Anda di halaman 1dari 9

Translasi

Pengertian Translasi
Dalam mempelajari suatu translasi, anda mulai dengan mempelajari hubungan antara
dua ruas garis berarah dimana masing-masing titik ujungnya merupakan peta dari
komposisi dua pencerminan pada garis yang sejajar, seperti dituangkan dalam teorema
berikut ini

TEOREMA 4.1 Misalkan diberikan dua buah garis g dan h yang sejajar dan dua titik A
dan B, maka
11
AA =
11
BB dengan
11
AA = ( )
g h
(A) dan
11
BB = ( )
g h
(B)

BUKTI


Misalnya A
1
=
g
(A), A
11
=
h
(A
1
) maka A
11
=(
h

,
g
) (A) dan B
1
=
g
(B), B
11
=
h
(B
1
) maka B
11
=(
h

,
g
) (B)
Akibatnya :
1. h BB , g BB dan , h AA , g AA
11 11 11 11

2.
11 11
BB // AA
3. AB = A
11
B
11
, sebab (
h

,
g
) masing-masing suat isometri
4. A
11
B
11
dan merupakan sudut lancip


Anda perhatikan sekarang ABA A
11
dan A B
11
A
11
B
AB = A
11
B
11
, akibat 3
Z AA
11
B = Z A
11
dan B
11
, akibat 4
AA
11
B = B
11
(berhimpit)

Sehingga diperoleh AABA
11
AB
11
A
11
B (s-sd-s). Akibatnya AA
11
= BB
11
. Karena
AA
11
dan BB
11
dan
11 11
BB // AA , dan segi empat AA
11
B
11
B
11
merupakan suat jajaran
genjang. Ambil N titik tengah A
11
B, akibat ini o
N
(A) = B
11
. Sehingga
11 11
BB AA = .
Berdasarkan teorema 4.1 ini, anda dapat menyimak bahwa apabila g // h, maka setiap
ruas garis berarah dengan pangkal sebuah titik dan berakhir titik petanya oleh (
g
,
h
)
adalah ekuivalen dengan setiap ruas garis berarah seperti di atas. Dengan kata lain hasil
transformasi (
h

,
g
), adalah seakan-akan anda menggeser setiap titik sejauh jarak yang
tetap dan arah yang sama.
Transformasi seperti ini, dinamakan suatu translasi (geseran). Sampailah anda sekarang
pada ketentuan formal dari suatu translasi seperti tertuang dalam definisi berikut ini.

DEFINIS 4.1 Suatu relasi dinamakan suatu translasi apabila ada ruas garis berarah
AB sehingga setiap titik P pada bidang v, (P) = P
1
dan
1
PP = AB. Translasi seperti
ini kita beri notasi
AB
.

Translasi Sebagai Suatu Isometri
Sebelum anda sampai kepada translasi sebagai suat isometri, pelajar dua teorema berkut
ini:
Teorema 4.2 AB = CD jika dan hanya jika
AB
=
CD
.
Bukti : Makna dari teorema di atas adalah ..
i) AB = CD
AB
=
CD
.
ii)
AB
=
CD
AB = CD


i) AB = CD
AB
=
CD
.
Ambil x sembarang pada v, harus ditunjukan
AB
(x) =
CD
(x)
Misalkan x
1
=
AB
(x) dan x2 =
CD
(x). Akibatnya,
1)
1
xx
=
AB
2)
2
xx
=
CD
, tetapi
AB
=
CD
atau
CD
=
AB
2
xx
=
AB
Dan 1) dan 2) dengan sifat transifit dari =, karena
1
xx
= 2
xx
maka
o
N
(x) = x
2

maka N titik tengah
2
xx
. Jadi x
1
= x
2
sehingga

AB
(x) =
CD
(x), x
e
v.
ii)

AB
=
CD
AB
=
CD

Ambil y sembarang titik pada v. Misalkan

AB
(y) = y
v
maka
CD
(y) = y
1
. Akibatnya:
1)
1
yy
=
AB
atau
AB
= 1
yy
2)
1
yy
=
CD


Berdasarkan 1) dan 2) diperoleh AB
=
CD


TEOREMA 4.3 Apabila g // h, CD
g, C e G, D e h dan
AB
=
CD 2

AB
=
h

,
g

BUKTI

Ambil titik sembarang P e v. Misalkan P
1
=
AB
(P) dan P
11
= (
g
,
h
) (P)
Harus
Ditunjukan P
1
= P
11
. Perhatikan Gambar 4.3, karena P
1
=
AB,
maka PP
1
=

AB

Tetapi
Diberikan
AB
= , maka
PP
1
= CD 2
Misalkan C
11
=
(
h

,
g
) (C)
Karena C
e g, maka C
11
=
h

(C) akibatnya D titik tengah dari


11
CC
sehingga
11
CC
=
CD 2

Karena
11
PP
=
11
CC
(Teorema 4.1) maka
11
PP
=
11
CC

Karena
1
PP
=
CD 2
dan
11
PP
=
CD 2
atau
CD 2
=
11
PP
, maka
1
PP
=
11
PP

Akibatnya P
1
= P
11

Jadi
AB,
(P) = (
h

,
g
) (P) P
e
v. Jadi
AB,
=
h

,
g


TEOREMA AKIBAT
1. Setiap translasi
AB
dapat ditulis sebagai komposit dua refleksi pada dua garis yang
tegak lurus pada AB
dan berjarak
2
1
AB
2.
Jika
AB
sebuah garis dan M titik tengah
AB
sedangkan g, h, dan n masing-masing
tiga garis tegak lurus di titik A, M, dan B pada
AB
, maka

AB

= h
,
g

=
n

,
h

3. Translasi merupakan suat isometri

BUKTI
1. Karena diberikan
AB

maka ada
AB
dan misalkan M titik tengah
AB
, akibatnya
AM
=
2
1
AB
atau
AB
=
2

AM
. Buat garis g melalui A, tegak lurus
AB
dan h
melalui M tegak lurus
AB
, akibatnya g // h. Sehingga diperoleh kondisi A e
g, M
e
h, AM
g dan AB = 2
AM
memenuhi teorema 4.3 akibatnya

AB

= h
,
g

2. Perhatikan gambar 4.4 karena M titik tengah AB
, maka

AB
= 2
AM
dan ii)
AB
= 2
MB

Dari
AB
= 2
AM
, gunakan teorema 3.3, didapat,

AB

= h
,
g

............... (1)
Dari
AB
= 2
MB
, gunakan lagi teorema 4.3 didapat

AB

=
h
,
h

............... (2)
Dari (1) dan (2) didapat,

AB

=
h
,
g

AB

=
n
,
h


Ambil

AB

sembarang translasi. Berdasarkan akibat 1)

AB

dapati ditulis sebagai
komposisi dua pencerminan pada dua garis yang tegak lurus
AB
dan jaraknya
AB
.
Karena setiap pencerminan merupakan suat isometri dan komposisi dua isometri adalah
suat isometri, maka

AB

suatu isometri. Jadi setiap isometri translasi merupakan suatu
isometri.

Teorema 4.4 Jika

AB sebuah translasi, maka (

AB)
1
=

AB
Bukti : Perhatikan gambar 4.4 anda telah mengetahui bahwa

AB=
h
,
g

AB=
n
,
h

Sekarang kita cari
AB
. Karena BA
= 2
BM
= 2
MA
maka berdasarkan teorema 4.3
diperoleh :

AB= h
,
g

AB = n
,
h

Sehingga (

AB)
-1
=

AB = ( h
,
g

)-1= g

-1 g

-1=
h

BA
Akibat teorema 4.4, diketahui bahwa translasi tidak involusi

Persamaan Translasi
Dalam hal ini akan dipelajari dua macam translasi yaitu translasi dengan ruas garis
berarah titik awal di pusat sumbu dan translasi dengan ruas garis berarah titik awal suatu
titik sembarang. Kedua hal ini tertuang pada dua teorema berikut ini.

Teorema 4.5 Apabila Y
OA
dengan O = (0,0), A = (a,b) dan T suatu transformasi yang
ditetapkan untuk semua titik P = (x,y) e v dengan rumus
T(P) = (x+a, y+b)
Maka T=
OA

BUKTI : misalkan P1 =
OA
(P), maka
1
PP
=
OA
Berdasarkan pengetahuan pada ruas
garis berarah, diperoleh hubungan :
x
p1
X = a - 0
dan x
p1
Y = b 0, apabila P1 = (x
p1
, y
p1
)
Sehingga x
p1
= x + a dan y
p1
= y + b
Sehingga P
1
= (x + a, y + b)
Karena T(P) = (x + a, y + b) , P = (x, y) e P, maka

OA (P), P e v.
Jadi T =

OA

Teorema 4.6 Jika A = (a, b) B = (c, d) dan P = (x, y) maka
Y
AB
(P) = ((c - a) + x, (d
b) + y)



BUKTI
Misalkan O
1
=
AB
=
1
OO BA
misalkan O
1
= (x
o
, y
o
) Berdasarkan pengetahuan pada
ruas garis berarah didapat :
x
01
0 = c a
dan y
01
0 = d b
sehingga O
1
= (c a, d b) karena
=
1
OO BA
maka
Y
oo1 =

AB dengan O
1
= (c a, d
b)
teorema 4.2, Berdasarkan teorema 4.5, didapatkan

AB
(P) = Y
001
(p) = ((c - a) + x, (d b) + y)























Komposisi dari Translasi
Sebelum mempelajari hasil komposisi dari translasi-translasi, diperlukan pengetahuan
satu buah teori yang melatar belakangi hal tersebut. Adapun teori itu dituangkan dalam
teorema berikut ini.
TEOREMA 4.7 Jika
AB
suatu translasi dan C, D titik sehingga AB
= 2
CD
ruas garis
berarah dari titik ke m (lihat gambar 4.5) karena
AB
= 2
CD
berdasarkan teorema 4.3
didapat

AB
=
m

o
k


=
m

oc o, c transformasi identitas
=
m

o (
g

o
g

) o
k

, c =
g

o
g


=
m

o (
g

o
g

) o
k

, sifat asosiatif
= o
D
oo
C
, m g, k g

Teorema 4.8 Komposit translasi adalah translasi (disebut juga teorema ketertutupan
translasi)
BUKTI
Ambil dua translasi
AB
dan
BF
. Berdasarkan teorema 4.7 diperoleh

AB
=
o
C
o
D
dengan
AB
= 2
DC

BF
=
o
C
o
D
dengan
BF
= 2
QD

Sehingga

AB

BF = (
o
C
o
D
) (
o
D
o
Q
) =
o
C

(
o
D
o
D
)
o
Q

=
o
C
c o
C
= o
C
o
Q

Berdasarkan teorema 4.7, diketahui, bahwa o
C
o
Q
suatu translasi
AB

BF
suatu
translasi



Sifat-Sifat Lain dari Translasi
Teorema 4.9 Komposit suatu translasi dengan putaran merupakan suat setengah putaran.
BUKTI
Ambil
AB
= suatu translasi dan C titik sembarang. Misalkan E suatu titik sehingga CE
=
AB
(E tunggal). Misalkan D titik tengah
CE
maka
CE
= 2
CD
. Karena
CE
= 2
CD

Berdasarkan teorema 5.7, didapat :

AB =
o
D
. o
C

Pandang sembarang

AB
o
D
= (o
D
o
C
) o
C
= o
D
(o
C
o
C
) = o
D
c o
D

Dengan cara yang serupa
o
D
Y
AB
= o
D
(o
D
o
C
) = o
C


Teorema Akibat
Jika o
C
, o
B
dan o
C
masing-masing setengah putaran maka o
C
o
B
o
A
= o
D

Dengan titik sehingga AD
=
BC

BUKTI
Karena
o
C
o
B
=
2BC
, o
C
o
B
o
A
= Y
2BC
o
A

Misalkan
2BC
o
A
o
X
, maka 2 BC
= 2
Ax (perhatikan dalam bukti 4.9)
Atau BC
=
Ax Jadi o
C
o
B
o
A
= o
D
dengan D titik sehingga BC
=
AD


Teorema 5.10 Jika

AB
= o
D
o
B
dengan AB
=
DE 2

BC
= o
C
o
D
dengan BC
=
DC 2
\
Karena

BC

AB
= (o
C
o
D
) (o
D
o
S
) = o
C
(o
D
o
D
) o
E

= o
C
c o
B

= o
C
o
B

dan karena AB
=
DE 2
,
BC
=
CD 2
maka
AC
=
CE 2

jadi

AC
= o
C
o
B ,
sehingga

BC

AB
=
AC

Anda mungkin juga menyukai