6485 - Geometri Insidensi
6485 - Geometri Insidensi
Pada bagian ini kita akan membahas tentang triplet [S, L, P] adalah himpunan yang berisi
titik, garis, dan bidang. Berikut adalah beberapa definisi yang akan digunakan
Definisi 1.1. Garis membentang menuju tak terhingga pada kedua arah, biasanya dino
tasikan seperti berikut AB yang menunjukkan garis AB.
*gambar
Tanda panah menandakan garis tidak berhenti dimana gambar tersebut berhenti
Definisi 1.2. Segmen adalah garis yang mempunyai titik ujung. biasanya disnotasikan
seperti berikut AB yang menunjukkan segmen AB.
*gambar
Definisi 1.3. Sinar adalah garis yang hanya membentang pada satu arah. biasanya
Geometri Insidensi
Postulat 1.2. Diberikan sembarang dua titik yang berbeda, maka terdapat tepat satu
garis yang memuat kedua titik tersebut
Postulat 1.3. Diberikan sembarang tiga titik berbeda yang tidak kolinear, maka terdapat
tepat satu bidang yang memuat ketiganya. Jika bidang memuat titik P, Q, dan R maka
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
1. Berdasarkan Postulate Insidensi 5 maka L memuat minimal dua titik yaitu Q dan R
Karena P, Q, dan R tidak kolinear.
2. Menurut Postulate Insidensi 1, maka hanya L yang memuat titik Q dan R, karena
P tidak berada di L maka P, Q, dan R tidak kolinear.
3. Karena P, Q, dan R tidak kolinear, maka menurut Postulate Insidensi 2 terdapat
sebuah bidang E = P QR, yang memuat titik P, Q dan R. Karena titik Q dan R
berada di bidang maka menurut Postulate Insidensi 3 garis L berada pada bidang
Teorema 1.4. Jika dua garis berpotongan, maka gabungan keduanya berada pada sebuah
bidang.
Bukti
Misalkan L dan L0 adalah kedua garis tersebut.
1. Karena kedua garis tersebut berpotongan maka menurut Teorema 1 terdapat titik P
pada L L0
2. Karena garis memuat minimal dua titik, maka terdapat Q 6= P di L0
3. Menurut Teorema 3 maka terdapat bidang E yang memuat titik Q dan garis L.
4. Karena titik P berada pada LL0 maka titik p dan Q berada pada bidang E, menurut
Postulate Insidensi 3 garis L0 berada pada bidang E sehingga bidang E memuat LL0
5. Menurut teorema 3 bidang E tersebut adalah unik.
Jika di bab sebelumnya kita memakai himpunan [S, L, P] maka di bab ini kita menggunakan
[S, L, P, d]
2.1
Fungsi Jarak
Pada bagian ini kita akan mendefinisikan sebuah fungsi jarak dengan postulate sebagai
berikut
Postulat 2.1. d adalah sebuah fungsi
d:SS R
Tubagus Dhafin Rukmanda
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
Teorema 2.2. Misalkan f adalah sistem koordinat untuk garis L. Misalkan a adalah
sembarang bilangan real, dan untuk setiap P L misalkan
g(P ) = f (P ) + a
Maka g : L R adalah sistem koordinat untuk L.
Bukti
1. Karena jika x = g(P ) maka x a = f (P ) dan karena f 1-1 maka kita dapatkan
P = f 1 (x a) sehingga nilai P ditentukan secara unik oleh x sehingga g 1-1.
2. Misalkan g(P ) = x dan g(Q) = y maka f (P ) = x a dan f (Q) = y a. Karena
f adalah sistem koordinat untuk L maka berlaku
P Q = |f (P ) f (Q)| = |(x a) (y a)| = |y x| = |x y| = |g(P ) g(Q)|
maka g adalah sistem koordinat dari L.
Teorema 2.3. Teorema Penempatan Pengaturan. Misalkan L adalah sebuah garis,
dan P dan Q adalah dua buah titik dari L. Maka L punya sebuah sistem koordinat dimana
koordinat P adalah 0 dan koordinat Q adalah positif.
Bukti
Misalkan f adalah sistem koordinat dari garis L, Misalkan a = f (P ), dan untuk setiap
T L, dimisalkan g(T ) = f (T ) a. Maka menurut teorema 2.2 g adalah sistem koordinat
dari L. dan g(P ) = 0. Ada dua kemungkinan
1. Jika g(Q) > 0, maka g adalah sistem koordinat yang kita cari.
2. Jika g(Q) < 0, misalkan h(T ) = g(T ) untuk setiap T L. Menurut teorema 2.1
maka h(T ) adalah sistem koordinat dari L dan h(P ) = g(P ) = 0 dan h(Q) =
g(Q) > 0. Jadi h adalah sistem koordinat yang kita cari.
2.2
Sifat Keantaraan
Definisi 2.2. Misalkan A, B, dan C adalah tiga titik yang kolinear. Jika
AB + BC = AC,
maka B diantara A dan C. Dalam kasus ini kita tuliskan A B C.
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
=yx
BC = |z y|
=zy
AC = |z x|
=zx
Sehingga
AB + BC = (y x) + (z y) = z x = AC
Maka A B C.
2. Jika z < y < x dengan menggunakan cara yang sama kita dapatkan C B A.
Sehingga A B C.
Teorema 2.5. Untuk sembarang tiga titik yang berada pada sebuah garis, tepat satu titik
berada diantara dua lainnya.
Bukti
1. Misalkan f adalah sistem koordinat untuk garis tersebut, dan misalkan ketiga titik
tersebut yaitu A, B, C berturut-turut punya koordinat x, y, z. Salah satu dari bilangan x, y, z berada diantara dua bilangan lainnya. Maka menurut Lemma 2.1 maka
titik korespondensinya yaitu A, B, C salah satunya berada diantara dua lainnya.
2. Kita hanya perlu menunjukkan bahwa jika A B C berlaku, maka A C B dan
C A B tidak berlaku. Kita punya bahwa
AB + BC = AC
(1)
(2)
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
2.3
Definisi 2.4. Jika A dan B adalah sebuah titik, maka Segmen diantara A dan B adalah
himpunan semua titik yang berada di antara A dan B, termasuk keduanya.
Definisi 2.5. Sudut adalah gabungan dua sinar yang mempunyai titik ujung yang sama.
Kedua sinar tersebut disebut Sisi dari sudut, dan titik ujungnya disebut Vertex. Sudut
disimbolkan dengan . Dan ABC = CBA.
Definisi 2.6. Jika A, B, dan C adalah tiga titik yang tidak kolinear, maka himpunan
AB AC BC
disebut dengan Segitiga. AB, AC, dan BC disebut Sisi dan titik A, B, dan C disebut Vertices. segitiga tersebut dinotasikan dengan 4ABC. Sudut dari 4ABC adalah
ABC, ACB, dan BAC
Teorema 2.8. Jika A dan B adalah sembarang dua titik, maka AB = BA.
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
Teorema 2.9. Jika C adalah sebuah titik dari AB maka AB = AC.
Teorema 2.10. Jika B1 dan C1 adalah titik dari AB dan AC selain A maka BAC =
B1 AC1
Teorema 2.11. Jika AB = CD, maka titik A, B sama dengan titik C, D .
Teorema 2.12. Jika 4ABC = 4DEF, maka titik-titik A, B, C sama dengan titik D, E, F
2.4
Definisi 2.7. Misalkan AB dan CD adalah segmen. Jika AB = CD, (panjang keduanya
sama) maka segmen disebut kongruen dan dituliskan dengan AB
= CD.
Definisi 2.8. Sebuah relasi pada sebuah himpunan S disebut Relasi Ekuivalen jika,
untuk setiap a, b, c S memenuhi:
1. a a (refleksif )
2. a b maka b a (simetri)
3. a b, b c maka a c (transitif )
Teorema 2.13. Untuk segmen, kongruen adalah Relasi Ekuivalen.
Bukti
sebuah sinar CD. Maka terdapat tepat sebuah titik E pada CD sehingga AB
= CE.
Bukti
Dengan Teorema Aturan Penempatan, kita bisa membuat sebuah sistem koordinat f pada
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
Teorema 2.17. Untuk setiap segmen, terdapat tepat satu buah titik tengah.
Bukti
3.1
Definisi 3.1. Sebuah himpunan A disebut Konveks jika untuk setiap titik P, Q dari A.
maka seluruh segmen P Q berada pada A. Contoh
*gambar
Selain itu disebut tidak konveks, seperti pada gambar dibawah ini
Contoh 3.1. Sebuah himpunan konveks mungkin tipis dan kecil. Setiap segmen P Q
adalah himpunan konveks. Mungkin juga sangat besar, contohnya ruang S adalah himpunan konveks
Definisi 3.2. H1 adalah bagian sebelah atas dan dikir dari garis L, dan H2 adalah bagian
sebelah bawah dan di kanan dari garis L. H1 dan H2 disebut Bidang Paruh/Half Plane
Teorema 3.1. Postulat Separasi Bidang Diberikan sebuah garis dan sebuah bidang
yang memuat himpunan semua titik dari bidang yang tidak berada pada gabungan dua
himpunan yang disjoin sehingga
1. Setiap himpunan adalah konveks
2. Jika P berada pada salah satu himpunan dan Q berada di himpunan yang lain, maka
segmen P Q berpotongan dengan garis tersebut.
Tubagus Dhafin Rukmanda
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
Bukti
Postulat 3.1. Postulat Pasch Diberikan sebuah segitiga 4ABC dan sebuah garis L di
bidang yang sama. Jika L memuat sebuah titik E, diantara A dan C, maka L berpotongan
AB atau BC.
Bukti
Misalkan L tidak berpotongan dengan AB dan BC. maka
1. A dan B berada pada sisi yang sama dari L.
2. B dan C berada pada sisi yang sama dari L.
3. Dari (1) dan (2) maka A dan C berada pada sisi yang sama dari L. Kontradiksi
karena A E C.
3.2
10
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
Teorema 3.5. Misalkan L adalah sebuah garis, misalkan A adalah sebuah titik dari L,
dan misalkan B adalah sebuah titik yang tidak berada di L, maka AB A berada pada
sisi yang sama dari L.
Definisi 3.4. Interior dari BAC adalah perpotongan sisi dari AC yang memuat B, dan
Teorema 3.7. Jika F berada pada interior dari BAC, maka AF F berada pada interior
BAC.
Bukti
Teorema 3.8. Misalkan 4ABC adalah sebuah segitiga, dan misalkan F, D, dan G adalah
titik-titik sehingga B F C, A C D, dan A F G. Maka G berada pada interior
dari BCD.
Definisi 3.7. Interior dari 4ABC didefinisikan sebagai irisan dari 3 himpunan berikut :
Teorema 3.10. Interior dari sebuah segitiga adalah irisan dari interior atas setiap sudutnya.
Tubagus Dhafin Rukmanda
11
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
Bukti
Ambil P int(4ABC).
1. Dari (1) dan (3) : P terletak pada sisi int(ABC)
2. Dari (1) dan (2) : P terletak pada sisi int(BAC)
3. Dari (2) dan (3) : P terletak pada sisi int(BCA)
Dari (1) (3) maka kita dapatkan P int(ABC) int(BAC) int(BCA)
3.3
Teorema 3.11. Misalkan L sebuah garis, A dan F adalah dua titik yang berbeda dari L,
dan misalkan B dan G titik pada sisi yang berlawanan dari L. Maka F B tidak berpotongan
dengan AG.
Bukti
1. Berdasarkan teorema 3 Section 4.2 maka AG A terletak pada sisi dari L yang
memuat G.
2. Berdasarkan teorema 3 Section 4.2 maka F B F terletak pada sisi dari L yang
memuat B.
mungkn karena A tidak berada pada F B, dan F tidak berada pada AG.
Teorema 3.12. Pada 4F BC, misalkan A adalah titik diantara F dan C, dan misalkan D
adalah titik sehingga D dan B berada pada sisi yang sama dari F C. Maka AD berpotongan
dengan F B atau BC.
Bukti
sisi yang berlawanan dari F C. Karena B dan D berada pada sisi yang sama dari
F C, maka G dan B berada pada sisi yang berlawanan dari F C. Sehingga menurut
12
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
2. Dengan menggunakan cara yang sama maka kita dapatkan sinar AG tidak memotong
segmen BC.
Teorema 3.13. Crossbar Jika D berada pada interior BAC, maka AD berpotongan
dengan BC pada sebuah titik yang berada di antara B dan C.
Bukti
dan C berada pada sisi yang berlawanan dari AB. Maka A diantara F dan C.
2. Karena D berada pada int(BAC), maka B dan D berada pada sisi yang sama dari
AC.
3. Berdasarkan (1) dan (2) maka menurut teorema 2 maka AD berpotongan dengan
salah satu dari F B atau BC.
4. A dan B adalah dua titik yang berbeda dari AB, F dan D berada pada sisi yang
berlawanan dari AB.
5. Berdasarkan (4) maka menurut teorema 1 dengan garis AB, segmen F B, dan sinar
3.4
Segiempat Konveks
Diberikan 4 titik A, B, C, D yang terletak pada satu bidang tapi tidak segaris. Jika segmen
AB, BC, CD dan DA berpotongan hanya pada titik-titik ujungnya, maka gabungan dari
keempat segment tersebut disebut segiempat dan dinotasikan dengan ABCD (segiempat bukan berarti bujur sangkar). Sudut-sudut dari ABCD adalah ABC, BCD,
CDA, DAB. Sisi-sisi dari ABCD adalah AB, BC, CD, DA.
Catatan.
Tubagus Dhafin Rukmanda
13
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
dari CD maka semua titik pada AB terletak pada sisi yang sama dari CD.
Definisi 3.8. ABCD disebut konveks jika dan hanya jika keempat syarat berikut terpenuhi
yang sama dari AB, dan B, C berada pada sisi yang sama dari AD. Maka B berada
pada intADC.
2. Dengan menggunakan cara yang sama seperti (1) maka A berada pada intDCB.
3. Karena B berada pada intADC. maka menurut Teorema Crossbar maka DB memotong AC di titik P.
4. Karena A berada pada intDCB. maka menurut Teorema Crossbar maka AC memotong DB di titik Q.
5. Karena sinar dan segmen berada pada garis, maka berdasarkan (3) maka garis DB
berpotongan dengan AC di P.
14
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
UKURAN SUDUT
6. Karena sinar dan segmen berada pada garis, maka berdasarkan (4) maka garis AC
berpotongan dengan DB di Q.
7. Karena berdasarkan teorema 1.1 maka P = Q.
Ukuran Sudut
Postulat 4.3. Postulat Konstruksi Sudut Misalkan AB adalah sebuah sinar dari sisi
di bidang paruh H. Untuk setiap r [0, 180] terdapat tepat sebuah sinar AP , dengan P
berada di H, sehingga mP AB = r.
*gambar
Postulat 4.4. Postulat Penjumlahan Sudut Jika D terletak pada intBAC maka
mBAC = mBAD + mDAC.
*gambar
Catatan.
1. Jika AB dan AC adalah sinar-sinar yang berlawanan dan AD adalah sinar yang
ketiga, maka DAB dan DAC membentuk suatu pasangan linear.
* gambar
Tubagus Dhafin Rukmanda
15
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
UKURAN SUDUT
2. Jika mABC + mDEF = 180 maka kedua sudut tersebut disebut supplementary
Postulat 4.5. Postulat Supplementary Jika dua sudut membentuk suatu pasangan
linear, maka kedua sudut tersebut supplementary
Catatan.
1. Jika mABC = mDEF, maka kedua sudut itu disebut sebangun dan ditulis ABC
=
DEF.
2. Jika kedua sudut suatu pasangan linear sebangun maka masing-masing sudut itu
disebut sudut siku-siku
B 0 C 0 adalah sebuah sinar, dan misalkan H adalah bidang paruh dimana memuat sisi B 0 C 0 .
16
Universitas Indonesia
Geometri Insidensi
UKURAN SUDUT
Bukti
Catatan.
1. Dua sinar disebut tegak lurus jika gabungannya merupakan sudut siku-siku. Jika AB
dan AC tegak lurus (pada kasus ini dikatakan garis AB dan AC saling tegak lurus)
2. 2 segmen AB dan BC disebut tegak lurus jika garis yang mengandung segmen-segmen
tersebut saling tegak lurus
3. 2 sudut disebut complementary jika jumlahnya 90
4. 2 sudut yang sebangun adalah 2 sudut yang berbeda, tapi mempunyai ukuran yang
sama
5. 2 sudut dikatakan membentuk Pasangan vertikal/Vertical Pair jika sisi-sisinya
membentuk pasangan dari sinar-sinar yang berlawanan
17
Universitas Indonesia