Anda di halaman 1dari 71

Aji Raditya

Ratu Sarah Fauziah I

MODUL
PENGANTAR ANALISIS REAL

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Tangerang
Pengantar Analisis Real 0
METODE PEMBUKTIAN
Dalam membuktikan kebenaran dari suatu pernyataan matematika, baik teorema
ataupun sifat, setidaknya terdapat dua cara yang dapat digunakan, yaitu metode pembuktian
langsung (direct method) ataupun bukti tidak langsung (indirect method). Selain itu, terdapat pula
cara lain yakni induksi matematika. Pada bagian ini, kita akan membahas keempat jenis
pembuktian tersebut.

1.1. Pembuktian Langsung

Pebuktian langsung dapat kita awali dari pernyataan p  q , dimana pernyataan p

disebut hipotesis dan pernyataan q disebut kesimpulan. Bila dibuat strukturnya, maka

pembuktian langsung memiliki struktur sebagai berikut:

Dimulai: hipotesis ( p )

……
Pernyataan logis
……
Diakhiri: kesimpulan ( q )

Teladan 1.1.1: Jika m dan n adalah bilangan genap maka m  n bilangan genap.
(Ingat bahwa bilangan bulat n merupakan bilangan genap jika dan hanya jika terdapat
bilangan bulat k sedemikian sehingga berlaku n  2k ; bilangan bulat n merupakan bilangan
ganjil jika dan hanya jika terdapat bilangan bulat k sedemikian sehingga berlaku n  2k  1 ).
Bukti: Misal m dan n merupakan bilangan genap. Sehingga terdapat bilangan bulat j dan k

sedemikian sehingga berlaku m  2 j dan n  2k . Sehingga m  n  2 j  2k  2  j  k  . Maka

m  n merupakan bilangan genap.

Proses Berpikir: Kita mulai dengan mengasumsikan hipotesis bahwa m dan n merupakan
bilangan genap. Selanjutnya kita mulai mengembangkan konsekuensi logis sedemikian rupa

Pengantar Analisis Real 1


sehingga mendapatkan kesimpulan bahwa m  n merupakan bilangan genap. Kita dapat saja
mengambil sebuah bilangan sebagai contoh, tetapi yang harus diingat apabila kita mengambil
sebuah bilangan sebagai contoh maka pernyataan tersebut hanya benar untuk contoh yang
diambil (tidak benar secara umum). Misal kita ambil nilai m dan n berturut-turut adalah 2
dan 4, maka pernyataan di atas akan menjadi 2  4  6 (6 merupakan bilangan genap)
pernyataan tersebut benar tetapi hanya untuk nilai n  2 dan m  4 begitu pula bila kita ambil
contoh lainnya.
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, kita dapat memisalkan nilai m dan n dengan
menuliskan sebagai nilai m  2 j dan n  2k dimana j dan k merupakan anggota dari

bilangan bulat. Kemudian, pernyataan tersebut ingin melihat penjumlahan antara m dan n .
Karena nilai m  2 j dan n  2k sehingga penjumlahan kedua bilangan tersebut dapat ditulis

pula 2 j  2k . Selanjutnya pernyataan tersebut menginginkan bahwa hasil dari penjumlahan

tersebut merupakan bilangan yang bernilai genap (ingat bahwa bilangan genap dapat ditulis
sebagai 2k dengan k merupakan anggota bilangan bulat), dengan menggunakan sifat

distributif 2 j  2k  2  j  k  . Kita ingat kembali pada aljabar berlaku sifat ketertutupan pada

operasi (+), sehingga apabila dua buah bilangan bulat dijumlahkan  j  k maka hasil yang

diperoleh juga merupakan bilangan bulat, misal x . Sehingga 2  j  k   2 x . Kesimpulannya

m  n  2 x , sehingga pernyataan bahwa apabila kedua bilangan genap ( m dan n ) dijumlah


maka akan menghasilkan bilangan genap.

Teladan 1.1.2: Jika x bilangan ganjil maka x 2 bilangan ganjil


Bukti: Misal x bilangan ganjil, maka dapat ditulis pula x  2a  1 dimana a merupakan

bilangan bulat. Selanjutnya apabila dijabarkan x2  x  x , sehingga

x 2  x  x   2a  1 2a  1  4a 2  4a  1  2  2a 2  2a   1 . Apabila kita misalkan bahwa

b  2a 2  2a , maka x 2  2b  1 . Jadi, x 2 bilangan ganjil.

Proses Berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Pengantar Analisis Real 2


Teladan 1.1.3: Misal a , b dan c merupakan anggota bilangan bulat berlaku jika a | b dan b | c

maka a | c .

( a | b menyatakan bahwa suatu bilangan b habis di bagi a atau bila bilangan b dibagi a

maka tidak memiliki sisa pembagian. secara matematis a | b dapat ditulis pula sebagai b  ax

dimana x merupakan sebarang anggota bilangan bulat)


Bukti: a | b dan b | c dapat pula ditulis dalam bentuk b  ax dan c  by dimana x dan y

merupakan anggota bilangan bulat.


Proses Berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Beberapa pembuktian memiliki cara yang agak berbeda untuk menyelesaikannya, ada
saatnya dimana langkah-langkah pembuktian lebih mudah apabila kita melakukan dengan cara
mengerjakan dari belakang (working backward). Tapi harus diingat dalam menuliskan
pembuktian secara formal, bukti disusun sedemikian rupa sehingga kita memulai langkah
pembuktian dari hipotesis sampai akhirnya didapatkan kesimpulan. Di bawah ini merupakan
contoh dari pembuktian langsung yang lebih mudah apabila dikerjakan dari belakang.

Teladan 1.1.4: Jika x dan y adalah hipunan bilangan real tidak negatif maka berlaku

x y
 xy .
2

Sebelum membuktikan teladan 1.1.4, terlebih dahulu akan diperlihatkan salah satu cara
penyelesaian masalah (problem solving). Cara tersebut adalah pengerjaan jawaban dari belakang
atau biasa disebut working backward. Pada pengerjaan menggunakan cara tersebut, siswa
terlebih dahulu mengkonstruksi jawaban dari kesimpulan yang didapatkan.
Pengerjaan dari belakang (working backward) sebaiknya dilakukan di kertas coretan. Kemudian
pada tahap pembuktian siswa dapat menyalin jawaban yang didapat dari proses tersebut
secara terbalik (dari akhir ke awal). Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan alur
pembuktian langsung, yang dimulai dari hipotesis dan diakhiri oleh kesimpulan.

Pengantar Analisis Real 3


Bukti: Nilai x dan y merupakan himpunan bagian bilangan real non-negatif. Hal tersebut

menyebabkan nilai kuadrat dari x dan y lebih besar atau sama dengan 0.

Beberapa teladan di atas menunjukkan pembuktian langsung dengan satu tahap


penyelesaian. Pada teladan berikutnya akan diberikan pembuktian langsung dengan tahapan
lebih banyak. Teladan 1.4 memperihatkan bahwa sebuah masalah dapat dibagi menjadi
beberapa kasus (pada soal ini dua kasus), kita harus memeriksa kedua kasus yang ada untuk
meyakinkan bahwa pembuktian yang dilakukan benar untuk setiap kasus.

Teladan 1.1.5: Jika dua bilangan bulat memiliki paritas berlawanan maka jumlah keduanya
ganjil.
(paritas adalah sifat pada bilangan bulat yang terdiri dari bilangan ganjil dan bilangan genap)

Bukti: Dua bilangan bulat dengan paritas berlawanan (misal p bilangan genap dan q bilangan

ganjil)

Pengantar Analisis Real 4


(Pembuktian harus dibagi menjadi 2 kasus yakni pada saat p bilangan genap dan q bilangan

ganjil dan kasus lain pada saat p bilangan ganjil dan q bilangan genap)

Kasus I ( p bilangan genap dan q bilangan ganjil)

Bila p merupakan bilangan genap maka p dapat dituliskan sebagai 2x , dengan x anggota

bilangan bulat. Bila q merupakan bilangan ganjil maka q dapat dituliskan sebagai 2 y  1 ,

dengan y anggota bilangan bulat. Jumlah kedua bilangan dapat dituliskan sebagai;

p  q  2 x   2 y  1  2 x  2 y  1  2  x  y   1  2 z  1, dimana z  x  y dan z merupakan

bilangan bulat. Terlihat bentuk p  q  2 z  1 menunjukkan bahwa p  q merupakan bilangan

ganjil.

Kasus II ( p bilangan ganjil dan q bilangan genap)

Dengan cara yang mirip didapatkan bahwa p  q juga merupakan bilangan ganjil.

Dari kedua kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa penjumlahan dua bilangan dengan paritas
yang berlawanan akan menghasilkan bilangan ganjil.

Proses Berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Soal Latihan
Gunakan metode pembuktian langsung untuk membuktikan pernyataan berikut:
1. Jika x bilangan genap maka x 2 bilangan genap
2. Jika x bilangan ganjil maka x3 bilangan ganjil
3. Diketahui x , y anggota himpunan bilangan bulat,

jika x bilangan genap maka x , y bilangan genap.

4. Diketahui a , b dan c anggota himpunan bilangan bulat,

Jika a | b dan a | c maka a |  b  c  .

5. Diketahui a dan b anggota himpunan bilangan bulat,


2 2
Jika a | b maka a | b .

Pengantar Analisis Real 5


6. 4
Jika x anggota himpunan bilangan Riil dan 0  x  4 maka 1.
x 4  x
7. Jika x dan y anggota himpunan bilangan Riil dan x  y maka x  y .
2 2

8. 2 3
Diketahui a dan b anggota himpunan bilangan bulat. Jika a | b dan b | c maka a | c .
6

9. Diketahui a dan b anggota himpunan bilangan asli,

Jika FPB  a, b   1 maka b | a atau b bukan bilangan prima.

10. Jika a , b dan c anggota himpunan bilangan bulat maka c  FPB  a, b   FPB  ca, cb  .

1.2. Pembuktian Kontrapositif

Pembuktian kontrapositif merupakan salah satu jenis pembuktian tidak langsung.


Sebelum masuk ke pembuktian ini kita ingat kembali materi logika matematika. Pada materi
logika matematika pernyataan p  q memiliki nilai yang ekuivalen dengan pernyataan

 q   p karena kedua pernyataan tersebut tautologi (silakan periksa nilai kebenaran dari

kedua pernyataan tersebut dengan menggunakan tabel kebenaran). Pembuktian kontrapositif


juga mengikuti pernyataan tersebut.
Kita memulai pembuktian dengan terlebih dahulu menegasikan kesimpulan (  q )

sedemikian sehingga dengan langkah-langkah yang tepat kita sampai pada kesimpulan dalam
bentuk negasi hipotesis (  p ). Bila dibuat strukturnya, maka pembuktian kontrapositif

memiliki struktur sebagai berikut:

Dimulai: negasi kesimpulan (  q )

……
Pernyataan logis
……
Diakhiri: negasi hipotesis (  p )

Teladan 1.2.1: Jika n 2 merupakan bilangan genap maka n merupakan bilangan genap.

Pengantar Analisis Real 6


Bukti: andaikan n merupakan bilangan ganjil (negasi dari kesimpulan “ n merupakan
bilangan genap”), sehingga n dapat ditulis sebagai n  2 x  1 dengan x anggota bilangan
bulat.
Akan dibuktikan bahwa n 2 merupakan bilangan ganjil (negasi hipotesis “ n 2 merupakan

 
bilangan genap). Bila n  2 x  1 maka n 2  n  n   2 x  1 2 x  1  4 x 2  4 x  1  2 2 x 2  2 x  1

, bila z  2 x 2  2 x dan z merupakan anggota bilangan bulat maka berlaku pula n 2  2 z  1 .

Bentuk n 2  2 z  1 menunjukkan bahwa n 2 merupakan bilangan ganjil. Terlihat bahwa


kesimpulan yang didapat sesuai dengan negasi hipotesis. Hal tersebut menyebabkan
pernyataan awal bahwa “Jika n 2 merupakan bilangan genap maka n merupakan bilangan
genap” terbukti benar.

Proses Berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Teladan 1.2.2: Jika a  b merupakan bilangan genap maka a atau b merupakan bilangan
genap.
Bukti: andaikan a dan b bilangan ganjil (negasi dari kesimpulan “ a atau b merupakan
bilangan genap”)
Bila a dan b merupakan bilangan genap maka dapat dituliskan secara berurutan a  2 x  1
dan b  2 y  1 , dengan x dan y anggota bilangan bulat. Akan dibuktikan bahwa a  b

merupakan bilangan ganjil (negasi dari hipotesis “ a  b merupakan bilangan genap”). Nilai

a  b   2 x  1 2 y  1  2  2 xy  x  y   1  2 z  1 , dengan z  2 xy  x  y dan z merupakan

bilangan bulat. Terlihat bahwa a  b  2 z  1 , berdasarkan bentuk tersebut kita dapat


menyimpulkan bahwa a  b merupakan bilangan ganjil. Terlihat bahwa kesimpulan yang
didapat sesuai dengan negasi hipotesis. Hal tersebut menyebabkan pernyataan awal bahwa
“jika a  b merupakan bilangan genap maka a atau b merupakan bilangan genap” terbukti
benar.

Proses Berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Pengantar Analisis Real 7


Teladan 1.2.3: Misal x dan y merupakan anggota bilangan Riil, jika 5xy maka 5| x dan 5 | y .

Bukti: Andaikan 5 | x atau 5 | y . Dari pengandaian tersebut maka kita harus memeriksa dua

kasus, pertama bila 5 | x dan kedua pada saat 5 | y .

Kasus I : Bila 5 | x maka berlaku x  5a , untuk setiap nilai a anggota bilangan bulat.

Selanjutnya kita akan memeriksa nilai xy . Berdasarkan pengandaian berlaku

xy   5a  y  5  ay   5n , untuk setiap n  ay merupakan anggota bilangan bulat. Dari proses

tersebut di dapat xy  5n atau dapat pula ditulis 5 | xy .

Kasus II : (untuk latihan mahasiswa)

Proses Berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Teladan 1.2.4: Jika y  yx  x  xy maka y  x


3 2 2 2

Bukti: andai y  x sehingga berlaku tahapan berikut


yx
yx0
 y  x   x2  y 2   0  x2  y2 
yx 2  y 3  x 3  xy 2  0
yx 2  y 3  x 3  xy 2
Proses Berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Teladan 1.2.5: Misal a dan b merupakan anggota bilangan Bulat, jika a  b  15 maka a  8
atau b  8
Bukti: andai a  8 dan b  8 . Berdasarkan pengandaian berlaku pula a  7 dan b  7 maka
nilai a  b  14 . Disisi lain 14 < 15. Berdasarkan kedua pernyataan tersebut dapat dituliskan
a  b  14  15 . Sehingga dapat disimpulkan a  b  15 .

Proses Berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Soal Latihan

Pengantar Analisis Real 8


Gunakan metode pembuktian kontrapositif untuk membuktikan pernyataan berikut:
1. Misal n  Z , jika n 2 merupakan bilangan ganjil maka n merupakan bilangan ganjil.
2. Misal a, b  Z , jika ab merupakan bilangan ganjil maka a dan b merupakan bilangan

ganjil.
3. Misal n  Z , jika x 3  1 bilangan genap maka x merupakan bilangan ganjil.
4. 
Misal a, b  Z , jika a 2 b 2  2b  merupakan bilangan ganjil maka a dan b merupakan

bilangan ganjil.
5. Misal a, b, c  Z , jika a tidak habis dibagi bc maka a tidak habis dibagi b .

6. Misal x  R , jika x 2  5 x  0 maka x  0 .


7. Misal a, b  Z , jika ab dan a  b merupakan bilangan genap maka baik a dan b

merupakan bilangan genap.


8. Misal a  Z . Jika a 2 tidak habis dibagi 4 maka a merupakan bilangan ganjil.
9. Misal a  Z . Jika 3| a maka 3|a .
2

10. Misal a, b, c  Z dan a  0 . Jika a | bc maka a | b dan a | c .

1.3. Pembuktian dengan Kontradiksi

Pembuktian tidak langsung lainnya adalah pembuktian dengan kontradiksi. Metode


pembuktian ini agak berbeda dengan kedua metode pembuktian sebelumnya, pada metode
pembuktian dengan kontradiksi ini kita mencoba mencari kesalahan logika (kontradiksi), baik
kontradiksi dengan fakta (misal: 1 = 0) maupun kontradiksi dengan hipotesis yang dimiliki.

Struktur logika pada metode pembuktian ini adalah  p   q    c yang ternyata ekuivalen

dengan pernyataan p  q (cek nilai kebenaran kedua pernyataan tersebut menggunakan tabel

kebenaran). Salah satu keuntungan dari pembuktian ini adalah kita mendapatkan tambahan
hipotesis sebagai modal dalam melakukan pembuktian.
Kita memulai pembuktian dengan menggunakan 2 hipotesis yakni: hipotesis awal ( p )

dan negasi dari kesimpulan (  q ) sedemikian rupa sehingga dengan langkah-langkah yang

tepat kita sampai pada kesimpulan yang akan didapatkan merupakan kontradiksi (baik

Pengantar Analisis Real 9


kontradiksi dengan fakta maupun kontradiksi dengan hipotesis yang dimiliki). Bila dibuat
strukturnya, maka pembuktian dengan kontradiksi memiliki struktur sebagai berikut:

Dimulai: hipotesis ( p ) dan negasi kesimpulan (  q )

……
Pernyataan logis
……
Diakhiri: kontradiksi ( c )

Teladan 1.3.1: Misal a merupakan anggota bilangan bulat, jika a 2 merupakan bilangan genap
maka a merupakan bilangan genap.

Bukti: Berdasarkan hipotesis maka a 2 merupakan bilangan genap, hipotesis berikutnya (negasi
kesimpulan) andaikan a merupakan bilangan ganjil. Berdasarkan pengandaian maka terdapat
k anggota bilangan bulat sehingga berlaku a  2k  1 . Sehingga nilai

a 2   2k  1  2  2k 2  2k   1 , bila terdapat b merupakan bilangan bulat dan b  2k 2  2k


2

sehingga berlaku a 2  2b  1 . Kesimpulan yang didapat adalah a 2 merupakan bilangan ganjil,


hal tersebut bertentangan (kontradiksi) dengan pengandaian bahwa a 2 merupakan bilangan
genap.
Sehingga pernyataan “Misal a merupakan anggota bilangan bulat, jika a 2 merupakan
bilangan genap maka a merupakan bilangan genap” terbukti benar.

Proses berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Teladan 1.3.2: Misal m dan n merupakan anggota bilangan bulat, jika m dan n merupakan
bilangan genap maka m  n merupakan bilangan genap.

Bukti: Berdasarkan hipotesis maka m bilangan genap dan n bilangan genap, hipotesis
berikutnya (negasi kesimpulan) andaikan m  n merupakan bilangan ganjil.
Bila m dan n bilangan genap maka terdapat k dan l anggota bilangan bulat sehingga berlaku
m  2k dan n  2l . Sedangkan bila m  n merupakan bilangan ganjil maka terdapat a anggota
bilangan bulat sehingga berlaku m  n  2a  1.

Pengantar Analisis Real 10


Berdasarkan hipotesis pertama ( m  2k dan n  2l ) dan kedua ( m  n  2a  1) dapat pula

ditulis 2k  n  2a  1 atau dapat pula ditulis n  2a  2k  1  2  a  k   1 . Bila terdapat

b  a  k yang merupakan bilangan bulat, maka berlaku nilai n  2  a  k   1  2b  1 .

Kesimpulan yang didapat adalah nilai n  2b  1 yang berarti n merupakan bilangan ganjil, hal
tersebut bertentangan (kontradiksi) dengan pengandaian bahwa n merupakan bilangan genap.
Sehingga pernyataan “Misal m dan n merupakan anggota bilangan bulat, jika m dan n
merupakan bilangan genap maka m  n merupakan bilangan genap” terbukti benar.

Proses berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Teladan 1.3.3 : Misal x dan y merupakan anggota bilangan riil, jika 5 x  25 y  1732 maka x

atau y bukan merupakan anggota bilangan bulat.

Bukti: Berdasarkan hipotesis maka 5 x  25 y  1732 , hipotesis berikutnya (negasi kesimpulan)

andaikan x dan y merupakan anggota bilangan bulat.

Menggunakan sifat distributif maka dapat pula ditulis 5x  25 y  5  x  5 y   1732 .

Berdasarkan uraian tersebut dan pengandaian bahwa x dan y merupakan bilangan bulat,

maka haruslah 1723 habis dibagi 5. Tetapi faktanya 1723 tidak habis dibagi 5 hal tersebut
bertentangan (kontradiksi) dengan pengandaian bahwa x dan y merupakan bilangan bulat.

Proses berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Teladan 1.3.4: Misal a dan b merupakan anggota bilangan riil, jika a rasional dan ab
irrasional maka b irrasional.
a
(Definisi: Sebuah bilangan x yang merupakan anggota bilangan riil disebut rasional jika x 
b
dimana a dan b merupakan anggota bilangan bulat)
Bukti: Berdasarkan hipotesis maka a rasional, ab irrasional dan berdasarkan negasi
kesimpulan andaikan b rasional. Bila a dan b merupakan bilangan rasional maka berlaku

Pengantar Analisis Real 11


c e
a dan b  dimana c , d , e dan f merupakan anggota dari bilangan bulat. Selain itu
d f
berlaku pula:
c e
ab  
d f
ce

df
g

h
Berdasarkan tahapan tersebut ab merupakan anggota bilangan rasional karena dapat dibentuk
dari dua bilangan bulat. Hal tersebut bertentangan (kontradiksi) dengan hipotesis bahwa ab
merupakan bilangan irrasional. Sehingga pemisalan b merupakan bilangan rasional salah
seharusnya b merupakan bilangan irrasional.

Proses berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Teladan 1.3.5: 2 merupakan bilangan irrasional


a
Bukti : Andaikan 2 merupakan bilangan rasional maka berlaku 2 dengan a dan b
b
merupakan anggota dari bilangan bulat. Serta a dan b tidak memiliki factor yang sama.

a a2
Karena 2 atau 2  2 sehingga 2b 2  a 2 .
b b
Karena a 2  2b 2 maka kita dapat mengatakan bahwa a 2 merupakan bilangan genap sehingga
a merupakan bilangan genap (Why??). Berdasarkan proses tersebut maka dapat pula ditulis
a  2k dengan k merupakan anggota bilangan bulat.

Jika a  2k dan 2b 2  a 2 maka berlaku pula 2b 2   2k   4k 2 atau b 2  2k 2 . Berdasarkan


2

tahapan tersebut kita mendapatkan bahwa b 2 merupakan bilangan genap sehingga b


merupakan bilangan genap (why??).
Berdasarkan proses tersebut disimpulkan bahwa a dan b merupakan bilangan genap, hal
tersebut bertentangan (kontradiksi) dengan hipotesis bahwa a dan b merupakan bilangan
yang tidak memiliki faktor yang sama.

Pengantar Analisis Real 12


Proses berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Soal Latihan
Gunakan metode pembuktian dengan kontradiksi untuk membuktikan pernyataan berikut:
1. Misal n   , jika n 2 merupakan bilangan ganjil maka n juga merupakan bilangan ganjil .

2. Jika a, b   maka a 2  4b  2  0 .

3. Jika a, b   maka a 2  4b  3  0 .

4. Buktikan 3 irrasional.
5. Buktikan 6 irrasional.
6. Misal a, b, c  Z . Jika a 2  b 2  c 2 maka a atau b merupakan bilangan genap.

Misal a, b  R . Jika a merupakan bilangan rasional dan b merupakan bilangan irrasional


7.
maka a  b merupakan bilangan irrasional.
Hasil pengurangan dari bilangan rasional dan bilangan irrasional adalah bilangan
8.
irrasional.

9. Jika a, b  R maka a  b  2 ab

Pada sebuah pulau, terdapat manusia yang selalu berkata jujur atau manusia yang selalu
berkata bohong. Carlos dan Peny tinggal di pulau tersebut.

10. Carlos berkata: “salah satu dari kita berkata bohong”


Peny berkata: “Carlos berkata jujur”

Identifikasi siapa yang berkata jujur dan siapa yang berkata bohong.

1.4. Induksi Matematika

Analogi terbaik untuk menggambarkan pembuktian dengan induksi matematika adalah


pada permainan domino. Sejumlah domino disusun berbaris sedemikian rupa sehingga saat
kita menjatuhkan domino terdepan domino yang lain akan ikut terjatuh pula.

Pengantar Analisis Real 13


Untuk membuktikan bahwa sebuah pernyataan bernilai benar untuk semua bilangan
bulat positif, pertama kita periksa dahulu apakah pernyataan tersebut berlaku untuk n  1 .
Selanjutnya, kita buktikan bahwa pernyataan tersebut bernilai benar untuk suatu bilangan asli
k dan berlaku pula untuk k  1 .
Misal terdapat S  n  yang merupakan pernyataan bergantung pada nilai n :

1) Pernyataan benar pada saat n  1 atau pernyataan S 1 bernilai benar;

2) Jika untuk nilai n  k pernyataan S  k  bernilai benar maka untuk n  k  1 pernyataan

S  k  1 bernilai benar. Apabila kedua kriteria tersebut dipenuhi maka pernyataan S  n 

bernilai benar untuk setiap bilangan bulat positif n .

1
Teladan 1.4.1: Buktikan 1  2  3  ...  n  n  n  1
2
1
Bukti: Bila nilai n  1 maka 1  11  1 . Pernyataan tersebut benar.
2
1
Selanjutnya, asumsi bila n  k pernyataan 1  2  3  ...  k  k  k  1 benar. Kemudian akan
2

 k  1   k  1  1   k  1 k  2 
1 1
dibuktikan bahwa 1  2  3  ...  k   k  1 
2 2
1
Berdasarkan asumsi berlaku 1  2  3  ...  k  k  k  1
2
Sehingga,
1
1  2  3  ...  k   k  1 
k  k  1   k  1
2
1 
  k  1  k  1
2 
1
  k  1  k  2 
Pengantar Analisis Real 2 14
1
  k  1 k  2 
2
Berdasarkan langkah-langkah tersebut pernyataan awal (hipotesis) benar bila n  1 dan
pernyataan tersebut berlaku untuk n  k karena berlaku untuk nilai n  k  1 .

Proses Berpikir: …

Teladan 1.4.2: n3  n habis dibagi 3 untuk setiap n merupakan anggota bilangan asli.

Bukti: Bila nilai n  1 maka 13  1  0 habis dibagi 3. Pernyataan tersebut benar.


Selanjutnya, asumsi bila n  k pernyataan k 3  k habis dibagi 3.

Akan dibuktikan bahwa untuk n  k  1 maka  k  1   k  1 habis dibagi 3.


3

Berdasarkan asumsi k 3  k habis dibagi 3. Selanjutnya

 k  1   k  1  k 3  3k 2  3k  1   k  1
3

 k 3  3k 2  3k  1  k  1
 k 3  3k 2  3k  k
 k{
3
 k  3 k 2  k 
(i ) 14 2 43
( ii )

Catatan:
(i) k 3  k habis dibagi 3 berdasarkan asumsi.

(ii) 3  k 2  k  habis dibagi 3 karena 3  k 2  k  merupakan kelipatan 3.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut pernyataan awal (hipotesis) benar bila n  1 dan


pernyataan tersebut berlaku untuk n  k karena berlaku untuk nilai n  k  1 .

Proses Berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Teladan 1.4.3: Buktikan bahwa 23n  1 habis dibagi 11, untuk setiap nilai n anggota bilangan
bulat positif.
Bukti: Bila nilai n  1 maka 231  1  22 habis dibagi 11. Pernyataan tersebut benar.

Selanjutnya, asumsi bila n  k pernyataan 23k  1 habis dibagi 11 benar. Akan dibuktikan

bahwa untuk n  k  1 maka 23   1 habis dibagi 3.


k 1

Pengantar Analisis Real 15


23 k 1  1  23.23k  1
  22  1 .23k  1
 22.23k  23k  1
 11 2.23k    23k  1
1 4 2 43 14 2 43
i   ii 

Catatan:
(i) 23k  1 habis dibagi 11 berdasarkan asumsi.

(ii) 11 2.23k  habis dibagi 11 karena 11 2.23k  merupakan kelipatan 11.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut pernyataan awal (hipotesis) benar bila n  1 dan


pernyataan tersebut berlaku untuk n  k karena berlaku untuk nilai n  k  1 .

Proses Berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Teladan 1.4.4: Misal terdapat bilangan riil x dengan x  1 . Buktikan 1  x   1  nx untuk


n

setiap n merupakan anggota bilangan asli.

Bukti: Bila nilai n  1 maka 1  x   1  1x . Pernyataan tersebut benar.


1

Selanjutnya, asumsi bila n  k pernyataan 1  x   1  kx benar.


k

Akan dibuktikan bahwa untuk n  k  1 maka berlaku 1  x   1   k  1 x .


k 1

1  x   1  nx
n

 1   k  1 x
 1  x  1  x 
k 1

 1  kx 1  x 
 1  kx  x  kx 2
 1   k  1 x  kx 2
 1   k  1 x

Berdasarkan langkah-langkah tersebut pernyataan awal (hipotesis) benar bila n  1 dan


pernyataan tersebut berlaku untuk n  k karena berlaku untuk nilai n  k  1 .

Pengantar Analisis Real 16


Proses Berpikir:

Teladan 1.4.5: Buktikan bahwa n !  2 n untuk setiap nilai n  4 .

Bukti: Bila nilai n  4 maka 4!  24  16  24 . Pernyataan tersebut benar.

Selanjutnya, asumsi bila n  k dengan k  4 pernyataan k !  2 k benar. Akan dibuktikan

bahwa untuk n  k  1 dengan k  4 maka berlaku  k  1 !  2k 1 .

 k  1!   k  1 k !
  k  1 2k
 2.2k
 2 k 1

Berdasarkan langkah-langkah tersebut pernyataan awal (hipotesis) benar bila n  4 dan


pernyataan tersebut berlaku untuk n  k karena berlaku untuk nilai n  k  1 .

Proses Berpikir: (Anda dapat menuliskan proses berpikir sebagai latihan).

Soal Latihan
Gunakan metode pembuktian dengan induksi matematika untuk membuktikan pernyataan
berikut:
1. Jumlah sebanyak n bilangan genap pertama adalah n 2 .

2. Jika n merupakan bilangan asli positif maka n  n  1 merupakan bilangan genap.

3. Untuk setiap nilai n  2 , n3  n habis di bagi 6.

x n1  1
4. Untuk setiap n  1, berlaku  1  x  x2  ...  x n dengan n  1 .
x 1
5. Jika n merupakan bilangan asli maka berlaku 21  22  23  ...  2n  2n1  2
n
6. Jika n merupakan bilangan asli maka berlaku  8i  5  4n
i 1
2
n

7. 
Untuk setiap bilangan bulat n  0 berlaku 3 | 52 n  1 . 
8. Untuk setiap n  3 berlaku n 2  2n  1 .

Pengantar Analisis Real 17


1 1 1 1 1
9. Buktikan    ...  2  2  .
1 4 9 n n
 1  1  1  1  1 1
10. Buktikan 1  1  1   ... 1  n 
  n1 .
 2  4  8  2  4 2

SISTEM BILANGAN RIIL

Pengetahuan dan pemahaman tentang sistem bilangan riil beserta sifat-sifatnya, akan
menentukan pemahaman konsep analisis, hal tersebut dikarenakan sistem bilangan real
merupakan salah satu konsep yang mendasari pembahasan tentang analisis. Dalam buku ini
sistem bilangan real akan dikenali secara aksiomatik, yaitu dengan menganggap sistem
bilangan real memenuhi sifat-sifat tertentu yang dirumuskan dalam tiga gugusan aksioma,
yakni: Aksioma Lapangan, Aksioma Urutan dan Aksioma Kelengkapan Bilangan Real. Topik-
topik terkait lainnya dalam sistem bilangan real yang dibahas adalah : Nilai Mutlak, Selang,
Titik Kumpul atau Titik Limit, Himpunan Terbuka dan Himpunan Tertutup pada bilangan
Real.

1. Sifat-sifat Aljabar Bilangan Real

Aksioma 1.1 (Aksioma Lapangan)


Misalkan R menyatakan bilangan real, dengan operasi penjumlahan ( + ) dan perkalian ( . )
merupakan operasi biner yang didefinisikan pada R, maka berlaku:
(T1) a  b  b  a untuk setiap a, b  R (sifat komutatif pada operasi penjumlahan).

Pengantar Analisis Real 18


(T2)  a  b   c  a  b  c  untuk setiap a, b, c  R (sifat asosiatif pada operasi

penjumlahan).
(T3) Terdapat unsur 0 (nol) anggota R, sedemikian sehingga 0  a  a dan a  0  a untuk
setiap a  R (eksistensi unsur identitas pada operasi penjumlahan).
(T4) Untuk setiap a  R , terdapat a  R sedemikian sehingga a   a   0 dan

 a   a  0 (eksistensi unsur invers pada operasi penjumlahan).


(K1) a  b  b  a untuk setiap a, b  R (sifat komutatif pada operasi perkalian).
(K2)  a  b   c  a  b  c  untuk setiap a, b, c  R (sifat asosiatif pada operasi perkalian).

(K3) Terdapat unsur 1  R , sedemikian sehingga 1 a  a dan a 1  a untuk setiap a  R


(eksistensi unsur identitas pada operasi perkalian).
(K4) Untuk setiap a  0  R , terdapat unsur 1 a  R sedemikian sehingga a  1 a   1 dan

1 a   a  1 (eksistensi unsur invers pada operasi perkalian).


(D) a   b  c    a  b    a  c  dan  b  c   a   b  a    c  a  untuk setiap a, b, c  R (sifat

distributif).
Sifat-sifat di atas tentunya tidak asing bagi Anda. Selanjutnya, akan ditampilkan
beberapa akibat yang timbul dari sifat aljabar bilangan real. Berikutnya, akan dibuktikan bahwa
unsur identitas (baik pada operasi penjumlahan dan perkalian) merupakan unsur tunggal.
Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa hanya unsur 0 pada bilangan riil merupakan solusi bagi
(T3) dan unsur 1 pada bilangan riil merupakan solusi bagi (K3).

Akan ditunjukkan bahwa unsur 0 dan unsur 1 tunggal.

Misalkan terdapat dua unsur nol, yaitu z1 dan z2 , maka z1  a  a dan z2  a  a untuk

semua a  R , akan dibuktikan bahwa z1  z2 .

Bukti: Karena z1 , z2  R dan memenuhi z1  a  a  z2  a atau z1  a  z2  a , selanjutnya

dengan menambahkan pada kedua ruas dengan a , akan kita dapatkan

z1  a   a   z2  a   a  . Berdasarkan sifat T4 dan T3, maka z1  z2 .

Dengan cara yang sama akan kita dapatkan bahwa unsur satuan itu tunggal.

Pengantar Analisis Real 19


Teorema 1.1
(i) jika a, z  R sedemikian sehingga z  a  a , maka z  0

(ii) jika b, u  R dan b  0 sedemikian sehingga u  b  b , maka b  1


Bukti:

(i) Bila a  R , maka berdasarkan T4, ada a  R sedemikian sehingga berlaku a   a   0 .

Selanjutnya, bila kedua ruas pada z  a  a ditambahkan dengan a dapat dituliskan

 z  a    a   a   a  . Sehingga dapat ditulis  z  a    a   a   a   0 dan berlaku

 z  a    a   0 . Selanjutnya berdasarkan sifat T2, T4 dan T3 kita dapat menuliskan

z   a   a    z  0  0 , jadi nilai z  0 .

(ii) Bila b  R dan b  0 , maka berdasarkan sifat K4 ada unsur 1 b  R sedemikian sehingga

berlaku b  1 b   1 . Selanjutnya bila kedua ruas dikalika dengan 1 b dapat dituliskan

 u  b  1 b  b 1 b . Sehingga dapat dituliskan  u  b  1 b  b 1 b  1 dan berlaku

 u  b  1 b  1 . Selanjutnya berdasarkan sifat K2, K4 dan K3 kita peroleh

 u  b  1 b  u b  1 b    u 1  1 , jadi nilai u  1 .

Teorema 1.2
(i) Misal a, b  R jika b  a  0 , maka b  a .

(ii) Misal a, b  R dan a  0 jika b  a  1, maka b  1 a .


Bukti:

(i) Bila a  R , maka berdasarkan T4, ada a  R sedemikian sehingga berlaku a   a   0 .

Selanjutnya, bila kedua ruas pada b  a  0 ditambahkan dengan a dapat dituliskan

 b  a    a   0   a  . Berdasarkan sifat T2 dan T4 pada ruas kiri dan berdasarkan

 
sifat T3 pada ruas kanan, maka berlaku b  a   a   0   a  dan sederhanakan kedua

ruas sehingga diperoleh b  a .

(ii) Bila a  R dan a  0 , maka berdasarkan sifat K4 ada unsur 1 a  R sedemikian sehingga

berlaku a  1 a   1 . Selanjutnya, bila kedua ruas pada b  a  1 dikalikan dengan 1 a

Pengantar Analisis Real 20


dapat dituliskan  b  a  1 a  11 a . Berdasarkan sifat K2 dan K4 pada ruas kiri dan sifat

K3 pada ruas kanan, maka berlaku b   a 1 a   11 a dan sederhanakan kedua ruas

sehingga diperoleh b  1 a .

Berikut ini akan diberikan teorema yang berkaitan dengan penyelesaian suatu persaman
dan ketunggalan dari sebuah solusi.
Teorema 1.3
Misalkan a, b  R , maka

(i) Persamaan a  x  b mempunyai penyelesaian tunggal yaitu x   a   b .

(ii) Jika a  0 dan persamaan a  x  b mempunyai penyelesaian tunggal x  1 a   b .

Bukti:
(i) Pertama akan ditunjukkan bahwa a  x  b mempunyai penyelesaian.

Bila a  R , maka berdasarkan T4, ada a  R sedemikian sehingga berlaku a   a   0 .

Dengan menambahkan a pada kedua ruasnya dapat dituliskan  a   a  x   a   b ,

dan dengan menggunakan aksioma lapangan R (T2, T3 dan T4) persamaan tersebut dapat
disederhanakan sehingga diperoleh x   a   b .

Kedua akan ditunjukkan bahwa solusinya tunggal.

Andaikan terdapat solusi yang lain yaitu x1 , sehingga berlaku x1  x . Karena x1

merupakan solusi, maka a + x1 = b, akan tetapi a + x1  a + x atau a + x1  b. hal ini


kontradiksi bahwa x1 adalah solusi. Jadi haruslah x = x1.
(ii) Pertama akan ditunjukkan bahwa untuk nilai a  0 maka persamaan a  x  b
mempunyai penyelesaian.
Bila a  R dan a  0 , maka berdasarkan sifat K4 ada unsur 1 a  R sedemikian sehingga

berlaku a  1 a   1 . Dengan mengkalikan 1 a pada kedua ruasnya dapat dituliskan

1 a   a  x  1 a   b , dan dengan menggunakan aksioma lapangan R (K2, K3 dan K4)

persamaan tersebut dapat disederhanakan sehingga diperoleh x  1 a   b .

Kedua akan ditunjukkan bahwa solusinya tunggal.

Pengantar Analisis Real 21


BILANGAN NEGATIF DAN
BILANGAN RASIONAL
Pada bagian ini, akan dipelajari beberapa teorema yang terkaitan dengan perkalian
bilangan negatif dan bilangan rasional. Kemuian, akan dibahas pula sifat bilangan yang
dikalikan dengan nol, bilangan yang dikalikan dengan negatif, dan hasil kali bilangan negatif
dikalikan dengan bilangan negatif lainnya. Demikian pula akan dikaji tentang sifat bilangan
rasional dan bilangan irasional.
Untuk itu, perhatikan dengan baik dan pahami beberapa teorema berikut,
Teorema 2.1
Misalkan a  R , maka
(i) a0  0
(ii)  1  a  a
(iii)   a   a

(iv)  1   1  1


Bukti:
(i) Berdasarkan K3, untuk setiap a  R berlaku a 1  a . Selanjutnya tambahkan ruas kiri

dengan a , sehingga dapat dituliskan a  a  0  a 1  a  0  a  1  0   a 1  a atau dapat

pula dituliskan a  a  0  a .
Pengantar Analisis Real 22
Ingat, berdasarkan teorema 1.1 (jika a, z  R sedemikian sehingga z  a  a , maka z  0 ),

kita dapat simpulkan bahwa a  0  0 .


(ii) Berdasarkan K3, untuk setiap a  R berlaku a 1  a . Selanjutnya tambahkan ruas kiri

dengan a , sehingga dapat dituliskan a   1  a  1 a   1  a  1   1   a  0  a  0

atau dapat pula dituliskan a   1  a  0 .

Ingat, berdasarkan teorema 1.2 (Misal a, b  R jika b  a  0 , maka b  a ), kita dapat

simpulkan bahwa  1  a  a .

(iii) Berdasarkan T4, untuk setiap a  R terdapat a  R sedemikian sehingga berlaku

 a   a  0 dan berdasarkan teorema 1.2 (Misal a, b  R jika b  a  0 , maka b  a )

maka diperoleh kesimpulan bahwa   a   a .

(iv) Pembuktian untuk (iv) dapat dilakukan dengan mensubstitusikan nilai a  1 sehingga

diperoleh   1   1   1 . Kemudian berdasarkan bagian (iii) dengan mengambil

a  1.

Teorema 2.2

(a) Jika a  R dan a  0 , maka 1 a  0 dan 1 1 a   a .

(b) Jika a, b  R dan a  b  0 , maka a  0 atau b  0 .

(c) Jika a, b  R , maka  a    b   a  b .

(d) Jika a  R dan a  0 , maka 1  a   1  a  .

Bukti:

(a) Pertama akan dibuktikan jika a  0 , maka 1 a  0 .

(Menggunakan pembuktian tidak langsung)


Berdasarkan hipotesis a  0 dan andaikan 1 a  0 , menyebabkan 1  a  1 a   a  0  0

atau 1  0 hal ini bertentangan dengan fakta bahwa 1  0 . Sehingga pengandaian 1 a  0

salah haruslah 1 a  0 .

Selanjutnya akan dibuktikan jika a  0 , maka1 1 a   a .

Pengantar Analisis Real 23


Perhatikan kembali teorema 1.2 (misal a, b  R dan a  0 jika a  b  1 , maka a  1 b ), di

sisi lain pada bilangan riil berlaku aksioma lapangan (K4) yakni a  1 a   1 untuk setiap

a bilangan riil. Agar aksioma tersebut berlaku, maka haruslah nilai a  1 1 a  .

(b) Misalkan bahwa a  b  0 dan a  0 .


(Pembuktian langsung dengan bentuk penjabaran dua kolom atau two-column statement )

 a  b  1 a  0 1 a Kalikan kedua ruas dengan 1/a

 a 1 a   b  0 Sifat komutatif perkalian (K2)


1 b  0 Sifat identitas perkalian (K3)
b0 Sifat identitas perkalian (K3)
Tahapan yang sama dapat digunakan untuk menunjukkan jika b  0 , maka diperoleh
nilai a  0 (silakan dikerjakan sebagai latihan).

(c) Berdasarkan teorema 2.1.(ii), kita punyai a   1  a (teorema tersebut dapat diperluas

sehingga berlaku pula b   1  b ), sehingga

 a    b     1  a     1  b  Penjabaran teorema 2.1.(ii)

  1 1   a  b  Sifat komutatif perkalian (K2)

 1  a  b  Teorema 2.1.(iv)

 ab Sifat identitas perkalian (K3)

(d) Jika a  0 , maka 1 a  0 dan a  0 .

Berdasarkan sifat invers perkalian (K4) berlaku a  1 a   1 , berdasarkan bagian (c)

berlaku  a     1 a    1 . Jika kita gunakan teorema 1.2 (misal a, b  R dan a  0 jika

a  b  1, maka a  1 b ), maka diperoleh 1  a    1 a  .

Bilangan Rasional

Elemen dari bilangan riil yang berbentuk m n atau  m n dengan m dan n anggota

bilangan asli ( N ) dan n  0 dikatakan sebagai Bilangan Rasional. Semua himpunan bilangan
rasional dalam bilangan riil dinotasikan dengan Q (“Quotient” berasal dari bahasa jerman yang

Pengantar Analisis Real 24


berarti hasil bagi). Semua elemen dari bilangan riil yang bukan bilangan rasional disebut
Bilangan Irasional.

Teorema 2.3

Tidak ada bilangan rasional r sedemikian sehingga r 2  2


Bukti:
(Pembuktian dengan kontradiksi)

Andai r  Q , maka dapat dimisalkan nilai r  m n , dengan m dan n anggota bilangan bulat

dan n  0 . Tanpa mengurangi keumuman, misalkan m dan n tidak mempunyai faktor

persekutuan selain 1. Selanjutnya, dengan mensubstitusi nilai r dengan m n maka m n  2


2 2

atau dapat pula dituliskan m  2n . Perhatikan m merupakan bilangan genap maka m


2 2 2

haruslah bilangan genap (dengan pembuktian kontrapositif: jika m ganjil, misal m  2k  1 ,

 
maka m 2  4k 2  4k  1  2 2k 2  2k  1 adalah ganjil). Selanjutnya, misal m bilangan genap

maka berlaku nilai m  2 p untuk sembarang bilangan bulat p dan berlaku 4 p  2n . Hal ini
2 2

menunjukkan bahwa n  2 p , perhatikan bahwa n merupakan bilangan genap maka


2 2 2

(dengan pembuktian kontrapositif yang sama) n haruslah bilangan genap. Berdasarkan proses
tersebut didapat m dan n merupakan bilangan genap. Hal ini kontradiksi dengan pemisalan
bahwa m dan n tidak mempunyai faktor persekutuan selain 1 (karena p dan q bilangan genap
maka keduanya memiliki faktor persekutuan lain yakni 2).

Jadi tidak bilangan rasional r sedemikian sehingga r 2  2 .

Soal Latihan
1. Jika a  R dan memenuhi a  a  a . Buktikan bahwa nilai a  0 atau a  1 .
1 1 1
2. Jika a  0 dan b  0 , tunjukkan bahwa   .
ab a b
3. Misalkan a, b, c  R , buktikan

a. Jika a  b  0 dan a  c  0 , maka b  c  a .


1
b. Jika a  0 , ab  1 dan ac  1 , maka b  c  .
a

Pengantar Analisis Real 25


4. Buktikan bahwa tidak ada bilangan rasional r sedemikian sehingga r 2  6

5. Buktikan bahwa tidak ada bilangan rasional r sedemikian sehingga r 2  3

URUTAN BILANGAN RIIL

Pada pembahasan sebelumnya, kita belum menentukan bilangan real yang lebih besar
atau yang lebih kecil. Hal ini dilandaskan karena belum adanya aksioma atau teorema yang
mengatakan tentang urutan suatu bilangan riil. Pada bagian ini, kita akan membahas tentang
sifat urutan yang ada pada bilangan riil. Sifat urutan pada bilangan riil didasarkan pada sifat
bilangan positif dan sifat ketaksamaan pada bilangan riil.

Sifat-sifat Urutan dari R


Pada bagian berikut ini akan dibahas sifat-sifat urutan dari R yang sangat penting
peranannya dalam subbarisan.
Aksioma 3.1(Aksioma Urutan)
Misal terdapat subhimpunan tak-kosong P dari R yang dinamakan himpunan bilangan real
positif, memenuhi sifat-sifat berikut:
(i) Jika a, b  P , maka a  b  P .

(ii) Jika a, b  P , maka a  b  P .

(iii) Jika a  R , maka salah satu dari ketiga sifat berikut dipenuhi a  P , a  0 atau
a  P (sifat trikothomi).
Dua sifat pertama memastikan berlakunya sifat ketertutupan himpunan bilangan riil positif
pada operasi penjumlahan dan perkalian. Sifat ketiga biasa juga disebut sifat trikothomi karena
sifat tersebut membagi bilangan riil menjadi tiga bagian (positif, nol dan negatif).

Pengantar Analisis Real 26


Jika a  P dapat dituliskan a  0 serta a disebut bilangan riil positif. Jika a  P  0

dapat dituliskan a  0 dan a disebut bilangan riil non-negatif. Jika a  P dapat dituliskan

a  0 serta a disebut bilangan riil positif negatif. Jika a  P  0 dapat dituliskan a  0 dan

a disebut bilangan riil non-positif.

Definisi 3.2
Misal a, b  R

(i) Jika a  b  P , maka a  b atau b  a

(ii) Jika   a  b   P , maka a  b atau b  a

(iii) Jika a  b  P  0 , maka a  b atau b  a

(iv) Jika   a  b   P  0 , maka a  b atau b  a

Teorema 3.3
Misal a, b, c  R

(a) Jika a  b dan b  c , maka a  c .


(b) Hanya satu dari hubungan berikut berlaku, yakni : a  b, a  b, a  b .

(c) Jika a  b dan b  a , maka a  b .


Bukti
(a) karena a  b dan b  c , maka a  b  P dan b  c  P .
Berdasarkan aksioma urutan (i), maka

 a  b    b  c   a    b   b   c
 a0c .
 a cP
Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan definisi 3.1, diperoleh a  c .

(b) Berdasarkan sifat trikotomi dan definisi 3.1.(iii), maka a  b  P , a  b  0 atau   a  b   P .

(c) Andaikan a  b, maka berdasarkan bagian (b) kita peroleh bahwa a – b P atau b – a P, di
mana a > b atau b > a, hal ini kontradiksi dengan yang diketahui. Jadi haruslah a = b.

Teorema 3.5

Pengantar Analisis Real 27


(a) Jika a  0  R , maka a 2  0 .
(b) 1 0.
(c) Jika n  N , maka n  0 .
Bukti
(a) Karena a  0 , maka a  P atau a  P .

Jika a  P , maka berdasarkan aksioma a 2  a  a  P .

Jika a  P , maka berdasarkan teorema 1.5 a 2   a    a   a  a  P .

jadi, dalam setiap kasus a 2  P .

(b) Ambil a  1 pada bagian (a) sehingga 1  12  P .


(c) Buktikan sendiri dengan menggunakan induksi matematika.

Teorema 3.6
Misalkan a, b, c  R .

(a) Jika a  b , maka a  c  b  c .


(b) Jika a  b dan c  d , maka a  c  b  d .
(c) Jika a  b dan c  0 , maka ac  bc .
(d) Jika a  b dan c  0 , maka ac  bc .
1
(e) Jika a  0 , maka 0.
a
1
(f) Jika a  0 , maka 0.
a
Bukti
(a) Karena a b, maka a bP . Sedangkan

a  b  a  b  0  a  b   c   c    a  c   b  c   P . Jadi, berdasarkan definisi dapat kita

simpulkan bahwa a  c  b  c .
(b) Karena a  b dan c  d , maka a  b  P dan c  d  P . Berdasarkan aksioma urutan dapat

diperoleh  a  b    c  d    a  c    b  d   P . Hal ini menunjukkan bahwa a  c  b  d .

(c) Karena a  b dan c  0 dan berdasarkan definisi 3.1 dan 3.2 diperoleh  a  b  c  P .
berdasarkan sifat distributif, maka dituliskan  a  b   c  a  c  b  c  P . Jadi ac  bc .

Pengantar Analisis Real 28


(d) Analogi dengan (c )
1 1
(e) Jika a  0 , maka berdasarkan sifat trikotomi a  0 sedemikian sehingga ada. Jika  0 ,
a a
1 1 1
maka 1  a     0 , kontradiksi. Jika  0 , maka berdasarkan bagan (d) dengan c 
a a a

1 1
berakibat 1  a     0 , kontradiksi. Jadi, haruslah 0.
a a
(f) Analogi dengan (e).
Teorema 3.7
1
Jika a  b , maka a  a  b  b
2
Bukti
Karena a  b , maka berdasarkan teorema 3.6 kita dapatkan bahwa a  a  2a  a  b .
1
Demikian juga a  b  2b . Karena 2 > 0, maka berdasarkan teorema 3.6 (e)  0 . Selanjutnya,
2
1 1
ambil nilai c  pada teorema 3.6 (c) sedemikian sehingga berlaku a   a  b  dan
2 2
1 1
 a  b   b . Jadi, berdasarkan teorema 3.4 a   a  b   b .
2 2

Teorema 3.8
Jika ab  0 , maka a  0 dan b  0 atau a  0 dan b  0 .
Bukti

1
Jika ab  0 , maka a  0 dan b  0 . Jika a  0 , maka    0 . Dengan demikian berlaku
a
 1   1 1
b  1  b      a   b      ab   0 . Sedangkan, bila a  0 , maka    0 , hal ini
 a   a a

 1   1
menunjukkan bahwa b  1  b      a   b      ab   0 .
 a   a

Akibat 3. 9
Jika ab  0 , maka a  0 dan b  0 atau a  0 dan b  0 .

Pengantar Analisis Real 29


Soal Latihan
Misalkan a, b, c, d  R

1. Jika 0  a  b dan 0  c  d , maka buktikan 0  ac  bd .

2. Jika 0  a  b buktikan bahwa a 2  ab  b 2 .

3. Jika a, b  R dan a 2  b 2  0 . tunjukkan bahwa a  b  0 .

1 1
4. Jika n  N , tunjukkan bahwa n 2  n dan  .
n2 n

Jika a  1 , a  R , tunjukkan bahwa 1  a   1  na untuk setiap n  N .


n
5.

6. Jika c  1 , c  R , tunjukkan bahwa c n  c untuk setiap n  N .

7. Jika c  1 , c  R , tunjukkan bahwa c m  c n untuk setiap m  n dengan m, n  N .

Pengantar Analisis Real 30


Nilai Mutlak

Sebuah konsep yang sangat penting dalam bilangan real adalah tentang nilai mutlak.
Konsep nilai mutlak bermanfaat untuk menentukan besaran jarak, panjang vektor, akar sebuah
bilangan dan lain sebagainya. Hal yang mendasar dari konsep nilai mutlak adalah tentang
definisi atau pengertian serta sebuah ketaksamaan, yaitu ketaksamaan segitiga. Dalam
matematika sekolah, materi nilai mutlak biasanya digunakan dalam bahasan tentang
pertidaksamaan dan panjang vektor.

Definisi 4.1
Jika a  R maka nilai mutlak dari a dinotasikan sebagai | a | dan didefinsikan dengan

 a jika a  0
a 
a jika a  0
Jadi domain dari nilai mutlak adalah semua bilangan real dengan range P  {0}, dan peta dari a
dan –a adalah sebuah elemen yang sama.

Ilustrasi Nilai Mutlak


Berdasarkan definisi, nilai mutlak juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik.
Berikut contoh grafik fungsi mutlak f(x) = |x|.

 x jika x  0
f  x  x  
 x jika x  0

Pengantar Analisis Real 31


Contoh grafik fungsi x  y  1

Berdasarkan definisi

 x jika x  0  y jika y  0
x  dan y  
 x jika x  0  y jika y  0
Maka fungsi x  y  1 terbagi menjadi 4 kasus berdasarkan daerah / nilai x:

Kasus I (untuk x  0 dan y  0 ): fungsi x  y  1 menjadi x  y  1

Kasus II (untuk x  0 dan y  0 ): fungsi x  y  1 menjadi x    y   x  y  1

Kasus III (untuk x  0 dan y  0 ): fungsi x  y  1 menjadi   x   y   x  y  1

Kasus IV (untuk x  0 dan y  0 ): fungsi x  y  1 menjadi   x     y    x  y  1

Dari keempat kasus tersebut grafik x  y  1 sebagai berikut:

Pengantar Analisis Real 32


Teorema 4.2

(a) a  0 jika dan hanya jika a  0

(b) a  a untuk setiap a  R

(c) ab  a b untuk setiap a, b  R

(d) Jika c  0 , maka a  c jika dan hanya jika c  a  c

(e)  a  a  a untuk setiap a  R

Bukti

(a) Jika a  0 , maka berdasarkan definisi 0  0 . Jika a  0 , maka a  0 sedemikian

sehingga a  0 .

Pengantar Analisis Real 33


(b) Jika a  0 , maka 0  0  0 . Jika a  0 , maka a  a  a . Jika a  0 , maka

a  a  a .

(c) Jika a  0 dan b  0 , maka ab  0 sedemikian sehingga | ab | = ab = | a |. | b |. Jika a


> 0 dan b < 0, maka ab < 0 sedemikian sehingga | ab | = -(ab) = a. (-b) = | a |. | b | Jika
a < 0 dan b > 0, maka ab < 0 sedemikian sehingga | ab | = -(ab) = (-a).b = | a |. | b |.
Jika a < 0 dan b < 0, maka ab > 0 sedemikian sehingga | ab | = a.b = (-a). (-b) =| a |.|b |
(d) Andaikan a  0, maka | a | = a sedemikian sehingga | a | = a  c. Bila a < 0, maka | a |
= -a  c atau –c  a. Jadi, berdasarkan sifat urutan kita peroleh –c  a  c. bukti
konversnya sebagai latihan sendiri.
(e) Gunakan bukti bagian (d) dengan mengambil c = | a |.

Teorema 4.3 (Ketaksamaan Segitiga)


Jika a, b sembarang bilangan real, maka ||a| - |b||  | a  b |  | a | + | b |
Bukti
Berdasarkan teorema 4.1, kita punya -| a |  a  | a | dan -| b |   b  | b | berdasarkan
teorema 4.2 kita simpulkan bahwa –(|a| + |b|) = -|a| - |b|  a  b  | a | + | b |.
Berdasarkan teorema 3.11 kita dapatkan | a  b |  | a | + | b |.
Karena |a| = |(a –b) + b|  | a –b | + | b |, hal ini menunjukkan bahwa |a| - |b|  | a - b |.
Dengan cara yang sama akan kita dapatkan juga bahwa |b| - |a|  | a - b |. Dari kedua
ketaksamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa ||a| - |b||  | a - b |.
Akibat 4.4
Jika a1, a2, a3, . . ., an adalah sembarang bilangan real, maka
| a1+ a2 + a3 + . . . + an |  | a1| + | a2| + | a3| + . . . + | an|
Bukti
Jika n = 2 telah dibuktikan di atas, sedangkan untuk n > 2 kita gunakan induksi dan sifat
ketaksamaan segitiga di atas bahwa,
| a1+ a2 + a3 + . . . + ak+ ak+1 | = | (a1+ a2+ a3+ . . . + ak) + ak+1|
 |(a1+ a2+ a3+ . . . + ak)| +| ak+1|

Pengantar Analisis Real 34


Soal Latihan

1. Misalkan >0, aR. Tunjukkan bahwa a -  < x < a+ jika dan hanya jika |x –a|< .
2. Jika a,b  R dan b 0. Tunjukkan bahwa | a/b | = |a|/|b|.
3. Sketsalah titik (x, y) pada daerah R x R (cartesius) yang memenuhi |x| + |y| = 2
4. Jika x, y, z  R, maka x  y  z jika dan hanya jika |x-y| + |y-z| = |x-z|
5. Jika 0 < a < 1, maka 0 < a2 < a < 1, tetapi jika 1 < a, maka 1 < a < a2.

SIFAT KELENGKAPAN BILANGAN


REAL
Selain memiliki urutan, bilangan real juga memiliki sifat yang dikenal dengan nama
sifat kelengkapan. Sifat ini mengkaji tentang bilangan real dalam sebuah himpunan tertentu.
Dalam hal ini, apakah himpunan tersebut memiliki batas, memiliki nilai maksimum dan
minimum, atau memiliki suprimum dan infrimum.

Pengantar Analisis Real 35


Sifat ini akan membawa kita pada konsep himpunan terbuka dan himpunan tertutup.
Beberapa definisi dan teorema akan digunakan untuk mengkaji tentang sifat kelengkapan
bilangan real tersebut.

Sifat-sifat Kelengkapan dari R


Dalam bagian ini kita akan membahas satu lagi sifat dari system bilangan real yang
seringkali dinamakan dengan “Aksioma Kelengkapan”.
Suprimum dan Infimum
Definisi 5.1
Misalkan s adalah subhimpunan dari R
(a) sebuah elemen u  R dikatakan batas atas dari S jika s  u, untuk setiap s  S
(b) sebuah elemen w  R dikatakan batas bawah dari S jika s  w, untuk setiap s  S
Sebagai catatan bahwa subhimpunan S  R mungkin saja tidak memiliki batas atas
(sebagai contoh S = R). Selanjutnya, jika memiliki satu batas atas, maka subhimpunan tersebut
memiliki takhingga banyak batas atas ( untuk sebuah batas atas u dari S, maka u + n juga
merupakan batas atas dari S dengan n N). Misalkan S1={x R : 0 < x < 1} memiliki batas atas 1,
kenyataanya, setiap bilangan u  1 adalah sebuah batas atas dari S1. Sama halnya juga dengan
S2 = { xR | 0  x  1} yang memiliki batas atas 1.
Untuk menunjukkan bahwa sebuah bilangan u  R bukan sebuah batas atas dari S  R,
kita harus menunjukkan ada sebuah elemen s o R sedemikian sehingga u < so.
Sebuah himpunan yang memiliki batas atas dikatakan sebagai himpunan yang terbatas
di atas, dan himpunan yang memiliki batas bawah disebut sebagai himpunan yang terbatas di
bawah. Jika himpunan memiliki batas atas dan batas bawah, maka himpunan tersebut disebut
himpunan yang terbatas. Jika himpunan tidak memiliki kedua batasnya, maka dikatakan
himpunan tersebut tidak terbatas. Jadi, himpunan S1 dan S2 adalah himpunan yang terbatas,
sedangkan himpunan P = { x R : x > 0} adalah himpunan yang tidak terbatas karena tidak
mempunyai batas atas.
Apabila u batas atas dari S dan u  S, maka u adalah maksimum dari S atau u = maks S.
Sedangkan jika w batas bawah dari S dan w  S, maka w adalah minimum dari S atau w = Min
S.

Pengantar Analisis Real 36


Definisi 5.2
Misalkan S subhimpunan dari R
(a) Jika S terbatas di atas, maka batas atas dari S dikatakan Suprimum (batas atas terkecil)
apabila batas atas tersebut lebih kecil dari batas atas lainnya.
(b) Jika S terbatas di bawah, maka batas bawah dari S dikatakan Infrimum (batas bawah
terbesar) apabila batas bawah tersebut lebih besar dari batas bawah lainnya.
Definisi di atas mempunyai pengertian bahwa sebuah bilangan u  R adalah suprimum
dari subhimpunan S dari R jika memenuhi dua kondisi berikut:
(i) s  u untuk setiap s  S
(ii) Jika v adalah sebuah bilangan sedemikian sehingga s  v untuk setiap s  S, maka
u  v.
Lemma 5.3
Sebuah bilangan u  R adalah suprimum dari subhimpunan takkosong S R jika dan hanya
jika memenuhi sifat-sifat
(i) Tidak ada elemen s  S dengan u < s
(ii) Jika v < u, maka ada elemen so S sedemikian sehingga v < so.
Bukti
() misalkan u memenuhi (i) dan (ii). Hal ini menunjukkan bahwa u batas atas dari S. Jika v
adalah bilangan dengan v < u, maka sifat (ii) menunjukkan bahwa v bukan batas atas dari S.
dengan demikian u adalah suprimum dari S.
() misalkan u adalah suprimum dari S. karena u adalah batas atas dari S, kondisi (i)
terpenuhi. Jika v < u, maka v bukan batas atas dari S. selanjutnya terdapat sebuah elemen s o  S
sedemikian sehingga v < so.
Lemma 5.4
Misalkan S  , S  R dan u batas atas dari S, u = Sup S jika dan hanya jika untuk setiap  > 0
ada x  S sedemikian sehingga u -  < x.
Sifat Suprimum 5.5
Setiap himpunan tak-kosong dari bilangan real yang mempunyai batas atas mempunyai
suprimum.

Pengantar Analisis Real 37


Sifat Suprimum 5.6
Setiap himpunan tak-kosong dari bilangan real yang mempunyai batas bawah mempunyai
infrimum.
Contoh 1
Misalkan S = { x R : 0 < x < 1 }, maka Sup S = 1
Bukti
Karena 1R dan x < 1 untuk semua x S, maka menurut definisi 1 adalah batas atas dari S.
Misalkan  > 0 sembarang.
Jika   1, maka 1 -  < x untuk setiap x di S. Jadi untuk semua x di S berlaku 1 -  < x.
Jika 0 <  < 1, maka pilih x = 1- /2 di S, maka 1 -  < x =1- /2
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk setiap  > 0 ada x  S sedemikian sehingga
1 -  < x, hal ini menunjukkan bahwa Sup S = 1.
Lemma 5.8
Misalkan S  , S  R dan w batas bawah dari S, w = Inf S jika dan hanya jika untuk setiap  > 0
ada x  S sedemikian sehingga x < w + .
Contoh 2
0 = Inf(0,1)
Bukti
Karena 0R dan x > 0 untuk semua x (0, 1), maka menurut definisi 0 adalah batas bawah dari
(0, 1). Misalkan  > 0 sembarang.
Jika   1, maka x < 0 +  untuk setiap x di S. Jadi untuk semua x di S berlaku x < 0 +  .
Jika 0 <  < 1, maka pilih x = /2 di S, maka x = /2 < 0 + 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk setiap  > 0 ada x  S sedemikian sehingga
x < 0 + , hal ini menunjukkan bahwa Inf S = 0.

Soal Latihan

1. Perlihatkan bahwa 3 = Sup [2, 3] dan 2 = Inf [2, 3]


1. Buktikan bahwa 2 = Inf (2,5) dan 5 = Sup(2,5)
2. Tunjukkan bahwa 4 = Inf [4,8] dan 8 = Sup [4,8]
3. Misalkan A = { 1 –( (-1)n/n )}. Tentukan Sup A dan Inf A

Pengantar Analisis Real 38


4. Apakah A = { x R : x  2 } mempunyai batas bawah dan batas atas? Jelaskan jawaban
Saudara!
5. Misalkan P  R dan P  , tunjukkan u = Sup P jika dan hanya jika untuk setiap n N
bilangan u –1/n bukan batas atas P tetapi u + 1/n batas atas dari P.
6. Jika Sup A = a dan Sup B = b, buktikan Sup (A + B) = a + b
7. Jika Inf A = a dan Inf B = b, buktikan Inf (A + B) = a + b
8. Buktikan Inf A = Sup(-A)
9. Jika S subhimpunan R yang memuat batas atas, maka tunjukkan bahwa batas tersebut
adalah supremum dari S
10. Buktikan bahwa gabungan dari dua himpunan terbatas adalah terbatas
11. Jika S terbatas di R dan jika S0 subhimpunan takkosong dari S, maka tunjukkan bahwa inf S
 inf S0  sup S0  sup S
12. Misalkan B subhimpunan terbatas dari R dan A ={-x|xB}, tunjukkan bahwa
a. inf A = sup B b. sup A = inf B

Sifat Archimedian

Salah satu konsekuensi dari sifat suprimum adalah subhimpunan bilangan asli N dari R
tidak terbatas di atas. Khususnya adalah jika diberikan sembarang bilangan real x, maka ada
bilangan asli n sedemikian sehingga n lebih besar dari x.

Pengantar Analisis Real 39


Aksioma 6.1 (aksioma archimides)
Jika x R, terdapat bilangan asli nxR sedemikian sehingga x < nx
Bukti
Andaikan x > nx, maka x batas atas dari N. Selanjutnya berdasarkan sifat suprimum, N
memiliki suprimum u. karena x batas atas dari N, ini menunjukkan bahwa u  x. Karena u –1 <
u, berdasarkan lemma 5.3 ada bilangan asli n1 sedemikian sehingga u – 1 < n1 atau u < 1 + n1,
tetapi n1+1 adalah bilangan asli. Hal ini kontradiksi dengan pengandaian bahwa u batas atas
dari N.

Akibat 6.2
Misalkan x dan y bilangan real positif
(b) Ada bilangan asli n sedemikian sehingga ny > x
(c) Ada bilangan asli n sedemikian sehingga 0 < 1/n < y
(d) Ada bilangan asli n sedemikian sehingga n –1  y < n
Bukti
(a) karena x dan y positif, maka z = x/y juga positif. Misalkan n bilangan asli sedemikian
sehingga x/y = z < n, maka x < ny atau ny > x.
(b) Pilih x = 1 sehingga bagian (a) menunjukkan 0 < 1 < ny. Hal ini menunjukkan bahwa 0 <
1/n < y.
(c) Berdasarkan aksioma archimides, terdapat bilangan asli m sedemikian sehingga y < m.
Misalkan n bilangan asli terkecil sedemikian sehingga n – 1  y < n.

Teorema 6.3 (eksistensi 2)


Ada bilangan positif x R sedemikian sehingga x2 = 2
Bukti
Misalkan S = { y R: 0  y, y2 2}. Himpunan S terbatas di atas oleh 2, Jika tidak, maka ada
elemen s di S sehingga 2 < s di mana 4 < s2  2, sebuah kontradiksi. Berdasarkan sifat suprimum
dan misalkan x = Sup S. Jadi, x > 0.

Pengantar Analisis Real 40


Andaikan x2  2, ini berarti x2 < 2 atau x2 > 2.
Jika x2 < 2, misalkan n bilangan asli yang dipilih sedemikian sehingga 1/n < (2 –x 2)/(2x + 1).
Dalam kasus ini,
x + 1/n )2 = x2 + 2x/n + 1/n2  x2 + (2x +1)/n < x2 + (2 –x2) = 2 yang berarti x + 1/n S,
kontradiksi bahwa x adalah batas atas dari S.
Jka x2 > 2, kita pilih m bilangan asli sedemikian sehingga 1/m < (x2 –2)/2x. Karena x = Sup S,
ada bilangan so di S dengan x – 1/m < so. Tetapi implikasinya adalah
2 < x2 –2x/m < x2 –2x/m +1/m2 = (x –1/m)2 < so2.
Disini so2>2, kontradiksi dengan so di S.
Dari dua kasus di atas, x2 < 2 dan x2 > 2, terlihat bahwa akan diperoleh kontradiksi. Jadi
haruslah x2 = 2.

Teorema 6.4
Jika x, y R, 0 < x < y, maka ada r Q sedemikian sehingga x < r < y
Bukti
Karena x, y di R dan 0 < x < y, maka y – x > 0 dan y – x R. Sedangkan diketahui bahwa 1 > 0,
maka berdasarkan aksioma arcimides ada n N sedemikian sehingga 1 < n(y – x) atau nx + 1 <
ny. Karena x > 0 dan nx > 0, ada m N sedemikian sehingga m –1  nx < m. hal ini
mengakibatkan m  nx + 1 < ny atau m < ny. Berdasarkan teorema tentang urutan maka nx < m
< ny atau x < m/n < y. pilih r = m/n, m,n N yang berarti r Q.

Soal Latihan
1. Jika x > 0 tunjukkan bahwa ada bilangan asli n sedemikian sehingga 1/2 n < x.
2. Tunjukkan ada x R, x > 0 sedemikian sehingga x2 = 3

INTERVAL DAN TITIK KUMPUL

Daerah yang dibatasi oleh dua buah bilangan real yang berbeda seringkali dinyatakan
sebagai himpunan. Bahasa lain dari himpunan, untuk bilangan real, dapat pula dinyatakan

Pengantar Analisis Real 41


dengan interval. Himpunan dan interval memiliki berbagai kesamaan diantaranya ,“terbuka”
dan “tertutup”.
Bahasan lain dalam kegiatan ini adalah titik kumpul. Titik kumpul merupakan titik di
mana disekitarnya banyak titik lain yang dekat dengan dirinya. Dalam kajian lain titik kumpul
biasa dinamakan dengan titik limit. Mungkin senada dengan istilah mean, modus, dan median
dalam statistika.
Interval
Jika a R, maka himpunan {x R : x < a }= (-, a) dan { x R : x > a}= (a, ) disebut sinar
terbuka, sedangkan himpunan {x R : x  a }= (-, a ]dan { x R : x  a}= [a, ) disebut sinar
tertutup. Jika a, b x R, maka himpunan {x R : a < x < b } = (a, b) disebut interval buka,
himpunan { x R : a x b} = [a, b] disebut interval tutup, sedangkan himpunan { x R : a < x
b}= (a, b] dan { x R : a x < b}= [a, b) disebut interval setengah buka atau interval setengah
tertutup.
Definisi 8.1
Suatu barisan interval In, n N dikatakan interval bersarag apabila I1 I2  I3  In In+1
Dengan kata lain, interval bersarang adalah koleksi interval yang makin mengecil. Perhatikan
gambar berikut ini,
____________________ I1_______________________________
 
[----------[----------[---------[-------------------]----------]-----------]-------------]
___I4______
____________I3____________

__________________I2____________________
Contoh 1
Misalkan In = [ 0, 1/n ] dengan n bilangan asli, maka
I1= [0,1], I2= [0, ½ ], I3= [0, 1/3], . . . , In=[0, 1/n], In+1= [0, 1/( n+1)].
Hal ini menunjukkan bahwa I 1 I2  I3  In In+1 dengan kata lain InIn+1 untuk setiap
nN. Jadi In adalah interval bersarang.

Contoh 2

Pengantar Analisis Real 42


Misalkan In = ( 0, 1/n ) dengan n bilangan asli, maka I nIn+1 untuk setiap nN. Jadi In adalah
interval bersarang.

Teorema 8.2
Jika In=[an, bn] dengan n bilangan asli adalah interval bersarang yang merupakan interval
tertutup terbatas, maka ada bilangan  R sedemikian sehingga In untuk setiap n N. Bila
jarak bn-an dari In memenuhi Inf {bn-an : n N }=0, maka  In =  tunggal.
Bukti
Karena In interval bersarang, maka InIn+1 untuk semua n bilangan asli. Sehingga diperoleh [a n,
bn]  [a1, b1] untuk semua n. Jadi anb1 untuk semua n. Oleh karena itu, himpunan A = {a n : n
bilangan asli} , maka himpunan A terbatas di atas
Karena A terbatas di atas maka berdasarkan sifat suprimum A mempunyai Supremum,
misalkan  = Sup A dan karena an A, maka an  untuk semua nN……….(1).
Klaim  bn untuk semua nN, hal ini dijamin bila bn batas atas dari Bk ={ ak : k N}.
Andaikan n  k maka Ik  In atau [ak , bk]  [an , bn] sehingga ak  bk  bn ……(2)
Andaikan n > k maka In  Ik atau [an , bn]  [ak , bk] sehingga ak  an  bn ……(3)
Dari (2) dan (3) diperoleh bahwa ak  bn untuk setiap k N. Jadi, bn batas atas dari Bk. oleh
karena itu  bn untuk semua nN……………….(4)
Dari (1) dan (4) diperoleh ak  bn untuk semua nN, hal ini berarti In untuk setiap n N.
Karena In suatu interval bersarang maka In  I1 untuk semua n N atau [an, bn]  [a1, b1]
sehingga a1 bn untuk setiap n N. Hal ini berdasarkan definisi menunjukkan bahwa C = {bn : n
N}himpunan terbatas dibawah. Karena himpunan C terbatas di bawah, maka C mempunyai
Infrimum, misalkan  = Inf C dan karena bn di C untuk semua n, maka   bn untuk semua n
bilangan asli…….(5)
Klaim bahwa an   untuk setiap n N, hal ini dapat dijamin apabila an batas bawah dari D ={
bk : k N}.
Andaikan n  k, maka Ik  In atau [ak, bk]  [an, bn] sehingga an  ak  bk……….(6)
Andaikan n > k, maka In  Ik atau [an, bn]  [ak, bk] sehingga an  bn  bk……….(7)
Dari (6) dan (7) diperoleh an  bk untuk semua k N. Jadi, an merupakan batas bawah dari C.
Karena itu an  untuk semua n N……….(8)

Pengantar Analisis Real 43


Dari (5) dan (8) diperoleh an    bn untuk semua n N yang berarti In untuk semua n N.
Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa    (tunggal).
Karena an   untuk semua n N, maka  batas atas dari A. Jadi,   .
Misalkan Inf{bn – an : n N} = 0, maka untuk setiap    ada n N sehingga 0    an – bn < .
Karena hal tersebut dipenuhi untuk setiap   0 ,maka memnuhi bahwa   . Jadi,  In = 
tunggal.

Titik Kumpul
Definisi 8.3
Misalkan xR, S  R, x dikatakan titik kumpul (sering disebut sebagai titik limit) dari S, jika
setiap lingkungan buka  ; V= ( x - , x +  ) dari x memuat paling sedikit satu unsure dari S
yang lain dari x.
Atau
X dikatakan titik limit dari S, jika untuk setiap    S  V {x} – {x}  .
S1 = { xR : x titik kumpul dari S }

Lemma 8.4
Jika S =(a, b), maka S1=[a, b]

Bukti
Ambil sembarang   , dan x (a, b) tetap dan sembarang, maka S  V {x} – {x} = (a, b) (x-,
x+) – {x}
x- x+
-----------(--------------(------------------)-------------)---------------
a x b
Ini menunjukkan bahwa x S1 dan karena x sembarang, maka (a, b) S1…………………(1)
Untuk x = a,
S  V {a} – {a} = (a, b)  (a, a+) – {a}= (a, a+) 

(-----)----------------------------------------------)
a a+ b

Pengantar Analisis Real 44


Ini menunjukkan bahwa a S1………………………………………………………………(2)
Untuk x = b,
S  V {b} – {b} = (a, b)  (b-, b) – {b}= (b-, b) 

(---------------------------------------------(------)
a b- b
Ini menunjukkan bahwa bS1………………………………………………………………(3)
Dari (1), (2) dan (3) maka diperoleh [a, b] S1……………………………………………..(4)
Ambil x < a, maka ada o> 0 sehingga S  Vo{x} = 
a b
--(--------)----(--------------------------------------)
x- x x+
berarti x S1…………………………………………………………….(5)
Ambil x > b, maka ada o> 0 sehingga S  Vo{x} = 
a b
----(--------------------------------------)--(--------)
x- x x+
berarti x S1…………………………………………………………….(6)
Berdasarkan (4), (5) dan (6), maka dapat disimpulkan bahwa S1=[a, b]

Contoh 3
Jika S himpunan berhingga, maka S1= 
Bukti
Misalkan S ={s1, s2, s3, …, sn} bersingga dan andaikan S1 , sebut x S1. Pilih  = ½ min {|x-si| :
i =1,2,…,n}, maka S  V {x} – {x} =  yang kontradiksi dengan x S1. hal ini berarti
pengandaian kita salah, jadi haruslah S1= .

Contoh 4
1 
Misalkan S =  n , n    buktikan
a) 0 S1
Pengantar Analisis Real 45
b) Bila xS, maka x S1
Bukti Misalkan  > 0 diberikan sembarang, maka

 1 1 1
S  V (0)  {0}  1, , ,...,   ( ,  )  {0}  
 2 3 n
pilih  = ½ (1/n – 1/n+1) > 0, maka S  V(xn) – {xn} =  untuk semua xn S. jadi x S1.

Teorema 8.5 (Bolzano-Weierstrass)


S R dan S himpunan tak berhingga dan terbatas selalu mempunyai titik kumpul
Bukti
Karena S himpunan terbatas maka ada [a1, b1] R sedemikian sehingga S  [a1, b1]. Bila interval
[a1, b1] dipotong menjadi dua buah sub interval yang sama panjang, yaitu [a 1, ½ (a1+ b1) ] dan [½
(a1+ b1), b1], maka salah satu sub interval tertutup itu pasti mengandung tak berhingga unsure
S. Hal ini dijamin bila kedua sub interval tertutup itu hanya memuat berhingga unsure S, maka
S himpunan berhingga, sedangkan S himpunan tak berhingga.
Andaikan [a1, ½ (a1+ b1) ]=[a2, b2] sub interval tertutup yang memuat tak berhingga banyaknya
unsure S. sub interval [a1, b2] ini dapat dibagi pula menjadi dua sub interval yang sama
panjang, yaitu [a2, ½ (a2+ b2)] dan[ ½ (a2+ b2), b2]. Dengan mengulangi proses tersebut akan
didapatkan untuk setiap nN
1) [an+1, bn+1]  [an, bn]
2) bn – an = (b1- a1)/(2n-1) dan
3) [an, bn]  S himpunan tak berhingga

dengan menggunakan teorema di atas diperoleh ada x   a n , bn  . Selanjutnya akan
n 1

ditunjukkan xS1. Misalkan  > 0 diberikan sebarang dan V(x) = (x-, x+) adalah lingkungan 
dan x, maka dengan memilih n N dan n cukup besar, bn- an < .
Karena x  [an, bn] dan [an, bn] < , maka [an, bn] V(x). Karena [an, bn]  S himpunan tak
berhingga atau [an, bn] memuat tak berhingga unsure S dan [an, bn]  V(x), maka V(x) S
himpunan tak berhingga. Karena itu x  S1.

Soal Latihan

Pengantar Analisis Real 46


1. Jika I1=[a1, b1] dan I2=[a2, b2] adalah interval-interval tertutup di R. Tunjukkan bahwa I 1 I2
jika dan hanya jika a2a1 dan b1b2.
2. Jika SR , tunjukkan S himpunan terbatas jika dan hanya jika ada interval IR
sedemikian sehingga SI.
3. Jika SR , S himpunan terbatas dan I1=[Inf S, Sup S], tunjukkan S I1. Begitu pula bila I2
interval tertutup dan terbatas pada R sedemikian sehingga SI2, tunjukkan bahwa I1I2.
4. Tunjukkan jika I1I2…In… adalah barisan interval-interval bersarang yang tertutup
pada R dan Jika In=[an, bn], maka a1a2…an…dan b1b2…bn…
5. Buktikan 2 S1 bila S =(1, 3)
6. Buktikan setiap titik pada [-2, 0] adalah titik kumpul dari (-2, 0)
7. Apakah N mempunyai titik kumpul, buktikan jawaban Saudara?

Himpunan Terbuka dan


Himpunan Tertutup

Pengantar Analisis Real 47


Himpunan merupakan istilah yang seringkali kita dengar dalam matematika. Dari
tingkat Sekolah dasar sampai Pendidikan Tinggipun kita masih mempelajari tentang
himpunan. Himpunan buka(selang buka) dan himpunan tertutup(selang tertutup) adalah dua
bagian himpunan yang sudah kita dengar. Akan tetapi, terkadang kita belum mengenalnya
secara dalam apa itu himpunan terbuka dan apa itu himpunan tertutup.
Pada kajian kali ini, marilah kita mengenal lebih jauh tentang himpuanan terbuka dan
tertutup. Bagaimana sebuah himpunan dikatakan terbuka? Atau bagaimana himpunan
dikatakan tertutup? Lalu bagaimana menunjukkan sebuah himpunan dikatakan terbuka atau
tertutup? Untuk menjawab itu, kita mulai dengan definisi berikut ini,
Definisi 9.1
(i) G R dikatakan himpunan terbuka di R jika untuk setiap xG terdapat lingkungan v dari
x sedemikian sehingga vG
(ii) FR dikatakan tertutup di R jika Fc = R – F terbuka
Definisi di atas setara dengan
GR dikatakan himpunan terbuka jika untuk setiap xG ada x>0 sedemikian sehingga (x-x,
x+x)G dan FR dikatakan tertutup jika untuk setiap yF ada y>0 sehingga F(y-y, y+y) =
.

Contoh 1
Misalkan G ={xR : 0<x<1}, selidiki apakah G himpunan terbuka atau himpunan tertutup.
Penyelesaian

Misalkan x G sembarang, x(0, 1). Pilih x= min  x  0 1 x


 , 
 2 2 

Jika x = x/2, maka x -x= x – x/2 = x/2 > 0……….(1)


x 1 x 1 1 1 3
Dan karena  atau 0 < x < ½ , maka x + x = x + x/2 = 1 x  1 .   1 …….(2)
2 2 2 2 2 4
Dari (1) dan (2) diperoleh (x -x, x+x) = (x/2, 3x/2) (0, 1)……….(3)

Bila  x  1  x ,
2

------(----------------------(---------)------)--------
0 x- x x+ 1

Pengantar Analisis Real 48


1 x x 1 1  x 3x 1 3 1 1 1
maka  atau  x  1, karena itu x   x  x     .    0 …..(4)
2 2 2 2 2 2 2 2 2 4
1 x x 1 1 1
dan x   x  x     .1   1 ………………..(5)
2 2 2 2 2
dari (4) dan (5) diperoleh (x - x , x + x)  (0, 1)………………………….(6)
Jadi dari (3) dan (6) diperoleh (x - x , x + x)  (0, 1) untuk setiap x (0, 1), artinya ada x = min
{x/2, (1-x)/2} sedemikian sehingga (x - x , x + x)  (0, 1) untuk setiap x (0, 1). Jadi menurut
definisi G = {xR, 0 <x<1} adalah himpunan buka.
Contoh 2
Misalkan F = { xR : 0  x  1 }, selidiki apakah F himpunan buka atau tutup
Penyelesaian
Misalkan y F sebarang, berarti y < 0 atau y > 1.
Bila y < 0, pilih y = |y| > 0
y- y+
-------------(----.----)-(---------------------------------)---------
y 0 1
maka [0, 1]  (y-x, y+x)  …………………………(1)
Jika y > 1, pilih y = y-1 > 0
y- y+
------------[---------------------------------]-(--------------)
0 1 y
maka [0, 1]  (y-x, y+x)  [0, 1]  (1, 2y-1) = …………………………(1)
Dari (1) dan (2) diperoleh untuk setiap y [0, 1] ada y > 0 sedemikian sehingga [0, 1]  (y-y,
y+y) = . Jadi menurut definisi, F = {xR : 0  x  1} adalah himpunan tertutup.

Teorema 9.2
(i) Gabungan sembarang himpunan-himpunan terbuka adalah himpunan himpunan terbuka
(ii) Irisan dari berhingga himpunan-himpunan terbuka adalah himpunan terbuka
Teorema 9.2 dapat dinyatakan dengan :
(i) Jika A himpunan terbuka untuk semua I, maka  A himpunan terbuka
I

Pengantar Analisis Real 49


(ii) Jika Ai himpunan terbuka dengan i = 1, 2,…,n, maka  Ai himpunan terbuka
n

i 1

Akibat 9.3
(i) Irisan sembarang himpunan-himpunan tertutup adalah himpunan tertutup
(ii) Gabungan berhingga himpunan-himpunan tertutup adalah himpunan tertutup

Soal Latihan
1. Tentukan jenis himpunan berikut , apabila
a. A = {x|2 < x < 3, xR} b. B = {x|2 < x  3, xR}
c. C = {x|2  x < 3, xR} d. D = {x|2  x  3, xR}
2. Tunjukkan bahwa himpunan berikut adalah himpunan terbuka
a. A = (1, 3) b. B = {x|-1 < x < 2, xR}
c. C = (a, b) d. D = { xR: |x| < 3, }
3. Tunjukkan bahwa himpunan berikut adalah himpunan tertutup
a. A = [1, 3] b. B = {x|-1  x  2, xR}
c. C = [a, b] d. D = { xR: |x|  3, }
4. Selidikilah himpunan-himpunan berikut
a. A = (1, 3] b. B = {x|-1 < x  2, xR}
c. C = (a, b) d. D = { xR: |x|  3, }

Titik Dalam dan Titik Batas


Konsep lain yang sangat penting adalah tentang titik dalam. Titik dalam diartikan
sebagai titik yang terletak dalam sebuah himpunan tertentu. Sebuah titik selain di dalam
Pengantar Analisis Real 50
sebuah himpunan, mungkin juga terletak di luar dari himpunan, atau terletak pada batas
himpunannya
Definisi 10.1
x  R dikatakan titik dalam (Interior) dari A  R, jika ada  > 0 sedemikian sehingga v(x)  A.
Himpunan semua titik dalam dari A yaitu A0 = { x  R : x titik dalam dari A }

R A x
v(x)

Contoh 1
Tunjukkan bahwa jika A = (0, 1), maka A0 = (0, 1) dan jika B = [0, 1] maka B0 = (0, 1)
Jawab
Ambil x  A sembarang ( ini berarti x diantara 0 dan 1 )
Akan ditunjukkan bahwa x  A0
Pilih  = min { | x/2 | , |(1-x)/2| }, lihat gambar berikut
(---------------x--------------------------) atau (---------------------------x-------------)
 
0 1 0 1
x 1-x x 1-x
sehingga bisa kita buat v(x)
(--------(-------x---------)---------------) atau (--------------------(-------x-------)----)
0 1 0 1
v(x) v(x)
maka v(x)  A.
kadi x titik dalam dari A atau x  A0
Karena x diambil sembarang. Maka x adalah interior A untuk setiap x(0, 1).
Selanjutnya bila x  0 atau x  1, maka untuk setiap  > 0, v(x)  A, lihat gambar berikut,

x------(--------------------------------) atau (------------------------------------)-------x


0 1 0 1
v(x) v(x)
Jadi untuk x  0 atau x  1 bukan interior dari A sehingga A0 = (0, 1).

Pengantar Analisis Real 51


Definisi 10.2
X R dikatakan titik batas dari A  R
Jika untuk setiap  > 0, V(x) A   dan V(x) Ac  .
Himpunan semua titik batas dari A yaitu A ={ x R : x titik batas A } dikatakan batas dari A.

Contoh 2
Misalkan A = (a, b) R. Tentukan semua titik batas dari A

Penyelesaian
Ambil x R, x < a sembarang, akan diselidiki apakah x titik batas dari A.
ax
Karena x < a, pilih   , maka
2
 
--------------(-----x-----)-----(---------------------)--------
x- x+ a b
a  x 2x  a  x 3x  a 3a  a
X-=x- =   a
2 2 2 2
a  x 2x  a  x x  a a  a
x  x    a
2 2 2 2
sehingga V(x)  A = (x - , x +  )  (a, b) = .
Jadi, untuk semua x < a, x bukan titik batas dari A.
Ambil x R, x > b sembarang, akan diselidiki apakah x titik batas dari A.
xb
Karena x > b, pilih   , maka
2

 
-------------------(---------------------)-----(-----x-----)-----
a b x- x+
x  b 2x  x  b x  b b  b
X-=x- =   b
2 2 2 2
x  b 2x  x  b 3x  b 3b  b
x  x    b
2 2 2 2
sehingga V(x)  A = (x - , x +  )  (a, b) = .

Pengantar Analisis Real 52


Jadi, untuk semua x > b, x bukan titik batas dari A.
Ambil x R, a < x < b sembarang, akan diselidiki apakah x titik batas dari A.

x  a b  x 
Pilih  = min  , .
 2 2 
xa
Andaikan   , maka
2
 
-------------------(-----(-----x-----)---------------)---
a x- x+ b
x  a 2x  x  a x  a a  a
x-=x- =   a
2 2 2 2
xa b  x 2x  b  x x  b b  b
x  x x    b
2 2 2 2 2
Sehingga V(x) = (x - , x +  )  (a, b) atau V(x)  Ac = .
bx
Andaikan   , maka
2
 
-------------------(---------------(-----x-----)-----)---
a x- x+ b
bx x  a 2x  x  a x  a a  a
x-=x- >x    a
2 2 2 2 2
b  x 2x  b  x x  b b  b
x  x    b
2 2 2 2
Sehingga V(x) = (x - , x +  )  (a, b) atau V(x)  Ac = .
Jadi, untuk semua a < x < b, x bukan titik batas dari A.
Untuk setiap  > 0 sembarang, maka
(i) untuk x = a, V(a)  A = (a - , a +  )  (a, b) = (a, a + )  .
V(a)  Ac = (a - , a +  )  {(-, a]  [b, ) = (a - , a)  .
 
--------------(-------(-------)------------------------)---
x- a x+ b
V(a)  A V(a)  Ac
(ii) Untuk x = b, V(b)  A = (b - , b +  )  (a, b) = (b - , b)  .
V(b)  Ac = (b - , b +  )  {(-, a]  [b, ) = (b, a + )  .

Pengantar Analisis Real 53


 
-----------------(--------------(-------)-------)--------------
a x- b x+
V(b)  A V(b)  Ac
Jadi, untuk x = a dan x = b merupakan titik batas dari A.
Dengan demikian A ={a, b}
Definisi 10.3

Misalkan A  R, himpunan A dikatakan penutup dari A bila A = A  A’


Contoh 3

(i) Misalkan A = (0,2), maka A’ = [0, 2] dan A = A  A’ = [0, 2]

(ii) Misalkan B =[1,3], maka B  [1,3]

Soal Latihan
1. Selidikilah apakah himpunan berikut terbuka atau tertutup
a. A = (0, 4) b. B = [-1,1] c. C = (-1, 2]
2. Perlihatkan bahwa himpunan E ={xR: x > 3} dan F = {xR: x < 0} adalah himpuanan-
himpunan terbuka?
3. Tentukan titik-titik dalam dari soal nomor 1?
4. Perlihatkan AR adalah himp. terbuka jika dan hanya jika xoA untuk semua x?
5. Perlihatkan A  R adalah himpunan terbuka jika dan hanya jika A tidak memuat semua
titik batasnya!
6. Perlihatkan A  R adalah himpunan tertutup jika dan hanya jika A memuat semua titik
batasnya!
7. Buktikan pernyataan-pernyataan berikut ini

a. (A  B)o = Ao  Bo b. (A  B)’ = A’  B’ c. A  B  A  B

BARISAN

Pengantar Analisis Real 54


Kata barisan memiliki makna yang sangat bergantung dari siapa yang menafsirkannya.
Akan tetapi, menurut hemat penulis, ada kesamaan makna tentang barisan, yaitu adanya “pola
tertentu”. Bukan makna yang akan kita kaji, tetapi pengertiannya dalam sudut pandang
matematika.

Definisi 11.1
Jika S sebuah himpunan, Sebuah barisan di S adalah sebuah fungsi dengan domain N bilangan
asli dan range xn, xnS, di mana X : N  S atau X(n) = xn.
Untuk mempermudah pemahaman kita, sebuah barisan cukup dinyatakan dengan {xn: n
N}. Perhatikan barisan bilangan genap berikut,
2, 4, 6, 8, …
Barisan bilangan genap di atas dapat dinyatakan dengan x n = 2n dengan n bilangan asli.
Dengan demikian barisan dapat dinyatakan secara sederhana melalui sebuah rumus.
Selain itu, barisan juga dapat ditentukan apabila diketahui nilai dari x1 dan rumus dari
xn+1, n  1 diketahui. Sebagai contoh perhatikan formula berikut,
x1 = 2, xn+1 = xn + 2, n  1
atau secara lebih kompleks, dinyatakan dengan
x1 = 2, xn+1 = xn + x1, n  1
Rumusan di atas dinamakan definisi induktif dari sebuah barisan. Cobalah Anda tentukan
barisan yang dimaksud!
Definisi 11.2(Sifat Barisan)
Jika X = xn dan Y = yn adalah barisan di R dan c di R, maka
a. X + Y = (xn + yn) adalah barisan di R
b. X - Y = (xn - yn) adalah barisan di R
c. X . Y = (xn . yn) adalah barisan di R
d. c Y = (cxn) adalah barisan di R
e. X/Y = (xn / yn) adalah barisan di R, asalkan yn  0
Untuk lebih memahami sifat di atas, misalkan diberikan barisan
1 1 1
X = (2, 4, 6, 8,…,2n,…) dan Y =(1, , ,..., ,...)
2 3 n
Maka

Pengantar Analisis Real 55


 9 19 2n 2  1 
X + Y =  3, , ,..., ,...
 2 3 n 

 7 17 2n 2  1 
X – Y =  2, , ,..., ,...
 2 3 n 
XY = ( 2,2,2,….,2,….)
3X = ( 6, 12, 18, 24,….,6n,…)
X
= ( 2, 8, 18, … ,2n2, …)
Y
Akan tetapi, apabila barisan Z di R didefinisikan dengan

 1  (1) n 
Z = 1,0,1,0,..., ,...
 2 
Maka X/Z tidak terdefinisi, karena beberapa nilai dari barisan Z = 0.

Limit Barisan
Salah satu konsep yang penting dalam barisan adalah limit barisan. Limit barisan berarti
nilai yang dituju oleh sebuah barisan apabila n semakin membesar. Untuk lebih memahami
marilah kita lihat definisi limit barisan berikut,
Definisi 11.3
Misalkan xn adalah sebuah barisan di R. Sebuah elemen x di R dikatakan limit barisan apabila
untuk setiap lingkungan V dari x, ada bilangan asli Kv sedemikian sehingga untuk setiap n Kv
maka xn di V. Jika x adalah nilai limit dari xn maka dikatakan xn konvergen ke-x. Jika barisan
mempunyai limit maka dikatakan barisan konvergen. Jika barisan tidak mempunyai limit maka
barisan divergen.
Sebagai langkah dalam membuktikan atau menunjukkan kekonvergenan barisan, kita
memerlukan sebuah teorema. Teorema yang dimaksud adalah
Teorema 11.4
Misalkan xn sebuah barisan di R. Sebuah elemen x di R adalah sebuah limit dari x n jika dan
hanya jika untuk setiap  > 0 terdapat bilangan asli K() sedemikian sehingga untuk setiap n 
K(), maka |xn – x| < .
Teorema di atas dapat dituliskan dalam notasi simbol berikut,

Pengantar Analisis Real 56


Misalkan xn sebuah barisan di R,
lim xn = x Jika dan hanya jika >0,  K() sdm shg n  K()|xn – x| < 
Bukti teorema
Misalkan x adalah limit barisan xn, berdasarkan definisi 7.1, misalkan  > 0 dan anggap sebuah
lingkungan Vx(), maka ada bilangan asli KV() sedemikian sehingga jika n  KV() , maka xn di
Vx(). Hal ini menunjukkan bahwa |xn – x| < . Untuk lebih jelas perhatikan ilustrasi gambar
berikut ini,
Vx()

.x
 |xn – x|
xn

Lemma 11.5
Barisan yang konvergen adalah terbatas
Bukti
Misalkan x = lim xn dan ambil  = 1 berdasarkan teorem 7.2, maka terdapat bilangan asli K(1)
sedemikian sehingga jika n  K(1), maka |xn – x| < 1. Dengan menggunakan sifat ketaksamaan
segitiga, khusunya untuk n  K(1), maka xn < x + 1. Selanjutnya kita buat sebuah himpunan
dengan M = sup{|x1|, |x2|, |x3|, …,|xK-1|,|x| + 1}, maka |xn|  M untuk semua nN.
Beberapa contoh barisan berikut akan mempermudah Anda dalam memahami barisan
konvergen.
Contoh 1
Misalkan xn = 1/n adalah barisan di R. Tunjukkan bahwa lim x n = 0.
Bukti
Ambil sembarang  > 0. Berdasarkan sifat Archimedian maka ada bilangan asli K() sedemikian
sehingga 1/ K() < . Selanjutnya jika n  K() kita peroleh
1 1
0  xn   
n K()
Hal ini menunjukkan bahwa |x n – 0| <  untuk n  K(). Karena  dipilih sembarang maka
membuktikan bahwa lim(1/n) = 0.

Pengantar Analisis Real 57


Contoh 2
Misalkan a > 0 dan xn = 1/(1+ na) di R. Buktikan bahwa lim xn = 0
Bukti
Pertama, karena a > 0, maka kita peroleh
1 1
0  .
1  na na
Selanjutnya ambil Ambil sembarang  > 0. Berdasarkan sifat Archimedian maka ada bilangan
asli K() sedemikian sehingga 1/ K() < a. Selanjutnya jika n  K() kita peroleh
1 1 1
0   
1  na na K()a
Hal ini menunjukkan bahwa |1/(1+ na) – 0| <  untuk n  K(). Karena  sembarang, maka
membuktikan bahwa lim xn = 0
Contoh 3
Misalkan bR dimana 0 < b < 1, Apabila xn = bn, tunjukkan bahwa lim xn = 0
Bukti
Untuk membuktikan limit tersebut, kita dapat menuliskan b dalam bentuk
1
b dengan a > 0. Berdasarkan sifat ketaksamaan Bernoulli dimana (1 + a) n  1 + na,
1 a
untuk setiap nN, maka kita peroleh
1 1 1
0  bn    .
(1  a ) n
1  na na
Selanjutnya seperti yang dilakukan pada contoh sebelumnya, jika diambil   0 sembarang,
maka terdapat bilangan asli K() sedemikian sehingga jika n  K(), maka |bn – 0| < . Hal ini
menunjukkan bahwa lim xn = lim bn = 0.
Contoh-contoh yang telah diuraikan di atas merupakan strategi-strategi yang dapat
dilakukan untuk menunjukkan sebuah barisan konvergen atau tidak. Untuk lebih memahami
barisan dan kekonvergenaannya silahkan Anda kerjakan latihan berikut ini,

Soal Latihan

1. Susunlah sebuah barisan apabila diketahui an = n2 – 2n + 1


2. Susunlah sebuah barisan apabila diketahui a1 = 1 dan an+1 = 1 + 2a1
Pengantar Analisis Real 58
3. Buatlah rumus untuk barisan bilangan berikut
a) (3, 5, 9, 17, 33,…..)
b) (½, 2/3, ¾, 4/5, 5/6, ….)
4. Diketahui sebuah barisan X = (1, 3, 5, 7,…, 2n-1,……) dan Y = ( 1, 4, 9,…,n2,…),
tentukanlah barisan dari
a) X + Y
b) 2X – Y
c) X.Y
d) X/Y
5. Tunjukkan bahwa
a) Misalkan bR, maka lim(b/n) = 0
b) Lim(1/n – 1/(n+1)) = 0
c) Apabila bn barisan yang konvergen ke-b dan cR, tunjukkan
bahwa lim c.bn = c.b
6. Selidikilah apakah barisan berikut konvergen
1
a) a n 
n2
b) bn = 2rn, apabila 0 < r < 1
1
c) cn =
n (n  1)

( 1) n
d) dn =
n
e) yn = (-1)n

Subbarisan dan Kombinasi Barisan

Pada bagian ini, kita akan melihat pengertian tentang subbarisan dan juga kombinasi
atau operasi dari beberapa barisan konvergen. Seperti dalam himpunan, kita mengenal
subhimpunan, begitupula dalam barisan dikenal subbarisan.
Cobalah Anda perhatikan barisan
Pengantar Analisis Real 59
X: 1, -2, 3, -4, 5, -6, 7, -8,………….
Barisan di atas dapat kita bagi dua bagian yaitu,
X1 : 1, ,3, ,5, ,7,………..(barisan suku ke-1, suku ke-3, suku ke-5,…….)
X2 : -2, ,-4, ,-6, ,-8,…….. (barisan suku ke-2, suku ke-4, suku ke-6,…….)
Barisan X1 dan X2 merupakan barisan bagian dari X, dengan X 1 merupakan barisan suku ganjil
dari barisan X dan X2 merupakan barisan suku genap dari X.
Secara umum dapat didefinisikan sebagai berikut,
Definisi 12.1
Jika X = xn dan jika r1<r2<r3<…<rn<…… adalah barisan bilangan asli yang meningkat, maka
barisan X’ yang didefinisikan dengan
(xr1, xr2, xr3,……,xrn,…….)
dinamakan dengan Subbarisan dari X.

Lemma 12.2
Jika barisan X konvergen ke-x, maka sembarang subbarisan dari X yang konvergen ke-x.
Bukti
Misalkan V adalah lingkungan dari nilai limit x, berdasarkan definisi, ada bilangan asli K v
sedemikian sehingga untuk semua n  Kv, maka xn termasuk dalam V. Sekarang misalkan X’
adalah subbarisan dari X, di mana
(xr1, xr2, xr3,……,xrn,…….)
Karena rnn, maka rn Kv, dan xn termasuk dalam V, ini menunjukkan bahwa X’ juga konvergen
ke-x.
Berikutnya marilah kita lihat kombinasi dari dua barisan yang konvergen. Kombinasi
yang dimaksud dalam hal ini adalah berkaitan dengan sifat barisan yang telah diuraikan di
atas.
Kombinasi dari barisan yang konvergen dapat dilihat pada teorema berikut ini,
Teorema 12.3
a. Jika X dan Y adalah barisan yang konvergen ke-x dan ke-y, maka barisan
a.1 X + Y konvergen ke- (x+y)
a.2 X – Y konvergen ke-(x-y)
a.3 X.Y konvergen ke-x.y

Pengantar Analisis Real 60


b. Misalkan X = xn adalah barisan yang konvergen ke-x dan misalkan A = an barisan yang
konvergen ke-a, maka barisan anxn akan konvergen ke-ax
c. Misalkan X = xn adalah barisan yang konvergen ke-x dan misalkan B = bn barisan taknol
yang konvergen ke-b dan taknol, maka barisan bn-1 xn akan
konvergen ke-(b-1 x).
Bukti
a. 1. untuk membuktikan (xn+yn)x+y, kita perlu memanipulasi |(xn+yn)-(x+y)| dengan cara
sebagai berikut,
|(xn+yn)-(x+y)|= |(xn-x) + (yn-y)| |(xn-x)| + |(yn-y)|
Berdasarkan hipotesis, jika >0, kita pilih K1 sedemikian sehingga jika n K1, maka |(xn-
x)| < /2 dan pilih K2 sedemikian sehingga jika n K2, maka |(yn-y)| < /2. Selanjutnya pilih
K0=sup{K1,K2} dan n K0, maka kita dapat simpulkan bahwa,
|(xn-x)| + |(yn-y)|< /2 + /2 = 
Karena  dipilih sembarang, maka X + Y konvergen ke-(x+y).
a.2 Alasan yang sama dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa X – Y akan konvergen ke-
(x-y).
a.3 untuk membuktikan X.Y konvergen ke-(x.y), kita dapat menduga bahwa
|xn.yn –x.y| = |(xn.yn – xn.y) + (xn.y – x.y)|  |xn(yn – y)| + |(xn – x).y|
Berdasarkan lemma, barisan konvergen terbatas, maka ada bilangan asli M>o yang
merupakan batas atas dari {|xn|,|yn|}. Selanjutnya, dari barisan X dan Y yang konvergen, kita
simpulkan bahwa jika >0 diberikan, maka ada bilangan asli K1, K2 sedemikian sehingga jika
nK1, maka |(xn-x)| < /2M dan ika nK2 maka |(yn-y)|< /2. Selanjutnya pilih K0=sup{K1,K2}
dan n K0, maka kita dapat simpulkan bahwa,
|xn.yn –x.y|  M|(yn – y)| + M|(xn – x)|< M(/2M + /2M) = 
Ini membuktikanbahwa X.Y konvergen ke-(x.y).
b. Bukti ini sama dengan a.3 hanya mengganti y dengan a
c. Kita coba merubah

Pengantar Analisis Real 61


1 1  1 1  1 1 
x n  x   x n  x n    x n  x 
bn b  bn b  b b 
1 1 1
  xn  xn  x
bn b b
b  bn 1
 xn  xn  x
b.b n b

Sekarang misalkan M > 0 sedemikian sehingga


1/M < |b| dan |x| < M
Ini menunjukkan bahwa ada bilangan asli K0 sedemikian sehingga jika nK0, maka
1/M < |bn| dan |xn| < M
Disini jika nK0, kita punyai

1 1
x n  x  M3 bn  b  M x n  x
bn b

Selanjutnya, jika >0 diberikan, maka ada bilangan asli K1, K2 sedemikian sehingga jika nK1,
maka |bn - b| < /2M3 dan ika nK2 maka |xn-x|< /2M. Selanjutnya pilih K0=sup{K1,K2} dan n
K0, maka kita dapat simpulkan bahwa,

1 1  
x n  x  M3 3
M 
bn b 2M 2M
Ini membuktikan bahwa (xn/bn) konvergen ke-(x/b)
Untuk lebih memahami kombinasi barisan konvergen di atas, ada baiknya Anda
perhatikan contoh-contoh berikut ini,

Contoh 1
Misalkan X = xn adalah sebuah barisan yang didefinisikan dengan
2n  1
xn  , dengan n bilangan asli
n5
Jawab
Kita dapat menuliskan kembali xn sehingga menjadi
2  1/ n
xn  ,
1 5/ n

Pengantar Analisis Real 62


jadi X merupakan pecahan dari dua barisan Y = 2 + 1/n dan Z = 1 + 5/n. Karena barisan
penyebut Z tidak nol, sehingga dapat disimpulkan bahwa
lim Y lim(2  1 / n) 2
lim X    2
lim Z lim(1  5 / n) 1
Jadi, barisan X konvergen ke-2

Contoh 2
Misalkan barisan Y = yn didefinisikan dengan
2n  1
yn 
n2 1
Jawab
Dengan cara yang sama, kita bisa tentukan bahwa
2  1/ n
yn 
n  1/ n
sehingga
lim(2  1 / n) 2
lim y n   0
lim(n  1 / n) lim n
jadi, barisan Y konvergen ke-0.

Soal Latihan

1. Buatlah sebuah barisan divergen, akan tetapi memiliki subbarisan yang konvergen?
2. Tentukan subbarisan yang konvergen dari barisan berikut,
a. 1, ½, ¼, 1/8, 1/16,……………………

Pengantar Analisis Real 63


b. 2, -1, ½, -1/4,……………….
c. 1, 1, 1, 1, 1,…………..
3. Tentukan apakah barisan berikut konvergen atau divergen,
a. xn= n/(n+1) b. xn = (-1)n .n/(n+1)
c. xn = 2n/(3n2 + 1) d. xn = (2n2 + 3)/(3n2 + 1)
e. xn = n2 – n f. xn = 2n2/(2n+1)
4. Jika X dan Y adalah sebuah barisan dan X + Y konvergen, apakah X dan Y konvergen
dengan lim(X +Y) = lim X + lim Y?
5. Jika X dan Y adalah sebuah barisan dan X.Y konvergen, apakah X dan Y konvergen dengan
lim(X.Y) = lim X . lim Y?

Kriteria Kekonvergenan

Pengantar Analisis Real 64


Pada pertemuan sebelumnya, Anda telah mempelajari bagaimana menentukan
kekonvergenan barisan melalui konsep limit. Selain itu, kekonvergenan barisan juga dapat
ditentukan dengan melihat sifat dari barisan tersebut. Untuk itu, kita akan mengkaji
kekonvergenan barisan berdasarkan kriteria kekonvergenan barisan. Kriteria kekonvergenan
yang akan dibahas adalah Kriteria kemonotonan barisan dan kriteria Chaucy.

Kriterian Barisan Monoton


Pada bahasan kalkulus I, kita mengenal ada fungsi monoton naik dan fungsi monoton
turun. Sedangkan barisan adalah sebuah fungsi. Jadi, kita bisa menarik benang merah antara
barisan dan fungsi. Dalam hal ini, barisan juga mengenal barisan monoton naik dan barisan
monoton turun. Cobalah Anda lihat beberapa contoh barisan berikut dan tentukan manakah
yang termasuk barisan monotono naik dan manakah yang termasuk barisan monoton turun.
Contoh
i. 2, 3, 4, 5,………
ii. 3, 3, 3, 3,……….
iii. ½, 2/3, ¾. 4/5,………
iv. –1, 1, -1, 1, -1, ……..
v. 4, 2, 1, ½, ¼, ……..
vi. 4, 2, 0, -2, -4, ………..
Anda tentu bisa menentukan dengan cepat bukan! Sekarang perluas wawasan Anda
dengan melihat teorema berikut.

Teorema 13.1( Teorema Kekonvergenan Barisan Monoton)


Misalkan X =(xn) adalah barisan di real yang monoton naik, yaitu
x1  x2  x3  x4  x5….. xn xn+1 ……….
Maka barisan X konvergen jika dan hanya jika barisannya terbatas, dalam hal ini
Lim(xn) = sup{xn}
Bukti (dari kiri kekanan)
Berdasarkan pada lemma sebelumnya, bahwa barisan konvergen adalah terbatas. Jika lim x n = x
dan  > 0, maka ada bilangan asli K() sedemikian sehingga jika n  K(), maka x -   xn  x + ,
lihat gambar berikut

Pengantar Analisis Real 65


. . . . . . . . . . . ….|…….|
x1 x2 x3 x*
x*- x*+
Karena xn monoton, maka kita peroleh,
x -   sup{xn} x + 
dan berdasarkan sifat harga mutlak kita peroleh |x - sup{xn}| . Karena benar untuk setiap
nilai , maka dapat disimpulkan bahwa lim xn = x = sup{xn}.
(dari kanan kekiri)
Misalkan bahwa xn adalah barisan monoton naik yang terbatas dari bilangan real. Menurut
prisnsip Supremum terdapat x* = sup{xn}. Kita harus menunjukkan bahwa x * adalah nilai limit
dari barisan tersebut. Karena x* adalah batas atas dari semua elemen xn, maka xn  x*, untuk
semua nN. dan juga dikarenakan x* adalah supremumnya, maka jika  > 0 bilangan x*- 
bukanlah batas atas dari xn dan terdapat bilangan asli K() sedemikian sehingga
x*-  < x K()
karena barisan adalah monoton naik, untuk n  K() kita peroleh
x*-  < xn  x*
dan menunjukkan bahwa | xn - x*|< . Ingat bahwa x* adalah suprimum dari xn sehingga bila 
> 0 diberikan ada bilangan asli K() sedemikian sehingga | xn - x*|<  dimanapun n K(). Jadi,
lim xn = x*

Akibat 13.2
Misalkan X =(xn) adalah barisan di real yang monoton turun, yaitu
x1  x2  x3  x4  x5….. xn xn+1 ……….
Maka barisan X konvergen jika dan hanya jika barisannya terbatas, dalam hal ini
Lim(xn) = inf{xn}
Bukti
Misalkan barisan yn = -xn, untuk nN. maka barisan yn adalah barisan monoton naik. Lihat
kembali bukti teorema di atas.
Kriteria barisan monoton berdasarkan teorema di atas agaknya membantu kita untuk
melihat apakah sebuah barisan konvergen atau tidak. Cobalah perhatikan dua contoh berikut
ini,

Pengantar Analisis Real 66


Contoh 1
Selidikilah kekonvergenan dari barisan X = 1/n
Jawab
Kalau kita uraikan barisannya adalah 1, ½, 1/3, ¼, 1/5, 1/6,……
Dengan mudah dapat ditentukan bahwa barisan tersebut adalah barisan monoton turun, dan
juga semakin besar n maka barisannya akan menuju ke-0. hal ini menunjukkan bahwa,
x1  x2  x3  x4  x5….. xn xn+1 ……….>0
sehingga berdasarkan akibat 8.2 dapat disimpulkan bahwa barisan X = 1/n adalah konvergen.
Kita bisa menentukan nilai dari lim X apabila bisa menentukan nilai inf(1/n). Karena inf(1/n) =
inf{1, ½, 1/3, ¼, 1/5,…1/n,…} = 0, maka lim X = inf(1/n) = 0. Jadi, X konvergen ke-0.

Contoh 2
Selidikilah kekonvergenan dari Y = n/(n+1)
Jawab
Dengan menguraikan barisannya kita akan peroleh
½, 2/3, ¾, 4/5, 5/6,……
Hal ini menunjukkan bahwa ½ < 2/3 < ¾ < 4/5 < 5/6 <…….< 1 atau
y1  y2  y3  y4  ….. yn yn+1 ……….< 1
adalah sebuah barisan monoton naik dan terbatas pada 1. Sehingga berdasarkan teorema 8.1,
dapat disimpulkan bahwa barisan Y adalah konvergen. Kita juga bisa melihat dengan mudah
bahwa sup{n/n+1} = 1. sehingga lim Y = sup{n/n+1} = 1. Jadi, barisan Y = n/n+1 konvergen ke-
1.
Teorema kemonotonan barisan sangat berguna dan bermanfaat dalam menentukan
kekonvergenan barisan, akan tetapi hanya tepat digunakan untuk barisan yang monoton.
Kriteria lain yang dapat digunakan untuk menentukan kekonvergenan barisan adalah kriteria
Chaucy. Kriteria ini akan kita kaji berikut, akan tetapi sebelumnya kita lihat sebuah teorema
yang dikenal dengan nama Teorema Bolzano-Weierstrass.

Teorema 13.3(Teorema Bolzano-Weierstrass)


Sebuah barisan terbatas di R mempunyai subbarisan yang konvergen.

Pengantar Analisis Real 67


Kita tidak akan melihat bukti dari teorema ini, tapi kita lihat salah satu contoh dari
barisan yang mempunyai sifat seperti yang ada pada teorema tersebut. Perhatikan barisan 1, -1,
1, -1, 1, -1, ………. Apabila kita lihat barisan tersebut, maka barisan tersebut mempunyai batas
bawah = -1 dan batas atas = 1. Dengan demikian barisan tersebut adalah barisan yang terbatas.
Menurut teorema di atas, barisan tersebut memiliki subbarisan yang konvergen. Ini dengan
mudah ditemukan, pilihlah sub barisan suku ganjilnya di mana barisannya adalah 1, 1, 1, 1,……
sehingga konvergen ke-1, demikian pula barisan suku genapnya, yaitu, -1, -1, -1, -1,…… yang
konvergen ke-(-1).
Sebelum melihat teorema chaucy, tentunya lebih baik kita mengetahui barisan yang
termasuk dalam barisan Cauchy terlebih dahulu. Sebuah barisan Chaucy ditentukan
berdasarkan definis berikut,

Definisi 13.4
Sebuah barisan X = xn di R dinamakan Barisan Chaucy apabila untuk setiap  > 0, ada bilangan
asli M() sedemikian sehingga untuk semua m, n  M(), maka |xm – xn|< .

Lemma 13.5
Jika X = xn adalah barisan konvergen, maka X adalah barisan Chaucy
Bukti
Jika x = lim X, maka setiap  > 0, ada bilangan asli K(/2) sedemikian sehingga untuk semua n 
K(/2), maka |xn – x|< /2. Jadi, jika M()=K(/2) dan j m, n  M(), maka |xm – xn||xm –
x|+|x – xn|< /2 + /2 = . Hal ini menunjukkan bahwa barisan konvergen X adalah barisan
Chaucy.
Bila kita kaitkan dengan teorema Bolzano_Weierstrass kita akan memperoleh lemma berikut,
Lemma 13.6
Barisan Chaucy adalah barisan terbatas
Bukti
Karena X = xn adalah barisan Chaucy dan misalkan  = 1. Jika m =M(1) dan n  M(1), maka |xm
– xn|< 1. Berdasarkan sifat ketaksamaan segitiga kita peroleh |x n|<|xm|+1 untuk n  M(1).
Selanjutnya, jika B = sup{|x1|,|x2|,|x3|,…|xn|,…,|xm|+1}, maka kita punya |xn|  B untuk
semua nN. Jadi, barisan Chaucy adalah terbatas.

Pengantar Analisis Real 68


Lemma 13.7
Jika subbarisan X’ dari barisan Chaucy konvergen ke-x, maka elemen barisan X konvergen juga
ke-x.

Sekarang kita akan melihat sebuah kriteria kekonvergenan yang sangat penting untuk
sebuah barisan. Kriteria tersebut dinamakan dengan Kriteria Chaucy. Kriteria ini dimuat dalam
sebuah teorema berikut,
Teorema 13.8(Kriteria Kekonvergenan Chaucy)
Sebuah barisan konvergen jika dan hanya jika barisan tersebut adalah barisan Chaucy
Bukti
(kiri kekanan)
Berdasarkan lemma 13.5 diperoleh bahwa jika barisan konvergen, maka barisan tersebut adalah
barisan Chaucy.
Sebaliknya, dari kanan kekiri
Misalkan X adalah barisan Chaucy, maka berdasarkan lemma 13.6 didapat barisan X terbatas.
Menurut Teorema Bolzano-Weierstass, barisan terbatas memiliki subbarisan X’ yang
konvergen. Berdasarkan lemma 13.7 elemen dari barisan X konvergen ke nilai lim dari X’.
Untuk lebih memahami penggunaan kriteria Cauchy marilah kita lihat contoh barisan X
= 1/n. Untuk menentukan kekonvergenan barisan X, kita hanya perlu menentukan apakah X
adalah barisan cauchy atau bukan. Sedangkan barisan Chaucy dapat ditentukan berdasarkan
definisi 13.1.
Sekarang, ambil  > 0 sembarang,
untuk n = m, maka berapapun bilangan asli M() akan memenuhi
|xm-xn| =|1/m - 1/n| = 0 < .
Untuk n > m, pilihlah bilangan asli k sehingga n = m + k, dengan demikian
|xm-xn| =|1/m - 1/n| = |1/m - 1/m+k|=|k/m(m+k)|< k/m2

dengan demikian pilih M() = m = k /  sedemikian sehingga


|xm-xn| =|1/m - 1/n| = |1/m - 1/m+k|=|k/m(m+k)|< k/m2 = 
Untuk n < m, pilihlah bilangan asli k sehingga m = n + k, dengan demikian
|xm-xn| =|1/m - 1/n| = |1/n+k - 1/n|=|-k/n(n+k)|< k/n2

Pengantar Analisis Real 69


dengan demikian pilih M() = n = k /  sedemikian sehingga
|xm-xn| =|1/m - 1/n| = |1/n+k - 1/n|=|-k/n(n+k)|< k/n2 = 
Jadi, untuk setiap  > 0 sembarang, ada bilangan asli M() sedemikian sehingga jika m,n  M()
maka |xm-xn| . Jadi, X = 1/n adalah konvergen.

Soal Latihan
1. Buatlah sebuah barisan yang monoton naik dan konvergen, kemudian tentukan rumusnya ?
2. Buatlah sebuah barisan yang monoton turun dan divergen, kemudian tentukan rumusnya?
3. Buatlah sebuah barisan yang tidak monoton naik atau tidak monoton turun?
4. Selidikilah apakah barisan X = rn konvergen? Tunjukkan!
5. Gunakan Kriteria Kemonotonan untuk menentukan kekonvergenan barisan berikut,
2 2 2n  1
a. X =  b. Y =
n n 1 3n
1 1
c. X = 1 d. Y = 1 
n n
6. Gunakan Kriteria Chaucy untuk menentukan kekonvergenan barisan berikut,
2 2 2n  1
a. X =  b. Y =
n n 1 3n
1 1
c. X = 1 d. Y = 1 
n n

Pengantar Analisis Real 70

Anda mungkin juga menyukai