Anda di halaman 1dari 9

BIOGRAFI AL-IMAM ASY-SYAFI'I RAHIMAHULLAH

Kategori: Sirah

Diterbitkan pada 06 September 2013 Klik: 22690

Share on facebook Share on twitter Share on email Share on print More Sharing
Services 36

Sesungguhnya diantara tanda Allah menghendaki kebaikan bagi hambaNya adalah


Allah menjadikannya cinta dengan ilmu. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
‫َم ْن ي ُِر ِد هللاُ بِ ِه خَ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِي ال ِّدي ِْن‬
"Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah akan
menjadikannya faqih/faham tentang agama" (HR Al-Bukhari)

Dan diantara keagungan agama ini Allah telah menjadikan adanya para imam yang
memikul ilmu agama, yang menjelaskan kepada umat tentang urusan agama. Merekalah
cahaya yang menerangi jalan menuju kebaikan…merekalah yang sangat dibutuhkan
oleh orang yang menghadapi kebingungan dalam urusan agama mereka…, merekalah
penyejuk hati bagi orang yang menghadapi problematika kehidupan dan berusaha
mencari solusi agamis…, merekalah para pejuang yang memerangi jalan-jalan kesesatan
yang selalu siap menyimpangkan umat ini…, merekalah yang Allah perintahkan umat
agar bertanya kepada mereka dalam firmanNya :
َ‫فَا ْسَألُوا َأ ْه َل ال ِّذ ْك ِر ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ال تَ ْعلَ ُمون‬
"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan/ilmu jika kamu tidak
mengetahui" (QS An-Nahl : 43)

Banyak para imam umat ini yang kita banggakan, akan tetapi diantara mereka ada 4
imam yang tersohor, yaitu para pendiri 4 madzhab. Mereka itu adalah Al-Imam Abu
Hanifah, Al-Imam Malik bin Anas, Al-Imam Asy-Syaf'i dan Al-Imam Ahmad bin
Hanbal rahimahumullah.

Meskipun ada madzhab-madzhab fikih yang lain akan tetapi keempat madzhab inilah
yang diterima secara luas dalam dunia Islam hingga saat ini. Bahkan sebagian negeri
dikenal dengan madzhab tertentu. Madzhab Syafi'i banyak tersebar di negara-negara
Asia tenggara, madzhab Maliki banyak tersebar di negeri-negeri Afrika, madzhab
Hanafi banyak tersebar di India, Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan, dan juga di
China, adapun madzhab Hanbali banyak tersebar di negeri-negeri Arab, khususnya Arab
Saudi.

          Diantara keempat imam tersebut yang sangat cemerlang adalah Al-Imam Asy-
Syafi'i rahimahullah, beliaulah pendiri dan pemrakasa madzhab Syafi'i yang merupakan
madzhab yang banyak dianut di bumi pertiwi nusantara ini.

Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Idris bin Al-'Abbas bin 'Utsman bin
Syaafi' bin As-Saaib bin 'Ubaid bin 'Abd Yaziid bin Haasyim bin Al-Muthollib bin
'Abdi Manaaf, sehingga nasab beliau bermuara kepada Abdu Manaaf kakek buyut Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam. Al-Muthollib adalah saudaranya Hasyim ayahnya Abdul
Muthholib kakek Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan kepada Syafi' bin As-Saaib
penisbatan Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah (lihat Siyar A'laam An-Nubalaa 10/5-6
dan Tobaqoot Asy-Syaafi'iyah Al-Kubro 2/71-72)

Meskipun nenek moyang beliau suku Quraisy di Mekah akan tetapi beliau tidak lahir di
Mekah, karena ayah beliau Idris merantau di Palestina. Sehingga beliau dilahirkan di
Ghozza (Palestina) dan ada yang mengatakan bahwa beliau lahir di 'Asqolan pada tahun
150 Hijriah, tahun dimana wafatnya Al-Imam Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsaabit Al-
Kuufi rahimahullah, bahkan ada pendapat yang menyatakan di hari wafatnya Al-Imam
Abu Hanifah.

Ayah beliau Idris meninggal dalam keadaan masih muda, hingga akhirnya Imam Asy-
Syafi'i dipelihara oleh ibunya dalam kondisi yatim. Karena khawatir terhadap anaknya
maka sang ibu membawa beliau –yang masih berumur 2 tahun- ke kampung halaman
aslinya yaitu Mekah, sehingga beliau tumbuh berkembang di Mekah dalam kondisi
yatim. Beliau menghafal Al-Qur'an  tatkala berusia 7 tahun, dan menghafal kitab Al-
Muwattho' karya Imam Malik tatkala umur beliau 10 tahun. Ini menunjukkan betapa
cerdasnya Al-Imam Asy-Syafi'i.

Beliaupun belajar dari para ulama Mekah, diantaranya Muslim bin Kholid Az-Zanji Al-
Makky yang telah memberi ijazah kepada Al-Imam Asy-Syafi'i untuk boleh berfatwa
padahal umur beliau masih 15 tahun. Lalu setelah itu beliau bersafar ke Madinah dan
berguru bertahun-tahun kepada Al-Imam Malik bin Anas rahimahullah.

Pada tahun 195 H beliau pergi ke Baghdad, dan beliau mengajar di sana sehingga
banyak ulama yang berputar haluan dari madzhab ahli ro'yu menuju madzhab Syafi'i. di
Baghdad beliau banyak menulis buku-buku lama beliau, setelah itu beliaupun kembali
ke Mekah. Pada tahun 198 beliau kembali lagi ke Baghdad dan menetap di sana selama
sebulan lalu beliau pergi ke Mesir dan menetap di sana meneruskan dakwah beliau
hingga akhirnya beliau sakit bawasir yang menyebabkan beliau meninggal dunia pada
tahu 204 Hijriyah, rahimahullah rahmatan waasi'ah.

 
Imam Syafi'i adalah seorang sosok yang memiliki banyak keistimewaan, diantaranya :

PERTAMA : Al-Imam Asy-Syafi'i adalah imam dalam lugoh (bahasa). Beliau telah
banyak tinggal bersama Qobilah Hudzal dan menghafalkan banyak qoshidah (bait-bait
sya'ir) mereka, sehingga hal ini sangat mempengaruhi kekuatan bahasa Arab beliau.
Karenanya tidak pernah ditemukan kesalahan bahasa dari beliau sebagaimana
ditemukan dari para ulama yang lain. Ibnu Hisyaam (penulis siroh Nabi) berkata ‫ال َّشافِ ِع ُّي‬
‫ ُح َّجةٌ فِي اللُّ َغ ِة‬  "Asy-Syafi'i hujjah dalam bahasa Arab" (Al-Waafi bil Wafaayaat 19/143).

Adapun kritikan terhadap Al-Imam Asy-Syafi'i dalam masalah bahasa maka tidak
mematahkan keimaman beliau dalam bahasa Arab. Diantara kritikan tersebut :

-         Beliau dikritik karena menyatakan bahwa huruf jar baa' (‫ )الباء‬memberikan faedah
‫" التَّ ْب ِعيْض‬sebagian/parsial". Karenanya beliau menyatakan bolehnya mengusap sebagian
kepala tatkala berwudu karena Allah berfirman (‫)وا ْم َسحُوا بِـ ُرُؤ وْ ِس ُك ْم‬.
َ Maka beliaupun
diingkari oleh sebagian ulama, mereka menyatakan bahwa huruf baa' tidak mengandung
makna "parsial", dan ini tidak dikenal dalam bahasa Arab, dan tidak ada ahli bahasa
yang menyebutkan bahwa diantara makna-makna yang dikandung huruf baa' adalah
untuk parsial. Akan tetapi kenyataannya ternyata banyak ahli bahasa yang menetapkan
makna ini (huruf baa' memberi makna faedah parsial) diantaranya adalah Al-Ashma'i
dan ulama Kufiyiin (lihat Al-Bahr Al-Muhiith fi Ushuul Al-Fiqh li Az-Zarkasyi 2/15-
16).

Ternyata juga setelah diamati ada bukti yang tegas bahwasanya Al-Imam Asy-Syafi'i
menyatakan bahwa huruf baa' memberi faedah "parsial". Dan penisbatan hal ini kepada
Al-Imam Asy-Syafi'i merupakan kekeliruan sebagaimana dijelaskan oleh Az-Zarkasy
(Al-Bahrul Al-Muhiith (2/15). Bahkan jika kita kembali kepada kitab Al-Umm kita
akan dapati bahwasanya Asy-Syafi'i berkata :

‫ت ال ُّسنَّةُ على ذلك فَ َم ْعنَى اآْل يَ ِة َأ َّن َمن َم َس َح شيئا من‬ ‫ْأ‬
ِ ‫ت ال ُّسنَّةُ على َأ ْن ليس على ْال َمرْ ِء َم ْس ُح ال َّر‬
ْ َّ‫س ُكلِّ ِه وإذا َدل‬ ْ َّ‫َو َدل‬
‫ْأ‬
ُ‫َر ِس ِه َأجْ زَ َأه‬
"Sunnah menunjukkan bahwasanya tidak wajib bagi seseorang untuk mengusap seluruh
kepalanya, dan jika sunnah telah menunjukkan demikian maka makna ayat adalah
barang siapa yang mengusap sesuatupun dari kepalanya maka sudah cukup/sah) (lihat
Al-Umm 1/26)
Yang dimaksud dengan sunnah oleh Al-Imam Asy-Syafi'i di sini adalah hadits tentang
Nabi yang berwudu dengan mengusap ubun-ubun beliau saja tatkala beliau memakai
sorban.

-         Beliau dikritik karena menafsirkan kata "ُ‫"ال َعوْ ل‬ ْ dalam firman Allah
)٣( ‫َذلِكَ َأ ْدنَى َأال تَعُولُوا‬
"Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya" (QS An-Nisaa :3).
Beliau tafsirkan dengan "‫ال‬ ِ َ‫( " َك ْث َرةُ ْال ِعي‬banyaknya anak).
Tafsiran Asy-Syafi'i ini diingkari dengan keras oleh Ibnul 'Arobi yang bermadzhab
Maliki, dan menyatakan bahwa tidak ada ahli bahasa yang berpendapat dengan
pendapat Asy-Syafi'i (lihat Ahkaamul Qur'an li Ibnil 'Arobi 1/411). Akan tetapi
perkataan Ibnul 'Arobi ini telah dibantah oleh para ulama. Makna tersebut ternyata telah
disebutkan oleh Al-Kisaai dan Al-Farroo' (lihat Al-Haawi fi Fiqh Asy-Syaafi'i 11/415
dan Al-Majmuu' Syarh Al-Muhadzab 16/125). Bahkan Al-Qurthubi yang juga
bermadzhab Malikiyah telah membantah perkataan Ibnul 'Arobi dengan menjelaskan
bahwa tafsiran Asy-Syafi'i bukanlah tafsiran yang baru, telah mendahului beliau dua
imam besar yaitu Zaid bin Aslam dan Jaabir bin Zaid (lihat Tafsiir Al-Qurthubi 5/21-
22)

 
KEDUA : Sya'ir-sya'ir beliau yang istimewa

Al-Imam Asy-Syafi'i tidak banyak menulis sya'ir-sya'ir, akan tetapi sya'ir-sya'ir beliau
sederhana mudah dipahami dan mengandung makna yang sangat dalam. Meskipun ada
sya'ir-sya'ir para ulama bahasa yang lain yang lebih nampak ketinggian bahasanya
dalam sya'ir-sya'ir mereka akan tetapi ternyata kesohoran sya'ir-sya'ir Asy-Syafi'i lebih
besar karena kandungan makna yang dalam dengan penggunaan kata-kata yang
sederhana.

Diantara sya'ir-sya'ir beliau ;


ُ
‫تهون‬ ْ ‫طم َع‬
‫ت‬ َ ‫فس ما‬ َّ ** ‫ت نَ ْفسي‬
َ َّ‫فإن الن‬ ُ ْ‫ت َمطَا ِمعي فأرح‬
ُّ ‫أ َم‬
Aku bunuh sifat tamak yang ada pada diriku, maka akupun menenangkan diriku
Karena jiwa kapan ia tamak maka rendahlah jiwa tersebut

ُ
‫مصون‬ ٌ‫ان َميْتا ً ** ففي إحيائ ِه عرض‬ ُ ‫َوَأحْ يَي‬
َ ‫ْت القُنُوع َو َك‬
Dan aku hidupkan sifat qona'ah pada diriku yang tadinya telah mati….
Maka dengan mengidupkannya harga dirikupun terjaga…

ُ‫ب عب ٍد ** َعلَ ْتهُ َمهَانَةٌ َو َعالَهُ هُون‬


ِ ‫إذا طم ٌع يح ُل بقل‬
Jika sifat tamak telah menetap di hati seorang hamba….maka ia akan didominasi oleh
kehinaan dan dikuasai kerendahan
Beliau berkata :
‫نَ ِعيبُ زمانَنا والعيبُ فِيْنا *** َوما لِزَمانِنا َعيْبٌ ِسوانا‬
"Kita mencela zaman kita, padahal celaan itu ada pada diri kita sendiri...
Dan zaman kita tidaklah memiliki aib/celaan kecuali kita sendiri"

Beliau berkata :
ِ ‫ت نَ ْف ِسي ِم ْن هَ َّم ْال َعدَا َوا‬
‫ت‬ ُ ْ‫أح ٍد ** َأ َرح‬
َ ‫ت َولَ ْم أحْ قِ ْد َعلَى‬
ُ ْ‫لَ َّما َعفَو‬
Tatkala aku memaafkan maka akupun tidak membenci seorangpun…
Akupun merilekskan diriku dari kesedihan dan kegelisahan (yang timbul akibat)
permusuhan

ِ ‫إنِّي ُأ َحيِّي َعد ُِّوي ع ْن َد رُ ْؤ يَتِ ِه ** َأِل ْدفَ َع ال َّش َّر َعنِّي بِالتَّ ِحيَّا‬
‫ت‬
Aku memberi salam kepada musuhku tatkala bertemu dengannya…untuk menolak
keburukan dariku dengan memberi salam

ْ ‫ان ُأ ْب ِغضهُ ** َك َما‬


ِ ‫إن ق ْد َح َشى قَ ْلبي َم َحبَّا‬
‫ت‬ ْ ‫وُأ‬
ِ ‫ظ ِه ُر ْالبِ ْش َر لِِإل ْن َس‬
Aku menampakkan senyum kepada orang yang aku benci… sebagaimana jika hatiku
telah dipenuhi dengan kecintaan

‫ت‬ ْ َ‫اس قُرْ بُهُ ُم ** َوفِي ا ْعتِزَ الِ ِه ُم ق‬


ِ ‫ط ُع ْال َم َو َّدا‬ ِ َّ‫النَّاسُ دا ٌء َودَا ُء الن‬
Orang-orang adalah penyakit, dan obat mereka adalah dengan mendekati mereka… dan
sikap menjauhi mereka adalah memutuskan tali cinta kasih

 
Beliau berkata :
‫ـر اللّيالي‬ َ َ‫و َم ْن ط‬.... ‫بقَ ْد ِر الك ِّد تُكتَ َسبُ ال َم َعــالي‬
َ ‫لب العُال َس ِه‬
Ketinggian diraih berdasarkan ukuran kerja keras…
Barang siapa yang ingin meraih puncak maka dia akan begadang

‫ال‬ ِ َ‫ضا َع العُم َر في طَـل‬


ِ ‫ب ال ُم َح‬ ِ ‫و َم ْن را َم العُلى ِمن ْغ‬
َ ‫أ‬..... ‫َير َكـ ٍّد‬
Barang siapa yang mengharapkan ketinggian/kemuliaan tanpa rasa letih…
Maka sesungguhnya ia hanya menghabiskan usianya untuk meraih sesuatu yang
mustahil…

َ َ‫يَ ُغوصُ البَحْ َر َمن طَل‬..... ً‫الع َّز ثم تَنا ُم لَيـال‬


‫ب الآللي‬ ِ ‫تَرُو ُم‬
Engkau mengharapkan kejayaan lantas di malam hari hanya tidur aja??
Orang yang yang mencari mutiara harus menyelam di lautan…

 
Beliau berkata :
‫ فَخَ ِّل ْالهَ َّم َعنِّي يَا َس ِع ْي ُد‬... ‫ت يَوْ ٍم‬ ُ ْ‫ِإ َذا َأصْ بَح‬
ُ ْ‫ت ِع ْن ِدي قُو‬
Jika di pagi hari dan aku telah memiliki makanan untuk hari ini…
Maka hilangkanlah kegelisahan dariku wahai yang berbahagia

ٌ ‫ فَِإ َّن َغدًا لَهُ ِر ْز‬... ‫َوالَ هُت َْخطُرْ ُموْ ُم َغ ٍد بِبَالِي‬
‫ق َج ِد ْي ُد‬
Dan tidaklah keresahan esok hari terbetik di benakku….
Karena sesungguhnya esok hari ada rizki baru yang lain

‫ك َما ُأ ِر ْي ُد ِل َما ي ُِر ْي ُد‬


ُ ‫ فََأ ْت ُر‬... ً‫ُأ َسلِّ ُم ِإ ْن َأ َرا َد هللاُ َأ ْمرا‬
Aku pasrah jika Allah menghendaki suatu perkara…
Maka aku biarkan kehendakku menuju kehendakNya

 
KETIGA : Tegar Di Atas Sunnah dan Memerangi Bid'ah

Al-Imam Asy-Syafi'i digelari dengan ‫ث‬ ِ ‫َاص ُر ْال َح ِد ْي‬


ِ ‫" ن‬Penolong hadits-hadits Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam". Pengagungan beliau terhadap sunnah-sunnah Nabi
sangatlah nampak. Karenanya beliau sering berdebat dengan ahlul bid'ah dan
mematahkan hujjah-hujjah mereka. Demikian juga di Baghdad adanya sikap
mendahulukan ro'yu (pendapat) dari pada sunnah-sunnah Nabi, sehingga sunnah-sunnah
Nabi ditolak dengan berbagai metode. Al-Imam Asy-Syafi'i datang dan membantah dan
mematahkan pemikiran yang menyimpang tersebut. Akan datang penjelasan yang lebih
dalam tentang bantahan Al-Imam Asy-Syafi'i terhadap ahlul bid'ah.

 
KEEMPAT : Kharismatik Al-Imam Asy-Syafi'i

Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah memiliki kharismatik dan daya tarik yang luar biasa,
hingga ulama-ulama besar yang ada di Baghdad tertarik dengan beliau dan belajar
kepada beliau. Seperti Al-Imam Ahmad bin Hanbal dan Abu Tsaur yang masing-masing
ternyata memiliki madzhab tersendiri, akan tetapi mereka belajar kepada Al-Imam Asy-
Syafi'i dan sangat mencintai dan mengagungkan Al-Imam Asy-Syafi'i. Abu Tsaur
pernah ditanya :

"Manakah yang lebih faqih, Asy-Syafi'i ataukah Muhammad bin Al-Hasan?". Dan
Muhammad bin Al-Hasan adalah guru Al-Imam Asy-Syafi'i, beliau menimba ilmu
darinya tatkala beliau menetap di Baghdad.

Akan tetapi apa jawaban Abu Tsaur??. Beliau berkata :


‫ واألسود‬،‫ وعلقمة‬،‫ وإبراهيم‬،‫ وحماد‬،‫ وأبي حنيفة‬،‫ وأبي يوسف‬،‫الشافعي أفقه من محمد‬
"Asy-Syafi'i lebih faqih dari pada Muhammad bin Al-Hasan dan juga Abu Yusuf
(Muhamamad bin Al-Hasan dan Abu Yusuf adalah murid senior Abu Hanifah-pen), dan
lebih faqih dari Abu Hanifah, dan juga lebih faqih dari Hammad (gurunya Abu Hanifah-
pen), dan lebih faqih dari Ibrahim (gurunya Hammad-pen), dan lebih faqih daripada
'Alqomah (gurunya Ibrahim-pen), dan lebih faqih daripada Al-Aswad (gurunya
'Alqomah)" (Mukhtashor Taarikh Dimasyq 6/434)

Padahal Abu Tsaur dahulunya mengikuti madzhab Ahlu Ro'yi di Baghdad sebelum
datangnya Al-Imam Asy-Syafi'i. Jawaban Abu Tsaur ini menunjukkan kecintaan yang
sangat dalam kepada Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah.

Lihatlah bagaimana cintanya Al-Imam Ahmad kepada gurunya Asy-Syafi'i, sehingga


beliau pernah berkata :
‫ َأ َح ُدهُ ْم ال َّشافِ ِع ُّي‬،ً‫ِستَّةٌ َأ ْدعُوا لَهُ ْم َسحرا‬
"Enam orang yang aku mendoaakan mereka di waktu sahur (sebelum subuh), salah
satunya adalah Asy-Syafi'i" (Taariikh Al-Islaam li Adz-Dzhabi 14/312)

Al-Imam Ahmad bin Hanbal terlalu sering mendoakan Asy-Syafi'i, sampai-sampai anak
beliau Abdullah bertanya kepada beliau :
ُ‫ َأيُّ َر ُج ٍل َكانَ ال َّشافِ ِع ُّي فَِإنِّي َس ِم ْعتُكَ تُ ْكثِ ُر ِمنَ ال ُّدعَا ِء لَه‬،‫يَا َأبَ ِة‬
"Wahai ayahanda, siapakah Asy-Syafi'i itu, aku mendengarmu banyak
mendoakannya?".
Al-Imam Ahmad menjawab :
‫ف؟‬ ٍ َ‫ فَهَل لِهَ َذي ِْن ِم ْن خَ ل‬،‫اس‬ ِ َّ‫ َو َك ْال َعافِيَ ِة لِلن‬،‫س لِل ُّد ْنيَا‬
ِ ‫ َكانَ ال َّشافِ ِع ُّي َكال َّش ْم‬،‫ي‬
َّ َ‫يَا بُن‬
"Wahai putraku, Asy-Syafi'i seperti matahari bagi dunia, seperti keselamatan bagi
manusia, maka apakah ada pengganti bagi kedua kenikamatan ini?" (Taarikh Al-Islaam
14/312)

          Karena ilmu dan dakwah Al-Imam Asy-Syafi'i diterima oleh masyarakat dan para
ulama secara luas maka munculah orang-orang yang tidak suka kepada beliau. Diantara
mereka adalah salah seorang ulama bermadzhab Maliki yang bernama Asyhub. Tatkala
Al-Imam Asy-Syafi'i datang ke Mesir beliau tidak bertemu dengan murid-murid Imam
Malik kecuali dua orang yaitu Muhammad bin Abdillah bin Abdil Hakim dan Asyhub.

Muhammad bin Abdillah bin Abdil Hakim berkata :

‫ت َذلِكَ لِل َّشافِ ِعي‬ ِ ْ‫ُب فِي ُسجُوْ ِد ِه يَ ْدعُو َعلَى ال َّشافِ ِعي بِ ْال َمو‬
ُ ْ‫ت فَ َذكَر‬ َ ‫ْت َأ ْشه‬
ُ ‫َس ِمع‬
"Aku mendengar Asyhub dalam sujudnya mendoakan agar Asy-Syafi'i meninggal.
Maka akupun menyebutkan hal tersebut kepada Asy-Syafi'i"

Dalam riwayat yang lain Asyhub berdoa :


ٍ ِ‫س َم ْذهَبُ َمال‬
‫ك‬ َ ‫ي فَِإنَّكَ ِإ ْن َأ ْبقَ ْيتَهُ اِ ْند ََر‬ ِ ‫اللَّهُ َّم َأ ِم‬
َّ ‫ت ال َّشافِ ِع‬
"Ya Allah matikanlah Asy-Syafi'i, karena kalau Engkau membiarkannya hidup maka
akan punah madzhab Imam Malik"
Maka Al-Imam Asy-Syafi'i heran dengan hal ini, lalu ia berkata dengan menyebut sya'ir
:
‫ْت فِ ْيهَا بََأوْ َح ِد‬ َ ‫ فَتِ ْل‬    ‫ت‬
ُ ‫ك َسبِ ْي ٌل لَس‬ ْ ‫تَ َمنَّى ِر َجا ٌل َأ ْن َأ ُموْ تَ وَِإ ْن َأ ُم‬
Beberapa lelaki berangan-angan kematianku, dan jika akupun mati….
Maka (kematian) itu adalah jalan yang tidak ditempuh oleh aku sendirian…

‫ تَ َز َّو ْد ُأِل ْخ َرى ِم ْثلِهَا فَ َكَأ ْن قَ ِد‬    ‫ضى‬


َ ‫فَقُلْ لِلَّ ِذي يَب ِْغي ِخالَفَ الَّ ِذي َم‬
Maka katakanlah kepada orang yang menginginkan berbedanya apa yang telah
berlalu…
Hendaknya engkau berbekal untuk menghadapi kematian yang semisalnya maka
seakan-akan ia telah datang…

Maka setelah itu Al-Imam Asy-Syafi'i pun meninggal, dan tidak lama kemudian sekita
18 hari atau sebulan Asyhub pun meninggal dunia.

(lihat : Taarikh Dimasyq 51/428, Siyar A'laam An-Nubalaa 10/72, Al-Waafi bil
Wafayaat 9/165)

 
KELIMA : Inovasi Spektakuler

          Diantara keistimewaan Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah beliau telah menyusun


sebuah kitab istimewa yang berjudul Ar-Risaalah, yang kitab ini merupakan kitab
pertama yang ditulis tentang kaidah-kaidah ushul fiqh. Beliau menulis buku tersebut
atas permintaan Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah. Beliau menulis surat kepada
Asy-Syafi'i –dan tatkala itu Asy-Syafi'i masih muda belia- agar Asy-Syafi'i membuat
sebuah buku yang mencakup makna-makna Al-Qur'an dan mencakup ilmu-ilmu hadits,
hujjahnya ijmak, serta nasihk dan mansukh dari Al-Qur'an dan hadits. Maka Al-Imam
Asy-Syafi'i lalu menyusun kitab Ar-Risaalah. Maka Abdurrahman bin Mahdi berkata :
‫صالَةً ِإالَّ َوَأنَا َأ ْدعُو لِل َّشافِ ِعي فِ ْيهَا‬ َ ‫َما ُأ‬
َ ‫صلِّي‬
"Tidaklah aku sholat kecuali aku mendoakan Asy-Syafi'i dalam sholatku tersebut"
(Tariikh Baghdaad 2/64-65)

Demikian pula halnya dengan kitab Al-Umm yang disusun oleh Al-Imam Asy-Syafi'i
sebagai kitab fikih yang disusun dengan penyusunan bab-bab fikih yang luar biasa,
sehingga memudahkan para murid beliau untuk belajar dengan baik. Dengan demikian
Al-Imam Asy-Syafi'i telah menyusun kitab tentang ushul fikih dan juga menyusun kitab
tentang penerapan ushul fikih tersebut dalam kitab fikih beliau yaitu Al-Umm.

Diantara keistimewaan beliau juga adalah beliau telah belajar dari dua madrosah,
madrosah Hadits (yang dalam hal ini diwakili oleh Imam Malik yang merupakan guru
beliau) dan madrosah Ar-Ro'yu (yang dalam hal ini diwakili oleh Muhammad bin Al-
Hasan Asy-Syaibaani yang juga merupakan guru beliau). Maka Al-Imam Asy-Syafi'i
menggabungkan kebaikan dari dua madrosah ini sehingga jadilah madzhab beliau
madzhab yang kokoh.

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 30-10-1434 H / 06 September 2013 M


Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

Anda mungkin juga menyukai