Anda di halaman 1dari 217

Kun salafiyyan ‘alal jaddah

Materi26

Bolehnya Menyandarkan Diri Kepada Salaf dan Bergelar Dengan Salafiyyah (lanjutan)

Menyandarkan Diri Kepada Salaf Dan Bergelar Salafiyah

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Para Ikhwah dan juga Akhawat, Koordinator, para Musyrifin, para Musyrifat, para Admin yang
dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan kitab “Kun Salafiyyan ‘Alā Al-Jāddah” (Jadilah Seorang Salafi yang Sejati)
yang ditulis oleh guru kami yang mulia, Fadhillatul Syaikh DR. Prof. Dr. Abdussalām bin Sālim bin
Rajā’ As Suhaimī Hafidzhahullāhu Ta'ālā.

Masih kita mengambil faedah dan membaca dari penjelasan beliau tentang bolehnya menisbatkan
diri kepada Salaf, dan mengatakan bahwasanya seseorang adalah seorang Salafi, menyandarkan
dirinya kepada para Salaf.

Setelah sebelumnya kita menyebutkan ucapan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang bolehnya
seseorang menisbatkan dirinya kepada manhaj salaf, dan bahwasanya madzhab salaf adalah sebuah
kebenaran saja .

Beliau mengatakan:

َ ‫َفِٕانَّ َم ْذ َه‬
ً ‫ب ال َّسلَفِ اَل َي ُك ْو َن ِٕااَّل َح َّقا‬
"Karena sesungguhnya mazhab Salaf, tidaklah kecuali dia adalah sebuah kebenaran."

Kemudian kita lanjutkan, beliau menukil setelahnya ucapan dari as-Sam'ani di dalam kitab beliau Al-
Ansaab jilid yang ke- 3 halaman 273.

Di dalam kitab ini beliau mengatakan:

‫ منهم‬.‫ هذه النسبة إلى السلف وانتحال مذاهبهم على ما سُعمت منهم َٔاو سمعت‬- ‫ والالم وفي آخرها فاء‬،‫ِّين‬
ِ ‫اَل َّسلَفِيُ ِب َف ْت ِح الس‬

"As-Salafi dengan memfathahkan sin ‫ س‬dan juga lam ‫ ل‬dan di akhirnya ada fa ‫ ف‬, maka nisbah ini
yaitu seseorang mengatakan As-Salafi, nisbah ini adalah kepada Salaf. ‫ هذه النسبة إلى السلف‬penyandaran
ini adalah kepada para Salaf dan mengikuti madzhab mereka, atas apa yang didengar dari mereka."

Maksudnya adalah berdasarkan ilmu yang didengar dari mereka.

Ini adalah penjelasan dari seorang as-Sam'ani dan beliau termasuk ulama zaman dahulu.

Menjelaskan di dalam kitab beliau ini tentang penisbatan seseorang kepada para Salaf. Ini
menunjukkan bahwa istilah ini adalah istilah yang sudah lama, bukan sesuatu istilah yang baru dan
tidak diketahui kecuali di zaman ini. Tidak!!

Kemudian juga beliau mendatangkan ucapan Ibnul Atsir.

‫َو َقا َل ابْنُ أَاْلثِير عقب كالم السمعاني السابق‬

Berkata Ibnul Atsir setelah ucapan as-Sam'ani yang telah berlalu.

Beliau mengatakan:

‫وعرف به جماعة‬

Ibnul Atsir, beliau mengatakan

‫وعرف به جماعة‬
Dan dikenal dengannya beberapa orang. Yaitu dikenal dan populer, dikatakan sebagai seorang Salafi
beberapa orang.

Dan ini menunjukkan, pertama tentang bolehnya mengatakan seseorang adalah salafi, kemudian
yang kedua bahwasanya ini adalah istilah yang sudah sejak zaman dahulu.

Di sini dikatakan ‫ جماعة‬beberapa orang, karena mungkin di zaman itu, yaitu di zaman Ibnul Atsir dan
yang sebelumnya, ini belum terlalu banyak pemakaiannya. Karena masih mencukupkan diri dengan
istilah yang lain. Masih mencukupkan diri dengan istilah yang lain.

‫ؤاطلق شيخ اإل سالم ابن تيمية لقب السلفية في بعض مصنفاته على ٔاول ٔىك الذين قالوا بقول السلف في الفوقية‬

Beliau mengatakan setelahnya, dan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah telah menggunakan laqab As-
Salafiyah ini di dalam sebagian kitab-kitab beliau. Dan digunakan salafiyah ini untuk sebagai gelar
bagi orang-orang yang mereka berpendapat dengan pendapat Salaf di dalam masalah al-fauqiyah.
Al-fauqiyah maksudnya adalah keyakinan bahwasanya Allah ‫ ﷻ‬berada di atas.

Beliau mengatakan, yaitu Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahwasanya mereka yang berpendapat,
bahwasanya Allah ‫ ﷻ‬di atas mereka adalah as-Salafiyun. Orang-orang yang menisbatkan diri mereka
kepada para Salaf.

Ini sekali lagi menunjukkan bahwasanya istilah ini bukan istilah yang baru.

‫وقال الذهبي رحمه هللا في السير‬

Dan berkata Adz-Dzahabi rahimahullāh di dalam kitab beliau Siyar A’lam An-Nubala (‫)سير أعالم النبالء‬
jilid yang ke-12 halaman 380.

‫فالذي يحتاج إليه الحافظ أن يكون تقيّا ذكيّا سلفيّا‬

Adz-Dzahabi murid dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam kitab beliau Siyar A’lāmi An-Nubalā’,
beliau mengatakan,
Maka yang dibutuhkan oleh seorang hāfidzh adalah hendaklah dia menjadi orang yang bertakwa,
orang yang cerdas dan beliau mengatakan Salafiyan. Dia adalah seorang yang Salafi yaitu mengikuti
madzhab As-Salaf. Ini ucapan Adz-Dzahabi.

Kemudian,

‫وقال رحمه هللا في السير‬

Beliau juga mengucapkan ucapan yang lain di dalam kitab beliau Siyar A’lāmi An-Nubalā’ dalam jilid
yang ke-16 halaman 457.

Beliau menukil dari Ad-Daruquthni,

‫ وال خاض في ذلك؛ بل كان سلفيا‬،‫ وال الجدال‬،‫لم يدخل الرجل أبدا في علم الكالم‬

Di sini Al-Imam Adz-Dzahabi menceritakan, memberikan kepada kita biografi dari Ad-Daruquthni.

Apa cerita beliau, apa kata beliau?

Bahwasanya Al-Imam Ad-Daruquthni sama sekali tidak masuk ke dalam ilmu kalam, tidak
mempelajari ilmu kalam dan juga tidak mempelajari jidal (tentang perdebatan). Dan beliau tidak
menyibukkan diri beliau di dalam permasalahan-permasalahan tersebut, yaitu ilmu kalam,
perdebatan dan seterusnya.

Tapi apa kata beliau?

‫بل كان سلفيا‬

Akan tetapi beliau adalah seorang Salafi.

Yaitu Ad-Daruquthni disifati bahwasanya beliau adalah seorang Salafi yaitu yang mengikuti madzhab
As-Salaf. Ini adalah ucapan Al-Imam Adz-Dzahabi, menunjukkan bahwasanya istilah ini bukan istilah
yang baru sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang.
‫قلت‬

Saya (Syaikh) mengatakan,

‫وفي عصر نا الحاضر أطلق هذه النسبة وهذا اللقب علماء أفاضل عرفوا بالتمسك بالسنة والذب عنها‬

Di zaman kita sekarang ini (kata Syaikh), maka gelar ini dan penyandaran ini telah digunakan oleh
para ulama yang mulia, yang mereka dikenal dengan berpegang teguhnya mereka terhadap Sunnah
dan dikenal dengan pembelaan mereka terhadap Sunnah.

)‫ هـ‬١٣٨٦ ‫كالشيخ عبدالرحمن المعلمي رحمه هللا (ت‬

Seperti Syaikh Abdurrahman Al-Mu’allimi yang meninggal pada tahun 1386 Hijriyah.

‫في كتابه القائد إلى تصحيح العقائد‬

Di dalam kitab beliau Al-Qa’id ila Tashhihil ‘Aqa’id

‫والشيخ اإلمام العالم القدوة عبدالعزيز بن عبدهللا بن باز رحمه هللا في رسالته تنبيهات هامة على ما كتبه محمد على الصابوني في‬
‫صفات هللا عزوجل‬

Demikian pula digunakan nisbah ini (laqab ini), oleh Syaikh Abdul Aziz ibnu Abdullah bin Baz (semoga
Allāh merahmati beliau) di dalam risalah beliau Tanbihat Haamah, peringatan-peringatan penting
atas apa yang ditulis oleh Muhammad ‘Ali Ash-Shabuni di dalam masalah sifat Allāh ‘Azza wa Jalla.

Jadi baik ulama zaman dahulu maupun ulama zaman sekarang, mereka sudah menggunakan kalimat
Salafi ini.

‫ ما تقول فيمن تسمي بالسلفي واألثري هل هي تزكية؟‬:‫وقد سئل الشيخ عبدالعزيز رحم هللا هذا السؤال‬
“Apa yang engkau pandang ya Syaikh, bagaimana pendapatmu tentang orang yang menggelari
dirinya dengan Salafi atau menggelari dirinya sebagai Atsari. Apakah yang demikian termasuk
tazkiyah yaitu penyucian diri, memuji diri sendiri dengan sesuatu yang tidak boleh?”

Maka apa kata Syaikh? Apakah boleh mengucapkan Salafi atau Atsari?

Beliau mengatakan,

‫ أوسلفي البأس‬،‫ إذا كان صادقا أنه أثري‬:‫فأجاب رحمه هللا‬

Kalau memang benar, jujur, dia adalah orang yang mengikuti Atsar, mengikuti para Salaf maka tidak
masalah.

‫ تزكية البد منها تزكية واجبة‬،‫ فالن أثري‬،‫ فالن سلفي‬:‫مثل ما كان السلف يقولون‬

Beliau mengatakan seperti yang dilakukan oleh para Salaf, dia mengatakan, “Fulan adalah Salafi”
atau “Fulan adalah seorang Atsari,” ini adalah tazkiyah, tapi tazkiyah yang memang harus, kata
beliau.

Tazkiyah yang memang harus dilakukan, yaitu menisbatkan dirinya kepada para As-Salaf.

‫ العقيدة الطحاوية وكتابه‬.‫والشيخ العالم العالمة محمد ناصر الدين األلباني رحمه هللا في كتابه "مختصر العلو" ومقدمته لشرح‬
‫التوسل‬

Demikian pula hal inikah yang diterangkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullāh di dalam kitab beliau
“Mukhtashar Al-‘Uluw” (ringkasan dari kitab Al-‘Uluw) kemudian di dalam muqaddimah dari Syarh
Al-Aqidah Ath-Thahawiyah dan juga kitab beliau At-Tawassul, disebutkan tentang perkara ini, yaitu
tidak masalah seseorang menisbatkan dirinya kepada para Salaf.

Para Ikhwah, para Koordinator, Musyrifin dan juga Musyrifat, para Admin yang dimuliakan oleh Allāh
‫ﷻ‬.
Itulah sebagian nukilan dari para ulama kita, tentang masalah menisbatkan diri kepada para Salaf
dan tentunya pelajaran yang bisa kita ambil adalah, tidak masalah seseorang menamakan dirinya
sebagai seorang Salafi dan menisbatkan dirinya kepada para Salaf dan itulah yang memang
seharusnya dilakukan oleh seorang Muslim dan juga Muslimah. Dan masih ada di sana nukilan dari
para ulama yang lain.

Insyaa Allāh, kita lanjutkan pada kesempatan yang mendatang.

‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه وسلم‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A.

Materi 27

BOLEHNYA MENYANDARKAN DIRI KEPADA SALAF DAN BERGELAR DENGAN SALAFIYYAH (LANJUTAN)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Para Ikhwah, para Koordinator, Musyrifin dan juga Musyrifat, para Admin yang dimuliakan oleh Allāh
‫ﷻ‬.

Ini adalah pertemuan yang ke-27 dari pembahasan kitab Kun Salafiyyan ‘Alā Al-Jāddah.

Masih kita pada penukilan dari beberapa ulama yang menunjukkan tentang tidak ada masalah
menisbahkan diri kepada Salaf dan bahwasanya itu bukan termasuk tazkiyah yang dilarang. Bukan
termasuk bentuk menyucikan diri yang dilarang.
Di sini dinukil dari ucapan Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan. Beliau mengatakan,

)١.٣ ‫والشيخ العالمة صالح بن فوزان الفوزان كما في "األجوبة المفيدة" (ص‬

Syaikh Shalih Al-Fauzan di dalam kitab beliau Al-Ajwibah Al-Mufidah halaman 103.

‫ ما هي السلفية؟ وهل يجب سلوك منهجها والتمسك بها؟‬:‫سئل‬

“Apa yang dimaksud dengan Salafiyah?” Syaikh ditanya, “dan apakah wajib untuk menempuh
manhaj Salafiyah dan berpegang teguh dengan manhaj Salaf?”

Apa kata Syaikh,

‫ السلفية هي السير على منهج السلف من الصحابة والتابعين والقرون المفضلة في العقيدة والفهم والسلوك ويجب على المسلم‬:‫فقال‬
‫سلوك هذا المنهج‬

Yang dimaksud dengan Salafiyah adalah berjalan di atas jalannya para Salaf, dari kalangan sahabat,
para tabi’in dan juga orang-orang yang hidup di generasi yang utama, yaitu sahabat, para tabi’in dan
juga para tabi’ut tabi’in. Di dalam masalah aqidah ikut mereka, di dalam masalah memahami dalil
juga ikut mereka, di dalam masalah akhlak juga ikut mereka dan wajib bagi seorang muslim untuk
menempuh manhaj ini.

Kata beliau wajib untuk menempuh manhaj ini. Menunjukkan tentang keharusan kita untuk
mengikuti manhaj Salaf, dan ini bukan termasuk tazkiyah (menyucikan diri) yang dilarang di dalam
agama. Memang hukumnya wajib untuk mengikuti mereka.

"‫ الشيخ الفاضل على بن ناصر فقيهي في كتابه "الفتح المبين بالرد على نقد عبد هللا الغماري لكتاب األربعين‬:‫ومن هؤالء أيضً ا‬

Syaikh ‘Ali Nashir Faqihi di dalam kitab beliau “Al-Fath Al-Mubin Birraddi ‘ala Naqdi Abdillah Al-
Ghumari li Kitabil Arba’in.”
Beliau mengatakan,

‫فهؤالء األفاضل من أهل العلم‬

Beliau juga mengatakan bahwasanya ini tidak masalah. Jadi menisbahkan diri kepada Salaf ini adalah
perkara yang boleh dan tidak ada permasalahan di dalamnya. Kemudian Syaikh di sini mengatakan,

‫فهؤالء األفاضل من أهل العلم وغيرهم‬

Maka mereka para ulama yang mulia tadi dan selain mereka juga

"‫لم يروا بأسا ً في إطالق لقب "سلفي" أو "السلفية" أو "السلفيين‬

Mereka tidak memandang adanya masalah. Hanya tidak dipermasalahkan ia menggunakan gelar
Salafi atau As-Salafiyyah atau As-Salafiyyin kalau mereka adalah banyak. Itu tidak masalah yang
demikian.

‫وأن المقصود بذلك هو من سار على منهاج السلف وطريقتهم‬

Dan maksud dari semua itu, apa yang dimaksud dengan Salafi, Salafiyyun, maksudnya adalah orang-
orang yang menempuh manhaj Salaf dan menempuh jalan mereka.

‫وقد ع ّد بعض الكتاب المحدثين ممن كتب في المذاهب اإلسالمية "السلفيين اتباعا ً لمن سبقهم من األئمة" طائفة مميزة عرفت بهذا‬
‫االسم كمحمد أبي زهرة ومصطفى الشكعة ومحمد بن سعيد البوطي وغيرهم وعدوها طائفة مميزة عرفت بهذا االسم وقد أشاروا إلى‬
‫ واإلمام محمد بن عبد الوهاب‬،‫التطور التاريخي لمسيرة هذه الطائفة وأنها امتداد لمدرسة أحمد بن حنبل تجددت على عهد ابن تيمية‬
‫وزعموا أن السلفيين هم الذين أطلقوا على أنفسهم هذا اللقب‬

Di sini Syaikh ingin menyebutkan tentang sebagian orang yang mereka tidak sepemahaman dengan
kita dan mengatakan sesuatu yang lain dari apa yang tadi kita sebutkan. Ada sebagian kuttab ‫الكتاب‬
(sebagian penulis), ‫ المحدثين‬yang mereka menisbahkan dirinya kepada ahlil hadits, di antara orang-
orang yang menulis di dalam madzhab-madzhab Islam atau kelompok-kelompok Islam. ‫ السلفيين‬- yang
dimaksud dengan As-Salafiyyin adalah mengikuti orang-orang yang mendahului mereka di antara
para ‫( األئمة‬para imam).

Siapa mereka?

‫طائفة مميزة عرفت بهذا االسم‬

Yang dimaksud dengan Salafiyyin adalah kelompok tertentu saja, yang mereka istimewa yang dikenal
dengan nama ini.

Itu pendapat sebagian kuttab, sebagian penulis tadi. Contohnya di antara yang berpendapat
demikian adalah Muhammad Abu Zahrah dan juga Mushthafa Asy-Syak’ah, ada juga Muhammad bin
Sa’id Al-Buthi dan selain mereka.

Mereka menganggap bahwasanya Salafiyyin adalah kelompok tertentu yang dikenal dengan gelar
ini. Kemudian mereka mengisyaratkan adanya perkembangan sejarah tentang perjalanan kelompok
ini dan bahwasanya ini adalah perpanjangan dari madrasahnya Ahmad bin Hanbal. Kemudian
diperbarui lagi di zaman Ibnu Taimiyah, kemudian diperbarui lagi di zaman Muhammad bin Abdul
Wahab dan mereka menyangka bahwasanya Salafiyyin merekalah yang menggelari diri mereka
dengan gelar ini.

Ini ucapan sebagian penulis tadi.

‫ومنهم من يعد المذهب السلفي مرحلة زمنية ال مذهب إسالمي كالدكتور محمد سعيد رمضان البوطي‬

Ada lagi di antara mereka, ada yang menganggap menghitung, menganggap bahwasanya madzhab
Salafi ini adalah fase, waktu tertentu saja.

Itu adalah fase, masa saja, bukan madzhab islami, artinya sudah berlalu, seperti Dr. Muhammad
Sa’id Ramadhan Al-Buthi.

‫وسواء صح أن دعاة العودة إلى مذهب السلف هم الذين أطلقوا على أنفسهم هذا اللقب أم أطلقة عليهم غيرهم ثم عرفوا به فإنه لم‬
‫ إلى عصرنا الحاضر من أنكر عليهم ذلك او أعترض على‬.‫يعرف من األئمة المتقدمين من أهل السنة أومن تبعهم على منهجهم‬
‫إطالق هذا اللقب علىهم‬
Syaikh mengatakan di sini, “Dan sama saja, apakah benar bahwa da’i-da’i yang mengajak kepada
madzhab Salaf, mereka sendiri yang menggelari diri mereka dengan laqab ini, dengan gelar ini, atau
selain mereka yang menggelari mereka dengan laqab ini kemudian mereka dikenal dengan laqab
Salafiyyin.”

Maka kata Syaikh, “Tidak diketahui ada di antara ulama-ulama terdahulu, di antara ulama-ulama
Ahlus Sunnah dan orang-orang yang mengikuti mereka di dalam manhaj sampai hari ini yang mereka
mengingkari.”

Tidak ada di antara mereka yang mengingkari laqab ini, atau dia membantah dan tidak setuju
dengan laqab ini.

‫وأقل ما يقال في جواز التلقب بذلك واالنتساب إليه أنه اصطالح والمشاحة في االصطالح‬

Dan minimal dikatakan bahwasanya bergelar dengan Salafi atau Salafiyyin ini adalah boleh, dan dia
adalah istilah saja dan tidak ada di sana pertentangan dalam penggunaan istilah.

Jadi maksudnya sama yaitu keinginan kita untuk kembali kepada Islam yang Murni yang telah
dipahami oleh para Salaf kita.

‫ثم إن العبرة هي بالحقائق والمعاني وليست باأللفاظ‬

Kemudian Syaikh menyebutkan, bahwasanya yang dipakai di sini, yang dijadikan standar di sini yang
kita anggap adalah hakikatnya dan maknanya, bukan pada ‫ ألفاظ‬nya saja. Jangan kita menolak atau
kita konsen dengan lafadznya saja, ini boleh atau tidak. Tetapi kemudian kita melupakan hakikat.

Hakikatnya apa?

Hakikatnya kita kembali kepada Islam yang murni itu. Kembali kepada sunnah Nabi ‫ﷺ‬, dan tidak ada
pertentangan di dalam masalah istilah. Ini hanya sekedar perbedaan penamaan dan yang dijadikan
ukuran di sini adalah hakikatnya.
‫وقد تقدم من المعاني ما يدل على أن المقصود بذلك هو من سار على منهج السلف الصالح واتبع طريقتهم فال يكون هناك أدني فرق‬
‫بين التسمي بالسلفية أو بأهل السنة كما تقدم‬

Dan sudah berlalu, kata Syaikh, di antara makna-makna apa yang menunjukkan bahwa maksud
Salafiyyin atau Salafi maka ini adalah orang yang menempuh manhaj Salaf dan mengikuti jalan
mereka.

Maka tidak ada di sana perbedaan antara menamakan diri dengan Salafi atau Salafiyyin atau
manhajnya adalah manhaj Salafiyyah atau menamakan diri dengan Ahlus Sunnah. Tidak ada
bedanya. Dan sekali lagi ibrahnya adalah pada hakikat dari kalimat tersebut.

Mungkin itu yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini.

Kesimpulannya:

Bahwasanya penggunaan gelar seseorang menamakan dirinya dengan Salafi, atau kalau orang
banyak adalah Salafiyyun atau kalau ajaran Salafiyyah, maka ini tidak masalah.

Itu sama dengan kalimat Sunni atau Ahlus Sunnah dan hakikatnya intinya adalah menisbahkan diri
kepada para Salaf yaitu para sahabat radhiyallāhu ta’ālā ‘anhum dan orang-orang yang ada di
generasi yang utama, karena merekalah yang melaksanakan Islam dengan sebaik-baiknya dan
semurni-murninya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini dan sampai bertemu kembali pada
kesempatan yang akan datang.

‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه وسلم‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A.

Materi 28
MADRASAH ADMIN HSI “KUN SALAFIYYAN ‘ALAL JAADDAH

MATERI 28: DALIL TENTANG WAJIBNYA MENGIKUTI SALAFUS SHALIH DAN KOMITMEN DENGAN
MADZHAB MEREKA

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬

Para Ikhwah sekalian dan juga para akhawat, Koordinator, para Musyrif dan juga Musyrifah, dan juga
para Admin yang dimuliakan oleh Allāh ‫ﷻ‬.

Dalam pertemuan yang ke-28 ini, akan kita masuki bersama poin yang baru, yaitu tentang
penyebutan dalil yang menunjukkan tentang wajibnya mengikuti para Salaf Ash-Shālih dan
mengikuti madzhab mereka.

Setelah kita mengetahui bersama tentang disyari'atkannya menisbatkan diri kepada Salaf, dan
tentunya bukan hanya sekedar penisbatan diri saja yang dilakukan oleh seseorang, tapi yang lebih
penting daripada itu adalah benar-benar mewujudkan penisbatan tadi, yaitu mengikuti mereka
dengan baik dan mengikuti mereka adalah sebuah kewajiban.

Syaikh mengatakan,

‫ذكر بعض األدلة الدالة على وجوب إتباع السلف الصالح ولزوم مذهبهم‬

Penyebutan sebagian dalil yang menunjukkan tentang wajibnya mengikuti para Salafus Shālih dan
melazimi madzhab mereka.

: ‫قال هللا تعالى‬

Allāh ‫ ﷻ‬berfirman,
َ ‫َوا َّت ِبعْ َس ِبي َل َمنْ َأ َن‬
)١٥ :‫اب ِإلَيَّ ۚ (لقمان‬

“Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.” (QS Luqman [31]: 15)

Kita disuruh untuk mengikuti jalan orang yang kembali kepada Allāh. Adapun orang yang menjauh
dan tidak kembali kepada Allāh; menjauh dari Allāh, menjauh dari ketaatan, menjauh dari tauhid,
menjauh dari sunnah, maka jangan kita ikuti mereka.

.‫فقد أمرنا هللا عزوجل باتباع سبيل أصحاب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم واقتفاء أثرهم وسلوك منهجهم‬

Maka di dalam ayat ini Allāh ‫ ﷻ‬telah memerintahkan kita untuk mengikuti jalan para sahabat
Rasūlullāh ‫ﷺ‬, mengikuti atsar mereka dan menempuh jalan mereka. Karena kita semuanya sepakat
bahwasanya para sahabat Nabi ‫ﷺ‬, mereka adalah orang-orang yang kembali kepada Allāh ‫ﷻ‬. Kita
diperintahkan untuk mengikuti mereka.

‫قال اإلمام ابن القيم بعد ما ذكر هذه اآلية‬

Berkata Ibnul Qayyim setelah beliau menyebutkan ayat ini,

‫وكل من الصحابة منيب إلى هللا تعالى‬

Dan masing-masing dari para sahabat, mereka kembali kepada Allāh.

‫فيجب اتباع سبيله‬

Maka wajib untuk mengikuti jalannya.

‫وأقواله واعتقاداته من أكبر سبيله وحذرنا هللا سبحانه وتعالى من مخالفة سبيلهم وتوعد سبحانه مخالفهم بجهنم‬
Masing-masing dari sahabat kembali kepada Allāh sehingga wajib bagi kita untuk mengikuti jalan
mereka.

‫وأقواله واعتقاداته من أكبر سبيله‬

Dan ucapan mereka dan aqidah mereka, keyakinan mereka, ini termasuk jalan mereka, bahkan
termasuk sebesar-besar jalan mereka.

Ucapan yang mereka ucapkan yaitu jalan hidup mereka, aqidah yang ada di dalam keyakinan
mereka, ini juga termasuk jalan mereka, bahkan sebesar-besar jalan mereka. Berarti kita harus
mengikuti mereka dalam ucapan mereka dan juga dalam keyakinan.

Dan Allāh telah mengingatkan kita supaya jangan kita menyelisihi jalan para sahabat, dalam ayat
yang lain. Bahkan Allāh ‫ ﷻ‬mengancam orang yang menyelisihi jalan para sahabat (‫)ب َج َه َّنم‬
ِ dengan
jahannam.

Apa ayatnya?

َ ‫يل ْٱلمُْؤ ِمن‬


.ْ ‫ِين ُن َولِّهِۦ َما َت َولَّ ٰى َو ُنصْ لِهِۦ َج َه َّن َم ۖ َو َسٓا َء‬
‫ت مَصِ يرً ا‬ ٰ ‫ َو َمن ُي َشاق ِِق ٱلرَّ سُو َل م ِۢن َبعْ ِد َما َت َبي ََّن َل ُه ْٱله‬:‫فقال تعالى‬
ِ ‫ُدَى َو َي َّت ِبعْ غَ ي َْر َس ِب‬
)١١٥ :‫(النساء‬

“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang
bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya
itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
(QS. An-Nisā` [4]: 115)

Allah mengancam orang yang menyelisihi sahabat dengan jahannam dan barangsiapa yang
menyelisihi Rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti selain jalannya orang-orang yang
beriman.

Siapakah orang-orang yang beriman ketika turun ayat ini ? Mereka adalah para sahabat ‫رضي هللا تعالى‬
‫عنهم‬.
Mereka adalah para sahabat, orang yang menyelisihi dan tidak mengikuti jalan para sahabat maka,
‫نوله ما تولى‬, kami akan palingkan dia kepada apa yang dia berpaling kepadanya. Dibiarkan oleh Allah.

‫ونصله جهنم‬

Tapi di akhirat Allah ‫ ﷻ‬akan memasukan dia ke dalam jahannam.

ً‫وساءت مصيرا‬

Maka yang demikian adalah sejelek-jelek tempat kembali.

Balasan bagi orang yang tidak mengikuti jalannya para sahabat ‫رضي هللا تعالى عنهم‬.

‫وأخبرنا هللا سبحانه وتعالى عن رضاه عمن اتبعهم بإحسان وأع ّد لهم الثواب العظيم‬

Dan Allah ‫ ﷻ‬telah mengabarkan kepada kita tentang keridhaan Allah terhadap orang yang mengikuti
para sahabat dengan baik.

Allah ridha kepada mereka, dan Allah bahkan menyediakan bagi mereka pahala yang sangat besar.

:‫فقال تعالى‬

Allah mengatakan:

ٍ ‫ُوا َع ْن ُه َوَأ َع َّد لَ ُه ْم َج ٰ َّن‬


‫ت َتجْ ِرى َتحْ َت َها ٱَأْل ْن ٰ َه ُر‬ ۟ ‫ِين ٱ َّت َبعُوهُم بِِإحْ ٰ َس ٍن رَّ ضِ َى ٱهَّلل ُ َع ْن ُه ْم َو َرض‬
َ ‫ار َوٱلَّذ‬
ِ ‫ص‬َ ‫ين َوٱَأْلن‬ َ ُ‫ون ٱَأْلوَّ ل‬
َ ‫ون م َِن ْٱل ُم ٰ َه ِج ِر‬ َ ُ‫َوٱل ٰ َّس ِبق‬
ٰ َ ‫ٰ َخلِد‬
)١٠٠ : ‫ِين فِي َهٓا َأ َب ًدا ۚ َذل َِك ْٱل َف ْو ُز ْٱل َعظِ ي ُم (التوبة‬

Allah mengatakan yang artinya:

"Dan orang-orang yang mendahului, yang pertama-tama dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, ‫رضي هلل عنهم‬, Allah ridha kepada mereka (yaitu tiga
golongan ini; Muhajirin dan Anshar, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik), ‫ورضوا‬
‫عنه‬, dan mereka pun ridha kepada Allah. ‫وأعد لهم جنات‬, Dan Allah akan menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya
dan yang demikian adalah keberuntungan yang sangat besar.” (QS. At-Taubah [9]: 100)

Menunjukkan tentang keutamaan orang-orang yang mengikuti para sahabat radhiyallahu ta’ala
‘anhum dan tentunya masing-masing dari kita ingin memiliki sifat-sifat ini; diridhai oleh Allah dan
mereka pun ridha kepada Allah, dimasukan oleh Allah ‫ ﷻ‬di dalam Surga selama-lamanya.

‫وكما أنه توعد من اتبع غير سبيلهم بعذاب جهنم فقد وعد متبع سبيلهم بالجنة والرضوان‬

Dari dua ayat di atas bisa disimpulkan bahwasanya ketika Allah ‫ ﷻ‬mengancam orang yang tidak
mengikuti jalan para sahabat dengan adzab jahannam, sebagaimana Allah memberikan janji orang
yang mengikuti jalan para sahabat dengan Surga dan juga keridhaan Allah ‫ﷻ‬.

Maka tentunya adalah keutamaan yang besar bagi orang yang mengikuti jalan para sahabat.

‫وأمر النبي صلى هللا عليه وسلم أمته بأن يتبعوا سنته وسنة الخلفاء من بعده‬

Dan Nabi ‫ ﷺ‬telah mengingatkan umatnya atau memerintahkan umatnya supaya mengikuti sunnah
beliau dan juga sunnah para ‫ الخلفاء‬yang datang setelah beliau.

‫ تمسكوا‬, ‫ فإنه من يعش منكم فسيرى اختالفا ً كثيراً فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي‬:‫فقال صلى هللا عليه وسلم‬
)‫بـها وعضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات األمور فإن كل محدثة بدعة ؛ وكل بدعة ضاللة (رواه أحمد وأبو داود‬

Dan Nabi ‫ ﷺ‬telah memerintahkan umatnya untuk mengikuti sunnah beliau dan juga sunnah para
‫ الخلفاء‬yang datang setelah beliau.

Dalilnya apa?

Yaitu sabda Nabi ‫ﷺ‬, bahwasanya orang yang akan hidup di antara kalian, yaitu hidup lebih panjang
maka dia akan melihat perselisihan yang banyak.
Apa jalan keluarnya?

Maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan juga sunnah para Khulafa Ar-Rasyidin
Al-Mahdiyin yang datang setelahku. Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku tersebut
dan gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.

Dan hati-hatilah kalian dengan perkara-perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang
diadakan itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah kesesatan.

(Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan juga Abu Dawud)

Menunjukkan kepada kita tentang keharusan untuk ‫تمسكوا‬, berpegang teguh dengan Sunnah Nabi ‫ﷺ‬
dan juga para Khulafa Ar-Rasyidin yang mereka adalah Abu Bakar, ‘Umar, Utsman dan ‘Ali yang
merupakan sebaik-baik para sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬.

‫وقال صلى هللا عليه وسلم‬

Hadits yang pertama diriwayatkan oleh Ahmad dan juga Abu Dawud.

Kemudian Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan:

‫خير الناس قرني ثم الذين يلونـهم ثم الذين يلونـهم‬

"Sebaik-baik manusia adalah yang hidup di zamanku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah
mereka.”

Yaitu generasinya para sahabat, itu adalah sebaik-baik manusia.

Kalau mereka adalah sebaik-baik manusia maka kita berusaha untuk mengikuti sebaik-baik manusia
yang telah dipuji oleh Allah dan juga RasulNya.
Al-Hadits ‫الحديث‬,

‫ ما أنا عليه اليوم وأصحابي‬:‫و وصف صلى هللا عليه وسلم الفرقة الناجية في حديث االفتراق بقوله صلى هللا عليه وسلم‬

Dan di dalam hadits tentang ‫( الفرقة الناجية‬firqah yang selamat), di dalam hadits Iftiraqul Ummah, Nabi
‫ ﷺ‬mengatakan apa yang aku berada di atasnya hari ini dan juga para sahabatku ‫رضي هللا تعالى عنهم‬.

Kemudian beliau (yaitu Syaikh) mengatakan,

‫فمن كان على مثل ما كانوا عليه فهو من الفرقة الناجية ومن خالفهم وابتعد عنهم فيكون من أهل الوعيد‬

Maka barangsiapa yang berjalan di atas jalannya Rasulullah ‫ ﷺ‬dan juga para sahabat, maka dia
termasuk golongan yang selamat tadi. Dan barangsiapa yang menyelisihi mereka dan menjauhkan
dirinya dari mereka, maka dia termasuk orang yang diancam di dalam hadits ini.

‫ اتبعوا وال تبتدعوا فقد كفيتم‬:‫وعن عبد هللا بن مسعود رضي هللا عنه قال‬

Berkata Abdullah bin Mas'ud: "Hendaklah kalian mengikuti dan janganlah kalian membuat sesuatu
yang baru, membuat bid'ah, karena sungguh kalian sudah dicukupi.”

Yaitu dicukupi oleh mereka para Salaf kita.

Baik para ikhwah yang dimuliakan oleh Allah ‫ﷻ‬, in syaa Allah sampai di situ pertemuan yang ke-28
ini. Di sana masih ada ucapan para Salaf yang lain yang menunjukkan tentang kewajiban mengikuti
para Salaf kita.

In syaa Allah, kita lanjutkan pada pertemuan yang akan datang.

‫وهللا تعالى أعلم‬


‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم‬

‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A.

Materi 29

🏡 MADRASAH ADMIN HSI “KUN SALAFIYYAN ‘ALAL JAADDAH”

🔖 MATERI 29: DALIL TENTANG WAJIBNYA MENGIKUTI SALAFUSH SHALIH DAN KOMITMEN DENGAN
MADZHAB MEREKA (BAGIAN 2)

〰️🍃🍂〰️

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬

‫الحمدهلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬

Para Ikhwah dan juga para Akhawat, para Koordinator, para Musyrif dan juga Musyrifah, dan juga
para Admin yang dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan kitab Kun Salafiyyan ‘Ala Al-Jaddah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh
Abdussalam bin Salim As-Suhaimi Hafidzahullahu ta'ala.

Masih kita berbicara tentang dalil-dalil yang menunjukkan tentang kewajiban mengikuti manhaj
Salaf dan sudah berlalu beberapa dalil di antaranya.

Kemudian beliau hafidzahullahu ta'ala menyebutkan di sini tentang atsar-atsar, ucapan-ucapan dari
para Salaf, termasuk di antaranya adalah para sahabat yang menunjukkan tentang kewajiban
mengikuti manhaj mereka. Tentang kewajiban mengikuti manhaj mereka dan juga madzhab mereka.

Berkata Abdullah Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu:


‫ اتبعوا وال تبتدعوا‬: ‫وعن عبد هللا بن مسعود رضي هللا عنه قال‬

“Hendaklah kalian mengikuti dan jangan kalian membuat sesuatu yang baru”.

‫اتبعوا‬

Ikutilah!

Yaitu ikuti yang sudah berjalan sebelum antum.

Siapa yang pertama kali berjalan? ya para sahabat.

‫اتبعوا‬

Ikuti apa yang sudah mereka lakukan

‫وال تبتدعوا‬

Jangan kalian membuat cara yang baru. Membuat jalan yang baru.

‫فقد كفيتم‬

Sungguh kalian sudah dicukupi

Para sahabat radhiyallahu ta’ala 'anhum, mereka sudah mengajarkan kepada kita apa yang mereka
terima dari Rasulullah ‫ ﷺ‬dan mereka adalah orang yang mengamalkan, sehingga cukup apa yang kita
temukan dari mereka, ini menjadi dasar kita di dalam beragama. Jangan kita membuat sesuatu yang
baru.
‫وقال‬

Beliau mengatakan dalam ucapan yang lain.

‫إنا نقتدي وال نبتدي ونتبع وال نبتدع و لن نضل ما تمسكنا باألثر‬

Sesungguhnya kami hanya mengikuti saja (para sahabat hanya mengikuti saja yaitu apa yang
dilakukan oleh nabi), dan kami tidak membuat sesuatu yang baru.

Kami meneladani bukan membuat sesuatu yang baru, bukan memulai, ‫ ونتبع‬dan kami mengikuti ‫وال‬
‫ نبتدع‬dan kami tidak membuat sesuatu yang baru.

Kami meneladani Nabi dan kami tidak memulai ajaran yang baru dan kami hanya mengikuti dan kami
tidak membuat sesuatu yang baru dan kami tidak akan tersesat selama kami berpegang teguh
dengan hadits.

Karena Nabi ‫ ﷺ‬telah mengatakan:

‫تركت فيكم أمرين لن تضلوا ما تمسكتم بهما‬

"Aku tinggalkan di antara kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian masih
berpegang teguh dengan keduanya.”

Sehingga kalau para sahabat saja ini prinsip mereka, maka seharusnya kita sesuai dengan mereka,
mengikuti mereka, yaitu sikap kita adalah meneladani saja, mengikuti saja, tidak boleh kita membuat
sesuatu yang baru.

‫ رضي هللا عنه‬.‫وقال أبي بن كعب‬

Berkata Ubay bin Ka'ab radhiyallahu ‘anhu,


‫ وإن اقتصادا في‬،‫ النار أبدا‬.‫عليكم بالسبيل والسنة فإنه ليس من عبد علي سبيل وسنة ذكر الرحمن ففاضت عيناه من خشية هللا فتمسه‬
‫ خي ٌر من اجتهاد في خالف سبيل وسنة‬،‫وخير‬، ‫سنة‬

Ubay bin Ka'ab, beliau adalah seorang sahabat Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam, beliau
mengatakan, "Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan jalan dan juga sunnah".

Jalan dan juga sunnah, jalan yaitu jalan Allah, shirathal mustaqim, dan ini adalah jalan yang
ditempuh oleh Rasulullah ‫ ﷺ‬dan juga para sahabat. Yang dimaksud dengan sunnah adalah sunnah
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Maka kita disuruh untuk berpegang teguh dengan Islam dan berpegang teguh dengan sunnah,
karena sesungguhnya tidak ada seorang hamba yang berada di atas Islam dan di atas sunnah
kemudian dia mengingat Ar-Rahman, yaitu mengingat Allah, dan menetes air matanya karena takut
kepada Allah yaitu dia berada di atas Islam dan juga berada di atas sunnah Nabi. Bukan seorang yang
membuat sesuatu yang baru dalam agama, ternyata dia menangis karena takut kepada Allah ‫ﷻ‬,
maka orang yang demikian tidak akan tersentuh oleh api neraka selama-lamanya.

Tidak akan tersentuh api neraka selama-lamanya.

Sebaliknya kalau seseorang menangis tapi tidak di atas sunnah, karena ada di sana orang yang
menangis, melakukan cara dzikir tertentu kemudian dia menangis, karena itu tidak di atas sunnah,
tidak di atas Islam, maka tidak mendapatkan keutamaan yang disebutkan di dalam ucapan Ubay bin
Ka'ab ini.

Kemudian ucapan beliau:

Dan sesungguhnya ‫ اقتصادا في سنة‬biasa-biasa saja, sedang-sedang saja di dalam sunnah itu lebih baik
daripada bersungguh-sungguh di dalam sesuatu yang menyelisihi sunnah Nabi ‫ﷺ‬.

Jadi seseorang biasa-biasa saja dalam sunnah, kalau dilihat tidak terlalu berlebihan tapi itu di atas
sunnah, maka itu lebih baik daripada orang lain yang bersungguh-sungguh tapi bukan di atas sunnah
Rasulullah ‫ﷺ‬.
‫وقال أبو العالية‬

Dan berkata Abul 'Aaliyyah:

‫عليكم باألمر األول الذي كانوا عليه قبل أن يفترقوا‬

Hendaklah kalian berpegang teguh dengan yang pertama yaitu urusan yang pertama, maksudnya
adalah yang berada di atasnya para sahabat Nabi ‫ﷺ‬.

‫الذي كانوا عليه قبل أن يفترقوا‬

Yaitu perkara yang mereka berada di atasnya sebelum terjadinya perpecahan di antara umat yaitu
ketika Islam dalam keadaan masih murni belum ada di sana Khawarij, belum ada di sana Mu'tazilah
dan lain-lain maka peganglah perkara tersebut sebelum adanya perpecahan di antara umat.

Maka itulah yang benar yang harus kita pegang.

:‫وقال األوزاعي‬

Berkata Al-Auza'i:

‫اصبر نفسك على السنة‬

Hendaklah engkau bersabar di atas sunnah

‫وقف حيث وقف القوم‬

Dan hendaklah engkau berdiri, berhenti di mana kaum tersebut berhenti.


Bersabar! Sabarkanlah dirimu di atas sunnah.

Kalau dia mulai ada ketidak-sabaran maka sabarkanlah dia di atas sunnah. Hibur dia dengan berbagai
janji dari Allah ‫ ﷻ‬bagi orang-orang yang bersabar di atas sunnah dan berhentilah di mana kaum
tersebut berhenti.

Maksudnya adalah para sahabat Nabi ‫ﷺ‬. Kalau mereka berjalan kita berjalan, bersabar bersama
mereka. Kalau mereka berhenti kita berhenti, kalau mereka tidak berbicara tidak berkometar
tentang sebuah perkara, kita jangan berkomentar.

‫وقل بما قالوا‬

Dan ucapkanlah dengan ucapan mereka.

‫وكف عما كفوا عنه‬

Hendaklah engkau menahan diri dari apa yang mereka tahan juga.

‫واسلك سبيل سلفك الصالح فإنه يسعك ما وسعهم‬

Dan berjalanlah di atas jalan para Salafush Shalih karena sesungguhnya luas bagimu apa yang luas
bagi mereka.

Ini juga dorongan yang kuat dari Al-Auza'i untuk mengikuti para Salafush Shalih.

:‫وقال أيضا‬

Dan beliau juga mengatakan (yaitu Al-Auza'i)

‫عليك بآثار من سلف وإن رفضك الناس وإياك وآراء الرجال وإن زخرفوا لك القول‬
Hendaklah engkau berpegang teguh dengan atsar para Salaf, meskipun manusia menolakmu.

Meskipun manusia menolakmu. Pegang teguh atsar para Salaf dan hati-hatilah engkau dari
pendapat-pendapat manusia yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits meskipun mereka
menghiasi ucapan tersebut untukmu.

Mungkin dihias-hiasi dengan istilah yang keren, istilah yang modern, seakan-akan itu adalah aqidah
yang benar, maka hati-hati dengan pendapat-pendapat manusia yang bertentangan dengan Al-
Qur’an dan juga Hadits.

‫وقال اإلمام أحمد‬

Berkata Al-Imam Ahmad:

‫أصول السنة عندنا التمسك بما كان عليه أصحاب رسول هللا صلى هللا عليه وسلم واالقتداء بهم وترك البدع‬

Pondasi sunnah menurut kami, termasuk ushulnya, termasuk pondasi sunnah, menurut kami yang
membedakan antara kita Ahlus Sunnah dengan yang lain, adalah berpegang teguh dengan apa yang
dipegang oleh para sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬.

Kita berpegang teguh dengan apa yang berpegang teguh dengannya para sahabat Rasulullah ‫ﷺ‬. Dan
meneladani mereka dan menjauhi bid'ah-bid'ah.

Ini adalah ushulu sunnah, termasuk perkara yang pokok, yang membedakan antara kita dengan yang
lain yaitu kita menjadikan para sahabat Nabi ‫ ﷺ‬sebagai teladan kita dan kita berpegang teguh
dengan sunnah mereka kemudian kita juga menjauhi bid'ah-bid'ah.

Kemudian beliau mengatakan:

‫وما زال العلماء من أئمة السنة جيال بعد جيل يدعون إلى اتباع السلف الصالح واالقتداء بهم وسلوك طريقهم واتباع أثرهم‬
Dan terus para ulama di kalangan imam-imam sunnah dari generasi ke generasi, mereka berdakwah
mengajak manusia untuk mengikuti para Salafush Shalih dan meneladani mereka dan berjalan di
atas jalan mereka dan mengikuti jejak mereka.

Itulah beberapa atsar dari para Salaf yang menunjukkan tentang kewajiban kita untuk mengikuti
madzhab Salaf.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini dan sampai bertemu kembali pada
pertemuan selanjutnya.

‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وباهلل التوفيق والهدابة‬

‫والسالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi30

🏡 MADRASAH ADMIN HSI “KUN SALAFIYYAN ‘ALAL JAADDAH”

🔖 MATERI 30: MANHAJ SALAF DALAM AQIDAH

〰️🍃🍂〰️

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬

Para Ikhwah dan juga para Akhawat, para Koordinator, dan Para Musyrifin dan juga Musyrifah, dan
juga para admin di manapun antum berada, semoga Allāh ‫ ﷻ‬menjaga kita semuanya.
Kita lanjutkan pembahasan kitab Kun Salafiyyan ‘Ala Al-Jaaddah yang ditulis oleh guru kami yang
mulia Syaikh Abdussalam bin Salim As-Suhaimi Hafidzahullahu ta'ala.

Beliau mengatakan:

‫منهج السلف في العقيدة‬

Manhaj Salaf di dalam aqidah.

Beliau akan menyebutkan di sini tentang bagaimana manhaj Salaf yang sebenarnya. Terutama
adalah di antara masalah aqidah beliau dahulukan, karena aqidah ini adalah perkara yang paling
penting di dalam agama kita.

Sehingga beliau setelah menjelaskan tentang bolehnya, bahkan wajibnya seseorang untuk
menisbahkan dirinya kepada Salaf dan selain menisbahkan juga harus mengikuti mereka.

Maka sangat pas sekali, setelah itu beliau menyebutkan tentang bagaimana para Salaf kita di dalam
masalah aqidah, yang membedakan antara manhaj Salaf ini dengan yang lain.

Beliau mengatakan:

‫منهج السلف في العقيدة‬

Manhaj (cara) para Salaf kita di dalam beraqidah.

:‫يتلخص منهجهم فيما يلي‬

Manhaj mereka di dalam masalah aqidah teringkas di dalam beberapa perkara ini.
Pertama:

‫حصرهم مصدر التلقي في باب االعتقاد على كتاب هللا وسنة رسوله صلى هللا عليه وسلم وفهمهم للنصوص على ضوء فهم السلف‬
‫الصالح‬

Yang pertama adalah, mereka membatasi sumber di dalam masalah aqidah adalah kitab Allah(yaitu
Al-Quran) dan Sunnah Rasulullah ‫ ﷺ‬saja. Dan mereka memahami dalil-dalil yang ada di dalam Al-
Quran dan Hadits tersebut dengan pemahaman para Salafush Shalih.

Ini satu di antara cara mereka di dalam masalah aqidah, Quran dan Sunnah itu sebagai sumber
mereka di dalam beraqidah. Mereka tidak meyakini sesuatu kecuali yang memang ada dalil yang
shahih dari Al-Quran atau dari Hadits atau dari kedua-duanya.

Dan memahami dalil tersebut dengan pemahaman para Salaf. Tidak dengan pemahaman masing-
masing, tidak dengan pemahaman gurunya atau dengan pemahaman tokoh yang ada di
masyarakatnya. Tidak!

Kembali mereka kepada pemahaman para Salafush Shalih, ini di antara cara mereka.

Kedua:

ً‫احتجاجهم بالسنة الصحيحة في العقيدة وسواء كانت هذه السنة الصحيحة متواترة أم آحادا‬

Mereka berdalil dengan hadist yang shahih di dalam masalah aqidah. Sama saja apakah hadits yang
shahih tadi mutawatir atau ahad.

Karena hadits terbagi menjadi dua:

1. Mutawatir

2. Ahad.

Yang ahad ini berarti di bawah mutawatir. Kalau memang hadits tersebut adalah hadits yang shahih:
🍃 Baik itu yang mutawatir maupun yang ahad. Yang mutawatir ini diriwayatkan oleh banyak
sahabat. Diriwayatkan oleh banyak sahabat dan dia adalah hadits yang shahih, kita terima.

🍃 Dan yang di bawah mutawatir, yang tidak sampai kepada derajat mutawatir, mungkin
diriwayatkan oleh satu orang sahabat atau dua orang sahabat atau tiga orang sahabat misalnya,
kalau memang hadits tersebut adalah hadits yang shahih kita terima. Kita terima dan kita jadikan dia
hujjah di dalam masalah aqidah.

Ini berbeda dengan sebagian golongan yang dia membedakan:

🍂 Kalau mutawatir dijadikan dalil,

🍂 kalau haditsnya adalah hadits ahad maka mereka tidak menerima hadits tersebut.

Sehingga mereka banyak menyimpang di dalam masalah aqidah.

Karena banyak hadits-hadits Nabi ‫ ﷺ‬yang shahih dan mereka menganggap hadits ahad, kemudian
mereka tolak hadits tersebut, otomatis dia menolak aqidah dan keyakinan yang terkandung di dalam
hadits tadi.

Ketiga:

‫ وعدم رده بالعقل وعدم الخوض في األمور الغيبية التي ال مجال للعقل فيها‬، ‫التسليم بما جاء به الوحي‬

Menyerahkan diri dengan apa yang ada atau yang dibawa oleh wahyu.

Kalau memang wahyu mengatakan demikian, maka dia atau mereka yaitu Ahlus Sunnah pasrah
menyerahkan diri. Dan mereka tidak menolak wahyu tersebut dengan akal mereka, meskipun
dzhahirnya mungkin akal mereka tidak masuk.

Tapi kalau memang ini adalah hadits yang shahih, ayat di antara ayat-ayat Allah maka mereka siap
‫ َسمِعْ َنا َوَأ َطعْ َنا‬. Kami pasrah.
Tidak menentang wahyu tersebut dan mereka tidak berjidal (berdebat) di dalam perkara-perkara
yang ghaib, yang tidak ada kesempatan bagi akal di dalam masalah tersebut. Artinya akal tidak bisa
campur tangan di dalam perkara yang ghaib.

Yang mereka lakukan adalah ‫ ; َتصْ دِيق‬yang mereka lakukan adalah membenarkan apa yang Allah
kabarkan berupa perkara-perkara yang ghaib tadi. Mereka tidak berdebat kusir di dalam masalah
perkara yang ghaib, kemudian menolak apa yang dikabarkan oleh Allah dan juga Rasul-Nya berupa
perkara-perkara yang ghaib. Itu bukan cara Ahlus Sunnah.

Ahlus Sunnah wal Jama'ah, pengikut para Salaf, mereka tunduk dan membenarkan setiap kabar yang
shahih yang berupa perkara-perkara yang ghaib, seperti misalnya kejadian-kejadian di hari kiamat
atau tanda-tanda dekatnya hari kiamat.

Keempat:

‫عدم الخوض في علم الكالم والفلسفة‬

Mereka tidak menyibukkan diri mereka di dalam ilmu kalam dan juga ilmu filsafat.

Ilmu kalam dan juga ilmu filsafat ini, Islam tidak butuh dengan ilmu yang seperti ini. Para Salafush
Shalih, para sahabat, para pendahulu kita, mereka menjadi orang-orang terbaik dan mereka tidak
pernah mempelajari ilmu kalam dan juga ilmu falsafah. Ini adalah ilmu yang berasal dari luar Islam.

Belajar aqidah tidak membutuhkan dengan ilmu kalam dan filsafat. Bahkan masuknya ilmu kalam di
dalam pelajaran aqidah, dan filsafat dalam pelajaran aqidah ini, merusak aqidah.

Kelima:

‫رفض التأويل الباطل‬

Mereka menolak takwil yang bathil.


Yaitu takwil yang dimaknai oleh Ahlul Kalam, seperti mentakwil Istiwa Allah dengan Istila. Makna
Istawa adalah menguasai. Ini takwil yang bathil. Siapa yang mendatangkan? Ahlul Kalam.

Adapun Ahlus Sunnah maka mereka menolak takwil-takwil yang bathil seperti ini.

Adapun takwil dengan makna yang shahih yang dipahami oleh para Salaf. Takwil artinya adalah
menafsirkan, iya kita menafsirkan ayat. Atau takwil artinya adalah hakikat dari sesuatu, iya kita
mengakui yang demikian. Itu adalah makna takwil secara bahasa yang benar.

Adapun takwil yang dimaknai oleh orang-orang Ahlul Kalam, memalingkan dari makna yang benar ke
makna yang tidak benar atau makna yang rajih kepada makna yang tidak rajih, seperti contohnya
yang tadi kita sebutkan, maka ini adalah takwil yang bathil, tidak pernah dilakukan oleh para Salaf.

Keenam,

‫الجمع بين النصوص في المسألة الواحدة‬

Di antara cara Ahlus Sunnah wal Jama'ah di dalam beraqidah adalah mereka mengumpulkan di
antara dalil-dalil dalam sebuah permasalahan.

Kalau mereka membahas sebuah permasalahan mereka kumpulkan dulu dalil-dalil. Kalau memang
itu adalah dalil-dalil yang shahih maka tidak mungkin saling bertentangan satu dengan yang lain.
Pasti bisa dijamak, pasti bisa dikumpulkan dan tidak mungkin bertentangan satu dengan yang lain.

Ini berbeda dengan aliran-aliran, di mana mereka mengambil dalil yang sesuai dengan hawa nafsu
dan menolak dalil yang tidak sesuai dengan hawa nafsu, meskipun dalil tersebut dikeluarkan oleh
Imam Al-Bukhari. Mereka berani untuk menolaknya karena bertentangan dengan aqidah mereka.

‫فهذه العقيدة مستقاة من النبع الصافي‬


Aqidah ini diambil dari sumber yang murni.

‫كتاب هللا وسنة رسوله صلى هللا عليه وسلم‬

Diambil dari Al-Quran dan Sunnah.

‫بعيدة عن األهواء والشبه‬

Jauh dari hawa nafsu dan juga syubhat-syubhat.

‫فالمتمسك بها يكون معظما ً لنصوص الكتاب والسنة ألنه يعلم أن كل ما فيها حق وصواب‬

Maka orang yang berpegang teguh dengan aqidah yang shahihah ini, dia akan mengagungkan Al-
Quran dan Sunnah, karena dia tahu bahwasanya apa yang ada di dalamnya adalah kebenaran dan
juga hak dan juga ‫ ;صواب‬yaitu hak dan juga sebuah kebenaran.

Akan timbul di dalam diri orang yang berpegang teguh dengan Sunnah Nabi atau berpegang teguh
dengan aqidah yang shahihah ini, akan timbul di dalam dirinya pengagungan terhadap Al-Quran dan
juga Sunnah.

Kemudian Beliau mendatangkan ucapan Al-Imam Al-Barbahari rahimahullah.

‫ واعلم رحمك هللا أن الدين إنـما جاء من قبل هللا تبارك وتعالى لم يوضع على عقول الرجال‬:‫قال اإلمام البربهاري رحمه هللا‬
‫وآرائـهم وعلمه عند هللا وعند رسوله فال تتبع شيئا ً بهواك فتمرق من الدين فتخرج من اإلسالم فإنه ال حجة لك فقد بين رسول هللا‬
‫صلى هللا عليه وسلم ألمته السنة وأوضحها ألصحابه وهم الجماعة وهم السواد األعظم والسواد األعظم الحق وأهله‬

Beliau mendatangkan ucapan Imam Al-Barbahari yang dengannya insyaa Allah kita menutup
pertemuan kita pada kesempatan kali ini.

Beliau mengatakan:
Dan ketahuilah, semoga Allah merahmati dirimu, bahwasanya agama ini berasal dari Allah. Kita
ambil dari Allah, tidak diletakkan pada akal manusia dan pendapat mereka. Ilmunya di sisi Allah dan
juga di sisi Rasul-Nya. Itu agama.

Maka janganlah engkau mengikuti sesuatu berdasarkan hawa nafsumu, bukan berdasarkan Al-Quran
dan Sunnah. Maka engkau akan jauh dari agama ini. Maka engkau akan keluar dari agama Islam,
yaitu menjauh dari agama Islam. Karena sesungguhnya tidak ada hujjah bagi dirimu, tidak ada alasan
bagi dirimu mengikuti hawa nafsumu.

Mengikuti sesuatu berdasarkan hawa nafsumu. Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬telah menjelaskan sunnah dan
telah menjelaskan ini kepada para sahabat.

Kemudian beliau mengatakan, “Dan merekalah yaitu para sahabat Nabi ‫ ﷺ‬Al-Jama'ah”. Merekalah
jama'ah yang dimaksud di dalam hadits dan merekalah orang-orang yang ‫السواد األعظم‬, yang mereka
adalah yang paling besar, mereka adalah yang mayoritas.

Apa yang dimaksud dengan ‫ السواد األعظم‬di sini?

Kelompok yang paling besar maksudnya adalah ‫الحق وأهله‬. Yang dimaksud dengan ‫ السواد األعظم‬mereka
adalah kebenaran dan juga orang-orang yang mengikuti kebenaran tersebut.

Baik, para Ikhwah yang dimuliakan oleh Allah ‫ﷻ‬, itulah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan
kali ini. Insyaa Allah, kita sambung kembali pada kesempatan yang akan datang.

‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم‬

‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi31
🏡 MADRASAH ADMIN HSI “KUN SALAFIYYAN ‘ALAL JAADDAH”

🔖 MATERI 31: MANHAJ SALAF DALAM AQIDAH (BAGIAN 02)

〰️🍃🍂〰️

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه ومن وااله‬

Para Ikhwah dan juga para Akhawat, para Koordinator, para Musyrifin dan juga Musyrifah, dan para
admin yang dimuliakan oleh Allah.

Kita lanjutkan pembahasan kitab Kun Salafiyyan ‘Ala Al-Jaddah yang ditulis oleh Fadhilatu Syaikh
Abdussalam bin Salim As-Suhaimi Hafidzahullahu ta'ala.

Masih pada pembahasan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah di dalam masalah aqidah. Manhaj Salaf
di dalam masalah aqidah.

Terakhir kita menyebutkan tentang bahwasanya Ahlus Sunnah, mereka menjamak antara dalil di
dalam satu masalah. Mereka menjamak di antara dalil dalam sebuah permasalahan tertentu. Jadi
mereka tidak mengambil sebagian dalil kemudian meninggalkan dalil yang lain, seperti yang
dilakukan oleh Ahlul Bida'. Tapi mereka menjamak dan menggabungkan di antara dalil.

Saya ulangi sebentar.

Ucapan beliau:

‫ كتاب هللا وسنة رسوله صلى هللا عليه وسلم بعيدة عن األهواء والشبه‬: ‫فهذه العقيدة مستقاة من النبع الصافي‬

Aqidah ini diambil dari sumbernya yang murni yaitu Al-Quran dan juga Sunnah yang jauh dari hawa
nafsu dan juga syubhat.
‫فالمتمسك بها يكون معظما ً لنصوص الكتاب والسنة ؛ ألنه يعلم أن كل ما فيها حق وصواب‬

Maka orang yang berpegang teguh dengan aqidah ini, dia akan mengagungkan seluruh dalil yang ada
di dalam Al-Quran dan Sunnah. Bukan mengagungkan sebagian dan menjadikan itu sebagai syiar,
kemudian meninggalkan yang lain.

Karena dia tahu bahwasanya apa yang ada di dalam dalil-dalil tadi semuanya adalah benar adanya
sehingga Ahlus Sunnah mengumpulkan semua dalil. Kalau memang itu adalah shahih maka itu pasti
benar dan hak.

Ini berbeda dengan Ahlul Bida', tidak ada di antara mereka atau tidak ada di sana ta’dim,
mengagungkan sesuatu yang sesuai dengan hawa nafsunya. Yang tidak sesuai dengan hawa nafsu
mereka taruh di belakang mereka atau di samping mereka.

:‫قال اإلمام البربهاري رحمه هللا‬

Berkata Al-Imam Al-Barbahari rahimahullah:

‫ وعلمه عند هللا وعند رسوله‬،‫واعلم رحمك هللا أن الدين إنـما جاء من قبل هللا تبارك وتعالى لم يوضع على عقول الرجال وآرائـهم‬

“Ketahuilah, semoga Allah merahmati dirimu, sesungguhnya agama ini datang dari sisi Allah, tidak
diberikan kepada akal manusia dan juga pendapat mereka dan ilmunya adalah di sisi Allah dan juga
Rasul-Nya.”

‫فال تتبع شيئا ً بهواك فتمرق من الدين ؛ فتخرج من اإلسالم؛ فإنه ال حجّ ة لك فقد بين رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ألمته السنة‬
‫ والسواد األعظم الحق و أهله‬،‫ وهم الجماعة وهم السواد األعظم‬،‫وأوضحها ألصحابه‬

Beliau mengatakan: Maka jangan engkau mengikuti sesuatu sesuai dengan hawa nafsumu.
Mengikuti sesuatu dari Al-Quran dan juga Sunnah tapi berdasarkan hawa nafsu. Sesuai dengan
keinginan diikuti karena kalau demikian engkau akan menjauh dari agama dan bisa sampai keluar
dari agama Islam. (Tentunya apabila melakukan perkara yang membatalkan keislaman).
‫فإنه ال حجّة لك‬

Tidak ada hujjah bagimu, untuk meninggalkan sebagian.

Rasulullah ‫ ﷺ‬telah menjelaskan untuk umatnya sunnah ini dan menjelaskan sunnah ini kepada para
sahabatnya dan mereka para sahabat adalah Al-Jama'ah.

Mereka adalah Al-Jama’ah, yaitu Jama'ah nya Rasulullah ‫ ﷺ‬dan orang-orang yang mengikuti beliau
dan mereka adalah ‫ ;السواد األعظم‬mereka adalah yang paling besar yaitu para Jama'ah yang mereka
berada di atas jalan Rasulullah ‫ﷺ‬. Mereka adalah Jama'ah dan mereka adalah ‫ ;السواد األعظم‬kelompok
yang paling besar.

‫والسواد األعظم الحق وأهله‬

Dan yang dimaksud dengan ‫ السواد األعظم‬adalah kebenaran dan juga orang-orang yang mengikuti
kebenaran tersebut.

:‫وقد قال قبل ذلك رحمه هللا في كتاب شرح السنة‬

Dan sebelumnya beliau telah mengucapkan di kitab yang diberi judul dengan Syarhu As-Sunnah:

‫واألساس الذي تبني عليه الجماعة وهم أصحاب محمد صلى هللا عليه وسلم وهم أهل السنة والجماعة فمن لم يأخذ عنهم فقد ضل‬
‫ وكل بدعة ضاللة‬،‫وابتدع‬

Dan pondasi yang dibangun di atasnya Jama'ah, dan Jama'ah adalah para sahabat Muhammad ‫ﷺ‬
dan mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Maka barangsiapa yang tidak mengambil dari mereka
sungguh dia telah sesat dan sungguh dia telah mengada-ada di dalam agama ini.

‫كل بدعة ضاللة‬

Setiap yang bid'ah maka itu adalah kesesatan.


:‫ اإلمام البربهاري‬-‫ أي‬-‫وقال‬

Dan berkata Al-Imam Al-Barbahari rahimahullah:

‫ ال عذر ألحد في ضاللة ركبها حسبها هدى وال في هدى تركه حسبه ضاللة فقد بُينت األمور‬:‫قال عمر بن الخطاب رضي هللا عنه‬
‫ فعلى الناس االتباع‬, ‫ وتبين للناس‬،‫ وذلك أن السنة والجماعة قد أحكما أمر الدين كله‬،‫ وانقطع العذر‬، ‫وثبتت الحجة‬

Beliau mengatakan, menukil ucapan Umar bin Khattab yang artinya, “Tidak ada udzur bagi seorang
pun di dalam kesesatan yang dia lakukan dan dia menyangka itu adalah petunjuk. Dan tidak ada
udzur bagi seorang pun di dalam sebuah petunjuk yang dia tinggalkan yang dia sangka itu adalah
kesesatan."

Kata Umar bin Khattab tidak ada udzur. Kenapa demikian?

Karena perkaranya sudah dijelaskan dan hujjah sudah tetap dan udzur sudah terputus. Artinya sudah
dijelaskan sejelas-jelasnya dan yang demikian karena sunnah dan juga jama'ah ini telah
mengokohkan perkara agama ini seluruhnya dan telah jelas bagi manusia.

Oleh karena itu atas manusia atau kewajiban manusia adalah mengikuti sunnah tersebut. Kewajiban
mereka adalah mengikuti sekarang, karena semuanya sudah dijelaskan oleh Allah dan juga Rasul-
Nya.

ُ ُ‫ق‬
:‫ فمن مميزات المنهج السلفي‬:‫لت‬

Syaikh mengatakan setelahnya, ingin menyebutkan kepada kita tentang kelebihan-kelebihan dari
manhaj Salaf.

Yang Pertama adalah:

‫ثبات أهله على الحق وعدم تقلبهم كما هي عادة أهل األهواء‬
Yang Pertama adalah, kokohnya mereka di atas kebenaran dan mereka tidak berganti-ganti dan tidak
guncang sebagaimana ini adalah kebiasaan para pengikut hawa nafsu.

‫قال حذيفة ألبي مسعود‬

Berkata Hudzaifah kepada Abu Mas'ud:

‫ وإياك والتلون في الدين فإن دين هللا واحد‬،‫إن الضاللة أن تعرف ما كنت تنكر وتنكر ما كنت تعرف‬

Beliau mengatakan:

،‫إن الضاللة أن تعرف ما كنت تنكر وتنكر ما كنت تعرف‬

"Sesungguhnya kesesatan, engkau mengetahui sesuatu yang awalnya engkau ingkari.”

Maksudnya adalah dulu engkau ingkari kemudian sekarang engkau akui itu adalah sebuah
kebenaran. Ini ‫ضالل‬, dia menyimpang. Atau ‫ وتنكر ما كنت تعرف‬engkau mengingkari apa yang engkau
ketahui sebelumnya. Maksudnya sebelumnya adalah engkau berada di atasnya kemudian sekarang
engkau anggap itu sesat sehingga engkau tinggalkan, maka ini ‫ضالل‬.

Ini adalah dua contoh kesesatan,

• seseorang dulunya meninggalkan sebuah kemaksiatan kemudian sekarang dia melakukan, atau

• sebelumnya dia dulu melakukannya padahal itu adalah sebuah kewajiban kemudian dia tinggalkan.

Ini namanya ‫ضاللة‬.

‫وإياك والتلون في الدين‬

“Dan hati-hati engkau dari berpindah-pindah, berganti-ganti dalam masalah urusan agama ini.”

‫فإن دين هللا واحد‬


“Karena sesungguhnya agama Allah itu satu.”

Yaitu tidak berpindah-pindah dan tidak berubah.

Yang dimaksud oleh beliau adalah yang menyimpang di dalam agama maka ini adalah perkara yang
tercela.

Adapun seseorang mengikuti kebenaran artinya sebelumnya dia dalam keadaan salah melakukan
suatu yang bid'ah kemudian mengikuti sunnah maka ini terpuji yang demikian.

Yang menjadi celaan di sini adalah orang yang menyimpang dari Sunnah menjadi bid'ah, dari taat
menjadi kemaksiatan.

:‫وقال شيخ اإلسالم ابن تيمية‬

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,

‫ فالثبات واالستقرار في أهل الحديث والسنة أضعاف ما هو عند أهل الكالم والفلسفة‬،‫وبالجملة‬

Dan Syaikhul Islam mengatakan, secara umum maka kekokohan dan ketetapan di antara Ahlus
Sunnah itu jauh lebih banyak dan berlipat-lipat daripada yang ada pada Ahlul Kalam dan Ahli Filsafat.

Karena mereka goncang, mereka sering berubah.

‫ إن ما عند عوام المسلمين وعلمائهم أهل السنة والجماعة من المعرفة واليقين والطمأنينة والجزم بالحق والقول الثابت‬: ً ‫وقال أيضا‬
‫والقطع بما هم عليه أمر ال ينازع فيه إال من سلبه هللا العقل والدين‬

Dan Beliau mengatakan: "Sesungguhnya apa yang ada pada orang-orang awam, kaum muslimin dan
para ulama mereka Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang berupa pengetahuan, ilmu, yang berupa
keyakinan, berupa ketenangan, dan memastikan dengan kebenaran dan ucapan yang kokoh dan
memastikan bahwasanya apa yang ada pada diri mereka adalah perkara yang tidak mengingkarinya
kecuali orang yang sudah dihilangkan oleh Allah ‫ ﷻ‬akalnya dan juga agamanya.”
Ini menunjukkan bahwasanya mereka yaitu Ahlus Sunnah wal Jama'ah, baik ulama mereka maupun
orang-orang awam mereka, mereka memiliki kekokohan, mereka memiliki ketenangan, keyakinan
yang luar biasa dan meyakini apa yang mereka lakukan adalah sebuah kebenaran.

Itu dimiliki oleh Ahlus Sunnah, baik ulamanya maupun orang awamnya dan ini adalah perkara yang
tidak menyelisihinya dan tidak membantahnya kecuali orang yang memang Allah hilangkan darinya
akal dan juga agama.

Ini menunjukkan satu di antara keistimewaan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah bahwasanya orang-
orang yang berada di sana adalah orang-orang yang kokoh dan mereka memiliki keyakinan yang luar
biasa dengan manhaj dan juga aqidahnya.

Baik. In syaa Allah kita lanjutkan pada kesempatan yang akan datang

‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم‬

‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi32

🏡 MADRASAH ADMIN HSI “KUN SALAFIYYAN ‘ALAL JAADDAH”

🔖 MATERI 32: MANHAJ SALAF DALAM AQIDAH (BAGIAN 03)

〰️🍃🍂〰️

‫بسم هّللا الرحمن الرحيم‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى‬

‫آله وصحبه ومن وااله‬


Para Ikhwah dan juga para Akhawat, Koordinator, para Musyrifin dan juga Musyrifah, dan juga para
Admin, semoga Allah ‫ ﷻ‬menjaga antum di manapun antum berada.

Masih kita dalam pembahasan perkara-perkara yang merupakan keistimewaan dan sesuatu yang
membedakan antara Ahlus Sunnah dengan Ahlul Bida'.

Beliau mengatakan, yaitu Syaikh Abdussalam Hafidzahullahu ta'ala,

‫ومن مميزاتـه أيضا اتفاق أهله على العقيدة وعدم اختالفهم مع اختالف الزمان والمكان‬

Di antara kelebihan mereka, kesepakatan Ahlus Sunnah di dalam masalah aqidah dan tidak adanya
perselisihan di antara mereka di dalam masalah aqidah padahal sudah berbeda zaman berbeda
tempat.

Ini termasuk yang menjadi keistimewaan Ahlus Sunnah wal Jama'ah. (Yang Kedua)

Yang namanya Ahlus Sunnah wal Jama'ah di dalam masalah istiwa’, di dalam masalah nama dan juga
sifat Allah, di dalam masalah aqidah dari semenjak zaman dahulu sampai sekarang dan

ۚ ‫ِإلَ ٰى ما َق ْب َل َي ْو ِم ْٱلقِ َي ٰـ َم ِة‬

Sama aqidah mereka, tidak ada bedanya antara aqidah Ahlus Sunnah di zaman Imam Ahmad dengan
aqidah Ahlus Sunnah yang ada di zaman setelahnya.

Termasuk di antaranya beda tempat juga demikian. Yang ada di Indonesia, yang ada di Saudi, yang
ada di negara yang lain. Aqidah Ahlus Sunnah semuanya sama, tidak ada beda satu dengan yang lain.

Kemudian yang ketiga di antara keistimewaan Ahlus Sunnah.


‫وأنـهم أعلم الناس بأحوال النبي صلى هللا عليه وسلم وأفعاله وأقواله وأعظمهم تمييزاً بين صحيحها وسقيمها‬

Mereka ini yaitu Ahlus Sunnah adalah orang yang paling tahu tentang keadaan Nabi ‫ﷺ‬. Paling tahu
tentang perilaku beliau, paling tahu tentang ucapan beliau, karena mereka belajar. Sehingga kalau
ditanya tentang ucapan Nabi dan perilaku Nabi, kita dapatkan Ahlus Sunnah ini adalah orang yang
paling mengenal tentang Nabi ‫ﷺ‬.

Dan mereka ini adalah orang yang paling membedakan, paling berhati-hati membedakan antara
yang shahih dengan yang dhaif. Antara hadits yang shahih dengan hadits yang dhaif.

‫لذلك فهم أشد الناس حبا ً للسنة وأحرصهم على أتباعها وأكثرهم مواالة ألهلها‬

Sehingga mereka ini, tidak heran kalau mereka adalah orang yang paling cinta dengan sunnah Nabi.
Diwujudkan dengan pengamalan dan mereka adalah orang yang paling semangat untuk mengikuti
Sunnah Nabi, bertanya, menghadiri majelis ilmu untuk mengamalkan sunnah Nabi.

Dan mereka adalah orang yang paling loyal terhadap orang-orang yang mengikuti sunnah Nabi. Jadi
loyal mereka, kecintaan mereka, loyalitas mereka adalah kepada Ahlus Sunnah juga dan juga kepada
sunnah itu sendiri.

Kalau misalnya ada ucapan manusia yang bertentangan dengan sunnah Nabi ‫ﷺ‬, maka tidak ragu-
ragu mereka untuk meninggalkan ucapan manusia. Dididik mereka untuk mencintai sunnah Nabi ‫ﷺ‬
di atas yang lain.

‫يقول شيخ اإلسالم ابن تيمية رحمه هللا‬

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah:

‫فإنه متى كان الرسول صلى هللا عليه وسلم أكمل الخلق وأعلمهم بالحقائق وأقومهم قوال وحاال لزم أن يكون أعلم الناس به أعلم الخلق‬
‫بذلك وأن يكون أعظمهم موافقة له واقتداء به أفضل الخلق‬

Beliau mengatakan:
Kalau Rasulullah ‫ ﷺ‬dia adalah makhluk yang paling sempurna dan beliau adalah makhluk yang paling
tahu tentang hakikat dan beliau adalah orang yang paling lurus ucapan dan juga keadaannya.

Ini melazimkan,

‫أن يكون أعلم الناس به أعلم الخلق بذلك‬

Ini melazimkan bahwasanya orang yang paling tahu tentang beliau.

Kalau Nabi adalah yang paling sempurna, kalau Nabi adalah yang paling tahu. Berarti orang yang
paling tahu tentang Nabi yaitu Ahlus Sunnah ‫أعلم الخلق بذلك‬, berarti Ahlus Sunnah adalah orang yang
paling mengetahui tentang Nabi ‫ﷺ‬. Yang paling mengetahui tentang hakikat karena dia adalah yang
paling tahu tentang Nabi maka dialah yang paling tahu tentang hakikat.

‫وأن يكون أعظمهم موافقة له واقتداء به أفضل الخلق‬

Dan ini melazimkan bahwasanya orang yang paling ‫ موافقة‬orang yang paling meneladani, yang paling
menyesuaikan, yang paling mengikuti Nabi ‫ ﷺ‬berarti dia adalah orang yang paling afdhal, karena
semuanya sepakat bahwasanya Nabi adalah orang yang paling afdhal.

Orang yang paling mengikuti beliau, berarti dia adalah orang yang paling afdhal. Ini menunjukkan
tentang keutamaan Ahlus Sunnah wal Jama'ah karena mereka adalah orang yang paling mengikuti
Nabi dan Nabi adalah yang paling afdhal maka melazimkan orang yang paling mengikuti beliau
adalah orang yang paling afdhal.

Kemudian yang keempat:

‫اعتقادهم أن طريقة السلف الصالح هي األسلم واألعلم واألحكم ال كما يدعيه أهل الكالم أن طريقة السلف أسلم وطريقة الخلف أعلم‬
‫وأحكم‬

Mereka meyakini yaitu Ahlus Sunnah bahwasanya jalan para Salafush Shalih ini adalah jalan yang
paling selamat dan dia adalah jalan yang paling ‫األعلم‬.
Jadi para Salaf adalah orang yang paling selamat dan mereka adalah orang yang paling tahu, ‫واألحكم‬
dan mereka adalah orang yang paling bijaksana. Ini keyakinan Ahlus Sunnah.

Para Salaf mereka adalah segalanya, mereka lebih selamat, mereka lebih tahu daripada kita dan
mereka lebih bijaksana daripada kita. Bagaimana tidak, mereka adalah orang yang keluar dari
madrasahnya siapa? Rasulullah ‫ﷺ‬.

Sehingga tidak heran kalau hasilnya adalah demikian. Mereka adalah orang yang paling ‫ أسلم‬yaitu
paling menyerahkan diri kepada Allah, dan mereka adalah orang yang paling ‫ أعلم‬orang yang paling
mengenal agama ini, dan mereka adalah orang yang paling ‫ أحكم‬yaitu orang yang paling bijaksana.

Karena sangat erat hubungannya antara ilmu dengan kebijaksanaan. Orang yang berilmu dan
ilmunya dalam maka dia akan bijaksana.

Tidak seperti yang dikatakan oleh Ahlul Kalam bahwasanya jalan para Salaf ini adalah jalan yang lebih
selamat. Karena hanya dianggap hanya sekedar pasrah saja, tidak mau berpikir. Dan bahwa jalan
para Khalaf yaitu jalan mereka, jalan Ahlul Kalam ini adalah jalan yang lebih berilmu dan lebih
bijaksana.

Jadi mereka menganggap bahwasanya mereka ini lebih berilmu dan lebih bijaksana daripada para
Salaf dikarenakan mereka bisa mendatangkan takwil. Bisa mentakwil ini, mentakwil itu, berarti
mereka lebih tahu daripada para sahabat. Ini keyakinan yang bathil.

‫وقد رد شيخ اإلسالم هذه الفرْ ية‬

Syaikhul Islam telah membantah kebohongan ini.

‫ " لقد كذبوا على طريقة السلف وضلوا في تصويب طريقة الخلف فجمعوا بين الجهل بطريقة السلف بالكذب عليهم وبين‬: ‫فقال‬
"‫الجهل والضالل بتصويب طريقة الخلف‬

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah menolak dan membantah kebohongan ini dan mengatakan,
"Sungguh mereka telah bohong, ketika mereka bohong atas nama para Salaf.”
Karena para Salaf tidak seperti yang mereka bayangkan, bahwasanya mereka tidak memahami. Siapa
yang mengatakan bahwasanya para Salaf tidak memahami. Mereka paham makna istiwa’, mereka
paham makna nuzul (turun), mereka paham makna yad.

‫وضلوا في تصويب طريقة الخلف‬

Dan mereka sesat karena mereka membenarkan jalan orang-orang yang terakhir yaitu setelah para
Salaf.

‫فجمعوا بين الجهل بطريقة السلف بالكذب عليهم‬

Maka mereka menggabungkan antara dua perkara yaitu menggabungkan antara kebodohan mereka
terhadap jalan Salaf. Mereka tidak tahu dan jahil terhadap jalan Salaf ‫ بالكذب عليهم‬dengan bohong atas
nama mereka.

‫وبين الجهل والضالل بتصويب طريقة الخل‬

Dan menggabungkan dengan kebodohan mereka ketika mereka membenarkan jalan para Khalaf.

Jadi dua perkara yang mereka gabungkan,

1. Berdusta atas nama Salaf

2. Membenarkan cara yang dilakukan oleh Khalaf, yang mereka adalah orang-orang yang terakhir, di
antaranya adalah Ahlul Kalam yang mereka datang setelah para Salafush Shalih.

Kemudian di antara keistimewaan (Yang Kelima) Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah:

‫وسطيتهم بين الفرق‬

Sebelumnya:
‫ والرد على المخالفين والمبتدعين‬، ‫ومن مميزاتـهم حرصهم على نشر العقيدة الصحيحة والدين القويم وتعليم الناس ونصحهم‬

Di antara kelebihan mereka adalah semangat mereka untuk menyebarkan aqidah yang benar,
aqidah yang shahihah. Dimana-mana mereka mengajarkan masalah aqidah, masalah tauhid, dan
mereka semangat untuk menyebarkan agama yang lurus ini.

Mengajarkan manusia dan menasehati mereka.

Antum lihat Ahlus Sunnah di mana saja dan kapan saja, orang yang paling semangat dalam
mengajarkan aqidah yang benar. Dan semangat mereka untuk membantah orang-orang yang
menyimpang dan orang-orang yang membuat perkara yang baru di dalam agama ini.

Tujuannya adalah untuk menyelamatkan umat dari penyimpangan orang yang menyimpang,
kesyirikan orang yang melakukan kesyirikan, kebid'ahan dari kebid'ahan yang dilakukan oleh orang-
orang yang melakukan bid'ah.

Inilah tujuan mereka mendakwahi manusia dan menyebarkan aqidah yang shahihah kepada mereka.

Baik, mungkin itu yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, In sya Allah kita lanjutkan pada
halaqah yang selanjutnya.

‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم‬

‫السالم عليكم ورحمة هّللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi33

MADRASAH ADMIN HSI "KUN SALAFIYYAN 'ALAL JAADDAH"


🔊 MATERI 33: MANHAJ SALAF DALAM AQIDAH (BAGIAN 04)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Para Koordinator, Musyrifin dan juga Musyrifat, dan juga para Admin, semoga Allah ‫ ﷻ‬menjaga kita
semua dari seluruh bencana dan juga mara bahaya.

Kita lanjutkan pembahasan kitab Kun Salafiyyan 'Ala Al-Jaddah yang ditulis oleh guru kami yang
mulia, beliau adalah Fadhillatul Syaikh DR. Abdussalam As Suhaimi Hafidzahullah Ta'ala.

Beliau mengatakan, menceritakan tentang manhaj di antara manhaj ahlus sunnah, bahwasanya
mereka adalah umat yang pertengahan (‫ )وسطيتهم بين الفرق‬ahlus sunnah itu, mereka adalah orang yang
berada di tengah. Senantiasa berada di tengah di antara aliran-aliran.

‫يقول شيخ اإلسالم ابن تيمية‬

Berkata Syaikhul Islam:

‫أهل السنة في اإلسالم كأهل اإلسالم بين الملل‬

“Ahlus Sunnah di dalam agama Islam, itu seperti orang Islam ditengah-tengah agama atau ahli
agama yang lain.”

Jadi Ahlus Sunnah di antara aliran-aliran yang ada itu seperti Islam atau orang Islam di antara
pemeluk-pemeluk agama yang lain.

.‫ فهم وسط في باب أسماء هللا سبحانه وتعالى بين أهل التعطيل الجهمية وأهل التمثيل المشبهة‬:ً‫وقال أيضا‬
Mereka berada di tengah di dalam masalah nama Allah antara orang yang menolak seperti orang-
orang Jahmiyyah dan antara orang yang menyerupakan.

Jadi Ahlus Sunnah berada di pertengahan antara orang yang menolak sifat Allah atau menolak nama
Allah dengan orang yang menyerupakan nama Allah dengan nama makhluk, mereka tidak menolak
dan mereka juga tidak menyerupakan.

Tapi mereka mengikrarkan dan menerima seluruh apa yang datang dari Allah, mereka bukan ta'thil
mereka bukan menolaknya. Mereka terima, tapi mereka juga bukan mentamtsil.

Mereka juga bukan menyerupakan nama tadi dengan nama-nama makhluk sehingga mereka berada
di pertengahan. Tidak menta'thil sebagaimana mu’athilah dan mereka juga tidak mentasybih.

Kemudian,

،‫وهم وسط في باب أفعال هللا تعالى بين القدرية والجبرية‬

Mereka juga pertengahan di dalam masalah ‫( أفعال هللا‬pekerjaan-pekerjaan Allah) antara orang-orang
Qadariyyah dan Jabriyyah.

Orang-orang Jabriyyah berlebihan di dalam menetapkan ‫ أفعال هللا‬sampai mengatakan bahwasanya,


“apa yang kita lakukan adalah Allah yang melakukan.” Ketika kita shalat berarti Allah yang shalat,
ketika kita makan berarti Allah yang makan. Berlebihan di dalam menetapkan ‫أفعال هللا‬.

Adapun Qadariyyah, maka mereka berlebihan sampai mengatakan bahwasanya, “apa yang kita
lakukan kita yang menciptakan bukan Allah yang menciptakan.” Ini juga berlebihan.

Yang benar adalah seperti yang diyakini oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bahwasanya Allah ‫ﷻ‬, Dia-
lah yang menciptakan kita dan Dia-lah yang menciptakan apa yang kita lakukan. Dan juga Dia-lah
yang menciptakan apa yang ada di dalam kehendak kita. Kehendak kita juga Allah ‫ ﷻ‬yang
menciptakan, tapi yang melakukan hamba. Allah yang menciptakan perbuatan tersebut dan yang
menjadi pelakunya adalah hamba tersebut. Allah yang menciptakan ketaatan yang dilakukan hamba
tersebut dan yang melakukan adalah hamba.
Berbeda dengan Jabriyyah yang mengatakan bahwasanya kalau Allah yang menciptakan berarti Allah
yang melakukannya. Allah yang shalat, Allah yang makan.

Dan kita tidak seperti Qadariyyah yang dia mengatakan bahwasanya bukan Allah yang menciptakan
perbuatan kita. Tapi kita sendiri yang menciptakan perbuatan itu.

Kemudian juga,

‫وفي باب الوعيد بين المرجئة والوعيدية من القدرية وغيرهم‬

Di dalam masalah ancaman maka mereka berada di antara orang-orang Murji'ah dan orang-orang
yang Wa'idiyyah.

Wa'idiyyah ini adalah kelompok yang mereka prioritaskan dan dijadikan syiar adalah ancaman saja.
Adapun janji dari Allah maka mereka kurang memiliki perhatian terhadap janji-janji Allah. Ini
dinamakan dengan Wa'idiyyah, masuk di dalamnya Khawarij dan Mu'tazilah.

Orang-orang Murji'ah ini berlebihan, sehingga mereka berlebihan di dalam masalah janji Allah.

‫ ال إله إال هللا دخل الجنة‬: ‫من قال‬

"Orang yang mengatakan ‫ ال إله إال هللا‬maka dia akan masuk ke dalam Surga.”

Dan mereka mengatakan bahwasanya tidak memudharati keimanan, kemaksiatan dan dosa. Dosa ini
tidak memudharati keimanan. Ini berlebihan di dalam masalah menghindarkan atau tidak memiliki
perhatian di dalam masalah wa'id (yaitu masalah ancaman). Ini berlebihan. Berlebihan di dalam raja',
berlebihan di dalam berharap sehingga mereka mengenyampingkan masalah ancaman.

Adapun Wa'idiyyah, mereka berlebihan di dalam masalah takut dan mengenyampingkan masalah
harapan.
Adapun Ahlus Sunnah, maka mereka berada di tengah, mereka takut kepada Allah dan mereka
berharap kepada Allah dan tidak menyampingkan salah satu di antara keduanya. Tapi ada di dalam
hatinya rasa takut kepada Allah dan rasa harap kepada Allah ‫ﷻ‬.

‫وفي باب أسماء اإليمان والدين بين الحرورية والمعتزلة وبين المرجئة والجهمية‬

Di dalam masalah nama-nama keimanan dan juga agama mereka berada di antara Haruriyyah nama
lain dari Khawarij dan Mu'tazilah, dan di antara orang-orang Murji'ah dan Jahmiyyah.

Kalau orang-orang Haruriyyah mengatakan bahwasanya dia telah keluar dari agama Islam. Jadi kalau
orang-orang Khawarij atau Haruriyyah.

Adapun Mu'tazilah mengatakan berada di sebuah kedudukan di antara dua kedudukan yaitu bukan
kafir bukan muslim.

Adapun Murji'ah orang yang melakukan dosa besar mereka beranggapan bahwasanya dia adalah
seorang yang beriman sempurna keimanannya.

Murji'ah mengatakan pelaku dosa besar adalah orang-orang yang sempurna keimanannya, adapun
orang-orang Khawarij dan Mu'tazilah seperti yang tadi kita perinci, orang Khawarij mengatakan telah
keluar dari agama Islam, kalau orang-orang Mu'tazilah berada antara Islam dengan kufur.

Kalau kita perhatikan sama yaitu ingin mengeluarkan seseorang dari Islam, cuma orang Khawarij
menamakan itu adalah kafir, kalau orang-orang Mu'tazilah menamakan itu berada di antara
kekufuran dan keislaman.

Ahlus Sunnah berada di pertengahan. Mereka mengatakan, pelaku dosa besar adalah orang yang
fasik, berkurang keimanannya tetapi tidak sampai mengeluarkan dia dari Islam.

‫وفي أصحاب النبي صلى هللا عليه وسلم بين الروافض والخوارج‬
Dan tentang para sahabat Nabi ‫ ﷺ‬orang-orang Ahlus Sunnah ini berada di antara Rafidhah dan juga
orang-orang Khawarij.

Orang-orang Rafidhah, mereka berlebihan terhadap Ali radhiyallahu ta’ala 'anhu dan mengkafirkan
Abu Bakar Ash-Shidiq, mengkafirkan Umar bin Khatthab dan mengkafirkan sebagian besar dari para
sahabat Nabi ‫ﷺ‬.

Tapi mereka punya ghuluw yaitu berlebihan terhadap Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala 'anhu.

Adapun orang-orang Khawarij maka mereka mengkafirkan ‘Ali radhiyallahu ta’ala 'anhu, masih
mengakui kekhilafahan Abu Bakar Ash-Shidiq dan juga Umar bin Khatthab. Cuma mereka
mengkafirkan Ali, mengkafirkan Muawiyyah radhiyallahu ta’ala 'anhu.

Maka Ahlus Sunnah wal Jama'ah, mereka berada di pertengahan antara orang-orang Rawafidh dan
orang-orang Khawarij.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala 'anhu beliau adalah seorang khalifah yang dikatakan oleh Nabi
shallallahu 'alayhi wa sallam, maksudnya mereka adalah khulafaur rasyidin dan beliau adalah
termasuk orang yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam akan masuk ke dalam Surga,
termasuk 10 orang yang dikabarkan masuk ke dalam Surga.

Tapi Ahlus Sunnah wal Jama'ah di waktu yang sama mereka tidak berlebihan terhadap Ali bin Abi
Thalib.

Tidak berlebihan terhadap Ali bin Abi Thalib kemudian mengatakan seperti yang dikatakan oleh
orang Rawafidh, orang Rafidhah, bahwasanya Ali, yang dia ghuluw di antara mereka mengatakan
bahwasanya Ali adalah Tuhan dan ada yang mengatakan bahwa dia adalah nabi. Ini berlebih-lebihan
terhadap Ali bin Abi Thalib.

Atau meyakini bahwasanya beliau mengetahui ilmu yang ghaib atau berdo'a dan meminta kepada
beliau. Maka ini berlebih-lebihan. Ahlus Sunnah tidak mengatakan yang demikian.
Tapi meyakini bahwasanya Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ta’ala 'anhu, beliau adalah seorang
khulafaur rasyidin al mahdiyyin yang diutamakan oleh Allah Azza wa Jalla tapi beliau adalah manusia
biasa tidak boleh kita ghuluw terhadap beliau radhiyallahu ta’ala 'anhu.

Baik para Ikhwah sekalian mungkin sampai di situ dulu apa yang bisa kita sampaikan dari kitab ini
semoga bermanfaat. Dan sampai bertemu kembali pada kesempatan yang akan datang.

‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه وسلم‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi34

MADRASAH ADMIN HSI "KUN SALAFIYYAN 'ALAL JAADDAH"

🔊 MATERI 34: ANTARA MANHAJ AHLI BID’AH & PENGIKUT HAWA NAFSU DENGAN JALAN
KESELAMATAN DENGAN ITTIBA’

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Masuk kita pada pembahasan yang baru yang disebutkan oleh Syaikh Abdussalam As Suhaimi
Hafidzahullah Ta'ala di dalam kitab beliau “Kun Salafiyyan 'Ala Al-Jaddah.”

Setelah sebelumnya kita membahas tentang keistimewaan-keistimewaan Ahlus Sunnah wal Jama'ah
dibandingkan yang lain, bahwasanya,

- Mereka di pertengahan,

- Mereka semangat untuk menyebarkan aqidah,

- Mereka meyakini bahwasanya jalan para salaf adalah jalan yang paling selamat dan
- Mereka adalah orang yang paling mengenal Nabi ‫ﷺ‬, baik ucapan beliau, perbuatan beliau dan
berusaha membedakan mana yang shahih, mana yang dhaif.

Maka beliau, yaitu penulis hafidzahullah ta'ala, ingin membahas tentang:

‫منهج أهل البدع وألهواء‬

Bagaimana sebenarnya manhaj dan metode ahlul bida’ dan juga ahlul ahwa dalam beragama.

Syaikh mengatakan:

‫تقدم ذكر منهج السلف في العقيدة وأهم مميزاته وأن أهم ما يميز المنهج ال َّسلفي في العقيدة هو حصر التلقي في كتاب هللا وسنة‬
‫رسوله صلى هللا عليه وسلم وأن يكون ذلك مقيداً بفهم السلف الصالح‬

Sudah berlalu penyebutan manhaj salaf di dalam masalah aqidah dan penyebutan yang paling
penting di antara keistimewaan manhaj salaf.

Dan bahwasanya hal yang paling penting yang membedakan antara manhaj salafi di dalam masalah
aqidah adalah mereka membatasi sumber ilmu yaitu kepada

‫كتاب هللا وسنة رسوله صلى هللا عليه وسلم‬

Hanya kepada Al-Quran dan juga Sunnah Rasul-Nya ‫ ﷺ‬dan bahwasanya yang demikian diikat dengan
pemahaman para salafush shalih.

Ini termasuk di antara perkara yang sangat penting yang membedakan antara manhaj salafi dengan
‫منهج أهل البدع وألهواء‬

Kemudian beliau mengatakan:


‫وعلى العكس من ذلك منهج أهل األهواء والبدع‬

Sebaliknya, berkebalikan dengan manhaj tadi adalah manhajnya ‫أهل األهواء والبدع‬

‫فإن مصدر التلقي عندهم ليس الكتاب والسنة وإنـما هو ما ابتدعه أئمتهم وشيوخهم ثم تأويل الكتاب أو السنة إلى ما يوافق أهواءهم‬

Bukan kepada Al-Quran dan Sunnah, tidak menjadikan itu sumbernya. Akan tetapi mereka kembali
kepada apa? Kembali kepada apa yang dibuat-buat oleh tokoh-tokoh mereka dan syaikh-syaikh
mereka, terkadang dari mimpi atau terkadang dari akal mereka atau terkadang dari adat istiadat
mereka.

Kemudian apa? Kemudian mentakwil Al-Quran atau Sunnah kepada sesuatu yang sesuai dengan
hawa nafsu mereka.

Jadi kalau misalnya mereka menemukan dalil dari Al-Quran dan Sunnah, kok tidak sesuai dengan
keyakinan mereka dan aqidah mereka. Apa yang mereka lakukan? Mentakwilnya, merubah
maknanya disesuaikan dengan hawa nafsu mereka.

Oh maksud firman Allah ini, bukan ini, tapi maksudnya ini. Hadits maksudnya adalah seperti ini.

Mereka bawa Al-Quran dan Hadits kepada pemahaman mereka, yang sesuai dengan hawa nafsu
mereka, bukan kembali kepada pemahaman para salaf.

‫واعتمادهم على العقل وعلى األحاديث الضعيفة والواهية والمكذوبة على رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

Di antara manhaj mereka, adalah mereka menjadikan akal mereka sebagai sumber, menjadikan
hadits yang dhaif yang lemah bahkan yang palsu; dipalsukan atas Rasulullah ‫ ﷺ‬sebagai sumber.

‫واتباعهم للمتشابه‬
Dan mereka juga mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih yang samar yang bisa mereka seret kepada
pemahaman mereka. Adapun dalil yang muhkam baik dalam Al-Quran maupun dalam Hadits mereka
tinggalkan dan berpegang dengan dalil-dalil yang syubhat, dalil-dalil yang samar.

ً‫وتحريفهم لألدلة وتأويلها تأويالً فاسدا‬

Dan mereka merubah makna yang disebutkan dalam dalil dan mereka mentakwilnya dengan takwil
yang rusak.

:‫يقول ابن القيم رحمه هللا‬

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah:

‫وبالجملة فافتراق أهل الكتاب وافتراق هذه األمة على ثالث وسبعين فرقة إنـما أوجبه التأويل‬

"Dan secara umum bahwasanya perpecahan ahlul kitab dan perpecahan umat ini menjadi 73
golongan maka sebabnya adalah karena mereka mentakwil.”

Mereka merusak maknanya. Mungkin kalau ditanya apa dasar agamamu? Al-Quran dan Hadits. Tapi
ternyata sudah mereka takwil kepada pemahaman mereka, mereka rusak maknanya. Bukan kembali
kepada pemahaman salaf tetapi kembali kepada akal mereka, kepada pemahaman mereka.

Kemudian beliau menukil ucapan Ibnu Abil ‘Izzi Al-Hanafi, beliau mengatakan:

‫ وهل خرجت الخوارج واعتزلت المعتزلة ورفضت الروافض وافترقت األمة على ثالث وسبعين فرقة‬:‫ويقول ابن أبي العز الحنفي‬
‫إال بالتأويل الفاسد‬

"Dan tidaklah keluar orang-orang Khawarij, dan tidaklah orang-orang Mu'tazilah mengasingkan diri
mereka, dan tidaklah orang-orang Rafidhah menolak dan tidaklah berpecah belah umat ini menjadi
73 golongan, kecuali karena sebab takwil yang rusak ini.”

Yaitu takwil yang tidak berdasar, tidak kembali kepada pemahaman yang benar.
‫فهذا المنهج الذي سلكه أهل األهواء والبدع مخالف لمنهج أهل السنة والجماعة في النظر واالستدالل وهو من أعظم عوامل تفرق‬
‫األمة اإلسالمية‬

Maka manhaj yang ditempuh oleh ‫ أهل األهواء والبدع‬ini menyelisihi manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah
dalam masalah beristidlal, melihat dalil, menggunakan dalil, dan ini adalah termasuk sebab yang
paling besar yang menjadikan umat ini berpecah belah.

Ahlus Sunnah bagaimana manhaj mereka?

Sudah berlalu, kembali kepada Al-Quran dan Sunnah dengan pemahaman para salaf. Selain itu yang
bertentangan maka harus ditinggalkan.

Al-Quran dan Sunnah dengan pemahaman para salaf inilah yang didahulukan, segala sesuatu yang
bertentangan dengan itu baik yang muncul dari akal, dari adat, dari pendapat manusia maka itu
harus siap untuk ditinggalkan.

Ini adalah cara Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam beraqidah, dalam berdalil, berbeda dengan manhaj
ahlul bid’ah, seandainya mereka menerima maka ini ketika sesuai dengan hawa nafsu mereka.

Kalau sudah tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka, maka terkadang mereka mentakwilnya,
terkadang mereka mentakhwidznya, atau terkadang ya itu tadi merubah maknanya memahami Al-
Quran dengan Hadits dengan pemahaman sendiri.

Padahal seharusnya yang namanya seorang muslim harusnya dia siap untuk istislam, siap untuk
pasrah kepada Allah ‫ﷻ‬. Menerima Al-Quran dan Hadits dengan sepenuh hati dan memahami itu
dengan pemahaman orang-orang yang diridhai oleh Allah ‫ﷻ‬, pemahaman para salaf.

Kemudian yang selanjutnya beliau mengatakan, poin yang selanjutnya:

‫طريق الخالص والنجاة هو باالتباع وترك االبتداع‬


Poin yang penting yang beliau sebutkan di sini, setelah menyebutkan tentang manhaj Ahlul bid’ah
dalam beragama beliau menyebutkan jalan untuk selamat, jalan untuk sukses adalah dengan
mengikuti dan meninggalkan bid'ah.

Kita ikuti saja, mengikuti orang-orang yang sudah selamat, mengikuti orang-orang yang sudah sukses
dalam beragama. Jangan kita membuat perkara yang baru.

:‫قال شيخ اإلسالم في كتاب العبودية‬

Berkata Syaikhul Islam dalam kitab beliau Al-'Ubudiyyah:

‫ أن ال نعبد إال هللا والنعبده إال بما شرع‬:‫و ِج َماع الدين أصالن‬

"Agama ini terkumpul pada dua pokok:

1️⃣ Kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah

2️⃣ Kita tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang Allah syari'atkan."

Kita tidak menyembah kecuali hanya kepada Allāh ‫ﷻ‬, itu yang pertama tauhid ‫أشهد أن ال إله إال هللا‬.
Kemudian yang kedua kita tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang Allah syari'atkan.

Darimana kita mengetahui? Terkadang dari Al-Quran, terkadang dari Hadits Nabi ‫ﷺ‬.

‫ال نعبده بالبدع‬

Tidak boleh kita menyembah Allah dengan bid'ah.

‫صالِحً ا َواَل ُي ْش ِركْ ِب ِع َبادَ ِة َر ِّب ِه َأ َح ًدا‬


َ ‫ان َيرْ جُو لِ َقا َء َر ِّب ِه َف ْل َيعْ َم ْل َع َماًل‬
َ ‫ َف َمن َك‬:‫كما قال تعالى‬
Sebagaimana firman Allah: "Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah maka hendaklah
dia beramal dengan amal yang shalih dan janganlah dia menyekutukan Allah dengan sesuatu
apapun.” (QS Al-Kahfi : 110)

‫فقد أمر هللا سبحانه وتعالى في هذه اآلية أن يكون العمل صالحا ً أي موافقا ً للسنة ثم أمر أن يخلصه صاحبه هلل‬

Maka Allah ‫ ﷻ‬memerintahkan dalam ayat ini supaya amal kita ini menjadi amal yang shalih.

Apa itu amal yang shalih?

Dinamakan amal yang shalih kalau dia sesuai dengan sunnah, kemudian Allah menyuruh orang yang
melakukan amal shalih tersebut untuk mengikhlaskan amalnya hanya untuk Allah saja.

Karena di situ disebutkan,

ً ‫فليعمل عمالً صالحا‬

hendaklah dia mengamalkan amalan yang shalih, yaitu amalan yang sesuai dengan sunnah.

Kemudian yang kedua,

‫وال يشرك‬

jangan dia menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.

:‫وقال الحافظ ابن كثير في تفسيره‬

Berkata Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya:

‫وهذان ركنا العمل المتقبل البد أن يكون خالصا ً هلل صوابا ً على شريعة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
"Maka ini adalah dua rukun amal yang diterima oleh Allah, harus ikhlas karena Allah dan harus benar
sesuai dengan syari'at Rasulullah ‫ﷺ‬.”

Ini ucapan Ibnu Katsir.

‫وقد روي مثل هذا عن القاضي عياض رحمه هللا وغيره‬

Dan yang demikian telah dinukil dari Al-Qadhi 'Iyadh rahimahullah dan selain beliau.

Yang menunjukkan bahwasanya amalan yang diterima itu adalah amalan yang terpenuhi keikhlasan
di dalamnya dan juga sesuai dengan sunnah Nabi ‫ﷺ‬.

Al-Qadi 'Iyadh pernah ketika beliau menafsirkan firman Allah,

‫لِ َي ْبلُ َو ُك ْم َأ ُّي ُك ْم َأحْ َسنُ َع َماًل‬

“Untuk menguji di antara kalian siapa yang paling baik amalannya.” (QS Al-Mulk: 2)

Beliau mengatakan:

ً ‫ حتى يكون خال‬،‫صا فلم يُقبل‬


‫صا صوابًا‬ ً ‫ وإن كان صوابًا ولم يكن خال‬،‫إنَّ العمل إذا كان خالصً ا ولم يكن صوابًا لم يُقبل‬

"Sesungguhnya amalan kalau ikhlas tidak sesuai dengan sunnah tidak diterima, dan kalau sesuai
dengan sunnah tidak ikhlas maka tidak diterima, sampai amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan
sunnah Rasulullah ‫ﷺ‬.”

Baik, mungkin itu yang bisa kita sampaikan dan In syaa Allah penjelasan tentang masalah ikhlas dan
sesuai dengan sunnah bisa kita lanjutkan pada kesempatan yang akan datang dan sampai bertemu
kembali.
‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه وسلم‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi35

MADRASAH ADMIN HSI "KUN SALAFIYYAN 'ALAL JAADDAH"

🔊 MATERI 35: JALAN KESELAMATAN DENGAN ITTIBA’ DAN MENJAUHI IBTIDA’ (BAGIAN 02)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Kita lanjutkan, masih beliau berbicara tentang masalah syarat diterimanya amalan, yaitu ikhlas dan
juga mutaba'ah.

‫و مما تقدم يتبين أنه ال بد لصحة أي عمل نريد أن نتقرب به إلى هللا من شرطين أساسين‬

Dan dari perkara yang telah berlalu atau dari yang telah berlalu, jelas bagi kita bahwasanya amalan
yang kita inginkan untuk mendekatkan diri dengannya kepada Allah, tidak shahih/tidak sah kecuali
dengan dua syarat utama

‫والبد من وجودهما مجتمعين وال ينفك أحدهما عن اآلخر‬

Dan harus ada dalam keadaan terkumpul dan tidak boleh terpisah satu dengan yang lain.

‫وهما إخالص العبادة هلل و حده‬


Keduanya, yaitu yang pertama adalah mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah.

‫و تجريد المتابعة لر سوله ﷺ‬

Dan mengikhlaskan, maksudnya adalah mengikuti Rasulullah ‫ ﷺ‬saja

‫تجريد المتابعة لر سوله‬

Benar-benar kita mengikuti Rasulullah ‫ﷺ‬.

:‫قال تعالى‬

Allah ‫ ﷻ‬mengatakan:

}٢:‫فاعبد هللا مخلصا له الدين {الزمر‬

Ini adalah dalil tentang ikhlas, "Maka hendaklah engkau menyembah kepada Allah dalam keadaan
mengikhlaskan agama ini hanya untuk Allah saja". (Az-Zumar: 2)

Ibadah hanya untuk Allah.

َ ۖ ‫ك م َِن ٱلد ُّۡن َی ۖا َوَأ ۡحسِ ن َك َم ۤا َأ ۡح َس َن ٱهَّلل ُ ِإلَ ۡی‬


}٧٧:‫ك {القصص‬ َ ‫َّار ۡٱلـَٔاخ َِر ۖ َة َواَل َت‬
َ ‫نس َنصِ ی َب‬ َ ‫ َو ۡٱب َت ِغ فِی َم ۤا َءا َت ٰى‬:‫قال تعالى‬
َ ‫ك ٱهَّلل ُ ٱلد‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik…” (QS. Al-Qashash: 77)

Dan Allah mengatakan: Dan carilah di dalam apa yang Allah ‫ ﷻ‬berikan kepadamu ‫َّار ۡٱلـَٔاخ َِر ۖ َة‬
َ ‫ٱلد‬
Carilah dengan rezeki yang Allah berikan kepada kita negeri akhirat yaitu kita ikhlas ingin
mendapatkan pahala dari Allah dalam beribadah, dalam beramal, dan jangan engkau melupakan
bagianmu dari dunia ini, dan berbuat baiklah sebagaimana Allah ‫ ﷻ‬telah berbuat baik kepadamu.

: ‫وقال ﷺ‬

Berkata Nabi ‫ﷺ‬:

‫في الحديث القدسي الذي يرويه عن ربه‬

Di dalam hadits qudsi yang beliau ‫ ﷺ‬telah meriwayatkan ini dari Allah, berarti ini adalah ucapan
Allah.

‫ عن الشرك فمن عمل عمال أشرك معي فيه غيري تركته وشركه‬.‫أنا أغنى الشركاء‬

“Aku adalah dzat yang paling tidak butuh dengan sekutu, barangsiapa yang mengamalkan sebuah
amalan, dia menyekutukan Aku di dalam amalan tadi dengan selain-Ku ‫ تركته وشركه‬maka Aku akan
meninggalkan dia dan juga sekutunya.”

Maksudnya adalah tidak diberikan pahala oleh Allah ‫ﷻ‬. Ini adalah akibat dari orang yang tidak ikhlas
di dalam ibadahnya. Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal ibadah.

Kalau tidak ikhlas, menginginkan Allah dan juga selain Allah maka ‫ تركته وشركه‬kata Allah, Aku akan
tinggalkan dia dan juga sekutunya, yaitu tidak diberikan pahala, tidak diterima.

‫فا إلخالص ال يتأتى مع الشرك أو الرياء أو إرادة اإلنسان بعمله الدنيا وال بد أن يكون العامل قد قصد بعمله وجه هللا سبحانه و‬
‫تعالى و حده‬

Maka ikhlas ini tidak mungkin datang dengan kesyirikan, tidak mungkin datang dengan riya atau
seseorang menginginkan dengan amalannya dunia maka haruslah orang yang beramal tadi dia
bermaksud dengan amalannya tadi wajah Allah saja. Tidak menginginkan yang lain.
Kemudian beliau mengatakan:

‫هذا بالنسبة لما يتعلق بالشرط األول‬

Ini yang berkaitan dengan syarat yang pertama.

:‫وأما الشرط الثاني‬

Adapun syarat yang kedua:

‫فمعناه أن يكون العمل الذي نتقرب به إلى هللا موافقا لما شرعه هللا في كتابه أو سنه رسول هللا ﷺ في سننه‬

Maka makna dari mutaba'ah adalah amalan tersebut yang kita gunakan untuk mendekatkan diri
kepada Allah sesuai dengan apa yang Allah syariatkan, baik di dalam kitab-Nya atau pun di dalam
sunnah RasulNya ‫ﷺ‬.

Apa dalilnya?

: ‫قال تعالى‬

Allah ‫ ﷻ‬mengatakan:

}٣:‫یت َل ُك ُم ٱِإۡل ۡسلَ ٰـ َم دِی ࣰن ۚا {المائدة‬ ُ ‫ۡٱل َی ۡو َم َأ ۡك َم ۡل‬


.ُ ‫ت َل ُكمۡ دِی َن ُكمۡ َوَأ ۡت َم ۡم‬
ُ ِ‫ت َعلَ ۡی ُكمۡ ن ِۡع َمتِی َو َرض‬

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian dan Aku sempurnakan atas kalian
nikmat-Ku dan Aku ridhai Islam ini sebagai agama bagi kalian.” (QS. Al-Maidah: 3)

Kemudian beliau mengatakan:

‫فقد أكمل هللا لنا الدين قبل أن ينتقل الرسول ﷺ إلى الرفيق األعلى فليس هو بحاجة إلى من يزيد وينقص فيه‬
Maka Allah ‫ ﷻ‬telah menyempurnakan agama ini untuk kita sebelum Rasulullah ‫ ﷺ‬kembali kepada
Allah ‫ الرفيق األعلى‬Dzat yang Maha Lembut, Dzat yang Maha Tinggi.

Oleh karena itu agama ini tidak butuh adanya orang yang menambah dan juga mengurangi.
Sempurna berarti tidak boleh kita menambahnya, tidak boleh kita menguranginya. Yang kita lakukan
adalah mengikuti sesuatu yang sempurna tadi yang telah dibawa oleh Nabi ‫ﷺ‬.

‫و قد جاءت نصوص كثيرة تأمر باالتباع و تحذر من االبتداع‬

Telah banyak di sana dalil-dalil yang menyuruh untuk mengikuti dan melarang kita untuk ‫ االبتداع‬yaitu
membuat bid'ah di dalam agama,

‫واإلحداث في الدين‬

dan membuat sesuatu yang baru dalam agama ini.

: ‫قال تعالى‬

Allah mengatakan:

}٢١ :‫ُوا ٱهَّلل َ َو ۡٱل َی ۡو َم ۡٱلـَٔاخ َِر َو َذ َك َر ٱهَّلل َ َكثِی ࣰرا {األحزاب‬ َ ‫ُول ٱهَّلل ِ ُأ ۡس َوةٌ َح َس َن ࣱة لِّ َمن َك‬
۟ ‫ان َی ۡرج‬ َ ‫لَّ َق ۡد َك‬
ِ ‫ان لَ ُكمۡ فِی َرس‬

"Sungguh telah ada pada diri Rasulullah ‫ ﷺ‬contoh yang baik bagi orang yang mengharap Allah dan
mengharap hari akhir dan dia mengingat Allah dengan ingat yang banyak”. (QS. Al-Ahzab: 21)

Ini menunjukkan bahwasanya orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan banyak berdzikir
harusnya dia adalah menjadi orang yang banyak meniru Rasulullah ‫ﷺ‬.

:‫وقال تعالى‬
Dan Allah mengatakan:

ۚ۟ ‫َو َم ۤا َءا َت ٰى ُك ُم ٱلرَّ سُو ُل َف ُخ ُذوهُ َو َما َن َه ٰى ُكمۡ َع ۡن ُه َفٱن َته‬


}٧:‫ُوا {الحشر‬

“Apa yang diberikan oleh Rasul maka ambillah dan apa yang beliau larang maka berhentilah.” (QS.
Al-Hasyr: 7)

: ‫وقال تعالى‬

Dan Allah mengatakan:

}٣١ :‫ُّون ٱهَّلل َ َفٱ َّت ِبعُونِی ی ُۡح ِب ۡب ُك ُم ٱهَّلل ُ {آل عمران‬
َ ‫قُ ۡل ِإن ُكن ُتمۡ ُت ِحب‬

“Katakanlah kalau kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai kalian”.
(QS. Ali-‘Imran: 31)

‫ومن السنة أحاديث كثيرة منها قوله ﷺ عليكم بسنتي و سنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي عضوا عليها بالنواجذ وإياكم‬
.‫ومحدثات األمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضاللة و كل ضاللة في النار‬

Hadits yang menunjukkan tentang syarat yang kedua ini banyak, di antaranya adalah hadits ini, yang
artinya: “Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin
almahdiyyin setelahku, gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian (yaitu ibarat tentang
kuatnya kita dalam memegang sunnah beliau) dan hati-hatilah kalian dengan perkara yang diada-
adakan karena sesungguhnya setiap perkara yang diada-adakan adalah bid'ah dan setiap bid'ah
adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempat kembalinya adalah neraka.”

‫ تركت فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا بعدي كتاب هللا و سنتي‬: ‫وقوله ﷺ‬

Dan sabda Nabi ‫" ﷺ‬Aku tinggalkan di antara kalian apa yang kalau kalian berpegang dengannya
kalian tidak akan tersesat selama-lamanya setelahku, yaitu Al-Quran dan Sunnahku."
Maka ini menunjukkan keharusan kita untuk mengikuti Nabi bukan membuat sesuatu yang baru.

:‫وقوله ﷺ‬

Dan ucapan beliau ‫ﷺ‬:

‫من عمل عمال ليس عليه أمرنا فهو رد‬

"Barangsiapa mengamalkan sebuah amalan tidak ada petunjuknya dari kami maka amalan tersebut
tertolak."

Ini akibat tidak mengikuti Rasulullah ‫ﷺ‬, meskipun dia ikhlas tapi kalau dia tidak muttaba'a maka ini
menjadi sebab amalannya ditolak oleh Allah ‫ﷻ‬.

‫وقد أمر هللا سبحانه وتعالى األمة باالجتماع و اتحاد الكلمة على أن يكون األساس لهذا االجتماع هو االعتصام بكتاب هللا و سنة‬
‫رسول ﷺ‬

Dan Allah ‫ ﷻ‬telah memerintahkan umat ini untuk bersatu dan menyatukan kalimah dan dasar
pondasi persatuan ini adalah dengan berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan juga Sunnah Rasulullah
‫ﷺ‬.

‫ونهى عن التفرق وبين خطورته على األمة و ليتحقق هذا األمر فقد أمرنا بالتحاكم إلى كتاب هللا في األصول و الفروع و نهينا عن‬
‫كل سبب يؤدي إلى التفرق‬

Kemudian beliau menjelaskan dan Allah ‫ ﷻ‬telah melarang kita untuk berpecah belah dan Allah
menjelaskan tentang bahayanya atas umat ini, supaya terjadilah persatuan ini.

Maka Allah ‫ ﷻ‬memerintahkan kita untuk berhukum dengan Al-Qur'an, baik di dalam pokok agama
maupun dalam furu’nya.

Supaya apa? Supaya kita ini bersatu.


Kalau memang terjadi perselisihan kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits dan kita dilarang untuk
melakukan segala sesuatu yang bisa menyebabkan perpecahan.

:‫قال هللا تعالى‬

Allah ‫ ﷻ‬mengatakan:

ۚ۟ ُ‫ُوا ب َح ۡبل ٱهَّلل ِ َجمِی ࣰعا َواَل َت َفرَّ ق‬


}١٠٣:‫وا {آل عمران‬ ِ ِ ۟ ‫ٱع َتصِ م‬
ۡ ‫َو‬

“Dan hendaklah kalian berpegang teguh dengan tali Allah semuanya, dan janganlah kalian saling
berpecah belah satu dengan yang lain.” (QS. Ali-‘Imran: 103)

➡️Tali Allah yang dimaksud adalah Al-Qur'an dan berpegang dengan Al-Qur'an masuk di dalamnya
berpegang dengan Hadits.

ۚ۟ ُ‫َواَل َت َفرَّ ق‬
‫وا‬

Dan janganlah kalian saling berpecah belah satu dengan yang lain.

‫هو عهد هللا و هو القرآن‬

Dan yang dimaksud dengan tali Allah adalah ‫ عهد هللا‬dan itu maksudnya adalah Al-Qur'an.

‫كما قال المفسرون‬

Sebagaimana ucapan para ahli tafsir.

‫و قد أمر هللا با لجماعة و نهى عن الفرقة واال ختالف‬


Dan Allah ‫ ﷻ‬telah memerintahkan kita untuk bersatu dan melarang dari perpecahan dan juga
perbedaan.

‫كما قال تعالى‬

Sebagaimana firman Allah:

ۚ۟ ‫َو َم ۤا َءا َت ٰى ُك ُم ٱلرَّ سُو ُل َف ُخ ُذوهُ َو َما َن َه ٰى ُكمۡ َع ۡن ُه َفٱن َته‬


}٧:‫ُوا {ألحشر‬

"Dan apa yang diberikan oleh Rasul ambillah dan apa yang dilarang oleh beliau maka berhentilah.”
(QS. Al-Hasyr: 7)

‫وهذا شامل أل صول الدين وفروعه الظاهرة و الباطنة و إن ما جاء رسول ﷺ يتعين على العباد األخذ به واتباعه وال تحل مخالفته‬
‫وأن نص رسول هللا ﷺ على حكم الشيء كنص هللا تعالى ال رخصة أل حد في تركه وال يجوز تقديم قول أحد على قول هللا‬

Beliau mengatakan,

Dan ini semuanya bersatu di atas Al-Qur'an dan Hadits mencakup perkara yang pokok dalam agama
ini maupun yang furu’ yaitu cabangnya, yang dzahir maupun yang batin dan sesungguhnya apa yang
datang dari Rasul wajib bagi para hamba untuk mengambilnya dan mengikuti Rasul dan tidak halal
untuk menyelisihi Rasulullah ‫ﷺ‬, dan bahwasanya nash dari Rasulullah ‫ ﷺ‬atas sebuah hukum maka
ini seperti nashnya Allah.

Nash dari beliau sama dengan nash Allah yang tidak ada keringanan bagi seorang pun untuk
meninggalkannya dan tidak boleh mendahulukan ucapan seorang pun di atas ucapan Allah ‫ﷻ‬.

Contoh ayat-ayatnya,

: ‫قال تعالى‬

Allah ‫ ﷻ‬mengatakan:
َ ‫ُوا ٱهَّلل َ َو َرسُولَهُۥ َواَل َت َولَّ ۡو ۟ا َع ۡن ُه َوَأن ُتمۡ َت ۡس َمع‬
}٢٠:‫ُون {األنفال‬ ۟ ‫ِین َءا َم ُن ۤو ۟ا َأطِ یع‬
َ ‫َی ٰـَۤأ ُّی َها ٱلَّذ‬

"Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian taat kepada Allah dan juga RasulNya, dan
janganlah kalian berpaling dari-Nya sedangkan kalian mendengar.” (QS. Al-Anfal: 2)

In syaa Allah, kita lanjutkan penjelasan tentang ayat ini pada pertemuan selanjutnya.

‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه وسلم‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi36

🔊 MATERI 36: JALAN KESELAMATAN DENGAN ITTIBA’ DAN MENJAUHI IBTIDA’ (BAGIAN 03)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Alhamdulillah kita bertemu kembali untuk melanjutkan pembahasan kitab “Kun Salafiyyan 'Alal
Jaaddah” (Jadilah Engkau Salafi yang Sejati) yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh Abdussalam As
Suhaimi Hafidzhahullah Ta'ala.

Masih beliau berbicara tentang bahwasanya kita ini diperintahkan untuk bersatu, yaitu bersatu di
atas Al-Qur'an dan juga Hadits Nabi ‫ﷺ‬. Dan ini adalah perintah Allah untuk kita semuanya dan kita
dilarang untuk berpecah-belah.

Sebagian dalilnya sudah beliau sebutkan yaitu firman Allah:


۟ ُ‫ُوا ِب َحب ِْل ٱهَّلل ِ َجمِيعً ا َواَل َت َفرَّ ق‬
}١٠٣:‫وا {آل عمران‬ ۟ ‫َوٱعْ َتصِ م‬

Kemudian juga firman Allah Azza wa Jalla:

۟ ‫َمٓا َءا َت ٰى ُك ُم ٱلرَّ سُو ُل َف ُخ ُذوهُ َو َما َن َه ٰى ُك ْم َع ْن ُه َفٱن َته‬


}٧:‫ُوا ۚ {الحشر‬

Dan ini semua masuk di dalamnya perkara yang merupakan ushul (pondasi) yang pokok dalam
agama maupun perkara yang furu’ (perkara yang cabang). Kita disuruh untuk kembali kepada Al-
Quran dan juga Hadits Nabi ‫ﷺ‬.

Beliau mengatakan:

: ‫قال تعالى‬

Allah berfirman, ini dalil yang lain yang menunjukkan tentang kewajiban kita untuk kembali kepada
Al-Qur'an dan Hadits.

َ ‫ُوا ٱهَّلل َ َو َرسُولَهُۥ َواَل َت َولَّ ْو ۟ا َع ْن ُه َوَأن ُت ْم َتسْ َمع‬


}٢٠ :‫ُون {األنفال‬ ۟ ‫ِين َءا َم ُن ٓو ۟ا َأطِ يع‬
َ ‫َي ٰـَٓأ ُّي َها ٱلَّذ‬

"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan juga Rasul-Nya, dan janganlah kalian berpaling
dari-Nya, sedangkan kalian mendengar.” (QS. Al-Anfal: 20)

Kita disuruh taat kepada Allah yaitu mengikuti Al-Qur’an, taat kepada Rasul; mengikuti Sunnah
beliau dan jangan kita berpaling dari beliau.

َ ‫َوَأن ُت ْم َتسْ َمع‬


‫ُون‬

Sedangkan kalian mendengarnya.


Kalau sudah mendengar, ya melaksanakan. Jangan ‫ص ْي َنا‬
َ ‫سمِعْ َنا َو َع‬,
َ jangan mendengar kemudian
bermaksiat.

‫و قد أمرنا هللا عند التنازع بالرد إلى كتابه و إلى سنة رسول صلى هللا عليه وسلم‬

Dan Allah telah memerintahkan kita ketika terjadi perselisihan untuk mengembalikan kepada Al-
Qur'an dan Sunnah Rasulullah ‫ﷺ‬.

‫قال تعالى‬

Allah berfirman:

ِ ‫ون ِبٱهَّلل‬ ِ ‫ُوا ٱلرَّ سُو َل َوُأ ۟ولِى ٱَأْلمْ ِر مِن ُك ْم ۖ َفِإن َت ٰ َن َزعْ ُت ْم فِى َشىْ ٍء َف ُردُّوهُ ِإلَى ٱهَّلل ِ َوٱلرَّ س‬
َ ‫ُول ِإن ُكن ُت ْم ُتْؤ ِم ُن‬ ۟ ‫ُوا ٱهَّلل َ َوَأطِ يع‬
۟ ‫ِين َءا َم ُن ٓو ۟ا َأطِ يع‬
َ ‫َي ٰـَٓأ ُّي َها ٱلَّذ‬
ٰ
}٥٩:‫َو ْٱل َي ْو ِم ٱ ْل َءاخ ِِر ۚ َذل َِك َخ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ َتْأ ِوياًل {النساء‬

”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa: 59)

‫ُوا ٱلرَّ سُو َل َوُأ ۟ولِى ٱَأْلمْ ِر مِن ُك ْم‬


۟ ‫ُوا ٱهَّلل َ َوَأطِ يع‬
۟ ‫ِين َءا َم ُن ٓو ۟ا َأطِ يع‬
َ ‫َي ٰـَٓأ ُّي َها ٱلَّذ‬

Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan ulil amri kalian,
yaitu pemerintah kalian (penguasa kalian).

‫َفِإن َت َن ٰـ َزعْ ُت ْم‬

Kalau kalian saling berselisih.

‫فِى َشىْ ٍء‬


Dalam sesuatu,

Dan ini masuk di dalamnya perkara yang ushul maupun perkara yang furu’, yang pondasi maupun
yang cabang.

ِ ‫َف ُردُّوهُ ِإلَى ٱهَّلل ِ َوٱلرَّ س‬


‫ُول‬

Maka kembalikanlah perselisihan tadi kepada Allah dan juga Rasul-Nya.

Jangan dikembalikan kepada adat saya, jangan dikembalikan kepada akal saya, tapi kembalikanlah
kepada Allah dan juga Rasul.

‫ون ِبٱهَّلل ِ َو ْٱل َي ْو ِم ْٱلـَٔاخ ِِر‬


َ ‫ِإن ُكن ُت ْم ُتْؤ ِم ُن‬

“Kalau kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir.”

Kita semuanya beriman kepada Allah dan hari akhir, kalau memang kita benar dalam keimanan kita,
maka ketika terjadi perselisihan jangan ragu untuk mengembalikan itu kepada Allah dan juga Rasul-
Nya. Kita harus kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya dan yakin apa yang datang dari Allah dan
Rasul-Nya itulah yang paling baik bagi kita semuanya. Baik itu secara duniawi merugikan kita atau
menguntungkan kita.

َ ِ‫ٰ َذل‬
‫ك َخ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ َتْأ ِوياًل‬

“Yang demikian lebih baik dan lebih bagus akhirnya.”

Mungkin secara dzhahir sekarang kelihatan merugikan kita, tapi ketahuilah bahwasanya akhirnya itu
adalah lebih baik bagi kita. Akhirnya pasti itu adalah kebaikan. Jangan kita terhalangi untuk
melakukan sebuah kebaikan karena tipu daya syaithan yang memberikan was-was,

"Nanti akhirnya kamu akan miskin, kamu akan demikian dan demikian."
Itu adalah was-was dari syaithan. Adapun Allah, maka Allah ‫ ﷻ‬menjanjikan kepada kita ampunan
dan akhir yang baik.

:‫قال ابن كثير‬

Dan Ibnu Katsir mengatakan ketika menafsirkan ayat ini.

‫أطيعوا هللا فاتبعوا كتابه‬

Makna ‫ أطيعوا هللا‬- taatlah kepada Allah - adalah hendaklah kalian mengikuti kitab-Nya yaitu Al-Qur'an.

۟ ‫َوَأطِ يع‬
‫ُوا ٱلرَّ سُو َل‬

Dan taatilah Rasul

‫أي خذوا بسنته‬

Yaitu ambillah sunnah beliau

‫اتبعوا سنته‬:‫أي‬

ikutilah sunnah beliau.

‫و أولي األمر مثله‬

Dan penguasa semisalnya.


Maksudnya adalah, tidak disebutkan di sini ‫ أطيعوا‬karena diathafkan kepada sebelumnya, kepada
Rasul. Diathafkan kepada yang sebelumnya, sehingga dipahami di sini kita diperintahkan untuk
menaati ulul amri (kepada penguasa kita).

‫ فيما أمركم به من طاعة هللا ال في معصية هللا فإنه ال طاعة لمخلوق في معصية الخالق‬:‫أي‬

Yaitu di dalam apa yang mereka yaitu penguasa kita memerintahkan kalian dengannya berupa
ketaatan kepada Allah bukan di dalam kemaksiatan kepada Allāh ‫ﷻ‬, karena tidak ada ketaatan
kepada makhluk di dalam maksiat kepada al-khaliq. Tidak ada ketaatan kepada makhluk di dalam
kemaksiatan kepada Allah.

Jadi kalau apa yang datang dari penguasa kita itu adalah sesuatu yang tidak bertentangan dengan
dalil, maka kita taat tapi kalau itu adalah maksiat bertentangan dengan dalil maka:

‫ال طاعة لمخلوق في معصية الخالق‬

Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam berbuat maksiat kepada Allah ‫ﷻ‬.

ِ ‫َفِإن َت َن ٰـ َز ۡع ُتمۡ فِی َش ۡی ࣲء َف ُردُّوهُ ِإلَى ٱهَّلل ِ َوٱلرَّ س‬


‫ُول‬

“Kalau kalian berselisih di dalam sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan juga Rasul-Nya.”

‫أي إلى كتاب هللا وسنة رسوله وهذا أمر من هللا عزوجل بأن كل شيء تنازع الناس فيه من أصول الدين و فروعه أنه يرد المتنازع‬
‫فيه إلى الكتاب والسنة‬

Firman Allah, "Apabila kalian saling berselisih dalam sesuatu maka kembalikanlah kepada Allah dan
juga Rasul-Nya yaitu kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasul-Nya.”

Dan ini kata Ibnu Katsir, perintah dari Allah ‫ ﷻ‬bahwa segala sesuatu di mana manusia saling
berselisih di dalamnya baik berupa ushuluddin, pokok-pokok agama, maupun cabang-cabangnya,
maka dikembalikan perkara tadi ‫ المتنزع فيه‬kepada Al-Qur'an dan juga Sunnah. Jangan dikembalikan
kepada yang lain.
Ini merupakan sifat orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir.

: ‫كما قال تعالى‬

Sebagaimana firman Allah:

}١٠:‫ ِإلَى ٱهَّلل ِۚ {الشو رى‬.ۤ‫َو َما ۡٱخ َتلَ ۡف ُتمۡ فِی ِه مِن َش ۡی ࣲء َفح ُۡك ُم ُهۥ‬

"Dan apa saja yang kalian perselisihkan maka hukumnya adalah kepada Allah.” (QS. Asy-Syura: 10)

Allah Subhanahu wa Ta'ala yang memutuskan di antara mereka.

‫فما حكم فيه الكتاب والسنة وشهدا له بالصحة فهو الحق فماذا بعد الحق إال الضالل‬

Maka apa yang diputuskan oleh Al-Qur'an dan Sunnah, dan keduanya bersaksi tentang
kebenarannya, maka yang demikian adalah hak kalau memang itu sudah diputuskan oleh Al-Qur'an
dan Sunnah, maka itu adalah hak, maka tidaklah ada setelah kebenaran tadi kecuali kesesatan.

‫ون ِبٱهَّلل ِ َو ْٱل َي ْو ِم ْٱلـَٔاخِر‬


َ ‫ ِإن ُكن ُت ْم ُتْؤ ِم ُن‬:‫و لهذا قال تعالى‬

Oleh karena itu Allah ‫ ﷻ‬mengatakan, "Kalau kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari
akhir."

‫ ردوا الفصل في الخصومات والجهاالت إلى الكتاب و السنة و من ال يرجع إليها في ذلك فليس يؤمن باهلل واليوم اآلخر‬:‫أي‬

Kalau kalian beriman kepada Allah dan hari akhir yaitu kembalikanlah keputusannya di dalam
persengketaan, di dalam perkara yang tidak diketahui, kepada apa? Kepada Al-Qur'an dan Sunnah.
Dan barangsiapa yang tidak kembali ke sana di dalam permasalahan-permasalahan ini maka berarti
dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Maksudnya tidak sempurna keimanannya dan ini
adalah termasuk keimanan yang wajib, wajib bagi kita untuk kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah,
jangan kita kembali kepada selain keduanya.

‫ثم إن هللا قد ذم التفرق و نهى عن الطرق و األسباب المؤدية إليه‬

Kemudian sesungguhnya Allah ‫ ﷻ‬mencela, dan telah mencela perpecahan dan Allah ‫ ﷻ‬melarang dari
jalan-jalan dan sebab-sebab yang bisa menuju kepada perpecahan, yang bisa menyebabkan
perpecahan.

‫و أنه من أعظم أسباب الخذالن في الدنيا والعذاب في اآلخرة‬

“Dan perpecahan ini termasuk sebab kehinaan di dunia dan adzab di akhirat.”

:‫قال تعالى‬

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

: ‫ َی ۡو َم َت ۡبیَضُّ وُ جُو ࣱه َو َت ۡس َو ُّد وُ جُو ࣱۚه {آل عمرا‬، ‫ك لَهُمۡ َع َذابٌ َعظِ ی ࣱم‬ ُ ۚ ‫وا مِن َب ۡع ِد َما َج ۤا َء ُه ُم ۡٱل َب ِّی َن ٰـ‬
َ ‫ َوُأ ۟ولَ ٰۤـ ِٕى‬،‫ت‬ ۟ ُ‫وا َو ۡٱخ َتلَف‬
۟ ُ‫ِین َت َفرَّ ق‬ ۟ ‫َواَل َت ُكو ُن‬
َ ‫وا َكٱلَّذ‬
}١٠٦-١٠٥

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram.”
(QS. Ali ‘Imran: 105-106)

Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang berpecah-belah dan berselisih, setelah jelas atau
setelah datang kepada mereka petunjuk, keterangan yang jelas.

َ ‫َوُأ ۟ولَ ٰۤـ ِٕى‬


‫ك َلهُمۡ َع َذابٌ َعظِ ی ࣱم‬
Mereka yaitu orang-orang yang berpecah-belah setelah datang kepada mereka petunjuk, sudah
mendengar Qur'an sudah membaca Hadits Nabi dan sudah jelas baginya petunjuk tadi, tapi ternyata
dia lebih memilih untuk tidak mengamalkan Qur'an dan juga Hadits tadi.

Dia lebih memilih aqidahnya yang sesat yang dibuat-buat oleh manusia bukan dari Al-Qur'an dan
Hadits, maka orang yang demikian diancam dengan adzab yang besar.

‫َی ۡو َم َت ۡبیَضُّ وُ جُو ࣱه َو َت ۡس َو ُّد وُ جُو ࣱۚه‬

“Hari di mana sebagian wajah akan putih dan sebagian wajah yang lain akan menghitam.”

Siapakah mereka?

:‫قال ابن عباس‬

Kata Ibnu Abbas :

‫تبيض وجوه أهل السنة و الجماعة و تسود وجوه أهل البدعة و الفرقة‬

"Bahwasanya wajah-wajah Ahlus Sunnah wal Jama'ah akan memutih dan wajah-wajah Ahlil Bid'ah
dan juga Furqah, ahli bid'ah dan mereka adalah ahli dalam perpecahan mereka akan menghitam.”

Ini adalah tafsir dari Abdullah Ibnu Abbas, menunjukkan tentang harusnya kita ini bersatu di atas Al-
Qur'an dan Hadits, dan jangan kita memisahkan diri kita dari Al-Qur'an dan Hadits. Karena ketika
seseorang memisahkan dirinya dari Al-Qur'an dan Hadits, berarti dia terjerumus ke dalam
kebid'ahan dan menjadi ahlul bid'ah dan juga al-furqah yang senang memecah belah umat dengan
kebid'ahannya.

:‫وقال تعالى‬

Dan Allah mengatakan:


َ ُ‫وا َی ۡف َعل‬
)١٥٩ :‫ون {األنعام‬ ۟ ‫وا شِ َی ࣰعا لَّ ۡستَ م ِۡنهُمۡ فِی َش ۡی ۚ ٍء ِإ َّن َم ۤا َأ ۡم ُرهُمۡ ِإلَى ٱهَّلل ِ ُث َّم ُی َن ِّبُئهُم ِب َما َكا ُن‬
۟ ‫وا دِی َنهُمۡ َو َكا ُن‬
۟ ُ‫ِین َفرَّ ق‬
َ ‫ِإنَّ ٱلَّذ‬

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan,
tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah
terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
perbuat.” (QS. Al-An’am: 159)

Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya, memecah belah agamanya yaitu
dengan cara dia tidak iltizam dan tidak mengikuti Al-Qur'an dan Hadits, berarti sebagian Al-Qur'an
dan Hadits dia laksanakan, sebagian yang lain dia tidak laksanakan.

‫فرقة دينهم‬

Ini memecah belah agama.

Harusnya kita ini kafah,

‫ادخلوا في اإلسالم كافة‬

"Hendaklah kalian masuk ke dalam Islam dengan secara keseluruhan."

Adapun seseorang, sebagian ajaran dilaksanakan, sementara ajaran yang lain tidak dilaksanakan,
padahal itu sama-sama sesuatu yang wajib di dalam agama tapi dia pisah-pisahkan.

Mungkin shalatnya sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah, cara wudhunya sama dengan Al-Qur'an
dan Sunnah. Tapi dalam masalah aqidah, tentang sikap terhadap penguasa, tentang masalah dosa
besar atau pelaku dosa besar, tentang masalah iman, dia tidak mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah. Ini
namanya memecah belah ajaran agama.

۟ ‫َو َكا ُن‬


‫وا شِ َی ࣰعا‬
Dan mereka berkelompok-kelompok dan beraliran-aliran

‫لَّ ۡستَ م ِۡنهُمۡ فِی َش ۡی ۚ ٍء‬

Maka engkau bukan termasuk golongan mereka sedikitpun.

Nabi ‫ ﷺ‬kalau ditanya kita, beliau di atas aliran apa?

‫لَّ ۡستَ م ِۡنهُمۡ فِی َش ۡی ۚ ٍء‬

Nabi tidak berada di atas aliran-aliran tadi.

Beliau berada di atas jalan yang lurus, ash-shirathul mustaqim, sementara aliran-aliran tadi, mereka
berada di samping kanan kiri jalan yang lurus.

Ahlus Sunnah wal Jama'ah mereka berada di belakang Nabi ‫ﷺ‬.

ِ ‫ِإ َّن َم ۤا َأ ۡم ُرهُمۡ ِإلَى ٱهَّلل‬

“Perkara mereka hanyalah kepada Allah.”

َ ُ‫وا َی ۡف َعل‬
‫ون‬ ۟ ‫ُث َّم ُی َن ِّبُئهُم ِب َما َكا ُن‬

“Kemudian Allah ‫ ﷻ‬akan mengabarkan kepada mereka apa yang mereka kerjakan.”

:‫وقال ﷺ‬
Dan beliau ‫ ﷺ‬mengatakan, dan ini adalah tentang hadits iftiraqul ummah, in syaa Allah akan kita
bahas pada kesempatan selanjutnya.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini.

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi37

🔊 MATERI 37: JALAN KESELAMATAN DENGAN ITTIBA’ DAN MENJAUHI IBTIDA’ (BAGIAN 04)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Para Ikhwan dan juga para Akhawat, admin para Musyrifin dan juga Musyrifat dan para Koordinator
yang dimuliakan oleh Allah.

Pertemuan yang ke-37 dari pembahasan kitab Kun Salafiyyan 'Ala Al-Jaddah yang ditulis oleh
Fadhilatu Syaikh Abdussalam As Suhaimi Hafidzahullah Ta'ala.

Masih pada pembahasan tercelanya perpecahan dan bahwasanya Allah ‫ ﷻ‬menyuruh kita untuk
bersatu dengan cara bersatu di atas Al-Qur'an dan juga Hadits dengan pemahaman yang benar yaitu
pemahaman para salaf.

Dan Allah ‫ ﷻ‬mencela yang dinamakan dengan perpecahan, karena perpecahan berarti ada sebagian
kita yang tidak mau kembali kepada Al-Qur'an dan juga Hadits dengan pemahaman para salaf.
Kembali kepada akalnya, kembali kepada adat istiadatnya, mengambil sebagian agama dan
meninggalkan sebagian ajaran yang lain, maka ini adalah sumber dari perpecahan.
Beliau melanjutkan menyebutkan dalil dari hadits yang menunjukkan bahwasanya perpecahan
adalah tercela.

: ‫وقال ﷺ‬

Dan berkata Nabi ‫ﷺ‬,

‫أال إن من كان قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على اثنتين و سبعين ملة و إن هذه األمة ستفرق على ثالث و سبعين ملة اثنتان و‬
‫سبعون في النار و واحدة في الجنة و هي الجماعة‬

Ketahuilah bahwasanya orang-orang sebelum kalian dari kalangan ahlul kitab, yaitu orang-orang
Yahudi dan juga orang-orang Nasrani, mereka berpecah belah menjadi 72 golongan.

Dan sesungguhnya umat ini, yaitu umat Islam, akan terpecah-belah menjadi 73 golongan (berarti
lebih banyak).

72 di antaranya masuk ke dalam neraka dan satu di antaranya masuk ke dalam surga.

‫وهي الجماعة‬

Dan yang dimaksud dengan satu golongan tadi adalah Al-jama'ah yaitu jama'ahnya Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
juga para sahabat, yang mereka berkumpul di atas Al-Qur'an dan Hadits dengan pemahaman yang
benar.

‫ بافتراق أمته على ثالث و سبعين فرقة‬: ‫فقد أخبر النبي ﷺ‬

Maka Nabi ‫ ﷺ‬telah mengabarkan tentang terjadinya perpecahan di dalam umat ini menjadi 73
golongan.

‫اثنتان و سبعون في النار‬


72 golongan di antaranya di dalam neraka

‫وواحدة في الجنة‬

Dan satu golongan di dalam surga.

‫ ما أنا عليه و أصحابي‬: ‫و التي في الجنة هي التي قال عنها النبي ﷺ‬

Dan golongan yang berada di dalam surga adalah golongan yang dikatakan oleh Nabi ‫ﷺ‬, “apa yang
aku dan para sahabatku berada di atasnya”.

Inilah al-jama'ah yaitu jama'ahnya Rasulullah ‫ ﷺ‬dan juga para sahabatnya.

‫و إن من أسباب هالك األمم السابقة هو التفرق و كثيرة االختالف ال سيما االخيالف في الكتاب المنزل عليهم و قد حذرنا رسول هللا‬
‫ﷺ من ذلك فقال‬

Dan termasuk sebab hancurnya umat-umat terdahulu.

Kenapa mereka hancur?

Karena adanya perpecahan dan banyaknya khilaf khususnya khilaf di dalam kitab yang diturunkan
kepada mereka. Khilaf di dalam kitab yang diturunkan kepada mereka dan Nabi ‫ ﷺ‬telah
mengingatkan yang demikian.

:‫فقال‬

Beliau mengatakan:

‫ذروني ما تركتكم فإنما هلك من كان قبلكم بكثرة سؤالهم و اختالفهم على أنبيائهم‬

“Tinggalkanlah aku sebagaimana aku tinggalkan kepada kalian”


Maksudnya adalah apa yang aku tinggalkan untuk kalian, maka jangan dirubah. Jangan dirubah baik
maknanya maupun lafadznya.

‫ذروني ما تركتكم‬

Karena sesungguhnya yang menjadikan hancur umat-umat sebelum kalian adalah karena di
antaranya

‫كثرة سؤال‬

Mereka terlalu banyak bertanya.

Yaitu pertanyaan yang tidak bermanfaat, pertanyaan yang menghancurkan mereka sendiri,
pertanyaan yang bukan maksudnya adalah untuk diamalkan

‫واختالفهم على أنبيائهم‬

Dan mukhalafah mereka, penyimpangan mereka terhadap nabi-nabi mereka, yaitu mereka tidak
mematuhi dan tidak mentaati nabinya. Itulah yang menjadikan mereka akhirnya hancur.

‫فإذا نهيتكم عن شيء فأجتنبوه‬

Maka apabila aku melarang kalian, hendaklah kalian meninggalkannya.

‫و إذا أمرتكم بأمر فأتوا منه ما استطعتم‬

Dan kalau aku perintahkan kepada kalian dengan sebuah perintah, maka hendaklah kalian datangi
perintah tersebut (laksanakan perintah tersebut) sesuai dengan kemampuan kalian.

Ini petunjuk Nabi ‫ﷺ‬, supaya kita jangan neko-neko, jangan kita berlebih-lebihan.
Apa yang datang dalam Al-Qur'an dan Hadits, ya itulah yang kita laksanakan, jangan kita menambah-
nambah di dalam agama, biarkan kita mengamalkan apa yang telah ditinggalkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬dengan
pemahaman yang benar, jangan kita merubahnya.

‫فإن طريق الخالص من الفرقة و اال ختالف‬

Dan bahwasanya jalan untuk keluar dari perpecahan dan juga perbedaan.

‫هو باتباع طريق الفرقة الناجية المنصورة‬

Yaitu dengan cara mengikuti jalan golongan yang selamat yang di tolong.

Jangan kita mengikuti aliran-aliran. Tapi ikuti jalan golongan jalan yang ditolong yang dikabarkan
oleh Nabi ‫ﷺ‬, merekalah yang selamat, merekalah yang ditolong.

‫و هي الجماعة‬

Dan mereka adalah al-jama'ah, jama'ahnya Rasulullah ‫ ﷺ‬dan juga para sahabatnya dan orang-orang
yang mengikuti mereka.

‫و هم الذين يسير ون على و فق منهج النبي ﷺ و أصحابه‬

Dan mereka adalah orang-orang yang berjalan sesuai dengan jalannya Nabi ‫ ﷺ‬dan juga para
sahabatnya.

‫ال يعدلون عن ذلك‬

Mereka tidak menyimpang darinya.

‫و ال يحيدون عنه‬
Dan tidak melenceng darinya.

‫إن طريق الخالص هو اتباع السلف الصالح قوال و عمال واعتقادا و عدم مخالفتهم أو الشذوذعنهم‬

Dan bahwasanya jalan keluar dari perpecahan ini semua adalah dengan mengikuti para salafush
shalih, para pendahulu kita yang shalih baik dalam ucapan perbuatan maupun aqidah.

Kita ikuti mereka dan tidak menyelisihi mereka atau tidak ‫ الشذوذ‬dari mereka yaitu tidak menyimpang,
tidak nyeleneh dari ajaran mereka. Ini adalah ajaran untuk bersatu.

Jalan untuk bersatu adalah kembali kepada jalannya para sahabat, jangan masing-masing kita ego
mengedepankan adatnya mengedepankan akalnya, menganggap bahwasanya akalnya yang paling
encer paling jernih.

Kalau demikian keadaannya maka yang terjadi adalah perpecahan. Jalan persatuan yang sebenarnya
adalah dengan kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah dengan pemahaman para salaf.

:‫قال تعالى‬

Allah ‫ ﷻ‬mengatakan:

: ‫صلِهِۦ َج َه َّن ۖ َم َو َسٓا َء ۡت مَصِ يرً ا (النساء‬ َ ‫يل ۡٱلم ُۡؤ ِمن‬
ۡ ‫ِين ُن َولِّهِۦ َما َت َولَّ ٰى َو ُن‬ ٰ ‫َو َمن ُي َشاق ِِق ٱلرَّ سُو َل مِن َب ۡع ِد َما َت َبي ََّن َل ُه ۡٱله‬
ِ ‫ُدَى َو َي َّت ِب ۡع غَ ۡي َر َس ِب‬
)١١٠

“Dan barangsiapa yang menyelisihi Rasul setelah jelas baginya petunjuk dan dia mengikuti jalan
selain jalan orang-orang yang beriman, maka Kami akan palingkan dia sesuai dengan berpalingnya
dia, dan Kami masukan dia ke dalam jahanam dan jahanam adalah sejelek-jeleknya tempat kembali.”
(QS. An-Nisa: 110)

Menunjukkan bahwasanya bencana dan musibah ketika seseorang tidak mengikuti Rasulullah ‫ ﷺ‬dan
tidak mengikuti para sahabat, mereka adalah orang-orang yang beriman yang pertama kali di antara
umat Rasulullah ‫ﷺ‬:
‫فاتباع سبيل المؤمنين وهم الصحابة وأتباعهم من األئمة المهديين بإحسان هو سبيل النجاة‬

“Maka mengikuti jalan orang-orang yang beriman, dan mereka adalah para sahabat dan pengikut-
pengikut mereka dari kalangan para imam yang mereka mendapatkan petunjuk. Mengikuti mereka
dengan baik adalah jalan keselamatan.”

Sebagaimana firman Allah di dalam surat At-Taubah: 100,

۟ ‫ِين ٱ َّت َبعُوهُم بِِإحْ َس ٰـ ٍن رَّ ضِ َى ٱهَّلل ُ َع ْن ُه ْم َو َرض‬


‫ُوا َع ْن ُه‬ َ ‫َوٱلَّذ‬

Ketika Allah menyebutkan tentang kaum muhajirin dan juga anshar yang mereka adalah orang-orang
yang pertama masuk ke dalam agama Islam dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah ‫ﷻ‬.

Kemudian beliau mengatakan:

‫واإلتباع إنما يكون صحيحا بثالثة أمور تتلخص مما سبق من النصوص وهذه األمور الثالثة هي‬

Dan mengikuti ini adalah bisa benar dengan 3 cara, terangkum atau dirangkum dari apa yang sudah
berlalu berupa dalil-dalil.

:‫وهذه األمور الثالثة هي‬

Tiga perkara ini adalah yang terangkum dari dalil-dalil tadi:

‫ االعتصام بكتاب هللا و سنة ﷺ‬-١

1. Berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan juga dengan Sunnah Rasulullah ‫ﷺ‬
‫ عدم التفرق واالختالف في الكتاب و السنة‬-٢

2. Tidak boleh kita berpecah belah dan berbeda pendapat di dalam Al-Qur'an dan juga Sunnah.

Artinya sebagian mau mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah, sebagian yang lain tidak mau mengikuti Al-
Qur'an dan Sunnah atau sebagian Al-Qur'an dan Sunnah diamalkan, sebagian yang lain dia berpaling
dan tidak mau mengamalkan. Maka ini tidak boleh.

‫ أن يكون اتباع الكتاب و السنة مقيدا بفهم السلف الصالح ال بفهم غيرهم‬-٣

3. Hendaklah mengikuti Al-Qur'an dan Sunnah di sini adalah diikat dengan pemahaman para salafush
shalih, tidak dengan pemahaman selain mereka.

،‫ و قد تقدم جملة من النصوص الشرعية التي تأمر باالتباع و تحذر من االبتداع‬، ‫هذا وإن من لوازم االتباع ترك االبتداع في دين هللا‬
‫و قد بشر النبي ﷺ‬

Kemudian beliau mengatakan: Kemudian termasuk dari kelaziman mengikuti, yaitu mengikuti Nabi,
mengikuti Al-Qur'an dan Hadits adalah meninggalkan bid'ah di dalam agama Allah.

Jadi kita mengikuti saja, jangan kita ibtida'.

‫ابتداعوا وال تتبع‬

Hendaklah kalian mengikuti jangan kalian membuat perkara yang baru.

Dan telah berlalu kata syaikh beberapa dalil yang menyuruh kita untuk mengikuti yaitu mengikuti
Sunnah dan mengingatkan kita dari perbuatan bid'ah ini.

Sampai di situ dulu yang bisa kita sampaikan. Kita lanjutkan pada kesempatan yang akan datang. In
syaa Allah.
‫بارك هللا فيكم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi38

🔊 MATERI 38: JALAN KESELAMATAN DENGAN ITTIBA’ DAN MENJAUHI IBTIDA’ (BAGIAN 05)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل رب العالمين وأشهد أن ال اله اال هللا وحده ال شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله صلى هللا عليه وعلى ٓاله صحبه‬
‫أجمعين‬

Para Ikhwan, para Koordinator, Musyrifin, Musyrifat dan juga para Admin di HSI, semoga Allah ‫ﷻ‬
menjaga antum dimanapun antum berada.

Kita lanjutkan pembacaan kitab Kun Salafiyyan 'Ala Al-Jaddah (Jadilah seorang Salafi yang lurus) yang
ditulis oleh Fadhilatu Syaikh Abdussalam As-Suhaimi Hafidzhahullah Ta'ala.

Beliau mengatakan sebelumnya tentang bahwa termasuk konsekuensi dari ittiba’ adalah
meninggalkan bid'ah di dalam agama Allah.

‫هذا وإن من لوازم االتباع ترك االبتداع في دين هللا‬

Termasuk di antara konsekuensi dari mengikuti nabi adalah meninggalkan bid'ah di dalam agama
Allah.
Antum ingin benar-benar mengikuti Rasul, ya harus meninggalkan bid'ah di dalam agama, karena
bid'ah di dalam agama bertentangan dengan mengikuti Rasul. Dia membuat sesuatu yang baru yang
tidak diajarkan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬.

‫وقد تقدم جملة من النصوص الشرعية التي تأمر باالتباع و تحذر من االبتداع‬

Dan telah berlalu beberapa dalil syari' yang memerintahkan kita untuk mengikuti dan
memperingatkan kita untuk melakukan bid'ah di dalam agama.

Seperti sabda Nabi ‫ﷺ‬:

‫عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين‬

Kemudian beliau mengatakan:

‫وإياكم ومحدثات األمور‬

"Hendaklah kalian berhati-hati dari perkara-perkara yang diada-adakan"

‫و قد بشر النبي ﷺ المتمسكين بسنته بأعظم بشارة و أكبر مقصد يطلبه كل مؤمن ويسعى إلى تحقيقه من كان في قلبه أدنى مسكة من‬
‫إيمان أال و هو الفوز بالجنة والنجاة من النار‬

Dan Nabi ‫ ﷺ‬telah memberikan kabar gembira. Kabar gembira, kabar yang membahagiakan, yang
menyenangkan bagi setiap orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnahnya ‫ﷺ‬.

Ada kabar gembira, ada balasan bagi mereka. Mereka bersabar di atas sunnah di tengah-tengah
manusia yang mereka tidak menghidupkan sunnah. Yang cuek dengan agamanya. Ini perlu
kesabaran.

Kalau orang tidak sabar berpegang teguh dengan sunnah di zaman seperti ini maka bisa-bisa dia
melepaskan sunnah. Orang yang berpegang teguh dengan sunnah di zaman seperti ini, seperti orang
yang memegang batu bara, memegang bara api. Kalau dipegang ya panas, dan dia harus bersabar
supaya dia tetap terpegang, tapi kalau dia tidak sabar ya akan dia lepaskan bara api tadi, sehingga
dia pun melepaskan sunnah.

Berat memang tapi Allah ‫ ﷻ‬memberikan kabar gembira. Nabi ‫ ﷺ‬memberikan kabar gembira dengan
sebesar-besar kabar gembira dan sebesar-besar tujuan.

Apa itu? Tujuan yang diinginkan oleh setiap orang yang beriman dan diusahakan untuk
mewujudkannya atau mengusahakan untuk mewujudkannya orang-orang yang di dalam hatinya ada
sedikit keimanan.

Ketahuilah bahwasanya tujuan tersebut dan kabar gembira tadi adalah berhasil dan sukses untuk
mendapatkan surga Allah, dan selamat dari nerakanya Allah ‫ﷻ‬. Inilah ‫ ْٱل َف ْو ُز ْٱل َعظِ ي ُم‬kesuksesan yang
besar masuk ke dalam surganya Allah dan selamat dari neraka dengan cara apa? Dengan cara
bersungguh-sungguh berpegang teguh dengan sunnah Nabi ‫ﷺ‬. Dan ini adalah balasan yang besar
dari Allah ‫ ﷻ‬bagi mereka.

‫فمن زحزح عن النار وأدخل الجنة فقد فاز‬

"Barangsiapa yang diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia
telah sukses, sungguh dia telah beruntung.”

Inilah kesuksesan yang sebenarnya. Adapun kesuksesan di dunia, maka ini adalah kesuksesan
sementara dan terkadang seorang menurut orang lain dia sukses tetapi dalam hatinya hancur, tetap
dia resah, tetap dia sedih, meskipun di mata orang masya Allah dia adalah orang yang memiliki
jabatan, memiliki uang yang semaunya dia lakukan, tapi ternyata yang ada di balik itu tidak seenak
dan semanis apa yang di luar.

Kesuksesan yang sebenarnya, ya ayyuhal ikhwan dan akhawat, adalah ketika kita diselamatkan oleh
Allah dari neraka, ketika kita bisa menyeberangi jembatan dengan selamat kemudian dimasukkan
oleh Allah ke dalam surga. Itulah kesuksesan yang sebenarnya yang harus kita cari yang harus kita
usahakan, di antaranya adalah dengan cara berpegang teguh dengan sunnah Nabi ‫ﷺ‬. Bersabar
dalam berpegang teguh dengan sunnah.

:‫قال ﷺ‬

Berkata Nabi ‫ﷺ‬:


‫كل أمتي يدخلون الجنة إال من أبي‬

"Setiap umatku, mereka akan masuk ke dalam surga kecuali orang yang enggan.”

‫قالوا ومن يأبى يا رسول هللا؟‬

Mereka mengatakan: "Siapa orang yang enggan, wahai Rasulullah?"

Bisa diartikan ‫ كل أمتي‬di sini adalah umat beliau yaitu yang beriman dengan beliau semuanya akan
masuk ke dalam surga yaitu segera masuk ke dalam surga, ‫ إال من أبي‬kecuali orang yang enggan, yaitu
orang yang enggan menjadi orang yang segera masuk ke dalam surga. Enggan untuk segera masuk
ke dalam surga, ini kalau yang di maksud ‫ أمتي‬di sini adalah umatnya nabi yang beriman kepada
beliau.

Mereka mengatakan, "Siapakah yang enggan ya Rasulullah?",

"Siapa yang enggan untuk masuk ke dalam surga?"

‫قال من أطاعني دخل الجنة و من عصاني فقد أبى‬

Beliau mengatakan: "Barangsiapa yang taat kepadaku niscaya dia akan masuk ke dalam surga. Dan
barangsiapa yang memaksiati aku maka sungguh dia telah enggan.”

“Barangsiapa yang taat kepadaku niscaya dia akan masuk surga,” segera dia akan masuk surga,
mentauhidkan Allāh ‫ﷻ‬, mengikuti sunnah beliau. Ini adalah bentuk ketaatan kita kepada Rasul,
karena perintah yang paling besar yang beliau perintahkan kepada kita adalah perintah untuk
bertauhid. Taat kepada beliau di antaranya adalah mentauhidkan Allah. Tidak beribadah kecuali
dengan cara beliau, ‫ دخل الجنة‬maka dia akan masuk surga. Berarti janji dan kabar gembira bagi orang
yang mengikuti sunnah Nabi ‫ ﷺ‬adalah dimasukan ke dalam surganya Allah dengan segera.

‫ومن عصاني فقد أبى‬


"Dan barangsiapa yang memaksiati aku maka sungguh dia telah enggan.”

Bermaksiat kepada Rasul berarti bermaksiat kepada Allah, maka orang yang seperti ini yang enggan
untuk segera masuk ke dalam surga, dia mengikuti hawa nafsunya sehingga bisa terancam dengan
adzab di hari kiamat, harusnya dia bersama yang lain masuk segera ke dalam surga, tapi karena dia
mengikuti hawa nafsunya di dunia makanya dia terancam dengan adzab di hari kiamat. Kalau Allah ‫ﷻ‬
tidak mengampuni dosa tadi maka akan diadzab terlebih dahulu ke dalam neraka.

‫وأي إباء ورفض للسنة أعظم من مخالفة أمره ﷺ و ذلك اإلحداث في الدين واالبتداع فيه‬

“Maka keengganan mana yang lebih besar, penolakan terhadap sunnah yang mana yang lebih besar
daripada menyelisihi perintah Nabi ‫ﷺ‬, yaitu dengan membuat sesuatu yang baru di dalam agama ini,
membuat bid'ah di dalam agama ini.”

Ini termasuk tidak taat kepada Rasul, ini termasuk bermaksiat kepada Rasul karena Nabi mengatakan
bahwa,

‫فعليكم بسنتي‬

"Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku,"

‫وإياكم ومحدثات األمور‬

"Hati-hati kalian dengan, dosa dari perkara yang diada-adakan." Ini termasuk maksiat kepada Rasul.

‫قال أبي بن كعب‬

Berkata Ubay bin Ka'ab:


‫ النار أبدا و إن اقتصادا في‬.‫عليكم بالسبيل والسنة فإنه ليس من عبد على سبيل وسنة ذكر الرحمن ففاضت عيناه من خشية هللا فتمسه‬
‫سبيل وسنة خير من اجتهاد في خالف و بدعة‬

Berkata Ubay bin Ka'ab salah seorang sahabat Nabi ‫ﷺ‬, "Wajib bagi kalian untuk berpegang dengan
‫السبيل و السنة‬.

‫السبيل والسنة‬

Sabil (‫ )السبيل‬di sini adalah ‫ سبيل هللا‬-jalannya Allah. Apa jalan Allah? Ya Islam ini, yang dibawa oleh
Rasulullah ‫ ﷺ‬yang tidak ada di dalamnya bid'ah. Wa sunnah (‫ )والسنة‬yaitu sunnah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Jalan Allah dan sunnah Rasulullah sama maknanya yaitu Islam yang murni yang dibawa oleh
Rasulullah ‫ﷺ‬.

Karena sesungguhnya tidak ada seseorang yang berada di atas jalan ini, seorang Ahlus Sunnah wal
Jama'ah, seorang yang berpegang teguh dengan sunnah, kemudian dia mengingat Ar-Rahman,
mengingat Allah dan berlinang air matanya karena takut kepada Allah, kemudian terkena api neraka
selama-lamanya.

Artinya kalau dia takut kepada Allah, hatinya takut kepada Allah dan ditandai dengan menangis dan
itu semuanya berdasarkan sunnah, maka ini tentunya adalah keutamaan yang Allah berikan kepada
seseorang. Caranya adalah sesuai dengan sunnah Nabi ‫ ﷺ‬dan dia takut kepada Allah dan menangis
karena Allah ‫ﷻ‬.

Keutamaannya dan ganjarannya maka dia tidak akan terkena neraka selama-lamanya, dan tentunya
ucapan seperti ini tidak datang dari akal Ubay bin Ka'ab sendiri, tetapi itu adalah dari wahyu yang
beliau dengar dari Nabi ‫ﷺ‬.

‫و إن اقتصادا في سبيل و سنة‬

Dan sesungguhnya ‫ اقتصادا‬yaitu seseorang biasa-biasa saja, sedang-sedang saja di dalam ‫سبيل وسنة‬,
maksudnya amalannya sedang saja, tapi itu sesuai dengan agama ini, sesuai dengan sunnah Nabi ‫ﷺ‬,
maka itu lebih baik daripada seseorang bersungguh-sungguh dalam ‫خالف وبدعة‬. Bersungguh-sungguh
tetapi di dalam sesuatu yang menyelisihi sunnah Nabi dan di dalam bid'ah.
Orang yang ibadahnya sedikit tetapi sesuai dengan sunnah itu lebih baik daripada orang yang
ibadahnya banyak, tetapi dia tidak sesuai dengan sunnah Nabi ‫ﷺ‬.

‫و إن من تأمل نصوص الكتاب و السنة وجد أن البدع في الدين محرمة و مردودة على أصحابها من غير فرق بين بدعة و بدعة و‬
‫إن كانت تتفاوت درجات التحريم بحسب نوعية البدعة‬

Dan barangsiapa yang mencermati dalil-dalil dari Al-Qur'an dan Hadits, maka dia akan mendapatkan
bahwasanya bid'ah-bid'ah di dalam agama itu diharamkan dan ditolak kepada yang melakukan.

Artinya dikembalikan lagi kepada yang melakukan, tanpa dibedakan antara satu bidah dengan bid'ah
yang lain.

‫من عمل عمال ليس عليه أمرنا فهو رد‬

"Barangsiapa yang mengamalkan sebuah amalan, tidak ada perintahnya dari kami maka itu adalah
tertolak.”

Meskipun berbeda-beda, bertingkat-tingkat, derajat pengharamannya sesuai dengan jenis bid'ahnya.


Tidak ada bid'ah yang berat memang sampai bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Tapi di
sana ada bid'ah yang tidak sampai mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Ada bid'ah i'tiqadiyah,
ada bid'ah amaliyyah.

‫ولذا جاء النهي عن البدع على وجه واحد في قوله ﷺ‬

"Sehingga datang larangan untuk berbuat bid'ah dengan satu bentuk saja, yaitu dalam sabda Nabi
‫ﷺ‬:

‫وإياكم ومحدثات األمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضاللة‬

"Hati-hati kalian dari perkara yang diada-adakan karena setiap perkara yang diada-adakan adalah
bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat"
:‫وقوله ﷺ‬

Dan ucapan beliau ‫ﷺ‬:

‫من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد‬

Barangsiapa yang mengamalkan atau membuat suatu yang perkara, perkara yang baru di dalam
urusan agama kami ini, sesuatu yang bukan darinya maka itu adalah tertolak, semuanya.

‫فدل الحديث على أن كل محدث فى الدين فهو بدعة و كل بدعة ضاللة مردودة ومعنى ذلك أن كل البدع في العبادات واالعتقادات‬
‫محرمة و لكن التحريم يتفاوت بحسب نوع البدعة فمنها ما هو كفر صراح و منها ما هو من وسائل الشرك و منها ما فسق ومعصية‬

Maka hadits ini menunjukkan bahwa setiap yang diada-adakan dalam agama adalah bid’ah, dan
setiap bid'ah adalah sesat yang tertolak. Dan maknanya setiap bid'ah atau seluruh bid'ah di dalam
ibadah atau aqidah diharamkan meskipun keharaman disini adalah berbeda-beda sesuai dengan
jenis bid'ahnya, ada diantaranya yang kufur jelas dan ada di antaranya yang termasuk wasilah atau
perantara menuju kesyirikan dan ada diantaranya yang sebatas kefasikan dan juga kemaksiatan.

Baik, in syaa Allah sampai di situ dulu yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini kita
lanjutkan pada halaqah selanjutnya.

‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi39
🔊 MATERI 39: JALAN KESELAMATAN DENGAN ITTIBA’ DAN MENJAUHI IBTIDA’ (BAGIAN 06)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل رب العالمين وأشهد أن ال اله اال هللا وحده ال شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله صالة عليه و على آله و صحبه‬
‫أجمعين‬

Para ikhwan dan juga para akhwat, para admin dan para koordinator, semoga Allah ‫ ﷻ‬memberikan
taufik kepada kita, kepada setiap kebaikan.

Kita lanjutkan pembahasan kitab Kun Salafiyyan 'Ala Al-Jaaddah yang ditulis oleh guru kami. Beliau
adalah Fadhilatul Syaikh Abdussalam As-Suhaimi Hafidzahullah Ta'ala.

Masih menjelaskan tentang mudharat dari bid'ah, dan sebelumnya beliau menyebutkan tentang,
bahwa termasuk konsekuensi dari mengikuti Nabi adalah menjauhi bid'ah di dalam agama. Dan taat
kepada Rasul, menjauhi bid'ah ini adalah sebab masuknya seseorang ke dalam surga dan orang yang
mengamalkan bid'ah maka tertolak amalannya.

Kemudian di sini beliau menyebutkan bahwa orang-orang yang menyimpang dan tersesat, cara
mereka dan jalan mereka ini menyelisihi jalannya orang-orang yang mendapatkan petunjuk.

Beliau mengatakan:

‫ يجد أن طرقهم تخالف طريقة أهل الهدى‬،‫وإن المتأمل في طرق أهل الزيغ والضالل‬

Dan bagi orang yang melihat dan memperhatikan jalan orang-orang yang menyimpang, yang
memiliki penyimpangan dalam hatinya dan orang-orang yang sesat, maka dia menemukan bahwa
jalan mereka, cara mereka beragama itu menyelisihi cara orang-orang yang mendapatkan petunjuk.

:‫قال تعالى‬

Allah ‫ ﷻ‬mengatakan:
‫ُون َما َت ٰ َش َب َه م ِۡن ُه ۡٱب ِتغَٓا َء‬ َ ‫ ٱلَّذ‬.‫ۖت َفَأ َّما‬ٞ ‫ب َوُأ َخ ُر ُم َت ٰ َش ِب ٰ َه‬
ِ ُ‫ِين فِي قُل‬
َ ‫غ َف َي َّت ِبع‬ٞ ‫وب ِهمۡ َز ۡي‬ ِ ‫ت هُنَّ ُأ ُّم ۡٱل ِك ٰ َت‬ َ ‫ك ۡٱل ِك ٰ َت‬
.ٌ ‫ت م ُّۡح َك ٰ َم‬ٞ ‫ب م ِۡن ُه َءا ٰ َي‬ َ ‫نز َل َعلَ ۡي‬ َ ‫ِي َأ‬ ٓ ‫ه َُو ٱلَّذ‬
ۡ
‫ۡٱلف ِۡت َن ِة َو ۡٱبتِغَٓا َء َتأ ِويلِ ِه‬

“Dialah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang
muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun
orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian
ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari
ta'wilnya,” (QS. Ali-Imran: 7)

Dialah Allah ‫ ﷻ‬yang telah menurunkan kepadamu Al-Kitab, ada di antaranya yaitu Al-Qur'an, ada di
antaranya, di antara ayat-ayat Al-Quran adalah ayat-ayat yang muhkamat. Ayat-ayat yang kokoh
yang maksudnya adalah yang jelas maknanya tidak samar.

ِ ‫هُنَّ ُأ ُّم ۡٱل ِك ٰ َت‬


‫ب‬

Dan itu adalah sebagian besar yang ada di dalam Al-Qur'an.

‫ۖت‬ٞ ‫َوُأ َخ ُر ُم َت ٰ َش ِب ٰ َه‬

Di sana ada beberapa ayat yang samar maknanya oleh sebagian orang, tapi bagi seorang ulama, bagi
seorang tholabul 'ilmi ini adalah perkara yang jelas.

َ ‫َفَأمَّا ٱلَّذ‬
ِ ُ‫ِين فِي قُل‬
‫غ‬ٞ ‫وب ِهمۡ َز ۡي‬

Adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada penyimpangan, memang di dalam hatinya ada
penyakit, ketika dia mendapatkan ayat-ayat yang mutasyabihat, yang samar maknanya yang bisa
diseret ke makna yang dia inginkan,

‫ُون َما َت ٰ َش َب َه‬


َ ‫َف َي َّت ِبع‬

Maka dia atau mereka mengikuti apa yang samar dari ayat-ayat tersebut.
Jadi yang bisa mereka bawa kepada makna yang bathil sesuai dengan keinginan mereka, itulah ayat
yang mereka dengung-dengungkan, ayat yang mereka gembor-gemborkan, karena itu sesuai dengan
keyakinan yang bathil yang ada pada dirinya.

‫ۡٱبتِغَٓا َء ۡٱلف ِۡت َن ِة َو ۡٱب ِتغَٓا َء َت ۡأ ِويلِ ِه‬

Dia ingin mencari fitnah, menampakkan fitnah, mencari fitnah dan ingin mencari takwil yaitu ingin
mencari hakikatnya.

Dan ini ciri-ciri orang yang di dalam dirinya ada penyakit, yaitu mencari ayat-ayat mutasyabih.
Bagaimana dengan ayat-ayat yang jelas? Mereka tinggalkan, karena tidak sesuai dengan kebathilan
mereka, tapi ayat yang samar yang bisa mereka bawa kepada kebathilan mereka, mereka pegang
erat-erat. Dan itu yang disampaikan di majelis-majelis.

:‫وفي الصحيح‬

Di dalam hadits yang shahih:

‫إذا رأيتم الذين يتبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سمى هللا فاحذروهم‬

"Kalau engkau melihat orang-orang yang mengikuti ayat-ayat yang samar dari Al-Qur'an maka itulah
yang Allah maksud di dalam Al-Qur'an ini, merekalah yang Allah maksud.”

‫فا حذروهم‬

“Maka hendaklah kalian berhati-hati dengan mereka.”

Hadits ini shahih diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim di dalam shahih keduanya.

:‫وقال تعالي‬
Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

‫ِين َفرَّ قُو ْا دِي َنهُمۡ َو َكا ُنو ْا شِ َي ٗعا لَّ ۡستَ م ِۡنهُمۡ فِي َش ۡي ۚ ٍء‬
َ ‫ِإنَّ ٱلَّذ‬

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan,
tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka.” (QS. Al-An’am: 159)

َ ‫ِإنَّ ٱلَّذ‬
ۡ‫ِين َفرَّ قُو ْا دِي َنهُم‬

"Sesungguhnya orang-orang yang mereka memisah-misah agamanya,”

Ada sebagian agama yang dia laksanakan dan ada sebagian aqidah misalnya di dalam agamanya yang
dia tinggalkan. Ini namanya ۡ‫ َفرَّ قُو ْا دِي َنهُم‬mereka memisah-misah agama, harusnya kita beragama Islam
secara utuh, melaksanakan Islam secara sempurna. Bukan sebagian kita yakini sebagian yang lain
kita tidak kita yakini.

‫َو َكا ُنو ْا شِ َي ٗعا‬

Dan mereka berpecah-belah akibat mereka tidak utuh di dalam berpegang teguh dengan agama.

‫لَّ ۡستَ م ِۡنهُمۡ فِي َش ۡي ۚ ٍء‬

Engkau bukan termasuk golongan mereka ini sedikitpun, karena Nabi ‫ ﷺ‬adalah orang yang kaaffah
di dalam melaksanakan Islam. Adapun mereka, mereka memecah belah agamanya.

Ini menunjukkan tentang jeleknya mereka dan keutamaan kita mengikuti cara Nabi ‫ﷺ‬, jangan kita
membuat bid'ah di dalam agama.

‫ َواَل َت َّت ِبعُو ْا ٱل ُّس ُب َل َف َت َفرَّ قَ ِب ُكمۡ َعن َس ِبيلِ ِه‬:‫و قال تعالى‬
“Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan
kamu dari jalan-Nya,” (QS. Al-An’am: 153)

Dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan, yaitu jalan-jalan orang-orang yang memecah belah
agamanya, sehingga kalau kalian mengikuti mereka, karena mereka melakukan bid’ah, dan bid'ah ini
kembali kepada akal mereka masing-masing, sebagian menganggap itu baik dan sebagian yang lain
menganggap yang ini lebih baik, sehingga mereka berpecah belah di dalam agamanya.

Mengikuti jalan-jalan tersebut akhirnya adalah perpecahan. Bagaimana cara bersatunya? Ya


mengikuti jalan Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam. Mereka ahlul bid’ah seringnya mereka
mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat.

Misalnya ketika Allah mengatakan:

۟ ‫وا ْٱذ ُكر‬


‫ُوا ٱهَّلل َ ِذ ْك ۭرً ا َكث ِۭيرً ا‬ َ ‫َي ٰـَٓأ ُّي َها ٱلَّذ‬
۟ ‫ِين َءا َم ُن‬

"Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian mengingat Allah dengan ingatan yang banyak.”
(QS Al-Ahzab: 41)

Kemudian mereka mengatakan, "Nah, di sini kan Allah menyuruh kita untuk berdzikir dengan dzikir
۟ ‫ ْٱذ ُكر‬hendaklah kalian mengingat Allah. Ini bukan satu orang tetapi
jama'i" karena di sini َ ‫ُوا ٱهَّلل‬
semuanya berarti banyak. Berarti dzikir kepada Allah adalah dengan bersama-sama.

Ini namanya mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat, padahal kalau kita kembali kepada ayat-ayat
yang lain dan kembali kepada sunnah Nabi ‫ﷺ‬, menunjukkan bahwasanya yang namanya dzikir itu
asalnya adalah dengan ‫ضرُّ ۭ ًعا َو ُخ ْف َي ۭ ًة‬
َ ‫ ; َت‬dengan tadharru’ mendekatkan diri kepada Allah dan juga
dengan disembunyikan.

Di dalam hadits Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan:

‫اربعوا على أنفسكم‬


"Hendaklah kalian menyayangi diri kalian sendiri.”

Karena mereka berdzikir dengan suara yang keras.

‫إنكم ال تدعون أصم وال غائبا إنكم تدعون سميعا قريبا‬

"Kalian ini tidak berdo'a kepada sesuatu yang Dzat yang tuli dan jauh dari kalian yang ghaib, tapi
kalian sedang berdo'a kepada Dzat yang Maha Mendengar dan Maha Dekat.”

Kalau kita kembali ke sana kita tahu bahwasanya dzikir ini asalnya dengan pelan-pelan dan bukan
۟ ‫ ْٱذ ُكر‬bukan berarti kita disyari'atkan dzikir jama'i,
dengan berjama'ah, ketika Allah mengatakan َ ‫ُوا ٱهَّلل‬
tidak!

Maksudnya adalah masing-masing dari kita berdzikir, semuanya berdzikir kepada Allah, bukan hanya
satu atau dua orang, semua orang-orang yang beriman disuruh dan diperintahkan untuk berdzikir
kepada Allah dengan dzikir yang banyak.

Kemudian beliau mengatakan:

‫فأهم عالمات أهل الزيغ‬

Maka tanda yang paling penting bagi orang yang menyimpang:

}‫ِين َفرَّ قُو ْا دِي َنهُمۡ َو َكا ُنو ْا شِ َي ٗعا لَّ ۡستَ م ِۡنهُمۡ فِي َش ۡي ۚ ٍء‬
َ ‫ {ِإنَّ ٱلَّذ‬: ‫) الفرقة التي نبه هللا عليها في قوله‬١

1) Mereka ini memecah belah agamanya sendiri sebagaimana firman Allah yang Allah ingatkan di
dalam firman-Nya, "Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka
berkelompok-kelompok." (QS. Al-An’am: 159)

Kalau berbeda pemahaman akhirnya berkelompok-kelompok, kalau sama pemahamannya bersatu di


atas Nabi ‫ﷺ‬. Di atas cara Nabi ‫ﷺ‬.
‫) اتباع المتشابه‬٢:

2) Mereka mengikuti ayat-ayat yang samar, sebagaimana dalam ayat:

َ ‫وب ِه ْم َز ْي ٌغ َف َي َّت ِبع‬


‫ُون َما َت َش ٰـ َب َه‬ َ ‫َفَأمَّا ٱلَّذ‬
ِ ُ‫ِين فِى قُل‬

"Orang yang di dalam hatinya ada penyakit, ada penyimpangan maka dia mengikuti apa yang
samar.” (QS. Ali-’Imran: 7)

‫) اتباع الهوى‬٣:

3) Mereka mengikuti hawa nafsunya,

َ ‫َفَأمَّا ٱلَّذ‬
ِ ُ‫ِين فِي قُل‬
)QS. Ali-’Imran: 7( ‫وب ِهمۡ َز ۡيغ‬

Dalam ayat yang lain,

‫َأ َر َء ۡيتَ َم ِن ٱ َّت َخ َذ ِإ ٰلَ َههُۥ َه َو ٰى ُه‬

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.” (QS. Al-
Furqan: 43)

Adapun orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, berarti mereka mengikuti hawa nafsunya,
yang sesuai dengan, yang cocok dengan kebathilan dia bukan mengikuti dalil. Apa yang cocok untuk
kebathilan dia dari ayat-ayat tersebut, dia nampakkan, dia ikuti itu, tapi ayat-ayat yang tidak cocok
mereka tinggalkan.

Dan Allah mengatakan, “Apa pendapatmu terhadap orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhan?” Menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan, harusnya seseorang mengikuti Allah dan
mengikuti syariat Allah, bukan mengikuti hawa nafsunya. Ciri ahlul bid’ah mereka mengikut hawa
nafsunya.

‫) معارضة السنة بالقرآن‬٤

4) Di antara ciri mereka, itu menabrakkan antara Hadits dengan Al-Qur'an.

Adapun Ahlus Sunnah, mereka yakin bahwasanya Al-Qur'an dan Hadits yang shahih tidak mungkin
saling bertentangan satu dengan yang lain karena dua-duanya adalah berasal dari Allah.

‫ٱخ ِتلَ ٰـ ۭ ًفا َكثِيرً ا‬ ۟ ‫ان مِنْ عِ ن ِد غَ يْر ٱهَّلل ِ لَ َو َجد‬


ْ ‫ُوا فِي ِه‬ َ ‫َولَ ْو َك‬
ِ

"Kalau itu dari selain Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di dalamnya perselisihan yang
banyak.” (QS. An-Nisa: 82)

‫) بغض أهل األثر‬٥

5) Di antara ciri ahlul bid’ah adalah mereka membenci orang-orang yang mengikuti atsar yaitu
mengikuti sunnah Nabi ‫ﷺ‬.

Bencinya bukan main terhadap Ahlus Sunnah wal Jama'ah, di mana-mana yang menunjukkan
kebencian dia, di mana-mana yang dia bicarakan adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, As-Salafiyyin
atau mereka namakan dengan Wahabiyyin. Karena kebencian mereka terhadap orang-orang yang
berusaha untuk mengikuti Rasulullah ‫ ﷺ‬dan juga para sahabat dengan pemahaman yang benar

‫) إطالق األلقاب السيئة على أهل السنة‬٦

6) Mereka biasa menyematkan gelar-gelar yang tidak baik kepada Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Dikatakan; Mujasimmah, Mussabihah, Wahabiyyin dan seterusnya, ingin menjauhkan manusia dari
Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Itu keinginan mereka tetapi Allah ‫ ﷻ‬menginginkan untuk menampakkan dan terus ada di sana
segolongan umat ini yang berada di atas kebenaran.

‫) ترك انتحال مذهب السلف‬٧

7) Mereka tidak mau menisbahkan diri mereka kepada Salaf.

Tidak mau menisbahkan diri mereka kepada Salaf dan benci dengan orang-orang yang menisbahkan
dirinya kepada Salaf

‫) تكفير مخالفيهم بغير دليل‬٨

8) Mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka tanpa dalil.

Ini ciri ‫ أهل الزيغ و بدا‬sedikit orang lain menyelisihi mereka yang ada adalah takfir, pengkafiran,
mengeluarkan mereka dari agama Islam

‫) اإلجمال في مواضع تحتاج إلى تفصيل و بيان و القياس على ما ال يصح القياس عليه‬٩

9) Di antara ciri mereka, itu mengglobalkan perkara-perkara yang sebenarnya perlu penjelasan,
secara global.

Seperti tadi misalnya:

۟ ‫ْٱذ ُكر‬
‫ُوا ٱهَّلل َ ذ ِْك ۭرً ا َكث ِۭيرً ا‬

Secara global ini kan menunjukkan bahwasanya boleh kita berdzikir secara bersama-sama padahal di
sana ada perincian maksudnya apa bersama-sama ini? Maksudnya semuanya mereka berdzikir dan
tidak harus dipimpin oleh satu orang.
‫و القياس على ما ال يصح القياس عليه‬

Mereka mengqiyaskan sesuatu yang tidak boleh diqiyaskan.

:‫قال تعالى إمام أحمد‬

Berkata Imam Ahmad rahimahullah:

‫ينبغي للمتكلم في الفقه أن يجتنب هذين األصلين المجمل و القياس‬

"Sepantasnya bagi orang yang berbicara tentang masalah fiqih untuk menjauhi dua perkara ini, yaitu
suka mengglobalkan, menggunakan dalil-dalil yang global, kemudian yang kedua adalah
mengqiyaskan yaitu qiyas tidak pada tempatnya yaitu qiyas yang rusak.”

‫ أكثرما يخطئ الناس من جهة التأويل و القياس‬:‫وقال أيضا‬

Beliau juga mengatakan: "Kebanyakan kesalahan manusia adalah ketika dia mentakwil dan juga
mengqiyaskan.”

‫ من التحذير من هذين األصلين في الفقه دليل على أنه في باب العقيدة يكون تجنب ذلك أولى‬- ‫ رحمه هللا‬- ‫ ما ذكره اإلمام أحمد‬:‫قلت‬
‫و أحرى‬

Syaikh mengatakan di sini apa yang disebutkan oleh Imam Ahmad berupa larangan dan kehati-hatian
dari dua perkara ini di dalam masalah fiqih, yaitu masalah mengglobalkan dan juga mengqiyaskan.
Kalau itu adalah harus kita waspadai dalam masalah fiqih, maka ini menunjukkan bahwasanya dalam
masalah aqidah kita juga harus lebih berhati-hati lagi.

Menjauhi yang demikian itu lebih, kita harus lebih berhati-hati dari mengqiyaskan di dalam masalah
aqidah, karena mereka ahlul bid’ah banyak di antara mereka yang menggunakan dalil qiyas ini dalam
masalah aqidah. Dalam masalah ibadah maupun masalah aqidah, maka ini perkara yang sangat
berbahaya dan bisa menyebabkan seseorang masuk ke dalam penyimpangan, dan mungkin
contohnya, ketika mereka berdalil dengan firman Allah Azza wa Jalla.
‫ُون‬ ٌ ۢ ‫يل ٱهَّلل ِ َأ ْم ٰ َو‬
َ ‫ت ۚ َب ْل َأحْ َيٓا ۭ ٌء َولَ ٰـكِن اَّل َت ْش ُعر‬ ۟ ُ‫َواَل َتقُول‬
ِ ‫وا ِل َمن ُي ْق َت ُل فِى َس ِب‬

"Jangan kalian mengatakan bahwasanya orang-orang yang meninggal di jalan Allah mereka dalam
keadaan mati bahkan mereka adalah hidup akan tetapi kalian tidak merasakan apa yang terjadi."
(QS. Al-Baqarah: 154)

Kemudian mereka mengatakan: "Kalau mereka hidup, berarti boleh kita berdo'a kepada mereka,
berarti mereka mendengar apa yang kita ucapkan.” Ini qiyas mereka, ini pemahaman mereka
terhadap ayat ini.

Padahal kalau kita memahami dengan benar, maka kita akan mengerti bahwasanya hidupnya
mereka ini adalah kehidupan yang lain dengan kehidupan kita di dunia, mereka berada di alam
barzah sedangkan kita berada di alam dunia. Tidak bisa diqiyaskan, ini adalah kehidupan barzah dan
ini adalah kehidupan dunia.

Dan tidak lazim orang yang hidup kemudian dia bisa mendengar. Kita di dunia banyak orang yang tuli
dan kita yakin dia hidup tetapi dia tidak mendengar apa yang kita ucapkan. Atau bahkan ada orang
yang mendengar, dia berada di kota yang lain dan kita disini, dan dia tidak mendengar apa yang kita
ucapkan padahal dia sama-sama hidup dan sama-sama dia adalah orang yang mendengar tetapi dia
tidak mendengar apa yang kita ucapkan.

Jadi tidak ada kelaziman orang yang hidup kemudian dia mendengar, seandainya mereka hidup di
alam barzah maka tidak bisa kita katakan bahwasanya mereka mendengar apa yang kita ucapkan.
Mereka berada di alam yang lain dan kita berada di alam yang lain.

Dan Allah mengatakan:

۟ ‫ِإن َت ْدعُو ُه ْم اَل َيسْ َمع‬


‫ُوا ُد َعٓا َء ُك ْم‬

"Kalau kalian berdo'a kepada mereka, mereka tidak mendengar.” (QS Fathir: 14)

Menunjukkan bahwasanya mereka tidak mendengar apa yang kita ucapkan.


‫وهللا تعالى أعلم‬

Mungkin itu yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, In syaa Allah kita lanjutkan, dan
diharapkan kesabaran antum semuanya.

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬

‫و السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi40

🔊 MATERI 40: BEBERAPA KAIDAH DI DALAM MANHAJ SALAF (BAGIAN 01): KAIDAH DALAM AMAR
MA’RUF NAHI MUNKAR

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل رب العالمين وأشهد أن ال اله اال هللا وحده ال شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله صالة عليه و على آله و صحبه‬
‫ أما بعد‬. ‫والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين وسلم تسليما كثيرا‬

Para ikhwan sekalian, para koordinator, musyrifin dan musyrifat dan para admin yang dimuliakan
oleh Allah. Ini adalah pertemuan yang ke-40 dari pembahasan kitab Kun Salafiyyan 'Ala Al-Jaaddah,
jadilah kalian seorang Salafi, pengikut manhaj Salaf yang sebenarnya.

Pada halaman yang selanjutnya beliau akan menyebutkan untuk kita beberapa kaidah di dalam
manhaj Salaf ini.

‫بعض القواعد في المنهج السلفي‬

Beberapa Kaidah di Dalam Manhaj Salaf


‫ قاعدة في األمر بالمعروف والنهي عن المنكر‬: ‫أوال‬

Yang Pertama adalah tentang kaidah di dalam masalah Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Ada kaidah yang harus kita pegang, dan ini adalah di antara kaidah-kaidah manhaj Salaf.

‫المراد بالمعروف جميع الطاعات و أعظم ذلك عبادة هللا وحده ال شريك له وإخالص العبادة له وترك عبادة ما سواه ويأتي بعد ذلك‬
‫سائر الطاعات من واجبات ومستحبات‬

Yang dimaksud dengan yang ma'ruf, memerintahkan kepada yang ma'ruf. Apa yang di maksud
dengan yang ma'ruf? Seluruh ketaatan dan yang paling besar tentunya adalah beribadah kepada
Allah, tidak ada sekutu baginya, mengikhlaskan ibadah hanya untuk-Nya dan meninggalkan
peribadatan kepada selain Allah, kemudian setelahnya datang baru, setelah itu, seluruh ketaatan-
ketaatan, baik yang wajib maupun yang sunnah.

Maka inilah yang di maksud dengan kebaikan atau ma'ruf.

‫والمنكر هو كل ما نهى هللا عنه ورسوله فجميع المعاصي والبدع منكر وأعظم المنكر الشرك باهلل عزوجل‬

Kemungkaran adalah segala sesuatu yang dilarang oleh Allah dan juga Rasul-Nya, maka seluruh
maksiat dan juga bid'ah itu adalah kemungkaran dan kemungkaran yang paling besar adalah
kesyirikan kepada Allah ‫ﷺ‬.

‫واألمر بالمعروف والنهي عن المنكر واجب على هذه األمة وجوبا كفائي ال عيني إذا قام به من يكفي سقط اإلثم عن الباقين وإذا لم‬
‫يقم به أحد أثم الجميع‬

Beramar ma'ruf nahi munkar ini hukumnya adalah wajib atas umat ini, tetapi wajibnya adalah wajib
kifayah bukan wajib yang ‘ain. Kalau sebagian sudah melakukan maka ini sudah mencukupi dan
hilang dan terangkat dosa dari yang lain. Tapi kalau tidak ada yang melakukan maka semuanya
menjadi berdosa.
Kalau sudah tidak ada yang melakukan maka semuanya menjadi berdosa, sebuah daerah tidak ada
yang beramar ma'ruf nahi munkar. Tidak ada yang beramar ma'ruf nahi munkar seorang pun dari
mereka, maka mereka telah melakukan dosa semuanya.

:‫قال تعالى‬

Allah mengatakan:

َ ‫ك ُه ُم ۡٱلم ُۡفلِح‬
‫ُون‬ َ ‫ُون ِإلَى ۡٱل َخ ۡی ِر َو َی ۡأ ُمر‬
َ ‫ُون ِب ۡٱل َم ۡعرُوفِ َو َی ۡن َه ۡو َن َع ِن ۡٱلمُن َك ۚ ِر َوُأ ۟ولَ ٰۤـ ِٕى‬ َ ‫َو ۡل َت ُكن مِّن ُكمۡ ُأ َّم ࣱة َی ۡدع‬

“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan yang menyeru kepada kebaikan, memerintahkan
kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS
Ali-Imran: 104)

Ini menunjukkan bahwasanya beramar ma'ruf nahi munkar adalah sebuah kewajiban yang kifayah,
karena Allah mengatakan: "Hendaklah ada segolongan di antara kalian," berarti kalau sudah ada
sebagian yang beramar ma'ruf nahi munkar, itu sudah cukup.

Tapi seandainya lebih dari itu, ada memang orang yang beramar ma'ruf nahi munkar, tapi kita ingin
tathawwu’an, maka ini tentunya adalah amal yang baik, kita ingin melakukan sesuatu yang sunnah
kita ingin berperan dalam amar ma'ruf nahi munkar maka ini adalah tentu sesuatu yang baik.

‫ من أمر بالمعروف و نهي عن المنكر فينبغي أن يكون عالما بما أمر به عالما بما ينهى عنه رفيقا فيما‬: ‫قال شيخ اإلسالم ابن تيمية‬
‫يأمر به رفيقا فيما ينهى عنه حليما فيما يأمر به حليما فيما ينهى عنه‬

Orang yang beramar ma'ruf nahi munkar, maka hendaklah dia menjadi orang yang ‘alim, orang yang
‘alim yaitu orang yang tahu, mengetahui, mengilmui apa yang dia perintahkan, mengetahui apa yang
dia larang.

Bagaimana orang yang beramar ma'ruf nahi mungkar, sementara dia jahil, tidak mengetahui apa
yang dia perintahkan dan tidak mengetahui apa yang dia larang. Dia harus belajar dulu, yakin
bahwasanya itu adalah kebaikan dan yakin itu adalah sebuah kemungkaran.
Sebelum kita beramar ma'ruf nahi munkar berilmu dulu. Ketika kita beramar ma'ruf nahi munkar,
maka kita harus lemah lembut (‫)رفيقا‬, lemah lembut di dalam apa yang dia perintahkan, berlemah
lembut di dalam apa yang dia larang. Ini ketika beramar ma'ruf nahi munkar dia harus melakukan
yang demikian.

‫ َوال ُي ْن َز ُع مِنْ َشي ٍء ِإاَّل َشا َن ُه‬،ُ‫ِإنَّ الرِّ فقَ ال َي ُكونُ في شي ٍء ِإاَّل َزا َنه‬

Kelembutan tidak ada pada sesuatu kecuali akan menghiasi dan tidak dihilangkan dari sesuatu
kecuali dia akan memperjelek.

Kemudian beliau mengatakan:

‫حليما‬

Hendaklah dia menjadi orang yang sabar, tidak mudah marah ketika beramar ma'ruf nahi munkar.

Ketika memerintahkan tidak mudah marah, ketika orang yang diajak untuk melakukan kebaikan dia
tidak mendengar dan tidak melaksanakan apa yang diinginkan, maka ini tidak menjadikan dia marah
kemudian tidak bersabar, tapi terus dia berusaha dan menyampaikan meskipun mereka tidak
mendengar apa yang dia/yang kita ucapkan.

Karena sekedar kita menyampaikan, ayyuhal ikhwah, ini kita mendapatkan pahala. Meskipun orang
yang di depan kita tidak mengamalkan apa yang kita sampaikan, kalau mereka mengamalkan
tambah pahalanya. Sebagaimana dalam hadits:

‫ُورهِم َش ْيًئ ا‬ ‫ُأ‬ ‫ْ ُأ‬ ‫َأل‬


ِ ‫ ال َي ْنقُصُ ذل َِك مِنْ ج‬،ُ‫ُور َمنْ َت ِب َعه‬
ِ ‫ان لَ ُه م َِن ا جْ ِر مِث ُل ج‬
َ ‫َمنْ دَ َعا ِإلَى ه ًُدى َك‬

“Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala orang yang
mengikutinya, ‫ان لَ ُه م َِن اَألجْ ِر‬
َ ‫ َك‬maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang
mengikuti dia. Tidak berkurang dari pahala mereka sedikitpun.”
Kemudian kita juga harus, ‫ حليم‬ketika kita melarang dari kemungkaran, kita melihat sesuatu yang
munkar di depan kita, kita larang justru dia malah mengejek kita, justru dia malah mengancam kita,
dan seterusnya padahal kita ingin kebaikan untuk mereka.

Maka seorang harus bersabar, dan ini adalah ketika yaitu setelah amar ma'ruf nahi munkar harus
bersabar menerima akibat dari amar ma'ruf nahi munkar, karena memang beramar ma'ruf nahi
munkar ini ada akibatnya.

Kadang seorang dicela, dikucilkan dan seterusnya dan di dalam Al-Qur'an, Luqman Al-Hakim ketika
menasehati putranya beliau mengatakan:

َّ‫َی ٰـ ُب َنی‬

Wahai anakku

َّ ‫َأق ِِم ٱل‬


‫صلَ ٰو َة‬

Tegakkan shalat,

ِ‫َو ۡأم ُۡر ِب ۡٱل َم ۡعرُوف‬

Perintahlah pada kebaikan

‫َو ۡٱن َه َع ِن ۡٱلمُن َك ِر‬

Dan laranglah dari kemungkaran

‫ك‬ َ ‫ٱص ِب ۡر َعلَ ٰى َم ۤا َأ‬


َ ۖ ‫صا َب‬ ۡ ‫َو‬

Dan sabarlah terhadap apa yang menimpamu. (QS. Luqman: 17)


Menunjukkan seseorang yang beramar ma'ruf nahi munkar terkadang dia tertimpa sesuatu, ada
ujian bagi beliau.

Kemudian beliau mengatakan:

‫فالعلم قبل األمر والرفق مع األمر والحلم مع األمر‬

Maka, ‫العلم‬, ilmu itu diperlukan sebelum kita memerintahkan.

.kelemahlembutan dilakukan ketika kita memerintahkan ,‫الرفق‬

‫ والحلم‬, dan hilmu, kesabaran, tidak mudah marah ini di lakukan.

—> Di sini tertulis ‫ مع األمر‬mungkin maksudnya adalah ‫ بعد األمر‬yaitu setelah kita beramar ma'ruf nahi
munkar kita harus sabar.

‫فإن لم يكن عالما لم يكن له أن يقفو ما ليس له به علم و إن كان عالما و لم يكن رفيقا كان كا لطبيب الذي ال رفق فيه فيغلظ على‬
‫َأ‬
‫المريض فال يقبل منه والمؤدن الغليظ الذي ال يقبل منه الولد و قد قال أهلل تعالى لموسى و هارون { َفقُواَل لَهُۥ َق ۡو ࣰلا لَّ ِّی ࣰنا لَّ َعلَّهُۥ َی َت َذ َّك ُر ۡو‬
] ٤٤ : ‫َی ۡخ َش ٰى} [ طه‬

Beliau mengatakan: Maka kalau dia bukan orang yang ‘alim, maka tidak boleh bagi dia mengikuti
sesuatu yang dia tidak punya ilmu.

Kalau dia adalah seorang yang alim tapi dia bukan orang yang lemah lembut maka ini seperti seorang
dokter yang dia tidak punya kelemahlembutan, sehingga dia kasar kepada orang yang sakit. Nah,
orang yang sakitnya tidak terima dengan yang demikian, harusnya seorang dokter adalah lemah
lembut kepada orang yang sakit, menampakkan kasih sayang begitu.

Atau dia seperti seorang ‫مؤدب‬, yaitu seorang murabbi, seorang muaddib yang mengajarkan adab
kepada anak, tetapi dia adalah orang yang ghalil yaitu orang yang kasar, maka anak tidak akan
menerima yang demikian.

Demikian pula orang yang beramar ma'ruf nahi munkar harusnya dia berlemah lembut sebagaimana
seorang dokter lemah lembut terhadap pasien, seorang muaddib berlemah lembut kepada seorang
anak, padahal Allah ‫ ﷻ‬mengatakan kepada Musa dan Harun yang artinya: "Hendaklah kalian berdua
berkata kepada Fir'aun ucapan yang lembut, semoga dia ingat atau semoga dia takut (yaitu kepada
Allah),” (QS. Thaha: 44).

‫ثم من أمر أو نهى فال بد أن يؤذى في العادة‬

Kemudian orang yang memerintahkan, orang yang melarang maka biasanya dia akan disakiti

‫ُأْل‬ َ ِ‫ك ۖ ِإنَّ ٰ َذل‬


ِ ‫ك مِنْ َع ْز ِم ٱ م‬
:‫ُور {لقمان‬ َ ‫ َوْأمُرْ ِب ْٱل َمعْ رُوفِ َوٱ ْن َه َع ِن ْٱلمُن َك ِر َوٱصْ ِبرْ َعلَ ٰى َمٓا َأ‬:‫فعليه أن يصبر و يحلم كما قال تعالى‬
َ ‫صا َب‬
}١٧

Hendaklah dia bersabar, karena bersabar dan juga hilm yaitu tidak mudah marah, sebagaimana
firman Allah di dalam surat Luqman: "Hendaklah engkau beramar ma'ruf nahi munkar, wahai anakku
dan bersabarlah atas apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian adalah termasuk ‫ َع ْز ِم‬,
termasuk tekad yang kuat.” (QS. Luqman: 17)

Kemudian:

:‫و قال أيضا‬

Dan beliau juga mengatakan, yaitu Syaikhul Islam:

‫والواجب على اآلمر بالمعروف و الناهي عن المنكر أن يكون أمره ونهيه هلل وقصده طاعة هللا و أن يكون مقصوده صالح األمور‬
‫وإقامة الحجة عليه وأال يكون مقصوده طلب الرئاسة لنفسه وطائفته أو تنقص غيره‬

Yang wajib, kata Syaikhul Islam, bagi orang yang sedang beramar ma'ruf nahi munkar adalah
hendaklah perintahnya dan larangannya itu lillah bukan karena yang lain, maksudnya ingin taat
kepada Allah.

Ingin supaya yang diperintahkan itu menjadi baik, ingin menegakkan hujjah atasnya dan bukan
maksudnya ingin mengharapkan kedudukan untuk dirinya supaya dianggap orang yang ‘alim, orang
yang senang beramar ma'ruf nahi munkar, atau untuk kelompoknya, atau ingin menghinakan orang
lain, karena ada sebagian orang amar ma'ruf nahi munkar tetapi tujuannya adalah ingin ‫ تنقص‬yaitu
ingin menghinakan orang lain.

Bukan itu maksud dari amar ma'ruf nahi munkar, kita ingin taat kepada Allah melaksanakan perintah
Allah.

‫ والرجاء‬،‫ و الخوف من هللا‬،‫ والمعاداة هلل والعبادة هلل واالستعانة باهلل‬،‫ و المو اال ة هلل‬،‫ والبغض هلل‬،‫وأصل الدين أن يكون الحب هلل‬
‫ ومعاداته ومعاداة هللا و طاعته‬،‫ والعطاء هلل والمنع هلل وهذا إنما يكون بمتابعة رسول هللا ﷺ الذي أمره أمر هللا ونهيه نهي هللا‬،‫من هللا‬
‫ أه من كالم شيخ اإلسالم ابن تيمية باختصار‬.‫طاعة هللا ومعصيته معصية هللا‬

Maka pokok dari agama ini hendaklah cinta kita adalah karena Allah, benci kita adalah karena Allah,
loyalitas kita adalah karena Allah, kita memusuhi juga karena Allah, dan beribadah hanya untuk
Allah, isti'anah hanya kepada Allah saja, takut hanya kepada Allah, mengharap hanya kepada Allah,
memberi karena Allah dan mencegah juga karena Allah. Berarti kita dalam dakwah pun juga karena
Allah, bukan karena yang lain.

Nah ini dengan cara, semua ini adalah dengan cara mengikuti Rasulullah ‫ﷺ‬. Karena perintah beliau
adalah perintah Allah, dan larangan beliau adalah larangan Allah, dan memusuhi beliau sama saja
dengan memusuhi Allah, dan taat kepada beliau adalah taat kepada Allah, maksiat kepada beliau
adalah maksiat kepada Allah.

Jadi dalam beramar ma'ruf nahi munkar, Ahlus Sunnah wal Jama'ah, As-Salafiyyun mereka
melakukan itu lillah bukan karena untuk membesarkan dirinya atau kelompoknya atau ingin
menghinakan orang lain, bukan.

‫وهللا تعالى أعلم‬

In sya Allah kita lanjutkan pada kesempatan yang lain.

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A


Materi41

🔊 MATERI 41: KAIDAH-KAIDAH DI DALAM MANHAJ SALAF (BAGIAN 02)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل رب العالمين وأشهد أن ال اله اال هللا وحده ال شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله صالة عليه و على آله و صحبه و‬
‫ أما بعد‬. ‫التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين وسلم تسليما كثيرا‬

Kita lanjutkan pembahasan kitab Kun Salafiyyan 'Ala Al-Jaaddah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh
DR. Abdussalam As-Suhaimi Hafidzhahullah Ta'ala.

Beliau mengatakan:

‫ثانيا‬

Yang kedua:

Yaitu di antara kaidah-kaidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah berkaitan dengan kaidah di dalam
masalah ibadah (‫)قاعدة في العبادات‬

Apa kaidahnya, di dalam masalah ibadah?

‫العبادات مبناها على التوقيف‬

"Ibadah itu dasarnya harus tauqif.”

Tauqif artinya adalah berhenti di atas dalil.

‫فاهلل أمر باتباع الرسول ﷺ‬


Karena Allah ‫ ﷻ‬menyuruh kita untuk mengikuti Rasul bukan membangkang atau membuat sesuatu
yang baru.

:‫قال تعالى‬

Allah mengatakan:

ۡ‫ُّون ٱهَّلل َ َفٱ َّت ِبعُونِي ي ُۡح ِب ۡب ُك ُم ٱهَّلل ُ َو َي ۡغف ِۡر لَ ُكمۡ ُذ ُنو َب ُكم‬
َ ‫قُ ۡل ِإن ُكن ُتمۡ ُت ِحب‬

"Katakanlah kalau kalian benar-benar cinta kepada Allah maka hendaklah kalian mengikuti aku
niscaya Allah cinta kepada kalian dan mengampuni dosa kalian.” (QS Ali-Imran: 31)

Jadi kalau memang kita cinta kepada Allah ya ikuti Rasulullah, dalam aqidah beliau, dalam ibadah
beliau, nanti kalau kita mengikuti Rasul, Allah akan mencintai kita dan mengampuni dosa kita.

:‫و قال تعالى‬

Dan Allah mengatakan:

‫ِين فِي َه ۚا َو ٰ َذل َِك ۡٱل َف ۡو ُز ۡٱل َعظِ ي ُم‬ ٰ


َ ‫َو َمن يُطِ ِع ٱهَّلل َ َو َرسُولَهُۥ ي ُۡدخ ِۡل ُه َج َّنتٖ َت ۡج ِري مِن َت ۡح ِت َها ٱَأۡل ۡن ٰ َه ُر ٰ َخلِد‬

"Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan juga Rasul-Nya, maka Allah akan memasukkan dia ke
dalam Surga, mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan yang demikian
adalah keberuntungan yang sangat besar.” (QS An-Nisa': 13)

Siapa mereka?

Orang yang taat kepada Allah dan Rasul.

Mengikuti Rasulullah ‫ ﷺ‬di dalam ibadahnya, bukan membuat sesuatu yang baru.
َ ‫ ِإ ِّني َألعْ لَ ُم َأ َّن‬:‫و في الصحيحين عن عمر بن الخطاب رضي هللا عنه َأ َّن ُه َق َّب َل اَ ْل َح َج َر اََأْلسْ َودَ و َق َل‬
‫ َولَ ْواَل َأ ِّني‬,ُ‫ك َح َج ٌر اَل َتضُرُّ َواَل َت ْن َفع‬
َ ‫ك َما َقب َّْل ُت‬
‫ك‬ ُ ‫َرَأي‬
َ ُ‫ َقبِّل‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللَا‬

Di dalam shahih Al-Bukhari dan Muslim, Umar radhiyallahu ta’ala 'anhu ketika beliau mencium hajar
aswad.

Kenapa beliau menciumnya?

Beliau mengatakan, “Sungguh aku tahu bahwasanya engkau adalah batu yang tidak bisa
memberikan mudharat dan tidak bisa memberikan manfaat. Kalau bukan aku melihat Rasulullah ‫ﷺ‬
dahulu menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”

“Kalau aku tidak melihat Rasulullah ‫ ﷺ‬menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”

Apa yang bisa kita ambil dari atsar ini? Menunjukkan bagaimana semangatnya Umar bin Khatthab
yang ketika disuruh untuk mengikuti sunnah para khulafaur rasyidin, semangatnya beliau untuk
mengikuti Rasulullah.

Karena Rasulullah ‫ ﷺ‬mencium maka beliaupun mencium hajar aswad bukan karena tabarruk atau
mengambil berkah dari hajar aswad.

Kemudian beliau mengatakan:

‫ اتبعوا وال تبتدعوا فقد كفيتم‬: ‫وقد تقدم قول بعض السلف‬

Dan telah berlalu ucapan sebagian salaf, "Hendaklah kalian mengikuti dan jangan kalian membuat
bid’ah, karena sungguh kalian sudah dicukupi."

Sudah dicukupi untuk kalian, artinya apa yang kalian perlukan, amal yang kalian perlukan untuk bisa
masuk surga itu sudah dicukupi, sudah ada, tidak perlu kita membuat sesuatu yang baru.

Shalat dengan berbagai jenisnya, puasa dengan berbagai jenisnya, orang yang mau puasa sehari,
berbuka sehari ada, orang yang berpuasa senin dan kamis silahkan, ada yang ingin 3 hari dalam
sebulan juga ada.
‫كما تقدم أن من شرط قبول العمل تجريد المتابعة للرسول ﷺ‬

Sebagaimana telah berlalu bahwasanya termasuk syarat diterimanya amal adalah seseorang
mengikuti Rasulullah ‫ﷺ‬.

‫ النصوص الكثيرة في القرآن و السنة التي فيها األمر بطاعة هللا وطاعة رسوله و النهي عن معصية هللا ومعصية رسوله‬.‫وقد جاءت‬

Dan telah datang dalil-dalil yang banyak di dalam Al-Qur'an dan Sunnah yang di dalamnya ada
perintah untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan larangan untuk bermaksiat kepada Allah dan
Rasul-Nya.

‫فال يجوز ألحد أن يخرج عما مضت به السنة ودل عليه الكتاب و السنة وكان عليه سلف األمة‬

Maka tidak boleh bagi seseorang untuk keluar dari Sunnah dan keluar dari Al-Qur'an dan juga
Sunnah dan apa yang berada di atasnya para salaf umat ini.

Itu adalah kaidah yang berkaitan dengan ibadah.

Kemudian yang ketiga:

:‫ثالثا‬

Kata beliau:

‫قاعدة في أن مدار الدين على العلم النافع والعمل الصالح‬

Sebuah kaidah bahwasanya inti dari agama ini berporos pada ilmu yang bermanfaat dan juga amal
shalih.

Itu adalah poros dari agama ini.

‫إن دين اإلسالم مداره على العلم النافع والعمل الصالح‬


Sesungguhnya agama Islam porosnya adalah pada ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih.

:‫قال شيخ اإلسالم ابن تيمية‬

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah:

‫والصالح منحصر في نوعين في العلم النافع والعمل الصالح و قد بعث هللا محمدا ﷺ بأفضل ذلك وهو الهدى ودين الحق ليظهره‬
‫على الدين كله فالهدى العلم النافع ودين الحق العمل الصالح‬

Dan kebaikan ada pada dua jenis ‫ في نوعين‬dalam dua jenis, ada pada ilmu yang bermanfaat dan juga
amal shalih. Dan Allah ‫ ﷻ‬telah mengutus Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dengan yang paling afdhal yaitu ‫الهدى‬
‫ودين الحق‬

‫ِين ْٱل َح ِّق‬ ٰ ‫ِى َأرْ َس َل َرسُولَهُۥ ِب ْٱله‬


ِ ‫ُدَى َود‬ ٓ ‫ه َُو ٱلَّذ‬

"Allah telah mengutus nabinya dengan al-huda juga diinul haq." (QS. Al-Fath: 28, At-Taubah: 33, Ash-
Shaff: 9)

Untuk menampakan itu di atas seluruh agama.

ٰ ‫ ه‬adalah ilmu yang bermanfaat dan


Kemudian Syaikhul Islam mengatakan yang di maksud dengan ‫ُدَى‬
yang di maksud dengan ‫ِين ْٱل َح ِّق‬
ِ ‫ د‬adalah amal shalih.

‫ فأهل السنة والجماعة المتبعين للسلف الصالح ال يتكلمون في شيء من الدين إال تبعا لما جاء به الرسول ﷺ اتباعا‬: ‫وقال رحمه هللا‬
‫للكتاب و السنة و اما أهل البدع فال يعتمدون على الكتاب والسنة وآثار السلف الصالح و إنما يعتمدون على العقل اللغة و الفلسفة‬

Maka Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang mereka mengikuti para salafush shalih tidak berbicara tentang
agama ini atau di dalam agama ini kecuali mengikuti apa yang di bawa oleh Rasul, mengikuti Al-
Qur'an dan Sunnah. Adapun Ahlul Bid’ah, maka mereka tidak bersandarkan pada Al-Qur'an dan
Sunnah dan juga Atsar para salafush shalih akan tetapi mereka berpegang pada akal mereka atau
berpegang pada ilmu bahasa yang mereka miliki atau berpegang pada ilmu falsafah.
Kemudian ‫رابعا‬, yang keempat,

‫ إن درء المفاسد مقدم على جلب المصالح‬: ‫قاعدة‬

Yang keempat, kaidah bahwasanya menolak kerusakan itu didahulukan daripada mendatangkan
kebaikan.

‫والدليل لهذه القاعدة‬

Dalil tentang kaidah ini, adalah firman Allah:

}١٠٨: ‫ُون ٱهَّلل ِ َف َي ُسبُّو ْا ٱهَّلل َ َع ۡد ۢ َوا ِب َغ ۡي ِر عِ ۡل ٖ ۗم {األنعام‬ َ ‫َواَل َت ُسبُّو ْا ٱلَّذ‬
َ ‫ِين َي ۡدع‬
ِ ‫ُون مِن د‬

“Dan janganlah engkau mencela orang-orang yang disembah selain Allah atau segala sesuatu yang
disembah selain Allah karena nanti yang menyembahnya akan mencela Allah tanpa ilmu.” (QS Al-
An’am: 108)

‫فحرم هللا سب آلهة المشركين مع كون السب غيظا وحمية هللا وإهانة آللهتهم‬

Maka Allah ‫ ﷻ‬mengharamkan untuk mencela sesembahan orang-orang musyrikin padahal mencela
mereka ini adalah termasuk bukti fanatik kita terhadap Allah, kecintaan kita terhadap Allah dan
penghinaan kita terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah.

Kenapa kita dilarang?

‫لكونه ذريعة الى سبهم هللا تعالى‬

Karena yang demikian akan membawa, menjadikan mereka mencela Allah ‫ﷻ‬.
‫وكان مصلحة ترك مسبة هللا تعالى أرجح من مصلحة سبنا آللهتهم‬

Maka maslahat ditinggalkannya pencelaan terhadap Allah itu lebih dikuatkan daripada maslahat
mencela, pencelaan kita terhadap sesembahan-sesembahan mereka.

(Dalil) Yang kedua:

‫ يا عائشة لو ال أن قومك حديثوا عهد بجاهلية ألمرت بالبيت فهدم فأدخلت فيه ما أخرج‬: ‫و جاء في حديث عائشة أن ال َّن ِبيِّ ﷺ َقا َل‬
‫ الحديث متفق عليه‬.‫منه وألزقته باألرض‬

Hadits Aisyah bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan, "Wahai Aisyah kalau bukan kaummu ini baru saja
meninggalkan jahiliyyah (artinya imannya masih lemah), niscaya aku akan memerintahkan supaya
Ka'bah ini dibongkar, kemudian aku akan memasukan ke dalamnya apa yang dikeluarkan
sebelumnya, dan aku akan menjadikan dia rata dengan tanah.”

Maksudnya adalah yang sekarang pintu, pintu kalau kita perhatikan pintu Ka'bah itu agak ke atas,
dulu aslinya ke bawah mepet dengan tanah, kalau misalnya Nabi tidak khawatir orang-orang yang
baru masuk Islam ini kemudian murtad kembali niscaya akan dibongkar Ka'bah kemudian dijadikan
seperti di zaman nabi Ibrahim. Tapi beliau tinggalkan yang demikian karena takut terjadi fitnah yang
lebih besar. Hadits ini muttafaqun ‘alaih.

‫ففي هذا الحديث داللة ظاهرة على معنى هذه القاعدة إذ ترك النبي ﷺ مصلحة بناء البيت العتيق على أسس إبراهيم عليه السالم لدرء‬
‫مفسدة خشي وقوعها إن هو هدمه و بناه عليها و هي نفور الناس عن اإلسالم أو ردتهم بسبب هذا الفعل فقدم النبي ﷺ درء هذه‬
‫المفسدة على جلب تلك المصلحة‬

Segi pendalilannya, maka di dalam hadits ini ada penjelasan yang sangat jelas tentang kaidah ini
karena Nabi ‫ ﷺ‬meninggalkan maslahat membangun rumah, yaitu membangun rumah Allah (Ka'bah)
dengan pondasi Ibrahim.

Karena apa?

Karena ingin menolak kejelekan, yang beliau takutkan akan terjadi, ketika beliau membongkarnya,
kemudian membangunnya kembali di atas pondasinya nabi Ibrahim.

Apa mafsadah tersebut?

Yaitu larinya manusia dari Islam atau murtadnya mereka dari Islam dengan sebab perbuatan ini.
Karena kita tahu bagaimana orang-orang Quraish terhadap Baitullah, maka Nabi ‫ﷺ‬, beliau
menghilangkan mafsadah itu atau menghindarkan mafsadah ini untuk mendapatkan maslahat
tersebut.

In syaa Allah dalil yang selanjutnya kita sebutkan pada kesempatan yang akan datang.

‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi42

🔊 MATERI 42: KAIDAH-KAIDAH DI DALAM MANHAJ SALAF (BAGIAN 03)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Kita lanjutkan pembahasan kitab Kun Salafiyyan 'Ala Al-Jaaddah yang ditulis oleh DR. Abdussalam As-
Suhaimi Hafidzhahullahu Ta'ala. Masih pada pembahasan beberapa kaidah-kaidah manhaj salafi,
yang harus kita perhatikan, yaitu pembahasan kaidah bahwa menolak kerusakan itu lebih
didahulukan daripada mendatangkan manfaat.

Menolak kerusakan lebih didahulukan daripada mendatangkan manfaat.

Di antara dalilnya (dalil ketiga), beliau mengatakan:


‫ وقولهم أن محمداً يقتل‬،‫إن النبي صلى هللا عليه وسلم كان يكف عن قتل المنافقين مع كونه مصلحة لئاليكون ذريعة إلى تنفير الناس‬
‫أصحابه‬

Bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬dahulu menahan diri untuk tidak membunuh. Menahan diri dari membunuh
orang-orang munafiqin, karena mereka (padahal itu adalah maslahat, padahal itu adalah ada
kebaikan). Mereka orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran dan
mereka ini membahayakan karena berada di tengah-tengah kaum muslimin, menyebarkan rahasia
kaum muslimin. Membunuh mereka tentunya ada kebaikan.

Tapi kenapa beliau tinggalkan?

Kenapa beliau tidak membunuh orang-orang munafiqin?

Supaya ini tidak menjadi sebab larinya manusia, dan mereka akan mengatakan bahwasanya
Muhammad membunuh para sahabatnya. Mereka ingin masuk Islam dalam keadaan aman, tapi
kalau di dalam Islam ternyata tetap dibunuh, karena mereka menganggap orang-orang munafiqin ini
sama dengan yang lain. Mereka juga menampakkan keislaman, mereka juga shalat di masjid, berarti
Muhammad membunuh para sahabatnya. Berarti tidak aman saya masuk ke dalam agama Islam.

Nah ini, supaya tidak terjadi yang demikian, maka beliau membiarkan orang-orang munafiqin dan
mereka tidak dibunuh, karena menolak mafsadah itu lebih didahulukan daripada mendatangkan
manfaat.

Yang keempat di antara dalilnya adalah:

‫نهيه صلى هللا عليه وسلم عن قتل األمراء والخروج على األئمة وإن ظلموا ما أقاموا الصالة‬

Larangan beliau untuk membunuh para penguasa dan memberontak kepada para penguasa
meskipun mereka melakukan kezaliman selama mereka masih melakukan shalat, yaitu masih
sebagai seorang muslim.

Kenapa dilarang oleh beliau ‫?ﷺ‬

‫سدا لذريعة الفساد العظيم والشر الكثير‬


Untuk menutup celah terjadinya kerusakan yang besar dan kejelekan yang banyak.

‫فقتالهم كما هو الواقع فإنه حصل بسبب قتالهم والخروج عليهم أضعاف أضعاف ما هم عليه من منكر‬

Maka memerangi mereka sebagaimana yang ini benar-benar terjadi dalam kehidupan kita,
memerangi penguasa, maka akan terjadi dengan sebab memerangi mereka dan memberontak
mereka berlipat-lipat dari kemungkaran sebelumnya.

Sebelumnya terjadi kemungkaran, ketika rakyat tidak sadar tentang sunnah Nabi, kemudian mereka
memberontak kepada penguasanya, maka akan terjadi kerusakan yang jauh lebih besar.

Kezaliman karena membunuh satu orang misalnya, tetapi dengan sebab memberontak akhirnya
terbunuh jutaan atau ribuan. Kezaliman yang sebelumnya mungkin diambil satu rumah dengan
kezaliman tetapi setelah itu ternyata justru malah berlipat-lipat, ribuan rumah diambil atau ribuan
rumah rusak dengan sebab memberontak kepada penguasa yang sah.

‫واألمة في بقايا تلك الشرور إلى اآلن‬

Dan umat sampaikan sekarang masih merasakan sisa-sisa dari kejelekan tadi sampai hari ini, yaitu
dengan sebab memberontak kepada penguasa.

:‫قال صلى هللا عليه وسلم‬

Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan:

.‫إذا بويع لخليفتين فاقتلوا اآلخر منهما‬

Apabila dua orang khalifah dibai'at maka hendaklah yang terakhir dari keduanya itulah yang
dibunuh, karena kerusakan yang dibawa.
‫سدا لذريعة الفتنة‬

Yang demikian adalah untuk menutup terjadinya fitnah yang lebih besar.

Karena orang ini bikin fitnah, dia yang menyuruh manusia untuk mengikuti dia dan memberontak
kepada penguasa yang sah sehingga banyak jiwa yang terbunuh dengan sebab orang ini. Maka
daripada ribuan orang yang terbunuh lebih baik orang yang satu ini dibunuh sehingga bersatu
kalimat kaum muslimin.

‫إنتهى ملخصا من كالم شيخ اإلسالم ابن تيمية‬

Itulah ringkasan dari ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

‫ويقول شيخ اإلسالم بعد ما ذكر جملة من الفروع المندرجة تحت قاعدة درء المفاسد أولى من جلب المصالح‬

Berkata Syaikhul Islam setelah beliau menyebutkan beberapa contoh cabang yang masuk dalam
kaidah menolak kerusakan itu didahulukan daripada mendatangkan manfaat (maslahat).

‫وأنه إذا تعارضت المصالح والمفاسد قدم األرجح منهما على المرجوح‬

Dan bahwasanya apabila saling bertentangan antara maslahat dengan kerusakan didahulukan mana
yang lebih kuat di antara keduanya di atas yang tidak kuat.

-‫أي أئمة الجور‬- ‫ ومنها أن من أصول أهل السنة والجماعة لزوم الجماعة وترك قتال األئمة‬:‫قال رحمه هللا‬

Dan di antaranya bahwasanya termasuk prinsip dasar Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah mereka
melazimi Al-Jama’ah, yaitu jama'ahnya kaum muslimin, dan meninggalkan untuk memerangi
penguasa, mereka adalah penguasa yang dzhalim.

‫وترك القتال في الفتنة وجماع ذلك داخل في القاعدة العامة فيما إذا تعارضت المصالح والمفاسد والحسنات والسيئات‬
Dan juga meninggalkan peperangan di dalam fitnah dan yang mengumpulkan itu semuanya.
Semuanya itu masuk di dalam kaidah.

Kenapa kita dilarang untuk memerangi penguasa yang dzhalim karena itu masuk dalam kaidah yang
umum, apabila terjadi pertentangan antara maslahat dan juga kerusakan dan kejelekan, kebaikan
dan juga kejelekan.

‫أو تزاحمت‬

Atau mereka saling, apa?

Kalau tadi ‫ إذا تعارضت‬yaitu saling bertentangan. ‫ أو تزاحمت‬yaitu saling berdesak-desakan.

Tidak mungkin bisa dilakukan semuanya harus dihilangkan salah satunya.

‫فإنه يجب ترجيح الراجح منهما فيما إذا ازدحمت المصالح والمفاسد وتعارضت المصالح والمفاسد‬

Maka dalam keadaan demikian wajib untuk mendahulukan yang kuat di antara keduanya ketika
saling berdesak-desakan antara kemaslahatan dan juga kerusakan dan saling bertentangan antara
kemaslahatan dengan kerusakan.

‫فإن األمر والنهي وإن كان متضمنا لتحصيل مصلحة ودفع مفسدة فينظر في المعارض له فإن كان ما يفوت من المصالح أو يحصل‬
‫من المفاسد أكثر لم يكن مأمورا به‬

Meskipun perintah dan larangan itu asalnya itu mengandung, isinya adalah untuk mendatangkan
manfaat dan untuk menolak mafsadah, tetapi dilihat apa yang bertentangan dengan itu. Kalau
memang apa yang hilang berupa maslahat atau apa yang terjadi berupa kerusakan itu lebih banyak,
maka dia tidak jadi diperintahkan.

Kalau memang di sana ada yang mu'aridhnya (‫ )معارض‬ada yang menentangnya, dan ketika dilihat
apa yang hilang berupa maslahat atau yang terjadi berupa kerusakan itu lebih banyak, maka tidak
diperintahkan.
.‫بل يكون محرما إذا كانت مفسدته أكثر من مصلحته‬

Bahkan bisa menjadi haram kalau memang kerusakannya lebih banyak daripada maslahatnya.

‫لكن اعتبار مقادير المصالح والمفاسد هو بميزان الشريعة وعلى هذا إذا كان الشخص أو الطائفة جامعين بين معروف ومنكر بحيث‬
‫ال يفرقون بينهما بل إما أن يفعلوهما جميعا أو يتركوهما جميعا لم يجز أن يؤمروا بمعروف وال أن ينهوا عن منكر‬

Kemudian kembali beliau menyebutkan, akan tetapi untuk mengukur maslahat dan juga mafsadah
(maslahat dan juga kerusakan) ini harus dengan timbangan syari'at, bukan dengan hawa nafsu.

Harus dengan timbangan syari'at, berarti yang menentukan maslahat dan juga mafsadah ini seorang
yang berilmu. Dan oleh karena itu, apabila seseorang atau sebuah kelompok, dia mengumpulkan
antara sebuah kebaikan dan juga kemungkaran dan tidak membedakan antara keduanya. Di sana
ada kebaikan dan juga kemungkaran dan tidak membedakan antara keduanya, tidak bisa
memisahkan antara keduanya (maksudnya ini).

‫إما أن يفعلو هما جميعآ‬

Pilihan yang pertama dia lakukan itu semuanya, atau dia tinggalkan semuanya, pilihan yang kedua
dia tinggalkan semuanya. Maka dalam keadaan demikian dia tidak diperintahkan untuk melakukan
kebaikan tadi. Dan tidak dilarang dari kemungkaran tadi.

‫لم يجز أن يؤمروا بمعروف‬

Maka tidak boleh untuk diperintahkan dengan kebaikan dan tidak boleh untuk dilarang dari
kemungkaran.

‫بل ينظر‬

Tapi dilihat, kalau misalnya kebaikan tadi adalah lebih banyak, jadi tadi kan harus dia mungkin harus
mengumpulkan di antara keduanya, dia harus meninggalkan semuanya.
Maka di sini dilihat, kalau kebaikan tadi lebih banyak, maka diperintahkan.

‫حتى لو استلزم ما هو دونه من المنكر‬

Meskipun mengharuskan terjadi setelahnya kemungkaran.

‫وال ينهى عن منكر يستلزم تفويت معروف أعظم منه ألن النهي يكون حينئذ من باب الصد عن سبيل هللا‬

‫وال ينهى عن منكر‬

Maka dia tidak dilarang dari kemungkaran yang mengharuskan hilangnya sebuah kebaikan yang
lebih besar dari itu. Kalau hilang sebuah kebaikan yang lebih besar dari itu maka dia tidak dilarang
dari kemungkaran tadi.

‫النهي يكون حينئذ من باب الصد عن سبيل هللا‬

Karena larangan atau melarang kemungkaran saat itu justru malah termasuk menutupi dari jalan
Allah.

‫والسعي في زوال طاعته‬

Justru di situ ada usaha untuk menghilangkan ketaatan kepada Allah.

‫وطاعة رسوله‬

Dan mentaati rasul-Nya.

‫وزوال فعل الحسنات‬

Dan menghilangkan perbuatan yang baik.


‫وإن كان المنكر أغلب نهى عنه‬

Apabila kemungkaran itu lebih banyak maka dilarang.

‫حتى لو استلزم فوات ما هو دونه‬

Meskipun harus melazimkan hilangnya apa yang ada dibawahnya berupa ‫ من المعروف‬berupa
kebaikan.

‫ويكون األمر بذلك المعروف المستلزم للمنكر الزائد عليه أمرا منكرا‬

Dan justru memerintahkan dengan yang kebaikan tadi padahal itu melazimkan kemungkaran yang
bertambah, justru ini malah merupakan kemungkaran tersendiri. Itu adalah termasuk kemungkaran.

‫وسعيا ً في معصية هللا‬

Dan ini adalah usaha untuk bermaksiat kepada Allah ‫ ورسوله‬dan juga Rasul-Nya.

‫أما لو تكافأ المعروف والمنكر المتالزمان‬

Adapun sama antara kebaikan dengan kemungkaran yang saling melazimkan satu dengan yang lain.

‫فال يؤمر بهما وال ينهى عنهما‬

Maka tidak diperintahkan dan tidak dilarang.

‫فتارة يصلح األمر وتارة يصلح النهي‬


Terkadang yang baik adalah diperintahkan, terkadang yang baik adalah dilarang.

‫وتارة ال يصلح أمر وال نهي‬

Dan terkadang tidak baik, baik perintah maupun larangan.

‫وحيث كان المعروف والمنكر متالزمين وذلك في األمور المعينة الواقعة وأما من جهة النوع فيؤمر بالمعروف مطلقا وينهى عن‬
‫المنكر مطلقا‬

Yaitu karena kebaikan dan kemungkaran tadi saling melazimkan, yang demikian adalah di dalam
perkara tertentu yang terjadi. Adapun dari sisi jenisnya maka diperintahkan untuk kebaikan secara
mutlak dan dilarang dari kemungkaran secara mutlak.

‫وفي الفاعل الواحد والطائفة الواحدة يؤمر بمعروفها وينهى عن منكرها‬

Dan di dalam pelaku satu orang atau kelompok satu orang maka diperintahkan untuk melakukan
kebaikan dan dilarang dari kemungkaran.

‫ويحمد محمودها و يذم مذمومها‬

Dan dipuji orang yang terpuji dan dicela orang yang tercela.

‫بحيث ال يتضمن األمر بمعروف فوات أكثر منه أو حصول منكر فوقه‬

Yaitu dengan syarat bahwasanya perintah dengan kebaikan tadi tidak mengandung hilangnya
kebaikan yang lebih besar atau terjadinya kemungkaran yang lebih besar.

‫وال يتضمن النهي عن المنكر‬


Dan larangan dari kemungkaran tadi tidak mengandung ‫ حصول ما هو أنكر منه‬terjadinya kemungkaran
yang lebih besar.

‫أو فوات معروف أرجح منه‬

Atau hilangnya kema'rufan (kebaikan yang lebih besar).

‫ومن هذا الباب‬

Termasuk bab ini.

‫إقرار النبي صلى هللا عليه وسلم لعبد هللا بن أبي بن سلول وأمثاله من أئمة النفاق والفجور‬

Termasuk bab ini adalah Nabi ‫ ﷺ‬membiarkan Abdullah bin Ubay bin Salul dan yang semisal dengan
dia di antara imam-imam kenifaqkan (kemunafikan) ‫( والفجور‬dan kefasikan).

‫لما لهم من أعوان فإزالة منكره‬

Karena mereka memiliki penolong.

‫ وينفور الناس إذا سمعوا أن محمدا يقتل‬،‫فإزالة منكره بنوع من عقابه مستلزمة إزالة معروف أكثر من ذلك بغضب قومه وحميتهم‬
‫أصحابه‬

Jadi mereka yaitu orang-orang munafiqin dibiarkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬karena mereka punya pengikut
(punya penolong) sehingga menghilangkan kemungkaran mereka ini dengan sebuah hukuman
misalnya, ini akan menghilangkan kebaikan yang lebih banyak.

Menghilangkan kebaikan yang lebih banyak dari itu, kaumnya atau kaum mereka akan marah kalau
misalnya dibunuh. Orang-orang munafik tadi kaumnya akan marah dan mereka mungkin akan
membalas sehingga terjadi kerusakan yang lebih besar.
Kemudian juga manusia akan lari, yang sebelumnya mereka mau masuk Islam akan lari. Kenapa?
Karena mereka mendengar bahwasanya Muhammad membunuh para sahabatnya.

Baik, itu yang mungkin bisa disampaikan pada kesempatan kali ini.

‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi43

🔊 MATERI 43: KAIDAH-KAIDAH DI DALAM MANHAJ SALAF (BAGIAN 04)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل رب العالمين‬

‫وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له و اشهد أن محمدا عبده و رسوله صلى هللا عليه وعلى آله وصحبه والتابعين لهم بإحسان‬
‫إلى يوم الدين وسلم تسليما كثيرا أما بعد‬

Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah ‫ ﷻ‬yang memudahkan kita kembali untuk mempelajari
sebuah kitab yang bermanfaat yaitu kitab Kun Salafiyyan 'Ala Al-Jaaddah yang ditulis oleh fadhillatu
syaikh Dr. Abdussalam As-Suhaimi Hafidzhahullahu Ta'ala. Para koordinator dan juga musyrif dan
juga musyrifah dan para ikhwah dan akhawat admin yang dimuliakan oleh Allah.

Beliau menyebutkan, masih pada pembahasan kaidah-kaidah di dalam manhaj Salafi. Kaidah yang
kelima, yang mereka pegang:

‫ وانتفاء الموانع‬، ‫ أن األحكام األصولية و الفروعية ال تتم إال بأمرين هما وجود الشروط‬: ‫خامسا قاعدة‬
Yang kelima adalah kaidah bahwa hukum-hukum, baik yang pokok maupun yang cabang ini tidak
sempurna kecuali dengan dua perkara, yaitu:

▪️Adanya dan terpenuhinya syarat-syarat,

▪️Tidak adanya penghalang.

Beliau mengatakan:

‫ و هذا أصل عظيم في جميع أحكام الشرع سواء كانت أصوال أم فروعا‬: ‫قلت‬

Dan ini adalah pokok yang agung, pondasi yang besar yaitu di dalam kaidah-kaidah manhaj Salafi. Di
dalam seluruh hukum-hukum syar'iat, sama saja apakah hukum-hukum tersebut adalah hukum-
hukum yang pokok maupun hukum-hukum yang sifatnya cabang.

‫ وانتفاء موانعها‬،‫ال بد من وجود شروطها‬

Harus ada terpenuhinya syarat-syarat dan harus tidak ada penghalang.

‫فلو وجد الشرط لكن كان هناك مانع لم يصح الحكم‬

Seandainya ada syarat, akan tetapi di sana ada penghalang, maka tidak sah hukumnya.

Syaratnya terpenuhi tapi ternyata di sana ada penghalangnya maka tidak sah hukumnya. Tidak bisa
dikeluarkan atau diambil kesimpulan hukumnya.

‫من ذلك مثال آيات الوعيد في حق من ارتكب أمورا محرمة‬

Contoh misalnya, beliau menyebutkan di antaranya adalah ayat-ayat tentang ancaman bagi orang
yang melanggar perkara yang diharamkan. Di sana ada ayat-ayat yang berisi tentang ancaman.
"Barangsiapa yang melakukan ini, maka dia demikian dan demikian."
‫فهو أهل لما جاء في النصوص من الوعيد‬

Maka orang tersebut berhak memang sesuai dengan apa, sesuai dengan ancaman atau berhak untuk
disiksa sebagaimana dalam dalil-dalil tersebut.

Dia memang ‫أهل‬-nya, dia memang ahlinya, dia memang berhak untuk mendapatkan siksaan
tersebut.

‫لكن‬

Akan tetapi

‫قد يكون هناك مانع‬

Mungkin saja di sana ada penghalang.

‫يمنع من العقاب‬

Yang menghalangi dari terlaksananya siksaan tersebut.

Memang secara berhak atau tidak, orang tersebut yang melakukan dosa tadi berhak untuk
mendapatkan siksaan sebagaimana dalam ayat. Tapi mungkin saja di sana ada penghalang yang
menghalangi sehingga dia tidak mendapatkan siksaan tersebut.

Contoh misalnya: ‫( كالتوبة‬seperti taubat), bukankah taubat ini menghalangi seseorang, sehingga
seharusnya dia disiksa demikian dan demikian, karena dia bertaubat berarti di sini ada penghalang,
dia tidak jadi disiksa oleh Allah karena ada penghalangnya.

‫أو استغفار المؤمنين‬


Atau di sana ada istighfar orang-orang yang beriman, yang memohonkan ampun. Orang-orang yang
beriman saling mendoakan satu dengan yang lain.

‫أللهم اغفر لي وللمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات االحياء منهم واالموات‬

Mereka berdoa dan mungkin saja ada di antara mereka yang dikabulkan doanya oleh Allah, sehingga
orang yang melakukan dosa besar akhirnya tidak jadi mendapatkan siksaan tersebut karena
diampuni dosanya oleh Allah ‫ ﷻ‬dengan sebab doa dari saudara-saudara yang lain.

Contoh penghalang yang lain, ‫( أو المصائب‬atau musibah-musibah), karena musibah ini adalah
menghilangkan dosa. Menjadi sebab hilangnya atau diampuninya dosa seseorang, sehingga memang
dia mendapatkan atau dia melakukan perkara yang maksiah (melakukan dosa) tapi dia diuji oleh
Allah ‫ ﷻ‬dengan berbagai musibah sehingga itu menghalangi dia untuk disiksa oleh Allah ‫ﷻ‬. Allah
mengampuni dosanya dengan sebab dia bersabar atas musibah tadi.

‫أو غير ذلك من مكفرات الذنوب‬

Atau yang lain berupa perkara-perkara yang bisa menghilangkan dosa seseorang.

Ini contoh dari kaidah yang dimaksud oleh beliau.

‫و من ذلك الصالة مثال ال بد من وجود شرطها وهو الطهارة‬

Contoh yang lain, shalat (misalnya) maka ini harus terpenuhi syarat-syaratnya.

Apa syaratnya? Di antaranya: ‫ و هو الطهارة‬yaitu bersuci mengangkat hadats.

‫فمن أراد الصالة‬

Barangsiapa yang menghendaki shalat.

‫بال طهارة‬
Tanpa thaharah (tanpa bersuci)

‫فال تصح منه لفقد شرطها‬

Maka tidak sah shalat tersebut dari dia karena dia kehilangan syaratnya.

Ada syarat yang hilang di sini. Jadi meskipun dia melakukan shalat (gerakan shalat) sedemikian
sempurnanya, tapi kalau dia dalam keadaan tidak terpenuhi syaratnya, maka dia dianggap belum
melakukan shalat.

Ini juga contoh yang lain. Menunjukkan bahwasanya Ahlus Sunnah di antara kaidah mereka
bahwasanya hukum ini harus terpenuhi syaratnya dan harus hilang penghalangnya.

‫ومن هذا األصل التكفير و التبديع و التفسيق‬

Dan masuk dalam kaidah ini, masalah pengkafiran, kemudian juga mengatakan kepada orang lain
engkau adalah mubtadi' atau tafsiq, yaitu mengatakan kepada orang lain engkau adalah fasiq. Ini
sama juga. Harus terpenuhi syaratnya dan harus hilang penghalangnya.

‫و هو باب قد عظمت فيه الفتنة و المحنة‬

Dan bab ini yaitu bab pengkafiran, mentabdi', mentafsiq, ini adalah bab yang telah besar di
dalamnya fitnah, kekacauan dan juga fitnah di antara manusia, karena mereka tidak memperhatikan
kaidah ini.

‫وطاشت فيه األحالم وكثر فيه االفتراق وتشتت فيه األهواء واآلراء‬

Dan akal-akal banyak yang terbang di dalam masalah takfir, tabdi' dan juga tafsiq ini, sehingga
manusia banyak yang kehilangan akalnya karena sudah banyak hawa nafsu di situ.
‫وكثر فيه االفتراق‬

Dan sudah banyak di dalamnya perpecahan dengan sebab tabdi', tafsiq, takfir, kemudian berpecah
belah di dalamnya hawa nafsu manusia dan juga pendapat-pendapat manusia sebagaimana kita
lihat.

Fitnah tentang masalah tabdi', orang baru kenal sunnah sudah diajarin untuk takfir, sudah disuruh
untuk mentabdi', mentafsiq. Banyak orang yang kita kenal yang seharusnya dia memiliki akal yang
lebih sempurna tapi tergelincir dan terperosok di dalam hawa nafsu, di dalam masalah tabdi' dan
juga tafsiq ini. Padahal di sana ada kaidah-kaidah yang harus diperhatikan.

‫وموقف أهل السنة والجماعة السائرين على منهج السلف الصالح من تكفير أهل البدع و العقائد الفاسدة هو التفصيل‬

Dan sikap Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang mereka berjalan di atas manhaj Salafush Shalih, di dalam
masalah mengkafirkan Ahlul Bid’ah dan juga Ahlu Aqidah-aqidah yang rusak, maka di sana ada
perincian.

‫و هو أن أهل البدع ليسوا على درجة واحدة‬

Yang harus kita pahami bahwasanya Ahlul Bid’ah itu bukan dalam satu derajat.

‫فمنهم من هو مقطوع بتكفيره‬

Ada di antara mereka yang sudah bisa ditentukan, diputuskan bahwasanya dia sudah keluar dari
agama Islam.

‫كمن أتى بقول أو فعل مكفر و تمت في حقه شروط التكفير وانتفت موانعه‬

Seperti orang yang mendatangkan sebuah ucapan atau melakukan perbuatan yang mengkafirkan
yang menjadikan dia keluar dari agama Islam. Dan sudah sempurna syarat-syarat pengkafiran dan
hilang penghalang-penghalangnya.
‫و منهم من ال يحكم بكفره ال نتفاء ذلك في حقه‬

Dan di antara mereka ada yang tidak bisa dihukumi bahwasanya dia keluar dari agama Islam karena
syarat-syaratnya belum terpenuhi.

Ini harus kita perhatikan yang demikian, jadi tidak bisa dipukul rata, ada di antara mereka yang
memang mengucapkan atau melakukan perbuatan yang kita sepakat itu adalah perbuatan atau
ucapan yang menjadikan dia keluar dari agama Islam. Tapi apakah serta merta dia keluar dari agama
Islam? Jawabannya, tidak!

Di sana ada syarat-syaratnya dan di sana ada mawaani' (‫ )موانع‬yang harus kita perhatikan. Mungkin
saja di sana ada penghalang, mungkin dia masih kecil atau mungkin dia gila, mungkin dia dalam
keadaan benar-benar tidak tahu dan seterusnya. Ini harus kita perhatikan.

Syaikh mengatakan:

‫ثم إن القول في تكفير أهل البدع و التكفير عموما مبني على أصلين عظيمين‬

Kemudian pendapat Ahlus Sunnah di dalam masalah pengkafiran Ahlu Bid’ah dan pengkafiran secara
umum ini terbangun di atas dua pondasi yang besar.

‫ داللة الكتاب والسنة على أن القول أو الفعل الصادر من المحكوم عليه موجب للتكفير‬: ‫أحد هما‬

Yang pertama: penunjukkan Al-Qur'an dan As-Sunnah bahwa itu ada dalilnya dari Al-Qur'an dan As-
Sunnah bahwa ucapan atau perbuatan yang keluar dari orang tadi (orang yang dihukumi tadi) benar-
benar dia adalah sesuatu yang menjadikan dia keluar dari agama Islam.

Harus ada dalilnya, kembali kita kepada Al-Qur'an dan Hadits, ada tidak dalil yang menunjukkan itu
adalah perbuatan yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam.

Kemudian yang kedua:

‫ انطباق هذا الحكم على القائل المعين‬: ‫وثانيهما‬


Kesesuaian hukum ini kepada orang yang mengucapkan tadi.

‫أو الفاعل المعين‬

Atau orang yang melakukan tadi.

‫بحيث تتم شروط التكفير في حقه و تنتفي الموانع‬

Yaitu sudah lengkap syarat-syarat pengkafiran pada orang tersebut dan sudah ternafi'kan seluruh
penghalang.

Jadi harus ada dalilnya dulu kemudian sesuaikah hukum tadi kepada orang yang mengucapkan dan
orang yang melakukan tadi. Kita teliti dulu, apakah syarat-syaratnya terpenuhi, apakah di sana ada
penghalang atau tidak. Ini adalah intinya.

‫وهذان األصالن أيضا ينطبقان على الشخص عند الحكم عليه باالبتداع أو الفسق‬

Dan dua pokok ini, ini juga dipraktekan, bisa dipakai juga ketika menghukumi seseorang apakah dia
mubtadi' atau tidak, apakah dia fasiq atau tidak. Bukan hanya pada pengkafiran saja tetapi juga
masalah tabdi' dan juga tafsiq.

.‫و هو داللة الكتاب و السنة على أن القول أو الفعل الصادر من المحكوم عليه بدعة‬

Yaitu harus ada penunjukkan dari Al-Qur'an dan Sunnah bahwasanya ucapan atau perbuatan yang
keluar dari orang tersebut adalah memang bid'ah. Artinya memang tidak ada dalilnya dalam Al-
Qur'an dan juga Hadits.

‫وكون القائل المعين أو الفاعل المعين تمت في حقه شروط التبديع وانتفت موانعه‬
Demikian pula yang kedua, orang yang mengucapkan atau orang yang melakukan tadi sudah
sempurna di dalam haknya syarat-syarat tabdi' dan juga sudah ternafi'kan penghalang-
penghalangnya.

‫وهللا أعلم‬

Dan Allah ‫ﷻ‬, Dialah yang lebih mengetahui.

Baik, itu adalah kaidah yang kelima tentang masalah dalam menghukumi sesuatu, kita harus
memperhatikan syarat-syarat dan juga penghalang-penghalangnya.

In sya Allah kita lanjutkan pada kesempatan yang lain.

‫وهللا تعالى أعلم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi44

🔊 MATERI 44: SIKAP PARA SALAFUS SHALIH TERHADAP AHLUL BID’AH

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Para ikhwah dan juga para akhawat, para admin, dan juga para musyrif dan juga musyrifat dan para
koordinator yang dimuliakan oleh Allah.
Di antara yang disebutkan oleh Syaikh di dalam kitab beliau Kun Salafiyyan 'Ala Al-Jaaddah adalah
tentang bagaimana sikap para Salafush Shalih terhadap Ahlul Bid'ah.

Beliau mengatakan:

‫موقف السلف الصالح من المبتدعة‬

Sikap para Salafus Shalih, para pendahulu kita yang shalih terhadap Ahlul Bid’ah.

Bagaimana sikap mereka?

‫الحذر و التحذير من أهل األهواء و البدع المخالفين للسنة‬

Sikap mereka adalah waspada dan mengingatkan manusia dari para pengikut hawa nafsu, para Ahlul
Bid’ah yang mereka menyelisihi sunnah Rasulullah ‫ﷺ‬.

Ini adalah sikap umum yang dimiliki oleh para Salafus Shalih, mereka waspada dengan Ahlul Bid’ah,
bahkan mereka mengingatkan manusia dari kejahatan dan juga penyimpangan Ahlul Bid’ah.

:‫قال ﷺ‬

Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan:

‫من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد‬

"Barangsiapa yang mengamalkan atau membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami yaitu dalam
agama ini, apa-apa yang bukan termasuk darinya maka itu adalah tertolak.”

Dan inilah yang dilakukan oleh Ahlul Bid’ah, mereka telah mengadakan sesuatu yang bukan
termasuk agama Nabi ‫ﷺ‬.

‫ من عمل عمال ليس عليه أمرنا فهو رد‬:‫وقال ﷺ‬


"Barangsiapa yang mengamalkan sebuah amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan
tersebut tertolak.”

‫ من أحب هلل وأبغض هلل وأعطى هلل ومنع هلل فقد استكمل اإليمان‬:‫وقال ﷺ‬

Dan di antara petunjuk Nabi ‫ﷺ‬, yang ini menjadi dasar bagi para Salaf dalam mengingatkan manusia
dari penyimpangan Ahlul Bid’ah, yaitu ucapan Nabi ‫ﷺ‬:

"Barangsiapa yang mencintai karena Allah, dan membenci karena Allah,dan memberi karena Allah,
dan melarang atau mencegah karena Allah, maka sungguh ia telah sempurna keimanannya.” (HR.
Abu Dawud)

‫من أحب هلل‬

Barangsiapa yang mencintai karena Allah, yaitu karena ketaatan orang lain kepada Allah

‫وأبغض هلل‬

Dan dia membenci karena Allah, saudaranya melakukan bid’ah, maka dia membencinya dan
mengingatkan dia dan kalau dia menyeru kepada bid’ahnya, maka kita juga mengingatkan manusia
jangan sampai mengikuti apa yang dia seru.

Ini termasuk bagian dari membenci karena Allah. Bukan membenci karena hartanya, bukan
membenci karena dia tidak membantu (misalnya), tetapi membenci karena dia melakukan
kemaksiatan kepada Allah.

Bid'ah ini termasuk maksiat, amalannya tertolak dan dia adalah termasuk maksiat.

‫وأعطى هلل‬

Dan dia memberi karena Allah.

‫ومنع هلل‬

Dan dia melarang atau mencegah karena Allah.


Ketika dia memberi, memberi karena Allah, karena memang disyariatkan, maka dia berikan, ketika
dia mencegah tidak memberikan hartanya bukan karena hawa nafsu, bukan karena kebencian
pribadi, tetapi karena Allah ‫ﷻ‬.

Dia memandang bahwasanya Allah ‫ ﷻ‬tidak senang kalau saya memberikan harta yang Allah berikan
ini kepada orang tadi dalam keadaan seperti ini. Berarti dia menahan karena Allah, tidak memberi
karena Allah.

‫فقد استكمل اإليمان‬

Maka sungguh dia telah sempurna keimanannya.

Kalau sampai seseorang sudah sampai derajat yang demikian, memberi karena Allah, mencegah
karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah maka ini menunjukkan kesempurnaan
imannya. Dan inilah yang dilakukan oleh para Salafus Shalih ketika mereka melakukan tahdzir dan
mengingatkan manusia tentang penyimpangan Ahlul Bid’ah.

‫رواه أبو داود‬

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud.

‫ ما من نبي بعثه هللا في أمة قبلي إال كان له من أمته حواريون وأصحاب يأخذون بسنته و يقتدون بأمره ثم إنها تخلف من‬: ‫وقال ﷺ‬
‫بعدهم خلوف يقولون ما ال يفعلون ويفعلون ماال يؤمرون فمن جاهدهم بيده فهو مؤمن و من جاهدهم بلسانه فهو مؤمن و من جاهدهم‬
‫ رواه مسلم‬- ‫بقلبه فهو مؤمن و ليس من وراء ذلك من اإليمان حبة خردل‬

Nabi ‫ ﷺ‬mengatakan:

“Tidak ada seorang nabi yang diutus oleh Allah kepada sebuah umat sebelumku, kecuali dia akan
memiliki hawaariyun (‫ )حواريون‬dan juga ashhaab (‫ ;)أصحاب‬akan memiliki para sahabat dan juga
orang-orang yang dekat dengannya, yang mereka akan mengambil sunnah beliau dan akan
meneladani dan menjalankan apa yang beliau perintahkan. Kemudian setelah itu akan datang, yaitu
setelah mereka akan datang, generasi-generasi yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan
dan mereka mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Maka barangsiapa yang memerangi mereka
dengan tangannya dia adalah orang yang beriman. Dan barangsiapa yang memerangi mereka
dengan lisannya, maka dia adalah orang yang beriman. Dan barangsiapa yang memerangi mereka
dengan hatinya maka dia adalah orang yang beriman. Dan tidak ada di balik itu semua atau setelah
itu semuanya keimanan meskipun hanya sebesar biji khardal (‫)خردل‬.” (HR. Muslim)
‫ويفعلون ماال يؤمرون‬

Lihat: “Mengerjakan apa yang tidak diperintahkan”, masuk di dalamnya bid'ah-bid'ah ini, melakukan
sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Nabi ‫ﷺ‬.

Maka barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya dia adalah orang yang beriman.
Terkadang harus dengan kekuasaan. Mereka diperangi, dihilangkan kekuatan mereka dengan
kekuasaan.

Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan lisannya, maka dia adalah orang yang beriman.
Memerangi ahlul bid’ah dengan lisan, menjelaskan kepada mereka dan menasihati mereka atau
mengingatkan umat dari kesalahan mereka, maka ini adalah termasuk bagian dari keimanan.

‫ومن جاهدهم بقلبه فهو مؤمن‬

Dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan hatinya maka dia adalah orang yang beriman.
Memerangi mereka dengan hatinya maksudnya adalah mengingkari dengan hatinya karena dia tidak
mampu mengingkari dengan kekuasaan, tidak mampu mengingkari dengan lisannya maka dia
mengingkari dengan hatinya

‫و ليس من وراء ذلك من اإليمان حبة خردل‬

Dan tidak ada di balik itu semua atau setelah itu semuanya keimanan meskipun hanya sebesar biji
khardal (‫)خردل‬. Jadi yang paling minimal adalah seseorang mengingkari dengan hatinya.

‫رواه مسلم‬

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim.

‫ قال رسول هللا ﷺ‬: ‫وعن ابن مسعود رضي هللا عنه قال‬

Dari Abdullah bin Mas'ud beliau berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:


‫ يمرقون من اإلسالم كما يمرق السهم من‬،‫خير قول الناس‬
ِ ‫األحالم يقولون من‬ ‫األسنان سفها ُء‬
ِ ُ
‫أحداث‬ ‫الزمان قو ٌم‬
ِ ‫آخر‬
ِ ‫يخر ُج في‬
ِ
‫ فإن في قتلهم أجرا لمن قتلهم عند هللا يوم القيامة‬،‫الرمية من لقيهم فليقتلهم‬

Dalam sebuah hadits, yaitu haditsnya 'Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

“Akan keluar di akhir zaman sebuah kaum yang mereka masih muda-muda dan mereka ini akalnya
kurang. Mereka mengucapkan dari sebaik-baik ucapan manusia. Mereka menjauh dari Islam,
sebagaimana menjauhnya anak panah dari buruannya. Barangsiapa yang bertemu dengan mereka
hendaklah membunuh mereka, karena sesungguhnya di dalam membunuh mereka ini ada pahala
bagi orang yang membunuh mereka di sisi Allah di hari kiamat.”

‫األحالم‬ ‫األسنان سفها ُء‬


ِ ُ
‫أحداث‬ ‫الزمان قو ٌم‬
ِ ‫آخر‬
ِ ‫يخر ُج في‬
ِ

Akan keluar di akhir zaman sebuah kaum yang mereka masih muda-muda dan mereka ini akalnya
kurang, karena yang tua itulah yang sudah matang, adapun yang masih muda ini tergesa-gesa dan
masih memiliki darah muda yang panas yang mudah berkobar tanpa mengedepankan akalnya.

Mereka mengucapkan dari sebaik-baik ucapan manusia, ada yang mengatakan maksudnya adalah
ucapan Nabi ‫ﷺ‬. Jadi mereka berdalil, padahal mereka adalah orang-orang yang masih muda dan
mereka adalah akalnya kurang tapi yang mereka ucapkan adalah dalil (menyebutkan dalil).

Tapi ternyata apa? Karena masih mudanya mereka dan kurang akalnya mereka dan mereka
mengikuti hawa nafsu akhirnya dipahami dengan tidak benar dalil tersebut sehingga,

‫يمرقون من اإلسالم كما يمرق السهم من الرمية‬

Mereka menjauh dari Islam, sebagaimana menjauhnya anak panah dari buruannya.

Maksudnya bagaimana? Kalau anak panah ini dilepas dan dia dalam keadaan yang sangat cepat dan
kuat dan tajam maka dia menembus hewan buruan tadi dan sampai keluar dari arah yang lain.
Menjauh dari buruan tadi dan ini menunjukkan tentang bagaimana jauhnya mereka dari Islam.
Padahal yang mereka ucapkan adalah dalil.

‫من لقيهم فليقتلهم‬


Kata Nabi ‫ﷺ‬, "Barangsiapa yang bertemu dengan mereka hendaklah membunuh mereka."

Dan yang dimaksud di sini adalah orang-orang khawarij (nanti akan dijelaskan oleh Syaikh) dan
mereka adalah Ahlul Bid’ah. Dan Nabi ‫ ﷺ‬di sini mengingatkan kita tentang kejelekan mereka.

Sampai Nabi mengatakan, "barangsiapa yang bertemu dengan mereka hendaklah membunuh
mereka", karena sesungguhnya di dalam membunuh mereka ini ada pahala bagi orang yang
membunuh mereka di sisi Allah di hari kiamat.

Ini menunjukkan bahwasanya memerangi Ahlul Bid’ah dan membantah mereka, ini adalah termasuk
bagian dari berperang di jalan Allah, ini termasuk bagian dari dakwah dan ucapan Nabi menunjukkan
tentang bagaimana penyimpangan yang besar yang dimiliki oleh orang-orang khawarij.

‫و المعني بهذا الحديث هم الخوارج و قد قاتلهم أصحاب رسول هللا ﷺ مع علي أبي طالب رضي هللا عنه في معركة النهروان‬

Dan yang dimaksud di dalam hadits ini adalah orang-orang khawarij, para sahabat Rasulullah ‫ ﷺ‬telah
memerangi mereka bersama Ali bin Abi Thalib di dalam perang Nahrawan.

Kemudian beliau mengatakan:

‫فلهذه النصوص المتقدمة وما في معناها فقد حذر أئمة السلف من البدع و المبتدعة و امتألت كتبهم و مؤلفاتهم بالرد على البدع‬
‫وأهلها و التحذير من ذلك‬

Karena dalil-dalil di atas yang telah berlalu dan juga yang semakna, oleh karena itu para imam-imam
Salaf mereka mengingatkan manusia dari kebid'ahan dan juga dari Ahlul Bid’ah dan kitab-kitab
mereka dan karangan-karangan mereka penuh dengan bantahan terhadap kebid'ahan dan juga
orang-orang yang melakukannya.

In syaa Allah akan kita lanjutkan penyebutan tentang ucapan para Salaf yang berisi tentang tahdziran
kepada ahlul bid’ah In syaa Allah pada pertemuan selanjutnya.
‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Di kota Jember

Materi45

🔊 MATERI 45: SIKAP PARA SALAFUS SHALIH TERHADAP AHLUL BID’AH (BAGIAN 2)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Para ikhwah dan juga para akhawat, di admin, dan juga para musyrifin, musyrifat dan juga para
koordinator yang dimuliakan oleh Allah ‫ﷻ‬.

Kembali kita akan membahas tentang kitab Kun Salafiyyan 'Ala Al-Jaaddah yang ditulis oleh fadhilatu
Syaikh Abdussalam As-Suhaimi Hafidzhahullahu Ta’ala.

Beliau membawakan setelahnya tentang nukilan-nukilan dari Salaf, yang memenuhi kitab-kitab
mereka yang berisi tentang tahdziran mereka dan bantahan mereka terhadap kebid’ahan dan juga
al-mubtadi’ah.

Syaikh mengatakan,

‫فلهذه النصوص المتقدمة وما في معناها‬

Karena dalil-dalil di atas dan yang semakna dengannya.


‫فقد حذر أئمة السلف من البدع و المبتدعة‬

Maka para imam-imam salaf telah mengingatkan dari kebid’ahan dan juga para Ahlul Bid’ah.

‫و امتألت كتبهم و مؤلفاتهم بالرد على البدع وأهلها‬

Dan telah penuh kitab-kitab mereka dan karangan-karangan mereka dengan bantahan terhadap
Ahlul Bid’ah dan juga Mubtadi’ah

‫و التحذير من ذلك‬

Dan mengingatkan manusia dari yang demikian.

Kemudian beliau mendatangkan nukilan-nukilan tersebut:

‫ إنه قد‬-: ‫ فقد روى مسلم في صحيحه عن يحيى بن يعمر وحميد بن عبد الرحمن قال يحيى لعبدهللا ابن عمر رضي هللا عنه‬- ١
‫ فإذا لقيت أولئك‬: ‫ظهر قبلنا أناس يقرؤون القرآن ويتقفرون العلم وذكر شأنهم وأنهم يزعمون أنه ال قدر وأن األمر أنف قال ابن عمر‬
‫فأخبرهم أني بريء منهم وأنهم براء مني والذي يحلف به عبدهللا بن عمر لو أن ألحدهم مثل أحد ذهبا ً فأنفقه ما قبل هللا منه حتى‬
‫ يؤمن بالقدر‬... "

1️⃣ Al-Imamu Muslim, beliau telah meriwayatkan di dalam shahih beliau dari Yahya bin Ya’mar atau
Ya’mur, dan juga Humaid bin Abdurrahman. Berkata Yahya kepada ‘Abdullah bin Umar. Yahya dan
juga Humaid mendatangi Abdullah bin Umar kemudian Yahya berkata kepada ‘Abdullah;
“Sesungguhnya telah nampak, telah muncul di arah kami (yaitu dari daerah mereka), sekelompok
manusia yang membaca Al-Qur’an dan mereka mencari-cari ilmu.”

Membaca Al-Qur’an dan mereka mencari-cari ilmu, artinya dzahirnya mereka membaca Al-Qur’an
dan juga mereka menghadiri majelis ilmu, tapi ternyata mereka adalah orang-orang yang sesat.

‫وذكر شأنهم وأنهم يزعمون أنه ال قدر وأن األمر أنف‬


Kemudian Yahya menyebutkan tentang kelompok ini dan ternyata meskipun mereka membaca Al-
Qur’an dan mungkin punya sedikit perhatian tentang ilmu ternyata mereka menyangka bahwasanya
takdir itu tidak ada.

Tidak ada takdir dahulu kemudian terjadi, itu tidak ada, kata mereka. Dan bahwasanya seluruh yang
terjadi ini adalah terjadi dengan begitu saja, tidak didahului dengan takdir.

:‫قال ابن عمر‬

Maka berkata Ibnu ‘Umar:

‫فإذا لقيت أولئك فأخبرهم أني بريء منهم وأنهم براء مني‬

"Kalau engkau bertemu dengan mereka lagi (nanti kalau pulang ketemu dengan mereka) kabarkan
kepada mereka bahwasanya aku (yaitu ‘Abdullah bin ‘Umar) berlepas diri dari mereka ini, dan
bahwasanya mereka juga berlepas diri dariku."

Ini menunjukkan ‫( براء‬bara-a) dan kebencian ‘Abdullah bin ‘Umar kepada orang-orang tersebut, yang
mereka mengingkari takdir.

" ... ‫والذي يحلف به عبدهللا بن عمر لو أن ألحدهم مثل أحد ذهبا ً فأنفقه ما قبل هللا منه حتى يؤمن بالقدر‬

Demi Dzat yang ‘Abdullah bin ‘Umar bersumpah denganNya, seandainya salah seorang di antara
mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud kemudian menginfakkannya, maka Allah ‫ ﷻ‬tidak akan
menerima darinya sampai dia beriman dengan takdir.

Allah tidak akan menerima shadaqah meskipun sebesar gunung Uhud berupa emas, sampai dia
beriman dengan takdir. Menunjukkan tentang tahdziran ‘Abdullah bin ‘Umar terhadap kelompok
tersebut. Dan menunjukkan bahwasanya orang yang mengingkari takdir Allah, mengatakan
bahwasanya Allah tidak tahu sesuatu sebelum terjadinya, maka ini termasuk sesuatu yang
mengeluarkan seseorang dari agama Islam.

‫ "إياكم وأصحاب الرأي فإنهم أعداء السنة أعيتهم األحاديث أن يحفظوها فقالوا‬: ‫ وعن عمر بن الخطاب رضي هللا عنه أنه قال‬- ٢
‫بالرأي فضلوا وأضلوا" رواه ابن أبي شيبة‬.
2️⃣ Dan dari ‘Umar bin Khatthab ‫ رضي هللا عنه‬beliau mengatakan, “Hati-hati kalian dengan orang-
orang yang mendahulukan akalnya di dalam agama.”

Di dalam beragama mereka adalah ‫ أصحاب الرأي‬mendahulukan akalnya di atas dalil. Dalil sudah jelas
di depannya tetapi dia mengedepankan akalnya di atas dalil. Kalau sesuai dengan akalnya diterima,
kalau tidak sesuai dengan akalnya maka tidak diterima. Ini ‫أصحاب الرأي‬.

Karena mereka ini adalah musuh-musuh sunnah, musuh-musuh agama ini. Mereka tidak mau untuk
menghafal hadits-hadits Nabi ‫ﷺ‬. Mereka capek dalam menghafal hadits Nabi ‫ ﷺ‬sehingga akhirnya
mereka pun berbicara dengan akalnya.

‫فضلوا وأضلوا‬

Akhirnya merekapun sesat dan juga menyesatkan.

‫رواه ابن أبي شيبة‬

Ucapan ‘Umar bin Khatthab ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah yaitu di dalam Al-Mushannaf.

Menunjukkan bagaimana ‘Umar bin Khatthab mengingatkan manusia dari kejelekan ‫أصحاب الرأي‬
(orang-orang yang mendahulukan akal di atas dalil).

‫ "ما ابتدع قوم بدعة إال استحلوا السيف‬: ‫ وروى الدارمي والاللكائي وغيرهما عن أبي قالبة رحمه هللا قال‬- ٣."

3️⃣ Al-Imam Ad-Darimi dan juga Al-Lalikai dan selain keduanya meriwayatkan dari Abi Qilabah,
bahwasanya beliau mengatakan: “Tidaklah sebuah kaum, mereka membuat bid’ah kecuali mereka
akan menghalalkan pedang.”

Maksudnya bagaimana?

Maksudnya, awalnya hanya melakukan bid’ah di dalam agama, tapi ini akan membawa mereka
akhirnya untuk menghalalkan darah kaum muslimin dan ini banyak terjadi.
Orang yang terjatuh ke dalam bid’ah, mereka banyak, mereka akan mengkafirkan orang yang tidak
sepaham dengan mereka. Kalau dikafirkan maka akan menghalalkan darah mereka.

Dan ini bisa berasal dari bid’ah yang kecil, kemudian membesar-membesar sampai akhirnya dia akan
memerangi kaum muslimin sendiri, seperti yang terjadi pada orang-orang khawarij.

‫ "أهل األهواء كلهم خوارج وقال إن الخوارج اختلفوا في االسم واجتمعوا على السيف‬: ‫ وقال أبو أيوب السختياني‬- ٤."

4️⃣ Berkata Abu Ayyub As-Sikhtiyani: “Para pengikut hawa nafsu semuanya, mereka adalah
khawarij.” (Ini mungkin mengambil dari sisi bahasa).

Kemudian beliau mengatakan, “Orang-orang khawarij itu, mereka berbeda dalam nama saja namun
mereka bersatu dalam pedang.”

Berbeda namanya karena imamnya berbeda, pemimpinnya berbeda, tetapi aqidah mereka sama,
yaitu mengangkat pedang (mengangkat senjata). Yaitu memberontak kepada penguasa atau
menghalalkan darah kaum muslimin dan semuanya adalah orang-orang khawarij.

Ini adalah maksud ucapan beliau dan ini juga termasuk menunjukkan tentang tahdzir-an Abu Ayyub
As-Sikhtiyani terhadap para Ahlul Bid’ah.

‫ "البدعة أحب إلى إبليس من المعصية والمعصية يتاب منها والبدعة‬: ‫ وعن سفيان الثوري رحمه هللا قال‬- ٥

‫ رواه الاللكائي‬- ".) ‫ال يتاب منها( ء‬

5️⃣ Berkata Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah: “Bid’ah itu lebih dicintai oleh iblis daripada ma’shiah.”

Kenapa demikian? Karena ma’shiah, orang mungkin bertaubat, dia tahu itu adalah sebuah
kesalahan. Adapun bid’ah maka dia tidak bertaubat karena dia merasa itu adalah sebuah kebaikan.

Ucapan ini diriwayatkan oleh Al-Lalikai, menunjukkan tentang peringatan Sufyan Ats-Tsauri terhadap
kebid’ahan dan juga para pelaku bid’ah. Bid’ah itu lebih dicintai oleh iblis daripada kemaksiatan.
‫ "يا أحول إن الرجل إذا ابتدع بدعة ينبغي لها أن تذكر حتى تحذر‬:‫ وروى أيضا ً عن قتادة أنه قال‬-٦."

6️⃣ Beliau meriwayatkan, yaitu Al-Lalika`i, dari Qatadah bahwasanya beliau mengatakan: “Wahai
ahwal, sesungguhnya seseorang apabila dia melakukan bid’ah maka ‫ينبغي لها‬, yang sepantasnya bagi
orang yang melakukan bid’ah tadi adalah untuk disebutkan kebid’ahannya, ‫حتى تحذر‬, sampai
diwaspadai kebid’ahan tersebut.” ini ucapan Qatadah.

‫ "أهل األهواء بـمنـزلة اليهود والنصارى‬: ‫ وعن الحسن قال‬- ٧."

7️⃣ Hasan (yaitu Hasan Al-Bashri) mengatakan bahwasanya Ahlul Ahwa, para pengikut hawa nafsu,
para Ahlul Bid’ah itu kedudukannya seperti orang Yahudi dan Nashrani.

Wallahu ta’ala a’lam, di sini bukan beliau maksudnya adalah mengkafirkan seluruh Ahlul Ahwa, tapi
maksudnya mungkin mereka adalah seperti orang Yahudi atau ada di antara mereka yang memiliki
sifat orang Yahudi yang berilmu tetapi tidak beramal. Atau ada di antara mereka seperti orang
Nashara, semangat dalam beramal tetapi tidak berilmu. Jelas ini menunjukkan tahdzir-an beliau.

‫ "إذا رأيت قوما ً يتناجون في دينهم بشيء دون العامة فاعلم أنهم على‬: ‫ وقال عمر بن عبدالعزيز رحمه هللا‬- ٨

‫"تأسيس ضاللة‬

8️⃣ Berkata ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, apabila engkau melihat sebuah kaum yang mereka berbisik-bisik
di dalam agama mereka, pertemuan yang tersembunyi, di sana ada kelompok khusus tanpa yang
lain, maka ketahuilah bahwasanya mereka ini sedang mendirikan sebuah kesesatan.

Karena agama Islam jelas tidak ada yang perlu kita sembunyikan. Kita sampaikan tentang tauhid,
tentang Islam, tentang thaharah, tidak ada yang perlu kita sembunyikan

‫" ما فرحت بشيء من اإلسالم أشد فرحا ً بأن قلبي لم يدخله شيء‬: ‫ وقال عبدهللا بن عمر رضي هللا عنه‬- ٩

‫"من هذه األهواء‬


9️⃣ ‘Abdullah bin ‘Umar mengatakan, “Tidaklah aku bergembira dengan sesuatu lebih dari
gembiraku dengan Islam, yang melebihi kegembiraanku ketika hatiku ini tidak dimasuki oleh hawa
nafsu-hawa nafsu tersebut.”

Maksudnya, hatiku selamat dari melakukan bid’ah mengikuti hawa nafsu. Maka beliau sangat
gembira dengan yang demikian karena ini adalah karunia dari Allah setelah kegembiraan beliau
diberikan hidayah kepada agama Islam.

‫ "يجيء قوم يتركون من السنة مثل هذا يعني مفصل اإلصبع‬: ‫ وعن عبدهللا بن مسعود رضي هللا عنه قال‬- ١٠

".‫فإن تركتموهم جاءوا بالطامة الكبرى‬

🔟 Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, akan datang sebuah kaum yang mereka meninggalkan sunnah seperti
ini, yaitu seperti ruas jari. Meninggalkan sunnah seperti ruas jari, mungkin sedikit

‫فإن تركتموهم جاءوا بالطامة الكبرى‬

Jadi mereka mendatangkan di awalnya dengan bid’ah yang kecil, tapi kalau kalian biarkan mereka,
tidak dibantah dan seterusnya,

‫جاءوا بالطامة الكبرى‬

Maka mereka akan datang dengan bencana yang lebih besar.

Sehingga ini menunjukkan kewajiban kita untuk membantah orang-orang yang menyimpang.

In syaa Allah kita lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

‫بارك هللا فيكم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi46

🔊 MATERI 46: SIKAP PARA SALAFUS SHALIH TERHADAP AHLUL BID’AH (BAGIAN 3)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على أمور الدنيا والدين وصلى هللا على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬

Para ikhwan dan juga para akhawat, para admin, para musyrif dan juga koordinator yang dimuliakan
oleh Allah.

Syaikh Abdussalam As-Suhaimi hafidzhahullahu Ta’ala, beliau berkata di dalam kitab beliau “Kun
Salafiyyah ‘Ala Al-Jaddah.” masih berkaitan dengan bagaimana para Salaf dahulu keras terhadap
bid’ah. Beliau mengatakan,

‫ولم يكتف أئمة السلف بالرد على أهل البدع والضالل بل حذروا الناس من مجالستهم واالستماع إلى كالمهم‬

Para imam Salaf, mereka tidak mencukupkan diri dengan hanya membantah para ahli bid’ah dan
juga kesesatan. Bukan hanya membantah saja, tetapi mereka juga mengingatkan manusia supaya
tidak duduk dengan mereka dan mendengarkan ucapan mereka.

Jadi manusia dilarang untuk duduk bersama ahlul bid’ah, mendengarkan ucapan mereka. Karena
kalau sampai duduk dengan mereka dan mendengar ucapan mereka akan dikhawatirkan masuk
bid’ah tadi ke dalam hati, sehingga dia tidak bisa berkutik, tidak bisa keluar dari syubhat tersebut
dan tentunya ini adalah bencana bagi agama seseorang.

: ‫فقد روى الدارمي وابن بطة عن الحسن رحمه هللا أنه كان يقول‬
Ad-Darimi telah meriwayatkan dan juga Ibnu Batthah dari Hasan, semoga Allah merahmati beliau,
bahwasanya beliau mengatakan,

‫ال تجالسوا أهل األهواء وال تجادلوهم وال تسمعوا منهم‬

"Jangan kalian duduk-duduk bersama ahlul ahwa` (‫ )أهل األهواء‬dan jangan kalian berbantah-bantahan
dengan mereka (yaitu berdebat yang di situ mereka tidak menginginkan kebenaran) dan janganlah
kalian mendengar dari mereka.”

Jadi beliau melarang untuk duduk bersama ahlul bid’ah, berdebat dengan mereka dan juga
mendengar ucapan mereka.

‫ "إليك عني فإني‬:‫وقد روى اآلج ّري والاللكائي عن الحسن أيضا ً أن رجالً أتاه فقال يا أبا سعيد إني أريد أن أخاصمك فقال الحسن‬
".‫عرفت ديني وإنما يخاصمك الشاك في دينه‬

Al-Ajuri dan juga Al-Lalakai meriwayatkan dari Hasan Al-Bashri, bahwa ada seseorang yang
mendatangi beliau kemudian mengatakan, “Wahai Aba Sa’id (kunyahnya Al-Hasan Al-Bashri)
sesungguhnya aku ingin mendebatmu.” maka berkata Hasan, “Menjauhlah engkau dariku karena
sesungguhnya aku yakin terhadap agamaku dan yang mendebatmu, hanyalah orang yang ragu dalam
agamanya.”

Orang yang yakin tidak perlu lagi untuk berdebat. Kami yakin bahwasanya agama Islam itulah yang
hak, manhaj Salaf itulah yang hak, untuk apa berdebat. Tidak ada yang kami ragukan.

.‫ يا أبا بكر نحدثك بحديث‬:‫ دخل رجالن من أهل األهواء على محمد بن سيرين فقاال‬: ‫وعن إسماعيل بن خارجة قال‬

Dari Ismail bin Kharijah, beliau mengatakan: Datang dua orang dari ahlul ahwa, mendatangi
Muhammad Ibnu Sirin kemudian keduanya mengatakan: “Wahai Abu Bakar, kami ingin
menyebutkan kepadamu satu hadits.”

.‫ ال‬: ‫قال‬

Beliau mengatakan, “Tidak, saya tidak mau mendengar dari kalian satu hadits pun.”
.‫فنقرأ عليك آية من كتاب هللا‬: ‫قاال‬

Keduanya mengatakan: “Kami akan membacakan satu ayat dari Al-Qur’an.”

‫ ال‬:‫قال‬.

Beliau mengatakan, “Tidak”

‫ تقومان عني وإال قمت‬:‫وقال‬

Kemudian beliau mengatakan: “Kalian pergi atau aku yang pergi.”

‫فقام الرجالن فخرجا‬

Akhirnya dua orang laki-laki ini berdiri, dan kemudian pergi (yaitu meninggalkan Muhammad Ibnu
Sirin).

Lihat bagaimana kerasnya Muhammad Ibnu Sirin, beliau adalah seorang ulama tapi meskipun
demikian beliau berusaha untuk menjaga. Tidak ada di antara kita yang merasa dirinya aman dari
syubhat. Beliau dengan tegas mengatakan, “Kalian yang pergi, atau aku yang pergi.”

‫فقال بعض القوم ما كان عليك أن يقرأ آية ؟‬

Maka sebagian kaum ketika melihat kejadian ini atau mendengar kejadian ini mengatakan,
“Mengapa engkau tidak mau mendengarkan dari mereka satu ayat?”

"‫ فيقر ذلك في قلبي‬.‫"إني كرهت أن يقرأ آية فيحرفانها‬: ‫فقال‬

Alasannya adalah bukan karena beliau benci terhadap Al-Qur’an. Tidak!

Beliau mengatakan, “Aku benci, aku tidak mau kalau keduanya membaca satu ayat, kemudian
mereka menyimpangkan ayat tersebut (ayatnya dibaca benar, tetapi mereka simpangkan dengan
makna yang mereka inginkan). Maka tetaplah syubhat tadi di dalam hatiku.”
Apa yang mereka simpangkan tadi menetap di dalam hatinya. Ini alasan kenapa Muhammad Ibnu
Sirin tidak mau mendengarkan meskipun satu ayat atau satu hadits dari dua orang ahlul bid’ah tadi.

‫وروى عبدهللا بن اإلمام أحمد في السنة عن أبي قالبة رحمه هللا‬

Abdullah ibnu Ahmad, Abdullah ibnu Imami Ahmad, beliau meriwayatkan di dalam kitab As-Sunnah.
Dari Abu Qilabah (semoga Allah merahmati beliau).

"‫ "ال تجالسوهم وال تخالطوهم فإني ال آمن أن يغمسوكم في ضالالتهم ويلبسوا عليكم كثيراً مما تعرفون‬:‫قال‬

Beliau mengatakan, “Jangan kalian duduk bersama mereka, jangan campur dengan mereka. Karena
aku tidak aman, tidak merasa aman, mereka akan memasukkan kalian ke dalam kesesatan mereka
yaitu dengan merubah-ubah makna ayat dan juga hadits.”

Karena seorang muslim ketika dibacakan ayat dan hadits menerima. Tapi oleh meraka itu
dimanfaatkan untuk menyusupkan syubhat-syubhat dan juga kerancuan mereka. Ini yang
dikhawatirkan.

‫ويلبسوا عليكم كثيراً مما تعرفون‬

Dan mentalbiskan atas kalian sebagian besar apa yang kalian tahu.

Yaitu apa yang kalian yakini selama ini, gara-gara kalian mendengar ucapan mereka, akhirnya ditalbis
oleh mereka, dijadikan rancu, dijadikan tidak nampak atau samar.

،‫فهذه بعض األحاديث النبوية الشريفة و أقوال سلف األمة أهل الديانة و التقى و أهل الزهد و الورع‬

Maka ini adalah beberapa hadits Nabi dan sebagian ucapan para Salaf yang mereka adalah orang-
orang yang beragama (maksudnya adalah baik agamanya) dan mereka adalah orang-orang yang
bertakwa dan mereka adalah orang-orang yang zuhud dan memiliki sifat wara’
‫إضافة إلى ما تقدم من األمر باإلتباع والنهي عن االبتداع‬

Ditambah lagi apa yang telah berlalu berupa perintah untuk mengikuti Nabi ‫ ﷺ‬dan larangan untuk
melakukan bid’ah di dalam agama.

‫جاءت مصرحة بجواز الطعن على أهل البدع و بيان حالهم للناس بل عدهم ذلك من الواجبات التي ال يقوم الدين إال بها و إنّ ذلك‬
‫من باب الجهاد في سبيل هللا يوازي من حيث الشرف و نبل المقصد جهاد األعداء بالسيف و السنان بل يترجح على ذلك‬

Beliau mengatakan: Ditambah lagi, apa yang sudah berlalu, berupa perintah untuk mengikuti dan
larangan untuk membuat bid’ah di dalam agama. Kemudian telah datang di sana yaitu dalil-dalil atau
ucapan-ucapan yang menjelaskan bolehnya mencela ahlul bid’ah yaitu mentahdzir dan menjelaskan
keadaan mereka kepada manusia. Bahkan dianggap yang demikian adalah termasuk kewajiban yang
tidak akan tegak agama ini kecuali dengan hal tersebut.

Yaitu agama Islam tidak tegak, maksudnya dalam keadaan dia murni, kecuali dengan cara kita
mengingatkan manusia dari kebid’ahan dan juga menjelaskan kepada mereka tentang ahlul bid’ah.
Karena bid’ah ini dibawa oleh ahlul bid’ah. Kalau kita mengingatkan manusia dari ahlul bid’ah maka
harapannya manusia tidak akan mendengarkan bid’ah tersebut.

Dan bahwasanya ini adalah termasuk jihad fisabilillah yang dalam masalah kemuliaan dan tingginya
maksud, ini sepadan dengan jihad kepada musuh-musuh dengan pedang. Bahkan sebagian
mengatakan bahwasanya jihad dengan ucapan yaitu membantah ahlul bid’ah, ini lebih afdhal
daripada jihad dengan pedang.

‫ أو العبادات المخالفة للكتاب و‬،‫ "و مثل أئمة البدع من أهل المقاالت المخالفة للكتاب و السنة‬: ‫يقول شيخ اإلسالم ابن تيمية رحمه هللا‬
ّ‫ الرجل يصوم ويصلي ويعتكف أحب‬: ‫السنة فإنّ بيان حالهم و تحذير األمة منهم واجب باتفاق المسلمين حتى قيل ألحمد بن حنبل‬
‫ أو يتكلم في أهل البدع ؟‬،‫اليك‬

Syaikhul Islam mengatakan: “Seperti imam-imam bid’ah dari orang-orang yang mereka memiliki
ucapan-ucapan yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits, atau ibadah-ibadah yang
bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Maka menjelaskan tentang keadaan mereka dan
mengingatkan umat atas mereka ini adalah wajib dengan kesepakatan kaum muslimin.”

Sehingga dikatakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal: Ada seseorang yang berpuasa, shalat,
beri’tikaf. Apakah itu lebih engkau senangi atau ada orang berbicara, membicarakan tentang ahlul
bid’ah?
Maka beliau mengatakan:

.‫ هذا أفضل‬، ‫ إذا قام وصلى و اعتكف فإنما هو لنفسه وإذا تكلم في أهل البدع فإنما هو للمسلمين‬: ‫فقال‬

Kalau dia shalat dan beri’tikaf itu hanya untuk dirinya sendiri, tetapi kalau dia berbicara tentang ahlul
bid’ah, membicarakan tentang mereka, mentahdzir mereka, maka ini adalah untuk kaum muslimin.
Maka yang demikian adalah afdhal.

‫فبيّن أن نفع هذا عام للمسلمين في دينهم‬

Maka beliau yaitu Al-Imam Ahmad rahimahullah menjelaskan bahwa yang kedua tadi manfaatnya
adalah umum untuk kaum muslimin dalam agama mereka

،‫من جنس الجهاد في سبيل هللا‬

Ini termasuk jenis jihad fi sabilillah.

‫ وشرعته ودفع بغي هؤالء وعدوانهم على ذلك واجب على الكفاية باتفاق المسلمين؛‬.‫إذ تطهير سبيل هللا ودينه ومنهاجه‬

Karena membersihkan jalan Allah, agama-Nya, manhaj-Nya, syari’at-Nya, dan menolak berlebih-
lebihannya mereka dan juga permusuhan mereka atas yang demikian adalah sebuah kewajiban yang
fardhu kifayah dengan kesepakatan kaum muslimin.

‫ أعظم من فساد استيالء العدو من أهل الحرب‬.‫و لوال من يقيمه هللا لدفع ضرر هؤالء لفسد الدين و كان فساده‬،

Kalau bukan adanya orang-orang yang menegakkan agama Allah, orang-orang yang Allah
menegakkan dia, mendatangkan dia untuk menolak kerusakan mereka (yaitu kerusakan ahlul
bid’ah). Kalau Allah ‫ ﷻ‬tidak menjadikan di sana para ulama yang menolak mudharat yang dibawa
oleh ahlul bid’ah, niscaya agama ini akan rusak. Dan kalau agama rusak maka ini akan lebih besar
daripada musuh menjajah atau musuh yang mereka memerangi kita, menjajah dan menguasai kaum
muslimin.

"ّ‫فإنّ هؤالء إذا استولوا لم يفسدوا القلوب و ما فيها من الدين االّ تبعا ً و أمّا اولئك فيفسدون القلوب ابتداء‬
Karena mereka, ketika mereka menguasai, mereka (yaitu penjajah-penjajah tersebut) tidak merusak
hati dan apa yang berupa agama kecuali hanya sekedar mengikuti saja. Adapun ahlul bid’ah maka
mereka merusak hati dari awal.

Menunjukkan bahwa ahlul bid’ah ini sangat berbahaya.

:‫و قال رحمه هللا في موضع آخر‬

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di tempat yang lain (yaitu di dalam kitab beliau),

"‫وإذا كان مبتدعا ً يدعو إلى عقائد تخالف الكتاب والسنة و يخاف أن يُضِ ل الرجل الناس بذلك بيّن أمره للناس‬

Apabila seorang mubtadi’, dia mengajak kepada aqidah yang menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah

‫و يخاف أن يُضِ ل الرجل الناس بذلك‬

Dan dikhawatirkan laki-laki tersebut atau ahlul bid’ah tadi menyesatkan manusia dengan sebab itu

‫بيّن أمره للناس‬

Maka dijelaskan kesesatan dia kepada manusia.

‫ليتقوا ضالله‬

Supaya mereka berhati-hati terhadap kesesatan dia

‫ويعلموا حاله‬

Supaya mereka mengetahui keadaannya.


‫وهذا كله يجب أن يكون على وجه النصح وابتغاء وجه هللا تعالى ال لهوى الشخص مع اإلنسان‬

Yang demikian semuanya harus, tujuannya adalah untuk menasihati dan mencari wajah Allah, bukan
karena hawa pribadi yang ada pada diri manusia.

‫مثل أن تكون بينهما عداوة دنيوية أو تحاسد أو تباغض أو تنازع على الرئاسة‬

Seperti misalnya, contoh niat duniawi → di antara keduanya ada permusuhan secara dunia, tidak
ada hubungannya dengan agama, atau saling hasad atau saling membenci atau mereka saling
berselisih atau saling berebut jabatan

،‫فيتكلم بمساوئه مظهراً للنصح وقصده في الباطن الغض من الشخص و استيفاؤه منه‬

Kemudian dia berbicara tentang kejelekan-kejelekannya, menampakkan bahwasanya dia menasihati


padahal maksudnya dalam batinnya adalah karena ingin menjelekkan individunya atau
membalasnya.

" ‫فهذا من عمل الشيطان‬

Kalau tujuannya demikian, ini adalah amalan syaithan.”

Jadi harusnya orang yang melakukan demikian, yaitu mentahdzir ahlul bid’ah hendaklah dia
memperhatikan keikhlasan dia, tujuannya adalah untuk menjaga dan memurnikan agama Allah,
bukan karena maksud duniawi atau karena sebab pribadi.

,‫فالسلف الصالح من الصحابة والتابعين ومن تبعهم على منهاجهم قد انعقد اجماعهم على ذم البدع و أهلها و التحذير منها و من أهلها‬
‫اتباعا ً للكتاب والسنة فالواجب اتباعهم في ذلك‬

Maka para Salafush Shalih dari kalangan sahabat dan juga tabi'in dan orang-orang yang mengikuti
mereka dalam manhaj mereka telah bersepakat untuk mencela kebid’ahan dan juga orang-orang
yang melakukan bid’ah atau ahlul bid’ah, dan mengingatkan dari kebid’ahan dan juga orang-orang
yang melakukan bid’ah atau ahlul bid’ah karena mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah. Maka kewajiban
kita adalah mengikuti mereka dalam yang demikian. Yaitu hati-hati terhadap kebid’ahan dan juga
ahlul bid’ah.
📌 Kemudian selanjutnya termasuk manhaj Salaf adalah:

‫من منهج السلف الرد على المخالف‬

Termasuk manhaj Salaf adalah membantah kepada orang yang menyelisihi, yaitu menyelisihi Al-
Qur’an dan Sunnah.

‫إنه من المتقرر عند أئمة السلف رحمهم هللا الرد على المخالف وسواء كان المخالف من أهل السنة والجماعة خالف في مسألة فقهية‬
،‫أو عقدية أو كان المخالف من أهل البدع‬

Termasuk sesuatu yang telah tetap menurut para Imam Salaf, tentang membantah orang yang
menyelisihi. Sama saja apakah yang menyelisihi tadi termasuk Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang
menyelisihi dalam perkara fiqih atau perkara aqidah, atau yang menyelisihi tadi adalah termasuk
ahlul bid’ah.

،‫و ال يلزم في الرد على المخالف ذكر حسنات المردود عليه أو الموازنة بين الحسنات والسيئات‬

Dan tidak harus ketika seseorang membantah orang yang menyimpang tadi, dia menyebutkan
kebaikan orang yang menyimpang atau dia ber-muwazanah (menyeimbangkan) antara kebaikan dan
juga kejelekan.

Jadi tidak harus. Dijelaskan saja, dia bantah saja tanpa harus dia menyebutkan kebaikannya.

.،‫ وذم هللا الكافرين والمنافقين والفاسقين من غير ذكر محاسنهم‬،‫فقد مدح هللا المؤمنين من غير ذكر مساوئهم‬

Allah ‫ ﷻ‬telah memuji orang-orang yang beriman tanpa menyebutkan kejelekan mereka dan mencela
orang-orang kafir dan juga orang-orang munafik dan orang-orang fasik tanpa menyebutkan tentang
kebaikan mereka.

.،‫وقد حذر النبي صلى هللا عليه وسلم أمته من أهل األهواء دون إلتفات إلى ما فيهم من حسنات‬
Dan Nabi ‫ ﷺ‬telah mengingatkan umatnya dari ‫ أهل األهواء‬tanpa menoleh apa yang ada pada diri
mereka berupa kebaikan.

‫وذكر النبي صلى هللا عليه وسلم عيوب أشخاص معينين ولم يذكر محاسنهم من باب النصيحة‬

Dan Nabi ‫ ﷺ‬menyebutkan tentang kejelekan sebagian orang tertentu tanpa menyebutkan kebaikan-
kebaikan mereka sebagai bentuk nasihat.

"‫فعن عائشة رضي هللا عنها قالت "تال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم هذه اآلية‬

Dari ‘Aisyah, semoga Allah meridhai beliau, beliau mengatakan, “Rasulullah ‫ ﷺ‬membaca ayat ini”

{ ‫ فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه‬.‫ هن أم الكتاب وأخر متشابهات‬.‫هو الذي أنزل عليك الكتاب منه آيات محكمات‬
‫( } ابتغاء الفتنة وابتغاء تأويله وما يعلم تأويله إال هللا والراسخون في العلم يقولون آمنا به كل من عند ربنا وما يذكر إال أولوا األلباب‬
٧ - ‫)آل عمران‬

Yang artinya: “Dialah Allah ‫ ﷻ‬yang menurunkan kepadamu Al-Qur’an, ada di antaranya (yaitu di
antara ayat-ayat Al-Qur’an) yang ayat-ayatnya adalah kokoh dan itu adalah sebagian besar yang ada
di dalam Al-Qur’an dan sebagian yang lain adalah mutasyabihat (samar), maka orang-orang yang di
dalam hatinya ada penyimpangan dia akan mengikuti apa yang samar tersebut untuk mencari fitnah
dan mencari takwilnya. Dan tidak mengetahui takwilnya kecuali Allah dan orang-orang yang kokoh
ilmunya. Mereka mengatakan ‫ آمنا به‬- kami telah beriman dengannya. Semuanya adalah dari Rabb
kami dan tidaklah mengingat kecuali orang-orang yang memiliki akal.” (QS. Ali ‘Imran: 7)

Berkata ummul mukminin:

:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫قالت‬

Berkata Rasulullah ‫ﷺ‬,


"‫فإذا رأيت الذين يتبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سمى هللا فاحذروهم" رواه البخاري في صحيحه ومسلم في صحيحه‬

“Kalau engkau melihat orang-orang yang mengikuti apa yang samar dari Al-Qur’an maka merekalah
yang dimaksud oleh Allah ‫ فاحذروهم‬maka hendaklah kalian hati-hati dengan mereka-mereka ini.”
(Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahihnya dan juga Muslim di dalam Shahihnya)

‫وعن أبي هريرة رضي هللا عنه‬

Dari Abu Hurairah ‫ رضي هللا عنه‬beliau mengatakan:

.‫ "سيكون في آخر الزمان ناس يحدثونكم بما لم تسمعوا أنتم وال آباؤكم فإيَّاكم وإيَّاهم" مقدمة مسلم‬: ‫قال‬

Abu Hurairah mengatakan, “Akan ada di akhir zaman orang-orang yang memberitahukan kepada
kalian hadits yang tidak mereka dengar, tidak kalian dengar dan tidak didengar oleh bapak-bapak
kalian (adanya orang-orang yang menyimpang tadi) ‫ فإيَّاكم وإيَّاهم‬maka hendaklah kalian berhati-hati
dan juga mereka.”

.‫ومعلوم أن أهل البدع ال يخلون من محاسن فلم يلتفت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إليها ولم يذكرها ولم يقل استفيدوا من محاسنهم‬

Lihat telah diketahuilah bahwasanya ahlul bid’ah mereka tidak lepas dari kebaikan meskipun dia
ahlul bid’ah tetapi pasti di sana ada kebaikan yang dia miliki. Nabi ‫ ﷺ‬ketika menyebutkan
(mentahdzir) tadi, ternyata beliau tidak menoleh kepada kebaikan-kebaikan tadi dan tidak
menyebutkan dan beliau tidak mengatakan, “Hendaklah kalian mengambil faidah dari kebaikan-
kebaikan mereka,”

Ini tidak disebutkan oleh Nabi ‫ ﷺ‬padahal jelas mereka yaitu ahlul bid’ah yang beliau tahdzir tadi
mereka memiliki kebaikan tetapi tidak disebutkan oleh beliau ‫ﷺ‬. Ini menunjukkan bahwasanya
seseorang ketika mentahdzir itu tidak harus dia menyebutkan kebaikannya.

Baik, mungkin sampai di situ dulu yang bisa kita sampaikan, insyaa Allah kita lanjutkan pada
kesempatan yang akan datang.

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬


Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi47

🔊 MATERI 47: SIKAP PARA SALAFUS SHALIH TERHADAP AHLUL BID’AH (BAGIAN 04)

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Kita lanjutkan pembahasan kitab Kun Salafiyyan ‘ala Al-Jaddah, masih pada pembahasan bahwa Nabi
‫ ﷺ‬terkadang menyebutkan kejelekan seseorang tanpa menyebutkan kebaikannya karena tujuannya
adalah untuk mentahdzir.

Ucapan Abu Hurairah,

‫ وإيَّاهم‬.‫سيكون في آخر الزمان ناس يحدثونكم بما لم تسمعوا أنتم وال آباؤكم فإيَّاكم‬

Hadits ini dan juga yang sebelumnya yaitu tentang ucapan Nabi ‫ﷺ‬,

“Apabila engkau melihat orang-orang yang mengikuti yang samar dari Al-Qur’an maka itulah yang
Allah sebutkan di dalam Al-Qur’an.”

‫قال البغوي في شرح هذين الحديثين‬

Berkata Al-Baghawi ketika menjelaskan dua hadits ini:

‫قد أخبر النبي صلى هللا عليه وسلم عن افتراق هذه األمة وظهور أهل األهواء والبدع فيهم وحكم بالنجاة لمن اتبع سنته وسنة أصحابه‬
Maka Nabi ‫ ﷺ‬telah mengabarkan tentang perpecahan umat ini dan nampaknya ahlul ahwa dan juga
ahlul bid’ah di antara mereka dan Beliau ‫ ﷺ‬menghukumi dengan keselamatan bagi orang yang
mengikuti sunnah Beliau dan juga sunnah para sahabatnya.

‫فعلى المرء المسلم إذا رأى رجالً يتعاطى شيئا ً من األهواء والبدع معتقداً أو يتهاون بشيء من السنن أن يهجره ويتبرأ منه ويتركه‬
ً ‫حيا ً وميتا‬

Maka kewajiban seorang muslim ketika dia melihat seseorang melakukan sesuatu yang berkaitan
dengan hawa nafsu dan kebid’ahan, ً‫ معتقدا‬baik itu berupa aqidah atau dia bermudah-mudahan dalam
sunnah di antara sunnah-sunnah Nabi ‫ﷺ‬, maka hendaklah dia meng-hajr-nya (memboikotnya),
berlepas diri darinya, meninggalkan dia dalam keadaan hidup atau dalam keadaan mati.

‫فال يُسلم عليه إذا لقيه‬

Maka tidak mengucapkan salam kepadanya kalau bertemu

‫وال يُجيبه إذا ابتدأ إلى أن يترك بدعته‬

Dan tidak menjawab salamnya kalau dia mengucapkan salam terlebih dahulu.

Sampai kapan? Sampai dia meninggalkan bid’ahnya.

‫ويراجع الحق‬

Dan kembali kepada kebenaran.

‫والنهي عن الهجران فوق ثالث فيما يقع بين الرجلين من التقصير في حقوق الصحبة والعشرة دون ما كان في حق من الدين فإن‬
‫هجرة أهل األهواء والبدع دائمة إلى أن يتوبوا " أ هـ‬

Dan larangan untuk memboikot lebih dari tiga hari, ini kalau di antara dua orang yang mereka salah
di dalam masalah menunaikan hak teman atau persahabatan. Bukan di dalam masalah agama.
Dalam masalah dunia, iya tidak boleh lebih dari tiga hari tetapi dalam masalah agama tidak. Maka
meng-hajr ahlul ahwa dan ahlul bid’ah ini adalah seterusnya sampai mereka bertaubat kepada Allah
‫ﷻ‬.

‫هذا بالنسبة للتحذير من أهل األهواء والبدع‬


Ini adalah hal yang berkaitan dengan mengingatkan manusia dari ahlul ahwa dan juga ahlul bid’ah.

.‫وأما بالنسبة لذكر النبي صلى هللا عليه وسلم عيوب أشخاص معينين بدون ذكر محاسنهم‬

Kalau tadi adalah dalil tentang mentahdzir ahlul bid’ah, maka di sana ada penyebutan Nabi ‫ﷺ‬, aib-
aib kekurangan beberapa orang tanpa menyebutkan kebaikan mereka.

Jadi terkadang Nabi ‫ ﷺ‬menyebutkan secara khusus kejelekan seseorang tanpa menyebutkan
kebaikan mereka. Ini menunjukkan tentang bathilnya muwazanah.

Dalil yang pertama:

‫ فعن عائشة رضي هللا عنها أن رجالً استأذن على النبي صلى هللا عليه وسلم فلما رآه قال " بئس أخو العشيرة وبئس ابن العشيرة‬- ١
"

Dari ‘Aisyah, ada seseorang yang meminta izin kepada Nabi ‫ ﷺ‬kemudian ketika beliau ‫ ﷺ‬melihatnya.
Beliau mengatakan, “Ini adalah saudara kabilah yang paling jelek atau anak kabilah yang paling jelek
(yaitu paling jelek akhlaknya).”

" .... ‫قال القرطبي رحمه هللا في الحديث جواز غيبة المعلن بالفسق أو الفحش أو نحو ذلك من الجور في الحكم والدَّعاء إلى البدعة‬

Di dalam hadits ini ada bolehnya mengghibahi orang yang terang-terangan menunjukkan
kefasikannya atau mengucapkan ucapan yang jorok dengan terus terang. Boleh kita mengghibahinya
atau yang semisalnya berupa kezhaliman di dalam masalah hukum dan dia mengajak kepada
kebid’ahan.

: ‫قال النووي‬

Berkata An-Nawawi:

"‫"و في الحديث مدارة من يتقى فحشه و جواز غيبة الفاسق المعلن فسقه و من يحتاج الناس إلى التحذير منه‬
Di dalam hadist ini ada mudarah (‫ )مدارة‬yaitu seorang berakhlak baik kepada orang yang ditakutkan
kejelekannya dan bolehnya seorang mengghibahi seorangb yang fasiq yang dia menampakkan
kefasikannya, dan orang-orang yang manusia itu membutuhkan tahdzir dari orang tersebut, yaitu
orang yang manusia mentahdzir mereka. Maka dalam keadaan demikian boleh seseorang melakukan
mudarah (‫ )مدارة‬atau berakhlak baik kepada mereka, tersenyum, sebagaimana dilakukan oleh Nabi
‫ﷺ‬.

Kemudian dalil yang kedua, tentang bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬terkadang menyebutkan kejelekan tanpa
menyebutkan kebaikan.

Seperti tadi, seorang laki-laki yang disifati oleh Nabi adalah orang yang paling jelek di kaum tersebut,
yaitu jelek akhlaknya. Padahal bagaimanapun jeleknya pasti di sana ada kebaikan, tapi Nabi ‫ ﷺ‬tidak
menyebutkan kebaikan tadi.

‫ ولما ذكرت فاطمة بنت قيس للنبي صلى هللا عليه وسلم أن معاوية بن أبي سفيان وأبا جهم خطباها‬- ٢

Fathimah bintu Qais menyebutkan untuk Nabi ‫ ﷺ‬bahwasanya Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan juga
Abu Jahm datang untuk meminang beliau.

،‫ " أما أبو جهم فال يضع عصاه عن عاتقه‬:‫فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬

Maka Rasulullah ‫ ﷺ‬mengatakan, “Adapun Abu Jahm maka tidak meletakkan tiangnya ‫ عن عاتقه‬dari
bahunya (maksudnya adalah orang yang sering memukul).

‫وأما معاوية فصعلوك ال مال له‬

Adapun Mu’awiyah, maka dia adalah orang yang tidak punya.

"‫انكحي أسامة بن زيـد‬

Maka hendaklah engkau menikah dengan Usamah bin Zaid.”


‫وال شك أن للرجلين فضائل ومحاسن ولكن المقام مقام نصيحة ومشورة ال يتطلب أكثر من ذلك‬

Dan tidak diragukan bahwasanya dua laki-laki ini memiliki keutamaan dan juga kebaikan akan tetapi
keadaannya di sini adalah keadaan dalam menasihati. Maqamnya di sini adalah maqam nasihat, kita
dalam keadaan menasihati, dalam keadaan bermusyawarah, tidak lebih dari itu atau tidak menuntut
lebih dari itu.

Kemudian dalil yang lain (dalil yang ketiga).

‫ وعن عائشة رضي هللا عنها أن هند بنت عتبة قالت يا رسول هللا إن أبا سفيان رجل شحيح وليس يعطيني ما يكفيني وولدي إال‬- ٣
‫ خذي ما يكفيك وولدك بالمعروف‬: ‫"ما أخذت منه وهو ال يعلم قال‬

Dari ‘Aisyah ‫رضي هللا عنها‬, bahwasanya Hindun bintu ‘Utbah, beliau mengatakan, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya Abu Sufyan (yaitu suaminya) adalah seseorang yang sangat bakhil, tidak memberikan
kepadaku apa yang mencukupi aku dan juga anak-anakku kecuali apa yang aku ambil darinya dan dia
tidak tahu”. Maka Nabi mengatakan, “Ambillah apa yang mencukupimu dan apa yang mencukupi
untuk anak-anakmu ‫ بالمعروف‬yaitu sesuai dengan kebiasaan di situ (artinya tidak berlebihan, hakmu
saja).”

Ini juga menjadi dalil bahwa Nabi ‫ ﷺ‬terkadang menyebutkan kejelekan seseorang tapi tidak
menyebutkan kebaikannya.

‫ ونحو ذلك‬.‫قال الحافظ ابن حجر واستدل بهذا الحديث على جواز ذكر اإلنسان بما ال يعجبه إذا كان على وجه االستفتاء واالشتكاء‬
‫وهو أحد المواضع التي تباح فيها الغيبة‬

Berkata Al-Hafidzh ibnu Hajar, dijadikan dalil dengan hadits ini bahwa bolehnya menyebutkan
seseorang dengan sesuatu yang dia tidak senang, kalau ini dalam rangka meminta fatwa dan juga
mengadu dan yang semisalnya. Ini adalah termasuk di antara keadaan-keadaan yang diperbolehkan
untuk ghibah.

‫ أبي سفيان وإنه لذو محاس‬.‫فلم ينكر عليها النبي صلى هللا عليه وسلم ذكرها للجانب السيء ولم يكلفها بذكر محاسن‬
Maka Nabi ‫ ﷺ‬tidak mengingkari yang demikian. Nabi ‫ ﷺ‬tidak mengingkari wanita tadi karena dia
menyebutkan kejelekannya. Dan Nabi ‫ ﷺ‬juga tidak menyuruh wanita tadi (yaitu Hindun) untuk
menyebutkan kebaikan-kebaikan Abu Sufyan, padahal tentunya beliau memiliki kebaikan-kebaikan.

:‫قال شيخ اإلسالم ابن تيمية رحمة هللا عليه‬

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, semoga Allah merahmati beliau:

"ً ‫جرح رواة الحديث بالحق و بدع المبتدعة واجب شرعا‬

Menyebutkan kesalahan perawi hadits dengan benar dan membid’ahkan ahlul bid’ah, menyebutkan
tentang kesalahan mereka, ini adalah kewajiban secara syariat karena dengannya kita bisa menjaga
kemurnian Islam.

‫ ومثل أئمة البدع من أهل المقاالت المخالفة للكتاب والسنة‬: ‫وقال‬

Kemudian beliau mengatakan: Dan contohnya adalah tokoh-tokoh bid’ah yang memiliki tulisan-
tulisan atau pendapat-pendapat yang menyelisihi Al-Qur’an dan juga Sunnah.

‫فإن بيان حالهم وتحذير األمة منهم واجب باتفاق المسلمين‬

Maka menjelaskan keadaan mereka dan mengingatkan umat dari mereka ini adalah kewajiban
dengan kesepakatan kaum muslimin.

‫حتى قيل ألحمد بن حنبل الرجل يصوم ويصلي ويعتكف أحب إليك أو يتكلم في أهل البدع‬

Sehingga dikatakan kepada Imam Ahmad bin Hanbal (dan ini sudah pernah disampaikan oleh beliau
juga), seseorang berpuasa, shalat, beri’tikaf itu lebih engkau cintai atau seseorang berbicara atau
membicarakan ahlul bid’ah?

‫ إذا قام وصلى واعتكف فإنما هو لنفسه وإذا تكلم في أهل البدع فإنما هو للمسلمين هذا أفضل‬: ‫فقال‬
Maka Imam Ahmad mengatakan: Kalau dia shalat, beri’tikaf, itu adalah untuk dirinya sendiri. Dan
kalau dia membicarakan ahlul bid’ah maka ini adalah untuk kaum muslimin, maka inilah yang afdhal.

‫فبيّن أن نفع هذا عام للمسلمين في دينهم من جنس الجهاد في سبيل هللا‬

Maka beliau menjelaskan bahwasanya manfaat orang ini lebih umum untuk kaum muslimin di dalam
agama mereka termasuk jenis jihad di jalan Allah ‫ﷻ‬. (ini sudah berlalu juga penjelasannya)

‫ وشرعته ودفع بغي هؤالء وعدوانهم على ذلك واجب على الكفاية باتفاق المسلمين‬.‫إذ تطهير سبيل هللا ودينه ومنهاجه‬

Karena membersihkan jalan Allah, agamanya, manhajnya, syariatnya, dan menolak kedzhaliman dan
permusuhan mereka atau berlebihannya mereka di dalam yang demikian adalah sebuah kewajiban
yang merupakan fardhu kifayah dengan kesepakatan kaum muslimin.

Fardhu kifayah itu artinya kalau sudah dilakukan oleh sebagian, maka tidak wajib bagi yang lainnya.

‫ولوال من يقيمه هللا لدفع ضرر هؤالء لفسد الدين‬

Kalau bukan karena orang-orang yang Allah jadikan mereka, Allah hidupkan mereka untuk menolak
mudharat ahlul bid’ah tersebut, niscaya akan rusak agama ini (niscaya mereka akan merusak agama
ini dengan sebab ahlul bid’ah).

‫ أعظم من فساد استيالء العدو من أهل الحرب‬.‫وكان فساده‬

Dan kerusakan tersebut lebih besar daripada kerusakan penjajahan musuh yang memerangi kita.

" ً‫فإن هؤالء إذا استولوا لم يفسدوا القلوب وما فيها من الدين إال تبعا وأما أولئك فهم يفسدون القلوب ابتداءا‬

Karena mereka ini yaitu penjajah, kalau sudah menguasai itu tidak merusak hati kita secara langsung
dan tidak merusak apa yang ada di dalam hati kita berupa agama kecuali ‫تبعا‬, kecuali hanya
mengikuti saja. Adapun mereka yaitu ahlul bid’ah maka mereka langsung merusak hati dari awal.
Itu adalah tentang masalah kita ketika membantah ahlul bid’ah maka tidak harus kita menyebutkan
kebaikan mereka. Justru kalau disebutkan kebaikannya malah akan menjadikan bingung manusia; Ini
orang baik atau orang jelek?

Kemudian setelahnya beliau mengatakan:

:‫ضوابط يجب مراعاتها بالنسبة لألفراد والجماعات‬

Beberapa kaidah yang wajib untuk dijaga yang berkaitan dengan individu maupun kelompok.

‫وهذه ضوابط تحدد من يجب احترامهم وإكرامهم من البشر‬

Kaidah-kaidah ini menentukan siapa yang wajib untuk dihormati dari kalangan manusia.

،‫فال يجوز أن تمس كرامتهم‬

Maka tidak boleh disentuh kehormatan mereka, dirusak kehormatan mereka.

. ‫وتحدد من يجوز الكالم فيهم ونقدهم بل يجب عند الحاجة والمصلحة دون تعريج على محاسنهم‬

Dan ditentukan siapa yang boleh untuk kita bicarakan dan untuk dibantah atau bahkan wajib ketika
memang diperlukan dan memang di sana ada maslahat tanpa kita menyebutkan kebaikan mereka.

Sebenarnya siapa yang wajib kita hormati sehingga tidak boleh kita rusak kehormatannya. Dan siapa
yang boleh untuk kita bicarakan.

‫أ_ من يجب تكريمهم‬


Siapa orang-orang yang wajib untuk kita hormati?

.‫ الرسل واألنبياء صلوات هللا وسالمه عليهم أجمعين‬: ً‫أوال‬

1️⃣ Yang Pertama: Yang wajib kita hormati adalah para rasul dan juga para nabi.

‫ الصحابة الكرام رضوان هللا عليهم أجمعين‬:ً‫ثانيا‬

2️⃣ Yang Kedua: Para sahabat yang dimuliakan oleh Allah, semoga Allah meridhai semuanya

‫فليس لهم من األمة إال الحب والتوفير‬

Maka tidak boleh atas mereka ini kecuali kita harus mencintai mereka dan menghormati mereka.

‫وقد أثنى هللا عليهم في كتابه الثناء العاطر وتحدث عن منازلهم وجهادهم وبذلهم في سبيل هللا المال والنفس‬

Allah ‫ ﷻ‬telah memuji mereka.

Kenapa mereka dihormati? Karena Allah telah memuji mereka di dalam Al-Qur’an dengan pujian
yang sangat indah dan Allah berbicara tentang kedudukan mereka dan jihad mereka dan bagaimana
mereka berinfaq fisabilillah dan juga dengan harta mereka dan dengan jiwa raga mereka.

‫وأثنى عليهم رسول هللا صلى هللا عليه وسلم الثناء العاطر أفراداً وجماعة‬

Dan Rasulullah ‫ ﷺ‬juga memuji mereka dengan pujian yang sangat indah, baik secara individu
maupun secara berjama’ah.

‫واعتنى وفضائلهم ومكارمهم أئمة اإلسالم‬

Dan telah memperhatikan tentang keutamaan mereka dan kedudukan mereka, keistimewaan
mereka oleh imam-imam kaum muslimin. Mereka telah berbicara tentang keutamaan mereka.
‫فألفوا في فضائلهم‬

Mereka pun menulis tentang masalah keutamaan mereka ini.

‫ومناقبهم‬

Dan juga tentang manaqib-manaqib mereka (yaitu perjalanan hidup mereka).

‫المؤلفات الكثيرة‬

Mereka telah mengarang karangan-karangan yang banyak di dalam masalah keutamaan para
sahabat.

‫وقد نهى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن سبهم‬

Rasulullah ‫ ﷺ‬telah melarang dari mencela mereka.

.‫فقال "ال تسبوا أصحابي فو الذي نفسي بيده لو أنفق أحدكم مثل أحد ذهبا ً ما بلغ مد أحدهم وال نصيفه" متفق عليه‬

Beliau mengatakan, “Jangan kalian mencela para sahabatku. Demi Allah, demi Dzat yang jiwaku
berada di tangannya seandainya salah seorang di antara kalian beinfak dengan emas sebesar gunung
Uhud, niscaya itu tidak akan sampai pahalanya setara dengan satu mud yang dikeluarkan oleh
seorang sahabat. ‫ وال نصيفه‬bahkan tidak sampai setengah mud.” (Muttafaqun ‘alaih, hadits ini adalah
dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan juga Muslim)

Seandainya ada di antara sahabat yang berinfak kurang dari atau setengah mud misalnya, maka
pahala yang didapatkan oleh sahabat tadi jauh lebih besar daripada pahala salah seorang di antara
kita yang berinfak emas sebesar gunung Uhud.

Ini adalah pujian Nabi ‫ ﷺ‬untuk para sahabat Nabi ‫ﷺ‬.


‫ولقد عرف منـزلتهم أهل السنة والجماعة‬

Maka Ahlus Sunnah wal Jama’ah, mereka telah mengetahui tentang kedudukan mereka.

‫فحافظوا عليها أيَّما حِفاظ‬

Maka mereka pun menjaga kehormatan para sahabat.

‫ونهو عن الخوض فيما شجر بين علي ومعاوية ومن معهما من بقية الصحابة‬

Dan mereka melarang untuk kita berbicara tentang apa yang terjadi di antara para sahabat,
perselisihan yang terjadi antara Ali dengan Mu’awiyah dan orang-orang yang bersama beliau berdua
dari kalangan para sahabat.

‫وأثبتوا لهم أجر المجتهدين‬

Dan mereka, yaitu Ahlus Sunnah, telah menetapkan bagi mereka ini pahala orang-orang yang
berijtihad (Yaitu kalau benar, dia mendapatkan dua pahala. Kalau salah, dia mendapatkan satu
pahala).

‫وحكموا على من يتكلم فيهم‬

Dan mereka menghukumi bagi orang yang berbicara tentang sahabat

.‫أو في أحد منهم بالزيغ والضالل والزندقة‬

Atau berbicara tentang salah seorang di antara mereka (tidak harus semuanya, salah seorang saja,
ada orang yang membicarakan tentang sahabat tadi) maka dihukumi sebagai seorang yang
menyimpang dan orang yang sesat dan orang yang memiliki ‫ زندقة‬yaitu zindiq (menyembunyikan
kekufuran dan menampakkan keislaman. Ini kurang lebih makna zindiq).

Baik, mungkin itu yang bisa kita sampaikan

‫بارك هللا فيكم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬

Dr. Abdullah Roy, M.A

Materi48

🔊 MATERI 48: BEBERAPA KAIDAH YANG PERLU DIJAGA TERKAIT INDIVIDU MAUPUN KELOMPOK,
BAGIAN 2

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Para ikhwah dan juga para akhawat, para admin, para musyrif dan juga koordinator.

Masih membahas tentang orang-orang yang wajib kita hormati, setelah sebelumnya di antaranya
adalah para sahabat Nabi ‫ﷺ‬. Maka di antara yang harus kita hormati adalah para tabi’in.

‫ التابعون لهم بإحسان‬: ً ‫ثالثا‬

Yang Ketiga: Orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik; mengikuti para sahabat dengan baik.

‫من التابعين الذين أدركوا صحابة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
Para tabi’in yang mereka telah mendapatkan, menemui zamannya shahabah Rasulullah ‫ﷺ‬.

‫واهتدوا بهديهم‬

Dan mendapatkan petunjuk dengan petunjuk mereka, yaitu meniru petunjuk mereka.

‫ المدينة السبعة‬.‫مثل فقهاء‬

Seperti ahli fiqih yang jumlahnya ada tujuh di Kota Madinah.

‫ومن جرى على منهجهم‬

Dan orang-orang yang berjalan di atas manhaj mereka

‫في سائر األمصار‬

Dari berbagai negeri

‫ثم من بعدهم من أئمة الحديث والفقه والتفسير‬

Dan setelah mereka, yaitu para imam dalam masalah hadits, fiqih dan juga tafsir

‫الذين سلكوا مسلك الصحابة والتابعين الكرام‬

Yang mereka menempuh jalannya para sahabat dan para tabi’in yang mulia.

‫ومن سار على منهجهم في االعتقاد واالعتصام بالكتاب والسنة‬


Dan menempuh jalan mereka di dalam masalah aqidah, dalam masalah berpegang teguh dengan Al-
Qur’an dan juga Sunnah.

‫ومجانبة البدع واألهواء وأهلها‬

Dan menjauhi bid’ah dan juga hawa nafsu. Dan juga orang-orang yang mereka adalah tokoh dalam
kebid’ahan dan juga hawa nafsunya.

‫والدفاع عن الحق وأهله إلى يومنا هذا‬

Dan mereka juga mengikuti para tabi’in, para salaf dalam membela kebenaran, dan juga para orang-
orang yang berdiri di atas kebenaran tersebut sampai hari ini

‫وبعده إلى أن يأتي أمر هللا‬

Dan setelahnya sampai datang perkara Allah.

:‫وهؤالء هم الذين عناهم رسول هللا صلى هللا عليه وسلم بقوله‬

Dan merekalah orang-orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah ‫ﷺ‬,

( ‫) ال تزال طائفة من أمتي على الحق ظاهرين ال يضرهم من خذلهم وال من خالفهم حتى يأتي أمر هللا عز وجل‬.

“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang mereka berada di atas kebenaran dalam
keadaan nampak. Tidak memudharati mereka orang yang meninggalkan mereka dan orang yang
menyelisihi mereka sampai datang urusan Allah ‫ﷻ‬.”

Inilah yang dimaksud; merekalah orang-orang yang datang setelah sahabat dan mengikuti jalannya
para sahabat ‫رضي هللا عنه‬.
‫قال شيخ اإلسالم ابن تيمية في أمثال هؤالء‬:

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tentang mereka-mereka ini:

" ‫ومن علم منه االجتهاد السائغ فال يجوز أن يذكر على وجه الذم والتأثيم له فإن هللا غفر له خطأه بل يجب لما فيه من اإليمان‬
‫"والتقوى مواال ُته ومحبته والقيام بما أوجب هللا من حقوقه من ثناء ودعاء وغير ذلك‬

Barangsiapa yang diketahui di antara mereka, diketahui tentang ijtihad yang boleh bagi beliau,
karena memang sudah terpenuhi syaratnya, maka tidak boleh orang tersebut atau beliau tersebut
disebutkan dengan celaan atau menganggap beliau berdosa.

‫فإن هللا غفر له خطأه‬

Karena Allah ‫ ﷻ‬mengampuni untuk beliau dosanya.

‫بل يجب لما فيه من اإليمان والتقوى مواال ُته ومحبته‬

Akan tetapi wajib karena beliau memiliki keimanan dan juga ketakwaan, wajib untuk kita wala’
(loyal) kepada beliau, cinta kepada beliau.

‫ومحبته والقيام بما أوجب هللا من حقوقه‬

Cinta kepada beliau dan tegak dengan apa yang Allah perintahkan, berupa hak-hak beliau,

"‫من ثناء ودعاء وغير ذلك‬

Baik berupa pujian maupun doa ataupun yang lain.

Baik. Itu adalah orang-orang yang wajib kita hormati. Di sana ada orang-orang yang harus ditahdzir.
Beliau mengatakan:

.‫ب _ من يجوز نقدهم وتجريحهم وتحذير الناس من ضررهم‬

B. Orang yang boleh untuk kita bantah, yang boleh untuk kita ‫ جريح‬yaitu kita cela, dan mengingatkan
manusia dari mudharat mereka.

‫ ويجوز بل يجب الكالم في أهل البدع والتحذير منهم ومن بدعهم أفراداً وجماعات الماضون منهم والحاضرون من الخوارج‬:ً‫أوال‬
‫والروافض والجهمية والمرجئة والكرامية وأهل الكالم الذين جرّ هم علم الكالم إلى عقائد فاسدة‬

Yang Pertama:

Boleh, bahkan wajib untuk membicarakan ahlul bid’ah dan mentahdzir manusia dari mereka dan
kebid’ahan mereka. Baik secara individu maupun secara jama’ah, yang telah berlalu maupun yang
sekarang, dari orang-orang Khawarij, Rawafidh (Rafidhah), orang-orang Jahmiyah, orang-orang
Murji’ah, orang-orang Karamiyah, dan Ahlul Kalam, yang dimana ilmu kalam ini menyeret mereka
sehingga mereka berada di atas aqidah yang rusak.

‫مثل‬

Contohnya adalah,

‫تعطيل صفات هللا أو بعضها‬

Mengingkari sifat-sifat Allah, atau sebagian sifat-sifat Allah.

‫فهؤالء يجب التحذير منهم ومن كتبهم‬

Maka mereka ini wajib untuk ditahdzir, dari mereka dan dari kitab-kitab mereka.

Kita ingatkan manusia jangan sampai mendekati mereka dan membaca kitab-kitab mereka.

‫وكذلك من سار على نهجهم من الفرق (الجماعات) المعاصرة‬


Demikian pula orang-orang yang mengikuti manhaj mereka, dari firqah-firqah atau jama’ah-jama’ah
yang ada di zaman sekarang.

‫ممن باين أهل التوحيد والسنة‬

Dari jama’ah-jama’ah yang mereka memang memisahkan diri dari Ahlul Tauhid dan juga Sunnah.

‫ونابذهم وجانب مناهجهم‬

Dan mereka menolak Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menjauhi manhaj mereka.

‫بل حاربها ونفر عنها وعن أهلها‬

Bahkan mereka memerangi dan menjadikan manusia lari dari sunnah Nabi ‫ﷺ‬. Dan melarang
manusia untuk mendekat kepada Ahlus Sunnah.

‫ويلحق بهم من يناصرهم ويدافع عنهم ويذكر محاسنهم‬

Dimasukkan kepada mereka, disamakan dengan mereka, orang-orang yang membela mereka,
menolong mereka. Dan mereka juga menyebutkan kebaikan-kebaikan Ahlul Bid’ah.

‫ويشيد بها ويشيد بشخصياتهم وزعمائهم‬

Kemudian juga menguatkan kebid’ahan tersebut dan menguatkan orang-orang, tokoh-tokoh yang
membela kebid’ahan tersebut.

.‫وقد يفضل مناهجهم على منهج أهل التوحيد والسنة والجماعة‬

Dan mungkin saja dia mengutamakan, mengistimewakan, mendahulukan manhaj orang-orang yang
menyimpang tadi di atas manhajnya Ahlul Tauhid dan sunnah Nabi ‫ ﷺ‬dan juga Al-Jama’ah yaitu
Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Jadi ada sebagian orang yang mereka mendahulukan, mengutamakan, menganggap lebih afdhal
manhaj Ahlul Bid’ah di atas manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Maka orang yang demikian
dimasukkan tergolong orang-orang yang dibenci. Dan diharuskan kita untuk mengingatkan manusia
dari kesalahan mereka dan kejelekan mereka.

Kemudian di antara orang yang harus kita waspadai dan boleh untuk mengingatkan manusia dari
kekurangan mereka atau aib mereka adalah, kata beliau:

‫ الرواة والشهود إذا كانوا مجروحين جاز جرحهم بإجماع المسلمين بل هو واجب قال ذلك وحكاه النووي وابن تيمية رحمهما‬:ً‫ثانيا‬
.‫هللا‬

Yang Kedua:

Para perawi dan juga para saksi, apabila mereka adalah orang-orang yang telah dibicarakan oleh
para ulama di ‫( جريح‬dicela).

‫جاز جرحهم بإجماع المسلمين‬

Boleh untuk mencela mereka atau menyebutkan kekurangan mereka dengan ijma’ kaum muslimin.

‫بل هو واجب‬

Bahkan yang demikian adalah wajib yaitu menjelaskan tentang kekurangan para rawi.

Si Fulan dhaif, si Fulan kadzab (pendusta), bahkan ini adalah sesuatu yang wajib.

.‫ هللا‬.‫قال ذلك وحكاه النووي وابن تيمية رحمهما‬

Dan hal ini dihikayahkan (diceritakan) oleh Imam An-Nawawi, dan beliau adalah Asy-Syafi’i
(bermadzhab Syafi’i) dan juga Ibnu Taimiyyah. Semoga Allah merahmati semuanya.
،‫وإن المتتبع لما قام به أئمة اإلسالم في نصرة هذا الدين ومن ذلك الرد على المبتدعة يجد أن أئمة اإلسالم تكلموا في أهل البدع‬

Dan orang yang melihat, memperhatikan, mengikuti apa yang telah dilakukan oleh para imam kaum
muslimin dalam menolong agama ini, di antaranya adalah membantah ahlul bid’ah maka dia akan
menemukan bahwa para imam telah berbicara tentang ahlul bid’ah,

‫ والسيئات‬.‫ ولم يشيروا إلى الموازنة بين الحسنات‬،‫وفي الرواة‬.

Dan berbicara tentang rawi-rawi. Dan mereka tidak mengisyaratkan adanya muwazanah ‫موازنة‬
antara kebaikan dan juga kejelekan.

Seperti yang dilakukan oleh sebagian orang yang ketika Ahlus Sunnah (Salafiyun) mereka mentahdzir
ahlul bid’ah, mereka mengatakan, “Kenapa kalian tidak muwazanah, kalau mereka punya kejelekan
sebutkan juga kebaikan mereka.”

Ucapan seperti ini tidak pernah diucapkan oleh para imam kaum muslimin. Ketika mereka berbicara
“Fulan dhaif,” ya sudah. Tidak menyebutkan bahwasanya si Fulan dhaif akan tetapi dia begini dan
begini.

،‫وألفوا كتبا ً في الجرح والتعديل‬

Dan mereka mengarang kitab-kitab di dalam masalah ‫الجرح والتعديل‬

،‫وكتبا ً في نصر السنة‬

Dan kitab-kitab dalam (yang isinya adalah untuk) menolong Sunnah, menolong hadits.

،‫والرد على أهل البدع وفرقهم‬

Dan bantahan untuk ahlul bid’ah dan juga aliran-aliran mereka.

،‫وكتبا ً في الموضوعات‬
Dan kitab-kitab di dalam hadits-hadits maudhu.

،‫ولم يوجبوا هذه الموازنة من قريب وال من بعيد‬

Dan mereka tidak mengharuskan adalah muwazanah ‫موازنة‬, baik dari dekat maupun dari jauh.

Artinya tidak ada sama sekali ketika mereka menulis tentang hadits-hadits maudhu dan di situ
berbicara tentang Fulan adalah pendusta atau ketika membantah ahlul bid’ah kemudian mereka
menyebutkan kebaikan-kebaikan ahlul bid’ah tadi. Tidak ada di sana.

‫بل ألفوا كتبا ً خاصة بالجرح‬

Bahkan mereka mengarang secara khusus kitab-kitab ‫بالجرح‬, khusus tentang masalah ‫ جرح‬yaitu
penyebutan kekurangan rawi.

،‫وخصصوها بالمجروحين‬

Dan mereka mengkhususkan kitab-kitab tersebut untuk orang-orang yang tercela, orang-orang yang
‫ مجروح‬menurut para ulama Ahlil Hadits yang mereka adalah orang-orang yang dhaif atau hadits-
hadits yang mungkar dan seterusnya.

،‫ومن تكلم فيهم بجرح‬

Dan mengkhususkan untuk orang-orang yang ada pembicaraan dengan aib mereka atau dengan
kekurangan mereka.

.‫ولم يشترطوا هذا الشرط ال من قريب وال من بعيد‬

Dan mereka tidak mensyaratkan syarat ini.


Yaitu syarat apa? Syarat kalau menyebutkan kejelekan harus disertai dengan kebaikan. Ini mereka
tidak mensyaratkan yang demikian

.‫ال من قريب وال من بعيد‬

Tidak dalam jarak yang dekat dan tidak pula dalam jarak yang jauh.

Artinya sama sekali mereka tidak mensyaratkan yang demikian.

‫ يجد التحذير من البدع وأهلها وال يجد فيها أنهم ال يذكرون الشخص إال مقرونة حسناته بسيئاته‬،‫وإن الناظر في كتب أئمة السلف‬
،‫وبدعه‬

Dan orang yang melihat pada kitab imam-imam Salaf, dia akan mendapatkan bahwa peringatan dari
bid’ah dan orang-orang yang melakukan bid’ah dan dia tidak akan menemukan di dalamnya bahwa
mereka tidak menyebutkan seseorang, kecuali dengan menyertakan kebaikannya dengan
kejelekannya dan juga bid’ahnya.

Ketika mereka mentahdzir dari bid’ah dan juga ahlul bid’ah maka mereka tidak menyebutkan
kebaikan-kebaikan ahlul bid’ah tersebut.

.‫بل يذكرون مثالب الكتاب أو الجماعة أو الفرد المتكلم فيه بدون إلتفات إلى ما في ذلك من حسنات‬

Akan tetapi mereka menyebutkan kekurangan penulis-penulis tersebut atau jama’ah tersebut atau
individu yang dibicarakan tersebut tanpa menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka. Ini yang
dilakukan oleh para imam.

‫ وما كتبه الخالل وابن خزيمة في كتب السنة‬،)‫ وما كتبه البخاري في (خلق أفعال العباد‬،‫انظر ما كتبه اإلمام أحمد وابنه عبدهللا‬
‫والتوحيد‬

Lihat apa yang ditulis oleh Al-Imamu Ahmad dan juga putra beliau Abdullah, dan apa yang ditulis
oleh Al-Imam Al-Bukhari di dalam kitab beliau Khalqu Af’alil ‘Ibaad (‫)خلق أفعال العباد‬. Dan apa yang
ditulis oleh Al-Khallal dan Ibnu Khuzaimah di dalam kitab-kitab sunnah dan juga tauhid.
،‫وانظر ما كتبه ابن بطة في الشرح واإلبانة‬

Dan lihat juga apa yang ditulis oleh Ibnu Baththah di dalam kitab beliau Asy-Syarh dan juga Al-Ibanah
(‫)الشرح واإلبانة‬

،‫وشرح اعتقاد أصول أهل السنة لاللكائي‬

Dan juga lihat kitab Syarh I’tiqad Ahlus Sunnah yang ditulis oleh Al-Lalikai

‫ومقدمة شرح السنة للبغوي ومقدمة ابن ماجه‬

Dan Muqaddimah Syarh As-Sunnah yang ditulis oleh Imam Al-Baghawi, dan muqaddimah Sunan Ibnu
Majah.

،‫والسنة ألبي داود في كتابه السنن‬

Dan lihatlah Kitabu Sunnah yang ditulis oleh Abu Dawud di dalam kitab beliau As-Sunan.

،‫والحجة في بيان المحجة ألبي القاسم التيمي األصبهاني‬

Al Hujjah fi Bayani Al-Muhajjah yang ditulis oleh Abul Qasim Al-Ashbahani.

‫ واإلمام محمد بن عبدالوهاب‬،‫وانظر مؤلفات شيخ اإلسالم ابن تيمية وابن القيم‬

Dan lihat juga karangan-karangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan juga Ibnul Qayyim dan juga
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

.‫وانظر مواقفهم وتعاملهم مع أهل البدع‬


Dan lihat pula bagaimana mereka bersikap dengan ahlul bid’ah.

Maka kita akan dapatkan bahwasanya mereka tidak menyebutkan kebaikan ketika mereka
mentahdzir ahlul bid’ah tersebut.

‫ والمرجئة‬،‫ والقدرية والجهمية والمعتزلة والخوارج‬،‫ إن علماء السلف قد ردوا على الطوائف المبتدعة فقد ردوا على الروافـض‬:‫قلت‬
،‫ والماتريديه والصوفية‬، ‫ واألشاعرة‬،

Aku katakan (yaitu Syaikh): Sebagian ulama Salaf mereka telah membantah sebagian, yaitu
membantah golongan-golongan ‫مبتدعة‬, ahlul bid’ah. Mereka telah membantah orang-orang Rafidhah.
Mereka juga membantah orang-orang Qadariyyah, Jahmiyyah, Mu’tazilah, Khawarij, Murji’ah, orang-
orang Asya’irah, Maturidiyyah dan juga Shifiyyah.

‫ وردوا على‬،‫وابن عربي‬، ‫والرازي‬، ‫ وابن المطهر الحلى‬، ‫ وبشر المريسي‬،‫ كالجهم بن صفوان‬،‫كما ردوا على رؤوس المبتدعة‬
.‫ واألخنائي والسُّبكي وغيرهم‬، ‫ والبكري‬، ‫ والغزالي‬، ‫اآلمدي‬

Sebagaimana mereka juga membantah tokoh-tokoh dari ahlul bid’ah. Seperti Jahm ibnu Shafwan,
dan juga Bisyar Al-Marisi, dan Ibnu Al-Muthahhir Al-Hulli, dan Ar-Razi, Ibnu ‘Arabi, dan mereka juga
membantah Al-Amidi, Al-Ghazali, Al-Bakri, Al-Akhnai, As-Subki, dan lain-lain.

Ini menunjukkan bahwasanya mereka selain membantah aliran tersebut secara umum, mereka juga
membantah personnya.

،‫ والرد على رؤوس البدعة والضالل‬،‫وإن العلماء السلفيين المعاصرين اقتفوا أثر سلفهم الصالح في الرد على الطوائف المبتدعة‬

Dan para ulama Salafiyyin yang ada di zaman sekarang mereka telah mengikuti jejak para Salafush
Shalih di dalam membantah aliran-aliran yang mubtadi’ah, aliran-aliran ahlul bid’ah. Mereka
mengikuti. Dan dalam membantah tokoh-tokoh bid’ah dan juga kesesatan.

‫فقد ردوا على الطوائف الصوفية و الجماعات الحزبية المعاصرة‬


Mereka telah membantah aliran-aliran Shufiyyah dan juga jama’ah-jama’ah yang ada di zaman
sekarang yang mereka adalah jama’ah Hizbiyyah

،‫المخالفة لهدي النبي صلى هللا عليه وسلم وهدي أصحابه‬

yang mereka menyelisihi petunjuk Nabi ‫ ﷺ‬dan juga petunjuk para sahabatnya,

‫و ردوا على كل من خالف السنة و هدي السلف الصالح في قليل أو كثير إذا علموا بذلك نصرة لدين اإلسالم‬

Mereka membantah aliran-aliran Shufiyah, dan juga jama’ah-jama’ah Hizbi yang ada di zaman
sekarang yang menyelisihi petunjuk Nabi dan juga petunjuk para sahabatnya dan mereka
membantah atas setiap orang yang menyelisihi sunnah Nabi ‫ ﷺ‬dan juga petunjuk para Salafush
Shalih baik di dalam perkara yang sedikit maupun di dalam perkara yang banyak. Kalau mereka
mengetahui bahwa di dalam yang demikian ada usaha untuk menolong agama Islam.

Jadi intinya para ulama kita di zaman sekarang mengikuti para Salaf kita, kita lihat mereka
membantah ahlul bid’ah.

‫ ساروا على المنهج الصحيح وهو عدم‬،‫ثم إن هؤالء العلماء السلفيين المعاصرين والذين ردوا على رموز المبتدعة في هذا العصر‬
‫الموازنة بين الحسنات والسيئات و من أحسن ما ُألِّف في ذلك ونال استحسان العلماء هو كتاب "منهج أهل السنة والجماعة في نقد‬
،‫الرجال والكتب والطوائف" للشيخ العالمة الدكتور ربيع بن هادي عمير المدخلي‬

Kemudian beliau mengatakan, atau sesungguhnya para ulama Salafiyyin yang ada di zaman sekarang
dan mereka membantah tokoh-tokoh ahlul bid’ah di zaman sekarang, mereka berjalan di atas
manhaj yang shahih. Yaitu tanpa muwazanah; menyebutkan perbandingan antara kebaikan dan
keburukan. Dan di antara karangan yang paling bagus di dalam masalah ini dan telah dianggap baik
oleh para ulama adalah kitab, ‫“ منهج أهل السنة والجماعة في نقد الرجال والكتب والطوائف‬Manhaj Ahlus Sunnah
wal Jama’ah dalam membantah person, Kitab dan juga Aliran-Aliran” yang ditulis oleh Syaikh DR.
Rabi’ bin Hadi ‘Umair Al-Madkhali.

‫ والشيخ‬،‫وقد أيَّد منهج النقد الذي ذكره الشيخ ربيع أبرز علماء هذا العصر ومنهم الشيخ العالمة اإلمام عبدالعزيز بن باز رحمه هللا‬
.‫العالمة محمد ناصر الدين األلباني والشيخ العالمة صالح الفوزان وغيرهم‬
Dan telah menguatkan manhaj seperti ini yaitu manhaj membantah yang disebutkan oleh Syaikh
Rabi’ dalam kitab beliau, ulama-ulama yang nampak di zaman sekarang. Di antaranya adalah Syaikh
Bin Baz, kemudian Syaikh Nashiruddin Al-Albani dan Syaikh Shalih Al-Fauzan dan selain mereka.

Nah setelah itu fadhilatus Syaikh Abdussalam As-Suhaimi akan menyebutkan ucapan-ucapan para
ulama tersebut.

Materi49

🔊 MATERI 49: BEBERAPA KAIDAH YANG PERLU DIJAGA TERKAIT INDIVIDU MAUPUN KELOMPOK,
BAGIAN 3

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Para ikhwah dan juga para akhawat, para admin, para musyrif dan juga koordinator. Kembali kita
lanjutkan pembahasan kitab “Kun Salafiyyan ‘alā Al-Jāddah.”

Syaikh hafidzhahullahu ta’ala menyebutkan ucapan-ucapan para ulama-ulama yang kita kenal, in
syaa Allah, bahwa termasuk sikap Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang benar adalah membantah orang-
orang yang menyimpang. Dan tidak diharuskan mereka menyebutkan kebaikan mereka atau
dinamakan dengan Muwazanah (‫)الموازنة‬.

‫ الشيخ العالمة عبدالعزيز ابن باز السؤال التالي‬.‫وقد سُئل سماحة‬:

Syaikh Bin Baz telah ditanya dengan pertanyaan berikut:

‫ ومساوئهم فقط أم فقط مساوئهم‬.‫بالنسبة لمنهج أهل السنة والجماعة في نقد أهل البدع وكتبهم هل من الواجب ذكر محاسنهم‬
Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah di dalam membantah ahlul bid’ah dan kitab-kitab mereka, apakah
termasuk kewajiban menyebutkan kebaikan mereka dan kejelekan mereka? Atau cukup
menyebutkan kejelekan mereka?

Lihat bagaimana jawaban beliau,

‫فأجاب رحمه هللا‬

Beliau menjawab,

" ،‫المعروف في كالم أهل العلم نقد المساوئ للتحذير وبيان األخطاء التي أخطؤا فيها للتحذير منها أما الطيب معروف مقبول الطيب‬
‫ وما أشبه ذلك فإذا دعت الحاجة إلى بيان ما عندهم من حق يبين‬... ،‫ الرافضة‬،‫ المعتزلة‬،‫لكن المقصود التحذير من أخطائهم الجهمية‬
‫ ماذا وافقوا فيه أهل السنة؟ والمسئول يعلم ذلك يبين لكن المقصود األعظم واألهم بيان ما‬،‫وإذا سأل السائل ماذا عندهم من الحق‬
‫"عندهم من الباطل ليحذر السائل ولئال يميل إليهم‬

Yang ma’ruf yang dikenal dari ucapan para ulama adalah membantah kesalahan dengan tujuan
untuk mengingatkan dan menjelaskan kesalahan yang mereka terjatuh di dalamnya, supaya manusia
waspada.

،‫أما الطيب معروف مقبول الطيب‬

Adapun sesuatu yang baik, maka itu adalah ma’ruf dan diterima kebaikannya.

Kalau yang baik ya sudah, itu memang ma’ruf dan sudah diterima. Yang perlu diingatkan di sini
adalah jeleknya, ini yang membahayakan.

... ،‫ الرافضة‬،‫ المعتزلة‬،‫لكن المقصود التحذير من أخطائهم الجهمية‬

Tapi maksud dari ini semua adalah mengingatkan dari kesalahan mereka, contoh misalnya
Jahmiyyah, Mu’tazilah, Rafidhah, dan lain-lain.

‫وما أشبه ذلك‬


Dan yang semisalnya

‫فإذا دعت الحاجة إلى بيان ما عندهم من حق يبين‬

Maka (jadi yang semisalnya maksudnya adalah aliran-aliran yang lain) kalau memang diperlukan
untuk menjelaskan apa yang ada pada mereka berupa kebenaran maka dijelaskan.

Jadi terkadang ketika dakwah ada satu kondisi di mana kita menyebutkan sedikit kebaikan dari
mereka. Akan tetapi tujuannya setelah itu adalah untuk membantah. Jadi meskipun mereka
demikian dan demikian, mereka semangat dalam hal demikian, tapi kesalahan mereka fatal
misalnya. Nah ini kata Syaikh kalau memang diperlukan untuk menyebutkan kebaikan mereka maka
silakan disebutkan.

‫ ماذا وافقوا فيه أهل السنة؟‬،‫وإذا سأل السائل ماذا عندهم من الحق‬

Dan kalau ada yang bertanya apakah mereka punya kebenaran, apa kebenaran yang mereka
mencocoki Ahlus Sunnah dalam masalah ini

‫والمسئول يعلم ذلك يبين‬

Dan yang ditanya mengetahui yang demikian, maka hendaklah dia sampaikan.

“Oh, kebaikannya adalah demikian dan demikian, kelebihannya mereka di sini.”

Tapi bukan berarti Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak mempunyai kebaikan yang mereka miliki. Ketika
kita mengatakan kebaikan mereka demikian, bukan berarti Ahlus Sunnah tidak memiliki. Karena
seluruh kebaikan dimiliki oleh Ahlus Sunnah.

Jadi Ahlus Sunnah kalau kita mau mencari kebaikan, ada dalam Ahlus Sunnah, karena yang mereka
ikuti adalah Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para Salaf secara keseluruhan. Secara global
mereka mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman para Salaf, sehingga seluruh kebaikan
ada di dalam manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

‫يبين‬

Maka dia menjelaskan.

"‫لكن المقصود األعظم واألهم بيان ما عندهم من الباطل ليحذر السائل ولئال يميل إليهم‬

Tapi maksud yang paling besar dan yang paling penting adalah menjelaskan kebathilan mereka,
untuk mengingatkan orang yang bertanya supaya tidak condong kepada ahlul bid’ah tadi.

Jadi kalau itu memang adalah maksud yang utama, ya kalau kita menyebutkan sedikit kebaikan
mereka, langsung kita tutupi tadi, kebaikan dengan dengan kekurangan mereka dan kejelekan
mereka dan kesesatan mereka.

Seperti tadi misalnya disebutkan, “Oh, iya mereka ini semangat dalam hal ibadah, tapi mereka
kesesatannya adalah mengangkat imam, menganggap bahwa orang lain kafir, atau tidak mengakui
bahwa pemerintah kita adalah imam mereka atau penguasa mereka.” ini kita tekankan supaya
manusia benar-benar waspada dengan kejelekan mereka.

:‫فسأله آخر‬

Kemudian ada yang bertanya lagi:

‫فيه أناس يُوجبون الموازنة أنك إذا انتقدت مبتدعا ً ببدعته لتحذر الناس منه يجب أن تذكر حسناته حتى ال تظلمه‬

Ada pertanyaan lain, atau ada yang bertanya, ada orang lain yang bertanya:

Di antara mereka ada orang-orang yang mewajibkan Muwazanah (‫)الموازنة‬, yaitu kalau engkau
membantah seorang ahlul bid’ah yang dia telah membuat bid’ah, engkau membantah mereka
dengan tujuan untuk supaya manusia waspada.
Maka dalam keadaan demikian wajib untuk menyebutkan kebaikan mereka supaya kita tidak
mendzhalimi. Ini ucapan sebagian. Jadi kalau memang kita menyebutkan bid’ahnya ya wajib untuk
menyebutkan kebaikannya sehingga kita tidak mendzhalimi. Ada sebagian orang yang mengatakan
demikian.

Bagaimana jawaban Syaikh?

.‫فأجاب الشيخ رحمه هللا ال ما هو بالزم ما هو بالزم‬

Syaikh mengatakan: Tidak, itu bukan suatu keharusan, itu bukan suatu keharusan.

‫ولهذا إذا قرأت كتب أهل السنة وجدت أن المراد التحذير‬

Oleh karena itu kalau engkau membaca kitab-kitab Ahlus Sunnah, engkau akan mendapatkan
bahwasanya maksud ini semua adalah untuk mengingatkan

)‫إقرأ في كتب البخاري (خلق أفعال العباد‬

Silakan antum baca kitab-kitab Al-Bukhari seperti Khalqu Af’ali Al-’Ibad (‫)خلق أفعال العباد‬

،‫في كتاب األدب في الصحيح‬

Dan juga di dalam Kitabul Adab yang ada di dalam Shahih Bukhari.

‫كتاب السنة لعبدهللا بن أحمد‬

Kitabu As-Sunnah yang ditulis oleh Abdullah bin Ahmad.

،‫كتاب التوحيد البن خزيمة‬


Ibnu Khuzaimah mengarang sebuah kitab At-Tauhid, bisa dilihat di sana juga.

…‫رد عثمان بن سعيد الدارمي على أهل البدع‬

Bantahan Utsman bin Sa’id Ad-Darimi terhadap ahlul bid’ah

…‫إلى غير ذلك يوردونه للتحذير من باطلهم ما هو المقصود تعديد محاسنهم‬

Dan lain-lain, mereka mendatangkan hal tersebut atau menulis kitab-kitab tersebut, dengan tujuan
supaya mengingatkan dari kebathilan ahlul bid’ah. Kemudian kebathilan mereka, bukanlah
maksudnya menghitung-hitung kebaikan mereka.

‫المقصود التحذير‬

Maksudnya di sini adalah mengingatkan tentang kejelekan orang tersebut.

‫ ال قيمة لها بالنسبة لمن كفر إذا كانت بدعته تكفره‬.‫من باطلهم ومحاسنهم‬

Kebaikan-kebaikan mereka itu tidak ada harganya kalau mereka kafir, apabila kebid’ahan mereka
mengeluarkan mereka dari Islam. Karena ada kebid’ahan yang sampai mengeluarkan seseorang dari
Islam. Maka kalau mereka berbuat baik, ini tidak ada manfaatnya, tidak ada gunanya.

‫بطلت حسناته وإن كانت ال تكفره فهو على خطر عظيم‬

Batallah kebaikan-kebaikan mereka. Dan kalau bid’ah tersebut tidak mengkafirkan atau tidak
menjadikan dia keluar dari agama Islam, maka dia dalam bahaya yang besar.

‫فالمقصود بيان األخطاء واألغالط التي يُحذر منها‬


Maka maksud semua ini adalah untuk menjelaskan kesalahan dan kekurangan atau kesalahan yang
diingatkan.

Ini adalah maksud dari mentahdzir, yaitu untuk menjelaskan kesalahan dan juga kecacatan yang
diingatkan dari kesalahan tersebut, yaitu yang di mana para ulama mengingatkan dari kesalahan
tersebut.

Thayyib, itu adalah ucapan dari Syaikh bin Baz rahimahullah.

Bagaimana dengan ucapan Syaikh Shalih Al-Fauzan?

‫وسئل الشيخ العالمة صالح بن فوزان الفوزان حفظه هللا‬

Ditanya Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzhahullahu ta’ala (semoga Allah menjaga beliau)

:‫بعد أن سئل عدة أسئلة حول الجماعات السؤال التالي‬

Setelah beliau ditanya tentang beberapa pertanyaan yang berkisar tentang masalah jamaah-jamaah,
dengan pertanyaan berikut ini.

!‫ ومساوئهم‬.‫يا شيخ نحذر منهم دون أن نذكر محاسنهم مثال؟ أو نذكر محاسنهم‬

Ya Syaikh, apakah kita mentahdzir dari mereka tanpa menyebutkan kebaikan mereka atau
menyebutkan kebaikannya dan juga kejelekannya?

Boleh tidak, kita menyebutkan kebaikan dan juga kejelekan secara langsung?

…‫ معناه دعوت لهم‬.‫فأجاب " إذا ذكرت محاسنهم‬

Maka Syaikh mengatakan. Kalau engkau menyebutkan kebaikan mereka, berarti maknanya engkau
mendoakan kebaikan untuk mereka
‫ال‬

Kata beliau, “Tidak, jangan demikian!”

‫ال تذكر محاسنهم‬

Jangan engkau menyebutkan kebaikan mereka.

‫أذكر الخطأ الذي هم عليه فقط‬

Sebutkan kesalahan yang dia berada di atasnya, sebutkan kesalahannya saja.

،‫ألنه ما هو موكول لك أن تدرس وضعهم وتقوم شخصياتهم‬

Beliau mengatakan, karena tidaklah dia diserahkan untukmu (maksudnya adalah supaya engkau
meneliti keadaan dia atau meluruskan individu dia.

‫أنت موكول لك ببيان الخطأ‬

Tapi yang ditugaskan kepadamu adalah untuk menjelaskan kesalahan.

،‫الذي عندهم من أجل أن يتوبوا منه‬

Kesalahan yang ada pada mereka supaya mereka bertaubat darinya. Ini maksudnya.

،‫ومن أجل أن يحذره غيرهم‬

Dan tujuannya adalah supaya yang lain, mereka waspada


."‫ هذا الذي نبغيه‬،‫ قالوا‬.‫أما إذا ذكرت محاسنهم‬

Tapi kalau engkau menyebutkan kebaikan mereka, mereka akan mengatakan, inilah yang kami
inginkan.”

Jadi kalau demikian, kesimpulannya adalah, jangan kita menyebutkan kebaikan mereka. Tapi kita
menyebutkan kejelekan mereka dengan tujuan supaya mereka kembali kepada jalan yang benar.

(‫ نقالً من شريط مسجل الدرس الثالث من دروس كتاب التوحيد التي ألقاها فضيلته في صيف عام‬8 ‫مقدمة النصر العزيز ص‬
‫هـ بالطائف‬1413)

(Muqaddimah Al-Nasr Al-Aziz, hal. 8, dikutip dari kaset rekaman pelajaran ketiga dari pelajaran Kitab
At-Tauhid, yang disampaikan oleh beliau pada musim panas tahun 1413 H di Thaif)

Ini disebutkan di dalam Muqaddimah An-Nashr Al-’Aziz (‫ )مقدمة النصر العزيز‬dan isinya adalah jawaban
dari Syaikh Shalih Al-Fauzan tentang pertanyaan yang ada kaitannya dengan materi kita, yaitu
tentang menyebutkan kebaikan dan juga kejelekan ketika membantah.

Kemudian beliau mendatangkan ucapan Syaikh Abdul Aziz Al-Muhammad As-Salman rahimahullah.

‫وسئل فضيلة الشيخ عبدالعزيز المحمد السلمان رحمه هللا السؤال التالي‬

Ditanya fadhilatus Syaikh Abdul Aziz Al-Muhammad As-Salman tentang pertanyaan berikut.

‫هل تشترط الموازنة بين الحسنات والسيئات في الكالم على المبتدعة في منهج السلف‬

Apakah diharuskan ber-muwazanah antara kebaikan dan kejelekan, ketika berbicara tentang ahlul
bid’ah di dalam manhaj Salaf? Apakah harus disebutkan muwazanah tadi?
‫فأجاب رحمه هللا (اعلم وفقنا هللا وإياك وجميع المسلمين‬

Maka beliau rahimahullah menjawab, ketahuilah semoga Allah memberikan taufik kepada kita dan
antum dan seluruh kaum muslimin.

‫أنه لم يؤثر عن أحد من السلف الصالح من الصحابة والتابعين وتابعيهم بإحسان تعظيم أحد من أهل البدع والموالين ألهل البدع و‬
‫المنادين بمواالتهم‬

Bahwasanya tidak dinukil dari seorang pun dari para Salafush Shalih, baik para sahabat, para tabi’in,
para tabiut tabi’in, yang mereka mengikuti mereka dengan baik, pengagungan terhadap seorang pun
dari ahlul bid’ah dan orang-orang yang loyal dengan ahlul bid’ah dan orang-orang yang mengajak
untuk loyal kepada mereka.

Kenapa demikian?

‫ألن أهل البدع مرضى القلوب‬

Karena ahlul bid’ah itu sakit hatinya.

‫ويخشى على من خالطهم أو اتصل بهم أن يصل إليه ما بهم من هذا الداء العضال‬

Dikhawatirkan orang yang campur dengan mereka, berhubungan dengan mereka, akan sampai
kepada mereka penyakit yang menular yang parah ini.

‫ألن المريض يعدي الصحيح وال عكس‬

Karena orang yang sakit itu menulari orang yang sehat, dan bukan sebaliknya.

‫فالحذر الحذر من جميع أهل البدع‬


Maka berhati-hatilah dari seluruh ahlul bid’ah

،‫ األشاعرة‬،‫ الصوفية‬،‫ الخوارج‬،‫ الماتريديه‬،‫ المعتزلة‬،‫ الرافضة‬،‫ الجهمية‬،‫ومن أهل البدع الذين يجب البعد عنهم وهجرانهم‬

Dan di antara ahlul bid’ah yang wajib untuk dijauhi dan diboikot adalah Jahmiyah, Rafidhah,
Mu’tazilah, Maturidiyyah, orang-orang Khawarij, orang-orang Shufiyyah, Asya’irah,

‫ومن على طريقتهم المنحرفة عن طريقة السلف‬

Dan orang yang berada di atas jalan mereka yang menyimpang dari jalan para Salaf.

‫فينبغي للمسلم أن يحذرهم ويحذر منهم‬

Maka wajib bagi seorang muslim untuk waspada dari mereka dan mengingatkan manusia dari
mereka.

Kemudian beliau mendatangkan ucapan Syaikh Al-Albani.

‫وسئل الشيخ األلباني رحمه هللا عن قاعدة الموازنة‬

Dan ditanya Syaikh Al-Albani rahimahullah tentang kaidah Muwazanah.

‫فأنكرها وجاء في كالمه‬

Maka beliau mengingkari dan beliau mengatakan:

" ‫من أين لهم أن اإلنسان إذا جاءت مناسبة لبيان خطأ مسلم إن كان داعية أو غير داعية الزم يعمل محاضرة يذكر فيها محاسنه من‬
‫أولها إلى آخرها هللا أكبر شيء عجيب‬
Beliau mengatakan dengan nada mengingkari, “Dari mana mereka mendapatkan bahwa seseorang
apabila ada kesempatan untuk menjelaskan kesalahan seorang muslim, baik dia adalah seorang da’i
atau selain da’i, kemudian mengatakan harus ada Muhadharah (‫)محاضرة‬, ceramah khusus yang di
situ dia menyebutkan kebaikannya dari awal sampai akhir,

Kemudian beliau mengatakan, ‫ ;هللا أكبر‬Allah Maha Besar. ‫ ;شيء عجيب‬ini adalah sesuatu yang aneh.”

Ini menunjukkan pengingkaran beliau terhadap kaidah Muwazanah yang didengungkan oleh
sebagian kelompok.

،‫ يتبين أنه ليس من منهج السلف الموازنات في نقد أهل الباطل‬،‫ومما تقدم عن علماء السلف المتقدمين والمعاصرين‬

Dari apa yang telah berlalu, dari ucapan para Salaf, baik yang dulu maupun yang sekarang/ulama
Salaf yang dulu maupun yang sekarang, jelas bagi kita bahwa bukan termasuk manhaj Salaf adanya
Muwazanah dalam membantah ahlul bathil.

،ً‫وأن ذلك المنهج – أي الموازنة بين الحسنات والسيئات عند النقد – يؤدي إلى مفاسد كبيرة وخطيرة جدا‬

Dan bahwasanya selain itu bukan termasuk manhaj Salaf. Maka manhaj seperti itu, yaitu manhaj
Muwazanah antara kebaikan dan juga kejelekan, ketika membantah ini bisa membawa kepada
beberapa kerusakan yang besar dan berbahaya sekali.

: ‫وأهمها‬

Di antaranya adalah:

‫ تجهيل السلف‬- ١.

‫ رميهم بالظلم والجور‬- ٢.

‫ تعظيم البدع وأهلها وتحقير أئمة السلف وما هم عليه من السنة والحق‬- ٣

1️⃣ Bahayanya menganggap para Salaf itu bodoh tadi sudah disebutkan tentang bagaimana yang
dilakukan oleh para Salaf ketika membantah; ketika mereka menulis, membantah Jamiyyah,
membantah orang misalnya, mereka tidak menyebutkan kebaikannya. Berarti kalau kita
menganggap kaidah Muwazanah ini adalah baik, kita telah membodohkan para Salaf.

2️⃣ Kalau kita menganggap benar kaidah Muwazanah ini berarti kita telah menuduh para Salaf
dengan kezaliman, ketika mereka tidak menyebutkan kebaikan, mereka berarti adalah orang-orang
yang zalim.

3️⃣ Akibatnya adalah ada pengagungan terhadap bid’ah, ketika seseorang menyebutkan kebaikan
ahlul bid’ah berarti ada pengagungan terhadap bid’ah dan juga orang-orang yang merupakan tokoh
bid’ah tadi. Berarti di situ juga ada penghinaan terhadap para imam Salaf dan apa yang ada pada
mereka berupa kebenaran.

Tentunya ini adalah mafsadah-mafsadah, kerusakan-kerusakan yang berbahaya dari akibat kaidah
Muwazanah ini.

‫ثم أن الملفت للنظر‬

Kemudian di antara hal yang menolehkan perhatian kita.

‫ وتزيين للبدع وأهلها وتلميعهم (هم‬،‫أن أصحاب الدعوة إلى المناداة بالموازنة بين الحسنات والسيئات مع ما في هذا المنهج من باطل‬
‫ال يطبقون هذا المنهج على أهل السنة المعاصرين السائرين على نهج السلف الكرام‬

Ini hal yang perlu kita perhatikan, bahwa mereka orang-orang yang mengajak untuk Muwazanah
antara kebaikan dan kejelekan dan kita tahu bahwasanya itu adalah manhaj yang bathil. Dan di situ
ada menghias-hiasi kebid’ahan, memperindah ahlul bid’ah, memperkilap ahlul bid’ah. Mereka ini
tidak menerapkan manhaj ini kepada Ahlus Sunnah yang ada di zaman sekarang yang mereka berada
di atas manhaj Salaf yang mulia.

‫ عنهم‬.‫بل يقذفونهم البوائق الدواهي ظلما ً وبغيا ً ويذيعونها في أرجاء األرض ويفعلون كل ذلك انتصاراً ألهل البدع ومحاماة‬

Bahkan mereka ini menuduh ulama-ulama kita Ahlus Sunnah, dengan berbagai tuduhan yang keji
dengan kedzaliman dan melebihi batas, dan menyiarkan itu semuanya di seluruh penjuru bumi.
Melakukan itu semuanya dalam rangka untuk menolong ahlul bid’ah dan membela mereka.

‫فيقع المساكين في حمأة الصد عن سبيل هللا والصد عن منهج السلف من حيث يشعرون أو ال يشعرون‬
Akhirnya mereka pun, orang-orang miskin tadi yaitu miskin manhaj, miskin aqidah, orang-orang
tersebut akhirnya mereka terjatuh dalam menutupi manusia dari jalan Allah, dan menutupi manusia
dari manhaj Salaf, baik mereka menyadari atau mereka tidak menyadari.

‫ويقعون في حمأة الدعوة إلى الباطل والبدع‬

Akhirnya mereka pun justru malah terjerumus ke dalam mengajak manusia kepada kebathilan dan
juga kebid’ahan

.‫من حيث يشعرون أو ال يشعرون) أهـ من كالم الشيخ العالمة ربيع‬

Baik mereka menyadari yang demikian atau tidak menyadari.

Selesai ucapan Syaikh, yaitu:

‫من كالم الشيخ العالمة ربيع‬

Berasal dari ucapan syaikh Rabi’ hafidzhahullahu ta’ala.

Ini jelas menunjukkan kepada kita tentang bahayanya kaidah Al-Muwazanah, ternyata dia memiliki
banyak mudharat atas kaum muslimin dan seperti yang diucapkan oleh Syaikh, “Mereka sendiri,
yaitu orang-orang yang mengajak untuk Muwazanah tidak menerapkan ini ketika bersama ulama-
ulama Salafiyyin yang ada di zaman sekarang.”

‫بارك هللا فيكم‬

Kita cukupkan sekian, kita sambung pada kesempatan yang akan datang.

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬


Dr. Abdullah Roy , M.A

Materi50

🔊 MATERI 50: PERKARA-PERKARA YANG BOLEH SESEORANG UNTUK GHIBAH DAN MENYEBUTKAN
KEKURANGAN MENURUT PARA ULAMA DAN HUKUMAN UNTUK ORANG YANG LOYAL KEPADA
AHLUL BID’AH

ٰ
‫الرحمن الرحيم‬ ‫بسم هللا‬

‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى ٓاله وصحبه ومن وااله‬

Berkata Syaikh Abdussalam As-Suhaimi dalam kitab beliau Kun Salafiyyan ‘Alā Al-Jāddah,

‫األبواب التي تجوز فيها الغيبة والجرح عند علماء اإلسالم‬

Bab-bab perkara-perkara yang boleh seseorang untuk ghibah dan mencela atau menyebutkan
kekurangan menurut para ulama.

Di sini beliau akan mendatangkan ucapan para ulama kita tentang, ternyata di sana ada perkara-
perkara yang boleh kita ghibah di dalamnya.

‫قال النووي رحمه هللا‬

Berkata Al-Imam An-Nawawi rahimahullah:

:‫اعلم أن الغيبة تباح لغرض صحيح شرعي ال يمكن الوصول إليه إال بها وهو ستة أبواب‬

Ketahuilah bahwasanya ghibah ini diperbolehkan untuk maksud yang benar secara syariat, tidak
mungkin kita sampai kepadanya kecuali dengan ghibah tadi dan itu ada enam bab, kata beliau.
. ‫ التظلم‬: ‫األول‬

1️⃣ Yang Pertama adalah: Mengadukan kedzhaliman.

Boleh seseorang mengadukan kezaliman, (misalnya) “Si Fulan begini, begitu, telah menzalimi ana.”

.‫ االستعانة على تغيير المنكر ورد العاصي إلى الصواب‬: ‫الثاني‬

2️⃣ Yang Kedua adalah: Meminta pertolongan orang untuk mengubah kemungkaran.

(Misalnya) “Tolong ya fulan, anak ana demikian dan demikian.”

Menyebutkan kejelekannya, tujuannya adalah supaya dia membantu untuk mengingkari


kemungkaran tersebut dan mengembalikan orang yang berbuat maksiat kepada kebenaran.

‫ االستفتاء‬: ‫الثالث‬

3️⃣ Yang Ketiga adalah: Seorang bertanya tentang sebuah hukum.

(Misalnya) “Ya syaikh, telah terjadi antara saya dan tetangga saya, demikian dan demikian,” dia ingin
bertanya tentang sebuah hukum. Ini juga boleh.

.‫ تحذير المسلمين من الشر ونصيحتهم‬: ‫الرابع‬

4️⃣ Yang Keempat adalah: Mengingatkan kaum muslimin dari sebuah kejelekan, dan menasihati
mereka dari sebuah kejelekan.

Seperti kita ingin mengingatkan kaum muslimin tentang rawi tertentu, maka tidak masalah. Supaya
kaum muslimin waspada terhadap hadits-hadits yang dibawakan oleh rawi ini.

.‫ أن يكون مجاهراً بفسقه وبدعته‬: ‫الخامس‬


5️⃣ Yang Kelima adalah: Dia terang-terangan dengan kefasikannya dan kebid’ahannya.

Kalau dia sudah tidak sembunyi-sembunyi menampakkan kebid’ahannya, ini bukan ghibah lagi, ini
bukan sembunyi-sembunyi

‫ التعريف‬:‫السادس‬

6️⃣ Yang Keenam adalah: Ingin mengenalkan

‫فإذا كان اإلنسان معروفا ً بلقب كاألعمى واألعرج واألصم جاز تعريفهم بذلك‬

Mengenalkan, apabila seseorang itu memang dikenal dengan gelarnya, si buta misalnya, atau si
pincang, atau si tuli, maka yang demikian boleh mengenalkan mereka dengan yang demikian.

Misalnya begini, ada dua orang, Yusuf namanya, yang satu buta dan yang satunya tidak buta.
Kemudian kita mengatakan, “Yusuf si buta telah datang ke rumah,” atau mengatakan “Yusuf yang
buta itu telah datang ke rumah.” ketika dia menyebutkan kekurangan tadi, ini tidak merupakan
ghibah kerena tujuannya adalah untuk menjelaskan atau mengenalkan.

Kemudian beliau mengatakan,

. ‫ثم قال فهذه ستة أبواب ذكرها العلماء وأكثرها مجمع عليها دالئلها من األحاديث الصحيحة المشهورة‬

Ini adalah enam bab yang disebutkan oleh para ulama dan sebagian besarnya telah disepakati. Dalil-
dalilnya ada dalam hadits yang shahih dan masyhur.

: ‫وقد نظم بعض العلماء هذه األبواب في قوله‬


Sebagian ulama telah membuat sebuah ‫ نظم‬untuk enam bab ini. Yaitu sebuah seperti syair untuk
enam bab ini:

‫القدح ليس بغيبــة في ستــة‬

‫متظلــم ومعـرف ومحـذر‬

.‫ومجاهر فسقا ً ومستفــت ومن طلب اإلعانة في إزالة منكــر‬

‫القدح ليس بغيبــة في ستــة‬

Mencela itu bukan termasuk ghibah dalam enam perkara.

‫متظلــم ومعـرف ومحـذر‬

Orang yang mengadukan kedzaliman, orang yang mengenalkan, orang yang mengingatkan

.‫ومجاهر فسقا ً ومستفــت ومن طلب اإلعانة في إزالة منكــر‬

Dan orang yang terang-terangan dalam kefasikan, orang yang bertanya (meminta fatwa) dan orang
yang meminta pertolongan orang lain untuk menghilangkan kemungkaran.

: ‫قلت‬

Maka aku katakan (yaitu syaikh Abdussalam)

: ‫وقد ذكر شيخ اإلسالم ابن تيميه في جواز غيبة المبتدع شرطين هما‬

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah menyebutkan bolehnya mengghibahi ahlul bid’ah, itu dengan 2
syarat.

‫ العلم‬- ١.

‫ وحسن النية‬- ٢.

1. Ilmu

2. Husnul Niyyah
Ilmu kita harus punya, kemudian yang kedua adalah baiknya niat. Kita niatnya apa? Niatnya adalah
untuk membela agama Allah, menjauhkan penyimpangan orang yang menyimpang dari agama Allah.
Itu tujuannya. Bukan untuk merendahkan manusia.

:‫حيث قال يرحمه هللا‬

Beliau berkata (semoga Allah merahmati beliau):

"‫ثم القائل في ذلك بعلم الب ّد له من حسن نيِّة‬

Orang yang berbicara tentang masalah ini (yaitu menjarh, membicarakan) ahlul bid’ah, maka dia
harus mempunyai ilmu. Berbicara dengan ilmu dan harus memiliki niat yang baik.

‫فلو تكلم بحق يقصد العلو في األرض أو الفساد كان بمنزلة الذي يقاتل حمية ورياء‬

Kalau dia berbicara dengan benar, tapi maksudnya adalah untuk kesombongan di bumi atau
membuat kerusakan, maka dia seperti orang yang berperang tetapi karena fanatik kabilah atau
karena riya.

‫وإن تكلم ألجل هللا تعالى مخلصا ً له الدين كان من المجاهدين في سبيل هللا من ورثة األنبياء خلفاء الرسل‬

Dan kalau dia berbicara karena Allah, ikhlas karena Allah, maka dia termasuk orang-orang yang
berjihad di jalan Allah, termasuk pewaris para nabi yang mereka adalah penggantinya para rasul.

‫من ورثة األنبياء خلفاء الرسل‬

Termasuk pewarisnya para nabi dan pewarisnya para rasul.

‫وليس هذا الباب مخالفا ً لقوله صلى هللا عليه وسلم‬


Dan bab ini bukan berarti dia bertentangan dengan sabda Nabi ‫ﷺ‬:

"‫"الغيبة ذكرك أخاك بما يكره‬

“Ghibah adalah engkau menyebutkan kejelekan dari saudaramu yang tentunya dia benci.”

‫فإن األخ هو المؤمن وأخ المؤمن إن كان صادقا ً في إيمانه لم يكره هذا الحق الذي يحبه هللا ورسوله وإن كان فيه شهادة عليه وعلى‬
‫ذويه بل عليه أن يقوم بالقسط ويكون شاهداً هلل ولو على نفسه أو والديه أو قريبه‬

Syaikhul Islam beliau mengatakan: Maka seorang saudara, saudara tersebut adalah orang yang
beriman, dan dia adalah saudara orang yang beriman. Kalau memang dia jujur di dalam
keimanannya, tidak dibenci kebenaran yang dicintai oleh Allah dan juga rasulNya, meskipun di
dalamnya ada persaksian atasnya yaitu persaksian yang merugikan dia dan juga keluarganya. Bahkan
kewajiban dia adalah berbuat adil dan menjadi saksi karena Allah, meskipun itu kembali kepada
dirinya sendiri atau kedua orang tuanya atau keluarganya

‫ومتى كره هذا الحق كان ناقصا ً إيمانه‬

Maka kapan saja dia membenci kebenaran ini, berarti telah berkurang keimanannya

(ketika dia membenci kebenaran tersebut).

‫ينقص من أخوّ ته بقدر ما نقص من إيمانه‬

Berkurang dari persaudaraannya sesuai dengan kadar keimanannya.

‫فلم يعتبر كراهته من الجهة التي نقص منها إيمانه إذ كراهته لما يحبه هللا ورسوله توجب تقديم محبة هللا ورسوله كما قال تعالى‬
.‫ أ هـ كالمه رحمه هللا‬- )٦٢ :‫"وٱهَّلل ُ َو َرسُولُ ُهۥٓ َأ َح ُّق َأن يُرْ ضُوهُ" (التوبة‬
َ

Kemudian beliau mengatakan, berkurang persaudaraannya sesuai dengan kadar kekurangan


imannya. Maka tidak dianggap kebenciannya dari arah yang berkurang darinya iman dia, karena
kebenciannya terhadap apa yang Allah cintai dan rasul cintai mengharuskan dia untuk
mendahulukan kecintaan kepada Allah dan juga rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah ‫ ﷻ‬yang artinya
adalah, “Allah dan rasulNya lebih berhak untuk mereka jadikan ridha, lebih berhak untuk mereka
menjadikan ridha.” (QS. At-Taubah: 62)

‫أ هـ كالمه رحمه هللا‬

Selesai ucapan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Jadi di sini beliau mengingatkan tentang pentingnya seseorang memiliki ilmu dalam membantah dan
pentingnya seseorang benar di dalam niatnya. Jadi niat dalam membantahnya bukan karena ingin
merendahkan orang lain atau membuka aib-aibnya di depan orang lain, tetapi tujuannya adalah
untuk membela agama Allah ‫ ﷻ‬dan untuk menjaga sunnah ini dari perkara-perkara yang
merusaknya.

Berkata fadhilatusy syaikh Abdussalam As-Suhaimi di akhir kitab beliau, Kun Salafiyyan ‘Alā Al-
Jāddah,

:‫) عقوبة من والى المبتدعة‬٤٨ ‫ونختم هذه الدروس بما ذكره الشيخ بكر أبو زيد في المبحث التاسع من كتاب هجر المبتدع (ص‬

Kita tutup pelajaran-pelajaran ini dengan apa yang disebutkan oleh syaikh Bakr Abu Zaid di dalam
Mabahats (‫ )المبحث‬yang kesembilan dari kitab Hajrul Mubtadi’, halaman ke-48, hukuman bagi orang
yang loyal terhadap ahlul bid’ah.

:‫حيث قال حفظه هللا‬

Beliau (semoga Allah menjaga beliau) berbicara:

‫ عن الحق شيطان أخرس‬.‫كما أن المتكلم بالباطل شيطان ناطق فالساكت‬

Berkata syaikh Bakr Abu Zaid hafidzhahullah (semoga Allah menjaga beliau), (dan ini adalah ketika
beliau masih hidup tentunya. Sekarang beliau sudah meninggal dunia, rahimahullah):

Sebagaimana orang yang berbicara dengan kebathilan itu adalah syaithan yang berbicara, maka
orang yang diam dari kebenaran itu adalah syaithan yang bisu.
‫ هـ رحمه هللا‬٤٠٦ ‫كما قال أبو علي الدقاق م ستة‬

Sebagaimana disebutkan oleh Abu Ali Ad Daqaq yang meninggal dunia pada tahun 406 H, semoga
Allah merahmati beliau.

‫ومن السنن الثابتة قول النبي صلى هللا عليه وسلم المرء مع من أحب‬

Di antara sunnah yang tetap dari Nabi ‫ ﷺ‬adalah ucapan Nabi ‫ﷺ‬, “Seseorang itu sesuai atau bersama
dengan orang yang dia cintai.”

:‫وقد قال أنس رضي هللا عنه‬

Dan telah berkata Anas ‫رضي هللا عنه‬

‫فما فرح المسلمون بشيء بعد اإلسالم فرحهم بهذا الحديث‬

Maka kaum muslimin tidak gembira dengan sesuatu setelah Islam seperti gembiranya mereka
dengan hadits ini, karena ketika mereka mencintai Nabi berarti mereka akan bersama Nabi

‫المرء مع من أحب‬

"Seseorang itu bersama orang yang dia cintai.”

Sehingga mereka tidak merasakan kebahagiaan setelah kebahagiaan tentunya terhadap masuknya
mereka ke dalam agama Islam, terlebih dari kebahagiaan mereka ketika mendengar hadits ini yaitu
bahwa seseorang bersama orang yang dia cintai.

.‫وقد شدد األئمة النكير على من ناقض أصل االعتقاد فترك هجر المبتدعة‬
Para imam, mereka telah mengingkari dan keras mengingkari orang yang membatalkan pondasi
aqidah kemudian mereka meninggalkan untuk menghajr ahlul bid’ah.

:‫وفي معرض رد شيخ اإلسالم ابن تيمية رحمه هللا على االتحادية قال‬

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika beliau membantah ittihadiyah, beliau mengatakan:

ّ ‫ويجب عقوبة كل من انتسب إليهم أو ذب عنهم أو أثنى عليهم أو‬


‫ أو عرف بمساعدتهم ومعاونتهم أو كره الكالم فيهم أو‬،‫عظم كتبهم‬
‫ إنه صنف هذا الكتاب؟‬:‫أخذ يعتذر لهم بأن هذا الكالم اليدري ما هو؟ أو من قاله‬

Beliau menjelaskan: Wajib untuk menghukum setiap orang yang menisbatkan diri kepada ahlul
bid’ah kepada ittihadiyah atau membela mereka, atau memuji mereka, atau mengagungkan kitab-
kitab mereka, atau dikenal menolong mereka, atau dia benci ada orang lain yang membicarakan
mereka, atau dia mulai memberikan udzur bahwasanya ucapan ini tidak tahu maksudnya apa, atau
siapa yang mengatakan.

‫إنه صنف هذا الكتاب؟‬

Apakah dia yang menulis kitab ini?

‫وأمثال هذه المعاذير التي اليقولها إال جاهل أو منافق‬

Dan udzur-udzur yang semisal yang tidak diucapkan kecuali orang yang jahil atau orang yang
munafik.

‫ ولم يعاون على القيام عليهم‬، ‫بل تجب عقوبة كل من عرف حالهم‬

Bahkan wajib untuk menghukum setiap orang yang diketahui keadaanya dan dia tidak membantu
untuk membantah mereka.
Ini kata Syaikhul Islam juga dihukum orang yang demikian, tidak membantu untuk membantah ahlul
bid’ah. Karena apa?

‫فإن القيام على هؤالء من أعظم الواجبات؛‬

Karena membantah mereka ini adalah termasuk kewajiban yang paling besar.

،‫ألنـهم أفسدوا العقول واألديان‬

Karena mereka, yaitu ittihadiyah ini, merusak akal dan juga agama.

،‫على خلق من المشايخ والعلماء‬

Merusak sebagian masyaikh dan juga para ulama.

‫والملوك واألمراء‬

Dan juga para raja dan para penguasa.

‫وهم يسعون في األرض فساداً ويصدون عن سبيل هللا‬

Mereka berusaha untuk membuat kerusakan di permukaan bumi dan menghalangi manusia dari
jalan Allah.

Kemudian terakhir beliau mengatakan,

:‫قال الشيخ بكر‬

Berkata syaikh Bakr Abu Zaid:


‫فرحم هللا شيخ اإلسالم ابن تيمية وسقاه من سلسبيل الجنة آمين‬

Syaikh Bakr mengatakan: Semoga Allah merahmati Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan memberikan
minum kepada beliau dari Salsabil Al-Jannah (salsabil nya surga). Aamiin, semoga Allah
mengabulkan.

‫فإن هذا الكالم في غاية الدقة واألهمية‬

Ucapan ini sangat detail dan sangat penting

ّ ‫فعظ َمه أو‬


‫عظم كت َبه ونشرها‬ ّ ،ً‫وهو و إن كان في خصوص مظاهرة "االتحادية" إالّ أنه ينتظم جميع المبتدعة فكل من ظاهر مبتدعا‬
،‫بين المسلمين ونفخ به وبها وأشاع ما فيها من بدع وضالل‬

Beliau mengatakan bahwasanya meskipun ini adalah asalnya tentang membantu orang-orang
Ittihadiyah (‫)االتحادية‬, yaitu orang-orang yang mengatakan Allah bersatu dengan makhluk, bagaimana
hukum membantu mereka.

Tapi ucapan Syaikhul Islam ini, bisa cocok untuk seluruh ahlul bid’ah, maka setiap orang yang
membantu ahlul bid’ah, mengagungkan dia, mengagungkan kitabnya, mengabarkan kitab-kitab
tersebut di antara kaum muslimin, kemudian menghembuskan, yaitu mengajak untuk membeli kitab
tersebut atau membaca kitab tersebut dan menyebarkan itu, menyebarkan kitab-kitab tadi, padahal
di situ ada kebid’ahan dan juga kesesatan.

‫ولم يكشفه فيما لديه‬

Dan tidak membongkar apa yang ada di dalam kitab-kitab tadi.

‫من زيغ واختالل في االعتقاد‬

Berupa penyimpangan dan juga kekurangan, kesalahan di dalam masalah aqidah


‫إن من فعل ذلك فهو مفرط في أمره‬

Maka barangsiapa yang melakukan demikian, berarti dia telah ‫ مفرط‬yaitu berkurang-kurang,
bermudah-mudahan di dalam urusannya.

Karena dia tidak menjelaskan tentang kesalahan ahlul bid’ah tadi bahkan malah mengagungkan.
Maka dia adalah ‫مفرط‬, dia adalah bermudah-mudah.

‫واجب قطع شره‬

Wajib untuk memutuskan kejelekannya.

.‫لئال يتعدى إلى المسلمين‬

Supaya tidak menular kepada kaum kaum muslimin.

‫وقد ابتلينا هذا الزمان بأقوام على هذا المنوال‬

Dan kita telah dicoba, diuji di zaman sekarang ini dengan orang-orang yang memiliki manhaj seperti
ini.

‫يعظمون المبتدعة‬

Mereka mengagungkan ahlul bid’ah.

‫وينشرون مقاالتهم‬

Dan mereka menyebarkan tentang tulisan-tulisan mereka ini.


‫وال يحذرون من سقطاتهم‬

Mereka tidak waspada dari kesalahan-kesalahan mereka.

‫وما هم عليه من الضالل‬

Dan kesesatan-kesesatan mereka.

‫فاحذروا أبا الجهل المبتدع هذا نعوذ باهلل من الشقاء وأهله‬

Kemudian Syaikh Bakr mengatakan: Maka hendaklah kalian berhati-hati, waspada dari Abu Jahl yang
dia adalah mubtadi’.

Abu Jahl Al-Mubtadi’ maksudnya di sini adalah bukan Abu Jahl paman Nabi, tetapi maksudnya
adalah menisbahkan orang-orang ahlul bid’ah itu kepada kejahilan.

Waspada dari ahlul bid’ah ini. Semoga Allāh ‫ ﷻ‬melindungi kita dari kesengsaraan dan juga orang-
orang yang sengsara.

Alhamdulillāh, dengan demikian kita sudah menyelesaikan bersama pembahasan kitab Kun
Salafiyyan ‘Alā Al-Jāddah. Dan kita katakan,

ُ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّذِي ِبنِعْ َم ِت ِه َت ِت ُّم الصَّال َِح‬


‫ات‬

Semoga para ikhwah dan para akhawat sekalian, para admin, para musyrif dan juga para
koordinator, bisa mengambil faedah dari kitab yang sangat bermanfaat ini.

‫بارك هللا فيكم‬

‫وصلى هللا على نبينا محمد وعلى ٓاله وصحبه أجمعين‬

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


Dr. Abdullah Roy, M.A

Anda mungkin juga menyukai