE adalah kWh/m2 per tahun. Dan pemakaian IKE ini telah
ditetapkan di berbagai negara antara lain ASEAN dan APEC. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun 1987 yang laporannya
baru dikeluarkan tahun 1992, target besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
listrik untuk Indonesia adalah sebagai berikut [3]:
a. IKE untuk perkantoran (komersil) : 210-285 kWh/m2/ tahun
b. IKE untuk pusat belanja : 330 kWh/ m2/ tahun
c. IKE untuk hotel / apartemen : 290-400 kWh/ m2 / tahun
d. IKE untuk rumah sakit : 320-450 kWh/ m2/ tahun

23

Kategori di atas berdasarkan jumlah energi yang digunakan per tahun


(kWh), luas lantai total (m2) dan jam operasi per tahun (2000 jam). Dalam
menghitung IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa istilah yang
digunakan, antara lain :
a. IKE listrik per satuan luas kotor (gross) gedung.
b. Luas kotor (gross) = Luas total gedung yang dikondisikan (berAC)
ditambah dengan luas gedung yang tidak dikondisikan.
c. IKE listrik per satuan luas total gedung yang dikondisikan (net).
d. IKE listrik per satuan luas ruang dari gedung yang disewakan (net product).
Istilah-istilah tersebut di atas dimaksudkan sebagai alat pembanding
besarnya IKE antara suatu luasan dalam bangunan terhadap luasan lain. Dan
besarnya target IKE di atas merupakan nilai IKE listrik per satuan luas bangunan
gedung yang dikondisikan (net).
Adapun perhitungan dari IKE sebagai berikut:
=

............................................. (2.1)

2.3 Beban Listrik Perusahaan


Pada suatu perusahaan, terdapat berbagai macam beban listrik sesuai
dengan kebutuhan dari perusahaan itu sendiri. Beban listrik utama yang
biasanya terdapat pada suatu perusahaan antara lain beban pada sistem
pencahayaan ruangan/plant lighting, perangkat elektronik, beban pada sistem
pengkondisian udara, serta beban-beban lainnya yang membutuhkan suplai
listrik.

24

2.3.1 Sistem Pencahayaan ruangan

Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka


diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem
pencahayaan di ruangan termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5
macam [5] yaitu:

A. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistm ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan,
tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang
mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.
Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada
didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan

B. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan
sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui
bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean
pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-90%

25

C. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangka sisanya dipantulka ke langit-langit dan dindng. Dalam
pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan
setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan
dan kesilauan masih ditemui.

D. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas,
sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal
disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada
sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

E. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh langitlangit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan
yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan
kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total yang jatuh
pada permukaan kerja.

Berikut daftar tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan untuk


beberapa fungsi ruangann ditunjukkan pada tabel 2.1

26

Tabel 2.1 Tingkat pencahayaan minimum yang direkomendasikan


Fungsi Ruangan

Tingkat

Keterangan

Pencahayaan
(Lux)
Perkantoran
Ruang Komputer

Gunakan armatur berkisi untk


350

mencegah silau akibat pantulan


layar monitor

Gudang Arsip

150

Ruang Rapat

300

Kantin

200

Pertokoan
Pasar Swalayan

500

Pencahayaan

pada

bidang

vertikal pada rak barang

Umum
Gudang

100

Ruang Parkir

50

Sumber : SNI 03 6575 2001

Sistem tata cahaya dewasa ini banyak menyerap penggunaan energi pada
bangunan yaitu sekitar 30% sampai 50% dari konsumsi energi listrik. Ditambah
pula dengan panas yang dikeluarkan oleh lampu yang harus dihilangkan oleh
sistem tata udara (AC). Dengan demikian efisiensi dari sistem ini akan
menghasilkan penghematan sumber daya energi yang cukup berarti.
Efesiensi ini dapat dilakukan dengan:
a. Penggunaan dari lampu dengan efisiensi yang tinggi, di sini dapat dipilih
berbagai jenis lampu tersebut antara lain:

27

1. Full Size Flurescent lamp, lampu tipe ini dengan efisiensi yang tinggi
menggunakan campuran kripton dan argon akan mampu menambah output
yang dihasilkan sekitar 10% sampai 20% yaitu 65 sampai 70 lumens/watt
menjadi 70 sampai 80 lumen/watt, dengan perbaikan dri fosfor dapat
menghasilkan efesiensi menjadi 95 sampai 100 lumen/watt.
2. Compact Fluorescent lamp, diameter lebih kecil dan ukuran lebih pendek
sehingga menggunakan ruang lebih sedikit namun kurang efisien
dibandingkan full size flurescent lamp yaitu output yang dihasilkan hanya
sekitar 35 sampai 55 lumen/watt.
3. Electronic lamps, mempunyai ukuran sama dengan compact fluorescent
lamp dan mempunyai output 45 sampai 50 lumen/watt.
4. Sulphur lamp, merupakan suatu teknologi baru namun menjanjikan suatu
efesiensi yaitu dengan penggatian dari penggunaan mercury pada
fluorescent lamp dengan sulfur.
5. Infrared Reflective Incandescent lamp, lampu jenis ini tidak dapat
dibandingkan dengan fluorescent lamp, mereka hanya digunakan apabila
lampu jenis fluorescent tidak menyediakan color rendering indeks yang
diinginkan.
b. Penggunaan ballast yang lebih efisien. Suatu kemajuan dalam teknologi
pencahayaan ini adalah penggunaan electronic ballast untuk fluorescent
lamp. Ballast adalah bagian integral dari lampu, mereka menyediakan
tegangan yang diperlukan untuk tube dan mengatur aliran listrik. Sampai
tahun awal 1980 semua ballast adalah magnetic, akan terjadi flicker selama

28

operasi jika lampu sudah digunakan lama. Electronic ballast mempunyai


power factor yang lebih tinggi sekitar 0,90 sampai 0,98, sedangkan pada
magnetic ballast hanya sekitar 0,5 sampai 0,9. Juga electronic ballast
menghasilkan cahaya yang lebih terang karena cyclenya lebih cepat sekitar
ribuan kali per detik dibandigkan sekitar 120 kali per detik pada magnetic
ballast. Digabungkan dengan penggunaan dengan lampu yang efisiensi maka
electronic ballast dapat menghasilkan ouput 85 sampai 96 lumen/watt
dibanding 60 sampai 70 lumen/watt untuk magnetic ballast yang
konvensional.
c. Pengoperasian yang efisien dari suatu sistem tata cahaya:
1. Suatu operasi yang efisien dapat diperoleh dari pengontrolan secara
otomatis dari sistem tata cahaya untuk menghindari penyinaran yang tidak
diperlukan. Dengan sistem manual on/off switches maka kelebihan
penyinaran yang ada tidak terhindarkan, seperti kontribusi dari sinar
matahari yang melebihi output dari lampubaru atau desain berlebihan yang
menghasilkan tingkat cahaya yang tinggi yang tidak perlu.
2. Penyinaran pada ruangan yang tidak digunakan juga merupakan suatu
konsumsi sumber daya energi yang tidak diperlukan. Persoalan diatas
dapat diatasi dengan pengontrolan terjadwal dan sensor pemakaian.
Lighting adalah beban penting yang pasti ada pada suatu plant. Lighting
yang digunakan bisa bermacam-macam baik dari jenis lampu maupun ukuran
daya yang digunakan, tergantung dari fungsi dan kebutuhan ruang. Misalnya

29

kebutuhan penerangan pada ruangan yang berfungsi sebagai kantor, tentu berbeda
dengan kebutuhan penerangan pada ruang gedung.
Beberapa jenis lampu yang sering digunakan antara lain:
1. Lampu Incandescent (Lampu Pijar)
Lampu incandescent (lampu pijar) adalah suatu sumber cahaya buatan
yang bekerja dengan berpijar, yaitu dengan mengalirkan arus elektrik melalui
suatu kawat pijar tipis (filamen), sehingga filamen akan mengalami
pemanasan hingga mencapai 3000C (5400F). Dengan demikian lampu pijar
akan memancarkan panas dan cahaya secara bersamaan.
Belakangan ini, lampu pijar mulai jarang digunakan karena selain
intensitas cahaya rendah jika dibandingkan dengan lampu jenis lain. Selain itu
lampu pijar hanya memilki masa operasional 1.000 jam. Warna sinar lampu
pijar menurut derajat Kelvin adalah 2.500K-2.700K.

Berikut adalah bagian-bagian dari lampu pijar, seperti terlihat pada


Gambar 2.1.
1. Glass bulb
2. Low pressure insert gas
3. Tungsten Filament
4. Contact wire (goes out of system)
5. Contact wire (goes into stem)
6. Support wire
7. Stem (Glass mount)

30

8. Contact wire (goes out stem)


9. Cap (Sleeve)
10. Insulation (Vitri)
11. Electrical contact
Gambar 2.1 Bagian-bagian Lampu Incandescent
2. Lampu Fluorescent (lampu TL)
Warna sinar lampu TL menurut derajat Kelvin adalah 2.700K6.500K. dengan masa operasional 5.000-8.000 jam.
3. Lampu Compact Fluorescent
Lampu compact fluorescent dibuat dengan bentuk menyerupai lapu
pijar, namun dapat menghasilkan intensitas cahaya yang lebih tinggi, dengan
hanya menggunakan sepertiga energi yang dibutuhkan oleh lampu pijar.
Selain itu, lampu ini juga hemat dalam material dan biaya perawatan karena
masa operasionalnya yang sepuluh kali lebih panjang jika dibandingkan
dengan lampu pijar, yaitu 10.000 jam, sedangkan warna sinar lampunya sama
dengan warna sinar lapu TL, yaitu 2.700K-6.500K. Dengan masa
operasional lampu lebih panjang, berarti akan semakin pendek payback
periode-nya. Jenis-jenis lampu compact fluorescent dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Lampu Compact Fluorescent

31

4. Metal Halide
Lampu metal halide termasuk dalam jenis lampu dengan
highintensity discharge (HID), yang dapat memancarkan cahaya yang
sangat terang (powerful) dengan ukuran yang ringkas dan efisien energi
yang tinggi. Lampu ini memiliki masa operasional lebih dari 6.000 jam,
dengan warna sianr lampu diatas 2.100K.
Dalam pengoprasiannya, lampu ini bekerja pada tekanan dan
temperatur yang tinggi, sehingga membutuhkan fixture khusus agar dapat
beroperasi dengan aman.
Lampu ini biasanya digunakan pada bagian yang membutuhkan
itensitas penerangan yang tinggi. Selain itu lampu metal halide juga sering
digunakan dalam dunia olahraga, misalnya pada lapangan olahraga.
5. Lampu LED
LED (Light Emitting Diode) merupakan sejenis lampu yang akhir-akhir ini
muncul dalam kehidupan kita. LED dulu umumnya digunakan pada gadget
seperti ponsel atau PDA serta komputer. Sebagai pesaing lampu bohlam dan
neon, saat ini aplikasinya mulai meluas dan bahkan bisa kita temukan pada
korek api yang kita gunakan, lampu emergency dan sebagainya. Led sebagai
model

lampu

masa

depan

dianggap

dapat menekan

pemanasan

global karena efisiensinya.


Kajian literatur menunjukan bahwa lampu LED dapat mencapai nilai antara
50 100 lumen/watt, sedangkan CFL memiliki efikasi 60 72 lumen/watt.

32

Harga lampu LED relatif masih mahal, 2 10 kali harga lampu CFL
(Lampu Flourescent)[6].

2.3.2 Sistem Pengkondisian Udara


Suatu gedung perkantoran pastinya memiliki sistem pengkondisian udara
yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi penghuninya. Sistem
pengkondisian udara tersebut dapat berupa Air Conditioner (AC), Chiller dan Fan
Cooil.

2.3.2.1 Air Conditioner


Air conditioner (AC) adalah peralatan yang digunakan untuk mengambil
panas dari suatu area ataupun menyediakan panas di suatu area, dengan
menggunakan refrigeration cycle. Secara umum, saat ini AC digunakan untuk
mendinginkan dan memanaskan ruangan pada bangunan ataupun pada kendaraan.
Fungsi utama dari AC ada 4 yaitu:
1. Memperoleh suhu yang diinginkan dan konstan sepanjang hari
2. Memperoleh kelembaban udara yang konstan sepanjang hari
3. Memperoleh sirkuit/aliran udara yang bisa disesuaikan dengan
kebutuhan
4. Membersihkan/menyaring debu dan asap dari udara.
Suatu sistem yang mengkonbinasikan pemanasan, ventelasi dan AC sering
disebut dengan sistem HVAC ( heating, ventelation and air condtioning). Sistem
berfungsi untuk menyediakan udara segar yang sudah disaring, pemanasan

33

ataupun pendinginan udara, serta mengontrol kelembaban udara pada suatu


ruangan, dengan diagram sistem pendingin dapat di lihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.3 Diagram Sistem Pendingin


Keterangan :
1. Condensing coil

3. Evaporator coil

2. Expansion valve

4. Compressor

Seperti terlihat dari gambar diagram sistem pendingin diatas, AC terdiri


dari 4 bagian utama yaitu
1. Condensing coil, yaitu berupa pipa berkelok-kelok yang dilewati cairan
pendingin (refrigerant) yang bersuhu lebih tinggi dibandingkan cairan
pendingin pada evaporator coil. Bagian ini berada di luar ruangan
(outdoor side). Fungsinya adalah membuang panas yang dibawanya ke
udara luar agar cairan pendingin menjadi dingin kembali, sehingga
terjadi perubahan refrigerant dari fase uap menjadi cair.
2. Expansion valve (katub pengembang), berupa titik peralihan zat
pendingin dari fase cair ke gas.
3. Evaporator coil, yaitu berupa pipa berkelok-kelok yang dilewati cairan
pendingin (refrigerant) yang bersuhu rendah. Bagian ini akan
mengurangkan kelembaban dari udara ruang yang dilaluinya dan
mengambil panasnya, sehingga terjadi perubahan refrigerant dari fase

34

cair menjadi uap.Evaporator coil merupakan bagian yang diletakkan di


dalam ruangan (indoor side)
4. Compressor, berfungsi secara terus menerus memberikan tekanan dan
hisapan pada cairan pendingin (refrigerant). Saat ini Refrigerant atau
yang dikenal dengan istilah freon (Syntetic Refrigerant) yaitu CFC, HFC
dan HCFC (C-Chloro, F-Fluor, C-Carbon, H-Hydro). Chlor adalah gas
yang merusak lapisan ozon sedangkan Fluor adalah gas yang
menimbulkan efek rumah kaca. Sekarang ini sudah ada bahan pendingin
alternatif pengganti freon yaitu Hydrocarbon Refrigerant (Natural
Refrigerant). Salah Satunya Musicool, karena Musicool adalah produk
dalam negeri, salah satu produk Pertamina yang dibuat di Unit
PengolahanIII, Plaju, Sumsel di tepi sungai Musi. Musicool adalah
refrigerant dengan bahan dasar hydrocarbon alam dan termasuk dalam
kelompok refrigerant ramah lingkungan, dirancang sebagai alternatif
pengganti freon

yang

merupakan refrigerant

sintetic kelompok

halokarbon; CFC R-12, HCFC R-22 dan HFC R-134a yang masih
memliki potensi merusak alam. Musicool telah memenuhi persyaratan
teknis sebagai refrigerant yaitu meliputi aspek sifat fisika dan
termodinamika, diagram tekanan versus suhu serta uji kinerja pada siklus
refrigerasi. Hasil pengujian menunjukan bahwa dengan beban pendingin
yang sama, MUSICOOL memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan
dengan refrigerant sintetic. diantaranya beberapa parameter memberikan
indikasi data lebih kecil, seperti kerapatan bahan (density), rasio tekanan

35

kondensasi terhadap evaporasi dan nilai viskositasnya, sedangkan


beberapa parameter lain memberikan indikasi data lebih besar, seperti
efek refrigeras, COP, kalor laten dan konduktivitas bahan.

Beberapa keunggulan Musicool Refrigerant Yaitu:

Ramah Lingkungan dan Nyaman, MUSICOOL tidak beracun, tidak


membentuk gum, nyaman dan pelepasannya ke alam bebas tidak akan
merusak lapisan ozon dan tidak menimbulkan efek pemanasan global.

Hemat Listrik / Energi, MUSICOOL mempunyai sifat termodinamika


yang lebih baik sehingga dapat menghemat pemakaian energi/listrik
hingga 30% dibanding dengan refrigerant fluorocarbon pada kapasitas
mesin pendingin yang sama.

Lebih Irit, MUSICOOL memiliki sifat kerapatan yang rendah sehingga


hanya memerlukan sekitar 30% dari penggunaan refrigerany fluoro carbon
pada kapasitas mesin pendingin yang sama.

Pengganti Untuk Semua, MUSICOOL dapat menggantikan refrigerant


yang digunakan selama ini tanpa mengubah atau mengganti komponen
maupun pelumas.

Memenuhi Persyaratan International, Musicool memenuhi baku mutu


internasional dalam pemakaian maupun implikasi yang menyertainya.
Yaitu sudah mengikuti prosedur keamanan dan keselamatan pada :

36

a. British Standard/BS 4434 : 1995 safety and environmental aspect in


the design, construction and installation of refrigerating system and
appliances.
b. AS/NZS-1677 : refrigeration and air Conditioning safety for the use of
all refrigerant, including hidrocarbons.
c. SNI 06-6500-2000 : Aturan Keamanan Penggunaan Refrigerant pada
Instalasi Tetap.
d. SNI 06-6511-2000 : Pedoman Keamanan Pengisian, Penyimpanan dan
Transportasi Refrigerant Hidrokarbon.
e. SNI 06-6512-2000 : Pedoman Praktis Pemakaian Refrigerant
Hidrokarbon Pada mesin Tata Udara Kendaraan Bermotor.

Berikut Beberapa jenis AC yang lain seperti [7] :


AC Window
AC window memilki 2 bagian, yaitu indoor side dan outdoor side. AC
window biasanya diletakkan di jendela atau di taman di dinding dan gambar
AC window dapat dilihat pada Gambar 2.4 dan 2.5. Sifat dari AC tipe ini
adalah:

Mudah dalam pemasangannya

Mudah dipindahkan

Mudah dirawat

Relatif murah terutama pada kapasitas kecil

Agak berisik dalam pengoperasiannya

37

Gambar 2.4 Bagian Outdoor AC window

Gambar 2.5 Bagian Indoor AC

window
AC Split
AC ini hampir sama dengan AC window, tetapi posisi kondensator dan
evaporatornya terpisah, sehingga evaporator di dalam ruangan bisa diletakkan
agak jauh dari posisi condenser dan kompresornya, sedangkan condenser dan
kompresor tetap diletakkan di luar ruangan. Dengan menggunakan AC split, tidak
perlu lagi menjebol dinding untuk meletakkan AC, tetapi cukup menghubungkan
condenser dan evaporatornya dengan sebuah pipa saja. Kelemahan dari AC split
adalah jika jendela dan pintunya sangat rapat dengan rangkanya dan tidak ada
celah masuknya udara bebas, maka pengguna ruangan dalam jangka waktu lama
akan kehabisan oksigen, gambar dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.6 AC Split

38

AC split duct
AC split duct ini sama dengan AC split, tetapi dalam pendistribusian udara
dinginnya dibantu ducting sistem sehingga jangkauan pendistribusiannya bisa
lebih jauh dan lebih merata.

AC sentral air dingin berpendingin air


AC tipe ini menggunakan air dingin sebagai refrigerant. Untuk mendinginkan air
tersebut, dibutuhkan mesin pendingin air, dengan menggunakan menara pendingin
(cooling tower) di tempat terbuka.
AC sentral air dingin berpendingin udara
AC tipe ini menggunakan air dingin sebagai refrigerant. Namun, berbeda
dengan AC sentral air dingin berpendingin air,pada AC tipe ini menggunakan
ruang terbuka di atas atap untuk mendiginkan air tersebut.
2.3.2.2 Chiller
Chiller adalah refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu
bangunan, biasanya bangunan yang besar, seperti : mall, hotel, rumah sakit, dll.
Chiller dan AC (air conditioner) berbeda, meskipun memiliki fungsi yang sama
sebagai pendingin ruangan. Perbedaanya terletak pada media yang didinginkan,
AC akan langsung mendinginkan udara dalam ruangan yang dikehendaki.
Sedangkan chiller mendinginkan air, yang kemudian air dingin ini digunakan
untuk mendinginkan ruangan.

39

Berdasarkan jenisnya chiller dapat menjadi 2, yaitu chiller berpendingin


chiller berpendingin air ( water-cooled) dan chiller berpendingin udara( aircooled).
a. Chiller berpendingin air (water-cooled)
Beban pendingin total dari water chiller adalah besarnya kalor yang
diterima refrigerant pertama dari refrigerant kedua yang berlangsung
dievaporator dari chiller. Perubahan beban pendingin pada water chiller
dapat disebabkan antara lain, karena adanya perubahaan-perubahan:
Jumlah penghuni ruangan, aktivitas penghuni, pemakaian ruangan,
pemakaian alat alat listrik, kondisi udara luar maupun lampu penerangan.
Komponen beban pendinginan meliputi:
Panas sensible, panas laten, ventilasi udara luar dan sumber-sumber panas
lain termasuk sumber panas sensible:
Perpindahan panas melalui bangunan, penyinaran matahari, perembesan
atau kebocoran udara luar, panas lampu penerangan, panas benda-benda
yang suhunya lebih tinggi yang dibawa masuk ruangan, panas penghuni,
panas dari motor listrik, proses kimia, maupun alat-alat listrik lain. Sumber
panas laten:
Perembesan udara luar dengan tekanan yang berbeda, kelembaban
penghuni,

kelembaban

bahan-bahan

yang

disimpan,

kelembaban

permukaan basah, proses kimia, uap air panas dll. Sedangkan ventilasi
udara luar perbedaan kelembaban. Untuk sumber-sumber panas yang lain,
misalnya adanya kebocoran udara dari saluran udara yang dipakai pada

40

sistem pengkondisian udara. Gambar Chiller pendingin water-cooled dapat


dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Chiller pendingin water-cooled

Komponen-komponen :

1. Thermal expansion valve sangat besar bisa mencapai kisaran hingga 120%
sesuai beban kapasitas pendinginan dengan:
a. High and low pressure cut out
b. Double stop valves
c. liquid line filter drier
d. solenoid valve
2. Getaran kompresor hermetic scroll compressor lembut dan rendah
vibrasinya dan juga dilindungi termal.
3. Tingginya heat rejection condensor dengan axial fans high dapat
dilindungi dengan lubang aksial konstruksi dan sudut blade impeller yang
dapat mengeluarkan output volume maksimal.
b. Chiller berpendingin udara( air- cooled).

41

Air-Cooled Condenser adalah kondenser yang menggunakan udara sebagai


cooling mediumnya, biasanya digunakan pada sistem berskala rendah dan sedang
dengan kapasitas hingga 20 ton refrigerasi. Air Cooled Condenser merupakan
peralatan AC standar untuk keperluan rumah tinggal (residental) atau digunakan
di suatu lokasi di mana pengadaan air bersih susah diperoleh atau mahal. Untuk
melayani kebutuhan kapasitas yang lebih besar biasanya digunakan multiple air
colled condenser. Pemakaian air cooled condenser meningkat pesat untuk
pemakaian unit berskala rendah dan sedang karena lebih mudah pemeliharaannya.

2.4 Mengenali kemungkinan Peluang Hemat Energi


Hasil pengukuran selanjutnya ditindaklanjuti dengan perhitungan besarnya
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan penyusunan profil penggunaan energi
bangunan. Besarnya IKE hasil perhitungan dibandingkan dengan IKE standar atau
target IKE. Apabila hasilnya ternyata sama atau kurang dari target IKE, maka
kegiatan audit energi rinci dapat dihentikan atau bila diteruskan dengan harapan
dapat diperoleh IKE yang lebih rendah lagi. Namun sebaliknya jika hasilnya lebih
besar dari target IKE berarti ada peluang untuk melanjutkan proses audit energi
[3] rinci berikutnya guna memperoleh penghematan energi.
Apabila peluang hemat energi ini telah dikenali sebelumnya, maka perlu
ditindak lanjuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara
membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar
untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan.
Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh begitu saja

42

dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni ataupun produktivitas di


lingkunan kerja. Perlu dilakukan usaha-usah seperti: Mengurangi sekecil mungkin
pemakaian energi (mengurangi kW dan jam operasi), Memperbaiki kinerja
peralatan, Penggunaan sumber energi yang murah.

2.5 Rekomendasi
Setelah melakukan survey dan menganalisa data penggunaan energi pada
suatu plant, auditor energi akan memberikan beberapa rekomendasi pada
perusahan. Rekomendasi merupakan usulan-usulan yang dapat dilakukan
perusahaan untuk memperbaiki efisiensi penggunaan energi di perusahaan
tersebut.
Secara umum, rekomendasi bisa berupa:

Rekomendasi untuk mengganti sistem, karena sistem yang lama dianggap


sudah tidak efisien.

Rekomendasi untuk perbaikan sistem, karena sistem dianggap kurang


efisien, sehingga dirasa perlu untuk melakukan sedikit perbaikan agar
efisiensinya dapat ditingkatkan.

Rekomendasi untuk memasang peralatan baru.

Berdasarkan EMO (Energi Management Opportunity), rekomendasi dapat


dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan capital cost-nya, yaitu:

Kategori 1 : meliputi no cost investment dan tidak mengubah operasional


sistem. Biasanya hanya berupa rekomendasi untuk mematikan lampu atau

43

AC ketika tidak digunakan, mengubah setingan suhu AC agar tidak terlalu


rendah, dll

Kategori 2 : Meliputi low cost investment dengan sedikit perubahan atau


perbaikan pada sistem. Misalnya memasang timer untuk mematikan
peralatan, mengganti lampu T8 fluorescent tube dengan T5 fluerescent
tubes.

Kategori 3 : meliputi hight cost investment dengan beberapa perubahan


dan perbaikan pada sistem. Misalnya memasang perlatan power factor
correction, memasang variable speed drive.

2.6 Tarif Listrik


Biaya listrik dikenakan kepada pelanggan yang menggunakan listrik yang
bersumber dari perusahaan listrik negara (PLN). Biaya listrik terdiri dari dua
komponen yaitu biaya awal dan biaya bulanan[8].
2.6.1 Biaya Awal
Biaya awal yang dimaksudkan adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh
konsumen listrik untuk mendapatkan suplai listrik dari penyedia listrik pada
waktu awal.
Biaya awal terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Biaya penyambungan
2. Biaya jaminan listrik

44

2.6.2 Biaya Bulanan


Rekening listrik seperti diketahui merupakan biaya yang bwajib dibayar
pelanggan setiap bulan. Ada beberapa komponen dalam menghitung rekening
listrik
1. Biaya beban
Adalah biaya yang besarnya tetap dihitung berdasarkan daya kontrak.
Khusus untuk golongan tarif H-3, 1-4 untuk tanur busur dan I-5 Biaya
beban dihitung berdasarkan pembacaan kVA Max.
2. Biaya Pemakaian
Adalah biaya pemakaian energi dihitung berdasarkan jumlah pemakaian
energi yang diukur dalam kWH. Untuk golongan tarif tertentu , pemakaian
energi ini dipilih menjadi dua bagian yaitu:
a. Pemakaian WBP dan pemakaian LWBP
b. Untuk golongan tarif R-2 biaya pemakaian dihitung berdasarkan
sistem blok.
3. Biaya kelebihan pemakaian
adalah biaya yang dikenakan untuk pelanggan golongan tarif S-3, B-3, I-2,
I-3, I-4, P-2, apabila njumlah pemakaian kVARh yang tercatat dalam 1
(satu) bulan lebih tinggi dari 0.62 x jumlah kWH bulan yang
bersangkutan, sehingga faktor daya (pf) rata rata kurang dari 0.85.
4. Biaya pemakaian trafo
Adalah biaya yang dikenakan untuk pelanggan tertentu yang tidak dapat
menyediakan trafo sendiri.

45

5. Biaya pajak penerangan umum


Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan
daerah.
6. Biaya materai

46

BAB III
METODELOGI AUDIT
3 BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Profile PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk.
PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk merupakan suatu perusahaan yang bergerak
pada bisnis waralaba swalayan yang menjual barang barang keperluan sehari hari
atau biasa disebut dengan mini market dengan waktu jam kerja normal yaitu 08.00
17.00 WITA. Kantor cabang Pt. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Untuk wilayah
Sulawesi Selatan, terletak di Kawasan Industri Makassar, Jl. KIMA VIII Blok SS
No. 23 Makassar. Berdiri diatas lahan seluas 39.764,19 m2 dan luas bangunan
12.564,57 dimana gedung perkantoran tersebut memiliki beberapa ruangan
diantaranya ruang kerja dan ruangan penyimpanan barang dagangan atau gudang.
Beberapa ruangan yang terdapat didalamnya masih belum menerapkan sistem
penghematan penggunaan energi listrik, misalnya menggunakan jumlah titik
penerangan melebihi standar yang semestinya digunakan dalam satu ruang kerja.
Objek kajian pada Tugas Akhir ini adalah bagaimana memanajemen
energi listrik di gedung PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Makassar, yang
dilaksanakan dari bulan April 2013.
Adapun uraian luas dan gambar bangunan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. dapat
dilihat pada Tabel 3.1 dan Gambar 3.1

47

Tabel 3.1. Uraian Luas Bangunan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Cabang
Makassar
NO.

URAIAN

Luas Lahan (Sesuai Perancangan)

Kantor Cabang

Kantor Gudang/Gudang Utama

4
5

LUAS
39.764,19 m2
2.021,44 m2

SDP Gudang, Bengkel, Musholla, Kantin


Workshop dan Gudang Markering

10.450,34 m2
92,79 m2
27.199,62 m2

Area Parkir

Sumber : PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk

2
3

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian [8]

48

3.2 Data
3.2.1 Bentuk Data
Bentuk data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka atau data yang dapat
dihitung, seperti data perhitungan tagihan listrik tiap bulannya dalam kWh
meter, analisa jumlah lampu, jumlah mesin, jumlah alat-alat bertenaga listrik,
untuk mengetahui jumlah penggunaan energi listrik yang diperlukan, sehingga
konsumsi listrik disetiap ruangan dapat diketahui.
2. Data kualitatif
Data kualitatif yaitu data-data yang tidak dapat diukur dan dihitung, berbentuk
uraian gambar, dalam hal ini berupa peta spesifikasi gedung perusahaan untuk
mengetahui nama ruangan dan pola aktivitas di setiap ruangan di gedung PT.
Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Makassar.
3.2.2 Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini diperlukan beberapa data, adapun data yang
digunakan adalah:
1. Data primer
Data primer adalah data-data yang diperoleh langsung di lapangan, seperti data
inventaris perusahaan, data spesifikasi gedung perusahaan, data spesifikasi alat
listrik, data tagihan listrik dan pengukuran langsung tingkat pencahayaan
maupun pengkondisian udara yang ada pada gedung PT. Sumber Alfaria
Trijaya Tbk Cabang Makassar.

49

2. Data sekunder
Data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari studi literature dengan
referensi buku, jurnal, diktat, internet yang relevan dengan teknologi
Manajemen Energi tersebut.

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam rangka pengumpulan data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Interview yaitu melakukan pengumpulan data melalui wawancara


dengan pihak-pihak yang terkait yaitu bagian Mecanical Electrical
Studi Literatur yaitu dari sumber-sumber kepustakaan sebagai landasan
dalam menganalisa pembahasan yang akan dibuat dalam penyusunan
Tugas Akhir.

Pengukuran langsung yang terdiri dari :


1. Pengukuran

terhadap

Tingkat

Penerangan

(Lux)

Sistem

Pencahayaan
2. Pengukuran terhadap sistem pengkondisian udara
3. Pengukuran terhadap penggunaan energi listrik

50

3.4 Metode Analisis


Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka pembahasan penelitian Tugas
Akhir ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Studi Literatur, bertujuan untuk memahami konsep dan teori yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti, melalui sumber buku-buku dan jurnal yang
berkaitan dengan topik Tugas Akhir ini.
2. Melakukan pengumpulan data ke gedung PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.
Makassar, ini perlu dilakukan untuk mengetahui keadaan atau kondisi yang
sesungguhnya, Misalnya : Kondisi gedung perkantoran atau Kondisi Luas
gedung dan jenis perangkat yang terdapat di gedung PT. Sumber Alfaria
Trijaya Tbk. Makassar.
3. Kajian awal :

Melakukan walkthrough audit pada gedung PT. Sumber Alfaria


Trijaya Tbk. Makassar, untuk mengetahui pemakaian energi,
seperti jumlah peralatan listrik yang ada di gedung tersebut.

Mengamati kondisi pemakaian energi yang ada di gedung PT.


Sumber Alfaria Trijaya Tbk. tersebut, khususnya didalam
pengelolaan energi, baik itu pengelolaan umum untuk lampu, AC
dan peralatan listrik lainnya yang ada di gedung PT. Sumber
Alfaria Trijaya Tbk. Makassar.

Melakukan pengumpulan dan penyusunan data historis pemakaian energi di


tahun 2012/2013

51

Menghitung Besarnya Nilai Intensitas Konsumsi Energi (IKE). Ini dilakukan


untuk mengetahui profil penggunaan energi pada bangunan, sehingga dapat
diketahui peralatan penggunaan energi apa saja yang pemakaian energinya
cukup besar.
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu

Mengumpulkan dan meneliti sejumlah masukan yang dapat


memepengaruhi besarnya kebutuhan energi bangunan dari hasil
penelitian dan pengukuran.

Pengukuran yang dilakukan adalah dengan mengukur pemakaian


energi tiap unit peralatan listrik yang bekerja di gedung PT.
Sumber Alfaria Trijaya Tbk.Makassar.

6. Mengenali kemungkinan Peluang Hemat Energi


Hasil pengukuran selanjutnya ditindaklanjuti dengan perhitungan besarnya
Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan penyusunan profil penggunaan energi
bangunan.
Pada penelitian ini besarnya IKE hasil perhitungan awal akan
dibandingkan dengan IKE standar atau target IKE. Setelah melalui pengamatan
secara langsung atau walkthrough audit pada gedung PT. Sumber Alfaria Trijaya
Tbk. Makassar, diperoleh indikasi pemakaian energi yang berlebihan, salah
satunya yaitu pemakaian AC atau pendingin ruangan. Sehingga perlu dilakukan
Manajemen Energi. Dengan harapan dapat diperoleh IKE (standar nilai konsumsi
energi di gedung PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.Makassar), sehingga ada

52

peluang untuk melanjutkan proses audit energi berikutnya guna memperoleh


penghematan energi.
7. Analisis Peluang Hemat Energi
Apabila peluang hemat energi ini telah dikenali sebelumnya, maka perlu
ditindak lanjuti dengan analisis peluang hemat energi, yaitu dengan cara
membandingkan potensi perolehan hemat energi dengan biaya yang harus dibayar
untuk pelaksanaan rencana penghematan energi yang direkomendasikan.
Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh begitu
saja dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni ataupun produktivitas di
lingkunan kerja. Analisis peluang hemat energi dilakukan dengan usaha-usaha:
a. Mengurangi sekecil mungkin pemakaian energi (mengurangi kW dan
jam operasi).
b. Memperbaiki kinerja peralatan
c. Penggunaan sumber energi yang murah.
8. Implementasi :
Melakukan penerapan yang sesuai dengan rekomendasi dari peluang
hemat energi tersebut, sehingga mampu mengurangi pemakaian energi listrik di
gedung PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Makassar.
Rekomendasi yang akan diajukan mencakup sebagi berikut:
1) Manajemen energi
Yaitu di dalamnya termasuk :
a) Program manajemen yang telah diperbaiki.
b) Implementasi audit energi yang lebih baik.

53

c) Cara meningkatkan kesadaran penghematan energi.


2) Pemanfaatan energi
Yaitu di dalamnya terdapat :
a) Langkah-langkah perbaikan efisiensi penggunaan energi
tanpa biaya, misalnya merubah prosedur pengoperasian.
b) Langkah-langkah dengan investasi kecil.
c) Langkah-langkah dengan investasi besar.
Alur analisis yang digunakan dalam Tugas Akhir ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

MULAI
Studi Literatur
PENGUMPULAN DATA
1.
2.
3.
4.

Data tagihan listrik perusahaan


Sistem Kelistrikan
Tingkat Pencahayaan
Pengkondisian Udara

Audit Energi

Analisis

Kesimpulan
dan Saran

SELESAI

Gambar 3.2 Alur Analisis Tugas Akhir


54

3.6 Flow Chart Audit Energi


MULAI

Kajian Awal:
Melakukan audit awal/identifikasi di gedung PT. Sumber
Alfaria Trijaya Tbk.

Pengumpulan dan Penyusunan Data energi


listrik harian, bulanan melalui rekening
listrik dan pengukuran

Menganalisa penggunaan energi listrik


tahun 2012/2013

Input data beban dan jumlah


penggunaan energi Sistem Pencahayaan
dan pengkondisian udara

Menganalisa penggunaan energi Sistem


pencahayaan dan pengkondisian udara
Menghitung nilai IKE

Input hasil pengukuran


kondisi ruang kerja

Menentukan potensi peluang penghematan


energi

SELESAI

Gambar 3.3 Flow Chart Audit Energi

55

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi sistem Kelistrikan
Kebutuhan listrik PT.Sumber Alfaria Trijaya cabang Makassar disuplai
dari jaringan distribusi PLN 20KV. Sebagai pelanggan tegangan menengah
system ini dilengkapi dengan transformator Step Down 20kV/400V. Dengan
kapasitas daya terpasang sebesar 345 kVA untuk melayani beban pada Kantor
Cabang, Distribution center/Gudang Utama dan

Pencahayaan luar. Sesuai

fungsinya sebagian besar energi digunakan untuk keperluan pencahayaan.


Untuk mempertahankan ketersediaan listrik pada saat listrik padam digunakan
sebuah genset dengan kapasitas 400kVA sebangai sumber energi cadangan.

4.1.1 Sumber energi listrik


Kebutuhan listrik PT.Sumber Alfaria Trijaya cabang Makassar disuplai dari
jaringan distribusi PLN 20kV. Melalui trafo penurun tegangan 20kV/400V
dengan daya terpasang sebesar 345 kVA. Untuk mempertahankan ketersediaan
listrik pada saat listrik padam digunakan sebuah genset dengan kapasitas 400kVA
sebangai sumber energi cadangan.

56

Penyulang (feeder) PLN


Spesifikasi penyulang PLN :

Daya terpasang

: 345 kVA / 3 Phasa

Sistem Jaringan

: Tegangan menengah (JTM) 20kV

Frekwensi

: 50 Hz

Golongan tarif

: B3

Meteran konsumsi energi

: Luar Waktu Beban Puncak (LWBP)


dan Waktu Beban Puncak (WBP)

Generator Diesel (Genset)


Generator diesel digunakan hanya pada saat suplai listrik dari PLN mengalami
gangguan. Terdapat sebuah genset dengan spesifikasi sebagai berikut :
-

Genset
o Kapasitas nominal

: 400 kVA, 3 fasa

o Tegangan nominal

: 380 V

o Frekuensi

: 50 Hz

o Tahun terpasang

: 2010

57

4.1.2 Sistem Distribusi Listrik


Sistem distribusi listrik pada PT.Sumber Alfaria Trijaya,Tbk cabang Makassar
dimulai dari panel MVMDP yang berfungsi menerima suplai power dari gardu
PLN kemudian di distribusikan ke Transformator, keluaran dari transformator
kemudian diteruskan ke panel ATS yang merupakan panel control yang berfungsi
untuk mnyalakan dan mematikan mesin genset sebagai sumber listrik cadangan,
kemudian diteruskan ke panel LVMDP yang berfungsi sebagai pembagi utama
pembagian daya di seluruh bangunan. Dari LVMDP diteruskan ke panel SDP
yang kemudian diteruskan ke panel tiap-tiap beban. Semua panel tersebut berada
dalam satu ruangan dengan genset. Gambar 4.1 memperlihatkan diagram satu
garis system distribusi kelistrikan PT.Sumber Alfaria Trijaya, Tbk cabang
Makassar.

58

Sumber : PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.


Gambar 4.1 Diagram satu garis sistem distribusi kelistrikan PT.Sumber Alfaria
Trijaya, Tbk cabang Makassar
59

4.1.3 Konsumsi dan Biaya Listrik Bulanan


PT.Sumber Alfaria Trijaya,Tbk cabang makassar dikelompokkan sebagai
pelanggan bisnis B3 dengan kontrak daya 345 kVA dengan 2 kategori tarif yaitu
waktu pemakaian Luar waktu Beban Puncak (LWBP) denga tarif

Rp. 800,-

/kWh, Waktu Beban Puncak (WBP) dengan tarif Rp 1200,-/kWh WBP dan pajak
10 %. Meskipun komsumsi kVArh tercatat

namum belum pada tingkat

pemakaian untuk dikenankan tarif konsumsi daya reaktive.


4.1.4 Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan pada PT.Sumber Alfaria Trijaya, Tbk cabang Makassar
terdiri dari pencahayaan luar dan pencahaayan dalam ruang. Pencahayaan ruang
memanfaatkan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pada kantor cabang
siang hari yang merupakan waktu kerja , sistem pencahayaannya menggunakan
pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Pencahayaan

alami dilakukan

dengan memanfaatkan bukaan jendela dan pencahayaan buatannya dihasilkan dari


lampu TKI MIRROR 1x36 W.
Pada gudang utama, kegiatan kerja berlangsung selama 24 jam. Sistem
pencahayaan yang digunakan pada siang hari berupa cahaya alami, diamana
menggunakan atap yang tembus cahaya atap gudang sehingga pada siang hari
tidak perlu menggunakan pencahayaan tambahan dari lampu. Sedangkan pada
sore dan malam hari sepenuhnya menggunakan pencahayaan buatan yaitu
dihasilkan dari lampu TKO MIRROR 1x36 W dan TKO MIRROR 2x36 W.

60

Peletakan dan jumlah titik lampu dalam ruang Office tidak disesuaikan dengan
fungsi dan luas ruang yang disebabkan oleh penyekatan ruang yang tidak diikuti
dengan perubahan posisi dan jumlah titik lampu. Sebahagian besar armature yang
terpasang adalah TKI MIRROR 1x36 W dengan ballast Electrik OSRAM EZP8
1x36V/220-240V yang sudah inkonvensional, dan menggunakan Bohlam
OSRAM 36W. Pencahayaan luar pada siang hari sepenuhnya memanfaatkan
pencahayaan alami kecuali pada saat mendung. Pada malam hari pencahayaan
luar didapatkan dari lampu penerangan luar . Pengontrolan lampu penerangan
luar

sepenuhnya

dioperasikan

secara

otomatis

(pengontrolan

dengan

menggunakan sensor cahaya).


4.1.5 Sistem Pendingin
Untuk kenyamanan ruang kerja dan memenuhi syarat teknis operasi peralatan
kontrol , ruang kontrol dan ruang kerja dilengkapi dengan AC , kapasitas dan
jumlah AC diperlihatkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data AC
No

Tipe AC

Kapasitas

Jumlah

Keterangan

AC Cassette

2,5 PK

3 unit

Loby

AC Split

3 PK

2 unit

AC Split

2 PK

27 unit

AC Split

1,5PK

6 unit

AC Split

1 PK

8 unit

AC Split

PK

1 unit

AC Split

2 PK

2 unit

AC Split

1,5 PK

6 unit

AC Split

1 PK

2 unit

84,25 PK

57 unit

TOTAL

Kantor Cabang

Kantor Gudang

61

4.2 Audit Energi Awal di Gedung PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA Tbk
Makassar
Untuk standar audit pada bangunan gedung, indonesia telah memiliki
standar yakni SNI 03-6196-2000 Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung.
Standar tersebut memuat prosedur audit energi pada bangunan gedung
diperuntukkan

bagi

semua

pihak

yang

terlibat

dalam

perencanaan,

pelaksanaan,pengawasan dan pengelolaan gedung. Pada pelaksanaan di lapangan


banyak bangunan yang tidak siap untuk diaudit karena tidak tersedianya
kelengkapan - kelengkapan data dasar yang dibutuhkan untuk pelaksanaan teknik
audit energi awal dan hal-hal yang terkait dengan manajemen energi pada
bangunan tersebut. SNI 03- 6196-2000 membagi alur proses audit energi menjadi
tiga tahap yakni audit energi awal, audit energi rinci, implementasi dan
monitoring. Pada tahap awal audit energi, kegiatannya meliputi pengumpulan
sejumlah data energi dan rekening energi.
4.2.1 Konsumsi dan Biaya Energi bulanan di Gedung PT. SUMBER
ALFARIA TRIJAYA Tbk Makassar
Penggunaan energi di Gedung PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA Tbk
salah satunya yaitu penggunaan energi listrik. Pembayaran rekening listrik
dilakukan setiap bulan berdasarkan besarnya jumlah pemakaian energi (kWh)
yang tercatat pada kWh meter yang terpasang. Selisih pemakaian antara bulan lalu
dengan bulan berikutnya adalah jumlah kWh yang harus dibayar oleh konsumen.
Dari data history pemakaian energi listrik pada gedung PT. SUMBER ALFARIA
TRIJAYA Tbk Makassar, maka dapat dihitung jumlah kWh total yang
dikonsumsi selama tahun 2012/2013 dan juga jumlah total biaya yang harus

62

dibayar untuk pengadaan energi listrik pada periode tersebut. Total kWh adalah
936.640 kWh/tahun dan ini senilai dengan Rp. 949.434.130,-. Berikut perhitungan
tarif rata-rata yang dikenakan PLN dengan golongan tarif B-3/TM (200 kVA
keatas). Biaya pemakaian listrik :
1. Tarif WBP (Waktu Beban Puncak) per kWh dari PLN
Harga Rp. 1200,00/kWh jam berlaku pukul 18.00 s/d 22.00 (4 Jam)
2. Tarif LWBP (Luar Waktu Beban Puncak) per kWh dari PLN
Harga Rp. 800,00/kWh jam berlaku pukul 22.00 s/d 18.00 (20 Jam)
Berikut ini adalah data konsumsi energi di gedung PT. SUMBER ALFARIA
TRIJAYA Tbk Makassar selama satu tahun : ( periode bulan Agustus 2012 Juli
2013).
Tabel 4.2 Konsumsi energi listrik dan biaya listrik Agustus 2012 - Juli 2013
BULAN
Agust-12
Sep-12
Okt-12
Nop-12
Des-12
Jan-13
Feb-13
Mar-13
Apr-13
Mei-13
Juni-13
Juli-13

LWBP(kWh)
50.120
65.480
61.520
46.720
77.160
59.680
54.800
58.120
55.400
67.240
68.000
67.340

WBP(kWh)
16.720
18.240
14.600
13.400
21.560
16.320
15.280
15.480
15.400
18.720
18.960
28.527

Total kWh
66.840
83.720
76.120
60.120
98.720
76.000
70.080
73.600
70.800
85.960
86.960
95.860

77.160
28.527
98.720
46.720
13.400
66.840
731.580
213.207
948.780
60.965
17.767
79.065
Sumber : PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA Tbk

Maksimum
Minimum
TOTAL
Rata-rata

Total Biaya
66.176.000
81.699.200
73.409.600
58.801.600
96.366.000
74.066.800
74.346.640
78.743.120
75.994.000
96.278.330
98.133.700
105.459.700
105.459.700
58.801.600
978.474.690
81.539.557

63

Data Rekening Komsumsi Energi Listrik Gedung PT. SUMBER ALFARIA

TRIJAYA Tbk

120.000
100.000
80.000
60.000

LWBP(kWh)
WBP(kWh)

40.000

Total kWh

20.000
0

Gambar 4.2 Data komsumsi dan biaya energi listrik Agustus 2012 Juli 2013

Konsumsi energi rata rata bulanan


23%
LWBP
77%

WBP

Gambar 4.3 Konsumsi energi rata rata bulanan berdasarkan pemakaian LWBP dan
WBP.

64

Berdasarkan data dan grafik yang terlihat pada Tabel 4.2, Gambar 4.2 dan 4.3,
bahwa konsumsi energi rata rata setiap bulan adalah 77.720 kWh. Konsumsi
energi minimum terjadi pada bulan November 2012 yaitu sebesar 66.840 kWh
dan maksimum pada bulan Desember 2012 sebesar 98.720 kWh.
Biaya listrik bulanan rata-rata sebesar Rp. 81.539.557, paling rendah terjadi pada
bulan November 2012 yaitu Rp. 58.801.600,- dan paling tinggi terjadi pada bulan
Juli 2013 yaitu Rp. 105.459.700.
Dari data yang ditampilkan pada Tabel 4.2, terlihat bahwa biaya paling rendah
yang dikeluarkan saat penggunaan energi hanya pada waktu hari kerja atau
LWBP, ini tampak pada biaya dan penggunaan energi pada bulan November
2012. Dan untuk penggunaan energi yang minimum diluar waktu jam kerja atau
waktu beban puncak (WBP) terlihat pada bulan Februari 2013.
Dari grafik terakhir pada Gambar 4.3, terlihat pula bahwa penggunaan energi pada
Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) adalah 77 % sedangkan pada Waktu Beban
Puncak (WBP) adalah 23%.

4.2.2. Konsumsi Listrik Harian PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.


Perhitungan

energi

listrik

dilakukan

dengan

menggunakan

data

berdasarkan pada nilai terukur yang terbaca pada kWh meter yang terletak pada
ruang kontrol panel dan melakukan pengukuran langsung di gedung PT.
SUMBER ALFARIA TRIJAYA Tbk Makassar. Peralatan-peralatan yang
disediakan adalah digital clamp meter yang berfungsi untuk mengukur arus,
sedangkan kWh cukup dengan melakukan pengamatan langsung.

65

a. Hasil Pengukuran Pemakaian kWh per hari


Pengukuran ini dilakukan pada tanggal 02-31 April 2013. Berikut ini adalah data
hasil pengukuran energi listrik pada gedung PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA
Tbk Makassar.
Tabel 4.3 Pemakaian kWh per hari
Tanggal

Pemakaian
(kWh)

02/04/2013

3725,19

03/04/2013

3731,40

04/04/2013

3737,03

07/04/2013

3750,24

09/04/2013

3761,37

10/04/2013

3767,59

11/04/2013

3774,74

14/04/2013

3790,87

15/04/2013

3796,79

16/04/2013

3803,18

17/04/2013

3809,63

18/04/2013

3816,21

21/04/2013

3834,47

28/04/2013

3872,35

29/04/2013

3879,06

30/04/2013

3885,22

31/04/2013

3892,12

Rata-rata Per Hari

3801,6

66

b. Data Beban PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.


Dan untuk data beban dan waktu operasi PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk, dapat
dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Data beban dan waktu operasi PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk

No.

Nama Panel

PP-AC KANTOR
CABANG

Total Daya
Operasional (W)

Lama Waktu Beroperasian


Perhari (Jam)
Hari kerja

Akhir pekan

68.420

13

SDP-KANTOR

28.387

13

SDP-GUDANG

102.994

24

24

7.782

24

24

50.000

13

39.000

4
5
6

SDP-GUDANG
KANTIN
SDP-ALFA MIDI
SDP-CONVEYOR &
TABLE LFIT

LP-PJU

4.936

12

12

PP-GENSET

1.610

24

24

PP-POS SATPAM 1

1.206

24

24

10

PP-POS SATPAM 2

1.278

24

24

11

SDP-POMPA

6.000

12

PP-SERVER

20.250

24

24

13

PP-EPS

60.000

900

24

24

14

PP-R.TUNGGU
DRIVER

Sumber : PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk.

67

Adapun data penggunaan beban dan waktu pengoperasian pada jam kerja dan
akhir pekan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk, dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Data Beban
JAM
BEBAN (kW)
Hari Kerja
Akhir Pekan
00:00-01:00
144.034
144.034
01:00-02:00
144.034
144.034
02:00-03:00
144.034
144.034
03:00-04:00
144.034
144.034
04:00-05:00
144.034
144.034
05:00-06:00
144.034
144.034
06:00-07:00
143.618
139.058
07:00-08:00
143.618
139.058
08:00-09:00
194.243
139.058
09:00-10:00
301.663
139.058
10:00-11:00
262.663
139.058
11:00-12:00
295.009
178.058
12:00-13:00
234.447
145.058
13:00-14:00
273.447
178.058
14:00-15:00
234.447
145.058
15:00-16:00
257.447
178.058
16:00-17:00
248.447
178.058
17:00-18:00
250.518
178.058
18:00-19:00
186.454
183.058
19:00-20:00
204.164
183.058
20:00-21:00
165.164
183.058
21:00-22:00
204.164
183.058
22:00-23:00
144.034
144.034
23:00-24:00
144.034
144.034

68

Kurva Penggunaan Beban (Kw)


PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk
350.000
300.000
250.000
200.000
150.000

Kurva Beban Hari Kerja

100.000

Kurva Beban Akir Pekan

50.000
0

Gambar 4.4 Kurva penggunaan beban (kW) dalam sehari


Berdasarkan data pengukuran pada Tabel 4.5 dan Gambar 4.4 pada hari kerja
dapat dilihat bahwa konsumsi daya meningkat bersamaan dimulainya aktifitas
para karyawan. Hasil pengamatan penggunaan daya listrik selama 24 jam
memperlihatkan bahwa tingkat aktifitas paling tinggi terjadi pada pukul 08.00
hingga mencapai puncaknya pada pukul 10.00 dan beransur ansur menurun
hingga pukul 12 siang.

69

4.2.3 Sistem Pengkondisian Udara gedung PT. SUMBER ALFARIA


TRIJAYA Tbk Makassar
Untuk memperoleh kenyamanan dalam ruangan, maka diperlukan sistem
pengkondisian udara yaitu yang berupa AC. AC ini akan mengatur suhu pada
suatu ruangan sesuai dengan temperatur yang ditentukan pengguna. Untuk
masing-masing ruangan digunakan jenis dan kemampuan pendinginan AC yang
berbeda sesuai dengan kebutuhannya agar tidak terjadi pemborosan. Besarnya.
tingkat konsumsi energi listrik untuk sistem pengkondisisan udara dipengaruhi
oleh total daya AC, jumlah dan lama waktu beroperasi dari AC untuk tiap
ruangan.
Jenis AC yang digunakan untuk masing-masing ruangan di gedung PT.
SUMBER ALFARIA TRIJAYA Tbk Makassar ini secara lengkap dapat dilihat
pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Pemakaian AC (AC dan Fan Cooil)


Waktu
No

Nama ruangan

Tipe AC

operasi
Jam

Jumlah

Komsumsi

(Unit)

KWh

Area Kantor
Ruangan Tersendiri
AC Cassette 2,5

Lobby

55,9

Branch Manager

1,5PK 1118W

11,18

Deputy Manager

1,5PK 1118W

11,18

Lost Prevention

1,5PK 1118W

11,18

Gudang ijazah

PK 559 W

5,59

PK 1863 W
10

70

Server

1 PK 745 W

7,45

Gudang Tafic

1 PK 745 W

7,45

Training

2 PK 1490 W

59,6

Gudang IT

1 PK 745 W

7,45

10

Gudang ATK

1 PK 745 W

7,45

1 PK 745 W

7,45

2 PK 1490 W

59,6

1 PK 745 W

7,45

1,5PK 1118W

11,18

2 PK 1490 W

14,9

1 PK 745 W

7,45

1,5PK 1118W

11,18

2 PK 1490 W

14,9

1 PK 745 W

7,45

1,5PK 1118W

11,18

2 PK 1490 W

14,9

2 PK 1490 W

14,9

3,376

12

Gudang
11

Maintenance &
Panel

12

13

14

15

16

Simulasi

Meeting 1

Meeting 2

Meeting 3

Dealing

EXHOS FAN
17

Kantor Cabang

75w

15

Exhos fan 200w


Ruangan Petak Petak
Building, IT,
Franchise, General

2 PK 1490 W

223,5

Affair/Purchassing,

18

Tafis & Finance,

10

SOP & Audit, Area


Kordinator

17

3 PK 2237 W

44,7

71

Area Kantor Gudang


19

Kepala Gudang

1,5 PK 1118 W

11,18

20

Meeting 1

1,5PK 1118W

22,36

2 PK 1490 W

14,9

21

Meeting 2

1,5PK 1118W

22,36

22

R. Issuing

2 PK 1490 W

14,9

23

Ruang EPS

1,5PK 1118W

11,18

24

Chief DEL

1 PK 745 W

7,45

25

Brankas

1 PK 745 W

7,45

84,25 PK

TOTAL

10

762,366 kWh/hari

Berdasarkan perhitungan Tabel 4.6 terlihat penggunaan energi listrik yang


besar terdapat pada gedung dengan pengoperasian AC sejumlah 57 unit dengan
konsumsi energi sebesar 746,99 kWh/hari. Dapat dilihat besarnya penggunaan
energi listrik pada sistem pengkondisian udara selama satu hari yaitu sebesar
762,366 kWh perhari.

Pemakaian perbulan
Energi = kWh perhari x 22 hari kerja
= 762,366 kWh x 22
= 16.772,052 kWh/Bulan

4.2.4 Sistem Pencahayaan pada Gedung PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA


Tbk Makassar
Pola konsumsi energi listrik sistem pencahayaan dipengaruhi oleh jadwal
kegiatan di masing-masing ruangan. Besarnya tingkat konsumsi energi listrik
untuk sistem pencahayaan dipengaruhi oleh total daya lampu yang beroperasi dan
waktu nyala dari tiap lampu.

72

Konsumsi energi listrik pada sistem pencahayaan di gedung PT.


SUMBER ALFARIA TRIJAYA Tbk Makassar dipengaruhi oleh jumlah lampu,
daya lampu dan lama waktu pengoperasianya. Jumlah lampu dapat dilihat pada
Tabel 4.7
Tabel 4.7 Data Komsumsi energi listrik sistem pencahayaan.
Waktu
No.

Nama Ruangan

Tipe Lampu

Beroperasi
Perhari (Jam)

SDP-KANTOR

144

L.PIJAR 40W

15

TKI TL 36 W

BENGKEL
KANTIN

&
WORKSHOP

gudang-ALFA
MIDI

9
LP-PJU

TKO TL 36 W
TKO TL 36 W
TKI TL 36 W

24

410

36

7
11
10

5,4
3,168

8,640

20

24

80
112

TKO TL 36 W

26

TORNADO 60W

7,776

3
15

TKO TL 2 x 36 W

ARTOLITE

786,240

12

TKO TL 36 W
TKO TL 36 W

3,510

238

TKO TL 36 W
MUSHOLLA

TKO TL 36 W

92,13

1
13

TKO TL 2 x 36W

SDP-GUDANG GA

kWh

TKI TL 36 W

TKI TL 2 x 36 W
3

Lampu
19

18W

SDP-GUDANG

Komsumsi

TKO TL 36 W

L.DOWNLIGHT

Jumlah

12

49

262,656

58,512

73

HPLN 250W
10
11
12

PARKIRAN
MOTOR
PP-GENSET
PP-POS SATPAM 1

13

TKO TL 36 W

12

36

15,552

TKO TL 36 W

24

4,320

TKO TL 20 W
L.PIJAR 18 W

12

TKO TL 36 W
PP-POS SATPAM 2

TKO TL 20 W

15
16

GUDANG GALON
GUDANG
MARKETING

2,472

2
12

L.PIJAR 18 W
14

3,336

TKO TL 36 W

18

2,592

TKO TL 36 W

24

7,776

PP-R.TUNGGU

TKI TL 40 W

DRIVER

TKO TL 40 W
TOTAL (KWh)

12

3
2

2,4

1266,48 kWh/hari

*SUMBER PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA Tbk

Berdasarkan data Tabel 4.8 terlihat penggunaan energi listrik terbesar pada sistem
pencahayaan di gedung PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk terdapat pada ruangan
kantor, gudang alfa midi dan sdp gudang. Hal ini disebabkan jumlah lampu pada
ruangan tersebut sebanyak 177, 184 dan 910 buah dengan penggunaan energi
listrik perharinya yaitu 92.13, 255,744 dan 756,236 kWh. Jumlah pengunaan
energi di ruagan Gedung Alfa Midi dan Sdp Gudang sangat besar disebabkan
karena penggunaanya memakan waktu selama 24 jam, selain itu juga kurangnya
fasilitas untuk mendapatkan cahaya matahari didalam ruangan tersebut. Dapat
dilihat total besarnya penggunaan sistem pencahayaan di gedung PT. SUMBER
ALFARIA TRIJAYA Tbk selama sehari yaitu sebesar 1266,48 kWh/hari.

74

4.2.5 Data Tingkat Konsumsi Energi berdasarkan Kelompok beban


Seperti diketahui bahwa energi listrik di PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk
Makassar yang berasal dari PLN didistribusikan kedalam panel ATS sebagai
panel kontrol kemudian diteruskan ke panel utama LVMDP yang berfungsi
sebagai pembagi utama pembagian daya di seluruh beban. Tabel 4.8
memperlihatkan konsumsi energi pada kelompok beban berdasarkan hasil
pengukuran di bulan April 2013
Tabel 4.8 Data tingkat beban Konsumsi Energi Listrik per-hari
Penggunaan Energi
Jenis Beban
(kWh/hari)
AC
762,366
Lampu
1266,48
Chiller
736,992
Peralatan Kantor (Komputer)
346,95
Forklift
Perangkat
688,812
lain
Workshop
Total
3801,6

Persentase Konsumsi Listrik per-hari di Gedung


PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk Cabang Makassar
18%
33%

lampu
AC & Fan Cooil

9%

chiller
20%
20%

Komputer
Perangkat Lain

Gambar 4.5 Persentase pemakaian listrik per hari

75

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan konsumsi energi listrik rata


rata perhari pada bulan april 2013 didapatkan bahwa total konsumsi rata rata
energi listrik perhari sebesar 3801,6 kWh/hari. Energi tersebut terdistribusi
terdistribusi untuk lampu (33%), AC dan chiller masing masing 20 %, komputer
(9%), dan untuk perangkat lain sebesar 18%.
4.2.6 Menghitung Intensitas Konsumsi Energi Listrik (IKE)
Dari data konsumsi energi dan data luasan bangunan serta tingkat
konsumsi energi listrik di gedung PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA Tbk
Makassar, maka dapat dihitung besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
Gedung PT. SUMBER ALFARIA TRIJAYA Tbk Makassar selama satu tahun
dengan periode bulan Agustus 2012 s/d Juli 2013 (berdasarkan data rekening
listrik). Adapun perhitungannya sebagai berikut :
IKE =

.
,

= 75,51 kWh / m2/tahun


Dari hasil perhitungan diatas, IKE yang berdasarkan hasil data rekening listrik
pertahun yakni sebesar 75,51 kWh/m2/tahun masih berada dibawah batas standar
IKE ASEAN-USAID tahun 1992 untuk sebesar. Sehingga dapat dikatakan bahwa
nilai IKE tersebut sangat efisien.
Apabila diambil nilai rata-rata perhari sesuai hasil pengukuran pada Tabel 4.3,
maka akan didapat nilai sebesar 3801,6 kWh/hari. Nilai kWh ini berada pada
bulan April 2013, Sehingga rata-rata untuk satu bulan ini kWhnya adalah:

76

= 3801,6 kWh x 22 hari


= 83.635,2 kWh
Untuk rata-rata satu tahun kWhnya adalah
=83.635,2 kWh x 12 Bulan
=1.003.622 kWh / tahun
Dengan asumsi bahwa biaya rata rata energi listrik per kWh-nya adala Rp. 866,6 ,
maka biaya rata-rata untuk pemakaian listrik selama periode satu tahun adalah
sebesar
= Rata-rata harga per kWh x Jumlah kWh
= 866.6 kWh x 1.003.622 kWh
= Rp 869.739.172
Sehingga nilai IKE bisa dihitung yaitu sebesar :
=

.
,,

= 79,87 kWh / m2 Tahun


4.2.7 Hasil Pengukuran Kondisi Ruang Kerja
Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana,terpadu dan
berkesinambungan guna melestarikan sumber daya energi dalam negeri serta
meningkatkan efisiensi pemanfaatannya.
Sedangkan audit energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan
identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi
pada pengguna energi dan pengguna sumber energi dalam rangka konservasi
energi.

77

Dalam melakukan konservasi energi

tidak harus mengurangi tingkat

kenyamanan dan fungsi ruang yang dapat berakibat pada turunnya produktifitas.
Sehubungan dengan hal tersebut maka

perlu dilakukan pengukur parameter

ruangan seperti yang tersaji pada Tabel 4.9.


Tabel 4.9 Data hasil pengukuran temperatur dan humidity ruang kerja
No.

Ruangan

Set Suhu (0C) AC

AC

Keterangan

Area Kantor
Ruangan Tersendiri
1

Lobby

18

On

Nyaman, terasa lebih dingin

Branch Manager

24

On

Nyaman

Deputy Manager

24

On

Nyaman

Lost Prevention

24

On

Nyaman

Gudang ijazah

26

On

Server

16

On

Nyaman, terasa lebih dingin

Gudang Tafic

26

On

Cukup Nyaman

Training

24

On

Nyaman

Gudang IT

26

On

Cukup nyaman

Gudang ATK

26

On

cukup nyaman

26

On

Cukup Nyaman

24

On

Nyaman

22

On

22

On

18

On

Cukup Nyaman
(kondisi; on jika diperlukan)

Gudang
10

Maintenance &
Panel

11

Simulasi

12

Meeting 1

13

Meeting 2

14

Meeting 3

15

Dealing

Nyaman, Terasa Dingin


(kondisi; on jika diperlukan)

Nyaman, Terasa Dingin


(kondisi; on jika diperlukan)

Ruangan Petak Petak


16

Building, IT,
Franchise, General

Nyaman, terasa lebih dingin

78

Affair/Purchassing,
Tafis & Finance,
SOP & Audit, Area
Kordinator

Area Kantor Gudang


17

Kepala Gudang

24

On

18

Meeting 1

22

On

19

Meeting 2

22

On

20

R. Issuing

26

On

21

Ruang EPS

26

On

22

Chief DEL

26

On

23

Brankas

26

On

Nyaman
Nyaman, Terasa Dingin
(kondisi; on jika diperlukan)
Nyaman, Terasa Dingin
(kondisi; on jika diperlukan)
Cukup Nyaman
(kondisi; on jika diperlukan)
Cukup Nyaman
(kondisi; on jika diperlukan)
Cukup Nyaman
(kondisi; on jika diperlukan)
Cukup Nyaman
(kondisi; on jika diperlukan)

Berdasarkan hasil pengukuran, observasi di dapatkan temperatur ruangan yang


cukup bervariasi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pengguna ruangan, ada
ruangan yang terlalu dingin dan ada pula ruangan yang cukup dingin, namun rata
rata masih diatas 230C. Ada pula beberapa ruangan yang temperaturnya diatas
26C namun kenyamanan masih bisa dirasakan oleh pekerja.
Namun demikian, pengaturan setelan suhu ruangan teteap memperhatikan kondisi
cuaca. Pada saat kelembaban rendah, suhu ruangan antara 24-26C masih cukup
nyaman.
Peluang penghematan dapat diperoleh dengan memperhatikan setelan temperatur
dan pengoperasian AC. Pada kondisi tertentu, misalnya ruang yang memiliki AC

79

dua unit atau lebih dalam satu ruang, bila udara cukup nyaman, maka sebaiknya
yang dioperasikan adalah yang paling dekat dengan area kerja karyawan.
Disamping temperatur dan kelembaban, tingkat pencahayaan pada ruang kerja
harus mendapat perhatian, untuk itu dilakukan pengukuran dengan menggunakan
Lux meter dengan hasi seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 Data hasil pengukuran temperatur dan humidity ruang kerja Area
Kantor

1
2
3

Lobby
Building
IT

197
178
175

Standar
tingkat
penerangan
(Lux)
100
200 -250
200 -250

170

200 -250

Cukup Terang

Store Set-Up,
Maintenance,
Audit, SOP
Franchise

167

200 -250

Cukup Terang

General Affair

170

200 -250

Cukup Terang

Tafis & Finance

170

200 -250

Area Kordinator

180

200-250

Gudang.

115

100

Kurang memanfaatkan cahaya


alami
Kurang memanfaatkan cahaya
alami
Terang

Tingkat
No.

Ruang

Penerangan
(Lux)

Keterangan
Cukup terang
Cukup Terang
Cukup Terang

Berdasarkan hasil pengukuran dan pengamatan, terlihat bahwa para


karyawan kurang memanfaatkan cahaya alami saat kondisi cuaca cerah pada
ruangan yang memiliki jendela dan kurang memperhatikan penerangan dalam
ruangan tertentu yang tidak terjangkau oleh cahaya alami.
Di Ruang Area kordinator dan tavic, ada peluang penghematan dengan pengaturan
ulang kelompok saklar lampu. Pada ruangan ini hanya terdapat tiga unit saklar

80

tunggal untuk mematikan dan menghidupkan 21 titik lampu. Disarankan


dilakukan re-grouping saklar sesuai dengan kondisi ruangan. Idealnya
menggunakan 2 saklar atau saklar seri, satu saklar untuk kelompok lampu
pencahayaannya dominan pada area disekitar jendela dan satu saklar untuk
kelompok lampu yang pencahayaannya dominan pada area yang jauh dari jendela.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pada sistem pencahayaannya telah
memanfaatkan balast elektrik pada lampu TL yang sudah dianggap cukup baik
dalam menghemat konsumsi energi listrik.

4.3. Rekomendasi Penghematan Energi


Penghematan energi sangat berperan penting dalam konservasi energi
listrik suatu gedung. Untuk itu perlu rekomendasi efesiensi yang dilakukan untuk
mencapai tingkat efesiensi yang lebih baik di masa mendatang.
Berdasarkan pengamatan kami dilapangan, peluang penghematan energi atau
rekomendasi penghematan energi pada gedung PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk
berfokus pada penggunaan lampu dan AC. Sehingga dapat ditinjau dalam 3 aspek
yakni :
1. Penghematan Energi dengan tanpa biaya
Yang pertama yakni dengan melakukan penerapan prosedur operasional
sederhana/manual atau otomatis dalam menggunakan beban lstrik agar
tepat waktu dan sasaran serta kebutuhan. Penerapan tersebut sangat mudah
dan hanya tergantung kepada adanya kemauan untuk memperlakukan
energi listrik secara hemat sesuai keperluan saja. Kedua yakni melakukan

81

pengurangan jam kerja pencahayaan pada area gudang yang tadinya


beroperasi selama 24 jam/hari menjadi 16 jam/hari. Akan tetapi jika
kenyamanan tidak terpenuhi akibat adanya pengurangan jam operasi
pencahayaan pada area gudang, maka dapat melakukan penggantian lampu
flourescent/neon ke lampu hemat energi seperti lampu LED .
2. Penghematan Energi dengan biaya rendah
Pada kondisi pencahayaan Office dapat dilakukan penghematan energi
dengan melakukan re-grouping saklar pada ruangan kordinator dan tavic.
3. Penghematan Energi dengan biaya tinggi
Pertama, dengan adanya peluang penghematan energi pada area gudang
yakni melakukan pengurangan jam kerja lampu dengan cara mematikan
lampu gudang pada siang hari kecuali cuaca mendung, tentu akan
mengurangi tingkat intensitas cahaya diruangan tersebut dan mengurangi
kenyamanan karyawan. Untuk itu perlu adanya optimalisasi cahaya alami
dari matahari yakni dengan melakukan penambahan atap penerangan
fiberglass.
Kedua, jika pengurangan jam operasi mengganggu kenyamanan pengguna
gedung, maka dapat melakukan penggantian lampu TL flourescent 36W
sebanyak 910 buah ke lampu hemat energi yakni Lampu TL LED 19 W
yang merupakan lampu yang tahan lama dan hemat energi namun
harganya terbilang mahal 2 10 kali harga lampu CFL. Dan akan
memakan biaya yang sangat besar yakni sekitar Rp 122.100.000,-

82

4.4 Jumlah Potensi Penghematan Energi


4.4.1 Jumlah Potensi Penghematan Energi Pada sistem Pencahayaan PT.
Sumber Alfaria Trijaya Tbk.
Berdasarkan data pada Tabel 4.8 diketahui bahwa area gudang utama PT.
Sumber Alfaria Trijaya Tbk memiliki lampu TL 36 W sebanyak 910 buah.
Berdasarkan pengamatan dilapangan, bahwa pada area gudang kurang
memanfaatkan pencahayaan alami. Oleh karena itu di area tersebut berpotensi
untuk melakukan penghematan energi listrik yakni dengan melakukan usaha
mengurangi jam kerja sistem pencahayaan di area Gudang dan penggantian lampu
pijar yang memiliki kuat arus cahaya sekitar 10,5 lumens/watt ke lampu hemat
energi LED yang memiliki kuat arus cahaya sekitar 50-100 lumens/watt.
a. Melakukan Pengurangan jam kerja Lampu
Jika

lampu lampu ini dikurangi jam kerjanya, maka dapat dihitung

penghematan sebagai berikut. Diasumsikan jumlah titik lampu tetap.

No.

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Penghematan Pengurangan jam kerja Lampu


kWh
Existing Rekomendasi
Tipe
Jumlah
Area
[Jam]
[Jam]
lampu
(buah)
E
TKO TL 2
238
411,264
x 36W
SDP
TKI TL 36
24
15
410
354,240
GUDANG
W
TKI TL 2
12
20,736
x 36 W
Total penggunaan energi listrik (kWh)
786,240

R
257,040
221,400
12,960
491,400

83

Berdasarkan Tabel 4.11 , maka dapat diketahui jumlah penghematan energi yakni
sebesar : 756,236 kWh 491,400 kWh = 264,836 kWh/hari.
b. Melakukan pengaturan ulang kelompok saklar lampu
Menurut pengamatan kami dilapangan, terlihat bahwa pada area kantor terdapat
sekitar 15 buah lampu TL 36 W yang menyala pada siang hari. Posisi lampu
tersebut berada pada area disekitar jendela gedung. Maka hal tersebut berpeluang
dilakukan penghematan energi yakni dengan usaha pengaturan ulang kelompok
saklar lampu / regrouping saklar. Jika dilakukan pengelompokan ulang kelompok
saklar lampu, maka pada area kantor terdapat 15 buah lampu TL 36 W yang perlu
untuk tidak dinyalakan pada siang hari dikarenakan kondisinya dekat dengan
jendela. Maka jumlah potensi penghematan energi listrik yakni ;
(15 buah x Lampu 36 W x 10 jam)/1000 = 4,860 kWh/hari
Secara keseluruhan, jika kedua poin tersebut dilakukan, maka potensi
Penghematan energi pada sistem pencahayaan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk
yakni sebesar 269,696 kWh/hari. Sehingga dapat dihitung biaya penghematan
energi dalam satu hari dengan asumsi bahwa tarif rata rata penggunaan listrik
PLN adalah Rp 866,6,-/kWh yakni sebesar Rp 233.718,5,-/hari. Jadi Dalam satu
bulan biaya yang dapat di hemat adalah sebesar Rp 5.153.247. Dan dalam satu
tahun sebesar Rp 61.838.967,Dari jumlah pemakaian yang dapat kita hemat selama satu hari terlihat adanya
penurunan konsumsi energi seperti yang terlihat pada Tabel 4.12

84

Tabel 4.12 Selisih Penurunan Penggunaan Energi yang di Hemat


Kondisi

Energi kWh/hari

Energi kWh/bulan

Energi kWh/Tahun

Existing

1266,48

27.862,56

334.350,72

21.929,248

263.150,976

5.933,312

71.199,744

Rekomendasi 996,784
Penghematan
Selisih

269,696

Untuk persentase penghematan energi listrik selama perbulan pada sistem


pencahayaan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk terlihat pada Gambar 4.6

Persentase Penghematan Perbulan


Pada Sistem Pencahayaan
21%
79%

Penghematan
Perbulan

Gambar 4.6 Persentase Potensi Penghematan Penggunaan Energi Listrik Perbulan


Pada Sistem Pencahayaan Pt. Sumber Alfaria Trijaya Tbk
Dari hasil persentase yang terlihat pada Gambar 4.6, bahwa penghematan yang
dapat dilakukan setiap bulan mencapai 21 % dengan total penghematan sebesar
5.933,312 kWh/bulan dan menghemat biaya pemakaian listrik sebesar Rp
61.701.698,15 /Tahun
Apabila dilakukan usaha penghematan pada sistem pencahayaan pada area gudang
dengan melakukan penggantian lampu TL Flourescent/neon 36 W sebanyak 910

85

buah ke lampu LED 18W dengan jam operasi lampu yakni 24 jam/hari maka
diperoleh jumlah penghematan energi listrik mencapai 31 % dari 27.862,56 kWh
sebesar 8755,56 kWh/bulan dengan penghematan biaya energi sebesar Rp
7.587.568/bulan, penghematan biaya pertahun sebesar Rp 91.050.819. Akan tetapi
biaya penggantian lampu akan menelan biaya yang sangat tinggi yakni sebesar
Rp 122.100.000,-. Kelebihan dari lampu LED yakni dapat bertahan minimal
50000 jam / 5,7 Tahun.
4.4.2 Perhitungan jumlah Potensi Penghematan Pada Pengkondisian Udara
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk
Berdasarkan Tabel 4.9 didapatkan bahwa rata rata suhu ruangan antara 180 260
C. Sehingga terdapat beberapa ruangan yang memiliki potensi penghematan
energi dengan cara mengatur suhu normal AC sekitar 260 yang dianggap cukup
nyaman dan hemat dalam penggunaan energi listrik. Berdasarkan pengkuran yang
kami lakukan dilapangan terhadap AC 2 PK, terlihat bahwa setiap perubahan suhu
yang kami ukur mulai dari 220C hingga 260C menghasilkan penghematan daya
listrik sebesar 3% atau sekitar 44 Watt/0C terhadap penggunaan AC 2 PK.
Adanya pengaturan suhu AC, maka dapat dilakukan perhitungan penghematan
energi dengan asumsi perubahan suhu 10 C = 3 % penghematan energi dan
persamaan berikut :
=

x total kW ............................................. 4.1

Penghematan (H) = Ki [(t x 3%) x Ki] ..................... 4.2


Keterangan = Ki :besar penggunaan beban AC (kW)
t : perubahan suhu ( 0C )
Diketahui bahwa jumlah PK = 84,25 PK, Total Watt AC = 62766,25 W.

86

No
1
2
3
4

5
6
7
8
9
10

11
12
13

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Penghematan Energi Melalui Pengaturan Suhu AC


Ruangan
PK Existing Rekomendasi Ki
t
H
KET.
0
(kW)
( C) (kW)
0
0
Lobby
7,5 18 C
25 C
5,587
7
4,4137
Area
0
0
Kantor
Branch
1,5 24 C
26 C
1,117
2
1,0499
Cabang
Manager
0
0
Deputy
1,5 24 C
26 C
1,117
2
1,0499
Manager
Lost
1,5 24 0C
26 0C
1,117
2
1,0499
Preventatio
n
Server
1
16 0C
22 0C
0,745
6
0,6109
0
0
Training
8
24 C
26 C
5,960
2
5,6024
0
0
Simulasi
8
24 C
26 C
5,960
2
5,6024
0
0
Meeting 1, 13, 22 C
26 C
10,057 4
8,8501
2&3
5
Dealing
2
22 0C
26 0C
1,490
4
1,4006
0
0
Building,
36
18 C
26 C
26,820 8
20,3832
IT,
Franchise,
General
Affair/Purc
hassing,
Tafis
&
Finance,
SOP
&
Audit, Area
Kordinator
Kepala
1,5 24 0C
26 0C
1,117
2
1,0499
Area
Gudang
Kantor
0
0
Meeting 1
5
22 C
26 C
3,725
4
3,278
Gudang
0
0
Meeting 2
3
22 C
26 C
2,235
4
1,9668
Total
56,3437 kW
Jadi jumlah penghematan pemakaian dan biaya energi yang didapatkan dalam satu
hari yakni
kWh rekomendasi = 56,3437 x 10 jam = 563,437 kWh
Jumlah penghematan = kWh Existing kWh rekomendasi

87

= 762,366 563,437 = 198,929 kWh/hari


Biaya penghematan

= 198,929 x 866,6 = Rp 172.391,-

Dalam 1 bulan jumlah penghematan pemakaian dan biaya energi untuk AC yakni
Jumlah Penghematan = 22 hari kerja x jumlah kWh/hari
= 22 x 198,929 kWh
= 4.376,438 kWh/bulan
Biaya Peghematan

= 4.376,438 x 866,6 = Rp 3.792.621

Dalam 1 tahun jumlah penhematan pemakaian dan biaya energi untuk AC yakni
Jumlah Penghematan = 4.376,438 x 12 bulan
= 52.517,256 kWh
Biaya Penghematan

= 52.517,256 x 866,6 = Rp 45.511.454,-

Penurunan penggunaan energi listrik pada sistem pengkondisian udara


dapat dilihat pada Tabel 4.14

Tabel 4.14 Selisih Penurunan Penggunaan Energi yang di Hemat


Kondisi

Energi kWh/hari

Energi kWh/bulan

Energi kWh/Tahun

Existing

762,366

16.772,052

201.264,624

Rekomendasi

563,437

12.395,614

148.747,368

198,929

4.376,438

52.517,256

Penghematan
Selisih

88

Persentase penghematan energi listrik perbulan pada sistem pengkondisian udara


PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk terlihat pada Gambar 4.7

Penghematan Energi Listrik Perbulan


Pada Sistem Pengkondisian Udara PT.
Sumber Alfaria Trijaya Tbk

24%
Penghematan Perbulan

76%

Penggunaan perbulan

Gambar 4.7 Persentase Persentase penghematan energi listrik perbulan pada


sistem pengkondisian udara PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk
Dari hasil persentase yang terlihat pada Gambar 4.7, bahwa penghematan yang
dapat dilakukan pada sistem pengkondisian udara setiap bulan mencapai 24 %
dengan total penghematan sebesar 4.376,438 kWh.

89

4.4.3 Perhitungan jumlah penghematan energi listrik penggunaan chiller.


Penghematan pada chiller dapat dilakukan dengan cara menaikkan suhu
tegangan. Mengacuh pada penghematan terhadap penggunaan AC, bahwa
menaikkan suhu tiap 1 0C = 3% penghematan energi. Begitu pula penghematan
pada penggunaan chiller.
PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk Makassar memiliki 3 unit chiller
pendingin makanan masing masing berkapasitas 10236 Watt dan beroperasi
selama 24 jam/hari. Chiller 1 digunakan sebagai pendingin makanan berupa buah
& sayuran dengan suhu 4 0C, chiller 2 untuk nugget dengan suhu -10,3 0C, dan
chiller 3 untuk buah & sayuran dengan suhu 3,90C.
Suhu normal untuk penyimpanan sayuran dalam chiller yakni berkisar
antara 4 0C 6 0C, untuk nugget -2 0C 0 0C, dan untuk buah berkisar di suhu 2
0

C 8 0C. Oleh karena itu terdapat potensi penghematan pada penggunaan chiller

yang ada pada kantor PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk Makassar yakni dengan
melakukan pengaturan suhu chiller.
Apabila dilakukan perubahan temperatur suhu pada chiller, maka jumlah
penghematan yang dapat diperoleh sebagai berikut
Tabel 4.15 Perhitungan kWh rekomendasi pada Chiller
Jenis
Daya
Suhu
Suhu
t
kWh
0
Beban
(Watt) Existing
rekomendasi ( C)
rekomendasi
0
0
( C)
( C)
(kWh)
0
0
0
4 C
6 C
2 C
230,92
Chiller 1 10236
Chiller 2 10236
Chiller 3 10236
total

30708

-10,1 0C
3,9 0C

-2 0C
6 0C

8,1 0C
2 0C

185,96
230,92

Ket.

Buah &
Sayuran
Nugget
Buah
&
Sayuran

647,76 kWh

90

Diasumsikan bahwa ;
Konsumsi energi listrik perhari chiller (kWh Exsisting) = 30708 W x 24 jam
operasi = 736,992 kWh/hari.
kWh rekomendasi = 647,76 kWh
Jumlah Penghematan = kWh Existing kWh rekomendasi
= 736,992 kWh 647,76 kWh = 89,232 kWh/hari
Jadi jumlah maksimum penghematan yang diperoleh mencapai 89,232
kWh/hari atau sekitar 12 % /hari dari kWh existing, perbulan sebesar 2676,97
kWh/bulan, pertahunnya sebesar 32123,64 kWh/tahun. Biaya penghematan
sebesar 89,232 x Rp 866,6 = Rp 77.328/hari, perbulan sebesar Rp 2.319.840
dan pertahunnya sebesar Rp 27.838.080/tahun.
Disarankan agar melakukan pengelompokan jenis makanan sesuai dengan suhu
yang dibutuhkan untuk mendinginkan makanan tersebut di dalam chiller. Agar
penggunaan chiller lebih efisien.

Untuk jenis beban seperti komputer, forklift dan peralatan listrik salah satunya
alat las yang terdapat pada area workshop, digunakan sesuai dengan kebutuhan
dan secara terus menerus sehingga peluang penghematannya sangat kecil.

91

Tabel 4.16 Analisa Penghematan Energi


Konsumsi energi total (kwh/thn)
Biaya konsumsi energi total (Rp/thn)

No

4.

Rekomendasi
Penghematan
Energi
Melakukan
Pengaturan
Suhu AC
Pengurangan
Jam kerja
Lampu +
Pensaklaran
Ulang
Pensaklaran
Ulang +
Penggantian
Lampu
Flourescent ke
lampu LED
Pengaturan suhu
Chiller

948.780
978.474.690

Penghematan energi

Penghematan biaya
Biaya
implementasi

kWh/thn

Rp/thn

%
-

Periode
Pengembalian
Biaya
(Tahun)
-

52.517,256

5,5%

45.511.454

4,6%

71.358,144

7,5%

61.838.967

6%

Rp 32.090.000

0,5

105.066,72

11%

91.050.819

9,3%

Rp 122.740.000

1,3

32.123,64

3,3%

27.838.080

2,8%

Dari tabel pelaksanaan program penghematan energi dapat dilakukan dengan


pengembalian biaya implementasi dibawah 0,5 sampai dengan 1,3 tahun.
Pelaksanaan program penghematan ini perlu didukung oleh semua pihak, apa bila
program sosisalisasi sikap hemat energi dapat diimplementasikan dengan baik di
dalam lingkungan perkantoran maka dapat meningkatkankan nilai penghematan
energi PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk Makassar. Sehingga diperoleh
penghematan biaya yang signifikan.

92

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dengan melihat tujuan yang ada dan membandingkan dengan hasil audit yang
dilakukan , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Berdasarkan hasil audit energi yang dilakukan pada gedung PT. Sumber
Alfaria Trijaya Tbk cabang makassar yang memiliki kontrak daya 345
kVA dari PLN bahwa penggunaan energi pada sistem pencahayaannya
sebesar 1266,48 kWh/hari. Dan untuk penggunaan energi pada sistem tata
udara yakni sebesar 762,48 kWh/hari. Penggunaan energi listrik rata - rata
perbulannya sebesar 79.065 kWh dengan biaya Rp 81.539.557 ,Intensitas Konsumsi Energi (IKE) gedung PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk
cabang Makassar sebesar 75,51 kWh/m2/tahun, masih dibawah standar
IKE yang ditetapkan namun dapat dikatakan bahwa nilai IKE ini masih
efisien.
2. Berdasarkan pengamatan dilapangan, bahwa kemungkinan penghematan
energi lstrik yang dapat dilakukan pada bangunan PT. Sumber Alfaria
Trijaya Tbk Makassar ditinjau dalam 3 aspek yakni
a. Penghematan Energi dengan tanpa biaya yakni :
-

Menerapkan prosedur operasional sederhana dalam penggunaan


beban listrik misalnya mematikan lampu,AC,dan TV jika
meninggalkan ruangan.
93

Pengurangan operasional jam kerja pencahayaan pada area Gudang

Mengatur suhu AC menjadi 260C

Mengatur suhu chiller pendingin makanan

b. Penghematan

energi

dengan

biaya

rendah

yakni

melakukan

pengelompokan saklar ulang pada ruangan Kordinator dan Tavic


c. Penghematan energi dengan biaya tinggi
-

Mengoptimalkan penggunaan cahaya alami dengan cara adanya


penambahan atap penerangan fiberglass pada area Gudang.

Penggantian lampu TL flourescent 36 W sebanyak 910 buah ke


lampu hemat energi TL LED 19 W.

Dengan demikian jumlah penggunaan energi yang dapat dihemat yakni :


Pada sistem pencahaan : 5.933,312 kWh/bulan (tidak dilakukan
penggantian lampu) dan 8755,56 kWh/bulan (jika dilakukan penggantian
lampu hemat energi)
Pada sistem pengkondisian udara : 4.376,438 kWh/bulan
Penghematan pada chiller : 2.676,97 kWh/bulan

94

5.2 Saran
Sebaiknya PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Cabang Makassar menerapkan
program penghematan energi seperti
a. Suhu minimum pengguaan AC ruangan 26oC
b.

Matikan lampu, AC dan TV jika meninggalkan ruangan

c. Jika ditinggalkan komputer kondisi standby atau dimatikan


d. Matikan Lampu malam pada pukul 6.30 WITA
e. Melakukan

pengelompokan

jenis

makanan

yang

akan

didinginkan menggunakan chiller.

95

DAFTAR PUSTAKA
[1] Abdurarachim. Halim, Pasek, Darmawan Ari, dan Sulaiman, TA., (2002),
Audit Energi, Modul 2, Energi Conservation Efficiency And Cost Saving
Course, PT. Fiqry Jaya Mandiri, Bandung.
[2] G.G.Rajan ;McGraw-Hill . 2003. Optimizing Energi Efficiencies in Industry
(Energi Audits, Feasibility Studies, Prelimnary and Detailed Engineering,
Project and Construction Managemennt, Implementation)
[3] Direktorat Pengembangan Energi. Petunjuk teknis konservasi energi;
Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung. 2012. Jakarta:
Departemen Pertambangan dan Energi. Direktotat Jendral Pengembangan
Energi.
[4] Capehart BL, Turner CT and William J.Kennedy. 2003. Guide to Energi
Management Fairmont press inc. Bureau of Energi Efficiency.
[5] Standar Nasional Indonesia ( SNI ) 03-6196-2001, Tata cara perancangan
sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung.2001
[6] www.pln.co.id/ karakteristik berbagai jenis lampu LED/di unduh pada tanggal
17 juli 2013
[7] Google.com/sabtu 6-6-13 jam 21:24 http://www.accentral.info.co.id/
[8] google.com/juli http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tarif_dasar_listrik&action

[9] earth.google.com (Sabtu,13-7-13 jam 21.30)

96

[10]http://www.pln.co.id/inforekening/?idpel=321302090999&button=Cek
(kamis 18-7-13 jam 20:00)
[11]http://iptech.wordpress.com/beberapa-cara-baru-penghematan-energilistrik/ (kamis 18-7-13 jam 20:20)
[12] Kadir,A.,(2000),Distribusi Dan Utilisai Tenaga Listrik, UI Press,
Jakarta..
[13] Lybery, MD. 1981. Source Book for Energi Auditor, International Energi
Agency.
[14] Prasetio Hadi. Konservasi energi listrik pada industri otomotif. 2008.
Jakarta : Universitas Indonesia.

97

L
A
M
P
I
R
A
N

98

Gambar ruangan
perkantoran

Gambar kondisi
area Loby Kantor

Gambar kondisi
Area Gudang
Utama

99

Jenis pendingin udara pada kantor PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk berupa AC
Split & AC central

210C

240C

220C

250C

230C

260C

Gambar kondisi pengukuran arus AC 2 PK terhadap perubahan suhu pada AC.

100

Anda mungkin juga menyukai