Anda di halaman 1dari 83

A.

Penyajian Data Fokus Penelitian


1. Strategi Pemerintah Daerah Kota Batu dalam Pemberdayaan UMKM Batik
Berbasis Potensi Lokal
UMKM Batik merupakan salah satu produk usaha di Kota Batu yang masih perlu adanya
bantuan dari Pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas usahanya. Hal tersebut
mengingat UMKM Batik masih belum berkembang pesat seperti UMKM yang lain. Mengatasi
permasalahan ini, Pemerintah daerah Kota Batu, yakni dari Dinas Koperasi UKM Perindustrian
dan Perdagangan telah mendirikan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) sebagai strategi untuk
mengatasi permasalahan UMKM dan industri kecil didaerahnya daerahnya. PLUT ini sama
halnya dengan pusat layanan usaha pada umumnya, dimana ada UMKM yang memerlukan
pelayanan, maka PLUT UMKM bersedia memberikan pelayanannya. Petugas PLUT yang
merupakan pemerintah daerahnya itu sendiri menyediakan pelayanan pemberdayaan dan
konsultasi bagi seluruh masyarakat yang akan berwirausaha maupun masyarakat yang sedang
menjalankan UMKM, sehingga bukan hanya berperan untuk mengatasi masalah UMKM, tetapi
juga berperan dalam memberdayakan masyarakat. Kesediaan pelayanan pemberdayaan
masyarakat diberikan kepada masyarakat di beberapa daerah di Kota Batu melalui kegiatan
seminar dengan mendatangi secara langsung daerah tersebut, dimana pemerintah daerah bekerja
sama dengan actor lain seperti dinas provinsi Jawa Timur yang akan mengundang narasumber
untuk memberikan pelatihan tentang wirausaha dan pelatihan membatik. Hal ini terbukti dengan
pernyataan Joko Purwanto Staf bidang UKM berikut ini
Kalau masalah ngasih pelatihan kita datangkan mentor yang ahli dibidangnya Mas dari
provinsi dan kita juga kerjasama dengan dinas UMKM provinsi bekerja sama untuk
memberikan fasilitas kepada pesertanya dan untuk pelatih nya kita berikan kepada yang
sudah berwirausaha batik cukup lama Dan kita pun dalam mengadakan pelatihan tidak bisa
rutin Ya karena memang anggaran terbatas tapi kita akan memantau Apakah memang usaha

mereka dilanjutkan atau nggak (Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Januari 2016
pukul 11.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Strategi pemberdayaan UMKM adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah
daerah Kota Batu yang terkait, seperti Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan
beserta pihak lain untuk memberdayakan UMKM batik melalui strategi-strategi pemberdayaan
UMKM. Strategi pemerintah daerah Kota Batu tertuang dalam Peraturan Walikota Batu Nomor
46 Tahun 2013 tentang Penjabaran Fungsi dan Tugas Diskoperindag. Adapun selain PLUT.
Pemerintah juga menjalankan berbagai strategi pemberdayaan dengan cara pengembangan usaha,
kemitraan, pemberdayaan, dan koordinasi dan pengendalian. Berikut ini adalah strategi
pemberdayaan UMKM batik oleh pemerintah daerah Kota Batu:
A. Akses Modal
Upaya pemerintah daerah Kota Batu untuk memberdayakan masyarakat yang sedang
menjalankan usaha batik dengan memberikan akses modal. Terdapat beberapa sumber modal
yang digali yang diupayakan oleh pemerintah daerah Kota Batu. Seperti yang diutarakan oleh
Bapak Jacob kepala bidang koperasi Diskoperindag Batu :
Kita berikan pinjaman modal dengan bunga yang lunak, dan kita juga memberikan dana
usaha atau hibah, hibah itu diperuntukan untuk semua pengusaha baik yang besar ataupun
yang merintis hibah itu lebih spesifik namanya LPDB (Lembaga Pembiayaan Dana
Bergulir). Di batu ini sudah ada beberapa usaha yang sudah memanfaatkan fasilitas itu
(Wawancara dilakukan pada tanggal 21 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor
Diskoperindag Batu).
Hal tersebut juga senada dengan yang diungkapkan oleh Ibu Menita Kepala Bidang UKM
Diskoperindag Batu yang menyatakan bahwa pembatik juga mendapatkan bantuan modal dari
sumber lain
Taun ini yang saya tahu dan sudah pasti pembatik itu sudah mendapatka bantuan modal
dari Bank Indonesia, jadi bank Indonesia saat itu datang ke kita, meminta data jumlah
pembatik di kota batu untuk diundang untuk pembinaan dan pastinya pelatihan tersebut di
Surabaya ya, jadi batu, malang gitu kan ga ada jadi adanya di Surabaya. (Wawancara

dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag
Batu).
Jadi pemerintah daerah Kota Batu berupaya mencari sumber modal untuk
menggembangkan usaha batik dan mencoba memanfaatkan bantuan dari anggaran yang sudah
digulirkan yaitu Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir (LPDB). Pelaku usaha batik pun harus
dapat memanfaatkan modal tersebut. Adapun modal yang diperoleh melalui Bank Indonesia
sependapat dengan pak Iwan Pemilik toko batik Olive :
Kalau dari segi permodalan itu awal-awal pasti dikasih dari pemda yang saya tau ada
LPDB dan KUR dengan perbankan yang paling sering itu sama Bank Indonesia tapi bukan
berupa uang melainkan pelatihan selain itu Bank Indonesia melihat potensi batik lalu
dikasih pelatihan entah itu kita dibantu sekedar bikin desain batik ,kita diajukan sebagai
Mitra binaan dalam bentuk modal dan terkadang pelatihan pun iya (Wawancara dilakukan
pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 10.00 bertempat di Griya Batik Olive)
Namun tidak semua pembatik di Kota Batu mengandalkan bantuan permodalan dari
pemerintah saja, mereka juga berupaya secara mandiri mencari permodalan seperti yang di
jelaskan oleh pak Agung Kepala seksi bidang UKM :
Kebanyakan pembatik itu masih memakai Modal sendiri namun yang sudah pasti Pak
Iwan itu sudah menikmati CSR dari Garuda sama BI modal memang membutuhkan tapi
tidak pokok Jadi kalau memang ada yang butuh modal kita Arahkan ke CSR tapi itu
tergantung dari mereka jika modal yang banyak sdm-nya tidak siap seperti apa nantinya
pun mereka akan kesulitan mengelolanya jadi modal itulah nomor sekian. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 2 February 2016 pukul 10.00 bertempat di Kantor Diskoperindag
Batu)
Jadi pemerintah daerah Kota Batu memberi arahan kepada seluruh pelaku UMKM batik
untuk mengakses dana dari sumber-sumber permodalan tersebut dengan di manfaatkan
semaksimal mungkin dan memberikan pengarahan tentang persyaratan-persyaratan yang harus
dipenuhi selain itu pemerintah daerah juga menghimbau untuk pebatik meningkatkan kreativitas
karyanya untuk bersaing di pasar baik regional maupun nasional untuk dapat memberikan
jaminan permodalan usahanya.

Hasil penelitian di lapangan menunjukan bahwa, UMKM batik di Kota Batu disediakan
oleh pemerintah daerah bantuan untuk mengakses dana ke beberapa sumber permodalan yang
bekerjsama dengan pihak lain baik itu BUMN ataupun swasta melalui program CSR (Corporate
Social Responsbility), dan hibah dari pemerintah daerah Kota Batu. Bentuk permodalan yang
diberikan selain dana usaha yaitu inventarisasi membatik ini penting karena untuk membatik
diperlukan alat yang tidak mudah. Peneliti meneliti terkait bentuk akses modal yang diterima
pebatik merupakan alat membatik yang dihibahkan oleh Pemerintah Daerah untuk menjalankan
usaha kerajinan batiknya. Menurut Pak Cuk Waluyo bantuan yang diperoleh untuk toko batik
Raden Wijaya adalah alat-alat membatik:
Kalau bantuan modal Saya rasa baru alat-alat atau inventarisasi dari pemerintah
daerah bantuan untuk nglorot dan karo sing gae ngudang iku lo mas istilahnya kaya
stenlis(kalau bantuan modal saya rasa baru alat-alat atau inventarisasi dari pemerintah
daerah bantuan berupa alat untuk nglorot (tahap akhir membatik) dengan sesuatu untuk
membuat ngudang (alat membatik yang terbuat dari stainless steel) semacam itu mas)
(Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016 pukul 12.00 bertempat Galeri Batik
Raden Wijaya Batu)
Batik Anjani pun pernah di fasilitasi bantuan dari Pemerintah Daerah yaitu berupa alat-alat
membatik :
Lek modal yo mas aku alat utowo bahan ngono karo sing sering iku pelatihan pelatihan
karo di elokne pameran-pameran batik bu wali kui sing kerep nang gonku mas
(Kalau modal saya diberikan alat atau bahan untuk membatik sama yang sering itu
pelatihan-pelatihan dan diikutsertakan pada pameran-pameran batik, bu walikota yang
menjadi langganan saya). (Wawancara dilakukan pada tanggal 7 February 2016 pukul
15.00 bertempat di Kediaman Bu Anjani)
Akses modal berupa alat membatik pun diperkuat oleh pendapat Pak Sumari pebatik asal
Kecamatan Bumiaji :
Kalau permodalan sisitemnya disini itu berupa alat membatik, kita ajukan proposal ke
pemda lalu di setujui dan kita sering dikirimi alat. Alat yang di berikan pun berupa alat
membatik seperti kompor, canting, buat nglorot juga ada. Memang dulu pas saya belum
punya tempat kerja sendiri saya sering didiatngi pemerintah ya pak agung sama pak joko
itu diminta untuk segera mengajukan proposal biar di berikan permodalan, itu terus saya

inisiatif yah mau bikin usaha ya udah akhirnya bikin usaha mbatik ini. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 29 Januari 2016 pukul 11.30 bertempat di Sanggar Semar)
Terdapat hubungan kerjasama antara pelaku UMKM batik dengan pemerintah daerah Kota
Batu. Bagi pemerintah daerah Kota Batu, UMKM batik merupakan sarana untuk menumbuhkan
perekonomian masyarakat, sehingga masyarakat memiliki kemampuan secara finansial dan
menyediakan lapangan pekerjaan yang merata di beberapa wilayah di Kota Batu serta sarana
untuk mengembangkan potensi lokal melalui pengembangan eksistensi batik. Sedangkan bagi
pelaku UMKM batik yang merupakan pelestari budaya, harus di berikan fasilitas oleh
pemerintah daerah Kota Batu untuk memfasilitasi usaha mereka supaya menjadi penyalur akses
modal yang lebih mudah dimengerti dan bisa diterima oleh masyarakat.

B. Pengembangan Sumberdaya Manusia


Upaya pemerintah daerah Kota Batu untuk memberdayakan masyarakat dilakukan dengan
memberikan pelatihan batik kepada masyarakat. Masyarakat dalam hal ini adalah pelaku UMKM
batik, agar mereka memiliki pengetahuan yang baru sehingga mereka memiliki kemampuan
untuk mengembangan inovasi terhadap produk mereka dan mengembangkan usaha mereka.
Adapun dari hasil penelitian di lapangan, pemerintah daerah Kota Batu telah mengupayakan
pelatihan pewarnaan alam bagi pelaku UMKM batik.
Pelatihan pewarnaan alam merupakan pelatihan dalam hal teknik industri, oleh karena itu
pelaksana pelatihan ini dilaksanakan oleh Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan
Kota Batu. Petugas Dinas mengadakan pelatihan ini dengan mendatangkan salah satu anggota
dari Balai Batik Solo yang ahli dalam teknik perwarnaan alam bagi industri batik. Anggota dari
Balai Batik Solo tersebut merupakan pelatih yang bertugas memberikan pelatihan dengan
membina dan mengarahkan pelaku UMKM batik Batu tentang pewarnaan alam kain batik.

Penyelenggaraan kegiatan pelatihan pewarnaan alam yang ditujukan kepada pelaku


UMKM batik dilakukan dengan mengundang pelaku UMKM batik dan kemudian pada saat
kegiatan berlangsung pelaku UMKM batik diberikan pembinaan oleh pelatih yang didatangkan
dari Solo. Menurut pernyataan Bu Menita selaku Kepala Bidang UKM Diskoperindag Batu
Nah menurut saya, sumberdaya organisasi ini banyak sekali, hanya yang jelas kita akan
terus memberikan pelatihan terhadap peningkatan kualitas produknya untuk terus
mengemangkan dan menitikberatkan pada paguyban atau perkumpulan kaya koperasi gitu.
Selain itu pelatihan yang difokuskan disini adalah pelatihan pewarnaan karena untuk
mampu bersaing dengan pembatik lain, itu si pembatik harus memiliki cirri khas, cirri khas
tersebut ialah warna pada pembatik itu sendiri, di Batu ini motif warnanya lebih gelap tapi
ada juga yang motif cerah itu punya nya Raden Wijaya, dan kemarin pelatihannya kita
datangkan ahlinya yang memang asli dari daerah industri batik dari Solo. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag
Batu).
Pak Iwan selaku pemilik batik Olive, salah satu UMKM batik di Kota Batu yang mengikuti
pelatihan pewarnaan alam mengaku bahwa:
Nah menurut saya, sumberdaya organisasi ini banyak sekali, hanya yang jelas kita akan
terus memberikan pelatihan terhadap peningkatan kualitas produknya untuk terus
mengemangkan dan menitikberatkan pada paguyban atau perkumpulan kaya koperasi gitu.
Selain itu pelatihan yang difokuskan disini adalah pelatihan pewarnaan karena untuk
mampu bersaing dengan pembatik lain, itu si pembatik harus memiliki cirri khas, cirri khas
tersebut ialah warna pada pembatik itu sendiri, di Batu ini motif warnanya lebih gelap tapi
ada juga yang motif cerah itu punya nya Raden Wijaya, dan kemarin pelatihannya kita
datangkan ahlinya yang memang asli dari daerah industry batik dari Solo, di samping itu
produk mereka kita pasar di pusat oleh-oleh dan UKM Batu ya di PLUT Batu itu.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 10.00 bertempat di Griya Batik
Olive)
Kemudian menurut Pak Sumari selaku pemilik Batik Sumari juga mengaku bahwa:
Dulu pernah, berupa pewarnaan, terus pelatihan batik cap itu, kemudian pelatihan design
gitu, design bikin batik yang ntar di bikin jadi baju nanti motif nya cocok apa engga, sampe
kapanpun ada model baju baru yang bentuknya bulat ya kita ikuti terus perkembangannya
supaya bisa bersaing dengan pasar (Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Januari 2016
pukul 11.30 bertempat di Batik Sanggar Semar)
Pernyataan tentang pelatihan membatik juga diutarakan oleh Pak Cuk Waluyo pembatik Raden
Wijaya, dimana Pak Cuk Waluyo menyatakan bahwa:

Terutama Disperindag itu sering ke sini memberi pelatihan ibu-ibu PKK dan memang
tempatnya di sini, dan yang lebih sulit itu nyanting buat disainnya, Ya mulai awal dari kain
putih gitu gambar gambarnya sekarang dan mungkin Jadinya besok atau kapan karena
memang proses membatik itu lama Mas nah selebihnya kan kembali kepada mereka
mereka sendiri yang nanti menghafalkan proses pembuatannya kayaknya (Wawancara
dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016 pukul 12.00 bertempat di Galeri Batik Raden
Wijaya Batu)
Pelatihan dengan pewarnaan pun pernah di rasakan oleh Bu Anjani, Pemilik usaha Batik Anjani,
dimana Bu Anjani mengakui bahwa :
Yo karo ibuk itu kerep diajak nang balaikota lah dielkno pelatihan karo pameranpameran, lak pelatihane iku aku rasa sing sering iku disain karo warna alam, koyok batu
itu kan hiaju identik dengan warna hijau jadi saya dlu sama teman-teman ngono di ajak
sama ibuk ke sanggar di latih
(bersama ibu walikota diajak ke balaikota diikutkan pelatihan dengan pameran-pameran,
kalau pelatihan itu saya rasa yang paling sering itu disain sama pewarnaan alam, seperti di
Batu itu identik dengan warna hijau jadi saya sama teman-teman gitu di ajak sama ibu wali
ke sanggar untuk di ajak pelatihan) (Wawancara dilakukan pada tanggal 7 February 2016
pukul 15.00 bertempat di Kediaman Bu Anjani)
Dari hasil penelitian di lapangan selain dengan mengadakan pelatihan Pemerintah daerah
juga memaksimalkan peran dari Pusat Layanan Usaha Terpadu atau (PLUT) dimana PLUT
menjadi sarana pelaku usaha di Batu termasuk pengusaha Batik untuk menembangakan lagi
usahanya. Adapaun pernyataan dari Bapak Joko selaku staf bidang UKM adalah
Ya nganu mas Memberikan pelatihan itu, kita adakan pelatihan batik kerjasama dengan
dinas provinsi,dan kita juga ada program PLUT itu tujuannya untuk memberdayakan
pembatik dengan usaha lain dengan cara diberikan konseling untuk pebisnis baru dan juga
kadang dipasarkannya ya lewat PLUT itu, tapi kalau khsus untuk pemasarannya kita ikut
kan di pameran kalau Iya kalo batik yang besar kaya Iwan itu Ya kita hanya pantau saja
(Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor
Diskoperindag Batu)
Keberadaan PLUT juga sangat disambut baik oleh pengusah termasuk pengusaha batik,
karena dengan adanya Pusat Layanan Usaha Terbadu Pembatik di Kota Batu bisa melakukan
konseling tentang bagaimana menjalankan usaha, ini sangat penting mengingat untuk memulai
usaha tidaklah mudah. Arus globalisasi tentunya akan mengancam industry kecil, jiika tidak ada

wadah untuk menaungi industry kecil ini bukan tidak mungkin Kota Batu akan kehilangan
sentuhan pengrajin batiknya karena terhimpit oleh industry yang memakai mesin. Adapun PLUT
hadir di Kota Batu guna memberikan pelayanan kepada masyarakat Batu yang ingin
berwirausaha. Keberadaan PLUT sangat membantu pengusaha batik di Batu, seperti yang
diungkapkan Pak Iwan pemilik Batik Olive:
Kalau menurut saya PLUT itu sangat membantu sekali Katakanlah bagi masyarakat awam
yang ingin berwirausaha mereka di dikumpulkan untuk dilatih diberi masukan tentang
wirausaha gratis lagi untuk perizinannya pun diberikan fasilitas yang gratis jadi tinggal
datang ikut pelatihan dan pelatihannya pun macam-macam ada pelatihan packaging ada
pelatihan tentang marketing jadi variatif. (Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Januari
2016 pukul 10.00 bertempat di Griya Batik Olive)
Selain Batik Olive, pengusaha batik lain yang merasakan kebermanfaatan adanya PLUT ini
adalah Pak Sumari, Pak Sumari mengaku :
Sebetulnya memang membantu, namun koordinasinya itu lebih ke tempat pariwisata, jadi
untuk industri kerajinan hanya sebagai pusat untuk oleh-oleh dan di pamerkannya disana,
tapi menurut saya jadi lebih enak soalnya ada travel gitu, setelah nganter tamu ya tinggal
cari oleh-oleh ya ke PLUT itu , saya juga ga tau kenapa supir-supir travel itu lebih
mengarahkannya ke PLUT ketimbang ke tokonya langsung (Wawancara dilakukan pada
tanggal 29 Januari 2016 pukul 11.30 bertempat di Galeri Batik Sanggar Semar)
Selain batik sumari dan batik Olive, Batik Raden Wijaya pun menjadi salah satu mitra binaan
PLUT, bapak Cuk Waluyo menjelaskan :
Ya saya tahu itu saya juga sudah gabung kok sama mereka, saya dan teman-teman disini
juga salah satu mitra binaannya PLUT, ya menurut saya sangat membantu sekali adanya
PLUT itu, dan sedikit banyak dapat mengurangi angka pengangguran di Batu. Tapi PLUT
itu bukan batik aja yang di pamerkan ada industry yang lainnya juga, nah menurut saya
perlu di kasih galeri atau sanggar khusus buat pembatik jadi terpusat seperti itu.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016 pukul 12.00 bertempat di Galeri Batik
Raden Wijaya Batu)
Pemerintah daerah Kota Batu dalam mengembangkan sumberdaya organisasi juga
memberikan akses modal berupa pinjaman koperasi. Apabila suatu lembaga usaha yang sudah
beradan hukum akan di fasilitasi dana usaha oleh Dinas Koperasi UKM Perindustrian, dan

Perdagangan Kota Batu. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Jacob selaku kepala Bidang
Koperasi :
Begini, kita sangat mengapresiasi pelaku usaha di batu ini salah satunya batik, karena
meskipun belum banyak di batu, namun setiap tahunnya selalu ada pembatik baru yang
muncul dan siap berwirausaha. Kenapa bisa seperti itu? Karena bidang UMKM dan
Koperasi dan di bantu SKPD lain memberdayakan industry kerajinan ini. Apabila bidang
UMKM bentuk pemberdayaannya melalui pelatihan dan promosi, bidang saya melakukan
pemberdayaannya melalui bantuan modal. Contohnya apabila sebuah umkm telah memiliki
legalitas dan ijin usaha, dihimbau untuk membentuk koperasi, mengapa? Karena koperasi
akan lebih mudah membantu dalam hal permodalan, bisa simpan pinjam. Karena seperti
yang saya bilan tadi prinsip koperasi itu dari rakyat, untuk rakyat. jadi seperti itu, dan juga
modal kerja, bantuan kemitraan, atau fasilitas lain itu kita berikan kepada mereka secara
mudah asal mereka memiliki legalitas yang kuat dan terdaftardi diskoperindag
(Wawancara dilakukan pada tanggal 21 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor
Diskoperindag Batu)
Pemberian modal baik itu dana usaha maupun fasilitas Pemerintah Kota Batu berharap akan
muncul pengusah-pengusaha baru yang ahli di bidang batik, dan sekaligus akan mengurangi
angka pengangguran Kota Batu. Pemerintah daerah Kota Batu berharap agar pelaku UMKM
batik di Batu akan memiliki pengetahuan baru yang sebelumnya belum dimiliki. Namun adanya
galeri untuk menjual batik akan sangat

membantu mengingat pesanan untuk batik selalu

meningkat, Hal ini dibenarkan oleh salah satu UMKM batik Batu yaitu Ibu Anjani pemilik batik
Bantengan Anjani :
Pesanane makin banyak, tapi terbatasnya ga ada galeri jadine, jadi lak pengen beli
langsung kesini ae, jadi ga tau produksi masal. Habis produksi gitu dua hari pasti ilang
kebeli, gitu terus, memang sih ada PLUT tapi nde kono ga batik ku tok sing di pasarne,
tapi bagi aku kurang mas soale lak kadunng okeh pesenane yo aku gawene kudu akeh.
(pesanan makin banyak, tapi dikarenakan tidak adanya galeri, jadinya kalau pengen beli
langsung kesini saja (rumah bu anjani) jadi tidak pernah produksi masal. Dua atau tiga hari
setelah produksi itu sudah ludes terjual, seperti it uterus menerus, memang ada PLUT tapi
di sana bukan Cuma batik saya saja yang dipasarkan). (Wawancara dilakukan pada tanggal
7 February 2016 pukul 15.00 bertempat di Kediaman Bu Anjani)
Tujuan dari pemerintah daerah Kota Batu memberikan pelatihan dengan strategi
mendatangkan Pelatih yang ahli di bidang batik, dan menyediakan layanan khusus bagi
pengusaha adalah untuk meningkatkan kemampuan pelaku UMKM batik. Pelaku UMKM yang

dianggap memiliki kemampuan dari segi pengolahan batik dan manajemen usaha nantinya
diminta tolong oleh pemerintah daerah untuk bisa membagikan ilmunya kepada masyarakat yang
bukan pelaku UMKM batik dalam rangka memberdayakan masyarakat di wilayahnya. Seperti
berikut ini dokumentasi ketika pemerintah daerah melakukan pelatihan dan pembinaan kepada
masyarakat dan pembatik di Batu

Gambar 5, Pembinaan dan Pelatihan membatik bagi masyarakat Kota Batu


Sumber : Dokumentasi Diskoperindag Batu, 2015
Pelatihan dan pembinaan terhadap pembatik juga dilakukan dengan seminar mengenai bahasan
memanajemen usaha dan arahan menjalankan usaha batik, seminar yang paling di rutinkan
adalah membuat motif dan disain batik, tujuannya untuk mencirikan bahwa batik yang di buat
adalah batik dengan corak khas Kota Batu

Gambar 6. Pemberian pelatihan motif design dan pewarnaan


Sumber : Dokumentasi Diskoperindag Kota Batu, 2015
Pemberian fasilitas yaitu tempat usaha juga menjadi upaya dari Dinas Koperasi UKM
Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu, guna menunjang sumberdaya manusia yang
berkualitas tentunya harus ditunjang dengan fasilitas yang memadai. Salah satu pembatik di Kota
Batu yaitu bapak Sumari mengaku mendapatkan bantuan modal berupa tempat untuk membatik.
Observasi yang dilakukan peneliti dilapangan menemukan bahwa usaha batik Pak Sumari
memang sudah di berikan fasilitas berupa tempat atau lokasi untuk membatik, menurut Pak
Sumari :
Sebenarnya yang sangat menunjang itu tempat, jadi lokasi membatik itu memerlukan
tempat yang luas karena kalo ada pesanan yang banyak itu biasane sampe 70 iku butuh
tempat yang luas, kalo yang segini gini itu kadag ga cukup di pakek mbeber batik sampe
70 itu. Jadi sebenernya yang paling penting itu tempat. Nah kebetulan disini juga pernah
di bantu oleh dinas saya diberikan tempat untuk membatik, jadi tempatnya dua untuk
nglorot sendiri untuk majang yo sendiri. (Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Januari
2016 pukul 11.30 bertempat di Sanggar Semar)

Gambar 7. Sanggar batik Semar milik Batik Sumari yang di berikan oleh pemerintah Daerah
Sumber : Hasil Dokumentasi, 2015

Pelatihan manajemen yang berupa seminar diadakan oleh Dinas Koperasi UKM
Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu. Sasaran pelatihan manajemen tersebut adalah semua
masyarakat baik masyarakat yang belum berwirausaha maupun bagi masyarakat yang sedang
menjalankan usaha. Semua perlengkapan seminar seperti konsumsi, peralatan audio, serta
pemateri sebagai narasumber disediakan dan didanai oleh pemerintah daerah. Selain itu
pemberian fasilitas berupa Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) dan pemberian fasilitas yang
berupa hibah dari pemerintah daerah terhadap masyarakat memang sangat membantu bagi upaya
pengembangan sumberdaya manusianya yaitu pengusaha batik itu sendiri. Namun penerapannya
haruslah merata dan tepat sasaran.
C.

Kemitraan
Sebagai upaya pemberdayaan UMKM batik pemerintah daerah Kota Batu telah menjalin

kemitraan dengan pihak lain. Pihak lain dalam hal kemitraan ini adalah perusahaan swasta yang
sudah memiliki asset yang besar yaitu Bank Indonesia, PT Telkom, Garuda Indonesia dan juga
bekerja sama dengan Dinas Provinsi Jawa Timur. Kemitraan ini bermaksut untuk
mengembangkan usaha kecil yang baru merintis, seperti yang diungkapkan oleh Pak Iwan
pemilik Batik Olive :
kalo mitra binaan yang aku tahu sini itu pernah dibantu sama Bank Indonesia jadi Bank
Indonesia memberikan pelatihan gratis, banyak pesertanya mayoritas dari masyarakat Batu
juga yang kerja disini juga ikutan, itu tahun 2012, lalu yan sekarang ini yang udah
menggandeng dengan batik olive itu Garuda Indonesia sama Telkom (Wawancara
dilakukan pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 10.00 bertempat di Griya Batik Olive)
Bapak Agung selaku Kepala Seksi Bidang UKM Dinas Koperasi UKM perindustrian dan
Perdagangan Kota Batu juga membenarkan bahwa Bank Indonesia dan Beberapa perusahaan
swasta pernah melakukan kemitraan dengan program pemberdayaan ini, dan bentuk

kemitraannya pun bukan hanya pameran melainkan juga pelatihan membatik bagi masyarakat
Kota Batu, seperti yang dikutip pada wawancara dengan Bapak Agung :
Kalau kemitraan Setahu saya Pembatik di Batu sudah bermitra sama BUMN sedangkan
untuk perbankan lebih banyak membantu dalam hal KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari Bank
BRI dan Bank Jatim, pembatik juga sering melakukan kemitraan dengan BUMN dalam
bentuk mengadakan pameran-pameran salah satunya adalah Batik Olive yang memang
sering mengadakan pameran pameran yang disponsori oleh Garuda Indonesia atau Telkom.
Dan tahun lalu dinas juga mengadakan kemitraan dengan Bank Indonesia untuk
mengadakan pameran serta pelatihan kadang juga melalui promosi Bank Indonesia
mengadakan pembinaan terhadap membatik rutin setiap bulannya, ke semua pembatik
bukan pak iwan saja. Disamping itu pembatik di Kota Batu kita ikutkan pelatihan membatik
dan bermitra dengan Sanggar Batik di Solo dan Batik Sundari dari Gersik. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 8 Februari 2016 pukul 10.00 bertempat di Kantor Diskoperindag
Batu)
Dari hasil wawancara dengan bapak Agung dapat disimpulkan bahwa program yang
dilakukan oleh pemerintah untuk memberdayakan UMKM Batik bermitra dengan pelaku usaha
sesama batik yang memiliki pengalaman lebih lama. Program ini juga dimaksutkan untuk
memberikan pelatihan kepada masyarakat bahwa membatik tidak mudah dan memerlukan
kesabaran serta ketelitian. Bentuk kemitraan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah pun bukan
hanya pelatihan saja, Pemerintah Daerah juga bekerjasama dengan pihak lain untuk melakukan
pameran dan pelatihan di Kota Batu salah satunya adalah pelatihan yang dilakukan oleh Bank
Indonesia kepada masyarakat Kota Batu yaitu pada ibu Pembinaan Kesejahteran Keluarga
(PKK). Adapun hasil dokumentasi pada saat pelatihan seperti gambar di bawah ini :

Gambar 8. Pelatihan Batik Tulis pada ibu PKK yang digagas oleh Bank Indonesia
Sumber : Hasil dokumentasi, 2015
Selain strategi kemitraan yang dibangun antara pemerintah daerah Kota Batu dengan
berbagai pihak yang dijelaskan di atas, strategi kemitraan juga terjalin di antara para pelaku
UMKM Batu dengan Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan itu sendiri. Menurut
hasil penelitian, kemitraan atau kerjasama yang terbentuk antara pelaku UMKM batik Batu
dengan dinas adalah Diskoperindag telah menyediakan sarana untuk memasarkan hasil karya
pembatik di Kota Batu dengan di pasarkan di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT). PLUT
memang program Pemerintah Daerah untuk mamasarkan produk hasil olahan di Kota Batu
bukan hanya Batik saja, seperti yang dikutip pada wawancara dengan Ibu Menita Kepala Bidang
UKM, Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu:
Jadi dengan adanya program yang dijalankan pemerintah sebagai upaya pemberdayaan kita
membentuk yah, koordianator nya pak Agung langsung, jadi di PLUT sendiri disediakan
sarana untuk memasarkan batik, supaya lebih enak juga disediakan industry olahan lain
selain batik yan dijual disana bagi saya ini akan sangat membantu program pengembangan
usaha kecil yah kita juga memiliki konsultan wirausaha yang bertugas memberikan sharing
untuk berwirausaha dan konsultan bisnis kita ajarkan bukan hanya pembatik saja, namun
segala jenis usaha yang ada di PLUT. (Wawancara dilakukan pada tanggal 8 Februari 2016
pukul 11.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Sedangkan tujuan didirikanya PLUT menurut Pak Agung selaku Kepala Seksi Bidang UKM
Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu bahwa sekaligus sebagai
koordinator PLUT UMKM Batu:

Kita sangat mengapresasi masyarakat Batu jadi kita sediakan fasilitas untuk menunjang
salah satuna PLUT itu. Mereka bisa menjual produknya disana yang jelas juga disana ukan
hanya pameran batik saja, semua produk olahan bisa di pasarkan di PLUT, memang sampe
saat ini itu merupakan hasil dari program Dinas, yang bertujuan untuk mengapresiasi para
pengusaha di Kota Wisata Batu ini. (Wawancara dilakukan pada tanggal 8 Februari 2016
pukul 10.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Jadi, dari kedua pernyataan dari Bu Menita dan Pak Agung di atas dapat disimpulkan bahwa
program pemerintah untuk memberdayakan UMKM Batik adalah memanfaatkan strategi
pemasaran dengan adanya PLUT. PLUT adalah asosiasi atau kelompok para pelaku UMKM
yang bergerak di bidang aksesoris, kerajinan tangan, kaos, batik, dan makanan olahan khas Batu.
PLUT dibentuk pada tahun 2011 oleh Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan yang
tujuannya adalah untuk mempermudah proses komunikasi antar sesama pelaku UMKM Batu dan
untuk mengapresiasi hasil usaha dengan cara memasarkan produknya serta dengan dibentuknya
PLUT pemrintah dapat memberikan pelatihan tentang kewiarusahaan karena menggandeng
perusahaan konsultan bisnis sebagai penasehat bisnis di PLUT.
Data yang ditemui dari hasil wawancara terlihat bahwa pemerintah daerah tidak sendiri
dalam memberdayakan masyarakat. Pemerintah daerah Kota Batu juga dibantu oleh instansi
bisnis dan sesama pelaku usaha batik dalam memberikan pelatihan dan pemasaran. Semntara
untuk permodalan pengusaha batik lebih banyak terbantu dengan adanya kemitraan bersama
lembaga perbakan untuk pinjaman usaha dengan bunga yang lunak melalui KUR. Namun
pemerintah juga tetap memberikan bantuan permodalan pada saat awal merintis usaha.
D. Penguatan Pasar
Strategi dalam menguatkan pasar yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Batu
adalah dengan mengadakan pameran dan program kegiatan yang menunjang pembati local pada
eksistensi baik regional atau nasional bahkan mancanegara. Program kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan pameran batik yang diselenggarakan rutin setiap tahunya. Pameran batik

diadakan pada beberapa acara festival tahunan. Menurut Pak Amran sebagai Kepala Bidang
Industri dari Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan menyatakan bahwa:
Untuk pemasaran kita ikutkan event yang terbaru itu di Canberra di tahun 2015 kita kirim
batik olive sama raden wijaya dalam acara pameran budaya disana dan mereka mendapat
persetujuan, hotel, pesawat semuanya gratis. Selain itu kalo berbicara pelatihan yang paling
utama adalah membuat design karena memang desing lah yang paling kita utamakan dalam
pelatihan agar mampu bersaing dengan dunia internasional, dan ini kita juga pernah
mendaftarkan batik batu ini di ajang INECRAFT atau international handicraft, kita tidak
pernah absen mengikuti ajang itu. (Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Januari 2016
pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Hal sama juga di sampaikan oleh Pak Agung selaku Kepala Seksi Bidang UKM Dinas
Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu, Pak Agung mengatakan bahwa untuk
terus mepromosikan batik khas Kota Batu salah satunya adalah melalui promosi selain
memafaatkan pameran atau lomba cara yang paling efektif adalah dengan mencintai produk
local, salah satu wujud kecintaanya adalah menggunakan batik khas sebagai pakaian sehari hari
anggota dinas.
Promosi lewat pameran kemudian peragaan peragaan busana setiap tahun kita usahakan ada

pameran dan kita ikut kan batik sekitar ada 5 pameran setiap tahunnya dan batik Olive pun
sudah ada yang punya Chanel dengan Kementerian karena Kementerian banyak meminta
batik mereka untuk diikutsertakan dalam event internasional seperti itu, dalam
mempromosikan batiknya mereka juga memanfaatkan media online mereka menjualnya ke
internet. Kemudian cara lain dalam mempromosikan batik Batu adalah setiap hari kamis kita
mewajibkan untuk PNS memakai batik khas Batu yang di desain oleh Batik Raden Wijaya
dan itu merupakan program wajib dari Pak Walikota. (Wawancara dilakukan pada tanggal
20 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu).
Promosi Batik Batu dengan dijadikan motif sebagai pakaian resmi mmemang sangat efektif
dalam hal ini adalah seragam Pegawai Negeri Sipil (PNS). Motif yang diguunakan pun adalah
motif khas Kota Batu yaitu alun-alun Kota. Pak Cuk Waluyo selaku pembuat Batik Motif alunalun Batu dari Raden Wijaya bercerita pada peneliti bahwa :
Selain promosi juga kadang ada event apa gitu di Malang Kita diundang yang sering
ngundang itu ibu rumpoko , Iya jadi dulu batik buatan saya ini pernah dipakai PNS dengan
corak alun-alun Batu dulu bu wali sendiri yang pesan kesini dengan motif khas gitu beliau

bilangnya yang ada hubungannya sama Kota Batu, dan akhirnya kita buatkan motif alun-alun
kota itu, dan sampe sekarang masih di pakai sama pegawai dinas setiap hari kamis kalo ga
salah. (Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016 pukul 12.00 bertempat Galeri
Batik Raden Wijaya Batu)
Keunikan dengan motif alun-alun kota ini memang merupakan hal baru pada industry Kerajinan
Batik. Berikut motif corak alun-alun kota buatan batik Raden Wijaya yang dipakai oleh Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di Kota Batu :

Gambar 9. Motif Alun-Alun Kota Wisata Batu yang dijadikan seragam Pegawai Dinas Kota Batu
buatan Batik Raden Wijaya
Sumber : Hasil Dokumentasi, 2015
Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah daerah selain menjadikan motif khas sebagai
seragam dinas adalah dengan memberikan oleh-oleh kepada tamu kenegaraan yang datang,
seperti yang di ungkap oleh Bapak Jacob Kepala Bidang Koperasi Dinas Koperasi UKM
Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu :

Kalau pemasaran kurang lebih sama, kita melihat peluang lalu melayani konsumen ya
seperti, setiap ada tamu pejabat yang datang ke sini kita beri oleh-oleh batik khas batu, selain
itu di ikutkan ke expo di batu atau ke luar batu, dan biasanya pelaku UMKM batik sendiri
sudah bekerja sama dengan provinsi perihal pemasarannya. (Wawancara dilakukan pada
tanggal 18 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Selaras dengan Bapak Jacob batik Olive pun sering dijadikan rekomendasi oleh-oleh dari
Pemerintah Daerah Kota Batu untuk tamu-tamu kenegaraan, seperti yang dikutip dari wawancara
kepada Ibu Anjani pemilik corak batik bantengan :
Pas onok tamune walikota ngono mesti di gawani batik karo kerajinan liyane dan batike
iku pesene ga pernah sedikit mas, nah pas banyak gitu permintaane saya lempar ke yang
laine gitu soale kan sing cirri khas batu banyak a ga cumak bantengan kaya apel, sayur,
tapi ya gaopolah cek adil gitu. Karena aku satu mainggu iku bisa bikin Cuma 6 helai kain
ngono jadi yo lama prosese. Tapi mungkin ibu wali gitu sukanya sama batik bantengan
saya jadi kadang mintaya ke saya yang buati. Tapi kadang di bantu juga kok sama temanteman (ketika ada tamu dari walikota gitu selalu dibawakan batik sama kerajinan lainnya
dan batiknya itu pesannya tidak pernah sedikit, kalau waktu banyak pesanan gitu biasanya
saya lempar ke pembatik lainnya soalnya kan yang cirikhas Batu ada banyak bukan hanya
bantengan ada apel, sayur, tapi tidak apalah biar adil begitu. Karena saya satu mingu itu
Cuma bisa bikin 6 helai kain jadi memang lama prosesnya tapi mungkin ibu wali sukanya
sama batik bantengan jadi terkadang minta ke saya untuk dibuatkan). (Wawancara
dilakukan pada tanggal 7 Februari 2016 pukul 15.00 bertempat di Kediaman Bu Anjani)

Gambar 10. Batik corak Bantengan yang sedang dilukis oleh Ibu Anjani
Sumber : Dokumentasi Diskoperindag, 2015
Ajang perkenalan terhadap batik di Kota Batu memang terus dilakukan oleh Pemerintah
Daerah. Promosi yang dilakukan bukan hanya pada level regional ataupun nasional melainkan
mancanegara, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan terkait budaya Indonesia dan

melestarikan warisan nenek moyang. Selain itu dengan dipromosikannya melalui ajang bergengsi
industry kerajinan seperti International Handicarft (INACRAFT) pembatik dapat memperluas
pemasarannya. INACRAFT adalah event terbesar di Indonesia yang akan memamerkan produk
unggulan kerajinan dan batik dari seluruh pelosok Indonesia. Bahkan event ini disebut sebagai
salah satu event pameran kerajinan dan batik yang terbesar di Asia. Setiap tahun Inacraft selalu
mengangkat tema yang berbeda dan disesuaikan dengan kondisi pada saat itu.
Akan menjadi kebanggaan tersendiri bila ada UKM kerajinan atau batik yang bisa
mengikuti kegiatan Inacraft ini. Seperti yang diutarakan Pak Iwan pemilik batik Olive :
Kita punya langganan di beberapa kota , kalau di Jawa Timur Surabaya dan Mojokerto
bahkan di Grand Citty ada toko batik disana yang menjual produk kita dan itu tokonya
besar, dulu ceritanya setelah ada pameran INACRAFT di Surabaya ada toko batik di sana
yang suka dengan produk batik olive ini dan menjualnya di tokonya, selain itu kesempatan
promosi yang dilakukan Pemda sangat banyak, di Batu saja ada 5 kali pameran dalam
setahun dan itu industry kecil termasuk batik selalu diikutkan. (Wawancara dilakukan pada
tanggal 25 Januari 2016 pukul 10.00 bertempat di Griya Batik Olive)
Kesempatan mengikuti ajang INACRAFT juga pernah dirasakan oleh Pak Sumari pemilik Batik
Sumari :
Sering, kaya INACRAFT dan acara-acara kebudayaan sama kemarin bu wali ngajak ke
dekranasda, jadi sebagai dekalarasi bahwa batik Batu sudah menjadi batik warisan
Indonesia. pokoknya sering pemerintah ngajak saya itu barengan bu anjani, mas dwi,
kadang juga pengusah pengusaha batik yang lain yang masi baru merintis. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 29 Januari 2016 pukul 11.30 bertempat di Batik Sanggar Semar)
Jadi para pelaku UMKM sangat bersemangat dalam memasarkan batik mereka dengan
memanfaatkan acara pameran yang diselenggarakan baik oleh pemerintah daerah Kota Batu
maupun oleh Dinas Provinsi Jawa Timur seperti International Handicraft atau INACRAFT.
Pameran batik sebagai ajang untuk mempertemukan para pelaku UMKM batik di Kota
Batu untuk saling bersaing. Pelaku UMKM batik bersaing secara sehat dari segi kualitas produk,

motif, serta kemasan produk. Apabila pembatik tidak bisa mengikuti pameran, pemerintah
berupaya untuk tetap mengikutsertakan batik nya dengan cara membawakan produk batik yang
berhalangan tersebut untuk tetap mengikuti pameran. Hal tersebut di jelaskan langsung oleh
Bapak Joko Purwanto Staf Bidang UKM Diskoperindag Batu :
Ya itu tadi kita membantu dalam hal memasarkan dan mempromosikan di acara-acara
walikota atau bahkan provinsi kadang kalau mereka tidak bisa datang ya kita bawakan
Barangnya sama kartu nama dalam satu tahun Terkadang ada empat sampai lima kali
pameran batik kita juga diuntungkan dengan masyarakat Batu yang besar antusiasnya dalam
hal usaha namun perlu proses. (Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Januari 2016 pukul
11.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Jadi pameran batik tetap akan dimeriahkan oleh pembatik-pembatik local untuk tetap bersaing,
dan persaingan tersebut mengakibatkan persaingan sehat antar pelaku UMKM batik, karena
masing-masing UMKM batik memiliki ciri khas batik sendiri-sendiri dari segi kualitas motif,
dan cirikhas warna. Seperti berikut ini adalah gambar motif dan pewarnaan batik Raden Wijaya
yang berbeda dengan batik Olive yang cenderung lebih gelap dalam pewarnaanya :

Gambar 11. Motif warna cerah cirikhas Batik


Raden Wijaya
Sumber: Hasil Dokumentasi, 2015

Gambar 12. Motif warna Gelap cirikhas


Batik Olive
Sumber: Hasil Dokumentasi, 2015

Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Batu juga berperan dalam hal pemasaran UMKM
batik. Dimana menurut tugas pokok dan fungsi pendampingan oleh petugas PLUT adalah

Meningkatkan akses KUMKM terhadap sumber daya produktif, memfasilitasi berkembangnya


jejaring layanan pengembangan usaha KUMKM, meningkatkan kualitas usaha KUMKM secara
inovatif dan kreatif dan menghasilkan KUMKM yang tangguh dan berdaya saing tinggi .. Pusat
layanan tersebut sudah mengimplementasikannya dengan membuat situs web seperti
plutkumkm-batu.blogspot.co.id. Dengan situs web tersebut, petugas PLUT mengunggah
beberapa UMKM yang disertai profil usahanya. Beberapa UMKM yang diunggah pada web
tersebut diharapkan dapat diakses oleh setiap orang, sehingga membantu memasarkan produk
UMKM khususnya UMKM batik.

Gambar 13. Salah satu produk yang dipasarkan di PLUT


Sumber : Hasil Dokumentasi,2015

2. Alasan dari strategi yang dilakukan pemerintah kota Batu dalam menerapkan strategi
pemberdayaan UMKM Batik untuk meningkatkan potensi ekonomi local
A. Kelebihan dari strategi yang dilakukan oleh pemerintah kota Batu dalam
memberdayakan UMKM batik berbasis potensi ekonomi local
1. Kelebihan dari Segi Internal
a) Tersedianya Program Pemberdayaan UMKM dari Pemerintah Daerah
Sebuah tujuan untuk mengembangkan potensi suatu daerah tentunya harus memiliki
program. Pemerintah Daerah Kota Batu dalam hal ini melakukan berbagai macamcara program
untuk mensejahterakan masyarakatnya. Pemerintah Daerah Kota Batu di bawah Koordinasi
Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan melakukan berbagai program dalam
upayanya. Hal ini tentunya harus dimanfaatkan sebaik mungkin oleh pelaku usahanya sendiri,
seperti yang dikutip oleh Kepala Bidang UKM Diskoperindag Batu Ibu Menita :
Kenapa strategi ini harus dijalankan tentunya yang pertama kita mempunyai program,
Pemrintah Daerah Kota Batu bersama pemerintahan pusat yaitu dinas provinsi sama-sama
memiliki program pemberdayaan batik sedangkan untuk kita juga berusaha untuk membantu
memasarkan dan
memberi pelatihan, program ini juga mendapat dukungan dari
masyarakat.(Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di
Kantor Diskoperindag Batu).
Pemberian fasilitas oleh Dinas sendiri merupakan pelaksanaan dari program pemberdayaan itu
sendiri, fasilitas berupa bantuan modal dan peralatan membatik menjadi strategi Pemerintah
Daerah dalam mengimplementasikan pemberdayaan masyarakat. Observasi peneliti dilapangan
memang dengan adanya bantuan fasilitas bagi pengusaha batik di Batu memberikan kemudahan
bagi masayarakat Batu yang ingin memulai usahanya.
Latar belakang lain mengapa strategi pemberdayaan ini harus dijalankan adalah tujuan dari
Pemerintah Kota yang ingin mengurangi pengangguran di Kota Batu. Program ini dijalankan
untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Batu dengan tertuju pada industry

kerajinan selain industry pertanian dan perternakan yang menjadi cirikhas Kota Batu. Pentingnya
program ini juga dijelaskan oleh Pak Agung Kepala Seksi Bidang UKM Diskoperindag Kota
Batu pada kutipan wawancara berikut:
Faktor pendukung Kenapa strategi harus dijalankan adalah tujuan dari pemerintah kota Batu
ingin mengurangi tingkat pengangguran bagi masyarakat, Pemerintah ingin membuka
lapangan pekerjaan seluas luasnya melalui usaha kecil. Karena usaha kecil akan sangat
membantu dalam mengurangi pengangguran suatu wilayah. (Wawancara dilakukan pada
tanggal 18 Januari 2016 pukul 10.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Pemberdayaan pengusaha batik local juga di sampaikan oleh Kepala Bidang Industri Dinas
Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu, Bapak Amran. Menurut Bapak Amran
pentingnya melestarikan Budaya Indonesia sama pentingnya dengan memberdayakan UMKM
Batik local khas Batu :
Kalau bicara faktor pendukung dari segi internal pastilah fasilitas pemerintah, pemerintah
di sini menyediakan program pengembangan batik lokal yaitu sebagai pendukung internal.
Lalu kenapa strategi harus dijalankan ya itu sebabnya juga kenapa batik harus terus
dilestarikan? Pastilah jawabannya memiliki kesamaan dan itulah kenapa pemerintah
berupaya untuk membantu pembatik untuk terus berkembang. (Wawancara dilakukan pada
tanggal 26 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Selain festival atau kegiatan pameran batik di dalamnya, ada juga program pemerintah
Kota Batu untuk mengenakan baju batik khas daerahnya. Program tersebut diperuntukan bagi
Seluruh Pegawai Negeri Sipil di Kota batu. Dengan adanya mandat tersebut membuat sekolahsekolah dan beberapa instansi yang berbondong-bondong untuk memesan kain batik ke pelakupelaku UMKM. Dengan begitu dapat mendorong kemajuan UMKM batik di Kota Batu.
Jadi adanya berbagai macam program Pemerintah Daerah salah satunya untuk mengenakan
seragam batik adalah faktor pendorong pemberdayaan UMKM batik. UMKM batik semakin
berkembang seiring dengan banyaknya permintaan dari masyarakat. Dengan begitu dapat
mendorong proses pemberdayaan UMKM batik sehingga kemandirian masyarakat Batu bisa
terwujud.

b) Kemampuan Pelaku UMKM Batik dalam Berinovasi


Sumber daya manusia pelaku UMKM batik di Kota Batu dari segi tingkat pendidikan tidak
begitu tinggi. Walaupun demikian, mereka masih mempunyai kemampuan untuk memproduksi
batik. Menurut pengamatan di salah satu UMKM batik, yaitu di Raden Wijaya, dalam
memproduksi batik mereka selalu membuat inovasi baru. Inovasi baru tersebut yaitu dengan
bereksperimen menciptakan perpaduan warna dan motif batik. Oleh karena itu walaupun mereka
sama-sama memproduksi batik dengan motif Apel dan syur sayuran, tetapi masing-masing
UMKM batik memiliki karakteristik pewarnaan yang berbeda.
Dalam rangka memberdayakan masyarakat biasa yang belum mengenal batik juga
dipermudah dengan dukungan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan terampil. Hal
ini dibenarkan oleh pernyataan Pak Joko selaku staf bidang UKM pada Dinas Koperasi UKM
Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu bahwa:
Fokusnya untuk pemberdayaan masyarakt ini kepada ibu ibunya biar bisa nambah
pendapatan keluarganya tapi kalau batik khas Saya rasa inovasi mereka cukup signifikan,
salah satunya Batik Bantengannya Bu Anjani, baru berapa tahun merintis tapi memang
karena dia ulet dan mau bersusah payah jadi hasilnya pun memuakan itu yang berkembang
bagus soalnya dia bisa bikin sanggar juga. Dan produk yang dihasilkan tidak hanya pakaian
saja. Ada juga dompet, tas, sama taplak meja (Wawancara dilakukan pada tanggal 18
Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Pernyataan tersebut terbukti dengan hasil wawancara kepada Bu Anjani pemilik UMKM batik
Anjani yang menyatakan bahwa:
Bapak Wali mulai mengakui nang acara pameran nusantara Batu iku sing sampe
datangkan MURI, nah iku perjalanane sek jauh trus 29 Agustus 2013 itu trus saya mau di
datengi pak wali, tapi ternyata pak wali barengan kambe acara di Jakarta, trus yang
datang ibu nah acara iku barengan kambe acara Dekranas kalo ga salah, wes karo ibu
langsung di koar koar kan iki batik khas kota batu ngono mas, padahal niate awal aku kan
mek gae karya lak enek sing beli monggo, tibakno ibuk koar-koar ngene wes ga karukaruan ben tamune ibuk selalu di bawa kesini, batike semua suruh ngambil nde puunyak
ku(Bapak Walikota mulai mengakui pada acara pameran nuantara Batu itu yang sampai
mendatangkan Rekor MURI, nah itu perjalanannya masih jauh, lalu 29 Agustus 2013 terus
saya mau didatangkan oleh bapak wali, tetapi ternyata pak wali berbarengan dengan acara di
Jakarta, lalu yang datang itu ibu wali nah kebetulan acaranya itu berbarengan dengan
dengan acara Dekranasda kalo tidak salah), sudah sama ibu langsung berkoar-koar bahwa

batik Bantengan ini khas Batu begitu mas, padahal niat awal saya hanya membuat karya
kalau ada yang mau beli ya silahkan dan tamunya ibu juga sering dibawa kesini jadi ya tidak
karuan pesanannya banyak). (Wawancara dilakukan pada tanggal 7 February 2016 pukul
15.00 bertempat di Kediaman Bu Anjani)
Karena dengan adanya kemauan untuk berwirausaha kerajinan batik dari masyarakat biasa
bisa mempermudah proses pemberdayaan oleh pemerintah daerah. Jadi pemberdayaan UMKM
batik di Kota Batu dipermudah dengan sumber daya manusia masyarakatnya. Selain itu
semangat masyarakat Kota Batu dalam berwirausaha tercermin dalam kutipan wawancara
dengan Ibu Menita Kepala Bidang UKM Diskoperindag Batu, Bu Menita Menjelaskan :
potensi masayarakat batu cukup besar karena masyarakat batu mayoritas kan orang jawa
jadi memag pembatik yang telaten itu ya dari jawa, selain itu mereka juga semanat dalam
berwirausaha meskipun terkadang tidak semua berorientasi pada batik. Dan yang terakhir
mereka semua kreatif. Seperti bu anjani atau pak iwan ya dalam membuat motif batik yang
disesuaikan dengan cirikhas kota batu seperti apel dan bianglala dan akhirnya itu bisa diakui
batiknya. Ini yang menjadi factor pendorong internal menurut saya. (Wawancara dilakukan
pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Di samping itu pelaku UMKM Batik juga selalu berusaha mencoba inovasi baru melalui
kreativitas dalam mengolah batik agar menjadi suatu kerajinan agar lebih berhasil guna, seperti
yang dikutip pada wawancara dengan Bapak Sumari, pemilik sanggar batik Semar berikut ini :
jadi kita sebelum berpindah ke batik yo pernah bikin pernak pernik dari nyanting, ini kalo
mas liat lukisan ini frame nya dari nyantik, saya jual 2 juta udah laku ini mas, dan saya juga
masih aktif bikin wayang kulit, karena menurut saya wayang sama batik ada kesamaan,
unsur batik tu ada di wayang. Jadi selain pakaian produk saya macem kaya, dompet, lukisan
tadi, wayang, gantungan HP, sama ini topeng. (Wawancara dilakukan pada tanggal 29
Januari 2016 pukul 11.30 bertempat di Batik Sangar Semar)
Dalam rangka menumbuhkan usaha batik, pemerintah daerah telah memberdayakan
masyarakat biasah dengan memberikan pelatihan membatik. Karena adanya kemauan dari
masyarakat untuk berwirausaha batik, maka hal ini dapat mendukung pemberdayaan. Sedangkan
dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia masyarakat yang sedang menjalankan usaha
batik atau pelaku UMKM batik melalui strategi pemberdayaan oleh pemerintah daerah Kota
Batu telah didukung oleh sumber daya manusia pelaku UMKM batik. Pelaku UMKM batik

telah memiliki keterampilan untuk mengusahakan inovasi dan kreasi tersendiri dari masingmasing pelaku UMKM batik dalam pewaranaan dan motif untuk menarik konsumen mereka
masing-masing.
2. Kelebihan dari Segi Eksternal
a) Brand Kota Wisata Batu
Kota Batu mendapat julukan Kota Wisata, atau biasa orang menyebutya Kota Wisata Batu
(KWB). Keberadaan Kota Batu yang strategis membuat tempat ini menjadi tempat kunjungan
orang untuk menghabiskan akhir pekan atau sekedar membeli buah tangan setelah berkunjung di
sekitar Malang. Identitas Kota Wisata Batu selain dapat meningkatkan daya tarik wisata ternyata
juga dapat berimbas kepada sector UMKM. Pendapatan Masyarakat Kota Batu yang terpusat
pada sector pariwisata kita bisa dimanfaatkan untuk mengebangkan usaha masyarakat berskala
mikro. Dengan adanya wisatawan yang mengunjungi Kota Batu setiap minggunya tentu akan
mencari pernak pernik untuk dijadikan buah tangan bagi saudara atau teman. Untuk itu
pemerintah sangat memanfaatkan kesempatan ini sebagai factor pendukung atau kelebihan yang
dimiliki Kota Batu dalam memberdayakan UMKM Batik Batu berbasis potensi ekonomi local.
Menurut pendapat Bu Menita sebagai Kepala Bidang UKM Dinas Koperasi UKM
Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu adanya julukan sebagai Kota Wisata merupakan
kelebihan yang dimiliki Kota Batu untuk menjalankan strategi pemberdayaan. Seperti yang
dikutip pada wawancara berikut :
Brand kota wisata batu yang menjadi pendukung utama strategi pemberdayaan, contohnya
gini orang batu buka meja didepan rumah terus dia jualan dihari libur aja yang beli banyak
dari wisatawan wisatawan luar itu uda bisa jadi pasar, gausah jalan ke bandung, Surabaya
mereka buka lapak aja uda laku. Itu yang menjadi kekuatan dari batu, memang kondisi batu
sudah bukan lagi kota madya tapi kota wisata. Pariwisata itu ciri khas kota batu kalo ga ada
pariwisata siapa yang mau berkunjung kesini?? Sepi ga ada orang. (Wawancara dilakukan
pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)

Seperti yang diungkap Bu Menita bahwa dengan membuka sesauatu untuk dijual di luar rumah
saja wisatawan yang berkujung sedikit banyak akan mampir dan membeli, apalagi dengan
industri kreatif seperti batik ini akan menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi masyarakat Kota
Batu. Sependapat dengan Bu Menita Bapak Agung selaku kepala Seksi Bidang UKM
Diskoperindag Batu menyatakan bahwa :
Pariwisata menjadi sektor utama perekonomian di Batu nah dari situ kita manfaatkan untuk
membuka usaha-usaha yang bisa mendukung hasilnya dengan adanya kunjungan wisatawan
ini, ini akan sangat membantu pelaku usaha di Batu untuk terus berinovasi memberikan
pelayanan. Sama ceritanya dengan solo atau Jogjakarta yang memulai juga dari
wisatawannya, karena wisatawan jika berkunjung pada suatu daerah tentunya igin
mengetahui seperti apa hasil budaya daerah yang dikunjungi tersebut. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 18 Januari 2016 pukul 10.00 bertempat di Kantor Diskoperindag
Batu)
Bapak Amran selaku Kepala Bidang Industri dari Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan
Perdagangan Kota Batu juga membicarakan bahwa industry

kerajinan batik akan terbantu

penjualannya dengan adanya julukan Kota Wisata Batu tersebut. Bapak Amran berpendapat
bahwa :
Pendukung kota Batu adalah kota dengan brand Kota Wisata Untuk itu kita memanfaatkan
peluang ini banyak wisatawan akan datang ke Batu dengan itu mereka memerlukan
namanya oleh-oleh atau buah tangan untuk itu selain makan dan minuman batik salah satu
alat yang cukup baik untuk oleh-oleh kepada kawan di rumah. (Wawancara dilakukan pada
tanggal 26 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya julukan bagi Kota Wisata
sebagai salah satu kota Wisata di Jawa Timur membawa dampak pada meningkatnya jumlah
wisatawan yang berkunjung ke Batu setiap harinya dan hal ini dimanfaatkan oleh Pemerintah
Daerah dan pelaku usaha untuk menjadikan hasil usahanya sebagai buah tangan khas Kota Batu.
Batik pun akan terangkat oleh kondisi ini dimana saat ini batik adalah sesuatu yang sangat

praktis untuk dijadikan buah tangan. Batik juga menjadi salah satu warisan budaya yang harus
terus dilestarikan.

b) Dukungan dari Masyarakat sebagai Konsumen


Eksistensi batik khas Kota Batu atau keberadaannya selalu mengalami perkembangan.
Perkembangan keberadaan batik khas Batu selalu ditunggu-tunggu oleh masayarakat Kota Batu
atau bahkan Jawa Timur, karena saat ini batik khas Batu menjadi kebutuhan tersendiri oleh
masyarakat. Masyarakat selalu mengikuti perkembangan trend motif batik khas Batu tersebut
dan ingin segera mendapatkanya. Menurut hasil pengamatan bagi pelaku usaha UMKM batik
bahwa toko atau galeri Batik yang dimiliki sangat sering dikunjungi oleh Travel Agent yang
mengantar tamu wisatawannya untuk berbelanja di tok batik. Seperti yang diutarakan oleh salah
satu UMKM Batik di Batu yaitu Pak Iwan pemilik toko Batik Olive
kalau masa liburan begitu banyak travel pada kesini padahal kita sepertinya supir travel
juga sudah tau lokasi atau toko Batik di Batu dan yang datangpun terkadang rombongan
penjabat mas (wawancara dilakukan pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 10.00.
Senada dengan Pak Iwan, Ibu Anjani pemilik Batik Anjani menceritakan bahwa :
Aku yo ga ngerti mask ok akeh sing podo mrene padahal supir travel kui yo durung kenal
aku tapi yo nytane akeh sing mrene, awale dulu di sini juga ada jualane tanteku ada
sprei,kripik nah terus mungkin liat ada batik yang tak pajang terus tamune suka yaudah
mungkin tak titipne ae di tokone tanteku iku (Saya juga tidak mengerti kenapa banyak yang
kesini padahal supir travelnya itu ya belum kenal saya tapi kenyataanya banyak yang kesini,
awalnya dulu di sini juga ada jualannya tante saya ada seprei, kripik nah terus mungkin
melihat ada batik yang saya pajang lalu tamunya suka yasudah mungkin lebih baik saya
titipkan di tokonya tanteku itu). (Wawancara dilakukan pada tanggal 7 February 2016 pukul
15.30 bertempat di Kediaman Bu Anjani)
Berdasarkan hal yang terjadi dari penelitian dilapangan dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
keeksistensian batik khas Kota Batu tersebut dapat mendorong UMKM batik untuk selalu
berinovatif dalam menciptakan produk. Hal tersebut sudah dijelaskan pada beberapa fakta yang
sudah dijelaskan diatas.

c) Kerjasama antar Stakeholder


Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa Strategi dalam pemberdayaan UMKM pada
Kota Batu telah melakukan berbagai macam kerjasama dengan beberapa instansi public maupun
swasta. Kerjasama ini dimaksudkan untuk membangun bersama sama perkembangan UMKM
batik kearah yang lebih baik. Konsep dalam kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Kota
Batu adalah dengan melibatkan Sektor swasta, dan masyarakat itu sendiri. Dalam penelitian
dilapangan bahwa kerjasama yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Batu sendiri sudah
pada tahap berkelanjutan. Ini dibuktikan dengan pernyataan wawancara dengan Ibu Menita
dalam ktipan wawancara berikut :
awal mula kita kerjasama dengan Bank Idonesia itu pada tahun 2013 yang saya bilang tadi,
bahwa mereka meminta data ke kita jumlah pelaku usaha batik yang ada di Batu untuk
dijadikan acuan mereka melakukan pelatihan dan pemberian modal, dan sampai saat Bank
Indonesia masih aktif dalam mengadakan pelatihan bersama ibu-ibu PKK di Kota Batu ini
(Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor
Diskoperindag Batu)
Kerjasama yang terintegrasi juga pernah di lakukan oleh Dinas Koperasi UKM
Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu dengan dinas yang lain. Diskoperindag bekerjasama
dengan Dinas Pariwisata Kota Batu untuk memeriahkan pameran budaya yang diadakan oleh
Dinas Pariwisata. Batik yang diusung oleh Diskoperindag dalam pameran tersebut mendapat
perhatian dari masyarakat yang cukup baik. Seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Agung selaku
Kepala Seksi Bidang UKM, Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu :
Jadi ceritanya waktu itu ada pameran dengan mengangkat tema kebudayaan yang
diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata pada tahun 2014 itu levelnya sudah nasional dan
batik kita pamerkan disana sebagai daya tarik wisata juga karena motif dari batik kita unik
ya buah apel dan saya rasa sebelum-sebelumnya juga Dinas Pariwisata sering
mempromosikan batik Batu pada event-event tertentu. (Wawancara dilakukan pada tanggal
2 February 2016 pukul 10.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)

Selain kerjasama yang dikonsep oleh Pemerintah Daerah, Pembatik local di Kota Batu juga aktif
dalam mencari partner kerjasama dengan instansi lain tanpa melibatkan Pemerintah Daerah.
Menurut Bu Menita dalam wawancaranya menyebutkan pembatik di Kota Batu juga ada yang
melakukan kerjasama namun diluar program dari Diskoperindag sendiri, seperti yang di kutip
pada wawancara berikut :
Kalau setau saya sih itu, kalo lebih jelasnya pembatik itu bermitra sama siapa saja,
pembatik yang lebih tau karena memang mereka juga menggaet sponsor untuk kerjasama
diluar dari program kita. (Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.00
bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Kerjasama diluar program Pemrintah Daerah dibenarkan oleh beberapa pembatik di Batu bahwa
mereka juga pernah melakukan kerjasama dalam hal pemasaran atau pelatihan. Seperti yang
dikutip dari wawancara peneliti dengan Pak Iwan pemilik Batik Olive :
Kita dulu pernah berkerjasama dengan PT Perkebunan, setelah itu sama Telkom, Telkom
selesai kita sama Garuda Indonesia, dan memang bentuknya lebih seperti mitra binaan.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Griya Batik
Olive)
Sedangkan meneurut Pak Cuk Waluyo pembatik dari Raden Wijaya :
kalau sini dulu koleksi batiknya pernah saya coba publish di majaah yang terkenal dan itu
setiap ada produk baru di muat di majalah itu.. (Wawancara dilakukan pada tanggal 22
Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Griya Batik Raden Wijaya.)
Dapat ditarik kesimpulan bahwa bukan hanya Pemerintah Daerah Kota Batu saja yang
menjalankan upaya pengembangan Batik Kota Batu, Pemda menggandeng aktor lain dalam
melakukan programnya. Pembatik local juga ikut serta dalam mencari partner kerjasama terbukti
dengan adanya bentuk kerjasama yang dilakukan oleh instansi lain yang bukan program dari
Pemerintah Daerah. Kerjasama anatar stakeholder ini harus diupayakan agar terus terjadi
peningktan kualitas sumberdaya manusia di Batu dan akan memunculkan pembatik baru yang
berkualitas dan inovatif.

d) Perizinan Mendirikan Usaha yang Mudah


Pemberdayaan UMKM batik oleh pemerintah daerah Kota Batu dipermudah dengan
adanya perizinan membangun usaha. Melalui perizinan selain akan memperkuat dari segi
legalitas juga akan mempermudah Dinas dan Pemerintah Daerah untuk memantau
perkembangannya dan mempermudah pemerintah daerah untuk membuat pertanggung jawaban
atas penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat lokal. Menurut Bu Menita sebagai Kepala
Bidang UKM Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu menyatakan
bahwa :
Untuk perijinan kita tidak mempersulit hanya saja dalam hal hak paten memerlukan
klasifikasi khsusus mana yang layak untuk di patenkan dan mana yang tidak untuk di
patenkan. Kalo di bidang kita bentuk pengendaliannya untuk mematenkannya dari segi
penamaan jadi untuk mempatenkan namanya itu perlu di beri nama nah itu kita kasih gratis
dan kita kasih rekomendasi nama supaya pada saat diinput tidak terjadi kesamaan nama,
karena hal itu sering terjadi contohnya saja nama sari apel SIPLAH itu adalah rekomen dari
kita dan dulunya juga bannyak yang ingin memakai nama itu, persyaratannya cukup ada izin
usahanya. (Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di
Kantor Diskoperindag Batu)
Dan hal ini senada dengan kutipan wawancara dengan Bapak Agung selaku Kepala Seksi bidang
UKM Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu:
Untuk perizinan saya rasa cukup mudah ya hal yang pertama diurus itu pembatik harus
meminta surat keterangan usaha dulu dari desa atau kelurahan, habis itu mereka mengurus
NPWP nya dan yang terakhir datang ke kantor Badan Penanaman Modal buat mendapatkan
TDI, SIUP, sama TDP dalam empat sampe lima hari sudah dapat mendapat surat ijin
membangun usaha, namun Pada prinsipnya kita menginginkan mereka memiliki izin tapi
kan mereka usahanya Seperti apa dulu kalau semisal mereka tidak mampu mengembangkan
usahanya yang ngapain harus bikin izin (Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Januari
2016 pukul 10.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Menurut Bapak Agung memang untuk mengurus perijinan usaha di Kota Batu cukup
mudah, namun diperlukan upaya terlebih dahulu, dan ada klasifikasi khusus usaha tersebut harus
berbadan hukum atau tidak, hal senada juga diutarakan oleh Bapak Amran selaku Kepala Bidang
Industri pada Dinas Koperaasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu, menurut Bapak
Amran :

Saya rasa yang terpenting mereka mau bersaha dlu stelah itu baru kita berikan ijin usaha
tentunya dengan syarat dan ketentuan, namun syarat dan ketentuannya tidak terlalu
menyulitkan pengusahnya kalo untuk batik ya dokumennya ada TDI,SIUP,TDP sama
NPWP, dan alurnya pun cukup mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 2 February 2016 pukul 10.00 bertempat di Kantor
Diskoperindag Batu)
Peneliti juga mengadakan wawancara terkait dengan upaya perizinan yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah Kota Batu. Batik Raden Wijaya yang diungkapkan oleh Bapak Cuk Waluyo
menjelaskan bahwa memang pada saat memngurus surat perizinan usaha sangat mudah, seperti
pada kutipan wawancara berikut ini :
Kalau untuk perijinan saya rasa semuanya saya sudah memilikinya mas, soalnya sekarang
itu kan semuanya dipermudah mau urusan apa aja semuanya Mudah termasuk urusan mau
bikin usaha. (Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di
Griya Batik Raden Wijaya)
Bapak Sumari juga mengakui bahwa dalam membuat perijnan usaha di Kota batu cukup mudah,
Bapak Sumari selaku pemilik batik Sumari mengaku bahwa :
Kalo dulu saya mudah dan cepat Pemerintah daerah ssngat baik dalam menyusun alur
perizinan dan sekarang saya sudah punya semuanya, mulai dari SIUP, TDP, TDI, NPWP
semuanya uda lengkap. (Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Januari 2016 pukul 11.30
bertempat di Kantor Batik Sanggar Semar)
Kemudahan dalam mendapatkan ijin usaha bagi pembatik di Kota Batu juga dibenarkan oleh Pak
Iwan selaku pemilik Batik Olive, Pak Iwan Menjelaskan bahwa :
Kalau untuk batik sih sebenarnya cukup SIUP saja sama TDP tapi kalau makanan dan
minuman itu ada PRD atau ada lagi BP POM dan lain lain yang saya tahu ijin membuat
usaha makanan memang agak sulit tapi untuk kerajinan batik setau pemahamanku memang
mudah, dan sepertinya memang industry batik saja yang perizinannya mudah. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 10.00 bertempat di Kantor Griya Batik Olive)
Jadi, dengan mudahnya perizinan dan pengawasan terhadap produk local ini berdampak
pada makin banyknya pengusaha di Kota Batu. Pemerintah Daerah dalam hal ini berperan dalam
mengatur kebijakan perizinan tersebut. Dan dengan alur birokrasi yang mudah dalam
implementasinya akan menyingkat waktu dan biaya, namun diperlukan pula karakteristik atau

klasifikasi khusus usaha mana yang memang pantas di beri izin dan di patenkan dengan usaha
yang masih perlu mengembangkan diri.

B. Kekurangan dari strategi yang dilakukan oleh pemerintah kota Batu dalam
memberdayakan UMKM batik berbasis potensi ekonomi local
1. Kekurangan dari Segi Internal
a) Anggaran untuk Program Pemberdayaan UMKM Batik Terbatas
Program Pemberdayaan UMKM Batik sangat terkendala dengan anggaran menurut Kepala
Bidang UKM Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu bahwa anggaran
untuk program pemberdayaan UMKM tidak menjadi fokus utama Pemerintah Kota, berhubung
Walikota Batu Bapak Edi Rumpoko akan mengakhiri masa jabatannya misi beliau adalah untuk
mengurangi angka kemiskinan di Batu melalui bantuan hibah kepada masyarakat miskin bukan
untuk memberdayakan usaha kecil. Dana APBD murni akan didistribusikan lebih banyak kepada
masyarakat miskin, Adapun pernyataan dari Bu Menita sebagai Berikut :
Untuk anggaran yang bergulir tahun ini pak wali lebih mementingkan masyarakat miskin
dahulu anggarannya pun terpecah dengan membuat Block Office untuk Kota Batu. Jadi ya
apapun kita terkendala dalam hal anggaran, anggran yang sedikit ini harus di maksimalkan
mungkin untuk menjalankan berbagai macam program pemberdayaan UKM Batik
(Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor
Diskoperindag Batu)
Pernyataan Bu Menita ini diperkuat oleh Bapak Agung selaku Kepala Seksi Bidang UKM,
Diskoperindag Batu, beliau menjelaskan bahwa:
Kekurangan dari strategi lebih tepatnya faktor penghambatnya adalah terbatasnya dana
untuk menjalankan program, dalam hal ini dana usaha atau dana hibah untuk modal usaha,
sebagian besar pembatik di Batu masih menggunakan modal sendiri dan mencari sumber
modalnya sendiri terlebih bahan baku yang susah untuk di cari dan lebih mahal, untuk batik
tulis memang tidak terlalu mahal tapi sulit untuk mencarinya sedangkan untuk dan batik cap
mesin yang di pakai pun cukup mahal. Ini tentunya akan menyulitkan pengusaha batik yang
baru akan merintis (Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Januari 2016 pukul 10.00
bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)

Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa alokasi anggaran Pemerintah Kota Batu
untuk program pemberdayaan UMKM Batik masih kurang menjangkau karena distribusi
anggaran terfokus kepada mengurangi keluarga miskin di Kota Batu. Terlebih anggaran
merupakan hal paling penting dalam menjalankan dunia usaha namun dari pihak Pemerintah
Daerah kurang memperhatikan akan hal itu. Sehingga para pelaku usaha batik harus mencari
sumber modal sendiri.

b) Data Pelaku UMKM Batik Tidak Tercatat Dengan Baik


Adanya data pelaku UMKM Batik dapat memudahkan Pemerintah Daerah Kota Batu
dalam hal distribusi anggaran, acuan untuk menjalankan program, dan sasaran program. Namun
temuan peneliti dilapangan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mempunyai
wewenang dalam menjalankan program pemberdayaan UMKM Batik yaitu Dinas Koperasi
UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu tidak memiliki data yang jelas megenai
persebaran pelaku UMKM Batik di seluruh Kota Batu, hal ini disebabkan karena Bidang UKM
pada Diskeporindag sedang pada masa transisi dan memerlukan verifikasi data lebih lanjut.
Seperti yang dikutip dalam wawancara dengan Bu Menita Kepala Bidang UKM Diskoperindag
Batu :
Jadi gini kendala yang kita hadapi yang utama itu masalah datanya mas, jadi kita ga punya
data yang rigid terkait jumlah pembatik yang ada di kota batu sementara ini masih dalam
tahap survey seluruh pelaku UKM dan belum menyentuh terhadap pengusaha batik hal ini
disebabkan karena kita baru pada masa transisinya di bidang ini jadi harus dirapihkan dulu
data datanya (Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat
di Kantor Diskoperindag Batu)
Tentunya dengan data yang kurang valid tersebut akan mempersulit Pemeruntah Daerah
utuk memberikan modal usaha, fasilitas yang memadai, dan menentukan sasaran program
pengembangan dan pemberdayaan usaha batik. Hal tersebut senada dengan kutipan wawancara

bersama Pak Amran selaku Kepala Bidang Industri Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan
Perdagangan Kota Batu :
sebenarnya kita ingin memberikan bantuan seperti pelatihan bagi pelaku usaha pemula
dalam hal ini batik, tapi kita memang terkendala dalam hal data. Kalau di bidang saya yaitu
industri yang tercatat sebagai pelaku usaha batik di Kota Batu tidak sampai 10 pengusaha,
sebenarnya masih banyak kayak karyawan Batik Raden Wijaya atau Olive yang sudah bisa
mengelolanya sendiri tapi memang ga kepantau sama bidang UKM yang memang punya
kewajiban mengurusi data, harapannya data nya cepat diperbarui dan di survey lagi agar
bantuan untuk pembatik local di Batu akan dapat tersalurkan. (Wawancara dilakukan pada
tanggal 26 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
2. Kekurangan dari Segi Eksternal
a) Industri Batik Kurang Bisa Bersaing Dengan Industri Lainnya
Dengan meningkatnya jumlah pelaku UMKM makanan dan minuman di Kota Batu
membuat batik terus mengalami kesulitan bersaing ,sehingga memperkecil permintaan produk
pada masing-masing UMKM batik. Dengan banyaknya jumlah UMKM selain batik di masingmasing kecamatan di Kota Batu akan menyebabkan batik untuk berkembang dari segi konsumen
dan pasar dari wisatawan Kota Batu, dimana hal ini akan menjadi permasalahan apabila
permintaan batik di pasaran lokal semakin menurun sedangkan jumlah UMKM di Kota Batu
semakin meningkat, maka UMKM batik akan mengalami kerugian. Kerugian tersebut terjadi
karena modal berkurang untuk membiayai tenaga kerja yang sudah terlanjur diperkerjakan secara
tetap.
Secara kendala eksternal, permasalahan dalam hal persaingan industri kecil di Batu
memang telah dijelaskan oleh Kepala Bidang UKM Diskoperindag Kota Batu yaitu Ibu Menita.
Beliau berpendapat bahwa memang Industri kerajinan Batik masih tertinggal dengan Industri
kecil yang lain salah satunya adalah makanan dan minuman. Seperti yang dikutip pada
wawancara berikut :
Batik yang meamang kurang bisa bersaing dengan industri yang lain ini merupakan sebuah
kendala bagi kita yah, karena makanan dan miuuman sangat mendominasi. Dan untuk
membatik pun diperlukan bahan baku yang lumayan sulit ssedangkan di batu sendiri untuk
mencari bahan baku itu juga cukup sulit.hal ini disebabkan memang untuk batik fokusnya

kita baru memulai belum terlalu lama seperti industri makanan dan minuman. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag
Batu)
Industri olahan makanan dan minuman memang sangat cocok apabila dikembangkan pada
area dingin dan subur seperti Kota Batu, sedangkan untuk batik berdasarkan beberapa contoh
cocok dikembangkan pada daerah pesisir pantai seperti Yogyakarta,Cirebon, Solo atau
Banyuwangi. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Amran sebagai Kepala Bidang Industri pada
Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu :
Kota Batu yang merupakan daerah dingin memang kesulitan mengembangkan batik
dengan kualitas baik, karena daerah atau area Batu ini cocoknya untuk sayur dan buahbuahan, kalo industry olahan makanan memang di sini perkembangannya sangat pesat
meningat hasil bumi di Kota Batu berupa sayur dan buah berlimbah, jadi masyarakatnya
lebih senang mengolah buah dan sayur itu untuk dijadikan makanan ringan seperti buah dan
sayur atau minuman sari buah, itu sebabnya Kenapa Batik Batu bisa dikatakan kalah
bersaing dengan batik-batik yang berada di pesisir Contohnya seperti Banyuwangi Cirebon
atau Jogja namun disini kita bisa memanfaatkan dari segi pariwisata itu banyak mengundang
wisatawan. (Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di
Kantor Diskoperindag Batu)
Persaingan industry olahan seperti makanan dan minuman dengan batik khas di Kota Batu
adalah akibat sulitnya mencari tenaga kerja yang digaji dengan harga murah dan karena batik
Batu masih dibilang baru, sehingga menjadi penghambat bagi keberdayaan UMKM batik Batu.
Hambatanya adalah apabila mereka tidak mempunyai kreativitas dan kemampuan untuk bersaing
baik dengan antar sesama pelaku UMKM di Kota Batu maupun dengan pelaku UMKM lain dari
luar wilayah.
b) Cara Pandang Masyarakat Kota Batu terhadap Usaha Batik
Lambatnya perkembangan industry kerajinan batik juga dipengaruhi oleh cara pandang
masyarakat Kota Batu terhadap industri Batik. Masyarakat Kota Batu yang memang mayoritas
bekerja pada bidang pertanian tidak tertarik dengan kegiatan yang memerlukan penjiwaan dan

ketelitian seperti membatik. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Agung selaku kepala seksi
Bidang UKM Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu :
Memang selama ini kita melatih dan sebagian memang dasarnya punya bekal seni dan di
bidang batik tapi bagi sebagian juga untuk terjun langsung masih pikir-pikir cara memproses
batik tidak semudah yang dibayangkan dan prosesnya pun memerlukan waktu yang lama
hasilnya pun tidak terlalu signifikan kalau dibandingkan dengan sektor lain memang perlu
orang yang benar-benar cinta sama batik ya memang bisa memahami batik bahwa batik
harus terus dilestarikan dan untuk terjun langsung membatik dan perlu waktu dan
prosesnya. (Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Januari 2016 pukul 10.00 bertempat di
Kantor Diskoperindag Batu)
Sependapat dengan Bapak Agung, Ibu Menita selaku Kepala Bidang UKM Dinas Koperasi
UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu, mengakui bahwa mindset atau cara pandang
masyarakat Kota Batu masih sangat sulit untuk dikembangkan yang berorientasi pada bisnis
membatik :
Memang yang belum maju itu di sektor sdm-nya Ya seperti yang saya utarakan tadi
masyarakat kota Batu mayoritas adalah petani dan merubah mindset mereka dari petani
menjadi seorang perajin itu gak mudah seperti itu mungkin dari sektor pertanian di sana hari
ini kerja langsung dapat uang dari batik proses yang lama mungkin gambarnya seperti itu
Jadi mereka untuk kerja di batik juga masih mikir mikir. (Wawancara dilakukan pada
tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Bapak Amran selaku Kepala Bidang Industri Diskoperindag Batu juga membenarkan bahwa
masyarakatnya masih terlalu nyaman dengan aktivitas bertani. Masyarakat kota Batu masih
belum terlalu suka pada kegiatan wiarusaha, seperti yang dikutip pada wawancara berikut ini :
masalah yang selanjutnya yaitu terkait sifat para pengusaha di masyarakat batu memang
mayoritas tidak mau bersusah payah mereka manja Mereka ingin mencari keuntungan
dengan cepat tanpa proses untuk itu kendala-kendala tersebut akan kita tanggulangi dengan
mengadakan terus pelatihan terus pemberian motivasi terkait kewirausahaan. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 26 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag
Batu)
Cara pandang masyarakat tersebut yang sudah dijelaskan diatas yang menjadi kelemahan
atau kekurangan bagi Pemerintah Daerah mengembangkan indutri Batik. Diperlukan lagi peran
Pemerintah Daerah untuk mensikapi masalah ini. Selain itu kekurangan dalam mengembangkan

sumberdaya inipun harus diperkuat dari sisi internal Pemerintah Daerah Kota Batu. Diperlukan
sinergitas antar stakeholder agar hambatan atau kekurangan ini dapat di minimalisir atau bahkan
dihilangkan.
c) Minimnya Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku pembuatan batik, yaitu malam batik atau lilin untuk membuat batik menjadi
kendala bagi UMKM batik untuk berkembang. Malam menjadi kendala bagi perkembangan
UMKM batik karena malam batik masih dibeli dari luar wilayah Kota Batu. Pak Cuk Waluyo
salah satu pembatik di Raden Wijaya bercerita pada peneliti bahwa :
Kalau untuk bahan baku, utamanya batik tulis ya mas itu memang langka barangnya, kaya
saya itu butuh malam untuk mbatik itu harus beli di Surabaya belum lagi kalau toko
langganan saya di Surabaya itu habis, kita ga tau harus cari dimana lagi. Pemerintah Daerah
pun disini ga pernah ngasih bantuan bahan baku, mereka ngasihnya alat-alatnya aja padahal
malam itu untuk pembatik tulis sangat di perlukan, ya seperti itulah mas kendalanya.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Sannggar
Batik Raden Wijaya)
Bantuan yang memang diberikan oleh Pemerintah Derah untuk pebatik local di Batu memang
hanya sebatas fasilitas membatik dan alat untuk memasarkannya, hal ini disebabkan karena focus
Pemerintah Daerah untuk Pengembangan UMKM Batik ini masih pada tahap awal merintis,
menurut Bapak Joko Purwanto staf bidang UKM Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan
Perdagangan Kota Batu untuk bahan baku pembatik masih mencarinya sendiri dari pemerintah
memang belum membantu dalam hal bahan baku, seperti yang dikutip pada wawancara berikut :
Kalo bahan ya mereka cari sendiri mas, kta bantunya ya modal alat-alat sama mungkin
diikutkan pameran, kalo sama bahan bakunya juga ya Pemerintah masih belum sangup mas,
orang yang di bina sama Pemerintah Daerah bukan batik saja kok ada industry usaha lain,
dan memang yang saya bilang tadi strategi untuk ngembangkan Batik dari Pemerintah
Daerah baru berjalan beberapa tahun mas tapi hasilnya bisa dikatakan ada progress lah mas,
mas bisa lihat sendiri (Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Januari 2016 pukul 09.00
bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Daerah yang selama ini menjadi penyedia malam adalah Surabaya dan Bali yang
diketahui oleh pelaku UMKM batik Batu. Hal ini menjadi penghambat usaha bagi para pelaku

UMKM batik Batu apabila mendapat banyak permintaan batik sedangkan kebutuhan bahan baku
malam harus dibeli ke Bali atau ke Surabaya. Pembelian ke luar wilayah akan membutuhkan
sarana transportasi dan mengakibatkan harga bahan baku menjadi mahal. Dari segi waktu,
selama pembelian ke luar wilayah membutuhkan waktu yang lama untuk menempuh
perjalanannya.
Bahan baku lainnya untuk membuat batik bagi pelaku UMKM batik di Kota Batu yang
juga menjadi kendala produksi usaha adalah kain. Kain batik juga dibeli dari luar wilayah Kota
Batu, yaitu dari Solo atau Pekalongan. Menurut hasil observasi di salah satu UMKM batik di
Batu, yakni di Batik Anjani, hal ini juga menjadi

kendala produksi bagi UMKM batik.

Masalahnya adalah ketika UMKM batik baru memulai usaha, dimana masih belum memiliki alat
transportasi, sehingga UMKM batik harus menggunakan jasa pengiriman barang. Jika
menggunakan jasa pengiriman barang, secara otomatis harus ada biaya jasa pengiriman dan
harus menunggu kedatangan pengiriman kain dengan waktu minimal tiga hari bahkan satu
minggu.
3. Capaian dari penerapan strategi pemberdayaan UMKM Batik Batu berbasis potensi
ekonomi local
A. Peningkatan Kualitas Wirausaha
Terdapat beberapa indikator yang menunjukan program pengembagan dan pemberdayaan
UMKM Batik. Untuk mengukur keberhasilan program pemberdayaan UMKM Batik di Batu
akan dilihat dari beberapa aspek, salah satunya adalah kualitas wirausaha atau kualitas
pembatiknya itu sendiri. Seorang wirausaha haruslah memiliki keinginan untuk terus berprestasi.
Pembatik di Kota Batu terus berupaya meningkatkan prestasinya semenjak Pemerintah Daerah
menerapkan strategi pemberdayaan batik local ini. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Sumari

pemilik Batik Semar bahwa semenjak memulai usaha membatik hingga saat ini banyak prestasi
yang sudah didapat :
Pernah juara tingkat nasional untuk disain batik, dulu juga pernah kerja di istana Negara
jadi sikunir , dapat penghargaan dari gubernur jawa timur sebagai pelestari budaya. Terus
sama dari walikota batu juga pernah 10 besar terbaik pengusaha keci di Batu saya masuk
nominasinya, dan saya juga punya langganan dari luar negeri. (Wawancara dilakukan pada
tanggal 29 Januari 2016 pukul 11.30 bertempat di Batik Sanggar Semar)
Tolak ukur meningkatnya kualitas wirausaha dengan banyaknya prestasi yang di raih juga
terjadi batik Olive kepemilikan Bapak Iwan, prestasi tertinggi yang diraih oleh Batik Olive dan
Bapak Iwan adalah berhasil mendapatkan penghargaan berupa UPAKARTI dari Bapak Presiden
Indonesia yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2009. Batik Raden Wijaya juga
telah mengukir prestasi seperti yang dikutip dengan Pak Cuk Waluyo pembaik senior di Batik
Raden Wijaya menyampaikan :
Kalau dulu itu sering diundang sama ketua fashion show untuk menghadiri acara peragaan
busana di Surabaya yang dihadiri pembatik-pembatik pakem dari seluruh nusantara. dan
batik saya diikutkan bahkan tidak pernah absen dalam acara fashion show itu, bagi kami
penggiat seni itu merupakan suatu kebanggaan. (Wawancara dilakukan pada tanggal 22
Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Sanggar Batik Raden Wijaya)
Prestasi yang telah diukir oleh pembatik di Kota Batu tidak terlepas dari Peran Pemerintah
Daerah menjalankan program pemberdayaaan baik melalui pelatihan maupun pemasaran atau
diikutkan pada pameran budaya. Namun menurut penelitian di lapangan, tidak semua prestasi
yang diperoleh oleh pengusaha batik di Batu murni atas peran Pemerintah Daerah. Menurut Pak
Sumari :
Engga semua dari Pemda ya memang pemda pernah mengikutkan saya di lomba-lomba
tapi sebagian saya juga cari sendiri, berangkat sendiri ya cari link sendiri. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 29 Januari 2016 pukul 11.30 bertempat di Batik Sanggar Semar)
Berdasarkan wawancara dengan Pak Sumari memang membuktikan bahwa pembatik local di
Kota Batu sudah dikatakan mandiri tanpa bantuan pemerintah daerah pembatik tersebut mencari

sendiri peluang untuk. Pak Cuk Waluyo pembatik senior di Raden Wijaya juga mengakui tidak
semua prestasi yang telah di raih atas bantuan pemerintah daerah, menurut Cuk Waluyo :
engga semua prestasi yang di raih atas bantuan pemerintah kok mas, kalo dulu awal-awal
ya sering di bantu banyak, tapi kalo sekarang ya kita udah mandiri. (Wawancara dilakukan
pada tanggal 22 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Sanggar Batik Raden WIjaya).
Hal senada juga pernah diutarakan oleh Bapak Iwan selaku pemilik batik Olive, menurut Pak
Iwan :
waktu dulu ceritanya dapat upakarti memang pemerintah daerah ikut mengantarkan, tapi
selebihnya itu usaha dari saya dan teman-teman juga (Wawancara dilakukan pada tanggal
25 Januari 2016 pukul 10.00 bertempat di Griya Batik Olive)
Selain berprestasi pada dunia batik, para pakar pembatik di Batu juga memiliki orientasi
pada masa depan. Pembatik-pembatik di Kota Batu dalam merencanakan produk yang ingin di
pasarkan mereka selalu mengamati terlebih dahulu trend yang sedang berkembang. Seperti yang
dikutip pada wawancara dengan Pak Iwan pemilik Batik Olive :
Kalau inovasi ke depan pasti kita hanya mengikuti selera pasar jadi kita harus bisa
membaca pasar kira-kira ke depan nanti pasarnya Seperti apa nah menurut saya ini
sederhana tapi sangat penting karena dengan membaca pasar yang ada kita bisa
merencanakan produk apa yang akan diluncurkan beberapa taun kemudian. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 10.00 bertempat di Griya Batik Olive)
Seperti halnya Batik Olive Batik Raden Wijaya pun selalu berorientasi kedepan dengan
mengamati kondisi pasar sebelum memproduksi batik. Seperti yang diutarakan oleh Pak Cuk
Waluyo pada kutipan wawancara berikut ini :
Kalau kedepan kita masih mengikuti perkembangan saja kalau kita mau bikin sendiri tuh
takutnya gak laku jaman sekarang itu kadang-kadang orang dominan lebih suka kepada
warna ketimbang kepada motif kecuali kepada orang yang tahu Jadi kita sekarang lebih
fokus ke warna Nah kalau semisal motif itu jika yang memesan orang yang tahu seni malah
kita sering dikritisi jadi seperti itu mas. (Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Januari
2016 pukul 09.00 bertempat di Sanggar Batik Raden Wijaya)
Pak Sumari pemilik Sanggar Semar juga menjelaskan bahwa :

hal terpenting itu sebenarnya orientasi masa depan bahwa usaha membatik ini jangan
terlalu memikirkan untung semata, harus benar-benar memiliki tujuan yang bak yaitu buat
melestarikan budaya kalo cuma memikirkan keuntungan saja biasanya ketika oleng mereka
ga mampu bersaing dan hasilnya seperti teman saya banyak yang usaha membatiknya ga
jalan gara-gara yang dicari cuma untung aja. (Wawancara dilakukan pada tanggal 29
Januari 2016 pukul 11.30 bertempat Sanggar Batik Semar)
Pembatik di Kota Batu dalam memanajemen usahanya berfariatif. Untuk Batik Olive
alokasi sumberdaya sangat penting, dikutip dari wawancara dengan Pak Iwan berikut ini :
Kalau kami sejauh SDM yang ingin dikembangkan memang dibutuhkan dan membawa
efek yang bagus kita pasti akan rekrut orang dan kita tidak akan stuck hanya di satu tempat
itu cara yang tepat untuk memanjemen sebuah usaha. Kami juga sangat concern pada
prinsip right man in the right place, maksutnya disini yang berkompeten pada bidang
tertentu ya kita isi kekosongan itu. (Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Januari 2016
pukul 10.00 bertempat di Griya Batik Olive)
Sedangkan untuk Batik Raden Wijaya berdasarkan keterangan wawancara dengan Pak Cuk
Waluyo selaku karyawan yang paling seior mengungkapkan bahwa dalam mengelola organisasi
di Batik Raden Wijaya semuanya diatur oleh Ibu Lina pemilik Batik Raden Wijaya, seperti pada
kutipan wawancara berikut :
yang jelas mengatur pengeluaran sama pemasukan dan kita tetap mencari peluang peluang
bisnis, sedangkan untuk pengeluaran dan pemasukan anggaran, ketersediaan bahan baku, itu
semuanya ibuk yang ngatur. Kalo yang lain ya bantu buat batik nya aja kaya saya ini.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Sanggar
Batik Raden Wijaya)
Berbeda dengan Batik Olive dan Batik Raden Wijaya, Batik Sanggar Semar milik Pak Sumari
dalam mengatur organisasinya Pak Sumari melakukannya secara sendiri, seperti dikutip pada
wawancara berikut :
dulu saya ada SDM buat bendahara siapa, sekertaris siapa, dan lain lain tapi mulai kesini
saya rasa semuanya bisa dikerjakan sendiri. Jadi sekarang saya mengurusinya sendiri.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Januari 2016 pukul 11.30 bertempat di Sanggar
Batik Semar)
Seiring dengan semakin berkembangnya usaha batik Pembatik

di Kota Batu sering

menjadi pelatih dalam acara pelatihan bagi pembatik-pembatik baru yang baru merintis yang

diselenggarakan oleh Diskoperindag Batu. Hal ini dimaksudkan untuk pembatik yang sudah
berprestasi membalas budi bantuan Pemerintah Daerah yang telah berperan serta hingga
pembatik tersebut mencapai prestasi tertingginya. Seperti pada sanggar batik Raden Wijaya
bahwa setiap bulannya selalu ada pelatihan batik yang diajarkan oleh Pak Cuk Waluyo dan
pembatik lain di Sanggar Batik Raden Wijaya. Selain itu Pak Iwan selaku Batik Olive pun sering
diundang menjadi pelatih pada acara pelatihan bukan hanya di Kota Batu saja, namun diluar
Kota Batu, dan Pak Iwan juga merupakan salah satu pelatih Batik pada Pusat Layanan Usaha
Terbatu (PLUT) Kota Batu.
Dalam hal peningkatan kualitas wirausaha berdasarkan observasi di lapangan Pak Iwan
pemilik Batik Olive juga berhasil memanfaatkan teknologi agar lebih mudah cepat dan efisien
dengan mengkombinasikan antara batik tradisional dengan batik printing / cap. Selain batik
Olive, batik Raden Wijaya juga sudah memanfaatkan teknologi terbaru dalam memproduksi
batiknya dengan mengkombinasikan batik tulis dengan batik cap yang disebut dengan batik
kombinasi. Selain itu, pembatik local di Kota Batu juga memiliki keahlian dalam penyerapan
tenaga kerja. Batik Olive, Raden Wijaya, Batik Anjani dan Sanggar Semar masing-masing telah
berhasil menyerap tenaga kerja cukup banyak di Kota Batu, berdasarkan wawancara peneliti
dengan pemilik batik tersebut dapat disimpulkan mereka banyak merekrut tenaga kerja dari
Madura dan kaum muda masyarakat Kota Batu.
B. Modal Usaha
Sebagai industry kecil yang bergerak dibidang kerajinan memang sangat memerlukan
modal usaha. Banyak perubahan yang dirasakan oleh pembatik di Kota Batu setelah pemerintah
daerah memberi bantuan permodalan untuk awal usaha. Namun tidak semua pembatik mampu
mandiri secara modal hingga saat ini. Bagi pelaku usaha batik yang baru memulai tentu modal

usaha masih didampingi oleh pemerintah daerah, namun bagi toko batik yang sudah mandiri
secara modal pemerintah sudah tidak memberi bantuan apapun, Pemda hanya mendampingi.
Seperti yang dikutip dari wawancara dengan Bapak Amran selaku Kepala Bidang Industri Dinas
Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu :
Kalau dibilang capaian indikator dari segi modal memang yang sudah dikatakan Mandiri
batik olive Namun kita tidak menutup kemungkinan batik Olive pun tetap kita bantu dalam
hal misalnya promosi atau dalam hal event kita ikut sertakan batik itu dan untuk membatik
batik lain Saya rasa ada yang memang masih kita bantu secara mudah dan ada yang sudah
kita lepas lain batik Olive juga ada batik Raden Wijaya adalah Kampung batik ataupun Niki
batik itu semua dahulunya ketika merintis memang kita juga berikan alat-alat bagi mereka
Dan harapannya mampu membuka wirausaha wirausahawan baru dan mampu membuka
lapangan pekerjaan baru di Kota Batu ini. (Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Januari
2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Pernyataan Pak Amran senada juga dengan Pak Iwan selaku pemilik Toko Batik Olive, bahkan
menurut Pak Iwan untuk mempertahankan uang berputar di Batik Olive, dirinya membuat
sumber pemasukan lain di toko nya yaitu dengan mendirikan caf, seperti pada kutipan
wawancara berikut :
Kalau ditanya cukup atau engga secara modal manusia tidak akan pernah ngrasa cukup
namun setelah usaha cukup lama yah di kita sekitar 15 tahun Kita sudah mempunyai 1 cafe
di atas Galeri Kita jadi seperti itu mas tapi kalau untuk operasional saya rasa sudah cukup
malahan kita membutuhkan modal lagi rencananya untuk membuka usaha usaha baru
maksudnya mungkin selain batik kita akan membuka toko lainnya yang masih ada kaitan
nya dengan batik. (Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016 pukul 09.00
bertempat di Sanggar Batik Raden Wijaya)
Kemandirian pelaku usaha batik di Kota Batu memang belum dikatakan menyeluruh dari
aspek permodalan, ada beberapa pembatik yang masih memerlukan pendampingan dari
pemerintah daerah. Namun bagi pembatik yang sudah dapat mengelola permodalannya sendiri
pemerintah daerah Kota Batu hanya mendampingi saja mengingat omzet yang didapatkan sudah
dapat menutupi modal usahanya, seperti yang dikutip pada wawancara dengan Bapak Agung
selaku Kepala Seksi Bidang UKM Diskoperindag Batu :

Permodalan sih kalau saya lihat mereka bisa ditutupi dari omzet mereka Saya rasa pakai
modal sendiri juga mereka sudah bisa jalan karena omsetnya sudah lumayan, juga bisa
dilihat pesanannya sudah semakin banyak dari langganannya atau, dan mitra sponsornya
pun sudah banyak, namun bagi yang memang belum mampu mandiri secara modal itu tugas
kita untuk membinanya. (Wawancara dilakukan pada tanggal 18 Januari 2016 pukul 10.00
bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Omzet yang sudah bisa menutupi modal juga disampaikan oleh Bapak Sumari pemilik Batik
Semar, menurut Pak Sumari:
Kalau permodalan cukup biasanya kan kalo ada pesenanan DP 50% nah dari situ bisa
dipake buat biaya produksi dlu, jadi saya rasa sekarang ini untuk permodalan sudah cukup.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Januari 2016 pukul 11.30 bertempat di Sanggar
Batik Semar)
Selain usaha batik milik Sumari, Batik Raden Wijaya juga sudah dikatakan mandiri secara
permodalan. Hal tersebut di perkuat oleh wawancara peniliti dengan Pak Cuk Waluyo, menuurut
Pak Cuk Waluyo :
Memang secara modal kita sudah dikatakan cukup malahan kadang-kadang kita bisa
menyimpan barang seperti kain cat warna itu kan setiap bulannya, padahal alat-alat kaya itu
tadi kan mahal, sebulan dua bulan itu naik makanya kita pintar dalam menyimpan bahan
baku itu dan batik kita juga bukan yang produksi banyak cuman ya kalo mood aja ngerjain.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Sanggar
Batik Raden Wijaya)
Keberadaan pemerintah daerah sebagai fasilitator dalam memberikan permodalan telah
menghasilkan pembatik-pembatik yang berdaya saing. Para pembatik sudah dapat dikatakan
mandiri secara modal karena sudah mampu untuk memnuhi persyaratan modal usaha, selain itu
pembatik juga mampu dalam mengatasi permasalahan permodalannya sendiri, bahkan pembatik
juga sudah dapat menyerap pemodalan dari sumber lain melalui kemitraan. Namun, bagi
sebagian pembatik di Kota Batu yang masih baru merintis memang perlu mendapat
pendampingan terlebih dahulu dari pemerintah daerah sebelum mampu dikatakan mandiri secara
modal dan siap untuk bersaing di pasaran.

C. Strategi Pemasaran
Indikator kemandirian dari segi pemasaran dapat diukur dari kemampuan pelaku usaha
dalam menciptakan produk berkualitas yang siap bersaing dan kemampuan dalam
mempromosikan produknya. Dalam memasarkan produknya pengusaha batik di Kota Batu
mematok harga yang sesuai dengan barangnya atau dengan kata lain harga yang di keluarkan
akan sebanding dengan kualitas produk. Untuk traget pemasaran pembatik di Kota Batu lebih
mengincar kalangan menengah ke atas seperti pada wawancara dengan Pak Iwan pemilik Batik
Olive sebagai berikut :
Kita diuntungkan dengan embel-embel batik khas Kota Batu dan kita akan lebih pede
untuk mematok harga mulai dari Rp800.000 sampai Rp 1.500.000 tergantung tingkat
kesulitannya juga, dan karena sudah mengantongi Batik khas saya rasa harga segitu tidak
mengganngu selama ini, selain itu juga target pasarnya kan kalangan menengah keatas dan
penentuan harga kita standart aja Mas seperti BEP ditambah margin dan yang paling penting
karena kita sudah mempunyai pasar sendiri, jadi untuk harga berapapun tetap ada
pelanggan. (Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Januari 2016 pukul 10.00 bertempat di
Griya Batik Olive)
Selain Batik Olive, Pak Cuk Waluyo pembatik dari Batik Raden Wijaya juga membenarkan jika
batiknya lebih berani dipasarkan kepada kalangan menengah keatas, seperti pada kutipan
wawancara berikut :
Karena sasaran kita menengah ke atas ya untuk menentukan harga kisaran Rp.1.000.000
tergantung pesanan juga dan kadang kita mematoknya sesuai dengan kesulitan si mas kalau
memang butuh pengerjaan yang lama ya kita tidak mengambil untung yang banyak juga
kok, tapi kalo pengennya cepet ya nanti ada biaya tambahan, karena basicnya penentuan
harga buat batik ini ga bisa kaku gitu kok mas, gimana buatnya dan kalo yang mengerti seni
terkadang kita kasih mahal juga bakalan laku. (Wawancara dilakukan pada tanggal 22
Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Sanggar Batik Raden Wijaya)
Pemilik Batik Sanggar Semar, Pak Sumari pun memberikan pendapatnya terkait menentukan
rata-rata harga batik miliknya, seperti yang dikutip pada wawancara berikut :
Saya mematok pasaran itu kalangan menengah keatas mas, kaya pernah dulu ibu menteri
yang jadi langganan saya. Karena apresiasi terhadap seni kalangan menengah keatas itu
sangat baik mas. Kalo masyarakat batu si saya rasa masih kurang ya, yang dari kota-kota

besar itu yang sering minta bikinin batik dari saya. (Wawancara dilakukan pada tanggal 29
Januari 2016 pukul 11.30 bertempat di Sanggar Batik Semar).
Selain itu sebagian besar pembatik di Kota Batu sudah ada yang mampu untuk membuka
galerinya sebagai sarana untuk memamerkan sekaligus menjual produknya sendiri. Menurut
observasi peneliti dilapangan Batik Olive kepemilikan Pak Iwan yang sangat layak untuk
dijadikan galeri batik karena selain toko batik yang nyaman, pada Galeri tersebut juga sudah
terdapat caf yang tentunya sangat nyaman untuk berbelanja. Selain Batik Olive, Batik Semar
milik Pak Sumari dan Batik Raden Wijaya yang sudah memiliki galeri untuk memasarkan
produknya. Walaupun beberapa toko batik sudah mandiri, namun ada beberapa pembatik di Kota
Batu yang masih belum dapat memasarkan produknya dikarenakan tidak terdapatnya galeri
untuk menjual produknya.
Selain itu pembatik di Kota Batu juga menggunakan social media untuk media
pemasarannya. Sedangkan menurut pendapat Pak Amran selaku Kepala Bidang Industri
Diskoperindag Batu mengakui bahwa banyak travel agent yang sudah mengetahui keberadaan
pembatik di Kota Batu, seperti yang dkutip pada wawancara berikut :
Untuk memasarkan ya sampai saat ini mereka masih bekerja secara mandiri Yah salah
satunya mungkin yang membuka bekerjasama dengan travel ketika ada tamu yang mammpir
di Batu travel itu Mengantar ke toko batik langganannya seperti Olive kita tahu setiap
liburannya dipenuhi mobil seperti itulah Mas. (Wawancara dilakukan pada tanggal 26
Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Kantor Diskoperindag Batu)
Bagi

sebagian

pembatik

di

Kota

Batu

untuk

bersaing

dipasaran

mereka

sangat

mempertimbangkan aspek konsumen, terlihat dari wawancara dengan Pak Cuk Waluyo pembatik
Raden Wijaya :
Prinsipnya Jika mereka bisa Kita juga harus bisa kalau bisa dibilang melihat apa yang lagi
terkenal dan laku di pasar tapi biasanya itu nggak lama soalnya hanya mengikuti tren tapi
kalau kita tetap memegang motif dan corak sesuai dengan Raden wijaya ini terlebih saat ini
warna menjadi salah satu kekuatan dari batik ini dan saat ini juga masyarakat tidak tahu
mana yang dikerjakan dengan batik tulis batik printing atau batik cap malah sekarang ada
kombinasi dari batik tulis dan batik cap nah sedangkan usaha kita memang murni dari batik

tulis itu yang akan kita pertahankan dan itu yang akan jadi strategi untuk bersaing dengan
pembatik lain dan kalau batik tulis itu kesulitan Bagaimana titiknya cantiknya itu hanya
orang-orang tertentu yang bisa dan Mereka memberi harga mahal pun akan laku karena
susah nya disitu kadang kadang ini kok murah ya karena ini printing. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 22 Januari 2016 pukul 09.00 bertempat di Sanggar Batik Raden
Wijaya)
Mempertahankan motif asli dan memodifikasinya dengan tren yang terbaru menjadi
strategi dalam memasarkan produk unggulan Batik Raden Wijaya. Hal yang sama juga
diutarakan oleh Pak Sumari pemilik batik Semar bahwa mempertahankan motif dan
memodifikasinya dengan model terbaru adalah kunci dalam mempertahankan produk. Seperti
pada wawancara berikut :
Kalau saya datang di pinggir jalan, terus liat kiri kanan orang lewat, mereka paling banyak
pake baju apa. Nah itu bisa di nilai bahwa yang lagi in bahwa modelnya kaya gitu, karena
pasarannya adalah masyarakat Batu jadi saya sekalian nunggu saya duduk di alun-alun lalu
saya meneliti disana, dan saya sangat memperhatikan motif. Kalo motif di wiajaya itu lebih
ke perpaduan warna yang terang, batik olive itu tempat-tempat wiata di Batu, nah kalo saya
lebih suka dengan motif anak-anak jadi motif unggulan saya itu kaya anak-anak lagi main,
kucing yang di gambar anak-anak, itu motif unggulan saya. Jadi banyak ngangkat
permasalahan tentang anak-anak. (Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Januari 2016
pukul 11.30 bertempat di Sanggar Batik Semar).
Bila dilihat dari beberapa fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa bagi pembatik yang
sudah memiliki motif dan memiliki galerinya sediri sudah mampu untuk memasarkan produknya
secara mandiri. Selain itu, para pembatik juga mampu dalam menciptakan produk yang
berkualitas, meskipun demikian pemerintah Kota Batu tetap akan mengikutsertakan batiknya
dalam pameran dan agenda promosi lainnya terlebih untuk pengusaha batik di Kota Batu yang
baru merintis dan membutuhkan bantuan untuk memasarkannya.

D. Analisis Data Fokus Penelitian


1.

Strategi Pemerintah Daerah Kota Batu dalam Pemberdayaan UMKM Batik


Berbasis Potensi Lokal
Pemberdayaan UMKM

Akses Modal

Pemberian
bantuan
modal

Memberi
akses modal
perbankan
dan
nonperbanka
n

Memberi
pentunjuk
untuk
mengakses
modal

Pengembangan
SDM
Pelatihan teknik
membati

Pelatihan
manjemen usaha

Menghimpun
pelaku usaha
dalam Pusat
Layanan Usaha
Terpadu (PLUT)

Bahan dan alatalat membatik


gratis selama
pelatihan

Asosiasi antar
Kemitraan
sesama pelaku
UMKM batik

Kemitraan
Pemerintah
dengan
perbankan

Kerjasama
pemerintah
dengan
pemerintahaan
lainnya

Kemitraan
pemerintah
dengan BUMN
Kerjasama
pelaku UMKM

Kegiatan
pameran
produk
Penguatan
UMKM
Pasar

Kewajiban
memakai
seragam batik
bagi Pegawai
Negeri SIpil
(PNS)

Menjadikan
batik sebagai
buah tangan
bagi tamu
penting
kenegaraan

Menciptakan
marketing
onine

Gambar 14, Strategi Fungsional Pemberdayaan UMKM Batik Batu


Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Strategi diatas merupakan bentuk strategi fungsional pemerintah Kota Batu dalam
memberdayakan UMKM Batik. Untuk lebih mempermudah dalam Analisis data pada penelitian
berikut mengacu pada teori Tripomo, Tedjo dan Udan (2005) yang menjelaskan bahwa
manajemen strategi untuk memberdayakan masyarakat berorientasi bisnis tidak terlepas dari tiga
jenis strategi. Adapun jenis strategi tersebut adalah strategi korporasi, strategi bisnis, dan strategi
fungsional. Berdasarkan analisis data dan penelitian dilapangan strategi yang cocok untuk
diterpakan pada pemberdayaan UMKM batik di Kota Batu adalah strategi fungsional, sebab
fokus utama dari strategi fungsional untuk memaksimalkan produktivitas sumberdaya yang
dimiliki melalui penetapan tujuan dan rencana-rencana tindakan fungsional yang dapat
mengarahkan kegiatan sehingga dapat mendukung pencapaian strategi yang lebih besar.
Pemerintah Kota Batu menyusu rencana strategis jangka panjang melalui langkah-langkah
pemberdayaan UMKM untuk mencapai tujuan utamanya. Pemerintah daerah juga menerapkan
strategi tersebut dengan memaksimalkan produktifitas sumberdaya yang ada, dan mengarahkan
kegiatan berupa program pemberdayaan dalam rangka memaksimalkan potensi yang ada.
Adapun langkah atau strategi yang diterapkan pemerintah Kota Batu dalam program

pemberdayaan dituangkan dalam empat aspek utama yaitu pemberian akses permodalan,
mengembangkan sumberdaya yang tersedia, melakukan kemitraan, dan mencarikan pasar untuk
persaingan produk. Adapun berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing strategi
pemberdayaan UMKM batik di Kota Batu.
A.

Akses Modal

Salah satu strategi dalam menumbuhkan usaha dan iklim usaha bagi UMKM menurut
Kartasasmita (1996) dalam Khamarullah (2014) dalam konsep strategi pemberdayaan UMKM
dilakukan dengan peningkatan akses kepada asset produktif, terutama modal. Sesuai dengan
konsep tersebut pemerintah Kota Batu meningkatkan akses permodalan berupa LPDB (Lembaga
Pembiayaan Dana Bergulir) yang sudah dianggarkan untuk terus dimanfaatkan semaksimal
mungkin penggunaannya. Anggaran dana berupa LPDB tersebut harus didistribusikan secara
merata dan adil terhadap pengusaha batik. Adill yang dimaksud adalah memprioritaskan kepada
pengusaha batik yang benar-benar mebutuhkan bantuan, seperti pembatik local yang mempunyai
kemampuan dalam menciptkan batik namun memiliki keterbatasan dalam hal anggaran. Hal ini
agar pemerataan pengusaha batik di Kota Batu dapat terwujud.
Selanjutnya menurut menurut Sjaifudin (1995) dalam
permodalan

sebagai

salah

satu

strategi

pemberdayaan

Firmansyah (2014) pemberian


UMKM

untuk

menguatkan

kemampuannya secara finansial. Jadi, dalam pemberdayaan UMKM, strateginya adalah dengan
meningkatkan akses kepada modal usaha dengan tujuan untuk menguatkan kemampuan pelaku
UMKM secara finansial. Selanjutnya strategi untuk mengembangkan suatu usaha adalah dengan
pengembangan bantuan modal usaha. Dari hasil penelitian, pengembangan bantuan usaha yang
diberikan kepada UMKM batik oleh penyedia permodalan bisa memberikan kredit atau tidak itu
bukan menjadi kewenangan Pemerintah daerah Kota Batu. Untuk itu, pengembangan bantuan

modal untuk UMKM batik di Kota Batu tergantung pada lembaga penyedia modal baik itu bank
maupun non-perbankan.
Sama halnya dengan konsep strategi pemberdayaan UMKM di atas Pemerintah daerah
Kota Batu yang terkait untuk memberdayakan UMKM batik dengan memberikan kemudahan
mengakses modal usaha. Pemerintah daerah yang terkait dalam memberikan akses modal usaha
bagi UMKM batik

adalah Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan. Instansi

tersebut menyediakan akses bagi para pelaku UMKM untuk mencari modal usaha. Adapaun
sumber modal yang bisa dikases bagi para pelaku UMKM batik melalui bantuan layanan oleh
instansi tersebut adalah pemerintah dearah Kota Batu telah menyediakan channeling dengan
perbankan dan non-perbankan. Modal yang diakses dari perbankan atau bank adalah dari Bank
UMKM atau melaui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan BRI dan Bank Jatim. Sedangkan modal
yang diakses dari non-perbankan yaitu dari PT. Telkom Indonesia dan Garuda Indonesia dan dari
Bank Indonesi melalui program CSR (Corporate Social Responsbility), selain itu Pemerintah
Daerah Kota Batu juga memanfaatkan dana hibah untuk modal usaha yang disebut Lembaga
Pembiayaan Dana Bergulir (LPDB). Berbagai kemudahan yang diberikan oleh pemerintah telah
berhasil meningkatkan kreatifitas dan inovasi pembatik untuk terus berusaha mencari
permodalan.
Akses permodalan yang sudah disediakan oleh pemerintah daerah Kota Batu bagi pelaku
UMKM batik adalah adanya kerjasama antara pemerintah daerah Kota Batu dengan lembaga
sumber permodalan seperti yang sudah dijelaskan diatas. Pemerintah daerah Kota Batu telah
membantu pelaku UMKM batik dengan memberikan arahan bagaimana cara mengakses kredit
modal usaha kepada lemabaga penyedia modal. Arahan yang diberikan adalah arahan tentang
pembuatan proposal pengajuan kredit usaha serta mengarahkan mengenai persyaratan apa saja

yang harus dilengkapi. Kemudian pemerintah daerah Kota Batu bersama dengan pelaku UMKM
batik menyerahkan proposal tersebut kepada penyedia permodalan untuk selanjutnya
ditindaklanjuti. Akses modal yang diberikan oleh pemerintah Kota Batu tidaklah sulit, dengan
persyaratan administrasi dan alur birokrasi yang mudah tak tidak berbelit-belit akan sangat
membantu pelaku usaha dalam mengakses modal dari instansi perbankan.
Dalam penerepannya pemerintah daerah Kota Batu juga memberikan bantuan modal usaha
selain dana usaha adalah inventarisasi atau alat-alat membatik. Untuk batik Semar sendiri
kepemilikan Bapak Sumari pemerintah daerah mengupayakan memberikan sanggar membatik
guna keperluan menjalankan usaha batik. Bila dilihat dari pentignya alat-alat membatik, langkah
yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah sangat tepat dengan memberikan akses berupa
peralatan untuk modal usaha. Apabila dilihat betapa pentingnya akses permodalan bagi
pengusaha oleh karena itu diperlukan hubungan kerjasam yang baik antara pelaku UMKM batik
di Kota Batu dengan pemerintah daerah setempat karena bagi masyarakat Kora Batu UMKM
batik merupakan sarana untuk menumbuhkan perekonomian dan sebagai alat untuk
mensejahterakan kehidupan. Output atau hasil kemampuan masyarakat khususnya pelaku usaha
batik mampu secara financial dan dapat membuka lapangan pekerjaan yang bisa dimanfaatkan
oleh pemerintah untuk terus mengembangkan potensi local yang ada. Sedangkan yang paling
penting bagi pelaku usaha batik dapat digunakan untuk terus mengambangkan dan melestarikan
kesenian batik khas dengan tersedianya modal untuk berkarya dan dapat diakui oleh masyarakat.
B.

Pengembangan Sumberdaya Manusia

Pemberian pelatihan kepada pelaku UMKM merupakan strategi terbaik untuk terus
mengembangakan sumberdaya manusaia pealaku UMKM Batik Batu. Kegiatan pemberian
pengetahuan, wawasan, dan keterampilan hingga pelaku UMKM memiliki keahlian baru dari

hasil pelatihan tersebut. Menurut Kartasasmita (1996) dalam Khamarullah (2014) dalam konsep
strategi pemberdayaan UMKM, salah satu strategi pemberdayaan UMKM adalah dengan
memberikan pelatihan. Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan mengenai pengentahuan dan
ketrampilan yang diperlukan untuk berusaha. Sesuai dengan konsep tersebut, pemerintah daerah
Kota Batu dalam rangka memberdayakan masyarakat lokal, khususnya pelaku UMKM batik
adalah melalui strategi pelatihan untuk mengembangankan sumberdaya yang dimilikinya.
Strategi pemerintah daerah Kota Batu terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia
ini adalah dengan memberikan pelatihan pewarnaan alam dan mendatangkan pelatih dari luar
wilayah. Pelatih tersebut yakni berasal dari Balai Batik Gersik Jawa Timur. Pelatih yang berasal
dari lokasi yang memiliki potensi industry batik yang sangat baik diundang oleh pemerintah
daerah Kota Batu dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan wawasan tentang
membatik dan lebih difokuskan pada kegiatan pewaranaan karena dirasa mereka ahli di bidang
pewarnaan.
Dalam rangka memberikan pengetahuan/wawasan/keterampilan membatik diberikan
dengan memberi pelatihan dari segi teknik maupun dari segi manajemen usaha tergantung pada
kewenangan pemerintah daerah Kota Batu dari SKPD yang berbeda. Pemerintah daerah Kota
Batu yang lebih berwenang memberikan pelatihan dari segi teknik adalah dari Dinas Koperasi
UKM Perindustrian dan Perdagangan terutama pada bidang Industri dan Koperasi. Sedangkan
Pemerintah daerah Kota Batu yang berwenang dalam memberikan pelatihan dari segi
manajemen usaha adalah dari bidang UKM.
Selain dengan menggunakan metode pelatihan bagi pelaku usaha batik di Kota Batu,
pemerintah Kota Batu juga membentuk perkumpulan usaha termasuk batik didalamnya bertujuan
untuk mengembangan sumberdaya manusia melalui perkumpulan pelaku usaha Batu yang
disebut PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu). PLUT program yang dibentuk oleh Dinas
Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu khusunya pada bidang UKM telah

menerapkan teori yang telah disebutkan oleh Salusu (2008) bahwa strategi yang efektif
hendaknya memfokuskan dan menyatukan seluruh sumberdaya dan tidak mencerai beraikan satu
dengan yang lain. Salusu (2008:108) juga menjelaskan bahwa sumberdaya merupakan sesuatu
yang sangat kritis. Untuk itu strategi adalah sesuatu yang mungkin, hendaknya dibuat suatu yang
memang layak dan dapat diimplementasikan. Adapun strategi pemberdayaan sumberdaya
manusia yang diterapkan oleh Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu
telah layak dan mudah untuk diimplementasikan.
Pelatihan dari segi teknik oleh Dinas Koperasi UKM Perindustrian Perdagangan kepada
para pelaku UMKM batik adalah pemberian pelatihan pewarnaan alam batik dan corak warna
batik sebagi cirikhas motif industry kerajinan batik. Pelatihan pewarnaan alam batik adalah
pelatihan memberi warna batik dengan memanfaatkan potensi lokal berupa daun-daun dan kulit
kayu untuk dijadikan sebagai bahan pewarna pada batik yang dilaksanakan pada tahun 2012.
Sedangkan pelatihan pewarnaan corak adalah member kesan asli pada suatu karya batik bahwa
motif dengan warna tertentu cerah atau gelap identik dengan salah satu toko batik di Batu.
Pelatihan yang berlangsung rutin setiap bulan dalam proses pelatihannya dengan mendatangkan
pelatih yang ahli di bidang batik yaitu dari Balai Batik Gersik. Pertemuan pertama dan kedua
para pelaku UMKM batik diberi pengetahuan tentang membuat sketsa motif hingga proses
teknik mencanting dan teknik cap, sedangkan pertemuan selanjutnya baru diberikan pelatihan
teknik pewarnaan alam, sehingga hal ini tidak bisa diterima secara maksimal oleh peserta
pelatihan pewarnaan alam batik. Jumlah peserta pelatihan pewarnaan alam sekitar 120 orang,
dimana semua peserta pelatihan diberi peralatan dan bahan membatik seperti kain, malam
(lilin untuk membuat batik), canting, kompor, wajan, dan jagrak secara gratis.. Sedangkan
pelatihan teknik pewarnaan dengan mengkombinasikan warna yaitu mengarahkan para pelaku
UMKM batik untuk memberikan penguatan karakter warna pada batik tertentu. Tetapi hasil

pelatihan pewarnaan alam batik dan kombinasi warna, itu semua tergantung pelaku UMKM
batik. untuk samapai saat ini sudah banyak pelaku UMKM batik yang memproduksi batik dari
warna alam sedangkan kombinasi warna baru Batik Olive dengan kombinasi batik warna gelap
dan Batik Raden Wijaya dengan kombinasi batik warna cerah saja yang mampu terus produksi
dan terus menghasilkan produksi.
Para pelaku UMKM batik Kota Batu juga dihimbau untuk membentuk suatu wadah
koperasi dan paguyuban agar pemberian bantuan terpusat langsung pada ketua dari paguyuban
tersebut. Bidang yang mempunyai wewenang dalam menghimpun koperasi sebuah tempat usaha
di Kota Batu adalah bidang Koperasi. Kopersi akan terus mengkoordinir setiap tempat usaha
yang sudah berbadan hokum koperasi untuk diberikan bantuan baik itu modal atauun pelatihan.
Pemberian pelatihan kepada masyarakat Batu ini merupakan strategi pemerintah daerah Kota
Batu untuk mengembangkan sumberdaya manusia. Kegiatan pelatihan membatik bagi
masyarakat tersebut dilaksanakan melalui kegiatan pemberdayaan UMKM yang menjadi dasar
hukum dibentuknya program pengembangan UMKM. Program tersebut dilaksanakan di setiap
kecamatan oleh panitia penyelenggara bersama dengan Dinas Kopersi UKM Perindustrian dan
Perdagangan serta para pelaku UMKM batik yang berada tinggal di wilayah tersebut untuk
membantu memberikan pelatihan membatik kepada warga masayarakat. Selama proses
pemberdayaan masyarakat tersebut, masyarakat yang berjumlah sekitar 100-200 orang
berkumpul di suatu tempat pelatihan diberi perlatan dan bahan membatik secara gratis serta
diberi uang pesangon untuk transportasi mereka.
Sama halnya dengan konsep pemberdayaan, pelatihan manajemen usaha juga diberikan
kepada para pelaku UMKM batik oleh pemerintah daerah Kota Batu. Pemerintah daerah Kota
Batu yang berwenang atas pelatihan ini adalah Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan
Perdagangan Kota Batu yang langsung dikoorinir oleh Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT).

Pelatihan manajemen adalah pelatihan yang berkaitan dengan wirausaha, terutama wirausaha
batik. Strategi yang diterapkan adalah dengan mengadakan seminar-seminar di desa-desa yang
membutuhkan pelatihan manajemen UMKM dengan mendatangkan pelatih yang ahli di bidang
UMKM, terutama UMKM batik. Sanggar batik di Solo didatangkan ke Batu untuk memberikan
pengetahuan tentang batik, proses membatik, harga batik, dan perkembangan desain pakaian
batik. Selain pembatik dari Solo, Diskoperindag juga telah memberikan pelatihan melalui acara
seminar kepada masyarakat di desa-desa atau di kecamatan-kecamatan. Adapaun pengetahuan
yang diberikan adalah tentang manajemen pemasaran seperti promosi, manajemen keuangan, dan
pentingnya UMKM sebagai penggerak perekonomian rakyat.
C. Kemitraan
Konsep kemitraan dalam hal ini adalah adanya kerjasama antar sector selain pemerintah
dan masyarakatntya saja. Adanya campur tangan pihak lain akan mendorong adanya kerjasama
dalam bentuk kemitraan. Peniliti menggunakan konsep Quadruple helix dalam menganalisis
kemitraan yang terjadi pada program pemberdayaan UMKM batik yang dilakukan oleh
pemerintah daerah Kota Batu.. Konsep quadruple helix menurut Oscar (2009) Quadruple Helix
Innovation Theory merupakan kolaborasi empat sektor yaitu : goverment, business, academica
dan civil society yang berperan mendorong tumbuhnya inovasi. quadruple helix innovation
diarahkan pada sisi produksi, sektor teknologi tinggi, dan mengintegrasikan antara pemerintah,
sektor bisnis, civitas akademika serta peran civil society
Sesuai dengan konsep di atas, pemerintah daerah Kota Batu membuat strategi
pemberdayaan UMKM batik dengan mewujudkan kemitraan. Kemitraan tersebut bisa
diwujudkan dengan adanya pola komunikasi antar pemerintah dengan sector swasta, kemitraan
antara sesama pemerintah namun berbeda tupoksi kerja, kemitraan antara pelaku UMKM dengan

pemerintah daerah, dan kemitraan antara pelaku UMKM dengan pihak lain selain pemerintah.
Kemitraan ini diwujudkan untuk membuka akses bagi masyarakat miskin terhadap teknologi,
pasar, pengetahuan, modal, dan manajemen yang lebih baik serta pergaulan bisnis yang lebih
luas.
Strategi pemerintah daerah untuk mewujudkan kemitraan antara sector swasta dengan
pemerintah daerah itu sendiri diwujudkan dengan adanya pelatihan rutin yang dilaksanakan oleh
Bank Indonesia. Kerjasama ini dimaksudkan untuk memunculkan pengusaha baru dari sector
industry kerajinan batik. Melalui pelatihan rutin setiap bulannya Bank Indonesia bekerjasama
juga dengan pemerintah dengan memberikan kursus pelatihan yang terstruktur mulai dari tahap
awal membatik hingga proses finishing dan siap diproduksi semuanya diberikan secara gratis.
Bank Indonesia juga memberikan kesempatan untuk ikut serta memasarkan hasil karya pembatik
Kota Batu melalui ajang pameran dan promosi.
Strategi pemerintah daerah Kota Batu dalam mewujudkan kemitraan antar sesama
pemerintah daerah namun berbeda tupoksi kerja diwujudkan dengan kerjasama antara Dinas
Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu dengan Dinas Pariwisata Kota Batu.
Bentuk kerjasama yang dilakukan adalah selalu mengikutkan sertakan batik hasil binaan dari
Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu dalam setiap acara pameran
budaya atau pameran yang banyak mengundang wisatawan luar yang diselenggarakan oleh
Dinas Pariwisata Kota Batu. Hasil karya batik tidak pernah absen dalam setiap acara besar yang
diselenggarakan oleh Walikota Batu, bertujuan untuk mengukur minat masyarakat wilayah Kota
Batu atau wilayah luar Kota Batu terhadap kerajinan batik. Selain itu tentunya untuk
memberikan kesempatan pembatik yang baru berkembang untuk menunjukan hasil karyanya
kepada masyarakat luas.
Strategi kemitraan selanjutnya yaitu kemitraan antara pelaku UMKM dengan pemerintah
daerah. Untuk mewujudkan kemitraan antara pelaku UMKM dengan pemerintah daerah adalah

dengan adanya pemberian fasilitas, diikutkan dalam pameran, dan mengumpulkan para pelaku
usaha dalam suatu Pusat Layanan Usaha Terpadu atau (PLUT). Pemerintah daerah
mengupayakan pengembangan pelaku usaha batik dengan memanfaatkan alokasi dana untuk
mengembangkan usaha dengan diberikan fasilitas berupa alat-alat membatik. Sedangakan upaya
untuk mencari pasar adalah diikutkan dalam acara pameran baik dari dalam negeri atau bahkan
luar negeri. Pemerintah Kota Batu juga mengikutkan pembatik dalam acara bergengsi terkait seni
yaitu International Handicraft (INACRAFT).
Pelaku usaha batik juga melakukan kerjasama dengan pihak lain dengan beberapa sector
swasta tanpa melibatkan pemerintah daerah. Upaya ini dilakukan oleh pelaku usaha batik untuk
Bisnis

membantu dalam hal permodalan maupun(Pihak


dalamSwasta)
hal promosi mengingat sector swasta yang
sudah besar memiliki peluang yang sangat menjanjikan pengusaha local dalam hal promosi dan
penguatan pasar selain itu pelaku usah batik juga bekerjasama dengan perbankan untuk bantuan
UMKM BATIK BATU
PelakuPEMBERDAYAAN
UMKM Batik (Komunitas)

modal usaha dalam bentuk KUR atau Kredit Usaha Rakyat, Bank BRI dan Bank Jatim yang
sudah bermitra dengan pembatik di Batu. Dapat dikatakan bahwa pelaku usaha batik memang
tidak ingin mengandalkan bantuan dari pemerintah daerah saja. Mereka juga mejalin kemitraan
Pemerintah

dengan sector swasta secara mandiri.


Pola komunikasi dalam kemitraan yang sudah dipaparkan diatas dapat dijelaskan pada
gambar berikut ini:

Promosi
Diikutkan
Produk Pinjaman
Pameran Kebudayaan
KUR dengan Bunga
Pemberian
yang Fasilitas
Ringan Gratis

Gambar 15 Pola Komunikasi antar Actor dalam Pemberdayaan UMKM batik di Kota Batu
Sumber : Olahan Peneliti, 2016
Berdasarkan pada gambar pola komunikasi diatas dapat diidentifikasikan bahwa
pemberdayaan masyarakat melalui strategi kemitraan yang dilakukan

sudah berhasil

meningkatkan inovasi dan kreatifitas pelaku usaha batik. Namun dalam hal ini pemerintah
sebagai actor utama pemberdayaan masyarakat tidak mengikutsertakan peran intelektual
akademisi sebagai pengembangan inovasi dan teknologi yang akan ditransfer pada pihak pelaku
bisnis. Seperti yang dijelaskan pada teori Akil (2014) sebelumnya bahwa dinamika sosial dan
inovasi di daerah-daerah perkotaan dalam kosep Quadrupe Helix telah mengahsilkan model dan
pola komunikasi pada hal ini pemberdayaan masyarakat dan pemerintah sebagai actor utama
yang dibantu oleh Bisnis, Komunitas, dan kaum Intelektual. Industri kreatif sebagai industry
dengan basis Human Capital, pada tahap memformulasikan strategi yang dipilih dibutuhkan
kerangka model komuikasi Quadruple Helix untuk menciptakan pola interaksi yang baik. Pada
hal ini kerangka komunikasi Quadruple Helix dapat memberi jalan dan mempromosikan industry
kreatif.
Terdapat perbedaan antara pola komunikasi quadruple helix dengan pola komunikasi
pemberdayaan UMKM di Kota Batu. Perbedaan tersebut terletak pada tidak adanya keterlibatan
intelektual akademisi pada saat strategi tersebut dijalankan. Pemerintah daerah lebih
mengutamakan peran bisnis dan civil society namun tidak mengikutsertakan akademisi. Kondisi
ini tentunya bertolak belakang dengan pola komunikasi pemberdayaan masyarakat yang
mengangkat konsep Quadruple Helix. Mengingat betapa pentingnya keterlibatan intelektual
akademis pada pola interaksi pengembangan indutri kreatif seharusnya pemerintah daerah Kota
Batu juga mengikutsertakan intelektual akademis dalam pola komunikasi tersebut karena akan
sangat membantu dalam hal teknologi dan pengembangan inovasi. Adapun penulis mencoba

Transfer Ilmu, dan pengembangan inovasi

menganalisis apabila konsep quadruple helix di terapkan pada strategi pemberdayaan UMKM
(Pihak Swasta)
batik diBisnis
Kota Batu
yang dipaparkan pada gambar berikut:

Kaum Intelektual Akademis

Gambar 16 Pola Komunikasi Quadruple Helix yang sesuai untuk pemberdayaan UMKM
Batik di Batu
Sumber : Olahan Peneliti, 2016
Manfaat keterlibatan
akademisi
ini tidak
bisa
diakomodir oleh actor lain karena sebagai
PEMBERDAYAAN
UMKM
BATIK
BATU
Pelaku UMKM Batik (Komunitas)

kaum intelek, akademisi bertugas mentransfer ilmu dan kreativitas yang sangat menunjang
pemberdayaan industry kreatif. Dengan penambahan pilar transfer ilmu dan pengembangan
inovasi maka akan mempercepat proses pemberdayaan karena secara langsung memberikan
Pemerintah

kemudahan pemerintah dalam mengembangankan teknologi tepatguna dan pengembangan


inovasi mengingat kaum intelektual akademika telah mendapatkan pengajaran dan pelatihan
terkait hal tersebut dari universitas. Selain itu untuk mengimplementasikan salah satu dari tri
darma perguruang tinggi sekaligus menjadi tugas universitas adalah melakukan pengabdian
masyarakat yang pada konteks pemberdayaan ini melakukan transfer ilmu dan teknologi untuk
kemajuan industry batik di Kota Batu secara sukarela dan terfokus.
Diikutkan Pameran
PinjamanKebudayaan
KUR dengan Bunga
Pemberian
yangFasilitas
Ringan Gratis
Promosi Produk

Adapun menurut Mulyana (2014) konsep Quadruple Helix masing-masing actor memiliki
kegunaan dan manfaat dalam pemberdayaan industry kreatif selain kaum intelektual akademis
saja. Manfaat yang pertama keikutsertaan pemerintah dalam konsep Quadruple Helix sebagai
lembaga yang memiliki otoritas pengembangan industri kreatif sehingga dapat menggerakan
masyarakat untuk meningkatkan kreativitas, ide-ide dan keterampilan, sesuai dengan konsep
tersebut Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu memiliki peran untuk
terus meningkatkan kreatifitas dan keterampilan dalam pemberdayaan UMKM Batik. Melalui
berbagai macam program yang dimiliki oleh pemerintah membuat industry batik di Kota Batu
berkembang secara inovasi. Program yang diberlakukan oleh pemerintah berhasil menjadikan
sebagian masyarakat di Batu yang menyukai kegiatan membatik untuk terus berinovasi
mengembangkan produknya. Karena pemerintah daerah memberikan akses untuk memasarkan
produk di PLUT sehingga pembatik dituntut utuk terus berkembang dan bersaing di pasaran
Manfaat yang kedua adalah keikutsertaan instansi bisnis dalam pemberdayaan UMKM
Batik. Strategi pemberdayaan UMKM yang sudah terwujud dan sudah di jelaskan adanya peran
serta instansi bisnis seperti PT Telkom, Garuda Indonesia, dan Sanggar batik Solo dan Gersik.
Keterlibatan instansi bisnis dalam hal ini telah dijelaskan oleh Mulyana (2014) peran sector
bisnis sebagai pelaku usaha, investor, pencipta teknologi dan konsumen pada industry kreatif dan
mendukung keberlangsungan industry kreatif. Sesuai dengan konsep tersebut, pola interaksi yang
diciptakan oleh instansi bisnis dengan memberikan pelatihan baik itu pelatihan membatik
maupun pelatihan berwirausaha telah berhasil menciptakan kemaandirian pengusaha untuk
mencari modal yang telah di investasikan oleh instansi bisnis dan menciptkan teknologi baru
untuk lebih meningkatkan kreatifitas pelaku usaha batik. Apabila dilihat dari masing-masing
actor yang memiliki manfaat tersediri maka peneliti menyimpulkan pola komunikasi dalam
kemitraan yang dijalankan oleh pemerintah harus benar-benar mengikutsertakan setiap actor agar

tujuan pemberdayaan masyarakat dapat dicapai dengan baik melalui strategi kemitraan yang
berlandaskan pada pendekatan quadruple helix
D.

Penguatan Pasar

Dalam konsep strategi pemberdayaan UMKM, menurut Sjaifudin (1995) dalam


Firmansyah (2014) dijelaskan bahwa, dalam strategi pemberdayaan UMKM terdapat dua strategi
pemasaran. Kedua strategi pemasaran tersebut yaitu yang pertama adalah meningkatkan akses
usaha kecil kepada pasar. Dan yang kedua adalah proteksi pasar dengan mengusahakan
keberhasilan mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan oleh usaha kecil. Berdasarkan
penelitian di lapangan dapat di deskripsikan pemerintah daerah Kota Batu mencoba meninkatkan
akses usaha kecil kepada paar dengan cara memasarkan produk UMKM batik. Pemerintah
daerah sebagai actor yang memiliki kemampuan untuk melakukan pemasaran mencari potensi
industry yang dapat bersaing di pasar global dengan kualitas produk yang terbaik di Kota Batu
dan pemerintah melihat peluang itu pada industry kerajinan batik.
Pemasaran yang diupayakan oleh pemerintah daerah Kota Batu sesuai dengan konsep di
atas dalam rangka mengembangakn UMKM batik adalah dengan cara promosi produk,
memberikan informasi pemasaran, dan penguatan pasar. Strategi pemerintah daerah Kota Batu
terkait dengan strategi pemasaran tersebut adalah dengan menyelenggarakan pameran produk
UMKM khas Batu dan adanya mandat dari Walikota Batu dan upaya pemerintah daerah Kota
Batu untuk mengembangkan pemasaran produk hasil UMKM batik melalui pemanfaatan
internet.
Walikota Batu telah membuat program daerah berupa festival-festival untuk memamerkan
potensi lokal Kota Batu. Di dalam setiap penyelenggaraan festival tersebut pemerintah daerah
Kota Batu selalu membuka kesempatan bagi semua pelaku UMKM, termasuk UMKM batik
untuk memamerkan produknya melalui stand atau tempat pameran yang sudah disediakan oleh

panitia. Karena tempat yang tersedia terbatas, maka tidak semua pelaku UMKM batik bisa
mengikuti pameran, tetapi hal ini bisa disiasati dengan cara pelaku UMKM batik yang tidak
mengikuti acara pameran bisa menitipkan produknya ke pelaku UMKM batik yang mengikuti
pameran. Untuk pameran atau festival di luar Kota Batu, Pemerintah Daerah Kota Batu selalu
mengikutkan Batik khas mereka untuk bergabyng pada ajang yang sangat bergengsi untuk
pameran seni yaitu INACRAFT atau International Handicraft dengan tujuan untuk mencari
konsumen yang akan menjadi pelanggan tetap untuk Batik khas Kota Batu. Ajang INACRAFT
sangat bergengsi untuk pameran seperti batik, untuk itu Pemerintah Kota sangat antusias dalam
mengirim delegasinya pembatik local untuk menjadi peserta dalam ajang INACRAFT tersebut
Untuk menguatkan pasar bagi para pelaku UMKM batik, Walikota Batu telah memberi
kewajiban bagi seluruh pegawai instansi pemerintahan daerah untuk mengenakan seragam batik
khas Batu setiap hari kamis. Dan hal ini juga diikiuti oleh lembaga-lembaga atau organisasiorganisasi lainnya yang turut meramaikan pemakaian seragam batik khas Kota Batu. Dengan
begitu, para pelaku UMKM batik merasa diuntungkan atas meningkatnya permintaan batik.
Sehingga usaha untuk mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan oleh usaha kecil telah
berhasil sebagai bentuk untuk melakukan proteksi pasar bagi UMKM batik Batu.
Selain itu pemerintah juga membuat program bertujuan untuk meningkatkan pemasaran
dan menyediakan pangsa pasar segala jenis UMKM di Kota Batu. Adapun program tersebut
diberi nama Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT). Dengan adanya PLUT sesuai dengan konsep
Khamarullah (2014) bahwa Kelembagaan ekonomi dalam arti luas adalah pasar. Maka
memperkuat pasar sangatlah penting, hal tersebut harus disertai dengan pengendalian agar proses
berjalannya pasar tidak keluar dari apa yang diinginkan yang nantinya justru mengakibatkan
kesenjangan. Untuk itu diperlukan intervensi-intervesi yang tepat dan tidak bertentangan dengan
kaidah-kaidah yang mendasar dalam suatu ekonomi bebas, tetapi tetap menjamin terjadinya

pemerataan sosial (social equity). Apabila diamati bahwa sesuai dengan konsep tersebut
pemerintah daerah memiliki strategi untuk memperkuat pasar dengan membentuk lembaga
ekonomi seperti PLUT tersebut. Program PLUT menjadi tanggungjawab pemerintah daerah yang
di koordinir langsung oleh Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu dan
menjadi pengawasan oleh Bidang UKM. Dengan adanya lembaga seperti PLUT, perkembangan
UMKM batik di Kota Batu semakin mudah untuk diawasi dan dikembangkan karena koordinator
harian PLUT adalah Bapak Harijadi Agung Setijana. STP. MM mejabat sebagai Kepala Seksi
Pembinaan dan Pengembangan UKM. Hal tersebut akan mempermudah alur koordinasi dan
pengawasan sehingga pemerataan social dapat terjamin.
Selain itu terdapat mandat dari Walikota Batu bahwa dalam rangka menguatkan pasar bagi
para pelaku UMKM batik adalah dengan menciptakan kesan bahwa batik khas Kota Batu
merupakan oleh-oleh atau buah tangan yang paling berkesan dan berharga, terbukti dengan
manggunakan batik sebagai alat untuk menjadikan buah tangan bagi tamu istimewa dan tamu
kenegaraan yang datang ke Kota Batu. Hal tersebut akan semakin memperkenalkan batik Batu
kepada masayarakat luas melalui promosi paling efektif yaitu melalui kepala daerah namun
tentunya hal tersebut juga diimbangi dengan meningkatkan kualitas produk batik itu sendiri.
Selain dari promosi batik yang sudah dipaparkan diatas, pemerintah kota juga mempromosikan
batik melalui dunia maya yaitu website pemerintah daerah Kota Batu untuk semakin
mengeksistensikan Batik Batu ini.

2. Alasan dari strategi yang dilakukan pemerintah kota Batu dalam menerapkan strategi
pemberdayaan UMKM Batik untuk meningkatkan potensi ekonomi local
A. Kelebihan dari strategi yang dilakukan oleh pemerintah kota Batu dalam
memberdayakan UMKM batik berbasis potensi ekonomi local
1. Kelebihan dari Aspek Internal
a) Tersedianya Program Pemberdayaan UMKM dari Pemerintah Daerah
Menurut konsep Khamarullah (2014) factor pendukung atau kelebihan dalam
mengambangkan strategi pemberdayaan adalah adanya dukungan dari pemerintah baik dari pusat
maupun pemerintah daerah berupa program-program bantuan dan pelatihan. Sesuai dengan
konsep tersebut pemerintah daerah Kota Batu memberikan program-program bantuan dan
pelatihan kepada pelaku usaha batik di Kota Batu. Selain itu program pemberdayaan ini juga
mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat dalam hal ini adalah Dinas Provinsi. Seperti yang
terjadi pada program pemberdayaan ini adalah masyarakat diberikan pelatihan mulai dari tahap
awal melukis di kain sampai pewarnaan yang menarik untuk diproduksi. Selain itu tujuan dari
program tersebut adalah pemerintah daerah Kota Batu ingin mengurangi angka pengangguran
bagi masyarakat Kota Batu dan jugs sebagai sarana untuk membuka lapangan pekerjaan yang
baru di Kota Batu. Kelebihan lain dari strategi pemberdayaan ini adalah program pemerintah
yang mewajibkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk menggunakan seragam batik yang dibuat
oleh Batik Raden Wijaya. Program ini bertujuan untuk melesetarikan budaya dan mengapresiasi
pembatik.
b) Kemampuan Pelaku UMKM Batik dalam Berinovasi
Kemampuan pelaku UMKM untuk selalu berinovasi atas produk yang dihasilkan dapat
mendorong pemberdayaan karena berguna untuk mengembangkan usahanya. Menurut

Khamarullah (2014) Adanya peluang diversivikasi usaha melalui pengolahan hasil UMKM yang
dapat meningkatkan nilai jual produk. Diversifikasi usaha adalah adanya penganeragaman
produk. Produk hasil pengolahan UMKM batik merupakan produk yang dapat didiversifikasikan.
Pengolahan lanjutan batik menjadi barang jadi yang siap pakai adalah baju, taplak, udeng,
dompet, tas, sepatu, dan lain sebagainya. Dengan begitu akan mendorong UMKM batik dalam
memenuhi permintaan dari produsen barang jadi tersebut.
Sesuai dengan konsep diversifikasi usaha tersebut pembatik di Kota Batu telah
menerapkannya, dimana pembatik di Kota Batu berinovasi mencari produk lain untuk
dipasarkan. Inovasi merupakan kemampuan dimiliki oleh pelaku UMKM untuk mampu
menciptakan sesuatu yang belum ada sedangkan kreatif juga merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh pelaku UMKM untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lainnya. Seperti
yang dijelaskan pada konsep diatas yang dilakukan oleh pengusaha batik di Batu berinovasi
membuat jenis lain selain pakaian yang dapat dikombinasikan dengan proses membatik. Adapun
jenis produk yang dijual selain pakaian adalah dompet, tas, taplak meja, topeng, wayang, frame
lukisan, gantungan ponsel, dan lain-lain dimana produk tersebut juga dimasukan unsur batik.
Selain inovasi, pembatik juga memiliki usaha yang ulet dan motifasi tinggi untuk berusaha
mengembangkan usahanya terbukti dengan batik Bantengan yang bisa diakui sebagai batik khas
dalam waktu dua tahun saja.
Pada kesimpulannya, kemampuan pelaku UMKM batik Batu juga menjadi pendorong
pemberdayaan. Menjadi pendorong karena walaupun sumber daya manusia pelaku UMKM batik
di Kota Batu tidak begitu banyak, mereka masih mempunyai kemampuan untuk memproduksi
batik. Dalam memproduksi batik mereka selalu membuat inovasi baru. Inovasi baru tersebut
yaitu dengan bereksperimen menciptakan perpaduan warna dan motif batik dan mencoba usaha

lain diluar kerajinan pakaian batik. Oleh karena itu walaupun mereka sama-sama memproduksi
batik dengan motif yang sama, tetapi masing-masing UMKM batik memiliki karakteristik
pewarnaan dan jenis usaha yang berbeda. Selain adanya kemampuan untuk berinovasi, adanya
kemauan dari masyarakat untuk berwirausaha batik akan dapat mendorong proses
pemberdayaan.

2. Kelebihan dari Aspek Eksternal


a) Brand Kota Wisata Batu
Dalam penelitiannya mengenai strategi pengembangan industri pengolahan apel berbasis
ekonomi lokal, Wati (2012) menjelaskan teorinya tentang hal yang menjadi kelebihan yang
dimiliki suatu daerah yang berupa kondisi geografis Kota Batu merupakan Kota Wisata yang
banyak dikunjungi oleh wisatawan local dan mancanegara. Kondisi tersebut sangat menguntukan
bagi perkembangan strategi pemberdayaan UMKM salah satunya adalah batik. Kondisi geografis
kota Batu yang berada pada ketinggian membuat Kota Batu bercuaca sejuk sehingga cocok
untuk dijadikan tempat wisata.
Pemerintah kota Batu memanfaatkan kondisi ini dengan melakukan promosi untuk
menjadikan batik sebagai buah tangan yang efektif dan efisien. Selain itu pemerintah juga
menyediakan sarana yang sangat praktis untuk wisatawan baik local maupun mancanegara dalam
mencari batik tersebut di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) dan di toko atau geray
pembatiknya langsung. Pemerintah daerah juga mengupayakan kepada jasa travel agent ketika
mengantar tamu wisatawannya dengan mempromosikan Batik sebagai catatan yang harus di
bawa sebagai buah tangan selain buah apel. Kota Batu Kota Batu juga berada pada jalur transit
dan dapat menjadi pilihan untuk melanjutkan perjalanan melalui jalur selatan menuju Kota-Kota
di Jawa Tengah serta Yogyakarta. Dengan adanya hal ini maka akan memudahkan pelaksanaan

strategi pengembangan industri pengolahan batik yaitu dalam hal pemasaran. Sedangkan dilihat
dari pertumbuhan ekonomi Kota Batu maka pertumbuhan sektor industri pengolahan Kota Batu,
memiliki kecenderungan laju pertumbuhan yang terus meningkat sejak 2001 yang memberi
momentum yang baik bagi proses peningkatan pertumbuhan eko nomi. Momentum pertumbuhan
ini didukung oleh multiplier effect yang ditimbulkan sektor pariwisata dalam menggerakkan roda
perekonomian. Sehingga hal ini dapat mempermudah pemerintah dalam pelaksanaan strategi
pengembangan industri kerajinan batik, khususnya melalui peningkatan akses pasar.
b) Dukungan dari Masyarakat sebagai Konsumen
Menurut Firmansyah (2014) Kekhasan UMKM suatu daerah sudah terkenal di pasaran
akan menjadi dukungan dan kelebihan dalam memberdayakan UMKM untuk membantu
pengembangan usaha. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah adanya
produk khas suatu daerah akan menjadi factor pendorong secara eksternal dan membantu dalam
sisi pemasarannya juga. Seperti halnya konsep tersebut, keberadaan batik khas Batu dalam
pertumbuhannya selalu mengalami perkembangan. Perkembangan batik khas Kota Batuselalu
ditunggu oleh konsumen selaku pelanggan batik khas Kota Batu, karena saati ini batik adalah
pakaian resmi sesorang dari usia beli hingga dewasa. Bati sudah menjadi trend tersendiri bagi
beberapa kalangan yang meperhatikan fashion. Itu sebabnya kemunculan baru dari batik khas
Kota Batu selalu mendapat apresiasi yang positif baik dari masyarakat batu terlebih bagi
masyarakat di luar Kota Batu. Konsumen selau mengikuti perkembangan trend motif batik khas
kota Batu tersebut dan ingin segera memilikinya. Dengan adanya kondisi seperti ini akan
menjadi salah satu kelebihan dari strategi pemerintah dalam menerapkan program dan bagi para
pelaku UMKM batik akan meningkatkan kesejahteraan dan menjadi lebih berdaya, karena

dengan berkembangnya trend batik berdampak pada peningkatan permintaan serta meningkatkan
kemampuan para pelaku usaha utuk selalu berinovasi.
c) Kerjasama antar Stakeholder
Konsep kerjasama menurut Tripomo, Tedjo dan Udan (2005) Korporasi atau kerjasama
antar organisasi akan bermuara kepada satu tujuan besar induk organisasi. Dalam konsep tersebut
pemerintah daerah Kota Batu mempunyai tujuan besar dari strategi pemberdayaan yaitu
mengurangi pengangguran, membuka lapangan pekerjaan yang seluas luasnya, dan
mengembangkan potensi local yang ada. Untuk mewujudkannya pemerintah melakukan berbagai
kerjasama dengan beberapa organisasi. Untuk mencapai tujuan besarnya Pemerintah daerah
menerapkan strategi korporasi untuk memberikan pelatihan, pemasaran, dan pemberian akses
modal. Langakah dari strategi tersebut juga disambut baik oleh masyarakat Batu. Terbukti
dengan makin banyaknya peserta saat diadakan pelatihan yang di sponsori oleh Bank Indonesia.
Sedangkan menurut Hatten dan Hatten dalam Salusu (2008) Tanda-tanda suksesnya sebuah
strategi ditandai dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Sebagaimana pendapat
tersebut bisa dikatakan pemerintah daerah Kota Batu telah mencapai tujuan besarnya karena apa
yang dilakukan telah mendapat dukungan dari pihak-pihak yang terkait. Melalui kerjasama mitra
binaan dengan beberapa pihak dan mendapat tanggapan positif dari pelaku usahanya langsung.
Antusias yang positif tersebut telah menghasilkan pembatik-pembatik yang berprestasi bahkan
dapat memberikan pelatihan kepada masyarakat yang lain. Kondisi ini tentunya dapat membantu
peran pemerintah daerah dalam mencpai tujuannya yaitu mengurangi angka pengangguran
dengan membuka lapangan pekerjaan yang seluas luasnya. Sedangkan untuk mengembangkan
potensi local yang ada pemerintah kota Batu berupaya dengan memasarkan produk unggulan
Kota Batu kepada pasar dalam berbagai macam agenda pameran budaya.

Menurut pendapat Khamurllah (2014) Adanya kemitraan dan kerjasama dengan pihak
swasta akan menekan biaya prosuksi, sesuai dengan konsep tersebut pemerintah daerah Kota
Batu memiliki mitra kerjasama dengan beberapa instansi baik itu instansi public maupun instansi
swasta. Pemerintah dalam hal ini adalah Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan
berhasil menekan biaya operasional pemasaran dan pelatihan melalui kerjasama dengan pihak
swasta. Dengan adanya kerjasama tersebut pemerintah dapat menghemat biaya operasional
pemasaran dan pelatihan dan dapat digunakan untuk sarana permodalan bagi pelaku usaha lain
sehingga tercipta strategi pengembangan yang berkelanjutan.
d) Perizinan Mendirikan Usaha yang Mudah
Menurut Wati (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa kelebihan yang dimiliki
oleh pemerintah daerah dalam menjalankan strateginya adalah didukung oleh Fungsi, visi dan
misi dari Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan itu sendiri. Menurut misi dari
pemerintah daerah salah satunya adalah reformasi birokrasi dan tata kelola pemeritahan. Untuk
meningkatkan indeks kepuasan masyarakat terhadap kinerja pelayanan pemerintah daerah Kota
Batu mencoba untuk mempermudah pelayanan yang lebih efektif dan efisien. Peningkatan
kualitas pelayanan tersebut tercermin dari pembuatan izin mendirikan usaha. Untuk mendirikan
usaha batik pemerintah menyederhanakan alur birokrasi hanya dengan melalui tiga proses
pembuatan surat yaitu surat keterangan usaha di kantor kelurahan, mengurus Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), dan melengkapi berkas di Kantor Badan Penanaman Modal. Proses
pembuatanpun cukup singkat hanya dengan waktu lima hari kerja pengusaha batik sudah dapat
mengantongi izin untuk berwirausaha. Pemerintah Kota Batu menyederhanakan proses perizinan
bertujuan menumbuhkan semangat dan motivasi masyarakat untuk berwirausaha sehingga
Potensi Ekonomi Lokal di Kota Batu berasal dari beberapa sektor. Selain itu prinsip efektif dan

efisien dalam mencari perizinan usaha telah sesuai dengan prinsip reformasi birokaraasi kepada
tata kelola pemeritahan yang baik.
B. Kekurangan dari strategi yang dilakukan oleh pemerintah kota Batu dalam
memberdayakan UMKM batik berbasis potensi ekonomi local
1. Kekurangan dari Aspek Internal
a) Anggaran untuk Program Pemberdayaan UMKM Batik Terbatas
Anggaran yang disiapkan oleh pemerintah daerah Kota Batu untuk program pemberdayaan
UMKM batik sangat dibatasi, hal ini dikarenakan focus dari Walikota Batu untuk periode
terakhir menjabat adalah untuk membatu masyarakat mskin terlebih dahulu. Anggaran dalam
sebuah program pemberdayaan memang akan sangat penting dan dibutuhkan, apabila anggaran
yang tersedia belum sesuai ekspektasi yang diinginkan tentu akan menjadi hambatan dalam
proses pemberdayaannya. Hal tersebut sudah dijelaskan oleh Khamarullah (2014) bahwa
Terbatasnya akses kepada sumber permodalan khususnya dari instansi pemerintahan yang
mengakibatkan UMKM sulit untuk dapat mengembangkan usahanya secara mandiri.
Keterbatasan anggaran merupakan salah satu kendala yang cukup kritis bagi banyak pelaku
UMKM terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi dan
pengembangan produk.
Saat memulai berwirausaha selalu akan menghadapi resiko-resiko yang besar. Untuk itu
harus diperetimbangkan risiko bisnis seperti keterbatasan anggaran karena seperti pada teori
Josephine dalam Suseno et.al (2005) bahwa tidak semua program pemerintah berjalan dengan
lancar. Salah satu permasalahan yang terjadi juga terkadang timbul dari kerterbatasan modal.
Sama halnya dengan yang terjadi pada strategi pemberdayaan UMKM Batik di Kota Batu bahwa
pemerintah daerah harus membagi anggaran kepada sesuatu yang lebih prioritas terlebih dahulu.

Dibutuhkan kemandirian yang lebih dalam hal permodalan bagi pelaku UMKM agar bisa
mengatasi hambatan tersebut.
Adapun karena terbatasnya anggaran dari instansi pemerintah menurut Firmansyah (2014)
dijelaskan bahwa Hambatan pada permodalan, yaitu para pengusaha UMKM kesulitan untuk
mencari tambahan modal usahanya. Sama halnya dengan konsep tersebut, menjadi kekurangan
dan hambatan dalam menerapkan strategi pemberdayaan bagi pelaku UMKM batik Kota Batu.
Mereka mengalami keterbatasan modal ketika mereka mendapat banyak permintaan barang.
Ketika permintaan barang meningkat, maka hal ini menjadi permasalahan permodalan karena
modal usaha yang dimiliki tidak cukup untuk memproduksi batik dalam jumlah besar. Sehingga
hal ini menghambat keberdayaan secara internal para pelaku UMKM batik, karena kesulitan
permodalan yang mereka alami sedangkan pemerintah daerah Kota Batu belum tentu bisa
meyakinkan lembaga sumber permodalan untuk memberikan kredit dana dengan sangat mudah
dan cepat sesuai waktu yang diinginkan.
b) Data Pelaku UMKM Batik Tidak Tercatat Dengan Baik
Ketersediaan data dalam sebuah program pelayanan kepada masyarakat salah satunya
pelayanan UMKM sangatlah penting dan krusial, karena dengan adanya data dapat menjadi
acuan bagaimana pemerintah daerah yang memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan.
Faktor penghambat menurut Khamarullah (2014) menyebutkan bahwa minimnya jumlah petugas
dilapangan dalam melakukan survey data pelaku UMKM untuk diberikan pelatihan dan
pembinaan akan sangat menghambat program pemberdayaan. Hal tersebut dapat terlihat dari
program pemberdayaan batik Batu. Apabila masih lemahnya koordinasi antara pelaku UMKM
dilapangan dengan pemerintah daerah yang memiliki wewenang dalam mengelola akan menjadi
kendala dan kekurangan dalam program pemberdayaan UMKM (Khamarullah, 2014).

Hal tersebut juga berkaitan dengan program pemberdayaan UMKM batik di Kota Batu,
Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Batu utamanya bidang UKM tidak
memiliki data yang rigid terkait perkembangan pembatik di Kota Batu. Permasalahan ini
disebabkan kurangnya koordinasi antara pelaku UMKM dengan Diskoperindag. Ada beberapa
pelaku UMKM batik yang tidak tercatat pada dinas dikarenakan pelaku UMKM tidak
mendaftarkan usahanya. Kondisi ini tentunya akan merugikan pengusahanya sendiri dikarenkan
pemerintah tidak dapat memberikan bantuan dalam bentuk apapun kepada pengusaha yang
usahanya tidak tercatat pada Diskoperindag. Hal lain juga disebabkan keterbatasan sumberdaya
manusia yang dimiliki Diskoperindag dalam melakukan survey dilapangan. Sebagian besar Kota
yang telah berhasil mengembangkan usaha batik itu disebabkan Pemerintah dan pelaku usaha
berkoordinasi dengan baik, dan sebagian besar Kota yang banyak menemukan kendala dalam
proses pemberdayaan dikarenakan masih lemahnya koordinasi antara pelaku usaha dengan
pemerintah daerah. Akan banyak ditemukan banyak hambatan dalam pelaksanaan pemberdayaan
nanti apabila data tidak tercatat dengan baik. Seperti yang terjadi di Kota Batu pemerintah
kesulitan dalam mengembangkan program pemberdayaan ini disebabkan pelaku usaha batik
yang tercatat tidak sebanyak kenyataanya dilapangan sehingga perkembangan industri batik yang
siap bersaing terkesan lamban dan kurang menyeluruh.
2. Kekurangan dari Aspek Eksternal
a) Industri Batik Kurang Bisa Bersaing Dengan Industri Lainnya
Apabila dilihat dari kondisi yang terjadi di Kota Batu, progress unuk industry batik terlihat
pelan dan masih tertinggal dengan industry lainnya salah satun yang progressnya sangat baik
adalah industry olahan makanan dan minuman. Tentunya ini menjadi kekurangan dari strategi
pemerintah dalam memberdayakan pelaku usaha batik. Untuk mencapai tujuan program

pemberdayaan batik ini pemerintah harus lebih melihat dari sisi perkembangan usaaha terlebih
dahulu. Dapat dipastikan industry makanan dan minuman memiliki perkembangan dan daya
saing yang sangat bagus dan industry ini juga paling gencar dalam promosi peningkatan kualitas
produk apabila dibandingkan dengan industry kerajinan batik. Hal tersebut sesuai dengan
penjelasan konsep oleh Josephin dalam Suseno et.al (2005) karena kualitas produk dan kegiatan
promosi masih kurang sehingga ada persaingan dari produk-produk sejenis. Kegiatan promosi
tentang batik yang dilakukan oleh pemerintah daerah memang sudah ada namun tidak segencar
dengan industry olahan makanan dan minuman dan untuk peningkatan kualitas produk
pengusaha batik masih kalah bersaing dengan industry olahan makanan dan minuman. Alasanalasan tersebut menjadi sangat menghambat apabila tidak segera diselesaikan.

b) Cara Pandang Masyarakat Kota Batu terhadap Usaha Batik


Menurut konsep yang dijelaskan oleh Josephin dalam Suseno et.al (2005:46) bahwa yang
menjadi kendala dan hambatan ketika menjalankan strategi pemberdayaan industri kecil adalah
Pengetahuan yang kurang dalam menciptakan industri kecil menengah. Selaras dengan konsep
tersebut cara pandang masyarakat Kota Batu sangat sulit untuk berpindah dari profesi yang
sebelumnya untuk mencoba menjadi pengusaha industry kecil. Hal tersebut dapat terlihat ketia
pelatihan wirausaha dan membatik yang difasilitasi oleh pemerintah daera. Terlihat ketika awal
pelatihan peserta yang mengikuti pelatihan sebanyak ratusan orang namun yang akhirnya focus
untuk melanjutkan usaha batik hanya tinggal beberapa orang saja.
Kondisi tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat Kota Batu dalam
mengembangkan usaha. Sebagian besar masyarakat Kota Batu lebih menyukai bertani atau
berternak karena apabila bertani atau berternak hasil langsug dapat terlihat sedangkan untuk

usaha terlebih usaha batik memerlukan proses yang panjang dan membutuhkan biaya.
Ketidakmauan tersebut dipengaruhi oleh factor lain yaitu masyarakat Kota Batu tidak mau
bersusah payah untuk memulai usaha mindset mereka lebih suka pada kegiatan yang cepat dalam
menghasilkan uang. Apabila pemerintah daerah terus berupaya mendorong masyarakatnya untuk
berwirausaha namun tanggapan dari masyarakatnya masih belum siap dan terkesan biasa biasa
saja tentunya ini akan berjalan sia-sia. Diperlukan adanya respon positif dalam menyambut baik
oleh masyarakat agar program pemberdayaan dapat terus berjalan.
c) Minimnya Ketersediaan Bahan Baku
Menurut Josephin dalam Suseno et.al (2005), masalah dasar yang dihadapi oleh UMKM di
Indonesia selain karena sumber daya manusia, yaitu kesulitan mendapatkan bahan baku dengan
kualitas yang baik dan harga yang terjangkau. Masalah bahan baku tersebut juga menjadi faktor
pengambat pemberdayaan UMKM batik di Kota Batu. Dimana para pelaku UMKM batik Batu
kesulitan dalam mendapatkan bahan baku pembuatan batik. Bahan baku tersebut adalah malam
atau lilin untuk membuat batik dan kain. Malam menjadi kendala bagi perkembangan UMKM
batik karena malam batik masih dibeli dari luar wilayah Kota Batu. Dan kain batik bagi
sebagian pelaku usaha juga dibeli dari luar wilayah Kota Batu. Hal ini menjadi penghambat
usaha bagi para pelaku UMKM batik Batu apabila mendapat banyak permintaan batik sedangkan
kebutuhan bahan baku malam harus dibeli dari luar kota atau bahkan luar pulau dan tentunya
memerlukan biaya dan waktu. Pembelian ke luar wilayah akan membutuhkan sarana transportasi
dan mengakibatkan harga bahan baku menjadi mahal. Dari segi waktu, selama pembelian ke luar
wilayah membutuhkan waktu yang lama untuk menempuh perjalanannya. Sehingga hal ini dapat
menghambat pemberdayaan secara eksternal UMKM atas sulit berkembangnya UMKM tersebut.

3. Capaian dari penerapan strategi pemberdayaan UMKM Batik Batu berbasis potensi
ekonomi local
A. Peningkatan Kualitas Wirausaha
Indikator kemandirian seorang wirausaha dapat diukur dari peningkatan kualitas
wirausahanya. Menurut Purwanti (2012) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Karakteristik
Wirausaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran Terhadap Perkembangan UMKM (di Desa Dayaan
dan Kaliondo Salatiga) peningkatan kualitas wirausaha dapat diklasifikasikan kedalam beberapa
variable. Berdasarkan realitas dan penelitian dilapangan apabila disejajarkan dengan konsep
tersebut maka disimpulkan bahwa variable peningkatan kualitas wirausaha terbagi dalam
beberapa aspek, berikut pemaparannya :
1. Keinginan Berprestasi
Kondisi UMKM batik di Kota Batu dengan adanya strategi pemberdayaan UMKM
menghasilkan pembatik-pembatik local yang berbrestasi local maupun mancanegara.
Seperti pada penyajian data batik Olive, Raden Wijaya, dan Sanggar Semar aktif dalam
mengikuti perlombaan bahkan mendapatkan penghargaan. Hal ini tentunya berdampak
positif kepada perkembangan UMKM Batik karena wirausaha tersebut ingin terus
berkembang dan berprestasi. Pemerintah dalam hal ini sebagai fasilitator berhasil
menumbuhkan rasa ingin berprestasi bagi wirausaha batik dan berperan aktif dalam
menyambungkan pembatik lokalnya dalam ajang bergengsi perlombaan batik. Namun
prestasi yang diperoleh pembatik di Kota Batu tidak semuanya berdasarkan bantuan dari
pemerintah ada yang mereka giat mengikuti lomba berdasarkan informasi yang mereka
cari sendiri. Untuk itu pemerintah memang telah menjadi fasilitator dalam
mengikutsertakan lomba, namun pembatik local Kota Batu juga berusaha sendiri

mencari informasi pameran dan perlombaan, dan mereka mengikuti lomba


mengatasnamakan pribadi. Pembatik juga bisa dikatakan mandiri dalam aspek ini.
2. Berorientasi Pada Masa Depan
Usaha masyarakat dapat dikatakan mandiri apabila dapat berorientasi kepada masa
depan. Pelaku usaha harus dapat memprediksi kemungkinan baik dan buruk yang akan
terjadi didepannya, seperti pada konsep tersebut pembatik di Kota Batu melakukan
penelitian terlebih dahulu untuk menentukan produk apa yang ingin dikeluarkan.
Sebagian besar produk yang sudah dikeluaran telah mengikuti trend di masyarakat. Hal
tersebut dilakukan karena para pembatik memperkirakan produk yang dihasilkan dapat
berdaya saing lama dipasaran. Melalui riset dan survey yang dilakukan pengusaha batik
untuk mengeluarkan produk unggulannya menunjukan bahwa mereka memikirkan
keberlangsungan produk tersebut apakah mampu bertahan lama atau tidak. Untuk itu apa
yang dilakukan oleh pengusaha batik tersebut dikatakan sebagai orientasi pada masa
depan.
3. Kemampuan Inovasi
Konsep diversivikasi usaha yang terjadi pada batik di Kota Batu dapat dikategorikan
sebagai kemampuan inovasi pembatik dalam menemangkan usahanya. Mereka berhasil
mencari inovasi lain selain pakaian saja untuk bersaing di pasaran. Inovasi usaha juga
dijelaskan dalam teori Rahayu (2012) bahwa Kemampuan berinovasi dalam penggunaan
teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk merupakan
indicator kemandirian UMKM. Sesuai dengan konsep tersebut kondisi pengusaha batik
di Kota Batu sebagian besar dalam proses pembuatannya masih menggunakan teknologi
yang manual meskipun begitu dilakukan untuk mempertahankan kekhasan batik canting
dan dapat meningkatkan nilai jual. Tercatat hanya batik Olive dan Raden Wijaya saja
yang sudah mengkombinasikan batik tulis dengan memaksimalkan penggunaan batik

cetak/printing. Namun dalam melakukan aktivitas pemasaran, hampir seluruh pembatik


di Kota Batu menggunakan media social untuk memasarkannya, media yang digunakan
pun bermacam macam namun yang paling sering digunakan adalah facebook dan
website. Berdasarkan analisis tersebut dapat dikatakan bahwa secara inovasi pembatik
local Batu sudah dikatakan mandiri karena telah memanfaatkan teknologi untuk
kemajuan usahanya dan mampu beriovasi mencari hasil produk lain selain pakaian
untuk untung usaha yang besar. Namun dalam penggunaan alat-alat membatik pembatik
lebih memilih untuk mepertahankan alat-alat tradisional seperti kompor dan canting
untung mempertahankan seni dan kaslian batik.
4. Kemampuan Manajemen Organisasi
Mengelola organisasi memang memerlukan kemampuan khusus. Bagi batik Olive
yang bisa dikatakan industry besar dalam mengatur organisasinya memerlukan
sumberdaya manusia yang khusus untuk mengatur aktivitas organisasi. Dalam mengatur
anggaran, pemasaran, dan produksi batik olive merekrut sumberdaya yang berkualitas
untuk mengisi bagian bagian tersebut. Namun bagi pelaku usaha batik Raden Wijaya,
Batik Anjani, dan Batik Sanggar Semar mereka lebih mandiri dalam mengelola usahaya.
Mereka lebih percaya kemampuan diri sendiri daripada harus merekrut tenaga ahli
dalam pengelolaan organisasi. Apabila untuk pengelolaan organisasi mereka lebih
mandiri namun untuk produksi batik Anjani, Raden Wijaya, dan Sanggar Semar
meperkerjakan tenaga ahli. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat waktu pengerjaan
apabila ada pesanan yang banyak dan tentunya untuk menghimpun pembatik-pembatik
yang memiliki potensi di Kota Batu serta membuka lapangan pekerjaan yang seluas
luasnya.

B. Modal Usaha
Konsep indicator kemandirian UMKM apabila dilihat dari klasifikasi modal usaha menurut
Purwanti (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal
Usaha, Strategi Pemasaran Terhadap Perkembangan UMKM (di Desa Dayaan dan Kaliondo
Salatiga) terbagi kedalam beberapa variable, dan peneliti menyimpulkan menjadi tiga variable,
berikut pemaparanya :
1. Kemampuan untuk memenuhi syarat untuk modal usaha
Modal usaha adalah mutlak diperlukan untuk melakukan kegiatan usaha. Oleh
karena itu diperlukan sejumlah dana sebagai dasar ukuran finasial atas usaha yang
digalakan. Sumber modal usaha dapat diperoleh dari modal sendiri , bantuan
pemerintah, lembaga keuangan baik bank dan lembaga keuangan non bank. Modal
adalah faktor usaha yang harus tersedia sebelum melakukan kegiatan. Beberapa modal
yang dibutuhkan dalam menjalankan bisnis, antara lain tekad, pengalaman, keberanian,
pengetahuan, networking, serta modal uang, Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
dilakukan oleh peneliti mengenai capaian dari segi modal sebagian besar pembatik di
Kota Batu sudah memiliki syarat awal untuk menjalankan modal usaha modal awal
berupa investasi perlatan juga sudah dibantu oleh pemerintah daerah Kota Batu, namun
untuk modal uang masih kesulitan dikarenakan factor belum terdatanya usaha tersebut di
pemerintah daerah.. Adapun beberapa pengusaha batik yang tidak kesulitan dalam hal
permodalan dikarenakan kreatifitas yang mereka miliki dalam berwirausaha seperti pada
pengusah Batik Olive, Batik Raden Wijaya, dan Batik Sanggar Semar. Untuk batik
Anjani permasalahan utamanya adalah segi modal uang karena bagi batik anjani yang
baru memulai dibutuhkan lebih banyak peralatan dan bahan baku.
2. Kemampuan dalam mengelola permodalan

Mengelola modal usaha memang diperlukan strategi yang khusus agar sebuah
organisasi tidak salah langkah dalam mengambil keputusan. Apabila tidak bisa saja
organisasi tersebut gulung tikar. Berdasarkan pengamatan dan penelitian terhadap Batik
Raden Wijaya, Olive, dan Sanggar Semar yang menjadi binaan pemerintah daerah sejak
awal strategi ini dilaksanakan mampu berdampak positif bagi kelangsungan usahanya.
Dengan pendapatan omzet yang cukup besar dalam setiap produksi mereka dapat
mengelola permodalan untuk di simpan beberapa bulan atau bahkan tahun. Pembatik di
Kota Batu membuat sudah mampu membuat strategi khusus dalam mengelola
bermodalan dan mampu menekan pengeluaran untuk pemasukan yang sebesar besarnya.
Bisa disimpulkan bahwa modal awal yang sudah diinvestasikan oleh pemerintah daerah
dimanfaatkan dengan baik oleh pembatik di Kota Batu.
3. Kemampuan dalam menyerap modal dari pihak luar
Adanya strategi dari pemerintah daerah Kota Batu dalam menerapkan kerjasama
dengan instansi lain dalam program pemberdayaan ini menumbuhkan hubungan baik
antar pelaku UMKM dengan instansi tersebut. Program kemitraan yang di konsepkan
oleh pemerintah daerah untuk pemberdayaan pengusaha batik mampu menghasilkan
kebijakan peminjaman uang dan kerjasama usaha dengan BUMN dan Instansi Bisnis.
Batik Olive dan Batik Raden Wijaya merupakan contoh dari mampunya pengusaha batik
di Kota Batu dalam menyerap modal dari pihak luar. Kedua pembatik ini berhaasil
menjalin kerjasama dengan perusahaan terkemuka di Indonesia untuk terus dibekali
modal dalam menciptakan karya batik. Dengan adanya contoh diatas maka dapat
disimpulkan pembatik di Kota Batu sudah ada yang mampu menyerap modal dengan
pihak luar.

C. Strategi Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam
mengembangkan usahanya. Pemasaran juga bertujuan untuk memepertahankan kelangsungan
hidup perusahaan dan perkembangan usahanya untuk mendapatkan laba. Berhasil tidaknya
dalam pencapaian tujuan tersebut tergantung pada kemampuan dan kehalian di bidang
pemasaran. Disamping itu adanya bantuan dari pemerintah daerah untuk ikutserta dalam
membantu mengembangkan pemasaran menjadi bagian penting dalam strategi pemasaran
UMKM. Menurut Purwanti (2012) variable dari capaian keberhasilan strategi pemasaran antara
pelaku UMKM dan pemerintah daerah sebagai berikut :
1. Kemampuan dalam menentukan target pasar
Batik merupakan barang yang bercita rasa seni yang tinggi. Tingkat kesulitan dalam
membuat batik akan sangat terasa apabila dilakukan dengan cara manual seperti di lukis
dan canting. Pengakuan masyarakat terhadap kualitas batik di Kota Batu sudah sangat
baik. Nilai jual batik pun meningkat dikarenakan semakin seringnya mengikuti
perlombaan dan pagelaran seni. Pemerintah daerah juga berpartisipasi aktif dalam
mempromosikan batik Batu ke berbagai instansi pemerintahan. Factor tersebut
meyakinkan pengusaha batik untuk mentargetkan pasar kepada kalangan menengah
keatas. Pembatik semakin percaya diri karena respon dari masyarakat pun baik dan
masyarakat dapat mengapresiasi terhadap seni batik. Dapat disimpulkan upaya
pemerintah dalam memperomosikan batik Batu telah berhasil meningkatkan nilai harga
jual karena dapat diterima oleh kalangan tertentu saja kalangan menengah ketas.
Sedangkan target pasar untuk kalangan menengah kebawah, akan sulit masuk di pasaran
karena harga yang dikeluarkan cukup mahal.

2. Kemampuan dalam mempromosikan produk


Pembatik di Kota Batu sudah mandiri dalam memasarkan produknya, tanpa bantuan
pemerintah pun mereka sudah memiliki pasar sendiri. Disamping itu kesadaran mereka
untuk mengahadapi pasar global Asean Economic Community (AEC) cukup besar.
Pembatik di Kota Batu tidak ingin kalah bersaing dengan pembatik-pembatik di Kota
lain. Pembatik di Kota Batu juga sudah ada yang mempunyai galeri untuk memasarkan
produk unggulannya, mereka tidak hanya bergantung kepada bantuan pemerintah daerah
saja untuk memasarkan produknya. Pemerintah daerah juga berperan aktif dalam
promosi produk dan memiliki galeri untuk menjual produk unggulan batik melalui Pusat
Layanan Usaha Terpadu (PLUT) selain memperomosikan apabila ada tamu kenegaraan
yang mengunjungi Kota Batu.
3. Kemampuan dalam menciptakan produk yang berkualitas
Pengusaha batik di Kota Batu sangat teliti dalam menciptakan produk. Bahkan
mereka melakukan penelitian terlebih dahulu produk apa yang cocok dan laku dipasaran.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk batiknya. Namun bagi para
pembatik yang baru merintis kualitas produk harus ditingkatkan lagi, mengingat
pemerintah daerah terus melakukan sosialisasi dan pelatihan terkait kualitas produk yang
baik. Secara garis besar kualitas produk yang diluncurkan pengusaha batik di Kota Batu
sudah dapat bersaing dipasaran dan bisa dikatakan mendominasi, namun pemerintah
daerah harus terus menerapkan upaya pengembangan produk yang menyeluruh agar
kualitas produk batik yang bersaing dipasaran semakin merata.

Anda mungkin juga menyukai