Dalam menangani penyakit yang berkaitan dengan persarafan, hendaknya
terlebih dahulu mengenal mengenai susunan anatomi maupun fungsi dari susunan saraf pusat itu sendiri. Sehingga dalam menangani suatu penyakit atau kelainan saraf kita dapat mengenal letak kelainan dari gejala atau tanda klinis yang didapati, menentukan diagnosis topis. Sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula spinalis sedangkan sistem saraf tepi merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem persarafan berfungsi dalam mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai mekanisme sehingga tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima oleh tubuh baik yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai perubahan dan menuntut tubuh dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi perubahan berlangsung melalui kegiatan saraf yang dikenal sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit. Akan sangat berbahaya apabila sakit yang diderita tidak didiagnosis dengan tepat, terutama dalam hal neurologi dikenal dengan diagnosis topis. Diagnosis neurologik tanpa diagnosis topical akan selalu inadekuat dan seringkali tidak benar. Koordinasi deficit fungsional tertentu terhadap system neuronal tertentu merupakan suatu sumber pengetahuan dalam riset otak, yang tidak dapat dinilai dan tidak dapat digantikan oleh percobaan binatang.1