Anda di halaman 1dari 13

BAB 3

KEMAMPUAN MATEMATIKA

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat;


1. Mengenal klasifikasi kognitif pada kemampuan
matematika.
2. Mengenal indicator utama kemampuan matematika
3. Menggunakan skor dalam mengevaluasi kemampuan
matematika

Pembelajaran matematika mengacu pada prinsip siswa belajar aktiv, dan


learning how to learn. Prinsip siswa belajar aktiv mengacu pada empat pilar
pendidikan, yaitu 1) learning to know, 2) learning to do, 3) learning to be, dan 4)
learning to live together. Merujuk pada National Council of teachers
Mathematics, NCTM (2000), terdapat 5 standar proses dalam mengaar
matematika. kelima standar tersebut adalah : 1) pemahaman, 2) penalaran,
3) Komunikasi, 4) koneksi dan pemecahan masalah matematika.

A. Pemahaman matematika
1. Definisi Pemahaman Matematis
Sanjaya (2009) mengemukakan “Pemahaman konsep adalah
kemampuan siswa yang berupa penguasaan sejumlah materi
pelajaran, tetapi mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain
yang mudah dimengerti, memberikan interprestasi data dan mampu
mengaplikasi konsep yang sesuai dengan struktur kognitif yang
dimilikinya.

2. Indikator Pemahaman Matematis


Sanjaya (2009) indikator pemahaman konsep diantaranya:
a. mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah
dicapainya;
b. mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara
serta mengetahui perbedaan;
c. mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi
atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut;
d. mampu menerapkan hubungan antara konsep dan prosedur;
e. mampu menberikan contoh dan kontra dari konsep yang
dipelajari;
f. mampu menerapkan konsep secara algoritma;
g. mampu mengembangkan konsep yang telah dipelajari.

E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r M a t e m a t i k a 1 | 13
Indikator di atas tersebut sejalan dengan Peraturan Dirjen
Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004, indikator siswa memahami
konsep matematika adalah mampu:
a. menyatakan ulang sebuah konsep;
b. mengklasifikasikan objek menurut tertentu sesuai dengan
konsepnya;
c. memberikan contoh dan bukan contoh dari suatu konsep;
d. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi;
e. mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu
konsep;
f. menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau
operasi tertentu;
g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan
masalah

3. Skor Pemahaman Matematis


Dalam memberikan skor, sebaiknya digunakan panduan sebagai
pedoman dalam membuat skor. Banyak pengembangan yang
dilakukan oleh peneliti dalam menetapkan skor
pemahamanmatematis. Salah satu contoh skor untuk menilai
kemampuan pemahaman sebagai berikut:

Tabel 3.1. Contoh skor Pemahaman Matematis


Skor Respon siswa terhadap soal
3 Menunjukkan kemampuan pemahaman :
a. Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal
matematika secara lengkap
b. Penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, dan
melakukan perhitungan benar
2 Menunjukkan kemampuan pemahaman :
a. Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal
matematika hampir lengkap
b. Penggunaan algoritma secara lengkap namun
mengandung sedikit kesalahan dalam perhitungan
1 Menunjukkan kemampuan pemahaman :
a. Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal
matematika sangat terbatas
b. Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang
sala
0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada tidak
menunjukkan pemahaman kosep dan prinsip
terhadap soal matematika

E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r M a t e m a t i k a 2 | 13
Contoh diatas, adalah pemberian skor secara umum untuk
kemampuan pemahaman. Selain contoh di tabel3.1, pemberian skor
dapat dilakukan berdasarkan indicator soal yang dipilih.

B. Penalaran matematis
1. Definisi Penalaran Matematis
Shurter dan Pierce (1966) mengatakan bahwa istilah penalaran
diterjemahkan dari reasoning yang didefinisikan sebagai proses
pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang
relevan. Secara garis besar penalaran dalam matematika terbagi
menjadi dua yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif
(Afgani,2011, h.4.6).

Suriasumantri (2003) mengatakan bahwa, “Penalaran adalah suatu


proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa
pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir”
(h.42). Ciri dari suatu penalaran yaitu logika dan bersifat analitik.
Suriasumantri (2003) menyebutkan bahwa”Berpikir logis
merupakan kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau kata lain
menurut logika tertentu. Penalaran yang bersifat analitik adalah
penalaran ilmiah yang menggunakan logika ilmiah”(h.42). Logika
merupakan cara berpikir seseorang untuk membedakan mana yang
benar dan mana yang salah.

2. Indikator PenalaranMatematis
Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen
No.506/C/PP/2004 (Shadiq, 2009, h. 14) tentang indikator-indikator
penalaran yang harus dicapai oleh siswa. Indikator yang
menunjukan penalaran antara lain adalah:

a. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar,


dan diagram,
b. Mengajukan dugaan (conjectures),
c. Melakukan manipulasi matematika,
d. Memberikan kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan
atau bukti terhadapbeberapa solusi,
e. Menarik kesimpulan dari pernyataan,
f. Memeriksa kesahihan suatu argumen,
g. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat
generalisasi.

E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r M a t e m a t i k a 3 | 13
Sumarmo (2007) mengemukakan bahwa indikator penalaran
matematik siswa adalah sebagai berikut:
a. Menarik kesimpulan logis
b. Memberi penjelasan model, fakta, sifat, hubungan atau pola
c. Memperkirakan jawaban dan proses solusi
d. Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi atau
membuat analogi dan generalisasi
e. Mengajukan lawan contoh
f. Mengikuti aturan inferensi, memeriksa validitas argument,
membuktikan dan menyusunargumen yang valid
g. Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung dan
pembuktian dengan induksi matematika

3. Skor Penalaran Matematis


Contoh skor penalaran Matematis sebagai berikut:
Tabel 2.2. Contoh Skor Pemahaman Matematis
Skor Respon siswa terhadap soal
0 Tidak ada jawaban/menjawab tidak
sesuai dengan pertanyaan/tidak ada
yang benar
1 Hanya sebagian aspek dari pertanyaan dijawab
dengan benar

2 Hampir semua aspek dari


pertanyaan dijawab dengan bena
3 Semua aspek dijawab dengan jelas, lengkap dan
benar

Tabel 2.2 adalah contoh pemberian skor penalaran secara umum.


Lebih detai dapat diberikan dengan menambahkan indicator yang
dinilai.

C. Komunikasi Matematis
1. Definisi Komunikasi Matematis
Afgani D (2011), “Komunikasi matematika (mathematical
communication) diartikan sebagai kemampuan dalam menulis,
membaca, menyimak, menelaah, menginterpretasikan dan
mengevaluasi ide, simbol, istilah, serta informasi matematika” (h.
4.15). Dengan kemampuan komunikasi matematik siswa dapat
menginterpretasikan dari apa yang dilihat sehingga siswa tersebut
dapat menelaah dan mengevaluasi berdasarkan dari informasi yang
diperolehnya.

E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r M a t e m a t i k a 4 | 13
Sumarmo (2013), “Komunikasi matematik adalah
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah” Maksudnya
setiap siswa dapat menafsirkan berdasarkan pengetahuan dan
mengerti makna suatu tulisan dalam matematika yang dapat
memperjelas keadaan atau masalah.

2. Indikator Komunikasi Matematis


Standar kurikulum NCTM (National Council of Teachers of
Mathematics) (1989) tentang komunikasi matematis, menyatakan
bahwa indikator kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat
dari:
a. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan,
tulisan dan mendemontrasikan serta menggambarkannya secara
visual.
b. Kemampuan memahami, menginterpretasikan dan
mengevaluasi ide-ide matematis secara lisan, tulisan maupun
dalam bentuk visual lainnya.
c. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi
matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide,
menggambarkan hubungan-hubungan dengan model-model
situasi.

Sumarmo (1997) mengemukakan bahwa indikator kemampuan


komunikasi matematis siswa meliputi:
a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam
ide matematika.
b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan dan
tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar.
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
e. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
tertulis.
f. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi,
dan generalisasi.
g. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika
yang telah dipelajari.

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa


kemampuan komunikasi matematis meliputi kemampuan

E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r M a t e m a t i k a 5 | 13
komunikasi lisan dan tulisan. Untuk melihat kemampuan
komunikasi tertulis, Ross mengemukakan sebagai berikut:
a. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi
masalah menggunakan gambar, bagan tabel dan secara aljabar.
b. Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis.
c. Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan
konsep matematika dan solusinya.
d. Membuat situasi matematika dengan menyediakan ide dan
keterangan dalam bentuk tertulis.

Adapun indikator kemampuan komunikasi matematis yang


dikemukakan oleh Satriawati Gusni (2006), yaitu:
a. Written Text, yaitu memuat model situasi atau persoalan
menggunakan model matematika dalam bentuk; lisan, tulisan,
kongkrit, grafik, dan aljabar, menjelaskan dan membuat
pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari,
mendengarkan, mendiskusikan, dan menulis tentang
matematika, membuat konjektur, menyusun argumen dan
generalisasi.
b. Drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan
diagram kedalam ide-ide matematika dan sebaliknya.
c. Mathematical Expression, yaitu mengekspresikan konsep
matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam
bahasa atau simbol matematika.

3. Skor Komunikasi Matematis


Dalam memberikan skor, sebaiknya digunakan panduan sebagai
pedoman dalam membuat skor.
Ingat, cara memberikan skor harus memngingat indicator apa saja
yang akan dikoreksi. Berikut salah satu contoh pemberian skor pada
kemampuan komunikasi matematis sebagai berikut:

E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r M a t e m a t i k a 6 | 13
Tabel 3.3. Contoh Skor Komunikasi Matematis
Indikator Kriteria Skor
Mengekspresikan Tidak menjawab sama sekali 0
idematematika Menunjukkan pehaman yang terbatas 1
secara tulisan Melukiskan diagram, table, atau gambar kutang 2
maupun lengkap dan salah
menggambarkan Melukiskan diagram, table, atau gambar namun 3
secara visual kurang lengkap dan benar
Melukiskan diagram, gambar, secra lengkap 4
namun ada sedikit kesalahan
Melukiskan diagram, table atau gambar secara 5
lengkap dan benar, atau menyediakan gambar
yang berbeda
Menyatakan situasi Tidak menjawab sama sekali 0
gambar, diagram, Dapat membaca gambar 1
atau gambar benda Memahami permasalahan yang diberikan 2
nyata kedalam Menggunakan rumus yang sesuai 3
Bahasa symbol, ide Menggunakan rumus yang sesuai dan 4
atau model melakukan perhitungan
matematika Menyatakan gagasan dengan lengkap dan benar 5
dengan menggunakan Bahasa matematis
Mengkomunikasikan Tidak menjawab sama sekali 0
pikiran matematis Menemukan informasi yang tersirat maupun 1
melalui tulisan tersurat dalam permasalahan
secara koheren dan Menggunakan rumusan yang sesuai 2
jelas kepada orang Menggunakan rumus dan melakukan 3
lain. perhitungan tetapi jawaban kurang tepat
Penjelasan secara matematis masuk akal dan 4
benar meskipun kurang
Penjelasan secara matematis masuk akal dan 5
benar disertai kesimpulan jawaban

Tabel 3.3 memberikan contoh pensekoran yang sudah spesifik dengan indicator yang
diteliti.

D. Koneksi Matematis
1. Definisi Koneksi Matematis
Andoko, Turmudi dan Tatang (2014) mengatakan bahwa koneksi matematika adalah
Kemampuan mengaitkan konsep dengan konsep lain erat kaitannya dengan kemampuan
koneksi matematis Ruspiani (2013), koneksi matematika adalah kemampuan mengaitkan

E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r M a t e m a t i k a 7 | 13
antar konsep-konsep matematika baik antar konsep dalam matematika dengan konsep
lainnya

2. Indikator Koneksi Matematis


Sumarmo (2013) mengatakan bahwa kegiatan yang tergolong pada koneksi matematis
diantaranya adalah :
1) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur,
2) Memahami hubungan atar topik matematika,
3) Menerapkan matematika dalam bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari,
4) Memahami representasi equivalen suatu konsep,
5) Mencari hubungan satu prosedur denga prosedur lain dalam representasi yang
ekuivalen,
6) Menerapkan hubungan antar topik matematika dan antara topic matematika dengan
topic di luar matematika. (h.333)

Susilawati, (2009) indikator yang perlu dicapai untuk siswa dapat memiliki kemampuan
koneksi matematis adalah :
1) Mencari hubungan berbagai representasi (gambaran) konsep dan prosedur (prasarat),
2) Memahami hubungan antara topik matematika,
3) Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari,
4) Memahami representasi ekuivalen konsep atau prosedur yang sama,
5) Mencari koneksi satu prosedur ke prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen,
6) Menggunakan koneksi antar topik matematika, dan atara topik matematika dengan
topik lain,

Jihad (2008) koneksi matematika merupakan suatu kegiatan yang meliputi hal-hal berikut:
1) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur
2) Memahami hubungan antar topik matematika
3) Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari-hari
4) Memahami representasi equivalen konsep yang sama
5) Mencari koneksi satu prosedur ke prosedur laindalam representasi yang equivalen
6) Menggunakan koneksi antar topic matematika dengan topik lain

E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r M a t e m a t i k a 8 | 13
3. Skor Koneksi Matematis
Dalam memberikan skor, sebaiknya digunakan panduan sebagai pedoman dalam
membuat skor.
Contoh skor untuk menilai kemampuan koneksi matematis sebagai berikut:

Tabel 6.4. Contoh Skor Koneksi Matematis


Kriteria Jawaban Skor

Semua yang berikut dipenuhi: 4


Jawaban yang diperoleh benar.
Penjelasan jelas dan lengkap.
Perhitungan matematis dilakukan dengan benar.

Hanya terjadi salah satu dari yang berikut: 3


Jawaban salah karena sedikit kesalahan perhitungan.
Penjelasan kurang jelas.
Penjelasan kurang lengkap

Terjadi 2 dari 3 hal pada skor 3 di atas. Atau, salah satu atau lebih ciri-ciri
berikut 2
terjadi:
Jawaban tidak benar, namun disebabkan kesalahananalisis (bukan
kesalahan
perhitungan)
Penjelasan tidak jelas atau membingungkan
Ada kesalahan penerapan strategi penyelesaian

Jawaban tidak benar, dan Penjelasan (jika ada) dengan alasan yang tidak benar,
dan Strategi yang diterapkan tidak benar atau membingungkan 1
.

Kertas jawaban dalam keadaan berisi catatan yang tidak relevan untuk
menjawab masalah, ATAU Kosong 0

E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r M a t e m a t i k a 9 | 13
E. Pemecahan Masalah Matematika
1. Definisi Pemmecahan Masalah Matematis
Wena (2011) memandang pemecahan masalah sebagai suatu proses untuk menemukan
kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi
yang baru. Pemecahan masalah matematika adalah suatu kegiatan berpikir tinggi untuk
mencari jalan keluar dari sebuah kondisi di mana seseorang tidak mengetahui
penyelesaiannya secara langsung dengan menggabungkan konsep-konsep dan aturan-
aturan matematika yang telah diperoleh sebelumnya.

2. Langkah-langkah Pemecahan Masalah


Polya mengemukakan bahwa langkah-langkah pemecahan masalah matematika terdiri
dari 4 langkah (Budhayanti, 2008), yaitu:
a. Memahami masalah (understand the problem)
Langkah ini sangat menentukan kesuksesan memperoleh solusi masalah.
Langkah ini melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilihan fakta-
fakta, menentukan hubungan di antara fakta-fakta, dan membuat formulasi
pertanyaan masalah. Setiap masalah yang tertulis, bahkan yang rendah sekalipun
harus dibaca berulang kali dan informasi yang terdapat dalam masalah harus
dipelajari dengan seksama. Karena tanpa adanya pemahaman terhadap masalah
yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut
dengan benar.

Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah apa (data) yang
diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup,
kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli
dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan). Oleh karena itu pada
langkah ini, siswa harus mengetahui masalah secara jelas apa yang diketahui dan
ditanyakan. Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa
tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah tersebut dengan benar.

b. Merencanakan pemecahannya (devising a plan)


Langkah ini perlu dilakukan dengan percaya diri ketika masalah sudah dapat
dipahami. Rencana solusi dibangun dengan mempertimbangkan struktur
masalah dan pertanyaan yang harus dijawab. Rencana harus melihat berbagai
unsur yang dapat dihubungkan. Hal ini diperlukan sebagai gagasan untuk
menyelesaikan masalah yang memerlukan kemampuan. Kemampuan melakukan
langkah kedua ini sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam
menyelesaikan masalah. Pada umumnya semakin bervariasi pengalaman mereka,
ada kecenderungan siswa lebih kreatif dalam menyusun rencana penyelesaian
suatu masalah.

Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah mencoba mencari atau
mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan

E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r M a t e m a t i k a 10 | 13
masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun prosedur
penyelesaian (membuat konjektur).

c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana (carry out a plan)


Untuk mencari solusi yang tepat, rencana yang sudah dibuat baik tertulis ataupun
tidak pada langkah kedua harus dilaksanakan dengan hati-hati. Oleh karena itu,
siswa dituntut terampil dalam berhitung, memanipulasi aljabar dan membuat
penjelasan dalam memecahkan masalah tersebut. Selain itu, siswa dituntut
memiliki kemampuan memahami konsep yang terkait dengan model matematika.
Kegiatan yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah menjalankan prosedur
yang telah dibuat pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian.

d. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah dikerjakan.


1) Langkah ini merupakan langkah akhir untuk memastikan hasil yang paling
tepat. Selama berlangsungnya langkah ini solusi masalah harus
dipertimbangkan dengan pengecekan ulang perhitungannya. Kegiatan yang
dapat dilakukan pada langkah ini adalah menganalisis dan mengevaluasi
apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, atau
apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya. Untuk dapat melakukan tahap
ini dengan baik, maka perlu latihan mengenai :
2) Memeriksa penyelesaian jawaban.
3) Memeriksa apakah jawaban yang diperoleh masuk akal.
4) Memeriksa pekerjaan, adakah perhitungan atau analisis yang salah.
5) Memeriksa pekerjaan, adakah yang kurang lengkap atau kurang jelas.

3. Skor Pemecahan Masalah Matematis


Dalam memberikan skor, sebaiknya digunakan panduan sebagai pedoman dalam
membuat skor. Permasalahan Pemecahan masalah matematika harus menyeluruh
pada setiap 1 butir soal. Contoh skor untuk menilai kemampuan pemecahan masalah
matematis sebagai berikut:

E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r M a t e m a t i k a 11 | 13
Tabel 3.5 Contoh Skor Pemecahan Masalah Matematis
Skor Indikator
Memahami Merencanakan Menyelesaikan Melalkukan
Masalah Pemecahan masalah pengecekkan
ulang
0 Tidak menjawab Tidak Tidak Tidak ada
ataumenjawab menjawab, menjawab pengecekkan
namun tidak benar atau atau atau ada
menjawab menjawab pengecekan
namun tidak namun tidak salah
ada solusi ada solusi
benar yang benar
1 Jawaban belum Ada penyajian Penyelesaian Ada
lengkap solusi namun hanya pengecekan
hanya sebagaian dan benar
sebagian atau yang benar,
kurang atau tidak
lengkap lengkap
2 Jawaban lengkap Disajikan Penyelesaian
secara lengkap hamper
benar dan lengkap,
sistematis benar, logis,
sistematis
3 Penyelesaian
lengkap,
benar, logis,
sitematis
Skor 2 2 3 1
Maksimal

E v a l u a s i H a s i l B e l a j a r M a t e m a t i k a 12 | 13
Evaluasi Hasil Belajar
M a t e m a t i k a 13 | 13

Anda mungkin juga menyukai