Dasar2 Kinetika Reaksi Kimia
Dasar2 Kinetika Reaksi Kimia
PENGGOLONGAN REAKSI
Beberapa macam penggolongan reaksi:
1. Berdasarkan banyaknya fase yang terlibat dalam sistem reaksi
a) Reaksi homogen
Yakni sistem reaksi dengan fase tunggal.
Berupa reaksi homogen fase gas atau reaksi homogen fase cair.
Reaksi terjadi di seluruh bagian fase
b) Reaksi heterogen
Yakni sistem reaksi yang mengandung lebih dari 1 (satu) fase.
Reaksi terjadi di permukaan antar fase
Contoh: sistem gas-padat, gas-cair, cair-padat, gas-cair-padat
2. Berdasarkan keberadaan atau penggunaan katalis
a) Reaksi katalitik
Yakni sistem reaksi yang menggunakan peran katalis atau katalisator.
Ada 2 macam, yakni reaksi katalitik homogen (jika fase katalis = fase reaksi) dan
reaksi katalitik heterogen (jika fase katalis fase reaksi).
b) Reaksi non-katalitik
Yakni sistem reaksi yang tidak menggunakan peran katalis.
3. Berdasarkan mekanisme atau kompleksitasnya
a) Reaksi sederhana (reaksi tunggal searah atau ireversibel)
b) Reaksi kompleks (reaksi bolak-balik atau reversibel, reaksi seri atau konsekutif atau
berurutan, reaksi paralel, reaksi seri-paralel, reaksi rantai, reaksi polimerisasi)
4. Berdasarkan kemolekulan reaksinya
Reaksi unimolekuler, reaksi bimolekuler, reaksi trimolekuler atau termolekuler
5. Berdasarkan orde reaksinya
Reaksi berorde bilangan bulat, reaksi berorde bilangan pecahan
6. Berdasarkan jenis pengoperasian reaktornya
a) Reaksi pada sistem reaktor batch
b) Reaksi pada sistem reaktor alir atau kontinyu (reaktor alir tangki berpengaduk, reaktor
alir pipa).
7. Berdasarkan prosesnya (kondisi prosesnya)
a) Reaksi isotermal (pada volume tetap, pada tekanan tetap)
b) Reaksi adiabatik
c) Reaksi non-isotermal non-adiabatik
8. Berdasarkan arah reaksinya
a) Reaksi reversibel (bolak-balik)
Reaksi reversibel merupakan reaksi bolak-balik; dalam hal ini terjadi kesetimbangan.
b) Reaksi ireversibel (searah)
Reaksi ireversibel merupakan reaksi satu arah; tidak ada keadaan setimbang, meskipun
sesungguhnya tidak ada reaksi kimia yang betul-betul tidak dapat balik. Banyak kasus
kesetimbangan berada sangat jauh di kanan sedemikian sehingga dianggap ireversibel.
.... (1)
Ri =
V ri = W ri ' = S ri ' ' = Vs ri ' ' ' = Vr ri ' ' ' '
.... (8)
cC+dD
.... (9)
Jika zat A dijadikan sebagai basis perhitungan, maka persamaan (9) dapat dituliskan menjadi:
b
cd
.... (10)
B
C +D
a
aa
Berdasarkan persamaan (10), terlihat bahwa jika 1 mol A bereaksi (atau terkonversi, atau terkonsumsi),
bcd
mol B yang bereaksi,mol C yang terbentuk, danmol Dmaka hal ini berarti bahwa terdapat
aaa
yang terbentuk.
A+
b
kecepatan terkonsumsinya A;
a
c
Kecepatan terbentuknya C =
kecepatan terkonsumsinya A;
a
d
Kecepatan terbentuknya D =kecepatan terkonsumsinya A;
a
b
atau: (-rB) =
(-rA)
a
c
atau: (rC) = (-rA)
a
d
atau: (rD) =(-rA)
a
Secara umum, hubungan stoikiometri kecepatan reaksi (9) dapat dituliskan sebagai:
r=
atau: r =
rA rB rC rD
== =
abcd
ri
i
.... (11)
.... (12)
Sistem Batch
Untuk sistem batch, reaksi kimia yang stoikiometrinya dituliskan seperti pada persamaan (9) dapat
disusun tabel stoikiometrinya (sesudah tercapai konversi A sebesar X A) sebagai berikut:
Komponen
A
Mol awal
nA0
nB0
nC0
nD0
Inert (I)
nI0
Jumlah
nT0
dcb
dengan: =
+ 1
aaa
Jumlah mol total akhir (tersisa):
dengan jumlah mol total awal:
Mol terbentuk
n A0 X A
b
( n A0 X A )
a
c
( n A0 X A )
a
d
( n A0 X A )
a
0
n A0 X A
Mol tersisa
n A = n A0 n A0 X A
b
nB = nB0
( n A0 X A )
a
c
nC = nC 0 + ( n A0 X A )
a
d
nD = nD0 + ( nA0 X A )
a
nT =nIn=T 0n+I 0 nA0 X A
... (13)
nT = nT 0 + nA0 X A
nT 0 = nA0 + nB0 + nC 0 + nD 0 + nI 0
... (14)
... (15)
... (16)
bb
n A0 B X A
... (17)
n B 0 ( n A0 X A )
naa
atau: CB =CB = B =
VVV
... (18)
cc
n A0 C + X A
nC 0 + ( nA0 X A )
naa
... (19)
atau: CC =CC = C =
VVV
... (20)
dd
n A0 D + X A
nD 0 + ( nA0 X A )
Sistem batch
volume reaksi tetap
nadengan
a
Kondisi sistem volume reaksi
atau:konstan
CD =CD (atau
= D = tetap) dapat dicapai jika:
Selama
reaksi berlangsung, V tetap atau tetap
VVV
Dalam
n sistem batch fase gas, reaktor dilengkapi dengan instrumen pengatur suhu dan tekanan,
sedemikian
V tetap.
dengan:
i = i 0 (isehingga
menyatakan
komponen-komponen sistem reaksi selain A)
n A0
dy/igsb/swm/handout dasar-dasar kinetika reaksi kimia/2007/halaman 3 dari 9 halaman
... (21)
n A0 ( 1 X A )
Sehingga: C A =
= C A0 ( 1 X A )
... (22)
V
b
n A0 B X A
a = C b X
CB =A0 BA
Va
c
Dengan cara yang sama, maka: C C = C A0 C + X A
d
a
C D = C A0 D + X A
a
... (23)
... (24)
... (25)
Contoh Soal: Reaksi fase cair: 3 A + B3 C + D, dilangsungkan dalam reaktor batch pada T
dan P tetap. Campuran mula-mula mengandung A dengan konsentrasi 10 gmol/dm 3 dan
B 2 gmol/dm3. Berapakah konsentrasi hasil jika konversi A: (a) 20% dan (b) 90%
r = .?
Pada reaksi fase gas, dan reaksi berlangsung pada volume tetap secara isotermal, kecepatan reaksi
kadang-kadang dinyatakan sebagai perubahan tekanan per satuan waktu, sehingga secara analog
persamaan (26), (27), dan (28) dapat dituliskan menjadi:
atau:r = f (k, pi).... (26.a)r = f (pi)
.... (27.a)r = k pA pB pC ....
r = k pA pB.... (28.a)
dengan pA dan pB masing-masing menyatakan tekanan parsial reaktan A dan B dalam sistem reaksi.
Hubungan antara Tekanan Parsial dan Tekanan Total Sistem Reaksi, Berdasarkan Stoikiometri
(Tinjau kembali subbab Stoikiometri Reaksi Kimia di bagian sebelumnya)
Untuk reaksi homogen fase gas yang stoikiometrinya dituliskan seperti pada persamaan (9), persamaan
n nT 0
(14) dapat disusun ulang menjadi: nA0 X A = T... (29)
Jika gas-gas dalam sistem reaksi dapat dianggap berkelakuan sebagai gas ideal, maka persamaan (16)
p A n A n A0 ( 1 X A ) n A0 n A0 X A
===
RT VVV
nA0 nT nT 0
CA =
Substitusikan (29) ke (30):
V V
1
atau:
p A = p A0 ( P P0 )
P tekanan total sistem setiap saat (t = t); P0 tekanan total sistem mula-mula
Dengan cara yang sama, maka pB, pC, dan pD dapat dituliskan sebagai:
b1
pB = pB 0 ( P P0 )
a
c1
pC = pC 0 +( P P0 )
a
d1
pD = pD 0 +( P P0 )
a
Kemolekulan (Molecularity) Reaksi
Kemolekulan reaksi merupakan banyaknya molekul zat pereaksi (reaktan) dalam sebuah
persamaan stoikiometri reaksi yang sederhana.
Kemolekulan reaksi selalu berupa bilangan bulat positif.
Contoh:Reaksi: a A + b BcC+dD
Kemolekulan reaksinya = a + b
Reaksi: 2 A + B3C+2D
Kemolekulan reaksinya = 2 + 1 = 3
Reaksi yang mempunyai kemolekulan 1 (satu) disebut reaksi unimolekuler.
Reaksi yang mempunyai kemolekulan 2 (dua) disebut reaksi bimolekuler.
Reaksi yang mempunyai kemolekulan 3 (tiga) disebut reaksi trimolekuler atau termolekuler.
dapat disusun ulang menjadi: C A =
... (30)
... (31)
... (32)
... (33)
... (34)
... (35)
.... (36)
.... (37)
mol 1
k [=] (waktu )
volume
.... (39)
.... (39.a)
1 n1
Pengaruh Suhu
Secara sederhana, pengaruh suhu terhadap sebagian besar reaksi kimia dapat didekati melalui korelasi
Ea
yang disampaikan oleh Arrhenius, yakni: k = A exp .... (40)
RT
dengan:
k konstanta kecepatan reaksi
A faktor frekuensi tumbukan reaksi (atau disebut juga faktor pre-eksponensial)
Ea energi atau tenaga aktivasi reaksi
R konstanta gas universal (R = 8,314 J/mol.K = 1,987 kal/mol.K = 82,06 cm3.atm/mol.K)
T suhu absolut
Ea
exp
R T faktor eksponensial
Berdasarkan persamaan (40), terlihat bahwa peningkatan suhu reaksi akan meningkatkan kecepatan
reaksi. Ada sebuah rule of thumb mengenai hal ini, yakni bahwa kecepatan reaksi kimia akan
meningkat 2 (dua) kali lipat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC. Namun demikian, rule ini hanya
berlaku untuk sebuah kombinasi yang tertentu antara harga Ea dan T.
Sebagai contoh:
Untuk reaksi dengan Ea sebesar 53,6 kJ/mol, kecepatan reaksi naik dua kali lipat antara suhu
300-310 K.
Untuk reaksi dengan Ea sebesar 147 kJ/mol, kecepatan reaksi naik dua kali lipat antara suhu
500-510 K
Berikut ini merupakan gambaran besarnya energi aktivasi reaksi (Ea) dan panas reaksi (H) (untuk
kasus reaksi sederhana yang berlangsung eksotermik dan endotermik):
Tingkat Energi
Melalui percobaan di laboratorium, harga Ea sebuah reaksi dapat diketahui dengan melakukan
percobaan kinetika reaksi pada berbagai suhu T yang berbeda-beda. Harga Ea dapat dievaluasi melalui
Ea 1
.... (41)penyusunan ulang persamaan Arrhenius menjadi: ln k = ln A
RT
atau, melalui representasi grafis sebagai berikut:
Ea tinggi
Ea rendah
Ea
ln k
RT
Ea
Slope =
R
Pada 2 suhu yang berbeda (misal: T1 dan T2), hubungan antara harga k1 (k pada T1) dan k2 (k pada T2)
kEa 1 1
dapat diperoleh dari persamaan Arrhenius, atau: ln 1 = ... (42)
k2R T1 T2
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi yang digambarkan tersebut di atas tidak berlaku untuk kasus
reaksi-reaksi biokimia (enzimatik) dan reaksi peledakan.
.... (54)
A P FP FP ,0
SP / AA= (XA)P Fdapat
.... (55)
Konversi sebuah reaktan
dinyatakan
sebagai:
A ,0 F
A
mol A yang terkonversi mol A yang bereaksi
XA ==.... (43)
A P CP CP ,0
SP / A = Aawal
.... (56)
mol A awalmol
P C A ,0 C A
Konversi reaktan A untuk sistem reaktor yang beroperasi batch, sistem reaktor alir (kontinyu), dan
sistem reaktor
masing-masing dituliskan pada 3 persamaan berikut:
dengan:
0 S Pbervolume-tetap
/A 1
n nA
X A =antara
A ,0.... perolehan,
(44)
Hubungan
konversi, dan selektivitas: YP / A = X A . S P / A
.... (57)
nA ,0
Instantaneous fractional yield
FAsebuah
,0 FA produk P terhadap reaktan A (s P/A) dapat dinyatakan sebagai:
XA = FA ,0
.... (45)
kecepa tan pembentukan Pr
sP / A =
.... (58)
=P
C A ,0 C A
XA = ....kecepa
(46) tan berkurangnya A rA
Catatan:
C A ,0
dengan: n, F, dan C masing-masing menyatakan jumlah mol, laju alir molar [mol/waktu], dan
Pada konsentrasi
sebuah sistem
reaksi
paralel, [mol/volume];serta
selektivitas sebuah produk
molar
komponen
0 X Aatau
1 hasil reaksi dapat dinyatakan
sebagai perbandingan antara banyaknya mol produk reaksi yang diinginkan/diharapkan (desired or
wanted product) terhadap banyaknya mol produk reaksi yang tidak diinginkan (undesired or
unwanted product), atau perbandingan antara kecepatan pembentukan produk reaksi yang
Perolehan (Yield) Sebuah Produk atau Hasil Reaksi
diinginkan terhadap kecepatan pembentukan produk reaksi yang tidak diinginkan.
Perolehan sebuah produk P terhadap reaktan A (YP/A) dapat dinyatakan sebagai:
Misal, untuk sebuah skema reaksi berikut:
YP / A =
.... (47)
atau:
A P nP nP ,0
YP / A = Pn A ,0
rdesiredr
Selektivitas =
=P
A P FP FP ,0
YP / A = PFA ,0 rundesired rR
.... (49)
... (60)
.... (50)
A P CP CP ,0
YP / A =
.... (51)
PERHITUNGAN STOI.0KIOMETRI REAKSI JAMAK (MULTIPLE-REACTIONS)
PC A ,0
dengan: A P menyatakan nilai mutlak A dalam persamaan stoikiometri yang melibatkan produk
P, dan 0 YP / A 1
.... (52)