Anda di halaman 1dari 33

Jundu Muhammad

Catatan-catatan dari seorang Pengagum Rasulullah

Menu utama
Skip to content

Beranda

About

Download MP3

Kontak Kami

Daftar Isi

Cari

26 Agustus 2011

Nashiruddin Al-albani, Ulama Wahhabi


yang Merasa Lebih Mengerti Ilmu Hadits
daripada Imam Bukhari, Imam Muslim
dan Ulama Muhaddits Lain

22 Komentar

7 Votes

Mari kita lihat perkataan al-Albani dalam kata pengantar


cetakan pertama kitabnya Shahih al-Kalim ath-Thayyib li ibn Taimiyyah yang tercantum di
halaman 16, cetakan ke-1 tahun 1390 H:

,
,
, ,
Aku nasihatkan kepada setiap orang yang membaca buku ini atau buku yang lainnya, untuk
tidak cepat-cepat mengamalkan hadits-hadits yang tercantum di dalam buku-buku tersebut,
kecuali setelah benar-benar menelitinya. Aku telah memudahkan jalan tersebut dengan
komentar-komentar yang aku berikan atas hadits tersebut, apabila hal tersebut (komentar
dariku) ada, maka barulah ia mengamalkan hadits tersebut dan menggigit gerahamnya. Jika
tidak ada (komentar dariku), maka tinggalkanlah hadits tersebut.
Scan lengkapnya:

Perhatikan, dari perkataan al-albani diatas (perhatikan juga bahwa tata bahasa arab yang
beliau gunakan dalam beberapa kalimat terakhir di atas juga sedikit kacau balau, namun
meskipun susunannya kacau balau masih dapat ditangkap maksudnya) dapat dipahami
bagaimana al-albani memposisikan dirinya sebagai ahli hadits yang kemampuannya melebihi
ulama hadits mutabar yang terdahulu. Dia melarang umat muslim untuk mengamalkan
hadits-hadits shahih dari para imam muhaddits besar seperti al-Imaam al-Bukhari, Muslim,
at-Tirmidzi dan lain-lain terkecuali setelah ada komentar dari al-albani bahwa hadits-hadits
itu dinyatakan sebagai hadits shahih oleh al-albani. Jika tidak dikatakan shohih oleh al-albani,
maka hadits-hadits tersebut ditinggalkan atau tidak boleh diamalkan sama sekali.
Sekarang yang menjadi permasalahan adalah, Apakah kapasitas keilmuan al-albani lebih jauh
hebat daripada ulama-ulama muhaddits terdahulu? Sedangkan ulama ulama ahli hadits
yang mutabar tersebut masa kehidupannya jauh lebih dekat dengan masa Rasulullah
shollallaah alaih wa sallam. Coba bandingkan dengan masa kehidupan al-albani di abad 20
Masehi ini yang sangat jauh dari masa Rasulullaah shollallaah alaih wa sallam?
Dari statement singkat al-albani yang tercantum di dalam kata pengantar bukunya tersebut,
dapat disimpulkan juga bahwasanya menurut al-albani dan pengikutnya apabila sebuah

hadits tidak ada embel-embel dishahihkan oleh al-albani maka hadits tersebut diragukan
keshahihannya meskipun hadits tersebut tercantum di dalam kitab-kitab hadits tershohih
sekalipun seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim.
Kembali kepada kata pengantar dari al-albani diatas, perhatikan kalimat bergaris bawah:

,
apabila hal tersebut (komentar dariku) ada, maka barulah ia mengamalkan hadits tersebut
dan menggigit gerahamnya.
Kalimat bergaris bawah diatas akan sangat terasa rancu bagi mereka yang terbiasa dengan
bahasa arab, karena terkesan canggung dan menggelikan. Seharusnya, apabila memang alalbani adalah orang yang mumpuni di bidang hadits, tentunya beliau tidak akan
menuliskannya dengan tata bahasa yang kacau balau.
Syaikh Hasan bin Ali As-Saggaf meluruskan kalimat tersebut di dalam kitabnya
Tanaqqudhat al-Albani al-Wadhihah:

. :

Kalimat yang benar seharusnya berbunyi: Imal bihi wa adhdhu alaihi bi an-nawajidz
yang artinya: amalkanlah dan gigitlah dengan gerahammu kuat-kuat. Dan sungguh ia telah
salah di dalam mengungkapkan kalimat itu dikarenakan lemahnya ia di dalam berbahasa
arab.
Demikianlah apa adanya saya sampaikan daripada sebagian perkataan al-albani yang
tercantum di dalam kitab-kitabnya. Silakan anda membuat kesimpulan sendiri.
Tentang iklan-iklan ini

Bagikan artikel ini:

Cetak

Facebook

Twitter

Surat elektronik

Terkait
Nashiruddin al-Albani Mendhoifkan Suatu Hadits di Satu Tempat, Namun ditempat Lain
Dinyatakan Shahihdalam "Fakta Salafy Wahabi"

Imam Bukhari Rahimahullah dan Ta'wildalam "Fakta Salafy Wahabi"


Hukum Mengamalkan Hadits Dho'ifdalam "Ilmu Hadits"

Posted by jundumuhammad in Fakta Salafy Wahabi

Navigasi pos
Kebiasaan Jahiliyah dan Pesan Tambahan Nabi Shollallaah alaih wa sallam
Seri Kajian Kitab Mafahim Yajibu an Tushohhah Bagian 21

22 thoughts on Nashiruddin Al-albani, Ulama Wahhabi


yang Merasa Lebih Mengerti Ilmu Hadits daripada Imam
Bukhari, Imam Muslim dan Ulama Muhaddits Lain

1.

Abu Dzar Al Ghiffari


5 September 2011 pukul 3:00 pm

Rate This
ijin share yah.ustadz
Balas

2.

Muhammadiyah
2 Oktober 2011 pukul 8:26 am

Rate This
Ditunggu koment dari pengikut Al Albani. Jangan lama-lama ya!!!!!
Balas

Muhammad Yamin

21 Oktober 2011 pukul 1:36 pm

Rate This
silahkan ikuti dialog saya dengan jundu muhammad dibawah dengan hati
yang jernih. Blog ini telah membuat fitnahan ats beliau Rahimahullah, dengan
cara menerjemahkan tulisan beliau secara serampangan untuk mencitrakan
belia merasa lebih pintar dari pada ulama2 hadist yang terdahulu
Rahimakallahu yaa aba Abdirrahman, semoga Allah membalas kebaikanmu
atas penjagaanmu terhadap hadist2 Rasulullah
Balas

3.

Super Nova
3 Oktober 2011 pukul 2:52 pm

Rate This
ijin copas mas jundu
syukron
Balas

4.

prass
5 Oktober 2011 pukul 10:59 pm

Rate This
Alhamdulillah,nambah lagi,izin copas en sebarin ilmunya ke yg lain
thanks ustadz
Balas

5.

tgk sar
12 Oktober 2011 pukul 8:15 am

Rate This
Thanks sangat bermamfaat
Balas

6.

MUHAMMAD YAMIN
18 Oktober 2011 pukul 9:20 am

Rate This
syaikh albani jauh dari apa yang anda tuduhkan.
1. kesimpulan dan tuduhan anda kepada Syaikh bahwa beliau merasa lebih pintar dari
ulama muhadditsin dan selainnya adalah PENAFSIRAN DAN KESIMPULAN
ANDA SENDIRI dan itu menjadi urusan anda dengan syaikh nanti di hadapan Allah.
tidak satupun teks dari beliau yang mengatakan demikian.
2. ajakan untuk berpegang teguh pada sunnah yang tsabit dari Rasulullah dan
menggigit dengan gigi geraham adalah perintah dari Rasulullah, bukan karangan
syaik Al Bani Rahimahullah.
Aku berwasiat kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan mendengar serta taat
(kepada pemerintahan Islam) walaupun yang memimpin kalian adalah seorang hamba
sahaya dari negeri Habasyah. Sesungguhnya barangsiapa hidup sesudahku niscaya dia
akan melihat banyak perselisihan, maka wajib atas kalian berpegang dengan sunnahku
dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku. Berpeganglah
kalian dengannya dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu serta jauhilah oleh kalian
perkara agama yang diada-adakan karena semua yang baru dalam agama adalah
bidah dan semua bidah adalah sesat. HR Ahmad,Abu Dawud,Tirmidzi,Dzahabi dan
Hakim, disahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al jami no. 2549
3. penerjemahan anda ngawur, syaikh tidak pernah mengatakan saya. Anda sendiri
yang menambahkan kata saya untuk mengelabui pembaca.
4.Yang ikut baca hati 2 tertipu. Ingatlah bahwa daging para ulama itu beracun. jadi

jangan dighibah.
SALAM UKHUWAH UNTU SEMUA.
Balas

jundumuhammad
18 Oktober 2011 pukul 12:46 pm

Rate This
1. Dan memang demikianlah adanya pernyataan syeikh al-albani sendiri yang
menyatakan: apabila hal tersebut (komentar dariku) ada, maka barulah ia
mengamalkan hadits tersebut dan menggigit gerahamnya. Jika tidak ada
(komentar dariku), maka tinggalkanlah hadits tersebut.
Itu artinya, semua hadits yang tidak ada komentar dari al-albani maka
sebaiknya ditinggalkan. Meskipun hadits tersebut termaktub di dalam kitab
hadits paling shahih yaitu shahih al-bukhari dan muslim.
Dapat disimpulkan seperti ini pula, sebelum al-albani lahir didunia ini,
tentunya secara otomatis semua hadits khan belum ada pengesahannya dari alalbani, terus bagaimana dong kalau ada orang yang mengamalkan haditshadits tersebut? Apakah mereka semua termasuk orang yang bersalah???
2. Hadits tersebut memang benar adanya. Namun, yang menjadi pembahasan
di artikel ini adalah: Tata bahasa al-Albani yang kacau saya yakin
pernyataan beliau adalah bersumber dari hadits yang anda sebutkan diatas,
namun ditulis ulang menurut versi albani sendiri (redaksi dari albani sendiri).
Apabila memang beliau adalah seorang ahli hadits, tentunya beliau tidak akan
menulis pernyataan tersebut dalam tata bahasa yang rancu.
3. Ini saya nukilkan lagi artikel diatas:

,
,

,
,
Aku nasihatkan kepada setiap orang yang membaca buku ini atau buku yang
lainnya, untuk tidak cepat-cepat mengamalkan hadits-hadits yang tercantum di
dalam buku-buku tersebut, kecuali setelah benar-benar menelitinya. Aku telah
memudahkan jalan tersebut dengan komentar-komentar yang aku berikan atas
hadits tersebut, apabila hal tersebut (komentar dariku) ada, maka barulah ia
mengamalkan hadits tersebut dan menggigit gerahamnya. Jika tidak ada
(komentar dariku), maka tinggalkanlah hadits tersebut.
Dimana ada tulisan SAYA pada terjemahan diatas?
jadi, tidak ada dusta diantara kita ^_^
4. Apakah anda juga pernah mengucapkan kalimat anda ini ingatlah bahwa
daging para ulama itu beracun. jadi jangan dighibah kepada ulama
ahlussunnah wal jamaah semisal al-Imam an-Nawawi dan al-imam ibn Hajar
al-Asqalani yang disesatkan oleh ulama wahabi?
ataukah kalimat itu anda ucapkan hanya kepada pengkritik ulama wahabi
saja?
Balas

Muhammad Yamin
18 Oktober 2011 pukul 10:46 pm

Rate This
pertama buku Shahih al-Kalim ath-Thayyib li ibn Taimiyyah yang
ditulis oleh syaikh diatas, bukan buku tashih terhadap kitab hadist,
akan tetapi terhadap perkataan ibnu taymiyah rahimahullah

ucapan, fa maa kaana tsaabitan minhaa.anda mengartikan apabila


hal tersebut (komentar dariku) ada, sekali lagi ini hanya kesimpulan
anda. Makna sebenarnya maka apa-apa yang telah tsabit (jelas) dari
hadist2 tersebut
saya kutipkan pendapat sebagian ulama tentang syaikh al bani
rahimahullah :
Syaikh al Allaamah Abdul Muhsin bin Hamd al Abbad, pengajar
di Masjid Nabawi saat ini berkata, Syaikh al Allamah al Muhaddits
Muhammad Nashiruddin al Albani. Saya tidak menjumpai orang pada
abad ini yang menandingi kedalaman penelitian haditsnya (Rifqan
Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah hal. 35-36)
Syaikh al Muhaddits Abdush Shamad Syarafuddin, pengedit Kitab
Sunan Kubra karya Imam an Nasai telah menulis surat kepada al
Albani rahimahullah sebagai berikut, Telah sampai sepucuk surat
kepada Syaikh Ubaidullah ar Rahmani, ketua Jamiah as Salafiyah
dan penulis Miraah al Mafaatih Syarah Misykah al Mashahib sebuah
pertanyaan dari lembaga fatwa Riyadh Saudi Arabia tentang hadits
yang sangat aneh lafaznya, agung maknanya dan memiliki korelasi erat
dengan zaman kita. Maka, seluruh ulama di sini semua bersepakat
untuk mengajukan pertanyaan tersebut kepada seorang ahli hadits yang
paling besar abad ini, yaitu Syaikh al Albani rahimahullah, alim
Rabbani (Hayatul Albani I/67, Majalah at Tauhid, Mesir th. 28 Edisi
8/Syaban/th. 1420 H, hal. 45)
-ucapan pendekar hadits asal India kelahiran Uttar Pradesh Dr.
Muhammad al Mushthafa al Azhami, Bila Syaikh (al Albani) berbeda
hukum denganku dalam masalah shahih dan dhaifnya hadits, maka
saya menetapkan pendapatnya, karena saya percaya kepadanya, baik
dari segi ilmu dan agama (Muqadimah Dr. Musthafa al Azhami
dalam Shahiih Ibni Khuzaimah I/6, 32)
Syaikh Dr. Bakr bin Abdillah Abu Zaid, anggota komisi fatwa Saudi
Arabia mengatakan dalam membantah ucapan Muhammad Ali ash
Shabuni, Ini merupakan kejahilan yang sangat dan pelecehan yang
keterlaluan, karena kehebatan ilmu al Albani dan perjuangannya
membela sunnah dan aqidah salaf sangat populer dalam hati para ahli
imu. Tidak ada yang mengingkari hal itu kecuali musuh yang jahil (at
Tahdzir min Mukhtasharat as Shabuni fi Tafsir hal. 41)
Bila para ulama yang ngerti hadist dan faham ilmu mustolahul hadist
saja berkata seperti diatas, saya kira anda harus berfikir ulang dan
melihat kapasitas diri sendiri
Ucapan Hasan saqqof (kurang lebih semisal anda):Tidak samar lagi
bahwa Syaikh (al Albani) menanggap bahwa dirinya adalah satusatunya ulama masa kini, seluruh ucapannya tidak boleh dikritik dan
dia merasa lebih unggul daripada ulama terdahulu dalam mendapati
tambahan-tambahan lafazh hadits

Syaikh al Albani sendiri tidak berkomentar apa-apa atas tuduhan si


Saqqaf ini kecuali hanya mengatakan seraya mengutip firman Allah
Taala,
Maha Suci Engkau, ini adalah dusta yang besar (QS. An Nur : 16).
ayat inipun seperrtinya cocok buat anda.
sekali lagi tuduhan anda bahwa syaikh merasa lebih mngetahui ttg
hadist daripada ulama hadist yang lain itu hanya lontaran anda.
Kepada imam an nawawi dan al hafiz ibnu hajar rahimahumallah,
maka tidak ada yang mengingkari bahwa keduanya adalah ulama
ahlussunnah. Kendati demikian keduanya jg tdk terlepas dari
kekurangan sebagaimana ulama2 lainnya dan selama ini tidak ada
ulama yang menyesatkan keduanya. wallahu alam..
Balas

jundumuhammad
19 Oktober 2011 pukul 5:57 am

Rate This
Kalimat ada kaitan dengan kalimat
sebelumnya, yaitu ,
maknanya: Aku telah memudahkan jalan tersebut dengan
komentar-komentar yang aku berikan atas hadits tersebut, inti
pembicaraan pada kalimat beliau adalah adanya taliq (catatancatatan atau komentar-komentar) dari beliau atas hadits-hadits.
Dan tentunya yang dimaksud TSABIT oleh beliau adalah
hadits-hadits yang sudah beliau beri komentar (taliq). Nah,
yang menjadi masalah adalah, beliau bukan termasuk
muhaddits (hanya orang-orang wahabi saja yang menganggap
beliau muhaddits) dan bertindak mentashhih dan mentadhif
hadits-hadits secara serampangan, dan hal ini adalah fakta
bukan tuduhan serta fitnah belaka, karena banyak sekali beliau
kontradiksi di dalam mentashhih dan mentadhif satu hadits

dengan hadits lainnya, di satu sisi beliau mendhaifkan perawi


sebuah hadits namun di sisi lain beliau justru menshahihkan
perawi yang sama. Sebagian kecil dari keluputan beliau dapat
disimak pada artikel saya ini:
https://jundumuhammad.wordpress.com/2011/09/04/nashiruddi
n-al-albani-kontradiktif-di-dalam-menetapkan-status-hukumperawi/
untuk ayat yang anda kutip sejatinya tidak tepat digunakan
untuk membela albani, karena ini bukan tuduhan dan dusta,
tetapi fakta dapat dicek langsung di kitab-kitab karya beliau.
Anda menuliskan: dan selama ini tidak ada ulama yang
menyesatkan keduanya.
Mari kita lihat fakta ini,
Muhammad ibn Shalih al-Utsaimin, salah seorang
pendakwah ajaran Wahhabi terdepan, dalam salah satu
bukunya berjudul Liqa al-Bab al-Maftuh menuliskan
sebagai berikut:
Soal: Apakah Ibn Hajar al-Asqalani dan an-Nawawi
dari golongan Ahlussunnah atau bukan?.
Jawab (Utsaimin): Dilihat dari metode keduanya
dalam menetapkan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah
maka keduanya bukan dari golongan Ahlussunnah.
Soal: Apakah kita mengatakan secara mutlak bahwa
keduanya bukan dari golongan Ahlussunnah?.
Jawab: Kita tidak memutlakan (Lihat buku dengan
judul Liqa al-Bab al-Maftuh, cet. Dar al-Wathan,
Riyadl, 1414 H, h. 42).
(artikel selengkapnya dapat dilihat di
https://jundumuhammad.wordpress.com/2011/02/22/ba
hkan-imam-ahlussunnah-terkemuka-sekelas-ibn-hajaral-asqalani-dituduh-sesat-pelaku-bidah-oleh-kaumwahabi-naudzu-billah/)
Kalau imam an-Nawawi dan imam ibn Hajar al-Asqalani
dinyatakan bukan termasuk ahlussunnah, bukankah itu artinya
keduanya dianggap sebagai orang yang sesat???
Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah.
Balas

Muhammad Yamin
19 Oktober 2011 pukul 12:43 pm

Rate This
1. Saudaraku, perbaiki terjemahannya:
Aku nasihatkan kepada setiap orang yang membaca
buku ini atau buku yang lainnya, untuk tidak cepatcepat mengamalkan hadits-hadits yang tercantum di
dalam buku-buku tersebut, kecuali setelah benar-benar
menelitinya. Kami telah memudahkan jalan tersebut
dengan komentar-komentar yang kami berikan atas
hadits-hadits tersebut, dan apa-apa yang telah tsabit
(dari Rasulullah Shalallahu alayhi wa sallam) dari
hadits-hadits tersebut, maka barulah ia mengamalkan
hadits tersebut dan menggigit gerahamnya. Jika tidak
(tidak tsabit), maka hendaklah meninggalkannya (hadits
tidak tsabit tersebut).
Ucapan kami telah memudahkan jalan tersebut dengan
komentar-komentar yang kami berikan atas hadist
tersebut, maka tidak ada kesalahan didalamnya
karena beliau memang dalam kapasitas sebagai peneliti
hadist. Hadist-hadits yang dimuat dalam buku tersebut
tidak semuanya dipastikan shahih, periwayatnya bukan
cuma imam bukhari dan muslim tetapi perawi-perawi
yang lain juga yang bisa saja dalam periwayatannya
mengandung kelemahan. sebaiknya anda membaca
buku-buku hadist karangan syaikh al-bani rahimahullah
agar anda mengetahui bahwa jaar wat tadiil yang beliau
lakukan terhadap rijal hadits itu bukan atas pendapat
beliau sendiri tapi dengan mengutip pendapat
muhaddits-muhaddits sebelumnya.
2.Ucapan beliau apa -apa yang telah tsabit darinya,
maksudnya adalah apa2 yang telah tsabit dari
Rasulullah, bukan seperti yang anda mau dengan
penerjemahan anda yang terkesan dipaksakan untuk
mengarahkan opini pembaca bahwa beliau mentazkiyah
diri beliau sendiri. Ittaqillah!!!
3. Perkataan anda Nah, yang menjadi masalah adalah,
beliau bukan termasuk muhaddits (hanya orang-orang

wahabi saja yang menganggap beliau muhaddits).


Sebenarnya untuk menanggapi ini saya merasa malas.
Ucapan anda ini rasanya menggelitik hati orang2 yang
berfikir. Setelah saya menuliskan beberapa
pendapat/pujian ulama tentang syaikh dalam masalah
hadist, yang mana mereka2 ini adalah orang2 yang
punya ilmu agama yang baik, lalu datang orang seperti
anda yang berkomentar sebaliknya. nih pendapat syaikh
yusuf qordawi hafidzahullah Syaikh al-Albani
menurut pandangan saya- adalah seorang ulama
termasyhur pada zaman kita, khususnya mengenai
takhrij, tautsiq, dan tadhif
4. Masalah kontradiksi beliau dalam mengomentari
sebuah hadist, maka kami tidak menutup kemungkinan
akan hal itu.BISA SAJA BELIAU SALAH KARENA
BELIAU ADALAH MANUSIA BIASA. Yang saya
khawatirkan adalah anda salah dalam menganalisa
tulisan beliau. Maka sebaiknya antum membaca
kembali tulisan beliau dengan cermat dan hati yang
bersih. karena boleh jadi anda yang salah paham. Nih,
saya Kutipkan Perkataan Syaikh Yusuf Qordawi tentang
masalah ini Kadang-kadang Syaikh al-Albani
melemahkan suatu hadits dengan lafal tertentu, tetapi
maknanya shahih atau hasan dengan menggunakan lafal
lain, atau yang diriwayatkan oelh mukharrij lain, atau
dari sahabat lain. Hal ini kadang-kadang diisyaratkan
oleh Syaikh al-Albani sehingga pembaca dapat
mengetahuinya, tetapi kadang-kadang tidak
ditunjukkannya. Misalnya hadits nomor 347 (dalam
Ghayatul Maram) yang menceritakan bahwa Nabi saw
meminta perlindungan kepada Allah dari utang seraya
berdoa
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari lilitan utang dan tekanan orang lain.
Syaikh al-Albani menilai hadits ini lemah, dari hadits
Abu Said al-Khudri yang diriwayatkan oleh Abu Daud.
Orang yang berhenti pada kata-kata dhaif dalam
takhrij Syaikh al-Albani, akan mengira bahwa
penetapan Syaikh al-Albani ini sudah final, padahal
pada bagian akhirnya beliau mengingatkan bahwa
hadits tersebut adalah shahih, diriwayatkan oleh
Bukhari dari Anas dengan susunan redaksional yang
berbeda, kata Anas: Saya sering mendengar Rasulullah
saw membaca doa ini:
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari kesusahan dan kesedihan.

Dalam men-takhrij hadits ini beliau berkata, Dhaif.


Kemudian beliau menjelaskan bahwa hadits ini shahih
menurut riwayat Bukhari, bukan dari riwayat Abu
Daud. Dan hadits ini merupakan bagian dari hadits di
atas.
5. Ketika mengomentari Fatwa syaikh Utsaimin Tentang
Imam An Nawawi dan Ibnu Hajar Al Asqolani
Rahimahumallah, semakin menunjukkan bahwa
sebenarnya anda tidak mampu memahami perkataan
ulama (setidaknya dalam hal ini), meskipun sudah
terjemahan .
Yang beliau maksud dengan, Dilihat dari metode
keduanya dalam menetapkan Nama-Nama dan SifatSifat Allah maka keduanya bukan dari golongan
Ahlussunnah, maksudnya hanya dalam metode
menetapkan nama2 dan sifat2 Allah, karena Ibnu hajar
Rahimahullah misalnya melakukan tawil dalam
masalam asma wa sifat. Dan ini(tawil) bukan manhaj
ahlussunnah. Akan tetapi bukan berarti syaikh Utsaimin
Rahimahullah mengeluarkan apalagi meyesatkan
keduanya dari barisan Ulama Ahlussunnah. Perhatikan
dialog selanjutnya yang anda tulis sendiri
Soal: Apakah kita mengatakan secara mutlak bahwa
keduanya bukan dari golongan Ahlussunnah?.
Jawab (syaikh utsaimin): Kita tidak memutlakan
Unilah manhaj Muazanah (saya harap anda tidak lagi
bertanya apa itu manhaj Muwazanah.), sehingga kita
bisa menilai seseorang itu dengan adil. Saudaraku,
seandainya anda mau mengkaji manhaj salaf ini dengan
baik, maka anda akan tau bahwa betapa manhaj salah
sangat menghargai para ulama, termasuk Imam An
Nawawi dan Ibnu Hajar, kendatipun kami tidak seperti
kelompok lain yang MENGKULTUSKAN selain
Rasulullah sallallahualayhi wa sallam.
Terakhir, sikap wara sangat dibutuhkan ketika kita
berbicara tentang agama ini. Jangan sampai karena
kesalahan kita sehingga mengundang orang lain untuk
terjatuh juga dalam lubang yang sama (lihat komentar2
orang pada tulisan anda) dan menyangka ini sebagai
sebuah kebenaran.
Balas

jundumuhammad
20 Oktober 2011 pukul 6:08 am

Rate This
1. memang demikianlah mafhum dari
pernyataan albani tersebut, siapapun yang
membaca pernyataan beliau akan berkesimpulan
bahwasanya suatu hadits itu dianggap TSABIT
jika sudah diberi taliq oleh albani, artinya jika
sudah ada komentar dishahihkan oleh albani,
maka gigitlah dengan gerahammu, dan jika tidak
ada komentar dishahihkan oleh albani maka
tinggalkanlah hadits tersebut.
2. nah, yang dimaksud TSABIT oleh albani
adalah jika sudah ada stempel dishahihkan oleh
albani
3. tentang ulama-ulama yang memuji albani, ada
nama yang anda sebutkan yaitu Prof. Dr.
Muhammad Musthafa Azami yang dari India,
anda menuliskan sebagai berikut:
-ucapan pendekar hadits asal India
kelahiran Uttar Pradesh Dr. Muhammad
al Mushthafa al Azhami, Bila Syaikh
(al Albani) berbeda hukum denganku
dalam masalah shahih dan dhaifnya
hadits, maka saya menetapkan
pendapatnya, karena saya percaya
kepadanya, baik dari segi ilmu dan
agama (Muqadimah Dr. Musthafa al
Azhami dalam Shahiih Ibni Khuzaimah
I/6, 32)

Ternyata apa yang anda nukil itu sudah diralat


oleh beliau. Justru beliau termasuk ulama
wahabi yang sudah tidak percaya lagi dengan
kapasitas ilmu hadits al-albani ^_^
Tetapi itu dahulu, sekarang sudah
berubah. Ketika ditanya tentang
pendapat al-albani yang fatal tentang
shalat tarawih lebih dari 11 rakaat
hukumnya sama seperti melebihkan
shalat dzuhur jadi lima rakaat, Syaikh
Azami membantahnya, Itu salah! Mana
mungkin? para Shahabat Nabi
Shollallaahu alaihi wa sallam semuanya
shalat tarawih 20 rakaat!
(Ini adalah dialog Prof. KH. Ali
Musthafa Yaqub, M.A. dengan gurunya
Syaikh Azami di Riyadh melalu itelepon
pada hari Selasa, 22 April 2003 jam
22.00. Lihat: Prof. KH. Ali Musthafa
Yaqub, M.A.: Hadis-hadis Palsu Seputar
Ramadhan, Pustaka Firdaus, Jakarta
2006, h. 127)
4. Bagaimana kalau kesalahan di dalam menilai
hadits dan perawi hadits itu dilakukan ribuan
kali?
5. Perlu diingat, istilah Ahlussunnah itu adalah
istilah dalam bidang Aqidah. Kalau di bidang
Aqidah seseorang dinyatakan BUKAN
TERMASUK AHLUSSUNNAH itu artinya
aqidahnya Sesat,. Nah, kalau imam Nawawi
dan ibn Hajar al-Asqalani saja disebutkan
sebagai BUKAN AHLUSSUNNAH maka
kenapa mereka kaum wahhabiyyah mengambil
ilmu dari orang-orang yang aqidahnya BUKAN
AHLUSSUNNAH ?
Balas

7.

prass
18 Oktober 2011 pukul 3:55 pm

Rate This
@m.yamin
tunjukkan jika ente benar donk,..jangan omong doank,
Balas

Muhammad Yamin

19 Oktober 2011 pukul 8:02 pm

Rate This
Maafyang komentarnya ga ilmiah dilarang komenhehehehe(bcanda)
Balas

prass
20 Oktober 2011 pukul 2:11 am

Rate This
@m.yamin
sekedar share
pemahaman ane
why,jika
ada 4 org bermetode,..
metode a dianggap ahlusunnah, (iT,iQ)
metode b bukan ahlusunnah,(iH, iN)
lalu pertanyaansiapakah yg di anggap ahlusunnah..?
Apakah Ibn Hajar al-Asqalani dan an-Nawawi dari golongan
Ahlussunnah atau bukan?.
Jawab (Utsaimin): Dilihat dari metode keduanya dalam menetapkan
Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah maka keduanya bukan dari golongan
Ahlussunnah.
maaf mas yamin bagi ane sih.jelas sudah tak usah ada penjelasan
lainnya dah jelaswalaupun ada tambahan..dialog yg jika mas cermati
si penanya sudah tahu maksud syeh dlm lanjutan dialog.Apakah
kita mengatakan secara mutlak bahwa keduanya bukan dari golongan
Ahlussunnah?.
moga2 Allah mau memaafkan kesalahan hamba2 Nya.amiin
Balas

8.

Muhammad Yamin
22 Oktober 2011 pukul 8:11 am

Rate This

Bismillah.
tambahan catatan untuk artikel ini & penulisnya :
1. Penulisnya (apakah karena sengaja atau karena pengetahuan bahasa arab yang paspasan) telah menerjemahkan tulisan syaikh Albani Rahimahullah dalam kitab beliau
Shahih al-Kalim ath-Thayyib li ibn Taimiyyah yang tercantum di halaman 16, cetakan
ke-1 tahun 1390 (sesuai kutipan penulis) sehingga arti yang dimuat tidak sesuai
dengan keinginan syaikh dalam buku tersebut (lihat terjemahan dari penulis blog, lalu
bandingkan dengan terjemahan versi saya yang saya tulis dalam komentar
sebelumnya).
Saya menganggap, komentar bantahan saya di atas dalam artikel ini setidaknya telah
menyingkap keteledoran (itu kalau ini bukan kesengajaan) penulis.
2.Penulis dalam blog ini tidak bisa memahami perkataan para ulama sehingga selalu
salah dalam memahami dan salah dalam menempatkan perkataan ulama tersebut
sebagai hujjah. (Lihat uraiannya tentang fatwah syaikh utsaimin tentang imam an
nawawi dan ibnu hajar rahimahumallah, juga tentang syaikh azami), silahkan lihat
bantahannya dalam komentar saya sebelumnya atas keteledoran penulis dalam blog
ini tentang masalah ini.
Ditambahnya kurangnya rasa wara dalam berbicara mengenai agama.
3. Hakikatnya, Penulis dalam blog ini TIDAK memahami hakikat AHLUSSUNNAH
WAL JAMAAH sehingga membatasinya hanya pada perkara Aqidah saja. Padahal
Manhaj ASWAJA mencakup semua urusan dalam agama ini. Secara pribadi saya
meragukan kapasitasnya untuk berbicara tentang manhaj yang mulia ini.
4. Tuduhan bahwa syaikh Albani lemah dalam memahami bahasa arab sangat lucu
menurut saya. Kesalahn dalam teks bisa saja karena kesalahan dalam pencetakan oleh
penerbit buku, dan ini sering terjadi. Hanya saja penuli dalam blog ini seolah menutup
mata akan kemungkinan itu dan dengan terburu-buru melemparkan tuduhan kepada
syaikh rahimahullah. Melihat kualitas tulisannya dalam blog ini, rasanya tidak pantas
mengomentari ulama sekelas syaikh Al Bani.
5. Pesan saya bagi siapapun yang membaca blog ini saya harap untuk berhati-hati.
Jangan terbawa arus. Agama ini bukan sebatas kehidupan dunia akan tetapi menjadi
bekal sampai di jannah Allah Subhanahu Wa Taala. Salah dalam memahami
menyebabkan kita salah dalam beramal dan berkeyakinan.
6. Oh yah. saya sudah men-download buku pintar anda dengan judul Buku Pintar
Berdebat dengan Wahhabi . Saya menyarankan agar tidak menggunakannya ketika
berdebat dengan Asatizah Ahlussunnah, karena hanya akan menjadi bumerang bagi
anda dan yang sepaham dengan anda. Sebagai contoh ; Kisah pertama yang diangkat
mengenai dialog antara syaihk as sadi rahimahullah dan sayyid alwiy al maliki.Kisah
ini katanya adalah kisah yang dituturkan oleh syaikh abdul Fattah Rawwa. Perlu
anda ketahui bahwa putra beliau beliau di makkah telah memberikan kesaksian atas
kepalsuan kisah yang disandarkan kepada ayahnya ini.
Ini hanya sebagai contoh.maka, SAYA HERAN, untuk kesekian kalinya kalian
terlalu berani menyandarkan sesuatu kepada ulama apa yang mereka terlepas darinya.
Naudzu billah.

7. Sekian komentar saya untuk artikel ini, semoga Allah menjadikan ini manfaat bagi
saya dan kita semua. Semoga Allah mengampuni saya atas berbagai kekurang dan bila
ada kesalahanAssalamu alaykum.
Bumi Allah, 22 Oktober 2011
Akhukum, Muhammad Yamin.
Balas

9.

ABDUN BATAM
26 Oktober 2011 pukul 7:39 am

Rate This
salam alaikum buat muslim indonesialam kum buat pa yamin and corporation.pa
yamin bilang tidak kultus tapi trnyata beliau kultus sama ulama majlub albani.wong
sdh jelas bhsa arab albani di judul ini blepotan kukuh saja di bela.
Balas

Muhammad Yamin
27 Oktober 2011 pukul 7:34 pm

Rate This
Kalimat wa adhdhu alaihi bi an-nawajidz.yang dianggap salah dalam
tulisan Syaikh diatas, mari kita lihat :
Perhatikan teks buku syaikh yang di-SCAN pada artikel diatas. Ternyata
Syaikh Albani sudah benar dalam bahasanya. Akan tetapi Jundu Muhammad
kemudian menulis ulang dengan menghilangkan harfu aj jaar bi sehingga
bunyinya menjadi
-wa adhdhu alaihi..an-nawajidz. (bukan..bi an-nawajidz)
SUBHANALLAH.Kedustaan apa yang engkau buat ini wahai yang
mengaku sebagai Jundu Muhammad.
Tolong Yang lain Komentar, setelah membandingkan scan Kitab Syaikh Al
bani diatas dengan yang ditulis ulang oleh jundu muhammad ini.
Balas

Muhammad Yamin

2 November 2011 pukul 10:37 am

Rate This
Alhamdulillah.sudah diperbaiki. Ittaqillah!!!!
Balas

Mahmud Ridho
5 November 2011 pukul 5:57 pm

Rate This
antum kurang teliti membaca tulisan ustadz jundu.
perhatikan teks yang di scan:
,
permasalahan bukan pada ada atau tidaknya huruf jer akan tetapi
pada teks
dan kalau kita baca secara lengkap artikel diatas, bahwasanya
perkataan syaikh albani ini sudah dibantu untuk dibenarkan oleh syekh
hasan as-saqofi dengan kalimat: ( kalimat ini
dalam bentuk fiil amr bukan fiil madhi seperti yang ditulis syeikh
albani)
dan mengenai terjemahan, kalau ana perhatikan antum termasuk orang
yang tekstualis. bahkan, secara tekstualis dari terjemahan antum pun
dapat dipahami bahwa sebuah hadits itu dinyatakan tsabit kepada
Rasulullah SAW setelah adanya penelitian dari Syeikh Albani. Dan
seperti yang dikatakan oleh ustadz jundu, bahwa kapasitas keilmuan
albani di bidang hadits sangat diragukan, dikarenakan banyak sekali
syeikh albani salah dan kontradiksi di dalam menetapkan status hadits
(dan menurut syeikh hasan as-saqofi disebutkan bahwa syeikh albani
telah salah dan kontradiktif tidak kurang dari 1200 kesalahan di dalam
menetapkan status hadits), dan disamping itu pula ada karakter buruk
dari syeikh albani yang suka mencaci ulama (ana baca dari artikel ini
https://jundumuhammad.wordpress.com/2011/10/27/nashiruddin-alalbani-menghina-ulama-sekelas-al-imaas-suyuthi-rahimahullaah/)
kemudian berkaitan dengan pernyataan syeikh utsaimin yang
menyatakan bahwa imam ibn Hajar dan imam nawawi di dalam aqidah
bukan termasuk ahlussunnah wal jamaah adalah sebuah masalah yang
sangat besar. secara langsung beliau sudah menyatakan bahwa aqidah
imam ibn hajar dan imam nawawi aqidahnya sesat, dan ini sangat fatal
akibatnya, karena ini sama saja melakukan pentakfiran kepada imam
yang sudah diakui kapasitas keilmuannya.
Balas

10.

Muhammad Yamin
27 Oktober 2011 pukul 7:16 pm

Rate This
buat HAMBA BATAM (soalnya namanya abdun batam):
Komentar menunjukkan kualitas. Ada baiknya, anda membantu penulis artikel ini
untuk menjawab komentar2 saya, daripada komentar ga jelas(hehehehemaaf
yaa).
Ohyah, anak-anak PAUD dekat rumah ane dah pada fasih tuh ngucapin assalamu
alaykum. Koq anda ngucapin salamnya belepotan gitu..???
Balas

11.

firza
11 Maret 2015 pukul 9:28 am

Rate This
@yamin : ente itu super duper gueblok,,menterjemahkan aja gak becus,,liat kalimat
sebelumnya ,,,apa ada kaitan atau nggak,,,goblok ente itu,,,sana belajar lagi cara
menterjemahkan pada sang tukang reparasi jam

Balas

Tinggalkan Balasan

Jundu Muhammad

Hanya catatan-catatan dari seorang awam Pengagum dan Pecinta Baginda Rasulullah Shollallaah
'alaih wa sallam, ahlul bait dzurriyyahnya, dan Ulama'-ulama' Ahlussunnah Wal Jama'ah

Kitab Dafu Syubh


Baca Terjemah Kitab Daf'u Syubh at-Tasybih bi-Akaff at-Tanzih, karya
Al-Hafidz Abul Faraj Ibnul al-Jauzi al-Hanbali Rahimahullaah.
Kitab ini membahas tuntas tentang permasalahan Kesesatan Aqidah Tasybih

Daftar Isi
Klik disini untuk melihat keseluruhan artikel di blog ini

Tukar Link
<a href="https://jundumuh

Statistik Blog

728,197 kunjungan

Kategori

'Amaliyah (28)

'Uluum al-Qur'an (1)

Ahlussunnah Wal Jama'ah (4)

Aqidah Ahlussunnah (6)

Ceramah Ahlussunnah (3)

Cerpen Sang Guru Sufi (2)

Fakta Salafy Wahabi (40)

Falak (1)

Ilmu Hadits (2)

Kemuliaan Rasulullah (3)

Kitab Maulid (2)

Mafahim Yajibu an Tushohhah (27)

Manakib / Biografi Ulama (7)

Pembahasan Bid'ah (3)

Sholat Seperti Nabi (9)

Tata Hatimu (6)

Uncategorized (2)

Arsip

Mei 2016 (1)

Oktober 2015 (1)

Maret 2015 (1)

Februari 2015 (1)

Januari 2015 (1)

November 2014 (1)

Maret 2012 (1)

Februari 2012 (5)

Januari 2012 (5)

Desember 2011 (5)

Oktober 2011 (7)

September 2011 (5)

Agustus 2011 (8)

Juli 2011 (5)

Juni 2011 (4)

Mei 2011 (14)

April 2011 (16)

Maret 2011 (26)

Februari 2011 (16)

September 2010 (3)

Artikel Terbaru

Peringatan Isra dan Miraj di Mata Ulama Wahabi

Download Aplikasi Android Kitab Maulid Simtud Durar (Maulid Habsyi) Terbaru

Nazhom Sifat Dua Puluh dalam Bahasa Indonesia

Ceramah Habib Thohir Al-Kaaf Waktu Haul Al-Habib Ali Al-Habsyi di Masjid
Riyadh Solo 11 Februari 2015

Sholahuddin al-Ayyubi, Sang Panglima Perang Bermadzhab asy-Syafiiyyah alAsyariyyah dan Bertasawwuf

Menurut Majelis Tafsir Al-Quran (MTA): Diperbolehkan Sholat Jumat Sendirian

Tata Cara Sholat Sebagaimana Diajarkan Nabi Shollallaahu alaihi Wa Sallam


Bagian 09

Tata Cara Sholat Sebagaimana Diajarkan Nabi Shollallaahu alaihi Wa Sallam


Bagian 08

Tata Cara Sholat Sebagaimana Diajarkan Nabi Shollallaahu alaihi Wa Sallam


Bagian 07

Tata Cara Sholat Sebagaimana Diajarkan Nabi Shollallaahu alaihi Wa Sallam


Bagian 06

Tegur Sapa
Pemuda Desa di Pemalsuan Kitab Al-Ibanah Imam
budi di Bab Ziarah dan Penjelasan Meng
Pemuda Desa di Debat Terbuka Ahlussunnah vs S
Pemuda Desa di Debat Terbuka Ahlussunnah vs S
Engkir Sukirman di Bidah Hasanah dan Daliln
PUTRACAE di Dalil-dalil Diperbolehkannya B
abu sofyan di Bidah Hasanah dan Daliln
abu sofyan di Bidah Hasanah dan Daliln
al hadi di Hukum Selamatan Hari ke-3, 7,
Pemuda Desa di Bab Ziarah dan Penjelasan Meng
pontya di Siapakah Ahlul Bidah Dh
iis di Tata Cara Sholat Sebagaimana D
A Edy Hidayat Nurjam di Tata Cara Sholat Sebagaimana D
adjabbarl di Dalil-dalil Diperbolehkannya B
dika di Menurut Majelis Tafsir Al-Qur

Statistik

Berlangganan RSS
RSS - Pos
RSS - Komentar

Tag Cloud
3 fase pemikiran abu hasan al asy'ari

ahlussunnah ahlussunnah wal jamaah al-asy'ari al-fatawi al-kubra al-fiqhiyyah

al-ibanah al-imam al-luma' al-utsaimin al fatihah al imam al ghazali al jannah Aplikasi Android Aqidah Aqidah Rasulullah Aqidah
Salaf Aqidah Sunni bani adam
imam al ghazali

bid'ah debat Do'a Drs. Ahmad Sukina hadits dhoif ibn baz ibn Hajar al-Haitami ibn qayyim aljauzi

Imam Bukhari Isra' isu wahabi kajian Kaum Musyabbih kitab Kitab Maulid Simtud Durar

Yajibu an Tushohhah
Meluruskan MTA menurut Mi'raj

Mafahim

Majelis Tafsir Al-Qur'an maulid Maulid Habsyi Maulid Habsyi Android

muhammad ibn abdul wahhab Mujassim musyrik neraka pemalsuan Salafy Salah

Sayyid asy-Syaich Muhammad Alwi Al


Maliki Al Hasani Al Makki sesat Shohihul Bukhori Sholat Seperti Nabi
Kaprah Sayyi

20

Sifat dua puluh Sifat Sholat Nabi Sifat Sholat Nabi SAW Simtud Durar Android syirik tabarruk tata

tawassul tinjauan ulama

Ulama' Ahlussunnah

Sifat

cara sholat

Wahabi ziarah ke makam orang sholih

Terima Kasih
Terima kasih telah berkunjung. Mohon maaf apabila terlambat atau terlewat menjawab
komentarnya.
Lain kali mampir lagi ya?

Sudah Berkunjung

Klik tertinggi

allshared.site90.com/webd

mediafire.com/download/28

jundumuhammad.wordpress.c

pemudade.wordpress.com

jundumuhammad.files.wordp

jundumuhammad.wordpress.c

allshared.site90.com/webd

kios.majelisrasulullah.or

Top Posts & Halaman

Tata Cara Sholat Sebagaimana Diajarkan Nabi Shollallaahu alaihi Wa Sallam Bagian
01

Hukum Selamatan Hari ke-3, 7, 40, 100, Setahun, dan 1000

Bidah Hasanah dan Dalilnya

Mengucapkan Sayyidinaa Ketika Menyebut Nama Rasulullah Shollallaah 'alaih wa


sallam

Bacaan Sirr (Pelan) Saat Shalat Wajib Terdengar Oleh Diri Sendiri dengan
Menggerakkan Bibir dan Lidah

Debat Terbuka Ahlussunnah vs Salafy Wahabi: Apakah Allah berada di Langit?

Dalil-dalil Diperbolehkannya Berdzikir secara Jahr dan Secara Berjamaah

Tata Cara Sholat Sebagaimana Diajarkan Nabi Shollallaahu alaihi Wa Sallam Bagian
04

Download MP3

Peringatan Isra' dan Mi'raj di Mata Ulama Wahabi

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | Tema Splendio.


Ikuti

Ikuti Jundu Muhammad


Kirimkan setiap pos baru ke Kotak Masuk Anda.

Bergabunglah dengan 81 pengikut lainnya


Buat situs dengan WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai