Anda di halaman 1dari 17

Geometri Insidensi

Tubagus Dhafin Rukmanda

Geometri Insidensi pada Bidang dan Ruang

Pada bagian ini kita akan membahas tentang triplet [S, L, P] adalah himpunan yang berisi
titik, garis, dan bidang. Berikut adalah beberapa definisi yang akan digunakan
Definisi 1.1. Garis membentang menuju tak terhingga pada kedua arah, biasanya dino
tasikan seperti berikut AB yang menunjukkan garis AB.
*gambar
Tanda panah menandakan garis tidak berhenti dimana gambar tersebut berhenti
Definisi 1.2. Segmen adalah garis yang mempunyai titik ujung. biasanya disnotasikan
seperti berikut AB yang menunjukkan segmen AB.
*gambar
Definisi 1.3. Sinar adalah garis yang hanya membentang pada satu arah. biasanya

dinotasikan seperti berikut AB yang menunjukkan sinar AB.


*gambar
Definisi 1.4. Bidang membentang menuju tak terhingga pada semua arah.
Postulat 1.1. Semua garis dan bidang adalah himpunan titik-titik.
Catatan.
1. Jika sebuah garis L subhimpunan dari sebuah bidang E, maka L terletak pada E.
2. Jika sebuah titik P berada pada sebuah garis L, maka kita sebut P berada pada
garis L atau L melewati P. Hal ini sama jika P terletak pada bidang E.
3. Titik-titik yang terletak pada satu garis disebut Kolinear. Titik-titik yang terletak
pada satu bidang disebut Koplanar

Geometri Insidensi

GEOMETRI INSIDENSI PADA BIDANG DAN RUANG

Postulat 1.2. Diberikan sembarang dua titik yang berbeda, maka terdapat tepat satu
garis yang memuat kedua titik tersebut
Postulat 1.3. Diberikan sembarang tiga titik berbeda yang tidak kolinear, maka terdapat
tepat satu bidang yang memuat ketiganya. Jika bidang memuat titik P, Q, dan R maka

bidang tersebut dinotasikan dengan P QR


Postulat 1.4. Jika dau titik berada pada bidang, maka garis yang memuat keduanya berada pada bidang
Postulat 1.5. Jika dua bidang berpotongan, maka perpotongannya adalah sebuah garis
Postulat 1.6. Setiap garis memuat minimal dua titik, dan S memuat minimal tiga titik
yang tidak kolinear. Setiap bidang memuat minimal tiga titik yang tidak kolinear, dan S
memuat minimal empat buah titik yang tidak koplanar.
Teorema 1.1. Dua garis yang berbeda berpotongan paling banyak di satu titik
Bukti
Misalkan kedua garis tersebut yaitu L1 dan L2 , dan misalkan keduanya berpotongan d dua
titik yaitui P dan Q. Maka P dan Q berada pada garis L1 dan L2 . Kontradiksi karena
menurut Postulat Insidensi 1. terdapat tepat satu garis yang memuat titik P dan Q.
Teorema 1.2. Jika sebuah garis berpotongan dengan bidang yang tidak memuat garis
tersebut, maka perpotongannya adalah sebuah titik.
Bukti
Misalkan garis L berpotongan dengan bidang E, tapi tidak terletak pada bidang E. maka
kita punya P L hanya memuat titik P. Misalkan ada terdapat titik Q 6= P sehingga

Q P L maka menurut Teorema 1 L = P Q. Berdasarkan Postulate Insidensi 3 P Q


berada pada E. Sehingga L berada pada E. Kontradiksi.
Teorema 1.3. Diberikan sebuah garis dan sebuah titik yang tidak berada pada garis,
maka terdapat sebuah bidang yang memuat garis dan titik tersebut
Bukti
Misalkan garis tersebut L dan titik tersebut adalah P.
Tubagus Dhafin Rukmanda

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

JARAK DAN KONGRUENSI

1. Berdasarkan Postulate Insidensi 5 maka L memuat minimal dua titik yaitu Q dan R
Karena P, Q, dan R tidak kolinear.
2. Menurut Postulate Insidensi 1, maka hanya L yang memuat titik Q dan R, karena
P tidak berada di L maka P, Q, dan R tidak kolinear.
3. Karena P, Q, dan R tidak kolinear, maka menurut Postulate Insidensi 2 terdapat

sebuah bidang E = P QR, yang memuat titik P, Q dan R. Karena titik Q dan R
berada di bidang maka menurut Postulate Insidensi 3 garis L berada pada bidang

Teorema 1.4. Jika dua garis berpotongan, maka gabungan keduanya berada pada sebuah
bidang.
Bukti
Misalkan L dan L0 adalah kedua garis tersebut.
1. Karena kedua garis tersebut berpotongan maka menurut Teorema 1 terdapat titik P
pada L L0
2. Karena garis memuat minimal dua titik, maka terdapat Q 6= P di L0
3. Menurut Teorema 3 maka terdapat bidang E yang memuat titik Q dan garis L.
4. Karena titik P berada pada LL0 maka titik p dan Q berada pada bidang E, menurut
Postulate Insidensi 3 garis L0 berada pada bidang E sehingga bidang E memuat LL0
5. Menurut teorema 3 bidang E tersebut adalah unik.

Jarak dan Kongruensi

Jika di bab sebelumnya kita memakai himpunan [S, L, P] maka di bab ini kita menggunakan
[S, L, P, d]

2.1

Fungsi Jarak

Pada bagian ini kita akan mendefinisikan sebuah fungsi jarak dengan postulate sebagai
berikut
Postulat 2.1. d adalah sebuah fungsi
d:SS R
Tubagus Dhafin Rukmanda

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

JARAK DAN KONGRUENSI

Postulat 2.2. Untuk setiap P, Q, d(P, Q) 0.


Postulat 2.3. d(P, Q) = 0 jika dan hanya jika P = Q.
Postulat 2.4. d(P, Q) = d(Q, P ) untuk setiap P dan Q di S.
Definisi 2.1. Misalkan
f :LR
adalah korespondensi satu-satu antara sebuah garis dan sebuah bilangan real. Jika untuk
setiap titik P, Q dari L kita punya
P Q = |f (P ) f (Q)|,
maka f adalah sistem koordinat untuk L. Untuk setiap titik P dari L. bilangan x = f (P )
disebut koordinat dari P.
Postulat 2.5. Postulate Pengaturan Setiap garis punya sebuah sistem koordinat
Teorema 2.1. Jika f adalah sistem koordinat untuk garis L, dan
g(P ) = f (P )
untuk setiap titik P dari L, maka g adalah sistem koordinat untuk L.
Bukti
1. Karena g(P ) = f (P ) maka g : L R.
2. Karena jika x = g(P ) maka x = f (P ) dan karena f 1-1 maka kita dapatkan
P = f 1 (x) sehingga nilai P ditentukan secara unik oleh x sehingga g 1-1.
3. Misalkan g(P ) = x dan g(Q) = y maka f (P ) = x dan f (Q) = y. Karena f adalah
sistem koordinat untuk L maka berlaku
P Q = |f (P ) f (Q)| = |(x) (y)| = |y x| = |x y| = |g(P ) g(Q)|
maka g adalah sistem koordinat dari L.

Tubagus Dhafin Rukmanda

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

JARAK DAN KONGRUENSI

Teorema 2.2. Misalkan f adalah sistem koordinat untuk garis L. Misalkan a adalah
sembarang bilangan real, dan untuk setiap P L misalkan
g(P ) = f (P ) + a
Maka g : L R adalah sistem koordinat untuk L.
Bukti
1. Karena jika x = g(P ) maka x a = f (P ) dan karena f 1-1 maka kita dapatkan
P = f 1 (x a) sehingga nilai P ditentukan secara unik oleh x sehingga g 1-1.
2. Misalkan g(P ) = x dan g(Q) = y maka f (P ) = x a dan f (Q) = y a. Karena
f adalah sistem koordinat untuk L maka berlaku
P Q = |f (P ) f (Q)| = |(x a) (y a)| = |y x| = |x y| = |g(P ) g(Q)|
maka g adalah sistem koordinat dari L.
Teorema 2.3. Teorema Penempatan Pengaturan. Misalkan L adalah sebuah garis,
dan P dan Q adalah dua buah titik dari L. Maka L punya sebuah sistem koordinat dimana
koordinat P adalah 0 dan koordinat Q adalah positif.
Bukti
Misalkan f adalah sistem koordinat dari garis L, Misalkan a = f (P ), dan untuk setiap
T L, dimisalkan g(T ) = f (T ) a. Maka menurut teorema 2.2 g adalah sistem koordinat
dari L. dan g(P ) = 0. Ada dua kemungkinan
1. Jika g(Q) > 0, maka g adalah sistem koordinat yang kita cari.
2. Jika g(Q) < 0, misalkan h(T ) = g(T ) untuk setiap T L. Menurut teorema 2.1
maka h(T ) adalah sistem koordinat dari L dan h(P ) = g(P ) = 0 dan h(Q) =
g(Q) > 0. Jadi h adalah sistem koordinat yang kita cari.

2.2

Sifat Keantaraan

Definisi 2.2. Misalkan A, B, dan C adalah tiga titik yang kolinear. Jika
AB + BC = AC,
maka B diantara A dan C. Dalam kasus ini kita tuliskan A B C.

Tubagus Dhafin Rukmanda

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

JARAK DAN KONGRUENSI

Teorema 2.4. Jika A B C maka C B A


Bukti
Ini sangat biasa, karena jika AB + BC = AC maka CB + BA = CA.
Lemma 2.1. Diberikan sebuah garis L dengan sistem koordinat f dan tiga buah titik
A, B, C dengan koordinat berturut-turut adalah x, y, z. Jika x y z maka A B C.
Bukti
1. Jika x < y < z maka
AB = |y x|

=yx

BC = |z y|

=zy

AC = |z x|

=zx

Sehingga
AB + BC = (y x) + (z y) = z x = AC
Maka A B C.
2. Jika z < y < x dengan menggunakan cara yang sama kita dapatkan C B A.
Sehingga A B C.

Teorema 2.5. Untuk sembarang tiga titik yang berada pada sebuah garis, tepat satu titik
berada diantara dua lainnya.
Bukti
1. Misalkan f adalah sistem koordinat untuk garis tersebut, dan misalkan ketiga titik
tersebut yaitu A, B, C berturut-turut punya koordinat x, y, z. Salah satu dari bilangan x, y, z berada diantara dua bilangan lainnya. Maka menurut Lemma 2.1 maka
titik korespondensinya yaitu A, B, C salah satunya berada diantara dua lainnya.
2. Kita hanya perlu menunjukkan bahwa jika A B C berlaku, maka A C B dan
C A B tidak berlaku. Kita punya bahwa
AB + BC = AC

(1)

Misalkan A C B berlaku maka kita punya


AC + CB = AB
Tubagus Dhafin Rukmanda

(2)
Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

JARAK DAN KONGRUENSI

Dari (1) dan (2) maka kita dapatkan


AC + CB + BC = AC 2AC = 0 AC = 0
Kontradiksi karena A 6= C. Jadi A C B tidak berlaku. Dengan menggunakan
cara yang sama maka C A B tidak mungkin berlaku.

Definisi 2.3. Ketika A B C D maka hanya berlaku A B C, A B D, A C D,


dan B C D.
Teorema 2.6. Sembarang empat titik dari sebuah garis dapat dinamakan dengan A, B, C, D
sehingga A B C D.
Bukti

Teorema 2.7. Jika A dan B adalah sembarang dua titik, maka


1. terdapat sebuah titik C sehingga A B C.
2. Terdapat titik D sehingga A D B.

2.3

Segmen, Sinar, Sudut dan Segitiga

Definisi 2.4. Jika A dan B adalah sebuah titik, maka Segmen diantara A dan B adalah
himpunan semua titik yang berada di antara A dan B, termasuk keduanya.
Definisi 2.5. Sudut adalah gabungan dua sinar yang mempunyai titik ujung yang sama.
Kedua sinar tersebut disebut Sisi dari sudut, dan titik ujungnya disebut Vertex. Sudut
disimbolkan dengan . Dan ABC = CBA.
Definisi 2.6. Jika A, B, dan C adalah tiga titik yang tidak kolinear, maka himpunan
AB AC BC
disebut dengan Segitiga. AB, AC, dan BC disebut Sisi dan titik A, B, dan C disebut Vertices. segitiga tersebut dinotasikan dengan 4ABC. Sudut dari 4ABC adalah
ABC, ACB, dan BAC
Teorema 2.8. Jika A dan B adalah sembarang dua titik, maka AB = BA.

Tubagus Dhafin Rukmanda

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

JARAK DAN KONGRUENSI


Teorema 2.9. Jika C adalah sebuah titik dari AB maka AB = AC.

Teorema 2.10. Jika B1 dan C1 adalah titik dari AB dan AC selain A maka BAC =
B1 AC1
Teorema 2.11. Jika AB = CD, maka titik A, B sama dengan titik C, D .
Teorema 2.12. Jika 4ABC = 4DEF, maka titik-titik A, B, C sama dengan titik D, E, F

2.4

Kongruensi dari Segmen

Definisi 2.7. Misalkan AB dan CD adalah segmen. Jika AB = CD, (panjang keduanya
sama) maka segmen disebut kongruen dan dituliskan dengan AB
= CD.
Definisi 2.8. Sebuah relasi pada sebuah himpunan S disebut Relasi Ekuivalen jika,
untuk setiap a, b, c S memenuhi:
1. a a (refleksif )
2. a b maka b a (simetri)
3. a b, b c maka a c (transitif )
Teorema 2.13. Untuk segmen, kongruen adalah Relasi Ekuivalen.
Bukti

Teorema 2.14. Teorema Konstruksi Segmen. Diberikan sebuah segmen AB dan

sebuah sinar CD. Maka terdapat tepat sebuah titik E pada CD sehingga AB
= CE.
Bukti
Dengan Teorema Aturan Penempatan, kita bisa membuat sebuah sistem koordinat f pada

garis CD, sehingga f (C) = 0 dan f (D) > 0.


*gambar
pada gambar bilangan CD adalah titik koordinat dari titik D, dan ini benar karena

f (D) > 0. Jika E adalah sebuah titik dari CD, Maka AB


= CE jika dan hanya jika
f (E) = AB, karena f adalah sistem koordinat maka terdapat sebuah tepat sebuah titik E
sehingga f (E) = AB.

Tubagus Dhafin Rukmanda

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

SEPARASI DI BIDANG DAN RUANG

Teorema 2.15. Teorema Penjumlahan-Segmen Misalkan ABC, A0 B 0 C 0 , AB


=
A0 B 0 , dan jika BC
= B 0 C 0 , maka AC
= A0 C 0 .
Bukti

Teorema 2.16. Teorema Pengurangan-Segmen Misalkan ABC, A0 B 0 C 0 , AB


=
A0 B 0 , dan jika AC
= A0 C 0 , maka BC
= B0C 0.
Bukti

Teorema 2.17. Untuk setiap segmen, terdapat tepat satu buah titik tengah.
Bukti

Separasi di Bidang dan Ruang

3.1

Conveksitas dan Separasi

Definisi 3.1. Sebuah himpunan A disebut Konveks jika untuk setiap titik P, Q dari A.
maka seluruh segmen P Q berada pada A. Contoh
*gambar
Selain itu disebut tidak konveks, seperti pada gambar dibawah ini
Contoh 3.1. Sebuah himpunan konveks mungkin tipis dan kecil. Setiap segmen P Q
adalah himpunan konveks. Mungkin juga sangat besar, contohnya ruang S adalah himpunan konveks
Definisi 3.2. H1 adalah bagian sebelah atas dan dikir dari garis L, dan H2 adalah bagian
sebelah bawah dan di kanan dari garis L. H1 dan H2 disebut Bidang Paruh/Half Plane
Teorema 3.1. Postulat Separasi Bidang Diberikan sebuah garis dan sebuah bidang
yang memuat himpunan semua titik dari bidang yang tidak berada pada gabungan dua
himpunan yang disjoin sehingga
1. Setiap himpunan adalah konveks
2. Jika P berada pada salah satu himpunan dan Q berada di himpunan yang lain, maka
segmen P Q berpotongan dengan garis tersebut.
Tubagus Dhafin Rukmanda

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

SEPARASI DI BIDANG DAN RUANG

Bukti

Postulat 3.1. Postulat Pasch Diberikan sebuah segitiga 4ABC dan sebuah garis L di
bidang yang sama. Jika L memuat sebuah titik E, diantara A dan C, maka L berpotongan
AB atau BC.
Bukti
Misalkan L tidak berpotongan dengan AB dan BC. maka
1. A dan B berada pada sisi yang sama dari L.
2. B dan C berada pada sisi yang sama dari L.
3. Dari (1) dan (2) maka A dan C berada pada sisi yang sama dari L. Kontradiksi
karena A E C.

3.2

Teorema Insidensi Dasar Pada Postulat Separasi Bidang

Definisi 3.3. Jika


E L = H1 H2
dibidang pada postulat separasi bidang. H1 dan H2 disebut sisi yang berlawanan dari L.
Jika P berada di H1 dan Q berada di H2 maka P dan Q berada pada sisi yang berlawanan
dari L.
Teorema 3.2. Jika P dan Q sisi yang berlawanan dari garis L, dan Q&T berada pada
sisi yang berlawanan dari L, maka P dan T berada pada sisi yang sama dari L.
Teorema 3.3. Jika P dan Q berada pada sisi yang berlawanan dari L dan Q&T berada
pada sisi yang sama dari L, maka P dan T berada pada sisi yang berlawanan dari L.
Catatan.Argumen yang sama juga berlaku untuk sisi dari sebuah titik pada sebuah
garis (sinar)
Teorema 3.4. Diberikan sebuah garis, dan sebuah sinar yang mempunyai titik ujung yang
berada pada garis, tapi sinar tidak berada di garis. Maka semua titik di sinar, kecuali titik
ujungnya berada pada sisi yang sama.
Bukti

Tubagus Dhafin Rukmanda

10

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

SEPARASI DI BIDANG DAN RUANG

Teorema 3.5. Misalkan L adalah sebuah garis, misalkan A adalah sebuah titik dari L,
dan misalkan B adalah sebuah titik yang tidak berada di L, maka AB A berada pada
sisi yang sama dari L.

Definisi 3.4. Interior dari BAC adalah perpotongan sisi dari AC yang memuat B, dan

sisi dari AB yang memuat C.


Definisi 3.5. Diberikan sembarang ABC maka terdapat sebuah bidang E yang memuatnya.
Definisi 3.6. Eksterior dari sebuah sudut adalah himpunan semua titik dari E yang tidak
berada di sudut maupun interior sudut tersebut
Teorema 3.6. Setiap sisi dari sebuah segitiga, kecuali titik ujungnya, berada pada interior
sudut yang berlawanan dengan sisinya
Bukti

Teorema 3.7. Jika F berada pada interior dari BAC, maka AF F berada pada interior
BAC.
Bukti

Teorema 3.8. Misalkan 4ABC adalah sebuah segitiga, dan misalkan F, D, dan G adalah
titik-titik sehingga B F C, A C D, dan A F G. Maka G berada pada interior
dari BCD.
Definisi 3.7. Interior dari 4ABC didefinisikan sebagai irisan dari 3 himpunan berikut :

1. sisi dari AB yang mengandung C.

2. sisi dari AC yang mengandung B.

3. sisi dari BC yang mengandung A.


Teorema 3.9. Interior dari sebuah segitiga selalu himpunan konveks
Bukti

Teorema 3.10. Interior dari sebuah segitiga adalah irisan dari interior atas setiap sudutnya.
Tubagus Dhafin Rukmanda

11

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

SEPARASI DI BIDANG DAN RUANG

Bukti
Ambil P int(4ABC).
1. Dari (1) dan (3) : P terletak pada sisi int(ABC)
2. Dari (1) dan (2) : P terletak pada sisi int(BAC)
3. Dari (2) dan (3) : P terletak pada sisi int(BCA)
Dari (1) (3) maka kita dapatkan P int(ABC) int(BAC) int(BCA)

3.3

Teorema Insidensi Lanjutan

Teorema 3.11. Misalkan L sebuah garis, A dan F adalah dua titik yang berbeda dari L,
dan misalkan B dan G titik pada sisi yang berlawanan dari L. Maka F B tidak berpotongan

dengan AG.
Bukti

1. Berdasarkan teorema 3 Section 4.2 maka AG A terletak pada sisi dari L yang
memuat G.
2. Berdasarkan teorema 3 Section 4.2 maka F B F terletak pada sisi dari L yang
memuat B.

3. Berdasarkan (1) dan (2) maka AG A tidak berpotongan dengan F B F. Sehingga


F B dan AG tidak mungkin berpotongan kecuali di F atau di A. Tapi ini tidak

mungkn karena A tidak berada pada F B, dan F tidak berada pada AG.

Teorema 3.12. Pada 4F BC, misalkan A adalah titik diantara F dan C, dan misalkan D

adalah titik sehingga D dan B berada pada sisi yang sama dari F C. Maka AD berpotongan
dengan F B atau BC.
Bukti

1. Misalkan G adalah titik sedemikian sehingga G A D. Maka G dan D berada pada

sisi yang berlawanan dari F C. Karena B dan D berada pada sisi yang sama dari

F C, maka G dan B berada pada sisi yang berlawanan dari F C. Sehingga menurut

Teorema 1 maka sinar AG tidak memotong segmen F B.

Tubagus Dhafin Rukmanda

12

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

SEPARASI DI BIDANG DAN RUANG

2. Dengan menggunakan cara yang sama maka kita dapatkan sinar AG tidak memotong
segmen BC.

3. Menurut Postulate Pasch : Garis AG memotong segemen BC atau F B.

4. Karena AG = AG AD dan AG tidak memuat F B atau BC maka haruslah AD


memuat segemen BC atau F B.

Teorema 3.13. Crossbar Jika D berada pada interior BAC, maka AD berpotongan
dengan BC pada sebuah titik yang berada di antara B dan C.
Bukti

1. Misalkan F adalah titik sedemikian sehingga F A C. Maka F C = AC, dan F

dan C berada pada sisi yang berlawanan dari AB. Maka A diantara F dan C.
2. Karena D berada pada int(BAC), maka B dan D berada pada sisi yang sama dari

AC.

3. Berdasarkan (1) dan (2) maka menurut teorema 2 maka AD berpotongan dengan
salah satu dari F B atau BC.

4. A dan B adalah dua titik yang berbeda dari AB, F dan D berada pada sisi yang
berlawanan dari AB.

5. Berdasarkan (4) maka menurut teorema 1 dengan garis AB, segmen F B, dan sinar

AD maka AD tidak berpotongan dengan F B.

6. Berdasarkan (2) dan (5) maka AD berpotongan dengan BC

7. Jika AD berpotongan dengan BC di B maka

3.4

Segiempat Konveks

Diberikan 4 titik A, B, C, D yang terletak pada satu bidang tapi tidak segaris. Jika segmen
AB, BC, CD dan DA berpotongan hanya pada titik-titik ujungnya, maka gabungan dari
keempat segment tersebut disebut segiempat dan dinotasikan dengan ABCD (segiempat bukan berarti bujur sangkar). Sudut-sudut dari ABCD adalah ABC, BCD,
CDA, DAB. Sisi-sisi dari ABCD adalah AB, BC, CD, DA.
Catatan.
Tubagus Dhafin Rukmanda

13

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

SEPARASI DI BIDANG DAN RUANG

1. 2 sisi yang mempunyai 1 titik ujung yang sama disebut berdampingan


2. 2 sisi yang tidak berdampingan disebut berlawanan
3. 2 sudut dari  disebut berdampingan jika irisannya mengandung satu sisi.
4. 2 sudut yang tidak berdampingan disebut berlawanan
5. Diagonal dari ABCD adalah segmen AC dan BD
6. Suatu  disebut konveks jika setiap sisinya terletak pada salah satu bidang paruh
yang ditentukan oleh sisi yang berlawanan. Jika A&B terletak pada sisi yang sama

dari CD maka semua titik pada AB terletak pada sisi yang sama dari CD.
Definisi 3.8. ABCD disebut konveks jika dan hanya jika keempat syarat berikut terpenuhi

1. A dan B berada pada sisi yang sama dari CD

2. A dan B berada pada sisi yang sama dari DA

3. A dan B berada pada sisi yang sama dari AB

4. A dan B berada pada sisi yang sama dari BC


Teorema 3.14. Diagonal dari segiempat konveks selau berpotongan satu sama lain.
* gambar
Bukti
1. Karena ABCD segiempat konveks maka menurut definisi A dan B berada pada sisi

yang sama dari AB, dan B, C berada pada sisi yang sama dari AD. Maka B berada
pada intADC.
2. Dengan menggunakan cara yang sama seperti (1) maka A berada pada intDCB.

3. Karena B berada pada intADC. maka menurut Teorema Crossbar maka DB memotong AC di titik P.

4. Karena A berada pada intDCB. maka menurut Teorema Crossbar maka AC memotong DB di titik Q.

5. Karena sinar dan segmen berada pada garis, maka berdasarkan (3) maka garis DB

berpotongan dengan AC di P.

Tubagus Dhafin Rukmanda

14

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

UKURAN SUDUT

6. Karena sinar dan segmen berada pada garis, maka berdasarkan (4) maka garis AC

berpotongan dengan DB di Q.
7. Karena berdasarkan teorema 1.1 maka P = Q.

Ukuran Sudut

Pada bab ini kita akan menggunakan himpunan [S, L, P, d, m]


Definisi 4.1. Misalkan A adalah himpunan semua sudut. Didefinisikan
m:AR
m disebut ukuran sudut.
Definisi 4.2. m(ABC) adalah notasi untuk ukuran ABC dalam derajat. Misal ABC =
90 .
*gambar
Postulat 4.1. m adalah fungsi A R dimana A adalah himpunan semua sudut, dan R
adalah himpunan bilangan real.
Postulat 4.2. Untuk setiap sudut A, mA di antara 0 dan 180.

Postulat 4.3. Postulat Konstruksi Sudut Misalkan AB adalah sebuah sinar dari sisi

di bidang paruh H. Untuk setiap r [0, 180] terdapat tepat sebuah sinar AP , dengan P
berada di H, sehingga mP AB = r.
*gambar
Postulat 4.4. Postulat Penjumlahan Sudut Jika D terletak pada intBAC maka
mBAC = mBAD + mDAC.
*gambar
Catatan.

1. Jika AB dan AC adalah sinar-sinar yang berlawanan dan AD adalah sinar yang
ketiga, maka DAB dan DAC membentuk suatu pasangan linear.
* gambar
Tubagus Dhafin Rukmanda

15

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

UKURAN SUDUT

2. Jika mABC + mDEF = 180 maka kedua sudut tersebut disebut supplementary
Postulat 4.5. Postulat Supplementary Jika dua sudut membentuk suatu pasangan
linear, maka kedua sudut tersebut supplementary
Catatan.
1. Jika mABC = mDEF, maka kedua sudut itu disebut sebangun dan ditulis ABC
=
DEF.
2. Jika kedua sudut suatu pasangan linear sebangun maka masing-masing sudut itu
disebut sudut siku-siku

3. AD dikatakan berada di antara AB dan AC. Jika AD A terletak pada intBAC.


*gambar
4. Jika diberikan 3 sinar, maka belum tentu yang satu terletak diantara 2 yang lain
Teorema 4.1. Sudut-sudut memenuhi relasi ekuivalen
Teorema 4.2. Teorema Konstruksi Sudut Misalkan ABC adalah sebuah sudut, dan

B 0 C 0 adalah sebuah sinar, dan misalkan H adalah bidang paruh dimana memuat sisi B 0 C 0 .

Maka tepat satu sinar B 0 A0 , dengan A0 di H sehingga


ABC
= A0 B 0 C 0
*gambar
Bukti

Misalkan mBAC = r menurut Postulat Konstruksi Sudut, maka terdapat sinar B 0 A0


sedemikian sehingga mA0 B 0 C 0 = r. Karena mA0 B 0 C 0 = mABC maka
Teorema 4.3. Teorema Penjumlahan Sudut Misalkan D berada pada intBAC, D0
berada pada intB 0 A0 C 0 , BAD
= B 0 A0 D0 ,
0
0
0
Jika DAC
= D A C , maka BAC
= B 0 A0 C 0 .
Bukti

Teorema 4.4. Teorema Pengurangan Sudut Misalkan D berada pada intBAC, D0


berada pada intB 0 A0 C 0 , BAD
= B 0 A0 D0 ,
0
0
0

Jika BAC = B A C , maka DAC


= D0 A0 C 0 .

Tubagus Dhafin Rukmanda

16

Universitas Indonesia

Geometri Insidensi

UKURAN SUDUT

Bukti

Catatan.

1. Dua sinar disebut tegak lurus jika gabungannya merupakan sudut siku-siku. Jika AB

dan AC tegak lurus (pada kasus ini dikatakan garis AB dan AC saling tegak lurus)
2. 2 segmen AB dan BC disebut tegak lurus jika garis yang mengandung segmen-segmen
tersebut saling tegak lurus
3. 2 sudut disebut complementary jika jumlahnya 90
4. 2 sudut yang sebangun adalah 2 sudut yang berbeda, tapi mempunyai ukuran yang
sama
5. 2 sudut dikatakan membentuk Pasangan vertikal/Vertical Pair jika sisi-sisinya
membentuk pasangan dari sinar-sinar yang berlawanan

Tubagus Dhafin Rukmanda

17

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai