Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Kuretase merupakan salah satu prosedur obstetrik dan ginekologi yang
sering dilakukan. Baik untuk pengosongan sisa konsepsi dari kavum uteri akibat
abortus. Ataupun untuk mengetahui kelainan perdarahan uterus pada kasus
ginekologi. Prosedur ini berlangsung dalam

waktu singkat. Kasus yang

membutuhkan tindakan kuretase bermacam-macam, diantaranya abortus, blighted


ovum, plasenta rest, dan hamil anggur. Ada juga kasus kuret yang ditujukan untuk
diagnostik seperti biopsi endometrium.1
Diantara kasus kebidanan yang paling banyak memerlukan kuret
diantaranya adalah abortus. Menurut data resmi WHO abortus terjadi pada 10%
dari seluruh kehamilan. Di Inggris, setiap tahunnya ada 185.000 kasus induced
abortion setiap tahun dan 11.500 kasus di Skotlandia. Di Indonesia sendiri
diperkirakan ada lima juta kehamilan pertahun, dimana 10-15% diantaranya atau
sekitar 500.000-750.000 mengalami abortus setiap tahun. Studi-studi terkini
melaporkan 97% wanita merasakan nyeri mulai dari intensitas yang ringan sampai
dengan berat selama dan setelah abortus berlangsung. Dan frekuensinya terus
meningkat setiap tahun.1,2
Komplikasi-komplikasi yang dapat ditimbulkan dari tindakan kuret dapat
berupa infeksi, perdarahan, ashermans syndrome, pendarahan pervaginam akibat
adanya sisa plasenta yang tertinggal, hingga perforasi uterus. Angka kejadian
infeksi cukup sering terjadi akibat alat alat yng digunakan tidak bersih. Perforasi
uterus juga sering terjadi akibat operator tidak menyesuaikan kedalaman uterus
dengan alat kuret sedangkan ashermans syndrome meruapakan terbentuknya
perlengketan dan/ atau terbentuknya jaringan parut pada rongga uteri yang
berkaitan dengan tindakan kuret. Angka kejadian ashermans syndrome cukup
sering terjadi, jika tidak di sembuhkan maka akan dapat menimbulkan risiko
kehamilan selanjutnya bagi sang ibu, seperti kehamilan ektopik dan plasenta
previa.3,4

Dari tinjauan di atas, maka prosedur melakukan tindakan kuret yang benar
perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh sehingga yang diharapakan adalah
petugas medis yang melakukan kuretase menjalankan prosedurny dengan benar
dan melakukan kuretase sesuai indikasi dan mengurangi angka terjadinya
komplikasi akibat kuretase.
.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kuretase


Kuretase merupakan upaya untuk menyembuhkan rahim dari suatu
gangguan tertentu atau untuk pemeriksaan terhadap lapisan dalam rahim. Kuretase
adalah tindakan mengerok jaringan di lapisan dalam rahim.5
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase
(sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya
uterus. Gunanya untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya
perforasi.5

2.2. Indikasi Kuretase


Kuretase biasanya dilakukan untuk dua tujuan, yaitu:6
1. Diagnostik : jaringan endometrium untuk diagnosis histologi.
2. Terapeutik : pengangkatan jaringan plasenta setelah abortus atau
melahirkan, mengangkat polip uterus atau endometrium hiperplastik.
Indikasi kuretase:
1. Abortus inkomplit 7,8
a. Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu atau dengn berat
janin kurang dari 500 gr, dengan masih ada sisa jaringan tertinggal
dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka
dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka,
sebagian jaringan keluar.

b. Tindakan kuretase harus dilaksanakan dengan hati-hati sesuai


dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus.
2. Abortus septic 7,8
a. Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan
oleh dukun atau awam). Abortus septic adalah abortus yang disertai
penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum
(septicemia atau peritonitis)
b. Ciri : perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar
dan lembut serta nyeri tekan, tampak lelah, panas tinggi,
menggigil, tekanan darah turun dan leukositosis
c. Tindakan kuretase dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat diberikan. Pada saat
tindakan uterus dilindungi dengan uterotonika.
3. Sisa plasenta (pasca persalinan)
4. Sisa selaput ketuban
2.3.
Jenis Kuretase6
2.3.1. Kuretase Besi
Cara ini dapat dilakukan di bawah anesthesia umum atau blok
paraservikal. Sebelumnya, uterus harus diukur dan ditentukan posisinya
dengan pemeriksaan bimanual. Vagina dan serviks dibersihkan dengan
larutan antiseptik. Serviks dipegang dengan sebuah tenakulum atau klem
Jacob. Kavum uteri diukur dengan sonde uterus. Kanalis servikalis
dikuretase dengan sebuah kuret endoserviks. Kanalis servikalis dilebarkan
dengan dilator Hegar atau Pratt sampai ukuran yang cukup untuk
dimasuki sebuah kuret dan forsep polip. Polip endometrium, bila ada
dikeluarkan. Dinding uterus kemudian dikuret dengan cara yang
sistematik dengan pengerokan ke arah bawah sepanjang dinding anterior,
dinding sisi, dan dinding posterior. Sebuah kuret kecil mungkin berguna
untuk area kornu.
2.3.2. Kuretase AVM
Kuretase jenis ini biasanya digunakan untuk mengeluarkan sisa
jaringan plasenta setelah abortus inkomplet atau setelah persalinan.
Dilakukan di bawah anesthesia umum, analgesik sistemik, atau anesthesia

blok paraservikal. Infus oksitosin intravena dianjurkan. Vagina dan serviks


dibersihkan dengan larutan antiseptik. Bibir serviks anterior dipegang
dengan sebuah tenakulum. Masukkan kanul isap, lalu aspirasi darah dan
jaringan yang ada.

Gambar 1. Kuret Hisap dan Kuret Besi

2.4.

Langkah Klinik Kuretase

KURETASE PADA ABORTUS INKOMPLIT


LANGKAH/KEGIATAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda adalah
petugas yang akan melakukan tindakan medik.
5

KASUS

2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan Abortus Inkomplit


3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik
yang telah diduga sebelumnya maupun tidak.
1. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas
tentang penjelasan tersebut di atas.
5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan penjelasan ulang apabila ragu atau belum mengerti.
6. Setelah pasien dan keluarga mengerti dan memberikan persetujuan
untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis,
dengan mengisi dan menandatangani formulir yang telah
disediakan.
7. Masukkan lembar Persetuan Tindakan Medik yang telah diisi dan
ditandatangani ke dalam catatan medik pasien.
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa
kelengkapannya, catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi.
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
A. PASIEN
9. Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat
paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
10. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardipulmoner.
11. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
12. Medikamentosa
a. Analgetika (Pethidin 1-2 mg/kgBB, Ketamin HCl 0,5 mg/kgBB,
Tramadol 1-2 mg/kgBB)
b. Sedativa (Diazepam 10mg)
c. Atropin Sulfat (0,25-0,50mg/ml)
13. Larutan antiseptik (Povidon iodin 10%)
14. Oksigen dengan regulator
15. Instrumen
a. Cunam tampon: 1
b. Cunam peluru atau tenakulum: 1
c. Klem ovum (Foerster/Fenstrer clampt) lurus dan lengkung: 2
d. Sendok kuret: 1 set
e. Penala kavum uteri (Uterine Sound/Sondage): 1
f. Spikulum Sims atau L dan kateter karet: 2 dan 1
g. Tabung 5 ml dan jarum suntik no.23 sekali pakai: 2
B. PENOLONG (Operator dan Asisten)
16. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, marker dan kacamata
pelindung: 3 set
17. Sarung tangan DTT/Steril: 4 pasang
18. Alas kaki (Sepatu/boot karet): 3 pasang
19. Instrumen
a. Lampu sorot: 1
b. Mangkok logam: 2
c. Penampung darah dan jaringan: 1

PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN


20. Cuci tangan dan lengan dengan sabun hingga ke siku dibawah air
Mengalir
21. Keringkan tangan dengan handuk DTT/Steril
22. Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker, dan kacamata
Pelindung
23. Pakai sarung tangan DTT/Steril
24. Pasien dengan posisi lithotomi, pasangkan alas bokong, sarung
kaki dan penutup perut bawah, fiksasi dengan klem kain (ingat:
sarung tangan tidak boleh menyentuh bagian yang tidak aman)
TINDAKAN
25. Instruksikan asisten untuk memberikan sedativa dan analgetika
melalui karet infus (Pethidin diberikan secara intramuskuler)
26. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri sisihkan labium mayus ke
kiri dan kanan ke lateral hingga tampak muara urethra. Masukkan
kateter ke urethra dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan
hingga 0,5cm. Pindahkan telunjuk kiri ke dinding depan vagina
(dasar urethra) dorong kateter (dengan tuntunan telunjuk kiri)
hingga memasuki kandung kemih (keluar air kemih)
27. Setelah kandung kemih dikosongkan, lepaskan kateter, masukkan
ke dalam tempat yang tersedia. Buka introitus vagina dengan ibu
jari dan telunjuk tangan kiri, masukkan telunjuk dan jari tengah
tangan kanan ke dalam lumen vagina, pindahkan tangan kiri ke
perut bawah (suprasimfisis) untuk memeriksa besar dan lengkung
uterus, bukaan serviks, jaringan yang terkumpul di vagina atau
terjepit di kanalis servisis (pemeriksaan dalam)
28. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan darah atau jaringan yang melekat di
sarung tangan, lepaskan sarung tangan secara terbalik
29. Pakai sarung tangan DTT/ steril yang baru
30. Pegang speculum Sims/L dengan tangan kanan masukkan
bilahnya secara vertical kedalam vagina, setelah itu putar
kebawah sehingga posisi bilah menjadi transversal
31. Minta asisten untuk menahan spekulum bawah pada posisinya
32. Dengan sedikit menarik spekulum bawah (hingga lumen vagina
tampak jelas) masukkan bilah spekulum atas secara vertikal
kemudian putar dan tarik keatas hingga jelas terlihat serviks.
33. Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada posisinya
3 34. Jepit kapas (yang telah dibasahi dengan larutan antiseptik) dengan
cunam tampon, bersihkan jaringan dan darah dalam vagina.
Tentukan bagian serviks yang akan dijepit (posisi jam 11 dan 13)
35. Dengan tangan kanan, jepit serviks dengan tenakulum, setelah
terjepit dengan baik pegang gagang tenakulum dengan tangan kiri
36. Lakukan pemeriksaan dalam dan lengkung uterus dengan penala
(Uterine Sound/Soundage)

37. Sementara tangan kiri menahan serviks, masukkan klem ovum


yang sesuai dengan bukaan kanalis servisis hingga menyentuh
fundus uteri keluarkan dulu jaringan yang tertahan pada kanalis)
38. Lakukan pengambilan jaringan dengan jalan membuka dan
menutup klem (dorong klem dalam keadaan terbuka hingga
menyentuh fundus kemudian tutup dan tarik). Pilih klem ovum
yang mempunyai permukaan bulatan, halus, rata, agar tidak
melukai dinding dalam uterus
39. Keluarkan klem ovum jika dirasakan sudah tidak ada lagi jaringan
yang terjepit/keluar
40. Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk,
masukkan ujung sendok kuret (sesuai lengkung uterus) melalui
kanalis servisis kedalam uterus hingga menyentuh fundud uteri
41. Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah
jarum jam, hingga bersih (seperti mengenai bagian bersabut)
42. Untuk dinding cavum uteri yang berlawanan dengan lengkung
cavum uteri, masukkan sendok kuret dengan lengkung uteri,
setelah mencapai fundus, putar gagang sendok 180 derajat baru
lakukan pengerokan
43. Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi
lumen vagina bagian belakang
44. Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks
45. Lepaskan spekulum atas
46. Keluarkan spekulum bawah
47. Sebelum melepas sarung tangan, kumpulkan dan masukkan
instrumen kedalam wadah yang berisi cairan klorin 0,5%
48. Kumpulkan bahan habis pakai yang terkena darah atau cairan
tubuh pasien, masukkan ketempat sampah yang tersedia
49. Bubuhi benda-benda dalam kamar tindakan yang terkena cairan
tubuh atau darah pasien dengan cairan klorin 0,5%
50. Bersihkan sarung tangan dari noda darah dan cairan tubuh pasien
kemudian lepaskan secara terbalik dan rendam dalam cairan klorin
0,5%
CUCI TANGAN PASKA TINDAKAN
51. Setelah melepas sarung tangan, cuci tangan kembali dengan sabun,
dibawah air mengalir
52. Keringkan tangan dengan handuk/tissue yang bersih
53. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan
beri instruksi apabila terjadi kelainan/komplikasi
54. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom
yang tersedia dalam status pasien. Bila keadaan umum pasien
cukup baik, setelah cairan habis, lepaskan peralatan infus
55. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan pasien
56. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai dilakukan tetapi pasien masih memerlukan perawatan

57. Bersama petugas yang akan merawat pasien, jelaskan jenis


perawatan yang masih diperlukan
58. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
perawatan dan pengobatan serta laporkan segera bila pemantauan
lanjut ditemukan perubahan-perubahan seperti yang ditulis dalam
catatan pasca tindakan
KURETASE PASCA PERSALINAN

LANGKAH/KEGIATAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
1. Sapa pasien dan keluarganya, perkenalkan bahwa anda adalah
petugas yang akan melakukan tindakan medik.
2. Jelaskan tentang diagnosis dan penatalaksanaan sisa plasenta
3. Jelaskan bahwa setiap tindakan medik mengandung risiko, baik
yang telah diduga sebelumnya maupun tidak
2. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya telah mengerti dan jelas
tentang penjelasan tersebut di atas
5. Beri kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk
mendapatkan penjelasan ulang apabila ragu atau belum mengerti
6. Setelah pasien dan keluarga mengerti dan memberikan persetujuan
untuk dilakukan tindakan ini, mintakan persetujuan secara tertulis,
dengan mengisi dan menandatangani formulir yang telah disediakan
7. Masukkan lembar Persetuan Tindakan Medik yang telah diisi dan
ditandatangani ke dalam catatan medik pasien
8. Serahkan kembali catatan medik pasien setelah diperiksa
kelengkapannya, catatan kondisi pasien dan pelaksanaan instruksi
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
A. PASIEN
9. Cairan dan selang infus sudah terpasang. Perut bawah dan lipat
paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun
10. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner.
11. Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
12. Medikamentosa
a. Analgetika (Pethidin 1-2 mg/kgBB, Ketamin HCl 0,5 mg/kgBB,
Tramadol 1-2 mg/kgBB)
b. Sedativa (Diazepam 10mg)
c. Atropin Sulfat (0,25-0,50mg/ml)
13. Larutan antiseptik (Povidon iodin 10%)
14. Oksigen dengan regulator
15. Instrumen
a. Cunam tampon: 1
b. Klem ovum (Foerster/Fenstrer clampt) lurus dan lengkung: 1

KASUS

c. Sendok kuret pasca persalinan: 1 set


d. Spikulum Sims atau L dan kateter karet: 2 dan 1
e. Tabung 5 ml dan jarum suntik no.23 sekali pakai: 2
B. PENOLONG (Operator dan Asisten)
16. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, marker dan kacamata
pelindung: 3 set
17. Sarung tangan DTT/Steril: 4 pasang
18. Alas kaki (Sepatu/boot karet): 3 pasang
19. Instrumen
a. Lampu sorot: 1
b. Mangkok logam: 2
c. Penampung darah dan jaringan: 1
PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
20. Cuci tangan dan lengan dengan sabun hingga ke siku dibawah air
Mengalir
21. Keringkan tangan dengan handuk DTT/Steril
22. Pakai baju dan alas kaki kamar tindakan, masker, dan kacamata
Pelindung
23. Pakai sarung tangan DTT/Steril
24. Pasien dengan posisi lithotomi, pasangkan alas bokong, sarung
kaki dan penutup perut bawah, fiksasi dengan klem kain
TINDAKAN
25. Instruksikan asisten untuk memberikan sedativa dan analgetika
melalui karet infus (Pethidin diberikan secara intramuskuler)
26. Sisihkan labium mayus kiri dan kanan ke lateral hingga muara
urethra tampak jelas. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan,
masukkan kateter hingga 0,5cm. Pindahkan telunjuk kiri ke
dinding depan vagina (dasar urethra) dorong kateter ke kandung
kemih
27. Setelah kandung kemih dikosongkan, cabut kateter, dan letakkan
di dalam wadah yang tersedia. Buka introitus vagina dengan ibu
jari dan telunjuk tangan kiri, masukkan jari telunjuk dan tengah
ke dalam lumen vagina. Pindahkan tangan kiri ke suprasimfisis
(pemeriksaan bimanual). Tentukan besar uterus dan bukaan
serviks. Setelah pemeriksaan selesai, masukkan tangan ke dalam
wadah yang berisi larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan
bekas cairan tubuh pasien, kemudian lepaskan sarung tangan
tersebut secara terbalik dan rendam dalam larutan klorin
0,5%
28. Pakai sarung tangan DTT/ steril yang baru
29. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, buka labium mayus
kanan dan kiri ke lateral sehingga introitus vagina tampak dengan
jelas, ambil spekulum Sims atau L dengan tangan kanan,
masukkan bilahnya secara vertikal, kemudian putar ke bawah
30. Ambil speculum Sims berikutnya dengan tangan kiri, masukkan

10

3
4
5
6

bilahnya secara vertical (di atas bilah spekulum bawah) kemudian


putar dan tarik keatas sehingga portio tampak dengan jelas
31. Minta asisten untuk memegang spekulum atas dan bawah,
pertahankan pada posisinya semula
32. Dengan cunam tampon, ambil kapas yang telah dibasahi dengan
larutan antiseptik kemudian bersihkan lumen vagina dan portio.
Buang kapas tersebut dalam tempat sampah yang tersedia,
kembalikan cunam ke tempat semula
33. Ambil klem ovum yang lurus, jepit bagian atas portio (perbatasan
antara kuadran atas kiri dan kanan atau pada jam 12)
34. Pegang gagang cunam dengan tangan kiri, ambil sendok kuret
pasca persalinan dengan tangan kanan, pegang diatara ibu jari
dan telunjuk (gagang sendok berada pada telapak tangan)
kemudian masukkan hingga menyentuh fundus
35. Minta asisten untuk memegang gagang klem ovum, telapak tangan
kiri menahan bagian atas fundus uteri (sehingga penolong dapat
merasakan tersentuhnya fundus oleh ujung sendok kuret)
36. Memasukkan lengkung sendok kuret, disesuaikan dengan
lengkung kavum uteri kemudian lakukan pengerokan dinding
uterus bagian depan searah jarum jam, secara sistematis.
Keluarkan jaringan plasenta (dengan sendok kuret) dari kavum
Uteri
37. Memasukkan ujung sendok sesuai dengan lengkung kavum uteri,
setelan sampai fundus, kemudian putar 180 derajat lalu bersihkan
dinding belakang uterus. Keluarkan jaringan yang ada
38. Kembalikan sendok kuret ke tempat semula, pegang kembali
gagang klem ovum dengan tangan kiri
39. Ambil kapas (dibasahi larutan antiseptik) dengan cunam tampon,
bersihkan darah dan jaringan dalam lumen vagina
40. Lepaskan jepitan klem ovum pada portio
41. Lepaskan spekulum atas dan bawah
42. Lepaskan kain penutup perut bawah, alas bokong dan sarung kaki
masukkan ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%
43. Bersihkan noda darah dan cairan tubuh dengan larutan antiseptik
DEKONTAMINASI
44. Sebelum melepas sarung tangan, kumpulkan semua instrumen dan
masukkan kedalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%
45. Kumpulkan bahan habis pakai, masukkan ke dalam tempat
sampah yang tersedia
46. Bubuhi larutan klorin 0,5% pada benda atau bagian-bagian yang
tercemar darah atau cairan tubuh pasien
47. Masukkan tangan ke dalam wadah yang berisi cairan klorin 0,5%
bersihkan sarung tangan dari darah atau cairan tubuh pasien
kemudian lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam di
dalam wadah tersebut

11

CUCI TANGAN PASKA TINDAKAN


48. Cuci tangan dan lengan (hingga siku) dengan sabun, dibawah air
yang mengalir
49. Keringkan tangan dan lengan dengan handuk/tissue yang bersih
PERAWATAN PASCA BEDAH
50. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan
beri instruksi apabila terjadi kelainan/gangguan pasca tindakan
51. Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan
pada kolom yang tersedia dalam catatan medik pasien
52. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien
(bila diperlukan pitosin drip atau pemberian obat melalui infus,
pertahankan peralatan infus. Bila keadaan umum pasien baik,
lepaskan peralatan infus)
53. Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah
selesai dan pasien masih memerlukan perawatan lanjutan
54. Bersama petugas yang akan melakukan perawatan, jelaskan
kepada pasien jenis dan lama perawatan serta laporkan pada
petugas tersebut bila ada keluhan/gangguan pasca tindakan
55. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk menjalankan instruksi
pengobatan dan perawatan dan laporkan segera bila pada
pemantauan lanjut, ditemukan perubahan-perubahan seperti yang
ditulis dalam catatan pasca tindakan

DAFTAR TILIK UNTUK KETERAMPILAN


ASPIRASI VAKUM MANUAL (AVM)
(Diisi oleh Pengajar)
No
A
B
C

Langkah
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
PASIEN, PENOLONG
PENCEGAHAN
INFEKSI
DAN
TINDAKAN

12

Kasus

PERSIAPAN

D
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13

14
15

16
17
18
19
20
21

TINDAKAN
Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan
analgetik
Bila penderita tidak dapat berkemih, lakukan kateterisasi
(lihat prosedur kateterisasi)
Setelah kandung kemih dikosongkan,lakukan pemeriksaan
bimanual. Tentukan besar uterus dan bukaan serviks.
Bersihkan dan lakukan dekontaminasi sarung tangan
dengan larutan klorin 0,5%.
Pakai sarung tangan DTT/Steril yang baru
Pasang kain penutup perut bawah, alas bokong dan sarung
kaki
Pasang spekulum Sims atau L, masukkan bilahnya secara
vertikal kemudian putar ke bawah
Pasang spekulum Sims berikutnya dengan jalan
memasukkan bilahnya secara vertikal kemudian putar dan
tarik keatas sehingga porsio tampak dengan jelas
Minta asisten untuk memegang spekulum atas dan bawah,
pertahankan pada posisinya semula
Dengan cunam tampon, ambil kapas yang telah dibasahi
dengan larutan antiseptik, kemudian bersihkan lumen
vagina dan porsio. Buang kapas tersebut dalam tempat
sampah yang tersedia, kembalikan cunam ke tempat semula
Ambil klem ovum yang lurus, jepit bagian atas porsio
(perbatasan antara kuadran atas kiri dan kanan atau pada
jam 12).
Setelah porsio terpegang baik, lepaskan spekulum atas
Pegang gagang cunam dengan tangan kiri, ambil kanula
dengan tangan kanan, pegang diantara ibu jari dan telunjuk
kemudian sambil dirotasikan, masukkan hingga menyentuh
fundus (perhatikan kedalaman kavum uteri)
Minta asisten untuk memegang gagang tenakulum,
sambungkan kanula dengan tabung AVM (Tekanan vakum
telah disiapkan sebelumnya)
Pegang kembali gagang tenakulum, buka kedua katup
kontrol (perhatikan jaringan yang terhisap) kemudian
lakukan aspirasi dengan menggerakkan kanula maju
mundur sambil dirotasikan dari kiri ke kanan atau
sebaliknya secara sistematis.
Setelah sisa konsepsi terkumpul di dalam tabung dan tandatanda kavum uteri telah bersih, lepaskan tabung dari kanula
Keluarkan sisa konsepsi dalam mangkok periksa, cabut
kanula dan masukkan tabung ke dalam wadah yang tersedia
Ambil kapas (dibasahi larutan antiseptik) dengan cunam
tampon, bersihkan darah dan jaringan pada lumen vagina
Lepaskan jepitan klem ovum pada porsio
Lepaskan spekulum bawah
Lepaskan kain penutup perut bawah, alas bokong dan
sarung kaki masukkan ke dalam wadah yang berisi larutan

13

22
E
F
G

klorin 0,5%
Bersihkan cemaran darah dan cairan tubuh dengan larutan
antiseptik
DEKONTAMINASI
CUCI TANGAN PASCA TINDAKAN
PERAWATAN PASCA TINDAKAN

2.5. Komplikasi Tindakan Kuretase


2.5.1. Perforasi Uterus
Kuretase memungkinkan terjadinya perforasi uterus. Hal itu bisa
terjadi karena pada saat hamil, dinding rahim sangat lunak, sehingga
berisiko tinggi untuk terjadinya lubang akibat pengerokan sisa-sisa
jaringan.
Risiko terjadinya lubang pada rahim semakin besar bila kuretase
dilakukam pada ibu yang hamil anggur. Sebab, ada tahapan yang harus
dilakukan sebelum sampai pada tindakan keretase. Pada hamil anggur,
perut ibu biasanya cukup besar. Usia tiga bulan saja biasanya sudah seperti
enam bulan. Karena itu, sebelum kuretase dilakukan, dokter akan
mengevakuasi posisi kehamilan menggunakan vacum lebih dulu, baru
mengerok menggunakan sendok tajam untuk mengeluarkan sisa-sisa
jaringan. 10
2.5.2. Infeksi
Tindakan kuretase memungkinkan terjadinya infeksi, akibat adanya
perlukaan. Tapi, dengan pengobatan yang tepat, infeksi itu biasanya cepat
sembuh. 10
2.5.3. Sindrom Asherman
Sindrom Asherman adalah terjadinya perlekatan pada lapisan dinding
dalam rahim. Karena lengket, jaringan selaput lendir rahim tidak terbentuk
lagi. Akibatnya, pasien tidak mengalami haid. Ini memang bisa terjadi,
karena selaput lendir rahim terkikis habis saat tindakan kuretase. Tapi hal
itu masih bisa diatasi dengan pemberian obat, sehingga pasien bisa haid
kembali. 10
2.5.4. Mual dan pusing
Mual dan pusing bisa terjadi akibat pembiusan yang dilakukan. Tapi, kalau
muntah pada saat pasien sedang tidak sadar diri, hal itu perlu diwaspadai. 10
2.5.5. Nyeri

14

Rasa nyeri, terutama di perut bagian bawah, bisa timbul setelah tindakan
kuretase dilakukan. Untuk menguranginya, dokter biasanya akan
memberikan obat-obatan pereda nyeri. Dan biasanya akan cepat hilang. 10
2.6.

Teknik Pengeluaran Jaringan


Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan

dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan


kuretase. 11
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90 untuk
melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang
bisa masuk
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun
kuret.

BAB III
KESIMPULAN

1. Kuretase merupakan upaya untuk menyembuhkan rahim dari suatu

gangguan tertentu atau untuk pemeriksaan terhadap lapisan dalam rahim.

15

2. Tujuan kuretase dilakukan untuk diagnostik dan terapeutik. Tujuan

diagnostik dapat berupa pengambilan sampel pemeriksaan histologik, dan


terapeutik dapat berupa pengangan pada abortus inkomplit.
3. Indikasi kuretase adalah abortus inkomplit, sisa plasenta, sisa persalinan seperti
sisa plasenta dan sisa ketuban serta pengambilan sampel untuk pemeriksaan
histologik.
4. Terdapat 2 jenis kuretase yaitu kuretase besi dan kuretase vakum. Kuretase besi
menggunakan sendok kuret sedangkan kuretase vakum menggunakan alat vakum.
5. Komplikasi tindakan kuretase dapat berupa perforasi uterus, infeksi, perdarahan,
sindrom asherman, dan rasa nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Buku Ajar Ilmu Kebidanan


2. World Health Organization. 1998. Unsafe Abortion: Global and Regional
Estimates of Incidence of and Mortality due to Unsafe Abortion with a Listing
of Available Country Data. Third Edition. Geneva: Division of Reproductive
Health (Technical Support) WHO.

16

3. Dilation and sharp curettage (D&C) for abortion". Women's Health. WebMD.
2004-10-07. Retrieved 2007-04-29.
4. Friedler S, Margalioth EJ, Kafka I, Yaffe H. 1993. "Incidence of post-abortion
intra-uterine adhesions evaluated by hysteroscopy--a prospective study".
Hum. Reprod. 8 (3): 4424.
5. Saifuddin, A. B., dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
6. Taber, B. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:
EGC.
7. Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
8. Manjoer, A., dkk. Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media
Aesculapius, Jakarta : 2002.
9. Saifuddin, AB. Dkk. 1997. Modul Safe Motherhood dalam Kurikulum Inti
Pendidikan Dokter di Indonesia. Jakarta: Konsorsium Ilmu Kesehatan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Kesehatan dan
World Health Organization.
10. Reyes, John. 2012. Complication of Dilatation and Curettage. PubMed. 9
(3):237 1
11. Brown, Grease. 2009. Sectio caesaria and curretage. Hum. Reprod. 6
(2): 2124.

17

Anda mungkin juga menyukai